A. Latar Belakang - IPB Universityrepository.sb.ipb.ac.id/2842/2/R05-04-Sardono...Jepang pada pahun...

7
A. Latar Belakang Sistem perdagangan internasional yang menyangkut ekspor dan impor semakin berkembang dan mengarah pada perdagangan bebas. Berbagai hambatan perdagangan (trade barriers) secara berangsur mulai dikurangi. Tercapainya persetujuan perdaga- ngan'dunia yaitu GATT (General Agreement on Tariff and Trade) Putaran Uruguay yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang bebas dan meningkatkan liberalisasi perdaga- ngan dunia, merupakan upaya yang konkrit untuk memajukan perdagangan dan investasi antar bangsa di dunia. Selain GATT, terbentuk pula blok-blok perdagangan seperti MEE, NAFTA, AFTA, dan lain-lain yang bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi utamanya bagi masing-masing negara anggotanya. Implikasinya bagi Indonesia adalah bahwa berbagai industri domestik (termasuk didalamnya industri perikanan, khususnya industri ikan tuna beku) akan menghadapi peningkatan persaingan yang semakin ketat. Salah satu komoditi perikanan Indonesia yang memiliki prospek yang cerah dalam ha1 ekspor ke luar negeri adalah ikan tuna. Volume produksi ikan tuna Indonesia masih sekitar 30 % dari potensi lestarinya, yang menunjukkan bahwa peluang peman- faatan masih cukup besar (Ditjen. Perikanan, 1990) . Produksi ikan tuna Indonesia ini menurut Infofish (1990) berada

Transcript of A. Latar Belakang - IPB Universityrepository.sb.ipb.ac.id/2842/2/R05-04-Sardono...Jepang pada pahun...

  • A. Latar Belakang

    Sistem perdagangan internasional yang menyangkut ekspor

    dan impor semakin berkembang dan mengarah pada perdagangan

    bebas. Berbagai hambatan perdagangan (trade barriers) secara

    berangsur mulai dikurangi. Tercapainya persetujuan perdaga-

    ngan' dunia yaitu GATT (General Agreement on Tariff and Trade)

    Putaran Uruguay yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan

    perdagangan yang bebas dan meningkatkan liberalisasi perdaga-

    ngan dunia, merupakan upaya yang konkrit untuk memajukan

    perdagangan dan investasi antar bangsa di dunia. Selain GATT,

    terbentuk pula blok-blok perdagangan seperti MEE, NAFTA, AFTA,

    dan lain-lain yang bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan

    ekonomi yang lebih tinggi utamanya bagi masing-masing negara

    anggotanya. Implikasinya bagi Indonesia adalah bahwa berbagai

    industri domestik (termasuk didalamnya industri perikanan,

    khususnya industri ikan tuna beku) akan menghadapi peningkatan

    persaingan yang semakin ketat.

    Salah satu komoditi perikanan Indonesia yang memiliki

    prospek yang cerah dalam ha1 ekspor ke luar negeri adalah ikan

    tuna. Volume produksi ikan tuna Indonesia masih sekitar 30 %

    dari potensi lestarinya, yang menunjukkan bahwa peluang peman-

    faatan masih cukup besar (Ditjen. Perikanan, 1990) . Produksi

    ikan tuna Indonesia ini menurut Infofish (1990) berada

  • pada urutan ke enam pada tingkat dunia. Produksi yang dihasil-

    kan Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami penin-

    gkatan. Produksi ikan tuna pada tahun 1 9 8 7 sejumlah 3 9 . 3 6 3 ton

    sedangkan pada tahun 1 9 8 9 sebesar, 4 2 . 9 7 9 ton dan meningkat

    menjadi 88 .666 ton pada tahun 1 9 9 1 (Ditjen. Perikanan, 1 9 8 7 - 4

    1 9 9 1 ) .

    Berdasarkan data hasil produksi yang' cenderung semakin

    meningkat tersebut jumlah ikan tuna yang diekspor juga menun-

    jukkan kecenderungan yang semakin meningkat, seperti yang

    dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Ikan Tuna Indonesia Pada Tahun 1 9 8 7 - 1 9 9 2

    Sumber : Biro Pusat Statistik, 1 9 8 7 - 1 9 9 2

    Tahun

    1 9 8 7 1 9 8 8 1 9 8 9 1 9 9 0 1 9 9 1 1 9 9 2

    Berdasarkan Tabel 1 tersebut terlihat bahwa volume dan

    nilai produksi ikan tuna Indonesia cenderung mengalami penin-

    gkatan dalam periode 1 9 8 7 - 1 9 9 2 . Hal ini menunjukkan bahwa

    permintaan dunia terhadap ikan tuna Indonesia meningkat terus.

    Di antara negara-negara importir ikan tuna Indonesia, Jepang

    merupakan negara importir ikan tuna Indonesia yang paling

    Volume (ton)

    Beku

    3 1 . 6 8 4 3 6 . 0 1 9 2 7 . 4 2 6 4 0 . 0 8 7 4 3 . 3 1 1 4 4 . 6 6 2

    Nilai ($US . 1 0 0 0 )

    Segar

    2 . 3 1 1 4 . 7 3 5 8 . 6 3 0

    1 3 . 9 0 7 1 8 . 8 1 0 2 0 . 5 3 4

    Beku

    2 5 . 8 2 2 3 8 . 0 9 1 3 6 . 6 6 8 3 8 . 8 8 0 3 8 . 2 8 2 4 0 . 4 7 6

    Segar

    5 . 1 3 9 14 .822 26 .468 4 2 . 2 0 9 6 7 . 9 1 7 7 8 . 3 7 9

  • utama. Apabila ditinjau dari volume ekspor ikan tuna dunia ke

    Jepang pada pahun 1992, ekspor ikan tuna Indonesia menempati

    urutan ketiga setelah Korea Selatan dan Taiwan (Ditjen. Peri-

    kanan, 1990).

    Pertumbuhan Industri ikan tuna beku dari tahun ke tahun

    mengalami peningkatan terus sesuai dengan Teningkatan permin-

    taan ikan tuna beku dunia. Pada tahun 1985 hanya ada 5 perus-

    ahaan ikan tuna beku, sedangkan tahun 1992 sudah mencapai 21

    perusahaan ikan tuna beku (APTI, 1993).

    P.T. Harini Asribahari merupakan salah satu perusahaan

    perikanan yang salah satu unit bisnisnya melakukan kegiatan

    ekspor ikan tuna beku bentuk utuh. P.T. Harini Asribahari

    berdiri tanggal 25 Februari 1988, yang sejak sernula bergerak

    di sektor perikanan, menangani 3 unit usaha seperti :

    1. Unit usaha (Bisnis) ekspor tenaga kerja Indonesia untuk

    mejadi awak kapal penangkapan tuna yang beroperasi di

    lautan bebas ke negara luar khususnya Jepang, tahun 1988.

    2. Unit usaha (Bisnis) penangkapan ikan tuna beku bentuk utuh

    untuk dijadikan komoditi ekspor ke Jepang, tahun 1990.

    3. Unit usaha (Bisnis) pengumpulan ikan layang dari nelayan

    tradisional untuk ekspor ke Jepang, tahun 1993.

    Untuk usaha ekspor tuna beku bentuk utuh ini menggunakan

    tiga buah kapal berbobot 500 GT, yang masing-masing beroperasi

    dengan 1 orang Fishing Master, 1 orang Ahli Mesin dan 25 Awak

    Kapal .

  • Kegiatan penangkapan tuna yang dimulai se j ak tahun 1990

    dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan ekspor ke Jepang, khu-

    susnya untuk memperoleh hasil tangkapan tuna jenis big eye

    yang harganya (nilai ekspor) paling tinggi di samping jenis-

    jenis lain seperti yellow fin, meka (swordfish), moro, kuro

    (black marlin), shiro (white maelin), tenBo (albacor) , basho

    (sailfish) dan mandai-file.

    Hasil tangkapan tuna sampai saat ini bisa dilihat pada

    Tabel 2.

    Tabel 2. Volume ' dan Nilai Ekspor Ikan Tuna Beku Bentuk Utuh pada P.T. Harini Asribahari tahun 1990 - 1994

    I Tahun I Volume / Jurnlah Kapal i Ni la i ( ~ p ) j Harga i 1 1 Produksi (Ton) I yang beroperas i ) 1 (Rp/Ton) 1

    I I I I I

    1 1 9 9 0 1 226.70 I 1 1 546 .277 .572 1 2 .418 .516 1 1 1 9 9 1 1 183,74 I 1 [ 477 .202 .573 1 2 . 5 9 7 . 1 6 2 1 1 1992 ' 1 355,27 I 2 1 7 3 3 . 1 2 7 . 1 8 0 1 2 . 0 6 3 . 5 7 8 1 1 1 9 9 3 1 1 . 4 0 3 , 1 9 I 3 1 5 . 0 2 2 . 5 0 1 . 2 9 2 1 3 . 5 7 9 . 3 4 5 1 1 1 9 9 4 1 6 2 2 , 6 1 I 2 1 3 .034 .393 .817 1 4 . 8 7 3 . 6 6 7 1 I I I I I

    Sumber : PT. Harini Asribahari, 1990-1994

    Berdasarkan Tabel 2. di atas terjadi penurunan nilai pro-

    duksi tahun 1990-1991 ha1 tersebut terjadi karena hanya 1 unit

    kapal yang beroperasi dari 2 unit yang dimiliki. Sedangkan

    pada tahun 1991-1992 mengalami kenaikan produksi/nilai produk-

    si disebakan karena 1 unit kapal mulai beroperasi penuh dan 1

    unit kapal belum beroperasi penuh. Pada tahun 1992-1993 ter-

    jadi kenaikan produksi/nilai produksi karena 3 unit kapal

  • beropera~i penuh. Pada tahun 1993-1994 terjadi penurunan

    produksi karma adanya 2 kapal beroperasi penuh dan 1 unit

    kapal mengalami kerusakan. Dilihat dari harga jual dari tahun

    ke tahun mengalami kenaikan kecuali pada tahun 1992 harga

    mengalami penurunan karena di pasar Jepang terjadi kelebihan

    penawaran dibanding dengan permintaan. 4

    P.T. Harini Asribahari sebagai salah satu usaha yang ber-

    gerak di bidang ekspor komoditi hasil perikanan, khususnya

    produk ikan tuna beku bentuk utuh, tentu saja harus menganti-

    sipasi diberlakukannya sistem perekonomian global dan sistem

    perdagangan bebas tersebut. Oleh karena itu perusahaan ini

    harus memacu kemampuan dalam meningkatkan efisiensi usahanya,

    serta harus berupaya menerapkan strategi yang tepat agar mampu

    bersaing di pasar internasional.

    B. Perumusan Masalah

    Melihat perkembangan jumlah ekspor tuna beku Indonesia

    tersebut, serta didukung dengan potensi sumberdaya alam yang

    masih cukup besar, ha1 ini berarti sampai saat ini prospek

    atau peluang pengembangan ekspor tuna beku Indonesia ke pasar

    internasional masih cukup besar. Namun dalam usaha melakukan

    ekspor tersebut P.T. Harini Asribahari sebagai salah satu per-

    usahaan yang bergerak dalam ekspor ikan tuna beku khususnya

    bentuk utuh untuk bahan makanan shashirni dan sushi yang menja-

    di konsumsi masyarakat Jepang masih dihadapkan pada masalah

  • baik eksternal maupun internal, terutama dalam upaya mening-

    katkan efisiensi usahanya dan menghadapi persaingan yang ketat

    dengan perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama baik

    pesaing dalam negeri maupun negara lain penghasil ikan tuna.

    permasalahan-permasalahan yang muncul dari P.T. Harini

    ~sribahari dapat dirumuskan sebagai berikuf :

    1. ~agaimana P.T. Harini Asribahari sebagai salah satu dari 12

    perusahaan yang bergerak dalam ekspor ikan tuna beku bentuk

    utuh, dapat mempertahankan dan meningkatkan volume dan

    nilai penjualan.

    2. Bagaimana P.T. Harini Asribahari dapat merumuskan strategi

    vang tepat dalam upaya menerobos pasar dunia khususnya

    spang.

    C. Tujuan dan Manfaat Studi

    1. Tujuan Studi

    Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan Geladikarya ini

    adalah untuk merumuskan alternatif strategi ekspor ikan tuna

    beku bentuk utuh yang diterapkan agar perusahaan dapat bersa-

    ing dengan perusahaan lain yang sejenis. Secara khusus tujuan

    Geladikarya ini dapar dirumuskan sebagai berikut:

    - Mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam pema-

    saran ekspor ikan tuna beku bentuk utuh khususnya ke

    Jepang .

  • - Mengetahui peluang dan ancaman dari luar perusahaan

    khususnya ekspor ikan tuna beku bentuk utuh ke Jepang.

    - Mempelajari strategi ekspor ikan tuna beku bentuk utuh

    yang diterapkan.

    - Merumuskan alternatif kebijaksanaan perusahaan. 4

    2. Manfaat Studi

    a. Bagi perusahaan sebagai masukan sehingga diharapkan

    dapat membantu perusahaan dalam menganalisis dan

    membuat alternatif-alternatif pemecahan terhadap

    permasalahan yang dihadapi khususnya strategi ekspor

    ikan tuna beku ke Jepang.

    b. Menambah pemahaman dalam upaya pengembangan ekspor

    ikan tuna beku Indonesia ke Jepang.

    c. Sebagai bahan informasi dan bahan rujukan bagi pihak

    yang berkepentingan.

    D. Tempat dan Waktu

    Geladikarya ini dilaksanakan di P.T. Harini Asribahari,

    DKI Jakarta. Waktu pelaksanaan geladikarya direncanakan

    selama dua bulan dimulai bulan Februari sampai dengan Maret

    1995.