A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK...

16
Halaman 1 dari 17 A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK TUNADAKSA 1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 2 Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 2 Klasifikasi Peserta Didik Tunadaksa yang akan Anda capai setelah mempelajari modul ini meliputi penguasaan pengetahuan dan ketrampilan (umum dan khusus). Berikut capaian-capaian pembelajarannya: a. Penguasaan Pengetahuan 1) Menguasai konsep teoritis peserta didik tunadaksa sebagai dasar untuk mengembangkan layanan pendidikan yang tepat 2) Menguasai konsep teoritis pendidikan (pedagogi) dan pembelajaran (didaktik- metodik) untuk peserta didik tunadaksa b. Penguasaan Ketrampilan 1) Umum a) Mampu bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang spesifik dan memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar kompetensi kerja profesinya; b) Mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan kreatif c) Mampu melaksanakan tugas profesional guru sesuai tuntutan peraturan perundangan bidang pendidikan dan kode etik guru indonesia yang berlaku d) Mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri 2) Khusus a) Mampu merancang pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan khusus secara tepat, dan efektif sesuai dengan kebutuhan peserta didik. b) Mampu melaksanakan pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan khusus secara efektif dan efisien untuk memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik secara optimal c) Mampu merancang dan melaksakan penilaian pembelajaran peserta didik berkebutuhan secara tepat sesuai dengan kebutuhan peserta didik 2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Transcript of A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK...

Page 1: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 1 dari 17

A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK TUNADAKSA

1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 2

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 2 Klasifikasi Peserta Didik Tunadaksa yang

akan Anda capai setelah mempelajari modul ini meliputi penguasaan pengetahuan

dan ketrampilan (umum dan khusus). Berikut capaian-capaian pembelajarannya:

a. Penguasaan Pengetahuan

1) Menguasai konsep teoritis peserta didik tunadaksa sebagai dasar untuk

mengembangkan layanan pendidikan yang tepat

2) Menguasai konsep teoritis pendidikan (pedagogi) dan pembelajaran (didaktik-

metodik) untuk peserta didik tunadaksa

b. Penguasaan Ketrampilan

1) Umum

a) Mampu bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang

spesifik dan memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan

standar kompetensi kerja profesinya;

b) Mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan

pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis,

dan kreatif

c) Mampu melaksanakan tugas profesional guru sesuai tuntutan

peraturan perundangan bidang pendidikan dan kode etik guru

indonesia yang berlaku

d) Mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri

2) Khusus

a) Mampu merancang pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan

khusus secara tepat, dan efektif sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

b) Mampu melaksanakan pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan

khusus secara efektif dan efisien untuk memfasilitasi pengembangan

potensi peserta didik secara optimal

c) Mampu merancang dan melaksakan penilaian pembelajaran peserta didik

berkebutuhan secara tepat sesuai dengan kebutuhan peserta didik

2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Page 2: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 2 dari 17

Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 2 Klasifikasi Peserta didik Tunadaksa telah

dirumuskan untuk menunjang ketercapaian Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 2

yang telah ditetapkan. Sub Capaian Pembelajaran meliputi:

a. Memahami klasifikasi peserta didik tunadaksa berdasarkan faktor penyebab

ketunaan

b. Memahami klasifikasi peserta didik tunadaksa berdasarkan kelainan sistem syaraf

c. Memahami klasifikasi peserta didik tunadaksa berdasarkan kelainan sistem otot

dan rangka

3. Pokok-Pokok Materi

Pokok – pokok materi yang akan Anda pelajari pada Kegiatan Pembelajaran 2 :

Klasifikasi Peserta didik Tunadaksa meliputi:

a. Klasifikasi peserta didik tunadaksa berdasarkan faktor penyebab ketunaan

b. Klasifikasi peserta didik tunadaksa berdasarkan kelainan sistem syaraf

c. Klasifikasi peserta didik tunadaksa berdasarkan kelainan sistem otot dan rangka

Apabila Anda telah menguasai materi tersebut dengan baik, Anda akan mampu

memahami klasifikasi peserta didik tunadaksa sebagai dasar melaksanakan layanan

pendidikan khusus bagi peserta didik tunadaksa sesuai.

4. Uraian Materi

Berdasarkan materi yang Anda pelajari pada Kegiatan Belajar 1, telah dijelaskan

bahwa terjadinya tunadaksa dikarenakan oleh beberapa penyebab. Variasi dari

penyebab ketunadaksaan berdampak juga dengan jenis ketunadaksaan yang dialami

peserta didik. Untuk dapat lebih mudah dalam mempelajarinya, perlu dilakukan

penggolongan dari setiap jenis tunadaksa. Pada Kegiatan Belajar 2 modul ini akan

diuraikan klasifikasi-klasifikasi peserta didik tunadaksa.

Adapun klasifikasi-kasifikasi tunadaksa meliputi:

a. Berdasarkan faktor penyebab ketunaan

Tunadaksa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab ketunaan. Adapun

jenis-jenisnya adalah sebagai berikut.

1) Cacat bawaan (congenital abnormalities)

Yaitu ketunaan yang terjadi pada saat peserta didik masih dalam kandungan

(prenatal) dikarenakan adanya kelainan gen, kromosom, dan sejenisnya. Atau

dikarenakan kecacatan yang terjadi pada saat peserta didik dilahirkan (natal)

sebagai akibat dari proses kelahiran yang lama sehingga ada gangguan

Page 3: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 3 dari 17

pernafasan yang menyebabkan suplai oksigen ke otak terhambat. Dapat juga

disebabkan penggunaan alat bantu kelahiran yang tidak steril dan sejenisnya.

2) Infeksi

Infeksi poliomyelitis dan osteomyelitis merupakan contoh penyebab peserta

didik mengalami kelainan pada anggota gerak atau bagian tubuh lainnya.

Kelainan pada anggota gerak ini bersifat sekunder karena merupakan akibat

dari adanya infeksi.

Gambar 1. Poliomyelitis

Sumber: http://i0.wp.com/infoimunisasi.com/wp-

content/uploads/2017/01/poliomyelitis_4.jpg

Gambar 2. Osteomyelitis

Sumber: http://www.thehealthsite.com/osteomyelitis/

Page 4: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 4 dari 17

3) Gangguan metabolisme

Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik yang disebabkan oleh

malnutrisi. Malnutrisi adalah kondisi yang dialami peserta didik sebagai akibat

tidak mendapatkan semua nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh sehingga

mempengaruhi perkembangan tubuh dan mengakibatkan kelainan pada

sistem ortopedi dan fungsi intelegensinya.

4) Kecelakaan

Kecelakaan dapat menyebabkan adanya trauma. Trauma bisa terjadi pada

syaraf jika yang mengalami benturan keras adalah kepala. Adanya trauma

dapat mengakibatkan kelainan ortopedi berupa kelainan koordinasi, mobilisasi

atau kelainan yang lainnya.

5) Penyakit yang progresif

Ketunaan yang terjadi dikarenakan ada masalah pada genetik (keturunan).

Selain itu juga dapat dikarenakan adanya seperti DMP (Dystrophia

Musculorum Progressiva). DMP merupakan gangguan pada otot yang

menyebabkan kelumpuhan otot dengan masa otot yang menurun. Kondisi

tersebut dapat memburuk seiring dengan bertambahnya usia. Penyakit ini tidak

bersifat menular, tetapi dapat diturunkan.

Gambar 3. Dystrophia Musculorum Progressiva

Sumber: https://www.pinterest.co.uk/pin/266838346644717576/

Page 5: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 5 dari 17

6) Tidak diketahui penyebabnya

Dengan adanya perkembangan IPTEKS, berbagai penyakit baru berhasil

diidentifikasi sebagai penyebab seseorang menjadi tunadaksa. Namun ada

juga yang tidak diketahui penyebabnya. Hal ini terjadi karena sulit untuk

mendeteksi faktor-faktor apa yang menyebabkan seseorang menjadi

tunadaksa, sehingga dikelompokkan ke dalam jenis yang tidak diketahui

penyebab ketunadaksaanya. Contohnya seperti Miscellaneous Causes.

b. Berdasarkan kelainan sistem serebral (Cerebral System)

Tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem syaraf atau otak dikenal dengan

istilah Cerebral Palsy (CP). CP secara umum adalah suatu kelainan pada gerak

tubuh sebagai akibat dari adanya kerusakan/kelainan otak atau sistem syaraf yang

bersifat menetap. CP tidak bersifat progresif. Muslim & Sugiarmin (1996:75), CP

dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa aspek sebagai berikut:

1) CP berdasarkan letak kelainan di otak dan fungsi geraknya

a) Spastik

Peserta didik CP jenis spastik mengalami kesulitan dalam menggunakan

otot-otot untuk bergerak. Kesulitan terjadi karena adanya kekejangan pada

otot sehingga gerak tubuh terbatas dan terkesan lambat. Otot-otot yang

berlawanan akan berkontradiksi jika sendinya dibengkokkan. Selanjutnya,

kekejangan otot akan semakin parah jika peserta didik dalam kondisi kaget,

takut, cemas, atau marah. Namun kekejangan otot akan berkurang jika

peserta didik merasa nyaman atau tenang.

b) Athetoid

Gangguan yang ditandai dengan adanya gerakan yang tidak terkendali

pada lengan, kaki, jari tangan dan jari kaki. Bahkan juga kadang terjadi

pada lidah, bibir, dan wajah. Tidak terjadi kekakuan atau kekejangan otot.

Otot dapat digerakkan dengan mudah tetapi gerakan tersebut tidak dapat

dikendalikan oleh peserta didik.

c) Rigid

Kekakuan otot pada seluruh tubuh sehingga anggota gerak tubuh sulit

untuk dibengkokkan. Gerakannya sangat lambat dan kasar, berjalan

seperti robot, serta tertatih-tatih.

d) Tremor

Page 6: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 6 dari 17

Gerakan-gerakan kecil pada tangan/kaki/kepala yang terjadi secara terus

menerus dengan irama yang tetap. Tremor merupakan gerak tanpa

disadari dan sulit untuk dikendalikan sebagai akibat dari gerakan otot-otot

yang berkontraksi secara bergantian dan terus menerus sehingga

menyebabkan peserta didik sulit untuk melaksanakan aktifitas/kegiatan.

e) Ataxia

Kondisi dimana peserta didik CP mengalami gangguan keseimbangan

sehingga jalannya sempoyongan atau gontai (terhuyung-huyung). Peserta

didik CP jenis ataxia juga memiliki masalah pada koordinasi mata dan

tangan sehingga sering kesulitan dalam menentukan ukuran dan jarak.

Contohnya: tangan peserta didik terlalu jauh dari barang yang sebenarnya

berada di dekatnya.

f) Mixed type (campuran)

Merupakan jenis CP yang terdiri dari gabungan 2 atau lebih dari jenis-jenis

di atas.

2) CP berdasarkan jumlah anggota badan yang mengalami kelainan atau luas

jaringan otak yang mengalami kerusakan.

a) Monoplegia, kelumpuhan pada salah satu anggota gerak tubuh

b) Diplegia, kelumpuhan pada keempat anggota gerak tubuh. Dampak

kelumpuhan pada kaki lebih berat daripada pada tangan. Atau dengan kata

lain, dampak kelumpuhan pada tangan lebih ringan daripada kaki.

c) Paraplegia, kelumpuhan pada kedua anggota gerak bawah tubuh (kedua

kaki).

d) Triplegia, kelumpuhan pada kedua anggota gerak bawah dan satu anggota

gerak atas.

e) Tetraplegia/Quadriplegia, kelumpuhan pada keempat anggota gerak tubuh.

Page 7: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 7 dari 17

Gambar 4. Monoplegia

Sumber:

https://care24.co.in/blog/paralysis

-recovery-time

Gambar 5. Diplegia

Sumber:

https://care24.co.in/blog/paralysis-

recovery-time

Gambar 6. Paraplegia

Sumber:

https://care24.co.in/blog/paralysis

-recovery-time

Gambar 7. Hemipelgia

Sumber:

https://care24.co.in/blog/paralysis

-recovery-time

Page 8: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 8 dari 17

Gambar 8. Quardipelgia

Sumber:

https://care24.co.in/blog/paralysis

-recovery-time

3) CP berdasarkan derajat gangguan fungsi

Yang dimaksud dengan derajat gangguan adalah tingkat keparahan atau

besaran dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari ketunaan yang dialami

seseorang baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Berdasarkan derajat

gangguan, CP dapat dibedakan menjadi 3, yaitu ringan, sedang dan berat.

a) CP ringan

CP ringan ditandai dengan peserta didik mampu berjalan tanpa alat bantu

khusus, dapat berbicara dengan jelas, serta dapat hidup mandiri (dapat

menolong diri) atau tidak bergantung dengan orang lain. Sehingga peserta

didik tunadaksa ringan, meskipun mengalami ketunaan tetapi tidak

menggangu kehidupan dan pendidikannya.

b) CP sedang

Berbeda dengan peserta didik CP ringan yang dapat menolong diri,

peserta didik CP sedang membutuhkan bantuan orang lain untuk latihan

berjalan, mengurus diri, berjalan, serta latihan-latihan untuk menggunakan

alat bantu khusus seperti crutch, brace, walker, kruk, dan sebagainya.

Page 9: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 9 dari 17

Gambar 9. Long Leg Brace

Sumber: http://ortho-frey.tripod.com/id2.html

Gambar 10. Walker

Sumber: https://independentlyyours.org/product/dual-release-walker-

with-wheels/

Page 10: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 10 dari 17

Gambar 11. Kruk

Sumber: https://www.walmart.com/ip/Carex-Adult-Push-Button-

Aluminum-Crutches-1-Pair/19200324

c) CP berat

CP berat ditandai dengan adanya kebergantungan dengan pertolongan

orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu, peserta didik

tunadaksa berat juga membutuhkan perawatan yang bersifat tetap dalam

ambulasi, bicara, serta menolong diri. Ambulasi adalah tindakan berjalan

atau bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa perangkat seperti

tongkat atau kruk.

c. Berdasarkan kelainan sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal System)

1) Poliomyelitis

Merupakan suatu infeksi pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh

virus polio yang mengakibatkan kelumpuhan dan pengecilan otot (atropi)

anggota gerak tubuh yang bersifat menetap. Ada beberapa jenis poliomyelitis,

yaitu:

a) Spinal

Kelemahan atau kelumpuhan otot leher, perut, tubuh, sekat rongga, dada,

dan yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak tubuh bagian

bawah, otot tungkai bawah (musculus quadriceps femoris) serta otot lengan

(musculus deltoideus). Tidak disertai dengan gangguan sensibilitas (rasa)

dan memiliki sifat kelumpuhan yang asimetris. Artinya, salah satu anggota

gerak tubuh saat diperiksa, refleks sendinya hilang atau berkurang.

b) Bulbair

Page 11: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 11 dari 17

Ditandai dengan adanya ganguan gerak pada salah satu atau lebih saraf

otak. kelumpuhan dapat terjadi pada area otot mata atau otot wajah yang

kadang juga disertai gangguan pernafasan dan gangguan peredaran

darah.

c) Bulbospinal

Merupakan gejala gabungan dari bentuk spinal dan bulbair dengan

kemungkinan gejala yang lebih berat/parah.

d) Encephalitis

Gangguan pada fungsi otak dengan akibat yang ditimbulkan lebih berat

daripada bentuk CP poliomylitis yang lain. Poliomylitis encephalitis disertai

dengan gejala demam, tremor, kesadaran menurun, dan pada beberapa

kasus sampai dengan kejang.

Gambar 12. Poliomyelitis

Sumber: https://medlab.id/virus-polio/

2) Muscle Dystrophy

Suatu kondisi yang menyebabkan terjadinya kemunduran atau kelemahan otot

lurik. Belum diketahui apakah kelainan yang terjadi pada saraf pusat atau saraf

tepi. Muscle Dystrophy disebabkan oleh faktor keturunan atau herediter dan

sering terdapat pada laki-laki.

Muslim & Sugiarmin (1996:90) menjelaskan bahwa terdapat 4 jenis Muscle

Dystrophy berdasarkan jenis dan bagian otot yang mengalami

kemunduran/kelemahan. Jenis-jenisnya meliputi:

a) Progresiva

Muscle Dystrophy jenis ini mengalami kelemahan otot yang cepat.

Kelemahan otot dimulai pada otot tungkai bawah yang menjalar sampai

dengan seluruh tubuh. Sehingga peserta didik akan memiliki gerakan yang

terlihat canggung, sulit naik tanga, dan sering jatuh saat berjalan. Pada

Page 12: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 12 dari 17

peserta didik Muscle Dystrophy Progresiva usia lebih dari 10 tahun sudah

mengalami kesulitan dalam berjalan. Muscle Dystrophy Progresiva

memiliki sebutan lain yaitu dechenne atau pseudohipertropi. Karena selain

terjadi atropi pada otot yang mengalami kelainan, tetapi juga pembesaran

yang disebabkan oleh lemak yang berdegenerasi.

b) Fasio Scapulohumeral

Kelemahan otot terjadi secara perlahan-lahan, dimulai pada otot muka

sehingga memperlihatkan ekspresi kaku sampai dengan belikat yang

menjadi lemah. Terjadi pada peserta didik usia 7 – 20 tahun.

c) Limb Girdle

Otot yang mengalami kelemahan adalah area panggul, paha, bahu, dan

lengan bagian atas. Kelemahan otot pada bagian tersebut mempengaruhi

kemampuan gerak sehingga membutuhkan alat bantu untuk berjalan.

d) Miotonik Atropi

Kelemahan otot terjadi pada otot lengan bagian atas, tunkai, leher, dan otot

atas leher yang dapat menyebabkan gangguan gerakan kepala dan

kemampuan mobilitas.

Gambar 13. Muscle Dystrophy

Sumber: http://www.jdshospital.com/muscular-dystrophy-mayopathy/

3) Spina Bifida

Merupakan jenis kelainan yang terjadi pada bagian tulang belakang yang

ditandai dengan 1 atau 3 ruas tulang belakang yang terbuka dan tidak tertutup

kembali selama proses perkembangan. Hal tersebut menyebabkan

terganggunya fungsi jaringan saraf yang berakibat terjadinya kelumpuhan

Page 13: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 13 dari 17

dan/atau terjadi pembesaran kepala karena produkasi cairan yang berlebihan

(hydrocepalus).

Gambar 14. Spina Bifida

Sumber: http://blog.dinopt.com/spina-bifida/

5. Rangkuman

a. Tunadaksa dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab ketunaan yaitu cacat

bawaan, infeksi, gangguan metabolisme, kecelakaan, penyakit yang proresif,

dan sebagian yang tidak diketahui sebabnya.

b. Cerebral Palsy adalah suatu kelainan pada gerak tubuh sebagai akibat dari

adanya kerusakan/kelainan otak atau sistem syaraf yang bersifat menetap

tetapi tidak bersifat progresif,

c. Cerebral Palsy dapat dibedakan berdasarkan letak kelainan di otak dan fungsi

geraknya menjadi tipe spastik, athetoid, rigid, tremor, ataxia, dan campuran

d. Cerebral Palsy dapat dibedakan berdasarkan jumlah anggota badan yang

mengalami kelainan atau luas jaringan otak yang mengalami kerusakan,

meliputi monoplegia, diplegia, paraplegia, triplegia, tetraplegia

e. Cerebral palsy juga dapat dibedakan berdasarkan derajat gangguan fungsi,

yaitu kategori ringan, sedang, dan berat.

f. Tunadaksa diklasifikasikan berdasarkan kelainan sistem otot dan rangka

meliputi: poliomyelitis, muscle dystrophy, dan spina bifida

6. Tugas

Guna memperdalam pemahaman Anda terkait dengan materi di atas, kerjakanlah

tugas sebagai berikut !

Page 14: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 14 dari 17

a. Buatlah kelompok yang terdiri dari 3-4 orang

b. Lakukan observasi lapangan untuk mendapatkan data terkait dengan profil

peserta didik tunadaksa.

c. Berdasarkan profil peserta didik tunadaksa hasil observasi tersebut, buatlah

tabel untuk mengelompokkan data peserta didik tunadaksa berdasarkan jenis

ketunadaksaannya.

d. Presentasikan dan diskusikan bersama kelompok yang lain

7. Tes Formatif (10 soal objektif)

Berilah tanda Silang (X) pada salah satu huruf A, B, C, D, atau E pada

jawaban yang kamu anggap benar.

1. Kekakuan otot pada seluruh tubuh sehingga anggota gerak tubuh sulit untuk

dibengkokkan disebut….

a. Ataxia

b. Cerebral palsy

c. Kram otot

d. Rigid

e. Athetoid

2. Tindakan berjalan atau bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa perangkat

seperti tongkat atau kruk disebut…..

a. Berlari

b. Mandiri

c. Ambulasi

d. Merangkak

e. Semua benar

3. Nama lain dari dechenne atau pseudohipertropi adalah….

a. Limb girdle

b. Miotonik atropi

c. Spina bifida

d. Cerebral palsy

e. Muscle dystrophy progresiva

4. Ketunaan yang terjadi pada saat peserta didik masih dalam kandungan

dikarenakan kelainan gen, kromosom, dan sejenisnya disebut….

a. Cacat bawaan

b. Infeksi orang tua

Page 15: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 15 dari 17

c. Gangguan metabolisme orang tua

d. Cacat saat lahir

e. Cacat yang disebabkan oleh orang lain

5. Ciri-ciri sifat dari dystrophia muscolorum progressive adalah….

a. Ditularkan melalui kontak fisik

b. Ditularkan oleh virus dan didapatkan dari keturunan/bawaan

c. Tidak menular tetapi dapat diturunkan dari orang tua

d. Tidak menular dan tidak dapat diturunkan dari orang tua

e. Semua jawaban salah

6. Kelumpuhan pada kedua anggota tubuh gerak bawah tubuh disebut

a. Monoplegia

b. Triplegia

c. Tetraplegia

d. Diplegia

e. Paraplegia

7. Jenis kelainan yang terjadi pada bagian tulang belakang yang ditandai dengan

1 atau 3 ruas tulang belakang yang terbuka dan tidak tertutup kembali selama

proses perkembangan disebut…

a. Polio

b. Spina bifida

c. Miotonik atropi

d. Bulbospinal

e. Fasio Scapulohumeral

8. Suatu infeksi pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio

yang mengakibatkan kelumpuhan dan pengecilan otot (atropi) anggota gerak

tubuh yang bersifat menetap.

a. Fasio Scapulohumeral

b. Spina bifida

c. Polio

d. Cerebral palsy

e. Muscle dystrophy

9. Kelumpuhan pada keempat anggota gerak tubuh. Dampak kelumpuhan pada

kaki lebih berat daripada pada tangan. Atau dengan kata lain, dampak

kelumpuhan pada tangan lebih ringan daripada kaki disebut…

a. Tetraplegia

Page 16: A. KEGIATAN BELAJAR 2 : KLASIFIKASI PESERTA DIDIK …ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php...3) Gangguan metabolisme Ketunaan juga dapat terjadi pada bayi dan peserta didik

Halaman 16 dari 17

b. Diplegia

c. Monoplegia

d. Paraplegia

e. Ataxia

10. Pada usia berapa ciri-ciri MDP (Muscle dystrophy progressiva) terlihat Nampak

jelas…

a. Usia lebih dari 40 tahun

b. Usia lebih dari 30 tahun

c. Usia lebih dari 20 tahun

d. Usia lebih dari 10 tahun

e. Usia kurang dari 10 tahun