› files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan...

98
TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DAN TRANSMIGRASI

Transcript of › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan...

Page 1: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJADAN TRANSMIGRASI

Page 2: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan
Page 3: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

BAB XII

TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA DANTRANSMIGRASI

A. TENAGA KERJA

1. Pendahuluan

Situasi ketenagakerjaan di Indonesia dalam tahun kedua Re-pelita IV masih ditandai oleh masalah-masalah struktural yaitu, pertama, pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi. Sensus Penduduk tahun 1980 mencatat bahwa penduduk Indonesia pada ta-hun tersebut 147,5 juta dan bertambah menjadi 163,9 juta pada tahun 1985 menurut hasil SUPAS 1985. Dengan demikian dalam ku-run waktu 1980 - 1985 laju pertumbuhan penduduk Indonesia masih tinggi, yaitu 2,1% per tahun.

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk tersebut, maka angkatan kerja juga bertambah diperkirakan sebanyak 9,3 juta orang atau rata-rata 2,8% setiap tahun selama Repelita IV. Tingkat pertum-buhan angkatan kerja tersebut mengakibatkan kelebihan tenaga kerja secara umum yang berkelanjutan dengan timbulnya masalah penyediaan lapangan kerja dan juga masalah perlindungan tenaga kerja.

Kedua, adanya penyebaran penduduk yang tidak merata, yang menyebabkan kesulitan dalam mengelola sumber alam dan sumber daya manusia yang tersedia. Hampir 62% penduduk Indonesia ter-dapat di Pulau Jawa yang luasnya hanya 7% dari luas wilayah In-donesia, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan antara poten-si sumber daya manusia dan daya dukung ekonomi setempat.

Ketiga, sebagian besar atau lebih dari 50% angkatan kerja berpendidikan SD ke bawah, yang menyebabkan rendahnya produkti-vitas, sehingga tingkat penghasilan masih rendah.

Keempat, adanya tingkat pendayagunaan tenaga kerja yang ma-sih rendah atau tingkat ketergantungan masih relatif tinggi. Pada awal Repelita IV diperkirakan seorang penduduk Indonesia bekerja untuk menghidupi 3 orang. Selain itu tingkat setengah pengangguran cukup tinggi, walaupun tingkat pengangguran terbu-

XII/3

Page 4: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

ka atau penganggur penuh tercatat cukup rendah yaitu sekitar 1,7%.

Kelima, adanya ketidakseimbangan di dalam pasar kerja. Kea-daan pencari kerja melalui Bursa Tenaga Kerja kebanyakan ber-pendidikan SLTA, Sarjana Muda dan Sarjana khususnya dari juru-san Umum/Sosial atau jurusan Non Eksakta yang sebagian besar tidak sesuai dengan kualifikasi kebutuhan riil tenaga kerja di pasar kerja. Di samping hal tersebut juga adanya lowongan kerja di suatu lapangan pekerjaan atau suatu daerah belum tentu dapat diisi oleh tenaga kerja dari lapangan pekerjaan atau daerah yang lain.

Sehubungan dengan masalah-masalah ketenagakerjaan diatas dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dikemukakan bahwa perlu-asan dan pemerataan kesempatan kerja serta peningkatan mutu dan perlindungan tenaga kerja merupakan kebijaksanaan pokok yang sifatnya menyeluruh di semua sektor. Dalam hubungan ini pro-gram-program pembangunan sektoral maupun regional perlu selalu mengusahakan terciptanya perluasan kesempatan kerja sebanyak mungkin. Dengan demikian di samping peningkatan produksi seka-ligus dapat dicapai pemerataan kegiatan pembangunan dan hasil-hasilnya.

Kebijaksanaan dan langkah-langkah dibidang tenaga kerja da-lam Repelita IV juga ditujukkan agar struktur angkatan kerja berdasarkan pendidikan dan keahlian makin seimbang. Dalam hu-bungan ini angkatan kerja dengan pendidikan dan keahlian yang bersifat profesional diusahakan makin meningkat, sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Sejalan dengan itu angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian secara relatif akan makin berkurang sedangkan angkatan kerja yang bekerja di sektor industri dan jasa akan makin meningkat. Produktivitas tenaga kerja diusaha-kan makin meningkat dan tingkat pengangguran yang terbuka mau-pun tersembunyi merupakan bagian yang semakin kecil dari selu-ruh angkatan kerja.

Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa dalam rangka me-ningkatkan perencanaan tenaga kerja yang terpadu maka sasaran kebijaksanaan tenaga kerja dalam Repelita IV meliputi hal-hal sebagai berikut.

Pertama, perluasan lapangan kerja dalam jumlah yang mema-dai yang mampu memberi lapangan kerja kepada angkatan kerja ba-ru dan mengurangi tingkat pengangguran yang ada.

XII/4

Page 5: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

Kedua, pembinaan dan pengembangan angkatan kerja dalam jum-lah yang sepadan dengan pertambahan angkatan kerja baru diber-bagai sektor dan daerah.

Ketiga, pembinaan, perlindungan dan pengembangan angkatan kerja yang sudah bekerja untuk meningkatkan produktivitas mere-ka dan mewujudkan ketenangan kerja di perusahaan-perusahaan me-lalui hubungan mekanisme perburuhan yang saling menghargai, se-rasi antara buruh dan pengusaha yang dijiwai oleh Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

Keempat, peningkatan berfungsinya pasar kerja sehingga pe-nyaluran, penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja dapat terlak-sana sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

Kelima, perencanaan tenaga kerja yang terpadu juga dituju-kan untuk mengurangi laju pertumbuhannya serta meningkatkan mu-tu tenaga kerja melalui berbagai usaha dalam rangka pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia.

Dalam rangka mengusahakan terciptanya lapangan kerja yang seluas-luasnya melalui pelaksanaan program-program pembangunan maka ditempuh kebijaksanaan-kebijaksanaan dan langkah-langkah yang menyeluruh dan terpadu. Langkah-langkah yang menyeluruh dan terpadu ini meliputi langkah-langkah yang bersifat umum, sektoral, regional, dan khusus.

Kebijaksanaan perluasan lapangan kerja yang bersifat umum ditujukan agar berbagai kebijaksanaan di bidang ekonomi disatu pihak cukup stabil sehingga menciptakan derajat kepastian yang lebih tinggi bagi semua pelaku ekonomi, tetapi di lain pihak cukup luwes sehingga dapat menyerap perkembangan-perkembangan penting yang terjadi dalam kehidupan ekonomi. Kebijaksanaan umum ini juga diarahkan agar pola konsumsi masyarakat dapat le-bih tertuju kepada Jenis produksi dalam negeri yang bersifat padat karya. Dibidang sosial antara lain mencakup kebijaksanaan kependudukan dan pendidikan.

Kebijaksanaan kependudukan diarahkan untuk menciptakan ma-syarakat keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera; dibidang pendidikan bertujuan meningkatkan mutu untuk menghasilkan tena-ga kerja terdidik dan trampil sehingga perluasan lapangan kerja dapat tercapai.

Kebijaksanaan lapangan kerja sektoral meliputi langkah-langkah pada masing-masing sektor dalam rangka meningkatkan

XII/5

Page 6: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

produksi barang dan jasa serta sekaligus memperluas lapangan kerja. Sektor-sektor ini meliputi sektor pertanian, industri, perhubungan, perdagangan, pendidikan dan latihan, perumahan dan pemukiman dan lain-lain. Pada dasarnya kebijaksanaan di berbagai sektor ini ditujukan agar-pelaksanaan berbagai program pembangunan dapat memperluas lapangan kerja baik secara lang-sung maupun tidak langsung. Kebijaksanaan ini menghendaki agar peranan masing-masing sektor dalam keseluruhan usaha pem-bangunan disesuaikan secara tepat dalam rangka usaha penyerapan tenaga kerja secara maksimal dan produktif.

Agar pelaksanaan program-program pembangunan dapat menyerap tenaga kerja semaksimal mungkin secara produktif, maka aspek daerah penting peranannya oleh karena masalah-masalah tenaga kerja banyak ditentukan oleh keadaan di masing-masing daerah. Oleh karena itu berbagai langkah kebijaksanaan perluasan lapa-ngan kerja perlu disesuaikan dengan keadaan dan kondisi masing-masing daerah. Di daerah-daerah yang langka tanah tetapi padat penduduknya, pelaksanaan program-program pembangunan ditekankan bagi pemanfaatan tanah dengan cara yang lebih berhasilguna. Demikian pula, perluasan usaha industri yang padat karya tetapi tidak membutuhkan lahan yang luas akan tetap diberi prioritas di daerah-daerah padat penduduk.

Disamping langkah-langkah yang bersifat umum, sektoral dan daerah, maka dimantapkan dan ditingkatkan pula kebijaksanaan khusus di bidang tenaga kerja.

Kebijaksanaan dan langkah-langkah khusus ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah dibidang penyediaan tenaga kerja mau-pun meningkatkan perluasan lapangan kerja. Sasaran kebijaksana-an khusus ditujukan untuk mengatasi masalah lapangan kerja dan memperbaiki penghasilan kelompok-kelompok masyarakat ber-penghasilan rendah. Kelompok tersebut terdiri dari buruh tani, petani pemilik tanah yang sangat kecil, nelayan, pengrajin, angkatan kerja yang bermukim di daerah-daerah minus dan padat penduduknya, serta kelompok usia muda terdidik yang belum atau sulit mendapatkan lapangan kerja. Kebijaksanaan khusus juga di-tujukan untuk mengatasi masalah lapangan kerja yang sewaktu-waktu muncul oleh karena bencana alam seperti banjir, musim ke-marau yang berkepanjangan dan kemerosotan harga jual didaerah monokultur, dan lain-lain.

Langkah-langkah khusus yang dilaksanakan dalam Repelita IV dalam rangka mengatasi masalah ketenaga kerjaan dan peningkatan penggunaan sumber daya manusia dapat diuraikan di bawah ini.

XII/6

Page 7: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

a. Program Pembangunan Desa

Dalam rangka perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pem-bangunan, maka pembangunan pedesaan terus ditingkatkan. Daerah pedesaan yang dijadikan sasaran adalah daerah-daerah yang padat penduduknya, rawan terhadap bencana alam dan terbatas sumber alamnya, yang pada umumnya menghadapi masalah rendahnya produk-tivitas tenaga kerja dan relatif tingginya tingkat penganggur-an. Untuk mengatasi masalah pengangguran tersebut dilaksanakan beberapa kegiatan seperti proyek-proyek padat karya gaya baru, bantuan pembangunan daerah tingkat dua, dan reboisasi dan peng-hijauan.

1) Proyek Padat Karya Gaya Baru

Dalam tahun kedua Repelita IV kegiatan Proyek Padat Karya Gaya Baru (PPKGB) terus ditingkatkan baik dari segi jumlah ke-camatan maupun imbalan yang disediakan. Kecamatan yang dipilih untuk melaksanakan PPKGB adalah kecamatan-kecamatan padat pen-duduk dan miskin baik di daerah perkotaan maupun pedesaan dengan mengutamakan wilayah-wilayah yang sering dilanda bencana alam dan kegiatan ekonomi yang menurun.

Pada tahun pertama Repelita IV, PPKGB dilaksanakan di 1.125 kecamatan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja sebanyak 258.242 orang per hari (termasuk 6.425 orang lulusan SMTA). Pa-da tahun kedua Repelita IV jumlah kecamatan meningkat menjadi 1.468 termasuk 7 kecamatan di 7 kota. Selain itu PPKGB juga dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mencakup bebe-rapa kecamatan.

Jumlah tenaga kerja yang diserap PPKGB selama 3 - 9 bulan, juga meningkat menjadi 422.978 orang setiap hari termasuk 12.493 orang lulusan SMTA (Tabel XII-1). Besarnya imbalan jasa yang diberikan rata-rata per hari pada tahun pertama Repelita IV adalah Rp 837,50, pada tahun kedua meningkat menjadi Rp 1.000,00, sedangkan pada tahun terakhir Repelita III adalah Rp 800,00. Penentuan besarnya imbalan jasa yang diberikan men-dekati upah minimum yang berlaku setempat.

Hasil-hasil fisik yang dicapai dalam tahun kedua Repelita IV dapat dilihat pada Tabel XII-2. Jalan desa yang dibangun/di-rehabilitasi pada akhir Repelita III, tahun pertama dan kedua Repelita IV masing-masing panjangnya adalah 3.788 km, lebih da-

XII/7

Page 8: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 1

JUMLAH KECAMATAN DAN PENGERAHAN TENAGA KERJADALAM RANGKA PROYEK PADAT KARYA GAYA BARU,

1983/84 - 1985/86

Kecamatan dan Pengerahan R e pe l i t a IVNo. Tenaga Kerja 1983/84 1984/851) 1985/862)

1. Jumlah Kecamatan 1.084 1.125 1.468

2. Pengerahan Tenaga Kerjaper h a r i ( o r a ng ) 246 .638 258.242 422.978

1) Angka d i pe rb a ik i2) Angka sementara

XII/8

Page 9: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 2

HASIL PELAKSANAAN FISIK PROYEK PADAT KARYA GAYA BARU,1983/84 - 1985/86

Repelita IV

No. Kegiatan Fisik Satuan 1983/84 1984/851) 1985/862)

1. Perbaikan/pembuatanjalan desa km 3.788,0 3.966,2 2.819,7

2. Perbaikan/pembuatansaluran pengairantarsier km 3.676, 3 3.849,3 1.929,8

3. Pembuatan sawah baru,penghijauan, terasering,dan lain-lain ha 286,1 299,6 241,1

4. Tanggul, dermaga,dan lain-lain km 48,0 53,0 1.019,8

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XII/9

Page 10: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

ri 3.966 km, dan hampir 2.820 km. Panjang pembangunan/rehabili-tasi saluran pengairan tertier dan luas pencetakan sawah baru, penghijauan, terasering, tanggul, dermaga, dapat dilihat pada Tabel XII-2. Pada tahun kedua Repelita IV hampir semua hasil fisik yang dicapai menunjukkan penurunan bila dibandingkan de-ngan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan dinaikkannya imbalan berupa upah pekerja, masih adanya kegiatan pembangunan yang se-dang berjalan dan tertundanya pelaksanaan karena musim hujan yang berkepanjangan. Keadaan di atas berbeda dengan pembuatan tanggul dan dermaga, yang hasil fisiknya meningkat. Peningka-tan tersebut disebabkan karena Jenis proyek menjadi prioritas pilihan dan sesuai kebutuhan masyarakat setempat.

Sistem teknologi padat karya yang telah mulai dilaksanakan pada Repelita III di kecamatan-kecamatan miskin dan padat pen-duduk terus ditingkatkan dan dikembangkan dalam Repelita IV. Kegiatan ini diarahkan untuk menginventarisasikan berbagai tek-nik produksi di pedesaan, mengadakan pengkajian dan pengembang-an teknologi padat karya yang dapat digunakan secara produktif dan efisien tanpa harus diganti dengan teknologi maju. Sasaran yang hendak dicapai dalam pengembangan teknologi padat karya adalah agar masyarakat setempat dapat mengembangkan dan meman-faatkan teknologi yang ada guna meningkatkan produktivitas ker-ja. Pengembangan sistem teknologi tepat guna ini sejak Repelita III sampai tahun 1985/86 telah dilaksanakan di 8 propinsi, ya-itu Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Lam-pung. Penyebaran teknologi tepat guna dilaksanakan oleh TKS-BUTSI yang berlatar belakang pendidikan teknis dan telah dita-tar mengenai berbagai macam teknologi tepat guna. Selain itu TKS-BUTSI juga berfungsi sebagai tenaga penyuluh lapangan yang memberi petunjuk cara membuat dan menerapkan teknologi tepat guna/padat karya pada masyarakat pedesaan.

Perluasan kesempatan kerja melalui PPKGB diusahakan terus meningkat. Secara keseluruhan kegiatan yang dilakukan dan kawa-san yang dicakup serta peluang lapangan kerja baik yang lang-sung sewaktu proyek berjalan, maupun yang tidak langsung sesu-dah proyek selesai dilaksanakan agar terus meningkat. Kegiatan-kegiatan PPKGB tersebut meliputi pembangunan baru/rehabilitasi jalan, pembangunan saluran pengairan dan drainage/pembuatan em-bung penampung air hujan di daerah yang curah hujannya relatif sangat rendah, penghijauan, terasering, pemanfaatan tanah yang tersedia di pedesaan dalam rangka peningkatan produksi, dan perbaikan lingkungan hidup di daerah perkotaan. Melalui kegia-tan-kegiatan PPKGB di atas diharapkan kesempatan kerja dapat

XII/10

Page 11: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

diperluas dan sekaligus dapat diciptakan sumber tambahan penda-patan bagi masyarakat.

2) Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat Dua

Salah satu kebijaksanaan khusus untuk memperluas kesempatan kerja yang berupa pemberian bantuan pembangunan kepada Daerah Tingkat Dua. Dalam Repelita IV bantuan tersebut diperluas dan disempurnakan. Kegiatan program ini yang dikenal sebagai pro-gram Inpres Kabupaten, ditujukan untuk membangun fasilitas umum yang diserasikan dengan potensi dan kebutuhan masing-masing da-erah, misalnya pasar, terminal angkutan umum, jalan, saluran pengairan, jembatan dan sebagainya. Kegiatan diarahkan agar memanfaatkan bahan lokal dan tenaga kerja yang ada di sekitar proyek sebanyak mungkin, sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan peluang kesempatan kerja bagi ma-syarakat.

Pada tahun 1985/86 perkiraan kesempatan kerja yang tercipta sebanyak 490.864 orang dalam seratus hari kerja. Keadaan ini tampak menurun bila dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel XII-3). Penurunan ini terjadi karena meningkatnya upah pekerja dan bertambahnya peralatan yang dibutuhkan. Namun demikian, secara keseluruhan program Inpres Kabupaten telah berhasil menciptakan kesempatan kerja yang cukup besar.

3) Reboisasi dan Penghijauan

Program reboisasi dan penghijauan merupakan salah satu usa-ha untuk memperluas kesempatan kerja melalui pelestarian hutan, tanah, dan air. Program tersebut diarahkan untuk konservasi la-han agar dapat mengendalikan banjir dan erosi dimusim penghu-jan, serta kekeringan dimusim kemarau. Kegiatan fisiknya berupa pembuatan teras, check-dam dan hutan rakyat, atau penanaman ta-naman tahunan, pembangunan unit percontohan usaha tani, peles-tarian sumber alam serta kegiatan lain. Kegiatan ini merupakan usaha rehabilitasi lahan kritis dalam Daerah Aliran Sungai (DAS). Dalam pelaksanaannya program ini membutuhkan banyak te-naga kerja, sehingga masyarakat setempat yang pada umumnya ber-ketrampilan rendah dapat dimanfaatkan dan sekaligus dapat me-ningkatkan pendapatan melalui imbalan jasa.

Dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan penghutanan kembali seluas 40.121 ha dan penghijauan tanah kritis seluas 97.928 ha. Kesempatan kerja yang tercipta dalam melaksanakan reboisasi dan penghijauan tersebut berjumlah lebih dari 11.943 ha. dalam se-

XII/11

Page 12: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 3

JUMLAH KESEMPATAN KERJA YANG DAPAT DICIPTAKANDALAM PROGRAM INPRES KABUPATEN/KOTAMADYA,

1983/84 - 1985/86,

T a h u n Jumlah Kesempatan Kerja(dalam seratus hari kerja)

XII/12

Page 13: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

1983/84 468.608

1984/85 503.410

1985/86 490.864

Page 14: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

ratus hari kerja. Apabila dibandingkan dengan tahun 1984/85 maka tampak bahwa baik lahan yang direboisasi maupun lahan yang dihijaukan luasnya menurun (Tabel XII-4). Kesempatan kerja dalam seratus hari kerja menurun karena adanya perubahan kebi-jaksanaan. Pertama, kegiatan reboisasi dan penghijauan di-konsentrasikan pada hulu daerah aliran sungai. Kedua, pengalih-an penghijauan dari tanam-menanam kepada kegiatan pembuatan unit-unit percontohan dan pembuatan dan pengendali. Dalam Repe-lita IV, pemilihan lokasi prioritas lebih dipertajam menurut Sub DAS dari 36 DAS terpilih.

b. Penempatan dan Penyebaran Tenaga Kerja

Kebijaksanaan tenaga kerja, sebagaimana dikemukakan dalam Repelita IV, diarahkan kepada penyaluran, penyebaran dan peman-faatan tenaga kerja yang lebih baik dengan jalan pembinaan dan peningkatan keterampilan terutama bagi angkatan kerja usia muda. Disamping itu juga dikembangkan dan disempurnakan infor-masi ketenagakerjaan. Dengan demikian pelaksanaan program ini dimaksudkan agar jumlah tenaga kerja sebagai sumber daya manu-sia dapat dijadikan modal dasar pembangunan nasional. Program ini mencakup pengerahan Tenaga Kerja Sukarela-BUTSI, kuliah kerja nyata, pembatasan penggunaan tenaga asing, dan informasi pasar kerja dan antar kerja.

1) Tenaga Kerja Sukarela - BUTSI

Kebijaksanaan menyebarkan dan memanfaatkan sumber daya ma-nusia, khususnya tenaga kerja muda terdidik ke daerah pedesaan melalui Proyek Pengerahan Tenaga Kerja Sukarela Pelopor Pemba-haruan dan Pembangunan (TKS-BUTSI) dilanjutkan dan disempurna-kan. Pelaksanaan proyek ini di samping bertujuan untuk membina daya kreasi, idealisme, kepribadian, disiplin dan keterampilan para pemuda, sekaligus juga untuk membantu proses pembaharuan dan pembangunan masyarakat di daerah pedesaan.

Tugas pokok para Tenaga Kerja Sukarela (TKS) meliputi per-baikan administrasi desa, kesehatan, gizi, keluarga berencana, produksi, transmigrasi, koperasi, industri dan memanfaatkan serta membantu memelihara kelestarian sumber alam. Sebelum di-tugaskan di pedesaan para TKS terlebih dahulu diberi informasi mengenai latar belakang desa tempat berbakti dan latihan pratu-gas. Setelah satu tahun bertugas, mereka diberi latihan ke-terampilan praktis dan pengetahuan pemecahan masalah yang nyata dihadapi di pedesaan untuk menunaikan tugasnya termasuk mene-rapkan teknologi padat karya. Bagi mereka yang telah menjalani

XII/13

Page 15: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 4JUMLAH KESEMPATAN KERJA YANG DAPAT DICIPTAKAN

DALAM PROGRAM REBOISASI DAN PENGHIJAUAN,1983/84 - 1985/86

No.Jenis Kegiatan danKesempatan Kerja 1983/84

Repelita

1984/85 1)

IV

1985/86 2)

1. Reboisasi:a. Luas (ha) 97.060 57.643 40.121b. Kesempatan Kerja(seratus hari kerja) 15.629,6 9.282,3 6.460,7

2. Penghijauan:a. Luas (ha) 245.139 208.452 97.928b. Kesempatan Kerja(seratus hari kerja) 13.725,6 11.671,5 5.483,1

3. Jumlah Kesempatan Kerja(seratus hari kerja) 29.355,2 20.953,8 11.943,8

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XII/14

Page 16: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

masa bakti selama dua tahun, diberikan kesempatan untuk menda-patkan latihan tambahan yang intensif.

Dari Tabel XII-5 terlihat bahwa TKS-BUTSI yang dapat dike-rahkan pada tahun kedua Repelita IV berjumlah 14.385 orang, setelah ditangguhkan pada tahun pertama. Penangguhan sementara pengerahan TKS-BUTSI pada tahun pertama karena penyempurnaan pola pembinaan TKS-BUTSI yang ada kepada usaha-usaha wiraswasta dan kegiatan untuk menunjang pelaksanaan program-program pemba-ngunan dilingkungan Departemen Tenaga Kerja.

2) Kuliah Kerja Nyata

Dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, ke-giatan ekstra-kurikuler perguruan tinggi yang dikenal sebagai Kuliah Kerja Nyata (KKN), dilanjutkan dan ditingkatkan menjadi kegiatan intra-kurikuler. Para mahasiswa yang akan menyelesai-kan pendidikannya dilibatkan dalam kegiatan KKN agar mereka me-rasa turut berperanserta dalam pembangunan dan selain itu memupuk rasa pengabdian dan tanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan negara Indonesia. Melalui KKN para mahasiswa akan langsung terjun ke dalam lingkungan masyarakat di pedesaan yang memiliki berbagai perbedaan latar belakang adat istiadat. Sebe-lum bertugas, kepada mahasiswa KKN diberikan informasi latar belakang mengenai desa yang akan dikunjungi. Dengan ber-KKN para mahasiswa akan mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari bangku kuliah dan mendapatkan kesempatan mengembangkan kepemimpinan dalam pelaksanaan pembangunan, serta dapat memberi masukan berupa umpan balik yang berharga bagi almamater.

Mahasiswa tingkat terakhir yang merupakan peserta KKN, se-lama 3 - 6 bulan dibagi menjadi kelompok-kelompok antar disi-plin ilmu pengetahuan dan ditugaskan sebagai suatu kesatuan da-lam usaha meningkatkan pembangunan di pedesaan. Jumlah mahasis-wa yang mengikuti KKN setiap tahun terus meningkat. Pada tahun 1984/85 mahasiswa yang mengikuti KKN berjumlah 19.150 orang, dan pada tahun kedua meningkat menjadi 19.725 orang.

3) Informasi Tenaga Kerja dan Antar Kerja

Sistem informasi pasar kerja guna meningkatkan mobilitas tenaga kerja, terus dikembangkan dan disempurnakan. Informasi pasar kerja mencakup informasi lowongan dan pencari kerja. Un-tuk mempercepat pengisian lowongan dan penempatan pencari ker-ja, informasi tersebut menyebutkan jumlah lowongan atau permin-

XII/15

Page 17: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 5

PENGERAHAN TENAGA KERJA SUKARELA - BUTSI,1983/84 - 1985/86

Jumlah Pengerahan( orang )

1983/84 5.670

1984/85 _1)

1985/86 14.3852)

Jumlah : 20.055

1) Tidak ada pengerahan TKS-BUTSI baru2) Angka sementara

Tahun

XII/16

Page 18: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

GRAFIK XII - 1PENGERAHAN TENAGA KERJA SUKARELA — BUTSI ,

1983/84 - 1985/86

Page 19: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

taan tenaga kerja menurut jenis jabatan, jenis pekerjaan, loka-si, keterampilan yang dibutuhkan, dan imbalan jasa yang akan diberikan di wilayah tertentu dan disebar luaskan melalui media massa seperti radio, surat kabar harian dan buletin berkala.

Pada tahun 1984/85 jumlah lowongan/permintaan yang tercatat sebanyak 106.640 orang, sedang tenaga kerja yang mendaftarkan untuk disalurkan berjumlah lebih dari 1.1 juta orang. Dari jum-lah tersebut yang berhasil ditempatkan berjumlah 73.188 orang. Pada tahun 1985/86, jumlah lowongan/permintaan meningkat menja-di hampir 112.000 orang, dari 1,2 lebih tenaga kerja yang men-daftarkan untuk disalurkan, dan 87.714 orang diantaranya berha-sil ditempatkan. Dari jumlah yang mendaftar tersebut, sebanyak 330.276 orang tergolong "penghapusan" karena kemungkinan dian-tara mereka telah mendapatkan pekerjaan. (Tabel XII-6).

Dari angka-angka tersebut dapat dikatakan bahwa "perminta-an" tenaga kerja selalu tidak dapat dipenuhi oleh pencari kerja walaupun jumlahnya yang terakhir lebih besar. Hal ini disebab-kan karena jenis pekerjaan, jabatan yang memerlukan suatu kete-rampilan tertentu tidak dapat dipenuhi atau karena lokasi/dae-rah yang berbeda.

Salah satu masalah yang menyangkut informasi ketenagaker-jaan adalah masalah keterpaduan, yaitu keterpaduan data yang dikumpulkan dan disajikan di bidang tenaga kerja dan lapangan kerja dengan data di bidang-bidang lain yang merupakan unsur-unsur yang tak terpisahkan dari keadaan lapangan kerja dan te-naga kerja. Sehubungan dengan itu maka dalam tahun 1985/86 De-partemen Tenaga Kerja bekerja sama dengan Biro Pusat Statistik melakukan survai secara acak di 16.000 perusahaan di seluruh propinsi di Indonesia. Survai perusahaan tersebut meliputi 17 sub sektor yaitu perkebunan, peternakan, rumah potong hewan, pertambangan, industri besar, industri sedang, listrik, kon-struksi, perdagangan besar, farmasi/apotik, hotel, angkutan da-rat, angkutan laut, angkutan udara, biro perjalanan, bank/asu-ransi, dan jasa.

Dalam bidang penyebaran tenaga kerja, untuk mengatasi ke-kurangan tenaga kerja di suatu daerah dilaksanakan penyaluran melalui mekanisme Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja Lokal (AKL). Untuk memenuhi permintaan tenaga kerja di-luar negeri disalurkan melalui mekanisme Antar Kerja Antar Ne-gara (AKAN). Bagi tenaga kerja yang akan disalurkan dan membu-tuhkan keterampilan dilatih di balai-balai latihan kejuruan yang ada. Selain itu mereka juga dibekali dengan latihan menge-

XII/18

Page 20: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 6

JUMLAH PENDAFTARAN, PERMINTAAN DAN PENEMPATAN TENAGA KERJAMELALUI DEPARTEMEN TENAGA KERJA,

1983/84 - 1985/86( orang )

Repelita IVJenis Kegiatan 1983/84 1984/85 1985/861)

Pendaftaran 871.223 1.102.365 1.228.385

Permintaan 123.317 106.640 111.959

Penempatan 84.836 73.188 87.714

Penghapusan 332.278 430.857 330.276

Sisa Pendaftaran 2) 454.109 598.320 810.395

1) Angka sementara2) Sisa Pendaftaran = Pendaftaran - (Penempatan + Penghapusan)

XII/19

Page 21: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

nai disiplin kerja. Bagi tenaga kerja yang dikirim ke luar ne-geri terlebih dahulu disaring melalui "test" kemampuan teknis operasional dan mental psikologis, agar tenaga kerja yang diki-rim di satu pihak tidak mengganggu kebutuhan di dalam negeri dan di lain pihak sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja diluar negeri.

Perkembangan mengenai tenaga kerja yang disalurkan dalam rangka AKAD, AKL dan AKAN dapat dilihat pada Tabel XII-7. Sejak tahun 1984/85 sampai pada tahun 1985/86 kegiatan ini menunjuk-kan peningkatan, khususnya pada tenaga kerja yang disalurkan ke luar negeri kecuali penyaluran melalui mekanisme AKAD yang mengalami penurunan. Hal ini disebabkan permintaan tenaga kerja dari perusahaan-perusahaan di daerah luar Jawa khususnya berkurang akibat dari keadaan kegiatan ekonomi yang belum me-nentu. Sebagian besar tenaga kerja dalam rangka AKAN dimanfaat-kan untuk mengisi kesempatan kerja di Timur Tengah, dan seba-gian lagi di Malaysia, Singapura serta beberapa negara Eropa. Dalam tahun 1984/85 tenaga kerja yang disalurkan melalui AKAN berjumlah 46.236 orang, dan dalam tahun 1985/86 meningkat men-jadi 50.706 orang. Seluruh tenaga kerja yang disalurkan melalui mekanisme AKAD, AKL dan AKAN pada tahun kedua Repelita IV berjumlah 148.299 orang, dan jumlah ini lebih besar bila diban-dingkan tahun sebelumnya yaitu 130.402 orang, yang berarti mengalami suatu kenaikan sebesar 13,77.

Pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri merupakan salah satu sumber devisa non migas, maka usaha pengiriman akan terus ditingkatkan, baik jumlah maupun mutunya. Dalam rangka memudahkan usaha pembinaan dan pengawasannya, maka kini telah diadakan penyederhanaan terhadap jumlah perusahaan pengerah te-naga kerja Indonesia.

4) Penggunaan Tenaga Asing

Sebagai tindak lanjut Keppres No. 23 Tahun 1974, dilaksana-kan pembatasan bagi warga negara asing pendatang. Ada tiga ben-tuk pembatasan bagi warga negara asing pendatang. Pertama, yang tertutup dan hanya terbuka bagi warga negara Indonesia, khusus-nya jabatan-jabatan yang tidak membutuhkan keterampilan atau keahlian tinggi. Kedua, jabatan yang diijinkan untuk waktu ter-tentu, terbatas pada jabatan yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja Indonesia, karena belum tersedianya tenaga ahli atau yang berketerampilan tinggi. Ketiga, jabatan yang terbuka untuk se-mentara waktu, yaitu jenis-jenis jabatan yang umumnya berkaitan dengan kepercayaan penanam modal, misalnya manajer keuangan dan

XII/20

Page 22: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 7

JUMLAH TENAGA KERJA YANG DISALURKAN DALAMRANGKA AKAD, AKAN, DAN AKL,

1983/84 - 1985/86(o rang)

Repelita IV

Jenis Penyaluran 1983/84 1984/851) 1985/862)

A K A D 19.583 10.978 9.879

A K A N 30.790 46.236 50.706

A K L 84.836 73.188 87.714

Jumlah : 135.209 130.402 148.229

Keterangan: AKAD = Antar Kerja Antar Daerah AKAN Antar Kerja Antar Negara AKL = Antar Kerja Lokal

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XII/21

Page 23: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

jenis jabatan lainnya. Selain itu, juga telah ditentukan jumlah tertinggi jenis jabatan yang dapat diisi tenaga kerja warga ne-gara asing pendatang. Melalui koordinasi antar instansi teknis yang berwenang telah dilaksanakan pengamatan yang lebih intensif mengenai kewajiban perusahaan melatih tenaga kerja Indonesia sehingga dapat mengisi jabatan-jabatan tenaga terampil atau ahli yang selama ini diduduki oleh tenaga asing pendatang.

Perkembangan pelaksanaan pembatasan penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang menurut lapangan usaha dapat dili-hat pada Tabel XII-8 dan Tabel XII-9. Sesudah Keppres No. 23 Tahun 1974 diterbitkan maka jenis jabatan yang dibatasi bagi tenaga kerja asing terus meningkat. Jumlah keseluruhan jenis jabatan yang dibatasi dalam tahun 1984/85 adalah 4.328 yang di-cakup oleh 24 lapangan usaha, dan dalam tahun 1985/86 meningkat menjadi 4.660 di 26 lapangan usaha. Hal ini berarti melalui sarana pembatasan warga negara asing pendatang telah diperluas peluang kesempatan kerja bagi tenaga kerja Indonesia khususnya untuk jenis jabatan yang tertutup, yaitu dari 1.608 jenis dalam tahun 1984/85 menjadi 1.863 jenis pada tahun berikutnya.

c. Latihan dan Keterampilan Tenaga Kerja

Dalam rangka pembinaan sumber daya manusia, peningkatan la-tihan dalam Repelita IV akan lebih diarahkan untuk mempersi-apkan tenaga kerja baru usia muda yang akan masuk dalam dunia kerja. Di samping itu, juga akan ditingkatkan ketrampilan dan prestasi tenaga kerja yang sudah bekerja dalam rangka penyesu-aian dengan kemajuan teknologi. Dengan demikian, melalui pe-ningkatan latihan diharapkan akan tumbuh etika kerja yang penuh disiplin. Selanjutnya pada gilirannya motivasi, kreativitas, kemauan kerja meningkat baik dalam rangka hubungan kerja atau-pun dalam usaha mandiri. Sejalan dengan itu melalui latihan di balai-balai latihan ditanamkan sikap mental yang positif terha-dap setiap jenis pekerjaan baik yang "halus" maupun yang "ka-sar", yang dipentingkan adalah hasil karya berdasarkan keahlian atau ketrampilan.

1) Latihan Tenaga Kerja

Latihan kejuruan dibidang-bidang industri pengolahan, per-tanian, bangunan, elektronika, mekanik, jasa dan lain-lain di-adakan baik untuk tenaga kerja yang sudah bekerja maupun untuk tenaga kerja pencari kerja. Kegiatan latihan diarahkan untuk menghasilkan tenaga-tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, produksi dan sejenis, usaha penjualan, usaha pertanian, admi-

XII/22

Page 24: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 8

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAAN TENAGA KERJAWARGA NEGARA ASING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA,

1983/84 - 1985/86

Lapangan Usaha dan Repelita IV

No. Jabatan 1983/84 1984/85 1985/86*)

Jumlah Lapangan Usaha 23 24 26

2. Jumlah Jenis JabatanYang Tertutup 1.595 1.608 1.863

Jumlah Jenis JabatanYang Diizinkan UntukWaktu Tertentu 2.526 2.542 2.583

Jumlah Jenis JabatanYang Terbuka UntukSementara Waktu 173 178 214

5. Jumlah KeseluruhanJenis Jabatan YangDibatasi 4.294 4.328 4.660

*) Angka sementara

XII/23

Page 25: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan
Page 26: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 9

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBATASAN PENGGUNAANTENAGA KERJA WARGA NEGARA AGING PENDATANG MENURUT LAPANGAN USAHA,

KEADAAN TAHUN 1985/86

No. LapanganUsaha

Jumlah Jenisjabatan yangtertutup

Jumlah JenisJabatan yangdiijinkanuntuk waktutertentu

Jumlah JenisJabatan yangterbuka untuksementarawaktu

JumlahKeseluruhan

JenisJabatan

1 Kehutanan UnitPengusahaan Hutan

52 61 2 115

2. Perikanan 24 32 4 60

3. Peternakan 30 72 2 104

4. Perkebunan 48 43 14 105

5. Minyak & Gas Bumi 61 94 14 169

6. Pertambangan Umum 38 121 1 160

7. Industri Tekstil. 2 27 18 47

8. Industri Kimia Dasar 4 102 7 113

9. Aneka Industri danKerajinan

189 400 5 594

10. Industri Mesin danLogan Dasar

251 785 6 1.042

11. Pariwisata 299 44 2 345

12. Pos dan Telekomunikasi - 9 9

13. Perhubungan Darat - - 6 6

14. Perhubungan Udara 11 16 37 64

15. Perhubungan Laut 284 67 13 364

16. Pengawasan Obatdan Makanan

78 47 5 130

17. Pelayanan Kesehatan 112 105 - 217

18. Perdagangan 74 22 4 100

19. Pembinaan Persdan Grafika

37 58 10 105

20. Dine Marga 57 88 4 149

21. Pengairan 18 106 4 128

22. Cipta Kenya 12 47 4 63

23. Listrik & EnergiBaru

75 172 2 249

24. Pertanian TanamanPangan

13 16 5 34

25. Moneter Dalam Negeri 44 20 13 77

26. Bimasa KristenProt eat en

50 29 32 111

Jumlah : 1.863 2.583 214 4.660

XII/25

Page 27: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

nistrasi dan usaha kantor, dan usaha jasa. Latihan yang diberi-kan diutamakan kepada kelompok tenaga kerja usia muda dan wani-ta yang belum terampil dan kurang pengalaman. Latihan dilaksa-nakan dibalai-balai latihan kerja pemerintah, swasta dan di perusahaan-perusahaan.

Peningkatan peranan Balai Latihan Kerja (BLK) pemerintah dilakukan dengan melengkapi peralatan latihan, memperluas dan merehabilitasi fasilitas latihan yang ada. Daya tampung fasili-tas latihan di BLK-BLK diperbesar dengan menambah dan memperlu-as bengkel-bengkel kerja praktek dan ruang teori latihan. Demi-kian pula peralatan latihan yang sudah tua diganti dengan yang baru. Untuk beberapa BLK yang memenuhi syarat diterapkan sistem modul ketrampilan kerja. Para instruktur yang ditatar untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang mereka miliki.

Tabel XII-10 menunjukkan jumlah tenaga kerja yang telah dilatih diberbagai BLK Sejak tahun terakhir Repelita III hingga tahun kedua Repelita IV. Dalam tahun terakhir Repelita III jumlah yang dilatih adalah 78.960 orang. Selanjutnya dalam 1984/85 jumlahnya meningkat menjadi 111.582 orang, dan dalam tahun 1985/86 tercatat 112.911 orang. Sebagian besar dari lati-han diarahkan ke daerah pedesaan melalui Mobile Training Unit (MTU).

2) Latihan Swasta

Sebagai bagian dari sistem latihan nasional, lembaga lati-han swasta dan perusahaan diikutsertakan dalam penyelenggaraan latihan keterampilan. Peningkatan peranserta masyarakat antara lain dilaksanakan melalui latihan keterampilan di lembaga-lembaga swasta/perusahaan, khususnya untuk tingkat kejuruan yang belum tersedia di BLK-BLK pemerintah. Selain itu BLK-BLK juga membuka kesempatan kepada perusahaan-perusahaan untuk mengirim tenaga kerjanya untuk dilatih di BLK.

Pembinaan terhadap lembaga latihan swasta, baik mengenai kurikulum, fasilitas, pengelola maupun instrukturnya yang te-lah dibakukan dalam tahun-tahun sebelumnya terus disebar luas-kan. Di samping itu juga secara bertahap sedang dirintis sistem latihan permagangan dan latihan dalam pekerjaan di perusahaan. Demikian pula kegiatan-kegiatan yang memberikan kemampuan pra-jabatan dan pra-kejuruan terus dikembangkan. Dalam hubungan ini, sedang dirumuskan sistem insentif bagi perusahaan yang me-nyelenggarakan latihan keterampilan sebagai bagian dari ranca-ngan undang-undang mengenai latihan.

XII/26

Page 28: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 10

JUMLAH TENAGA KERJA YANG TELAH DILATIH DI BERBAGAIBALAI LATIHAN KERJA,1983/84 - 1985/86

No. Jenis Balai Latihan 1983/84

Repelita IV

1984/851) 1985/862)

1 Industri 20.423 24.269 36.641

2. Pertanian 504 3.541 4.307

3. Manajemen 7.773 9.267 10.338

4. Mobile Training Unit (MTU) 50.260 74.505 61.625

Jumlah : 78.960 111.582 112.911

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XII/27

Page 29: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan
Page 30: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

Sebagai tindak lanjut dari pembakuan kursus, jangkauan pem-binaan tenaga kerja melalui latihan kerja telah dikembangkan pada kelompok swasta lainnya. Kegiatan penataran instruktur swasta dimaksudkan untuk meningkatkan ketrampilan dan keahlian para instruktur, dalam pilihan program baik di bidang teknis aplikasi kejuruan maupun bidang metodologi latihan. Penataran di pondok pesantren dimaksudkan untuk menyediakan tenaga kerja terampil dalam kaitannya dengan perluasan kesempatan kerja se-tempat.

Pada tahun 1985/86 telah diselenggarakan penataran kepada 875 orang pengelola lembaga latihan swasta, 1.140 orang in-struktur berbagai latihan swasta dan latihan kepada 40 orang di bidang keterampilan perhotelan. Sementara itu, pada pondok pe-santren telah dilakukan penataran keterampilan yang diikuti 420 orang santri.

d. Hubungan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Dalam Repelita IV dikemukakan bahwa pembinaan hubungan per-buruhan perlu diarahkan kepada terciptanya kerjasama yang sera-si antara buruh dan pengusaha yang dijiwai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Masing-masing unsur yang terlibat da-lam hubungan kerja saling menghormati, saling membutuhkan, sa-ling mengerti peranan serta hak dan melaksanakan kewajiban ma-sing-masing dalam keseluruhan proses produksi, serta dalam usa-ha meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Pimpinan perusahaan bersama-sama dengan serikat buruh seba-gai "partner" dalam proses produksi berkewajiban mengusahakan agar seluruh karyawan memiliki motivasi, kesadaran bekerja ke-ras dengan penuh disiplin dan turut bertanggung jawab atas ke-lancaran, kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan. Pemerin-tah mengusahakan tetap terbinanya kedamaian dan ketenangan ker-ja yang mendorong terciptanya peningkatan produktivitas secara keseluruhan di perusahaan. Di samping itu juga sekaligus dapat dipenuhi kebutuhan kesejahteraan hidup buruh dan karyawan dalam perusahaan yang bersangkutan sesuai dengan perkembangan dan ke-majuan perusahaan.

Masalah-masalah hubungan ketenagakerjaan dan kesejahteraan buruh dan karyawan diperkirakan akan meningkat bersamaan dengan semakin meluas dan berkembangnya kegiatan pembangunan. Dalam hubungan ini, usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bu-ruh dilaksanakan melalui asuransi ketenagakerjaan, kegiatan

XII/29

Page 31: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

produktif yang diperuntukkan bagi buruh dan keluarganya, serta pembentukan koperasi di perusahaan-perusahaan. Dibidang perlin-dungan tenaga kerja digalakkan usaha-usaha yang mencakup hak-hak buruh, perlindungan norma umum dan norma-norma yang me nyangkut fisik tenaga kerja melalui peningkatan gizi dan higie-ne, pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja. Selain itu un-tuk meningkatkan rasa kepastian waktu yang datang, maka penga-turan/penetapan upah minimum serta perluasan Perjanjian/Kesepa-katan Kerja Bersama (PKB/KKB) terus dilanjutkan. Usaha pembina-an hubungan perburuhan lainnya dilaksanakan melalui pembinaan lembaga-lembaga ketenagakerjaan seperti organisasi buruh,, lem-baga bi-partite di tingkat perusahaan, lembaga tri-partite di tingkat wilayah/nasional dann lembaga-lembaga lainnya.

1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan te-naga kerja telah dilaksanakan pengawasan dan penyuluhan norma-norma perlindungan, khususnya yang menyangkut hak dan kewajiban buruh dan pengusaha. Tujuan utama pengawasan diarahkan kepada sarana hubungan perburuhan Pancasila seperti Perjanjian/Kesepa-katan Kerja Bersama (PKB/KKB), Peraturan Perusahaan.(PP), peng-upahan, asuransi sosial tenaga kerja, dan lain-lain. Selain itu, pengawasan juga diarahkan agar pelaksanaan tunjangan aki- bat kecelakaan kerja diberikan lebih adil.

Pembinaan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tingkat daerah dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah terbentuk di perusahaan-perusahaan dilaksanakan agar lem-baga-lembaga tersebut berfungsi sebagai forum komunikasi antara buruh dan pengusaha.

Usaha keselamatan dan kesehatan kerja selanjutnya ditekan-kan pada "penegakan hukum" oleh petugas-petugas Pengawas Perbu ruhan di tempat-tempat kerja.. Kegiatan pengawasan mencakup pe-ngawasan terhadap keracunan, pengaruh radiasi, dan penggunaan bahan kimia. Selain itu, perusahaan-perusahaan dihimbau mening-katkan perlindungan terhadap tenaga kerja wanita dan anak mela lui penyediaan Tempat Penitipan Anak (TPA), makanan yang bergi-zi, fasilitas dan waktu yang memberikan peluang untuk melaksa-nakan program Kejar (Bekerja sambil belajar) bagi tenaga kerja buta aksara.

Dalam rangka penyebar luasan pelaksanaan higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes) di perusahaan-perusahaan, sampai dengan tahun 1985/1986 telah dihasilkan 30 orang dokter hiper-

XII/30

Page 32: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

kes. Penataran-penataran dilaksanakan bagi 1.070 dokter perusa-haan, 492 manajer perusahaan, 577 insinyur teknisl perusahaan dan 963 para medis. Di samping itu, laboratorium hiperkes dan keselamatan kerja yang dibangun di Bandung, Semarang,-Denpasar, Jakarta, Medan, Surabaya,Ujung Pandang, Palembang, Padang, Balikpapan, Banjarmasin, Manado dan Yogyakarta secara bertahap telah mulai berfungsi melayani perusahaan-perusahaan.

Pada tahun 1985/86 dilaksanakan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap 12.666 perusahaan, 2.139 pesawat uap dan 165 buah pesawat lift. Dengan mulai berfungsinya Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan-perusaha- an serta meningkatnya kesadaran akan resiko bahaya dan kecelakaan di kalangan buruh dan karyawan, maka frekuensi pengawasan dengan mengunjungi perusahaan-perusahaan dapat dikurangi.

Kecelakaan kerja tercatat sebanyak 425 kasus yang melibat-kan 455 orang pekerja. Kecelakaan yang paling tinggi terdapat di sektor industri dan pertanian/kehutanan. Kebakaran yang ter-jadi sebanyak 57 kasus dengan 2 orang meninggal, 11 orang luka berat, dan 9 orang luka ringan. Kebakaran yang paling besar terjadi di sektor industri dan jasa, sehingga jumlah kerugian yang diderita seluruhnya sebesar lebih dari Rp 15.5 milyar. Kejadian-kejadian di atas bila dibandingkan dengan kejadiankejadian tahun 1984/1985 menunjukkan penurunan.

Untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan kerja dikalangan perusahaan pada tahun 1985/86 diadakan penyu-luhan sebanyak 57 kali dengan peserta 1.907 orang dan pada or-ganisasi-organisasi profesi dengan jumlah peserta 1.500 orang.

2) Pengaturan Pengupahan

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya penerapan kebijaksanaan upah minimum terus dilan-jutkan. Sasaran utama kebijaksanaan upah diutamakan-pada sek-tor-sektor yang memberi imbalan upah masih di bawah tingkat kelayakan upah minimum. Kebijaksanaan ini ditujukan agar perbe-daan upah untuk jabatan yang sama semakin menyempit, baik antar wilayah maupun antar sektor, serta berkurangnya perbedaan antara upah tertinggi dan upah terendah dalam satu sektor atau perusahaan.

Untuk menekan atau mengurangi perpindahan pekerja dari pe-desaan ke perkotaan diusahakan agar tingkat upah pekerja dipe-desaan cukup menarik dan perbedaannya tidak berlebihan diban-

XII/31

Page 33: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

ding tingkat upah di perkotaan. Masalah upah sangat mempengaru-hi kesejahteraan buruh secara tidak langsung yang selama ini merupakan salah satu sumber dari sebagian besar keresahan dan perselisihan ketenagakerjaan. Dengan demikian dalam Repelita IV masalah upah ditangani agar lebih terpadu secara lintas sek-toral dengan mempertimbangkan saran-saran Dewan Pengaturan Pengupahan yang anggotanya terdiri dari unsur pemerintah, bu-ruh, pengusaha dan perguruan tinggi.

Perkembangan penetapan upah minimum secara kumulatif sampai dengan tahun 1985/86 telah ditetapkannya 19 upah minimum re-gional, 63 upah minimum sektor regional dan 364 upah minimum sub-sektor regional. Dari 19 penetapan upah minimum regional, tercatat upah yang terendah Rp 450,00/hari di D.I. Yogyakarta dan tertinggi Rp 2.000,00/hari didaerah Pulau Batam. Upah mi-nimum sektor regional yang terendah terdapat pada sektor ang-kutan di D.I. Yogyakarta sebesar Rp 450,00/hari, dan yang ter-tinggi pada sektor konstruksi/bangunan di Kalimantan Selatan sebesar Rp 3.000,00/hari untuk upah tukang kepala. Upah sub-sektor regional yang terendah terdapat pada sub sektor indus-tri rokok di Jawa Tengah sebesar Rp 680,00/hari dan pada sub-sektor penebangan kayu di Sumatera Selatan sebesar Rp 3.100,00/ hari. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya telah terjadi peningkatan tingkat upah secara otomatis disesuaikan dengan in-deks harga konsumen (IHK).

3) Jaminan Sosial

Program jaminan sosial dan kesejahteraan tenaga kerja seca-ra bertahap ditingkatkan sesuai dengan kemampuan pihak-pihak yang berkepentingan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbul-nya resiko ekonomi yang tidak diinginkan. Saat ini berbagai peraturan perundang-undangan telah diterbitkan untuk mengatur program jaminan sosial dan kesejahteraan tenaga kerja. Asuransi kecelakaan kerja dan tabungan hari tua yang dikaitkan dengan tunjangan kematian yang selama ini dilaksanakan terus dikem-bangkan. Sejalan dengan kebijaksanaan tersebut kepada badan-badan swasta yang melaksanakan asuransi tenaga kerja diberikan kan bimbingan agar selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.

Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) yang cakupannya selama ini terbatas pada perusahaan dengan jumlah buruh 100 orang atau lebih, atau dengan pengeluaran upah Rp 5 juta sebulan atau lebih, dalam Repelita IV diperluas jangkauannya sehingga membe-rikan perlindungan bagi buruh di perusahaan-perusahaan yang le-

XII/32

Page 34: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

bih kecil. Di samping itu materi yang dicakup juga dikembangkan secara bertahap sehingga meliputi asuransi sakit, pensiun, dan jaminan pesangon selain asuransi kecelakaan kerja dan tabungan hari tua yang telah ada. Untuk itu bekerja sama dengan Departe-men Kesehatan telah dilaksanakan program rintisan asuransi pe-meliharaan kesehatan di DKI Jakarta. Hasil pelaksanaannya akan dikaji secara mendalam untuk dijadikan masukan dalam perumusan kebijaksanaan perluasan asuransi tenaga kerja. Dana yang ter-himpun selain dikelola untuk memenuhi kewajiban pembayaran bagi tenaga kerja, juga diarahkan pada bidang-bidang yang langsung bermanfaat bagi tenaga kerja, seperti pembangunan perumahan me-lalui perbankan, poliklinik, koperasi dan pembelian saham peru-sahaan tanpa meninggalkan prinsip keamanan dana.

Semenjak ASTEK diselenggarakan dalam tahun 1978 sampai bu-lan Maret 1986, secara kumulatif jumlah peserta telah mencakup 15.014 buah perusahaan dengan jumlah pekerja 2.365.742 orang. Penerimaan iuran ASTEK sampai bulan Maret 1986 berjumlah Rp. 4.460,21 juta, sedang jaminan yang telah diberikan berjumlah Rp. 494,72 juta untuk sebanyak 2.213 kasus yang telah dise-lesaikan.

Perkembangan jumlah kasus dan pembayaran jaminan dari masa ke masa dapat dilihat pada Tabel XII-11. Semenjak tahun 1979 sampai dengan tahun 1985, dari seluruh kejadian pada asuransi kecelakaan kerja, tabungan hari tua, dan asuransi kematian se-cara keseluruhan telah tercatat sebanyak 21.666 kasus dengan dana jaminan sebesar lebih dari Rp 4 milyar.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja diluar ASTEK, dan pengupahan dilaksanakan kegiatan usaha produktif ba-gi pekerja dan keluarga pada waktu senggang. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain mencakup beternak domba, ayam dan babi di-perkebunan. Di sektor informal/tradisional, khususnya di daerah miskin dan padat penduduk, diselenggarakan budi daya tambak udang, ikan air deras dan bandeng. Usaha-usaha tersebut sangat bermanfaat bagi pekerja yang bersangkutan karena penghasilan mereka bertambah dan secara kualitatif memperluas peluang ke-sempatan kerja bagi pekerja dan keluarganya.

4) Perjanjian Perburuhan

Dalam rangka menciptakan kerjasama yang serasi antara buruh dan pengusaha diperlukan adanya kebutuhan saling menghormati, saling mengerti peranan serta hak dan kewajiban masing-masing dalam proses produksi dan hubungan kerja. Hal ini erat kaitan-

XII/33

Page 35: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 11

KASUS DAN PEMBAYARAN JAMINAN,1983 - 1985

No. Jen i s Asuransi

1. Asuransi Kecelakaan Kerja:a. Kasusb. Jaminan (ribuan rupiah)

2. Tabungan Hari Tua:a. Kasusb. Jaminan (ribuan rupiah)

3. Asuransi Kematian:a. Kasusb. Jaminan (ribuan rupiah)

J u m l a h :

a. Kasusb. Jaminan (ribuan rupiah)

1) Angka d ip e r b a ik i2) Angka sementara

Re pe l i t a IV

19841) 19852)

16.438 9.094

2.656.010 2.343.550

11.661 10.790

1.940.770 1.241.930

2.143 1.782

608.970 499.780

30.242 21.6665.205.750 4.085.260

1983

14.423

2.684.430

8.395 809.481

1.957 460.170

24.775

3.954.081

XII/34

Page 36: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

nya dengan adanya syarat-syarat kerja yang wajar dan dituangkan dalam bentuk perjanjian/kesepakatan kerja bersama (PKB/KKB), perjanjian kerja (PK) dan peraturan perusahaan (PP).

Untuk memperlancar perluasan dan peryempurnaan PKB/KKB oleh buruh dan pengusaha, disusun pola dasar PKB/KKB baik menurut sektor, maupun menurut tingkat kemampuan perusahaan. PKB/KKB sekurang-kurangnya memuat aspek-aspek utama dalam hubungan ker-ja seperti upah, lembur, jam kerja, dan lain-lain. Dengan demi-kian kasus-kasus salah pengertian dan perselisihan dapat diku-rangi dan dihindari.

Kegiatan PKB/KKB terus diperluas ke semua sektor dengan sa-saran utama perusahaan-perusahaan yang banyak menyerap tenaga kerja, penghasil devisa, dengan perusahaan-perusahaan yang te-lah memiliki Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan (SBLP), khususnya yang sudah mempunyai Peraturan Perusahaan. Pada Tabel XII-12 disajikan perkembangan jumlah PKB/KKB dan jumlah perusahaan yang dicakup sejak tahun terakhir Repelita III sampai dengan tahun kedua Repelita IV. Dari tabel tersebut terlihat bahwa ba-ik PKB/KKB maupun jumlah perusahaan yang dicakup secara kumu-latif selalu meningkat. Apabila pada tahun terakhir Repelita III jumlah PKB/KKB dan perusahaan yang dicakup masing-masing adalah 3.369 buah dan 5.649 buah, maka keadaan tahun 1985/86 menjadi 4.039 buah dan 5.918 buah yang berarti masing-masing mengalami kenaikan 19,8% dan 4,8%.

Selain itu, perusahaan-perusahaan yang belum mempunyai basis SBLP didorong untuk menerbitkan Peraturan Perusahaan (PP) sebagai langkah permulaan untuk pada waktunya menyusun PKB/KKB. Secara kumulatif PP yang telah disyahkan pada tahun 1985/86 berjumlah 13.792 buah. Dalam penyusunan/pembuatan PP yang ter-paksa diperpanjang masa berlakunya, diusahakan adanya pening-katan isinya, baik jenis maupun bobotnya.

Usaha peningkatan hubungan dan perlindungan tenaga kerja di sektor informal, khususnya sektor tradisional antara pemilik dan petani/nelayan penggarap, maka kedua pihak yang berkepentingan dihimbau agar mereka membuat Perjanjian Kerja (PK) tertulis yang kemudian disyahkan oleh pemerintah daerah. PK tertulis ini mencakup beberapa aspek seperti masa berlakunya PK, bagi hasil, uang muka, sumber pembiayaan, dan tata cara mengakhiri PK sebelum habis masa berlakunya.

XII/35

Page 37: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan
Page 38: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 12

PERJANJIAN KERJA BERSAMA ( PKB ),

1983/84 - 1985/86

Repelita IV

No. PKB dan Perusahaan 1983/84 1984/85 1985/86*)

1. Jumlah PKB 3.369 3.996 4.039

2. Jumlah Perusahaan Yang Dicakup

5.649 5.673 5.918

*) Angka sementara

Page 39: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

5) Lembaga Ketenagakerjaan

Fungsi lembaga-lembaga ketenagakerjaan, baik dipusat maupun di daerah, terus ditingkatkan melalui penyuluhan dan pendidikan perburuhan lembaga-lembaga ketenagakerjaan. Sasaran yang ingin dicapai agar supaya pimpinan lembaga tersebut dapat lebih mampu dan berfungsi dalam menampung, menanggapi, melayani, menyalur-kan dan menyelesaikan masalah-masalah ketenagakerjaan yang di-landasi hubungan perburuhan Pancasila. Materi penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan pada umumnya dan perusahaan pada khususnya. Selain itu juga diharapkan untuk dapat menumbuhkan citra saling menghormati yang merupakan un- sur utama dalam pembinaan ketenangan bekerja di masing-masing perusahaan.

Dalam rangka memasyarakatkan Pedoman Penghayatan dan Peng-amalan Pancasila (P4) dan hubungan ketenagakerjaan yang serasi di kalangan buruh dan pengusaha, maka sistem pendidikan hubung-an ketenagakerjaan yang dilaksanakan selama ini terus disempur-nakan dengan mengikutsertakan pengusaha. Pendidikan di atas le-bih difokuskan kepada pemecahan masalah hubungan kerja yang si-fatnya mendukung pelaksanaan Hubungan Perburuhan/Industrial Pancasila (HIP).

Penataran P4 dan hubungan ketenagakerjaan, pada tahun 1985/86 telah dilaksanakan sebanyak 270 kali dengan jumlah pe-serta 14.852 orang. Di samping usaha dari pemerintah maka para pengusaha didorong untuk melaksanakan penataran bagi para pe-kerjanya. Pelaksanaan penataran diprioritaskan kepada perusaha-an yang sering mengalami perselisihan, pemogokan dan aksi-aksi lain.

Kongres Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) kedua yang diselenggarakan tanggal 26 - 30 Nopember 1985 telah mengganti nama FBSI menjadi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Di samping itu, juga diadakan penggantian struktur dari bentuk fe-derasi menjadi unitaris. Diharapkan agar organisasi dapat me-nempatkan peranannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pembangunan nasional. Sejak berdirinya tahun 1973 sampai dengan tahun 1985/86, pertumbuhan dan perkembangan basis Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan (SBLP) telah mencapai 11.003 basis yang ber-arti meningkat 7,7% dibandingkan dengan akhir Repelita III yang berjumlah 10.220 basis. (lihat Tabel XII-13). Dalam rangka pem-binaan kualitas basis SBLP maka iuran bagi serikat sekerja le-

XII/37

Page 40: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 13

PERKEMBANGAN ORGANISASI FEDERASI BURUH SELURUH INDONESIADAN SERIKAT BURUH LAPANGAN PEKERJAAN,

1983/84 1985/86

XII/38

Page 41: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

Struktur Organisasi 1983/84 Repelita IV

1984/853) 1985/864)

Page 42: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

FBSI ¹):

Dewan Pimpinan Cabang (DPC) 274 284 284

SBLP 2):

Pimpinan Daerah (PD) 221 223 231

Pimpinan Cabang (PC) 579 579 582

Basis 10.220 10.435 11.003

1) Federasi Buruh Seluruh Indonesia2) Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan3) Angka diperbaiki4) Angka sementara

Page 43: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

bih digalakkan pelaksanaannya.

Kerjasama antara Pemerintah dengan SPSI, APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) yang dahulu bernama PUSPI (Perhimpunan Urusan Sosial Ekonomi Pengusaha seluruh Indonesia) terus di-tingkatkan. APINDO dewasa ini mempunyai perangkat Dewan Pimpin-an Daerah (DPD) sebanyak 26 buah dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) sebanyak 27 buah.

Badan Kerja Sama (BKS) Tri-partite yang berfungsi sebagai wadah konsultasi, komunikasi, dan musyawarah antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah dalam usaha mencegah dan memecahkan masalah-masalah yang timbul terus dikembangkan. Demikian pula wadah antara Pengusaha dan Pekerja berupa lembaga Bi-partite di perusahaan-perusahaan juga semakin menunjukkan kemajuan. Sampai dengan tahun 1985/86 telah terbentuk BKS Tri-partite satu buah di tingkat nasional, 26 buah di tingkat Dati I, dan 137 buah di tingkat Dati II. Selain itu BKS Bi-partite hingga kini secara kumulatif jumlahnya mencapai 2.032 buah. Pembentukan lembaga-lembaga ini sangat besar manfaatnya sebagai forum komunikasi dan konsultasi untuk memecahkan masalah bersama.

Frekuensi sidang lembaga Penyelesaian Perselisihan Perbu-ruhan Pusat dan Daerah (P4P dan P4D) yang berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang penyelesaian perselisihan dan pemutusan hubungan ketenagakerjaan dengan cepat, tepat, murah, konsisten dan adil telah meningkat. Selain itu dilaksa-nakan pembentukan panitia angket dan sidang keliling. Pada ta-hun 1985/86 jumlah perselisihan menurut Undang-undang nomor 22 tahun 1957 yang disampaikan kepada P4P/P4D berjumlah 64 kasus. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berjumlah 104 kasus maka terdapat penurunan lebih dari 38%.

Pemogokan yang terjadi pada tahun 1985/86 sebanyak 69 kali yang melibatkan 20.045 pekerja dan menghilangkan 244.502 jam kerja. Bila dibandingkan dengan tahun yang lalu terdapat penu-runan yaitu 59 kali pemogokan yang melibatkan 21.405 pekerja dan menghilangkan 262.116 jam kerja. Penurunan jumlah pemogokan ini antara lain disebabkan semakin berfungsinya Lembaga Bi-partite sebagai forum komunikasi dan diamalkannya hubungan perburuhan yang berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

XII/39

Page 44: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

B. TRANSMIGRASI

1. Pendahuluan

Salah satu masalah yang dihadapi bidang kependudukan di Indonesia adalah penyebaran penduduk yang kurang merata. Dalam mengatasi masalah tersebut transmigrasi memegang peranan pen-ting dan secara langsung membantu memecahkan masalah ketidak seimbangan kepadatan penduduk dan tenaga kerja diantara pulau-pulau di Indonesia. Dengan demikian maka pelaksanaan transmi-grasi sekaligus memperluas landasan bagi usaha pembangunan u-mumnya baik di daerah asal maupun di daerah penerima.

Hasil sensus penduduk tahun 1980 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang bermukim di Jawa sekitar 91,3 juta ji-wa. Jumlah tersebut merupakan 61,9 7 dari jumlah penduduk Indo-nesia. Sisanya sebesar 52 juta jiwa atau sekitar 38,1 % bertem-pat tinggal di luar Jawa. Apabila dilihat dari luas daratan, Pulau Jawa hanya sekitar 7 % dari luas daratan Indonesia yang meliputi sekitar 1,9 juta Km2. Kepadatan penduduk Indonesia ra-ta-rata sekitar 77 jiwa per Km2, sedangkan untuk Jawa kepadatan penduduknya sudah mencapai sekitar 690 jiwa per Km2. Angka ini sudah jauh melebihi kepadatan penduduk rata-rata Indonesia. Ke-padatan penduduk untuk daerah lainnya adalah Sumatera 59 jiwa per Km2, Kalimantan 12 jiwa per Km2, Sulawesi 55 jiwa per Km2, Maluku 19 jiwa per Km2 dan Irian Jaya 3 jiwa per Km2. Dengan demikian maka daerah-daerah diluar Jawa masih mempunyai potensi yang cukup besar untuk dapat dikembangkan dengan memanfaatkan sumber-sumber alam yang tersedia. Masalahnya adalah kurangnya tenaga kerja untuk mengelola potensi ini.

Di samping usaha memperbaiki masalah penyebaran penduduk, transmigrasi juga ditujukan untuk lebih membuka kesempatan bagi pembangunan sektor-sektor lainnya terutama disektor yang mampu memperluas kesempatan kerja. Dalam hal ini sektor pertanian me-rupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting. Pelak-sanaan transmigrasi disamping untuk membuka areal pertanian ba-ru, juga untuk lebih meningkatkan produksi berbagai komoditi pertanian.

Usaha pengembangan pertanian secara langsung dikaitkan de-ngan pemindahan penduduk dan tenaga kerja. Pemindahan dilaksa-nakan dari daerah-daerah yang relatif padat penduduknya ke daerah-daerah yang masih jarang penduduknya, termasuk dari dae-rah-daerah kawasan hutan yang seharusnya berfungsi sebagai hu-tan lindung, margasatwa, cagar alam dan lain-lain. Dengan demi-

XII/40

Page 45: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

kian diharapkan akan dapat ditingkatkan keseimbangan antara po-tensi sumber daya alam dengan manusia. Di samping itu usaha di-bidang transmigrasi juga sekaligus ditujukan untuk mengadakan penataan mengenai penguasaan dan pemilikan tanah baik di dae-rah asal maupun di daerah penerima.

Dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah transmigrasi, maka terus diusahakan pengembangan industri khu-susnya industri yang mengolah hasil-hasil pertanian. Sejalan dengan itu diupayakan pula pengembangan sektor perdagangan dan koperasi khususnya dalam rangka pengadaan kebutuhan sehari-hari maupun pemasaran hasil-hasil produksi daerah transmigrasi. Se-lanjutnya usaha pembangunan di daerah transmigrasi juga membe-rikan peluang bagi usaha penyaluran barang dan jasa yang sangat diperlukan bagi pembangunan daerah transmigrasi itu sendiri.

Di samping usaha-usaha tersebut diatas, pembangunan trans-migrasi merupakan salah satu usaha untuk mempercepat terwujud-nya pemerataan pembangunan, terutama sekali bagi daerah-daerah yang masih jarang penduduknya. Manfaat yang dapat dirasakan adalah membantu terlaksananya proses pembauran bangsa dalam rangka menunjang usaha-usaha pertahanan dan keamanan nasional.

Usaha pembangunan transmigrasi telah memberikan manfaat yang berarti, tidak saja di daerah asal tetapi juga di daerah penerima. Meskipun demikian dari hasil-hasil yang dicapai masih diperlukan tindakan-tindakan perbaikan dan penyempurnaan baik yang menyangkut sasaran-sasaran kuantitatif maupun sasaran kua-litatif dan kualitas pelaksanaan transmigrasi itu sendiri. Di-harapkan pelaksanaan transmigrasi yang lebih baik akan dapat memberikan sumbangan yang lebih besar untuk menyiapkan landasan yang kuat bagi kelanjutan pembangunan diberbagai bidang dimasa-masa mendatang.

2. Kebijaksanaan Transmigrasi

Sasaran pembangunan transmigrasi dalam Repelita IV adalah mengusahakan pemindahan dan penempatan sekitar 750.000 kepala keluarga dari Jawa dan Bali ke daerah-daerah yang memungkinkan sebagai daerah penerima seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Dalam pada itu sasaran kualitatif atau peningkatan mutu penyelenggaraan transmigrasi akan lebih di-tingkatkan tidak saja yang menyangkut daerah asal tetapi juga di daerah penerima.

Kebijaksanaan di daerah penerima, terutama sekali dituju-

XII/41

Page 46: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

kan pada tersedianya prasarana, sarana dan fasilitas-fasilitas lainnya yang memadai yang merupakan syarat bagi perkembangan sesuatu pemukiman baru. Persyaratan tersebut antara lain terse-dianya jalan penghubung, jalan poros, jalan desa, jalan perta-nian, saluran drainage dan jalur hijau, lahan usaha dan peru-mahan, fasilitas air bersih dan jamban keluarga. Dalam rangka pelayanan sosial ekonomi bagi masyarakat transmigran dan pendu-duk disekitarnya perlu dibangun sarana dan fasilitas-fasilitas fisik berupa bangunan sekolah, bangunan koperasi/KUD, balai pengobatan, balai pertemuan/balai desa, rumah ibadah, kantor pos dan rumah petugas beserta perlengkapannya. Keseluruhan fa-silitas-fasilitas tersebut tidak saja diperuntukkan bagi masya-rakat transmigran tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh penduduk disekitarnya.

Pelaksanaan pembangunan prasarana, sarana serta fasilitas-fasilitas tersebut merupakan wujud dari pusat-pusat pembangunan baru di daerah-daerah. Dengan demikian diharapkan akan dapat diusahakan secara lebih sempurna peningkatan taraf hidup trans-migran dan masyarakat setempat. Agar pusat-pusat pembangunan baru di daerah-daerah dapat berkembang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai maka pemilihan calon-calon lokasi memegang peranan penting. Calon lokasi yang dipilih harus memenuhi sya-rat-syarat pemukiman. Disamping itu, mutu penyiapan lahan dan penyiapan fasilitas-fasilitas pemukiman lainnya juga sangat me-nentukan bagi berhasilnya pengembangan daerah transmigrasi. Un-tuk itu sebelum fasilitas-fasilitas fisik dilapangan dibangun perlu disiapkan perencanaan yang mantap dan terarah dengan mengadakan penelitian yang mendalam tidak saja dari aspek teh-nis tetapi juga dari aspek-aspek sosial ekonomi, budaya, dan lain-lain. Dengan demikian maka pada calon lokasi yang akan dibuka sudah dirancang pola-pola pemukiman yang sesuai yang akan dikembangkan seperti pola pemukiman usaha tani, paternak-an, industri dan lain-lain.

Perencanaan lokasi didasarkan atas studi-studi atau peneli-tian yang dilaksanakan terlebih dahulu. Studi-studi tersebut dimaksudkan sebagai bahan pertimbangan atau masukan, dalam pengambilan keputusan untuk menentukan lokasi-lokasi pemukiman yang sebaik-baiknya. Di dalam perencanaan ada 2 (dua) tahapan yang ditempuh yaitu perencanaan makro dan mikro. Di dalam tahap makro perencanaan tersebut disiapkan untuk jangka panjang dan menengah atau lima tahun. Di dalam tahap mikro, perencanaan le-bih dipusatkan pada masing-masing lokasi. Dalam perencanaan pa-da tahap mikro, amat penting mempertimbangkan unsur tehnis la-han dan status penyelesaian tanah untuk masing-masing lokasi.

XII/42

Page 47: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

Dengan selesainya tahap pemilihan lokasi, maka tahap selan-jutnya adalah menyiapkan rencana yang lebih terperinci mengenai pengembangan daerah transmigrasi tersebut. Perencanaan yang terperinci tersebut menyangkut pola tata ruang, pola pengem-bangan produksi, pola pengelolaan dan pemasaran produksi, pola pengembangan sosial budaya dan sebagainya.

Selesainya perencanaan terperinci akan diikuti dengan pe-laksanaan fisik dilapangan yang meliputi kegiatan-kegiatan pe-nyiapan jaringan jalan yang terdiri dari jalan penghubung, ja-lan poros, jalan desa dan jalan pertanian, pembangunan jemba-tan, pembukaan lahan baik lahan pekarangan, lahan usaha I mau-pun lahan yang diperuntukkan fasilitas-fasilitas umum, pengu-kuran dan pengkaplingan, pembangunan rumah transmigran beserta sarana air bersih. Selanjutnya dibangun pula fasilitas-fasili-tas untuk perlengkapan desa yaitu berupa balai desa, kantor u-nit pemukiman transmigrasi, rumah ibadah, gudang, balai peng-obatan, sekolah dan lain-lain.

Setiap kepala keluarga transmigran memperoleh lahan seti-dak-tidaknya seluas 2,0 Ha yang terdiri dari 0,25 Ha lahan pe-karangan termasuk rumah diatasnya, 1,0 Ha lahan usaha I dan si-sanya 0,75 Ha lahan usaha II. Lahan pekarangan dan lahan usaha I disiapkan oleh pemerintah sedangkan lahan usaha II diberikan dalam bentuk lahan yang sudah dikapling yang pembukaannya dilakukan oleh transmigran sendiri. Pemberian lahan seluas 2,0 Hal ini didasarkan atas perhitungan kemampuan setiap keluarga transmigran dalam menggarap lahan pertanian. Diperkirakan pula apabila setiap keluarga transmigran/petani dapat menggarap lahan yang tersedia dengan baik maka tingkat produksi yang diperoleh akan memungkinkan transmigran/petani hidup dengan wajar.

Seperti telah dikemukakan pelaksanaan transmigrasi ,juga di-maksudkan untuk membantu memecahkan masalah penduduk di daerah penerima yang kehidupannya masih belum menetap atau berpindah-pindah. Hal ini dimungkinkan karena pelaksanaan transmigrasi menganut azas "Tripartial" yaitu penyediaan areal bagi transmi-gran umum, transmigran spontan dan penduduk setempat. Penduduk setempat yang memperoleh prioritas adalah petani yang tidak memiliki tanah, penduduk yang hidupnya berpindah-pindah/terpen-car, masyarakat terasing serta penduduk yang bertempat tinggal atau menggarap daerah kawasan hutan. Langkah penyediaan lahan bagi penduduk setempat dimaksudkan sebagai salah satu usaha ke-arah pembauran antara penduduk setempat dengan masyarakat

XII/43

Page 48: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

transmigran. Selama Repelita IV usaha-usaha penyuluhan dan pem-binaan yang tepat lebih ditingkatkan.

Bagi para transmigran yang telah berada di lokasi-lokasi pemukiman dilaksanakan usaha-usaha pembinaan. Pembinaan yang diberikan antara lain berupa bantuan pangan selama 12 sampai 18 bulan. Ini dimaksudkan agar transmigran dapat segera mulai me-ngerjakan lahannya baik lahan pekarangan maupun lahan usaha I untuk produksi tanaman pertaniannya. Diharapkan dalam kurun waktu tersebut lahan pertanian yang sudah dikerjakan akan meng-hasilkan sehingga bantuan pangan sudah tidak diperlukan lagi. Selain mendapatkan bantuan pangan, transmigran juga memperoleh paket sarana produksi pertanian selama 3 tahun berturut-turut. Bantuan ini dimaksudkan untuk memepercepat peningkatkan pro-duksi pertanian. Bantuan sarana produksi pertanian itu terdiri dari bibit, pupuk, pestisida dan rodentisida. Di samping itu transmigran memperoleh peralatan pertanian berupa cangkul, parang, kampak, bajak, sekop, linggis, alat-alat dapur dan per-alatan pertukangan.

Agar supaya sarana produksi dan peralatan-peralatan terse-but dapat dimanfaatkan dan digunakan sebaik-baiknya maka dila-kukan berbagai bentuk penyuluhan seperti pengadaan petak-petak percontohan dan latihan dan pendidikan langsung di lapangan. Bimbingan dan petunjuk langsung di lapangan terutama sekali di-maksudkan agar para transmigran memahami cara-cara dan tehnik bercocok tanam yang baik pada lahan petani transmigran di dae-rah barn yang kemungkinan besar berbeda dengan keadaan lahan di daerah asal. Di samping itu perkembangan usaha pertanian trans-migran terus menerus diikuti. Hal ini dimaksudkan apabila ter-jadi hal-hal yang memerlukan bantuan dapat segera ditang-gulangi

Usaha-usaha pembinaan lainnya meliputi penyediaan sarana dan prasarana pendidikan bagi anak-anak transmigran, penyediaan sarana kesehatan, dan penyuluhan keluarga berencana. Pembinaan ini dimaksudkan agar pelayanan bagi masyarakat transmigran ti-dak tertinggal dibandingkan dengan pelayanan di daerah-daerah lainnya. Dalam usaha mengembangkan kehidupan ekonomi di daerah transmigrasi, KUD merupakan salah satu badan usaha yang perlu dibina dan dikembangkan di samping kelembagaan desa lainnya. Usaha pembinaan ini diharapkan akan mampu mendorong perkembang-an KUD sebagai sarana untuk memasarkan hasil pertanian dan ha-sil produksi lainnya serta untuk menyediakan kebutuhan hidup para transmigran. Hal ini dimaksudkan agar perkembangan ekonomi di daerah transmigrasi dapat lebih didorong.

XII/44

Page 49: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

Setelah masa pembinaan daerah transmigrasi berjalan lebih kurang lima tahun berturut-turut, maka diharapkan para transmi-gran sudah akan dapat mengembangkan usaha taninya secara mandi-ri. Kegiatan dan bantuan khusus dari Pemerintah diharapkan su-dah tidak diperlukan lagi.

Pemilihan calon-calon transmigran di daerah asal dilaksana-kan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama adalah pemilihan tingkat kecamatan dan desa-desa yang akan menjadi sasaran prog-ram transmigrasi yaitu daerah-daerah yang memberikan manfaat dan pengaruh yang semaksimal mungkin dalam rangka mengurangi kepadatan penduduk. Dalam hubungan ini maka beberapa kriteria yang dipakai untuk menentukan daerah-daerah yang menjadi sasar-ar. program transmigrasi antara lain kecamatan-kecamatan atau daerah-daerah yang padat penduduknya, relatif miskin, mengha-dapi masalah kelestarian sumber alam, daerah-daerah kritis, terkena bencana alam dan proyek-proyek pembangunan. Dengan ke-bijaksanaan ini diharapkan akan dapat terlaksana usaha-usaha rehabilitasi dan penataan lebih lanjut, sehingga daerah-daerah asal yang tadinya menghadapi masalah kepadatan penduduk dapat mengadakan pengaturan kembali sesuai dengan rencana induk pe-ngembangan daerah tersebut.

Tahapan selanjutnya didalam pelaksanaan transmigrasi di da-erah asal ditujukan untuk dapat menarik minat masyarakat untuk turut serta dalam program transmigrasi. Untuk ini maka dilaksa-nakan kegiatan penyuluhan dan penerangan terutama penerangan mengenai daerah penerima. Dalam usaha penerangan dikemukakan keadaan yang sesungguhnya mengenai daerah penerima. Anggota masyarakat yang berminat turut serta dalam program transmigrasi akan dapat diterima setelah melalui prosedur-prosedur tertentu. Beberapa ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjadi transmi-gran adalah (a) berpenghasilan rendah; (b) relatif muda; (c) petani atau mempunyai ketrampilan khusus; (d) sudah berkeluar-ga; (e) sehat jasmani dan rohani. Disamping ketentuan-ketentuan tersebut, maka calon transmigran tidak tersangkut atau menjadi anggota partai politik yang terlarang.

Para transmigran yang diberangkatkan akan memperoleh pela-yanan mulai dari daerah asal sampai ke lokasi pemukiman trans-migrasi. Pelayanan yang diberikan antara lain berupa pelayanan angkutan, pelayanan di transito, penyediaan makanan dan obat-obatan selama dalam perjalanan. Pelayanan angkutan meliputi angkutan udara khususnya bagi angkutan transmigran dengan tuju-

XII/45

Page 50: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

an daerah yang relatif jauh dari daerah asal seperti Irian Jaya.

Di samping kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut diatas, da-lam Repelita IV perkembangan sosial ekonomi daerah pedesaan di luar Jawa akan lebih didorong, melalui pelaksanaan transmigrasi sisipan. Dengan transmigrasi sisipan ini dimaksudkan selain untuk menambah penduduk desa setempat, juga meningkatkan jumlah tenaga kerja dalam rangka mengolah sumber daya alam yang terse-dia secara optimum, termasuk lahan-lahan pertanian yang belum seluruhnya dikelola. Dengan demikian diharapkan sumber alam yang tersedia akan tetap terpelihara dan kelestariannya akan terus dapat dipertahankan sehingga usaha peningkatan taraf hi-dup masyarakat transmigran dan penduduk setempat dapat terlak-sana secara berkelanjutan.

3. Pelaksanaan Kegiatan Transmigrasi

Pelaksanaan kegiatan transmigrasi diusahakan terus mening-kat dari tahun ketahun. Namun pada tahun pertama Repelita IV jumlah transmigran umum yang berhasil dipindahkan sedikit menu-run dibandingkan dengan jumlah pada akhir Repelita III, tetapi kemudian menaik lagi pada tahun kedua. Menurunnya jumlah trans-migran pada awal Repelita IV antara lain disebabkan kegiatan pelaksanaan transmigrasi mulai Repelita IV lebih mengutamakan usaha untuk meningkatkan mutu pelaksanaan secara lebih berarti dari tahun-tahun sebelumnya. Pada Tabel XII-14, XII-15 dan XII-16 dapat dilihat jumlah transmigran umum dan transmigran swa-karsa yang berhasil dipindahkan dan ditempatkan. Dalam tahun 1983/84 dipindahkan sejumlah 61.431 kepala keluarga transmigran umum. Kemudian dalam tahun 1984/85 sejumlah 51.558 kepala ke-luarga dan tahun 1985/86 sejumlah 79.682 kepala keluarga. Jum-lah transmigran swakarsa meningkat dari 14.867 kepala keluarga dalam tahun 1983/84 menjadi 50.330 kepala keluarga dan 86.665 kepala keluarga dalam tahun 1984/85 dan 1985/86. Pelayanan bagi transmigran swakarsa sangat bervariasi antara lain ada yang memperoleh bantuan dari pemerintah dan yang lainnya atas swada-ya masyarakat sendiri. Dimasa-masa mendatang transmigran swa-karsa ini diharapkan dapat terus dibina dan diprogramkan agar sesuai dengan sasaran transmigrasi yang telah ditetapkan.

Perkembangan pembangunan serta pemeliharaan prasarana ja- lan dan jembatan di daerah transmigrasi dapat dilihat pada Ta-bel XII-17. Pada tahun 1983/84 panjang jalan yang berhasil di-bangun meliputi 8.997 Km, sedangkan untuk tahun 1984/85 menurun menjadi sekitar 7.937 Km. Hal ini antara lain disebabkan karena

XII/46

Page 51: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 14

JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIPINDAHKAN,1983/84 - 1985/86

(dalam KK)

Repelita IVNo. Daerah Asal 1983/84 1984/85 1985/862)

1. DKI Jakarta 1.625 582 812

2. Jawa Barat 11. 518 7.469 13.1563. Jawa Tengah 13.180 11.160 18.420

4. D.I. Yogyakarta 2.147 2.216 2.715

5. Jawa Timur 13.285 12.022 14.5476. B a 1 i 1.615 1.020 8717. Nusa Tenggara Barat 1.274 400 1.6438. APPDT 1) 5.234 3.620 13.159

9. Pemukiman kembali 11.553 8.477 13.377

10. Realokasi 4.592 982

Jumlah : 61.431 51.558 79.682

1) Alokasi Pemukiman bagi Penduduk Daerah Transmigrasi2) Angka sementara

XII/47

Page 52: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 15

JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DITEMPATKAN,1983/84 - 1985/86

(dalam KK)

Repelita IVNo. Daerah Tujuan 1983/84 1984/85 1985/864)

1. Daerah Istimewa Aceh 1.472 1.824 2.139

2. Sumatera Utara 3.869 800 1.408

3. Sumatera Barat 0 - 1.392

4. R i a u 5.992 5.347 10.746

5. J a m b i 1.836 5.512 8.979

6. Sumatera Selatan 7.118 3.426 11.426

7. Bengkulu 1.565 2.874 2.471

8. Lampung 10.408 6.602 8.613

9. Kalimantan Barest 2.027 5.397 5.409

10. Kalimantan Tengah 3.540 6.113 2.967

11. Kalimantan Selatan 3.938 2.023 5.186

12. Kalimantan Timur 2.016 1.883 2.620

13. Sulawesi Utara 253 300 2.028

14. Sulawesi Tengah 1.849 2.788 3.554

15. Sulawesi Selatan 0 250 1.548

16. Sulawesi Tenggara 4.648 2.392 2.920

17. Maluku 2.857 833 1.120

18. I r i a n Jaya 7.042 3.140 3.781

19. Nusa Tenggara Barat 1.001 54 673

20. Timor Timur 0 0 702

Jumlah 61.431 51.558 79.682

* ) Angka sementara

XII/48

Page 53: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 16

JUMLAH TRANSMIGRAN UMUM DAN TRANSMIGRAN SWAKARSA,1983/84 - 1985/86

(dalam KK)

R e p e l i t a IVNo. J e n i s 1983/84 1984/85 1985/86*)

1. Transmigran Umum 61.431 51.558 79 .682

2. Transmigran Swakarsa 14.867 50.330 86 .6 65

Jumlah : 7 6 . 2 9 8 101.888 166.347

* ) Angka sementara

XII/49

Page 54: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 17PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN PRASARANA

JALANDI PEMUKIMAN TRANSMIGRASI,

1983/84 - 1985/86

Tahun Pembangunan Ja lan

PemeliharaanBaru (KM) Jalan (KM) Jembatan

(M)

1983/84 8.997 480 2.170

1984/85 7.937 1.015 5.000

1985/86*) 3:200 1.230 5.190

* ) Angka sementara

XII/50

Page 55: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan
Page 56: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

dalam tahun 1984/85 yang merupakan awal Repelita IV, selain pembangunan jalan baru, juga dilakukan rehabilitasi terhadap jalan dan jembatan yang lama yang kurang berfungsi dan memerlu-kan pembinaan. Prioritas rehabilitasi ini diberikan pada loka-si-lokasi yang sudah berproduksi dan mengalami kesulitan dalam memasarkan produksi hasil-hasil pertanian. Menurunnya pemba-ngunan jalan dan jembatan baru ini juga berkaitan dengan jumlah lokasi pemukiman yang berhasil diselesaikan dan jumlah penem-patan transmigran yang sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 1983/84. Dalam tahun 1985/86 kegiatan pembangunan jalan baru menurun lagi menjadi 3.200 Km. Hal ini kelihatannya kurang sesuai dengan jumlah transmigran yang berhasil ditempatkan pada tahun yang sama, yang meningkat cukup besar bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada kenyataannya pembukaan lahan baru pada tahun 1985/86 adalah meneruskan lokasi-lokasi yang dibuka tahun sebelumnya, sehingga jalan baru yang dibutuhkan relatif lebih sedikit. Untuk tahun-tahun mendatang, bila lokasi lanjut-an makin berkurang, dan lokasi baru yang perlu dibangun mening-kat maka kebutuhan pembangunan jalan baru akan bertambah besar. Hasil-hasil yang telah dicapai dari kegiatan rehabilitasi jalan dan jembatan dalam tahun 1983/84 adalah sekitar 480 Km jalan dan 2.170 m jembatan, tahun 1984/85 sekitar 1.015 Km jalan dan 5.000 m jembatan sedangkan dalam tahun 1985/86 meningkat menjadi 1.230 Km jalan dan sekitar 5.190 m jembatan.

Pada Tabel XII-18 dapat dilihat realisasi pembukaan lahan pekarangan dan lahan usaha I mulai tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1985/86 yaitu untuk lahan pekarangan masing-masing sebe-sar 15.600 Ha, 23.217 Ha dan 8.983 Ha; untuk lahan usaha I ma-sing-masing sebesar 51.027 Ha, 55.305 Ha dan 36.458 Ha. Reali-sasi pembukaan lahan sejalan dengan jumlah penempatan transmi-grasi.

Pelaksanaan pengkaplingan lahan transmigrasi ditujukan bu-kan Baja dalam rangka penyusunan tata ruang tetapi juga sebagai bahan untuk pembuatan sertifikat tanah dalam rangka menjamin kepastian hak atas tanah bagi transmigran. Realisasi pengka-plingan yang dilakukan antara tahun 1983/84 sampai dengan 1985/86 dapat dilihat pada Tabel XII-19. Luas lahan pekarangan yang dikapling masing-masing adalah sejumlah lebih dari 7.795 Ha, 2.200 Ha dan 4.800 Ha sedangkan lahan usaha I sejumlah 22.252 Ha, 8.800 Ha dan 2.246 Ha. Dengan demikian luas keselu-ruhan yang berhasil dikapling setiap tahunnya adalah 30.047 Ha, 11.000 Ha dan 7.046 Ha.

Pada Tabel XII-20 dapat dilihat perkembangan pembangunan

XII/51

Page 57: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 18

PEMBUKAAN LAHAN UNTUK TRANSMIGRASI,1983/84 - 1985/86

Tahun Jumlah KKYang Di tampung

Lahan Pekarangan(Ha)

Lahan Usaha I(Ha)

1983/84 60.345 15.600 51.027

1984/85 92.870 23.217,5 55.305

1985/86*) 32.624 8.983 36.458

*) Angka sementara

XII/52

Page 58: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 19

PELAKSANAAN PERKAPLINGAN UNTUK TRANSMIGRAN,1983/84 - 1985/86

(dalam Ha)

Tahun Lahan Pekarangan Lahan Usaha Jumlah

1983/84 7.795,25 22.252,00 30.047,25

1984/85 2.200,00 8.800,00 11.000,00

1985/86*) 4.800,00 2.246,00 7.046,00

* ) Angka sementara

XII/53

Page 59: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 20

PEMBUATAN BANGUNAN DI DAERAH PEMUKIMAN TRANSMIGRASI,1983/84 - 1985/86

(dalam un i t )

Repelita IV

No. Jenis Bangunan 1983/84 1984/851) 1985/862)

1. Rumah Transmigran dan Jamban 62.114 59.268 14.834,

2. Sarana Air Bersih 20.500 13.572 4.053

3. Balai Pengobatan 35 52 17

4. Rumah Ibadah 62 97 16

5. Rumah Petugas 248 242 124

6. Gudang (pangan dan Saprodi) 35 192 86

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XII/54

Page 60: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

rumah transmigran dan jamban keluarga serta fasilitas umum yang diperlukan untuk suatu pemukiman transmigrasi. Rumah transmi-gran yang dibangun dalam tahun 1983/84 adalah sejumlah 62.114 buah, dalam tahun 1984/85 sejumlah 59.268 buah dan dalam tahun 1985/86 telah dibangun 14.834 buah. Berdasarkan data jumlah transmigran yang telah ditempatkan pada tahun 1985/86 yang jauh lebih besar dari angka pembangunan rumah, diperkirakan jumlah 14.834 buah rumah ini belum menggambarkan realisasi yang sebe-narnya karena merupakan angka sementara. Angka-angka pembangun-an sarana air bersih, Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Pembantu, rumah ibadah, rumah petugas dan gudang juga merupakan angka-angka sementara.

Pelaksanaan pembinaan transmigran dilakukan selama-lamanya 5 tahun sejak transmigran dimukimkan. Pada tahun pertama keda-tangan di lokasi, transmigran diberikan bantuan jaminan hidup, paket-paket pertanian dan lain-lain agar mereka dapat segera menggarap lahannya. Kemudian pada tahun kedua, bila lahan per-tanian sudah menghasilkan, jaminan hidup dihentikan, sedangkan paket-paket pertanian tetap diberikan sampai tahun ketiga de-ngan komposisi yang berbeda. Pembinaan-pembinaan lain seperti penyuluhan pertanian, latihan keterampilan, pembinaan kesehatan dan lain-lain dilanjutkan sesuai kebutuhan masing-masing daerah transmigrasi. Perkembangan jumlah transmigran yang dibina anta-ra tahun 1983/84 sampai dengan 1985/86 dapat dilihat pada Tabel XII-21. Jumlah transmigran lama dalam tahun 1983/84, 1984/85, dan 1985/86 masing-masing adalah 311.452 kepala keluarga, 391.843 kepala keluarga dan 451.918 kepala keluarga. Sedangkan transmigran baru yaitu transmigran yang berada di daerah trans-migrasi kurang dari 1 tahun sejumlah 61.431 kepala keluarga, 51.558 kepala keluarga dan 79.682 kepala keluarga. Dengan demi-kian seluruh transmigran yang dibina untuk masing-masing tahun adalah 372.883 kepala keluarga, 443.401 kepala keluarga, dan 536.989 kepala keluarga. Dari angka-angka diatas ternyata jum-lah seluruh transmigran yang dibina antara tahun 1983/84 sampai dengan 1985/86 setiap tahunnya meningkat dengan rata-rata 20% atau sekitar 80.000 kepala keluarga.

Dalam masa pembinaan selama 5 tahun ini, dilakukan juga la-tihan-latihan keterampilan baik dibidang pertanian maupun non pertanian seperti pertukangan, perbengkelan, industri kecil, kerajinan rumah tangga dan lain-lain. Latihan sudah mulai dila-kukan sejak calon transmigran berada di daerah asal. Dalam tiga tahun terakhir ini yaitu antara tahun 1983/84 sampai dengan I985/86 jumlah seluruh transmigran yang berhasil dilatih dan dididik masing-masing adalah 5.955 kepala keluarga, 8.020 kepa-

XII/55

Page 61: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 21

JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIBINA,1983/84 - 1985/86

(dalam KK)

Tahun Transmigran Transmigran Lama Baru

Jumlah YangDibina

1983/84 311.452 61.431 372.883

1984/851) 391.843 51.558 443.401

1985/862) 451.918 79.682 536.989

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XII/56

Page 62: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

la keluarga dan 6.450 kepala keluarga, seperti terlihat pada Tabel XII-22. Jumlah yang dilatih pada tahun 1984/85 meningkat sekitar 34,7 % dibandingkan dengan tahun 1983/84, tetapi kemu-dian pada tahun 1985/86 menurun dengan 19,6 %.

Produktifitas tanaman pertanian di daerah transmigrasi mem-punyai pengaruh yang besar pada keberhasilan transmigran menuju masyarakat yang mandiri. Perkembangan produktifitas pertanian di daerah selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel XII-23. Produktifitas tanaman pertanian mengalami peningkatan yang cukup berarti. Untuk padi pada tahun 1983/84 produktifitasnya sebesar 1,76 ton/Ha dalam hal padi sawah dan 1,10 ton/Ha dalam hal padi ladang. Pada tahun 1984/85 produktifitas meningkat menjadi rata-rata 1,54 ton/Ha dan pada tahun 1985/86 1,74 ton/Ha. Untuk tanaman palawija seperti kacang-kacangan produktifitasnya meningkat dari 0,86 ton/Ha pada tahun 1983/84 menjadi 0,95 ton/Ha pada tahun 1985/86, walaupun pada tahun 1984/85 sedikit menurun yaitu 0,69 ton/Ha. Produktifitas tanaman singkong meningkat dari 7,09 ton/Ha pada tahun 1983/84 meningkat menjadi 16,36 ton/Ha tahun 1984/85, tetapi menurun menjadi 10,30 ton/Ha tahun 1985/86. Menurunnya produktifitas tanaman singkong pada tahun 1985/86 kemungkinan disebabkan petani transmigran lebih memperhatikan sawahnya dibandingkan tanaman palawija.

Para transmigran juga memperoleh bibit-bibit tanaman keras untuk ditanam dilahan pekarangannya. Bibit tanaman keras yang diberikan antara lain adalah bibit kelapa, cengkeh dan kopi. Hasil produksi tanaman keras ini diharapkan dalam jangka pan-jang dapat menambah penghasilan transmigran. Perkembangan luas areal yang ditanami tanaman keras dapat dilihat pada Tabel XII- Untuk kelapa pada tahun 1983/84 luas tanaman adalah 1.197 Ha, tahun 1984/85 seluas 2.176 Ha dan tahun 1985/86 seluas 4.632 Ha. Luas tanaman cengkeh pada tahun 1983/84 adalah 3.614 Ha, tahun 1984/85 seluas 606 Ha dan 1985/86 seluas 4.38 Ha. Luas tanaman kopi pada tahun 1983/84 adalah 741 Ha, tahun 1984/85 tidak terdapat data dan tahun 1985/86 seluas 38 Ha. Naik turunnya luas areal yang ditanami ketiga Jenis tanaman ke-ras ini antara lain disebabkan karena tidak semua lokasi transmigrasi cocok untuk ditanami tanaman keras. Dengan demi-kian pada satu saat mungkin banyak lokasi yang membutuhkan, te-tapi pada saat lain lokasi transmigrasi yang dibuka tidak se-suai untuk ditanami tanaman keras tersebut.

Untuk meningkatkan gizi dan pendapatan para keluarga trans-migran dan juga untuk membantu kekurangan tenaga dalam mengolah

XII/57

Page 63: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 22

JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DILATIH DAN DIDIDIK MENURUTDAERAH DAN JENIS KETERAMPILAN,

1983/84 - 1985/86(orang)

Tahun Daerah Asal Daerah Penerima JumlahPertanian Non Pertanian Pertanian Non Pertanian

1983/84

2.035 120 3.380 420 5.955

1984/85

¹) 1.330 1.320 2.460 2.910 8.020

1985/86

2)

1.190 970 1.620 2.670 6.450

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XII/58

Page 64: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 23

PERKEMBANGAN PRODUKTIVITAS PADA BEBERAPA JENISTANAMAN PERTANIAN DI DAERAH TRANSMIGRASI,

1983/84 - 1985/86

XII/59

Page 65: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

No. J e n i s Tanaman Satuan 1983/84 R e p e l i t a IV

1984/851) 1985/862)

1,76

1,10

1. Padia. Padi Sawah

b. Padi Ladang

Ton/Ha

1,543) 1,743)

Page 66: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan
Page 67: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

2. P a l a w i j a : Ton/Ha

a. Kacang2-an 0 , 8 6

b. Singkong 7 , 0 9

1) Angka d ipe rba ik i2) Angka sementara3) P r o d u k t i v i t a s r a t a - r a t a Padi Sawah dan Padi Ladang

0 , 6 9 0 , 9 5

16,36 10,30

Page 68: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 24

PERKEMBANGAN TANAMAN KERAS DAERAH TRANSMIGRASI,1983/84 - 1985/86

(Ha)

Jumlah penanaman R e pe l i t a IV

No. J e n i s Tanaman per Ha 1983/84 1984/85 1985/86*)

1, Kelapa 143 1.197 2.176 4.632

2. Cengkeh 200 3.614 606 4 . 35 8

3. Kopi 1.300 741 _38

* ) Angka sementara

XII/60

Page 69: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

TABEL XII - 25

PERKEMBANGAN POPULASI TERNAK DAERAH TRANSMIGRASIUNTUK SETIAP 1.000 KK,

1983/84 - 1985/86(ekor)

R e p e l i t a IV

No. Je n i s Ternak 1983/84 1984/85 1985/86*)

1. Ternak b e sa r dan sedang( S a p i , Kerbau dan Kambing) 214 138 212

2. Ternak Unggas(Ayam dan I t i k ) 3 . 6 7 9 13.949 5.281

* ) Angka sementara

XII/61

Page 70: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan

lahan maka kepada mereka juga diberikan binatang ternak seperti sapi, kerbau, kambing, ayam dan itik, yang diharapkan dapat di-kembangkan di daerah transmigrasi. Ternak besar seperti sapi dan kerbau yang antara lain berasal dari proyek Banpres diberi-kan kepada transmigran dalam rangka pengembangan secara sistem gadu. Unggas dapat diberikan kepada seluruh transmigran. Per-kembangan populasi ternak di daerah transmigrasi antara 1983/84 sampai dengan 1985/86 dapat dilihat pada Tabel XII-25. Jumlah ternak besar pada tahun 1983/84 adalah 214 ekor per 1.000 kepa-la keluarga transmigran, pada tahun 1984/85 sejumlah 138 ekor dan pada tahun 1985/86 sejumlah 212 ekor. Perkembangan populasi unggas, pada tahun 1983/84 sejumlah 3.679 ekor per 1.000 kepala keluarga transmigran, tahun 1984/85 sejumlah 13.949 ekor dan tahun 1985/86 sejumlah 5.281 ekor.

4. Peningkatan Kegiatan Koordinasi

Penyelenggaraan kegiatan transmigrasi pada umumnya bersifat lintas sektor dan menyangkut berbagai instansi. Misalnya dalam penentuan lokasi transmigrasi, akan terlibat banyak pihak anta-ra lain Gubernur Kepala Daerah yang bersangkutan, pihak Depar-temen Kehutanan, Pertambangan, Agraria dan Departemen Transmi-grasi sendiri. Dalam rangka meningkatkan koordinasi dan mensin-kronisasikan kegiatan-kegiatan penyelenggaraan transmigrasi maka Presiden telah menetapkan kebijaksanaan penyelenggaraan Transmigrasi sebagaimana telah ditetapkan didalam Keppres No. 59 Tahun 1984. Di dalam Keppres tersebut dipertegas tugas dan tanggung jawab Menteri Transmigrasi yang didalam pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dan terkoordinir dengan Departemen dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya yang lingkup tugas dan fung-sinya berkaitan dengan penyelenggaraan transmigrasi. Sebagai pelaksana harian ditingkat pusat dibentuk Tim Tehnik yang dike-tuai oleh pejabat Eselon I Departemen Transmigrasi dibantu oleh pejabat-pejabat tehnis Eselon II dari Departemen/Lembaga-lemba-ga yang terkait dengan penyelenggaraan transmigrasi.

Ditingkat daerah, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I adalah koordinator dibantu oleh Kantor Wilayah Departemen yang tugas dan fungsinya terkait dengan penyelenggaraan transmigrasi. Se-bagai pelaksana harian penyelenggaraan koordinasi di tingkat daerah ditunjuk Bappeda di masing-masing propinsi.

XII/62

Page 71: › files › 5213 › 5227 › 0290 › bab-12... · Web view penyuluhan kepada buruh/pekerja dan pengusaha diarahkan agar peserta hubungan kerja lebih memahami masalah-masalah pembangunan