A Car a 2
-
Upload
pandu-giri-simbara -
Category
Documents
-
view
226 -
download
6
Transcript of A Car a 2
ACARA II
PENGUKURAN DEBIT SUNGAI ATAU SALURAN
ABSTRAKSI
Praktikum ini bertujuan untuk mengadakan pengukuran debit sungai atau saluran berdasarkan penampang dan kecepatan aliran. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 19 April 2011 di Laboratorium Agrohidrologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan dan alat yang digunakan adalah pelampung (dengan bandul dan tanpa bandul), stopwatch, meteran, alat jaring, dan peilschaal. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode Apung (float method). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran debit sungai atau saluran antara lain lebar sungai, kedalaman, kemiringan, kondisi permukaan aliran air, kecepatan dan arah angin, serta geseran tepi dan dasar sungai. Pengukuran debit dengan bandul lebih mencerminkan kondisi sebenarnya karena kecepatan aliran di selokan atau sungai dipengaruhi oleh lebar sungai, kedalaman, kemiringan, kondisi permukaan aliran air, kecepatan dan arah angin, serta geseran tepi dan dasar sungai. Geseran tepi dan dasar sungai akan menurunkan kecepatan aliran terbesar di bagian tengah dan terkecil di bagian dasar saluran. Kesimpulannya adalah Rerata debit air tanpa bandul sebesar 1,534 m3/s, sedangkan untuk rerata debit air dengan bandul adalah 1,097 m3/s, Semakin dalam saluran, maka debit aliran akan semakin besar. Debit aliran sungai dipengaruhi oleh kecepatan aliran rata-rata, luas penampang saluran, serta koefisien konstanta pelampung.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi
pengelola sumber daya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang bangunan
pengendali banjir. Sementara data debit kecil diperlukan untuk perencanaan alokasi
(pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan terutama dalam bidang pertanian
pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan
gambaran potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu aliran sungai.
Pengukuran aliran sungai untuk menghitung dan menggambarkan hidrograph
aliran masih menggunakan cara yang konvensional yaitu dengan mengukur kecepatan
pada ketinggian tertentu untuk mewakili suatu luasan penampang. Pengukuran debit
sungai dilakukan dengan terlebih dahulu mengukur tinggi muka air sungai dengan alat
ukur otomatis Automatic Water Level Record (AWLR) atau dengan alat ukur manual
Ordinary Water Level Record (OWLR). Pemasangan alat ukur ini dilakukan pada
tempat dimana penampang sungai stabil, alur sungai relatif lurus, serta bentuk
penampang sungai yang teratur.
Kecepatan aliran merupakan komponen aliran yang sangat penting. Hal ini
disebabkan oleh pengukuran debit secara langsung di suatu penampang sungai tidak
dapat dilakukan (paling tidak dengan cara konvensional). Kecepatan aliran ini diukur
dalam dimensi satuan panjang setiap satuan waktu, umumnya dinyatakan dalam m/detik.
Tergantung dari tingkat ketelitian yang dikehendaki, maka pengukuran kecepatan aliran
sungai dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara pengukuran tersebut salah satunya
adalah dengan pelampung (float). Pelampung digunakan sebagai alat pengukur
kecapatan aliran, apabila yang diperlukan adalah besaran kecapatan aliran dengan
tingkat ketelitian yang relatif kecil.
B. Tujuan
Mengadakan pengukuran debit sungai atau saluran berdasarkan penampang dan
kecepatan aliran.
C. Tinjauan Pustaka
Debit (discharge) sungai adalah jumlah air yang mengalir pada jarak tertentu
pada satuan waktu tertentu, biasanya diukur dengan meter kubik per detik. Debit sungai
biasanya diperoleh dari perkalian antara luas penampang melintang saluran dengan
kecepatan alirannya. Debit sungai selalu berubah-ubah. Hal ini disebabkan oleh curah
hujan dan pencairan salju yang tidak selalu tetap. Jika debit sungai berubah, maka
faktor-faktor yang berpengaruhpun akan mengalami perubahan. Bila debit bertambah,
maka lebar dan kedalaman dari saluran akan bertambah besar atau air mengalir lebih
cepat. Dari penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa dengan bertambahnya
jumlah air yang mengalir, maka lebar, kedalaman dan kecepatan akan meningkat pula.
Jadi untuk mengimbangi peningkatan debitnya, sungai akan mengalami proses pelebaran
dan pendalaman saluran sungai (Mori, 1993).
Kegiatan pengukuran debit ini secara umum tercakup dalam kegiatan hidrometri
yang dalam arti sempit dapat dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan data
tentang aliran sungai. Informasi yang terukur mencakup perubahan (variation) waktu
dan ruang. Oleh sebab itu, data sugnai yang panjang dan menerus di beberapa tempat di
sepanjang sungai sangat diperlukan dalam analisis. Disebabkan oleh banyak hal, yang
bersifat teknis atau nonteknis, pengukuran sungai distasiun pengukuran tidak dapat
dilakukan secara tidak terbatas. Oleh sebab itu, harus dipilih tempat-tempat yang
dianggap penting untuk diamati. Hal ini sangat merugikan bila dipandang dari
kebutuhan data di masa yang akan dating, apabila suatu tempat / daerah akan
dikembangkan, sedangkan di tempat itu sama sekali tidak tersedia data (Harto, 1993).
Selain durasi, intensitas dan volume curah hujan, faktor-faktor hujan yang
berpengaruh terhadap terjadinya banjir adalah arah hujan. Hujan dari hulu ke hilir
Daerah Aliran Sungai memberikan kemungkinan lebih besar untuk terjadinya banjir
karena mempercepat terjadinya debit puncak di lokasi banjir di daerah hilir (Asdak,
1995).
Pengolahan data empiris dalam kurun waktu 23 tahun (1975–1998) menunjukkan
adanya kenaikan debit sungai tahunan relatif terhadap besarnya curah hujan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa distribusi aliran harian telah bergeser ke atas, tetapi tanpa
penghambat yang spesifik pada penyangga terhadap kejadian puncak hujan. Model
simulasi telah digunakan untuk mempengaruhi perubahan aliran sungai sebagai akibat
adanya alih guna lahan dan selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk mempelajari
beberapa skenario alih guna lahan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang
(Farida dan Noordwijk, 2004).
Informasi debit aliran sungai akan memberikan hasil lebih bermanfaat bila
disajikan dalam bentuk hidrograf. Namun demikian tidak semua Daerah Aliran Sungai
(DAS) mempunyai data pengukuran debit, hanya sungai-sungai yang DAS-nya telah
dikembangkan mempunyai data pengukuran debit yang cukup. Dengan demikian
berkembang penurunan hidrograf satuan sintetis yang didasarkan atas karakteristik fisik
dari suatu DAS. Dari debit aliran inilah secara kuantitas dan kualitas dapat dijadikan
sebagai petunjuk mampu tidaknya DAS berfungsi dan berperan sebagai pengatur proses
tersebut, khususnya dari segi hidrologis menyatakan bahwa sebagai suatu sistem
hidrologi, masukan ke dalam sistem (DAS) dapat dievaluasi proses yang telah dan
sedang berlangsung dengan melihat keluaran dari sistem (Asdak, 1995).
Data keseimbangan air di suatu SWS (Satuan Wilayah Sungai) merupakan modal
dasar dalam menyusun strategi pengelolaan air, terutama SWS di mana kompetisi
pemakaian air sudah sangat tinggi sehingga keseimbangan air sudah kritis akibat
berkembangnya daerah tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang eifisien dan efektif
sudah dirasa sangat perlu dilakukan mengingat kebutuhan air semakin meningkat dari
hari ke hari, sementara ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan tersebut smakin
berkurang. Untuk analisis ketersediaan dan kebutuhan air, telah dikumpulkan data yang
meliputi data hidrologi. Data hidrologi terdiri atas data iklim, hujan, dan debit sungai
yang digunakan untuk mengevaluasi potensi sumber daya air permukaan (Triatmodjo,
2000).
Penelitian Hidrologi memiliki kegunaan lebih lanjut bagi teknik lingkungan,
kebijakan lingkungan, serta perencanaan. Hidrologi juga mempelajari perilaku hujan
terutama meliputi periode ulang curah hujan karena berkaitan dengan perhitungan banjir
serta rencana untuk setiap bangunan teknik sipil antara lain bendung, bendungan dan
jembatan. hal utama yang terkait dengan perencanaan bendungan adalah penghitungan
debit air (Anonim, 2005).
Cara yang digunakan untuk mengatasi kerusakan daerah aliran sungai
dibutuhkan beberapa tahap yang berhubungan dengan konservasi, yaitu (Anonim,
2007) :
a. Konservasi pada kawasan hutan lindung, kawasan lindung sekitar aliran sungai
terutama di bagian hilir dan sepanjang saluran Banjir
b. Konservasi tanah dan air pada kawasan budi daya untuk lahan pertanian dan tegalan
c. Konservasi biodiversitas (flora dan fauna) yang ada di DAS
II. METODOLOGI
Praktikum acara 2 berjudul Pengukuran Debit Air Sungai atau Saluran diadakan
pada tanggal 19 April 2011 di Laboratorium Agrohidrologi Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Adapun alat dan bahan yang
digunakan dalam pratikum ini antara lain pelampung, stopwatch, meteran, dan
pelischaall. Pelampung berfungsi sebagai alat untuk melihat kecepatan air, stopwatch
berguna dalam mengukur waktu kecepatan aliran air, meteran berguna untuk mengukur
panjangnya saluran air, dan pelischaall berguna untuk mengukur kedalaman sungai.
Dalam pengukuran Luas Penampang melintang saluran/sungai, langkah pertama
yang dilakukan adalah mengukur jeluk air saluran pada beberapa titik pengamatan.
Untuk saluran yang dasarnya tidak seragam, jarak antara titik pengamatan tidak boleh
lebih dari 1/20 lebar total saluran/sungai. Sementara untuk saluran yang dasarnya
seragam, titik pengamatan yang digunakan hanya 10. Setelah diukur, Gambar melintang
dari sungai atau saluran dibuat.
Cara perhitungan luas penampang melintang saluran/sungai antara lain :
1.Mid section An = dn x B An=luasan masing-masing titik pengamatan Dn= panjang B =lebar
2. Mean Section An = ( ( dn + d( n+1) )/2 ) x b (n +1)
An =luas Dn = panjang titik dn D(n+1)= panjang titik d(n+1) B(n+1)= jarak antara titik Dn dengan D(n+1)
Setelah pengukuran luas penampang melintang selesai, langkah selanjutnya
adalah mengukur kecepatan aliran dengan cara pelampung apung. Langkah awal dalam
pengukuran ini adalah memilih lokasi pengukuran dengan syarat kecepatan relatif lurus
cukup panjang dan penampang saluran/sungai seragam. Dalam pengukuran kecepatan
aliran, dua titik pengamatan ditentukan dengan jarak sekitar 20-50 m (L meter ). Setelah
itu, pelampung dilepas di bagian hulu (titik awal) kemudian cicatat waktunya ketika
pelampung sudah mencapai titik akhir (T detik ). Rumus yang digunakan dalam
pengukuraan kecepatan aliran antara lain :
1.U = L/T U= kecepatan pelampung (meter/detik) L = Jarak titik pengamatan (meter) T = Waktu ( detik)
2.V = K x U V= kecepatan akhir (meter /detik) K =koefisien yang besarnya tergantung pada jenis pelampung U= kecepatan pelampung (meter /detik)
III. HASIL PENGAMATAN
A. Gambar Penampang Saluran
d1 a1 d2 a2 d3 a3 d4 a4 d5
0.9 m 0.95 m 1 m 1 m 0.95 m
A=a1+a2+a3+a4
Dengan rumus luas trapesium luas penampang melintag saluran didapatkan
3.875 m2.
B. Tabel Hasil Pengamatan Debit Pelampung
Ulangan
Q Bandul (x)
Q Tanpa Bandul (y) x-y (x-y)2
1 1,15 1,68 -0,53 0,282 1,02 1,39 -0,37 0,133 1,12 1,55 -0,43 0,19
Jumlah 3,29 4,63 -1,34 0,61Rerata 1,10 1,54 -0,45 0,20
Standar Deviasi (Sd2) =
Sd2=[∑ ( x-y )¿2- [∑ (x-y )2
n ] ¿n-1
Sd2=1,78−[ 0,61❑
3 ]3−1
Sd2=¿0,79
Sd=√Sd2
Sd=√0,79
Sd2=Sd2
n
Sd2=0,793
Sd2=0,263 T hitung =
Thit=|x− y|√ Sd2
Thit=|1,1−1,54|
√0,263
Thit=0,867
Ttabel=4,3028
T tabel (0,05 ; 14) = 4,3028
T hit <T tabel
IV. PEMBAHASAN
Pengukuran debit aliran air sangat diperlukan untuk mengetahui potensi
sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk
memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi
sumber daya air permukaan yang ada.
Metode apung ini menggunakan alat bantu suatu benda ringan (pelampung)
untuk mengetahui kecepatan air yang diukur dalam satu aliran terbuka, dilakukan pada
sumber air yang membentuk aliran yang seragam (uniform). Pengukuran dilakukan
dengan cara menghanyutkan pelampung dari suatu titik tertentu kemudian dibiarkan
mengalir mengikuti kecepatan aliran sampai batas titik tertentu sehingga diketahui
waktu tempuh yang diperlukan pelampung tersebut pada bentang jarak yang ditentukan
(55 m).
Aliran arus bawah permukaan juga dipengaruhi oleh tumpukan sedimen-sedimen
lumpur, sampah maupun ranting-ranting tanaman pada dasar sungai. Semakin banyak
sedimen, maka aliran air bawah permukaan akan semakin berkurang kecepatan
alirannya. Pada kecepatan aliran air yang sama di kedua titik maka semakin dalam dasar
sungai debit aliran yang terjadi juga semakin besar. Pengaruh penempatan titik juga
berpengaruh terhadap kecepatan aliran air, dari data yang didapat bahwa semakin
ketengah kecepatan aliran pelampung tanpa bandul maupun dengan bandul menjadi
semakin cepat. Hal ini mungkin disebabkan karena pada titik bagian tengah air yang
mengalir hanya bergesekan dengan dasar sungai, tetapi tidak bergesekan dengan dinding
pembatas sungai sehingga alirannya lebih cepat dari titik yang berada di pinggir sungai
yang aliran airnya selain bergesekan dengan dasar sungai juga bergesekan dengan
dinding pembatas sungai sehingga alirannya lebih lambat.
Bentuk dasar sungai yang tidak rata akan menyebabkan air yang bergerak
bergelombang. Dalam dunia pertanian terutama untuk kepentingan pengairan, semakin
besar debit dalam suatu aliran saluran irigasi, pengairan akan semakin efektif, karena
lahan akan terairi dengan baik walaupun letaknya jauh dari saluran irigasi. Pengukuran
tinggi muka air dimaksudkan untuk mengetahui volume air. Pengukuran tinggi muka air
juga dimaksudkan untuk memperhitungkan banyaknya air yang akan diisikan ke dalam
waduk, untuk mengetahui perubahan kedalaman air dari waktu ke waktu yang kemudian
data tersebut direncanakan dalam pembangunan fisik didaerah dataran yang rawan banjir
serta keperluan transportasi air. Alat yang biasanya digunakan adalah papan tegak yang
berskala. Pengukuran debit dengan menggunakan pelampung berbandul mempunyai
accuracy yang lebih tinggi di bandingkan dengan pelampung tanpa bandul karena
mempehitungkan aliran bawah permukaan dan keadaan dasar sungai seperti sedimen
lumpur dan sampah.
Perbandingan debit masing-masing pelampung yaitu, pada pelampung tanpa
bandul sebesar 1,534 m3/s dan debit pada pelampung dengan bandul sebesar 1.097m3/s.
Dari data diatas tampak bahwa debit pada pelampung tanpa bandul lebih cepat
dibandingkan dengan pelampung berbandul.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rerata debit air tanpa bandul sebesar 1,534 m3/s, sedangkan untuk rerata debit air
dengan bandul adalah 1,097 m3/s.
2. Semakin dalam saluran, maka debit aliran akan semakin besar.
3. Debit aliran sungai dipengaruhi oleh kecepatan aliran rata-rata, luas penampang
saluran, serta koefisien konstanta pelampung.
B. Saran
Pengukuran debit sungai atau saluran mempunyai manfaat untuk mengetahui
potensi sumber daya air supaya dapat digunakan untuk memprediksi kebutuhan air,
sehingga praktikum ini lebih ditingkatkan. Pada praktikum acara 2 ini tidak
dilaksanakan di lapangan, karena terhambat kendala cuaca.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Hidrologi. <www.wikipedia.org>, diakses tanggal 22 April 2011.
Anonim. 2007. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.<www.lipi.go.id>, diakses tanggal 22 April
2011
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Farida dan M.N. Noordwijk. 2004. Analisis Debit Sungai Akibat Alih Guna Lahan dan Aplikasi Model Genriver pada Daerah Aliran Sungai Way Besar, Sumberjaya. Agrivita. Vol. 26. No. 1: 35 – 39.
Gordon, N. D., T. A. McMahon, dan B. L. Finlayson. 1992. Stream Hidrology: An Introduction for Ecologists. John Wiley & Sons, New York.
Mori, K. 1993. Manual On Hydrology (Alih bahasa: L. Taulu, Hidrologi, S. Sosrodarsono dan Takeda eds). Paramita. Jakarta
Triatmodjo, B. 2000. Studi keseimbangan air di SWS Pemali- Comal. Forum Teknik 24(21) : 262-277
LAMPIRAN
Data Pengamatan Waktu Tempuh Bandul (T)koefisien dasar sungai kasar
(0.75)Ulangan Dengan Bandul (k=0.6) Tanpa Bandul (k=0.85)
d2 d3 d4 d2 d3 d41 84 96 70 74 92 76
2 106 85 90 99 101 933 88 85 85 94 84 85
Rerata (T) 92,6788,6
781,6
7 89,0092,3
384,6
7
Kec. Pelampung (m/s) (U)=L/T 0,594
0,620
0,673 0,618
0,596
0,650
Kec. Akhir (m/s) (V)=K.U
0,3560,37
20,40
4 0,5250,50
60,55
2(Vr) Rerata 0,377 0,528
Debit (Q)=A.Vr.k dasar 1,097 1,534
Debit pelampung dengan bandul
Ulangan d2 d3 d4Rerata (y)
kec. Pel (m/s)
kec akhir (m/s)
Debit
1 84 96 70 83,33 0,66 0,40 1,152 106 85 90 93,67 0,59 0,35 1,023 88 85 85 86,00 0,64 0,38 1,12
Debit pelampung tanpa bandul
Ulangan d2 d3 d4Rerata (y) kec. Pel
(m/s)kec
akhir (m/s)
Debit
1 74 92 76 80,67 0,68 0,58 1,682 99 101 93 97,67 0,56 0,48 1,393 94 84 85 87,67 0,63 0,53 1,55