repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view...

164
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan banyaknya penduduk yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Oleh karena itu pembangunan bangsa dititik beratkan pada sektor pertanian. Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Pembangunan sektor pertanian ini sangat penting karena menyangkut hajat hidup lebih dari setengah penduduk Indonesia yang menguntungkan perekonomian keluarga pada sektor ini. Sehingga wajar pemerintah memprioritaskan pembangunan pada sektor pertanian yang didukung oleh sektor-sektor lainnya. Sejalan dengan tujuan utama pembangunan nasional yaitu untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan UNIVERSITAS HASANUDDIN 1

Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view...

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris artinya pertanian

memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini

dapat ditunjukkan banyaknya penduduk yang hidup dan bekerja pada

sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian.

Oleh karena itu pembangunan bangsa dititik beratkan pada sektor

pertanian.

Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan.

Pembangunan sektor pertanian ini sangat penting karena menyangkut

hajat hidup lebih dari setengah penduduk Indonesia yang menguntungkan

perekonomian keluarga pada sektor ini. Sehingga wajar pemerintah

memprioritaskan pembangunan pada sektor pertanian yang didukung oleh

sektor-sektor lainnya.

Sejalan dengan tujuan utama pembangunan nasional yaitu untuk

meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat.

Maka dalam pembangunan pertanian kesejahteraan petani perlu

mendapat perhatian dan tingkat pendapatan yang meningkat bisa

dijadikan salah satu indikator kesejahteraan petani.

Salah satu sub-sektor di sektor pertanian adalah sub-sektor

perkebunan. Sub-sektor ini memberikan sumbangan yang cukup besar

UNIVERSITAS HASANUDDIN 1

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

bagi perekonomian nasional dan menjadi makin penting, mengingat makin

terbatasnya peranan minyak bumi yang selama ini merupakan sumber

devisa utama bagi Indonesia. Keunggulan komparatif dari sub-sektor

perkebunan dibandingkan dengan sektor non-migas lainnya disebabkan

antara lain oleh adanya lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal

dan berada di kawasan dengan iklim yang menunjang serta adanya

tenaga kerja yang cukup tersedia dan melimpah sehingga bisa secara

kompetitif dimanfaatkan. Kondisi tersebut merupakan suatu hal yang

dapat memperkuat daya saing harga produk- produk perkebunan

Indonesia di pasaran dunia.

Komoditas bidang pertanian di pasaran internasional yang

peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional adalah tanaman

kakao (Theobroma cacao L.). Kakao atau cokelat diberi nama Theobroma

cacao yang dalam bahasa Yunani Theos berarti dewa sedangkan Broma

berarti santapan. Jadi, Theobroma berarti santapan para dewa. Tanaman

kakao bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman tersebut diperkirakan

berasal dari lembah hulu sungai Amazon, Amerika Selatan yang dibawa

masuk ke Indonesia melalui Sulawesi Utara oleh Bangsa Spanyol sekitar

tahun 1560. Namun sejak kapan mulai dibudidayakan masih belum begitu

jelas.

Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas

andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia,

terutama dalam penyediaan lapangnan kerja, sumber pendapatan petani

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

dan sumber devisa bagi negara disamping mendorong berkembangnya

agrobisnis kakao dan agroindustri. Oleh karenanya tidak mengherankan

bahwa sejak awal tahun 1980-an, perkembangan kakao di Indonesia

sangat pesat. Keadaan iklim dan kondisi lahan yang sesuai untuk

pertumbuhan kakao akan mendorong pengembangan pembangunan

perkebunan kakao Indonesia (PPKKI, 2004 : v).

Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang

berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2010

Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan

produksi 844.630 ton, dibawah negara Pantai Gading dengan produksi

1,38 juta ton. Volume ekspor kakao Indonesia tahun 2009 sebesar

535.240 ton dengan nilai Rp. 1.413.535.000 dan volume impor sebesar

46.356 ton senilai 119,32 ribu US$ (Ditjenbun1, 2010).

Selain berperan cukup penting bagi perekonomian nasional, kakao

juga berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan, sebagai sumber

pendapatan dan devisa negara, serta mendorong pengembangan wilayah

dan pengembangan agroindustri.

Produksi biji kakao Indonesia secara signifikan memang terus

meningkat tetapi tidak demikian dengan kualitas biji kakao tersebut. Mutu

yang dihasilkan mengalami penurunan dan beragam, antara lain kurang

terfermentasi, tidak cukup kering, ukuran biji tidak seragam, kadar kulit

tinggi, keasaman tinggi, cita rasa sangat beragam, dan tidak konsisten.

Akibatnya harga biji kakao Indonesia relatif rendah dan dikenakan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 3

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

potongan harga dibandingkan dengan harga biji kakao dari negara

produsen lain.

Menurut Zulhefi, ketua Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO), bahwa

biji kakao Indonesia mulai ditinggalkan pembeli asing menyusul makin

merosotnya kualitas produknya. Negara pengimpor biji kakao antara lain

Singapura dan Malaysia telah mengalihkan pembelian kakao ke Pantai

Gading dan Papua Nugini. Kualitas biji kakao Indonesia di mata

internasional telah dianggap sangat rendah karena ketika diekspor tidak

difermentasi terlebih dahulu. Akibatnya, aroma yang dihasilkan tidak baik

dan kandungan lemaknya rendah. Selain itu, biji kakao Indonesia

kandungan kotorannya di atas empat persen. Sesuai standar

internasional, kandungan kotoran maksimal dua persen. Rendahnya

kualitas biji kakao tersebut antara lain karena umur tanaman kakao di

Indonesia sudah berusia lebih 17 tahun sehingga produktivitas menurun.

Selain itu, hama penggerek buah kakao sejak tahun 1995 sampai saat ini

belum dapat diberantas. Hal tersebut dikarenakan umur tanaman sangat

mempengaruhi jumlah buah yang dapat dihasilkan tanaman. Pada umur

8-18 tahun, produksinya stabil. Tetapi memasuki umur ke 20 maka

produksi yang dihasilkan akan mulai menurun.

Sulawesi Selatan termasuk salah satu sentra produksi kakao di

Indonesia. Propinsi ini memberikan kontribusi dalam hal pengeksporan

kakao. Hal ini didukung oleh luasnya areal perkebunan kakao yang

kemudian berimbas pada tingkat produksi yang tinggi. Hal ini menjadi

UNIVERSITAS HASANUDDIN 4

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk

mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari

agribisnis kakao (Ditjenbun, 2010).

Tanaman kakao (Theobroma cacao L) adalah salah satu komoditas

perkebunan yang memiliki peranan penting dalam pembangunan di

Sulawesi Selatan, karena memiliki areal yang cukup luas dan menyebar di

seluruh kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan, serta memberikan

kontribusi yang cukup besar bagi propinsi Sulawesi Selatan. Disamping

itu, sampai saat ini kakao masih memiliki prospek pasar yang cukup baik

dibanding komoditas perkebunan lainnya (Salahuddin, S, 2007).

Salah satu wilayah di Sulawesi selatan yang memiliki kondis alam

dan keadaan geogrfasis yang mendukungdalam pembudidayaan komoditi

kakao adalah Kabupaten Bulukumba tepatnya di Desa Mattirowalie.

Saat ini Desa Mattirowalie merupakan Desa yang sebagian besar

masyarakatnya berprofesi sebagai petani kakao. Komoditi kakao yang

berasal dari Desa ini tergolong dalam kualitas yang baik. Meskipun

tergolong kakao yang baik namun masih terdapat kendala yang dihadapi

oleh petani kakao di Desa tersebut.

Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk pengembangan komoditi

kakao. Perbaikan teknik budidaya pada akhirnya akan membawa manfaat

besar. Teknik pembibitan yang efisien, usaha mendapatkan bahan tanam

unggul, metode pemangkasan untuk membentuk habitat yang baik,

pengaturan jarak tanam maupun usaha perlindungan terhadap hama dan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 5

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

penyakit ditujukan kepada ditemukannya suatu periode penanaman dan

pemeliharaan kakao yang efisien dengan sasaran produksi baik dari segi

jumlah maupun mutu (Siregar dkk, 1997)

Walaupun ada banyak masalah potensial, namun kakao

merupakan komoditi yang ideal untuk dibudidayakan para petani rakyat

karena dapat dibudidayakan dengan produktivitas yang sama pada skala

kecil ataupun skala besar. Kakao secara mudah dibudidayakan dan

dipungut hasil panennya serta tidak memerlukan banyak modal untuk alat

mesin berat dalam pengolahannya. Oleh karena itu, kakao mudah terpadu

dengan sistem pertanian tradisional (Spillane, J, 1995 : 163).

Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai Strategi Dalam Peningkatan Mutu Kakao (Suatu

Studi Antropologi Ekonomi Terhadap Pertanian Kakao di Desa

Mattirowalie, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba.)

B. Rumusan Masalah

Desa Mattirowali memiliki lahan yang produktif. Lahan yang

produktif harusnya bisa dimanfaatkan dengan menanam atau

mengembangbiakkan tanaman yang bermanfaat dan menguntungkan dari

segi ekonomi. Oleh sebab itu, penulis merumuskan pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pengetahuan petani Desa Mattirowalie

mengenai pertanian kakao?

UNIVERSITAS HASANUDDIN 6

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

2. Bagaimana pola pertanian yang diterapkan selama ini dalam

rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas produksinya?

3. Bagaimana strategi pengolahan hasil panen yang diterapkan dalam

rangka menjaga kualitas biji kakaonya?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan dari penelitian ini yakni:

a. Memahami sistem pengetahuan petani Desa Mattirowalie

mengenai pertanian kakao

b. Mendeskripsikan bagaimana praktek/pola pertanian kakao dalam

rangka meningkatkan kuantitas san kualitas hasil produksinya.

c. Mendeskripsikan strategi petani dalam proses pengolahan hasil

panen dalam rangka menjaga kualitas biji kakaonya.

2. Manfaat penelitian:

a. Manfaat ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

baru atau data ilmiah sebagai masukan kepada ilmu pengetahuan,

khususnya dalam ilmu antropolgi.

b. Manfaat praktis

Diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Pertanian dan

perkebunan dan Dinas Pendidikan dan instansi terkait untuk

perbaikan maupun implementasi program-program kedepannya.

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 7

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

pengetahuan penulis dan sebagai salah satu cara untuk

mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh di bangku kuliah.

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat

dalam mengambil langkah yang lebih efisien dalam hal

peningkatan mutu kakao

D. Tinjauan Konseptual

a. Sistem pengetahuan pertanian

Sistem pengetahuan adalah salah satu dari tujuh unsur

kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan

dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjoroningrat, 1990: 180).

Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia sebagai makhluk

sosial, yang isinya adalah perangkat-perangkat model pengetahuan, yang

secara selektif digunakan oleh para pendukung atau pelakunya untuk

menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan

digunakan sebagai referen atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk

kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang

dihadapi.(Suparlan, 1986:106).

Menurut Sanjaya (2011) Kebudayaan pada dasarnya adalah

keseluruhan pengetahuan yang dimiliki secara bersama oleh warga suatu

masyarakat. Pengetahuan yang telah diakui sebagai kebenaran sehingga

fungsional sebagai pedoman. Satuan-satuan pengetahuan itu terumuskan

dalam wujud kata-kata, kalimat-kalimat, ungkapan-ungkapan, pepatah-

UNIVERSITAS HASANUDDIN 8

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

petitih, peribahasa, wacana-wacana, dalil-dalil, rumusan-rumusan, bahkan

teori-teori. Keseluruhannya digunakan secara selektif dan kontekstual

sesuai dengan kebutuhan atau persoalan yang dihadapi. Penggunaan

pengetahuan oleh orang per orang atau kelompok orang atau masyarakat,

menggambarkan bahwa sejatinya pengetahuan dimaksud telah dipahami,

diresapi, dan diyakini berkat adanya suatu proses pendidikan panjang

(dari sejak kecil sampai dewasa) dalam bentuk internalisasi dan

sosialisasi.

Pengetahuan sebagai salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang

bersifat universal menurut Koentjaraningrat tidak dapat dilepaskan dari

kehidupan manusia. Pengetahuan juga adalah salah satu aspek yang

membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan

pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris. Pengetahuan

ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang

dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga

dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat

melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada

pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan

melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya,

seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan

sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen

organisasi.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 9

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan

melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme.

Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak

menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang

matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui

pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah

pemikiran logis akal budi.

Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman

seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang

menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah

sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau

bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit akan

menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-

tahapannya.

Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:

pengetahuan tentang alam, pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan

hewan di sekitarnya, pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan

tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia, pengetahuan tentang

ruang dan waktu. Masing-masing kelompok tersebut juga masing-masing

memiliki ruang lingkup sendiri yang lebih luas lagi karena pengetahuan

tersebut meliputi banyak dimensi yang nantinya ketika manusia

menemukan metode-menode yang sistematis dan terstruktur dalam

mengkaji pengetahuan itu, akan berkembang menjadi ilmu pengetahuan.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 10

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Dalam bahasa Inggris, budaya disebut "culture" dan pertanian

diartikan "agriculture". Walau tidak bisa dikatakan sama, namun kata

"culture" yang memakna kata budaya dan pertanian, tentu saja bakal

memiliki korelasi. Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah

kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu

untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian

memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian

mendorong kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem

kepercayaan, pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan juga

kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian. Kebudayaan masyarakat

yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan

agraris.

Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah

membawa revolusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum

revolusi industri. Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah

revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia.

Pengetahuan dalam bidang pertanian sangat dibutuhkan untuk

menghasilkan hasil pertanian yang baik. Petani adalah aktor utama dalam

kegiatan pertanian, baik tidaknya hasil pertanian tersebut tergantung

bagaimana pengetahuan petani tersebut. Pengetahuan petani terhadap

satu atau beberapa hal berbeda dengan orang lain. hal tersebut

dipengaruhi oleh beberapa hal, baik dari intern manusia itu sendiri,

UNIVERSITAS HASANUDDIN 11

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

ataupun dari ekstern manusia itu sendiri. Pengetahuan seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor

- Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan

sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. Dalam pertanian

sendiri, pendidikan menjadi pondasi dalam usaha tani. Pendidikan dapat

memberi pengetahuan teradapa petani mengenai pengelolaan usaha tani

itu sendiri. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam

pengelolaan usahatani. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seorang

petani di suatu desa akan berpengaruh terhadap cara penerimaan

terhadap inovasi baru yang dianjurkan guna meningkatkan produksi

pertanian sekaligus meningkatkan taraf hidup petani atau masyarakat.

- Media

Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat

yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio,

koran, dan majalah. Media merupakan sarana untuk memperoleh infrmasi

dengan mudah, pengetahuan dalam bidang pertanian juga bisa diperoleh

petani melalui media.

- Pengalaman

Pengalaman dialami oleh manusia karena manusia selalu berkarya,

baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Pengalaman yang dialami

UNIVERSITAS HASANUDDIN 12

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

manusia dapat berbekas dalam ingatan manusia yang secara langsung

maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pengetahuan manusia itu

sendiri. Semakin banyak pengalaman yang dialami oleh seseorang, maka

kemungkinan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh orang

tersebut. Pengalaman juga merupakan pegetahuan yang paling berharga.

Dalam pertanian sendiri, pengalaman petani dalam pengolahan usaha tani

banyak membantu untuk mendapatkan pengetahuan dalam pertanian.

b. Pola praktik bertani

Pertanian adalah suatu mata pencaharian dan suatu cara

kehidupan, bukan suatu cara kehidupan, dapat di katakan bahwa petani

petani mengerjakan pertanian untuk penenanaman modal kembali dan

usaha, dengan sudut pandang tanah sebagai modal dan komoditi.

seorang melihat petani sebagai seorang yang mengendalikan secara

efektif sebidang tanah yang dia sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-

ikatan tradisi dan perasaan (Redfield, 1982)

Dalam pola/ praktik pertanian diarahkan dalam bentuk kerja,

pekerjaan dan mengerjakan yang secara bebas dapat diberi bentuk yang

menyangkut suatu proses kegiatan. Pola pertanian dalam perspektif

antropologi ekonomi sendiri dalam hal ini mengenai praktik pertanian

kakao tidak lepas dari produksi, distribusi dan konsumsi. Ketiga pola

tersebut merupakan suatu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 13

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

c. Strategi Pengolahan hasil panen

Berbagai macam strategi dalam peningkatan mutu kakao telah

dilakukan petani. Dalam bidang manajemen, definisi mengenai strategi

cukup beragam dan bervariasi dari beberapa ahli dan pengarangnya.

Gerry Johnson dan Kevan Scholes (dalam buku “Exploring Corporate

Strategy”) misalnya mendefinisikan strategi sebagai arah dan cakupan

jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui

konfigurasi sumber daya alam dan lingkungan yang berubah untuk

mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang

berkepentingan (stakeholder).

Henry Mintzberg mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu: strategi

sebagai perspektif, strategi sebagai posisis, strategi sebagai

perencanaan, strategi sebagai pola kegiatan, dan strategi sebagai

“penipuan” (Ploy) yaitu muslihat rahasia.Sebagai Perspektif, di mana

strategi dalam membentuk misi, misi menggambarkan perspektif kepada

semua aktivitas. Sebagai Posisi, di mana dicari pilihan untuk bersaing.

Sebagai perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performansi

perusahaan. Sebagai pola kegiatan, di mana dalam strategi dibentuk

suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian.

Dari berbagai pengertian dan definisi mengenai strategi, secara

umum dapat didefinisikan bahwa strategi itu adalah rencana tentang

serangkaian manuver, yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata

UNIVERSITAS HASANUDDIN 14

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

maupun yang tak-kasat mata, untuk menjamin keberhasilan mencapai

tujuan.

Strategi sebagai arah dan cakupan jangka panjang organisasi

untuk mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi sumber daya alam

dan lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan

memenuhi harapan yang berkepentingan. Dimana strategi dalam

membentuk misi, misi menggambarkan perspektif kepada semua aktifitas.

Sebagai posisi, dimana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai

perencenaan, dalam hal strategi menentukan performasi perusahaan.

Sebagai pola kegiatan, dimana dalam strategi dibentuk suatu pola umpan

balik dan penyesuaian.

Dalam pengolahan usaha, istilah pengolahan atau manajemen

berasl dari kata kelola, yang dapat diarahkan dalam bentuk kerja,

pekerjaan, mengerjakan (mngelola) yang secara bebas dapat di beri

bentuk yang menyangkut suatu proses kegiatan. Pola pengelolaan dalam

perspektif antropologi ekonomi sendiri dalam hal ini mengenai pola

pertanian rakyat tidak lepas dari yang namanya produksi, distribusi, dan

konsumsi. Ketiga pola tersebut suatu mata rantai yang tidak dapat

dipisahkan dikarenakan memiliki keterkaitan satu sama lainnya.

E. Kerangka Pemikiran

Potensi kakao memiliki prospek yang baik dalam

pengembangannya yang mampu mengisi peluang pasar. Semakin

melonjaknya harga komoditi pertanian yang berorientasi ekspor

UNIVERSITAS HASANUDDIN 15

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

khususnya kakao, maka petani terdorong untuk meningkatkan produksi

yang akhirnya mendapatkan pendapatan atau keuntungan yang lebih

tinggi.

Keberhasilan sutau usaha tani tergantung bagaimana kemapuan,

pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki petani itu sendiri. Pada tahap

produksi, terdapat beberapa hal yang dapat dilihat sebagai faktor-faktor

produksi, yaitu faktor alam, faktor modal, faktor tenagakerja, dan faktor

teknologi serta proses kerja petani yaitu pengolahan lahan, pembibitan,

penanaman, pemeliharaan, dan panen.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 16

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Budaya Pertanian

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan

hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan

milik diri manusia dengan belajar (Koentjoroningrat, 1990: 180).

Dalam bahasa Inggris, budaya disebut "culture" dan pertanian

diartikan "agriculture". Walau tidak bisa dikatakan sama, namun kata

"culture" yang memakna kata budaya dan pertanian, tentu saja bakal

memiliki korelasi. Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah

kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu

untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian

memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian

mendorong kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem

kepercayaan, pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan juga

kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian. Kebudayaan masyarakat

yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan

agraris.

Di era modern sekarang ini pertanian sebagai mata pencaharian,

artinya hasil dari pertanian dapat ditukar dengan barang lain untuk

memenuhi tidak hanya kebutuhaan pangan saja. Dengan pola pemikiran

yang lebih maju, maka manusia mulai berfikir untuk mencari alat penukar

barang, artinya apa ? Sesuatu itu menjadi bernilai apabila kita

UNIVERSITAS HASANUDDIN 17

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

memerlukannya. Kelajutan dari ini maka dikenalkanlah sebuah sistem

sebagai penunjangnya yaitu “sistem barter” barang tertentu ditukar

dengan barang yang mungkin nilainya bisa lebih besar atau sebaliknya

lebih kecil karena kecendrungan dua sisi inilah maka manusia akan

kembali memikirkan sistem barter dirasa berat sebelah apabila nilainya

tidak sesuai maka kembali berkembang sistem tukar-menukar dengan

menggunakan standar uang.

Dalam studi antropologi, sistem tukar menukar dilihat sebagai

gejala kebudayaan yang keberadaannya berdimensi luas, tidak sekedar

berdimensi ekonomi, tetapi juga agama, teknologi, ekologi, politik dan

organisasi sosial (Dalton, 1961:12)

Sistem pertukaran mempunyai peranan yang penting dalam

memenuhi kekebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa. Adapun

pertukaran merupakan konsep yang berhubungan dengan sosok-sosok

tentang pengubahan barang atau jasatertentu dari individu atau kelompok,

dan pengubahan ini dilakukan dengan cara memindahkan barang atau

jasa kepada individu atau kelompok lain guna mendapatkan barang atau

jasa yang di butuhkan (Cook, 1973:823).

Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah

membawa revolusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum

revolusi industri. Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah

revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 18

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

B. Pengetahuan Pertanian

Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia sebagai makhluk

sosial, yang isinya adalah perangkat-perangkat model pengetahuan, yang

secara selektif digunakan oleh para pendukung atau pelakunya untuk

menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan

digunakan sebagai referen atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk

kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang

dihadapi.(Suparlan, 1986:106).

Kebudayaan berarti suatu pola makna yang ditularkan secara

historis, yang dijawentahkan dalam simbol-simbol, suatu sistem konsep

yang diwarisi, terungkap dalam bentuk simbolis yang menjadi sarana

manusia untuk menyampaikan, mengabdikan, dan mengembangkan

pengetahuan mereka tentang serta sikap-sikap mereka terhadap hidup.

(Geertz dalam Dillistone, 2002:115).

Menurut Sanjaya Adi (2011) Kebudayaan pada dasarnya adalah

keseluruhan pengetahuan yang dimiliki secara bersama oleh warga suatu

masyarakat. Pengetahuan yang telah diakui sebagai kebenaran sehingga

fungsional sebagai pedoman. Satuan-satuan pengetahuan itu terumuskan

dalam wujud kata-kata, kalimat-kalimat, ungkapan-ungkapan, pepatah-

petitih, peribahasa, wacana-wacana, dalil-dalil, rumusan-rumusan, bahkan

teori-teori. Keseluruhannya digunakan secara selektif dan kontekstual

sesuai dengan kebutuhan atau persoalan yang dihadapi. Penggunaan

pengetahuan oleh orang per orang atau kelompok orang atau masyarakat,

UNIVERSITAS HASANUDDIN 19

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

menggambarkan bahwa sejatinya pengetahuan dimaksud telah dipahami,

diresapi, dan diyakini berkat adanya suatu proses pendidikan panjang

(dari sejak kecil sampai dewasa) dalam bentuk internalisasi dan

sosialisasi.

Pengetahuan sebagai salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang

bersifat universal menurut Koentjaraningrat tidak dapat dilepaskan dari

kehidupan manusia. Pengetahuan juga adalah salah satu aspek yang

membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan

pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau

pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan

melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan

rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi

pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan

menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris

tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman

pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang

sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan

mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.

Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan

melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme.

Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak

menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang

UNIVERSITAS HASANUDDIN 20

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui

pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah

pemikiran logis akal budi.

Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman

seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang

menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah

sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau

bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit akan

menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-

tahapannya.

Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:

pengetahuan tentang alam, pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan

hewan di sekitarnya, pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan

tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia, pengetahuan tentang

ruang dan waktu. Masing-masing kelompok tersebut juga masing-masing

memiliki ruang lingkup sendiri yang lebih luas lagi karena pengetahuan

tersebut meliputi banyak dimensi yang nantinya ketika manusia

menemukan metode-menode yang sistematis dan terstruktur dalam

mengkaji pengetahuan itu, akan berkembang menjadi ilmu pengetahuan.

Pengetahuan dalam bidang pertanian sangat dibutuhkan untuk

menghasilkan hasil pertanian yang baik. Petani adalah actor utama dalam

kegiatan pertanian, baik tidaknya hasil pertanian tersebut tergantung

bagaimana pengetahuan petani tersebut. Pengetahuan petani terhadap

UNIVERSITAS HASANUDDIN 21

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

satu atau beberapa hal berbeda dengan orang lain. hal tersebut

dipengaruhi oleh beberapa hal, baik dari intern manusia itu sendiri,

ataupun dari ekstern manusia itu sendiri. Pengetahuan seseorang

dipengaruhi oleh beberapa factor

1. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan

sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. Dalam pertanian

sendiri, pendidikan menjadi pondasi dalam usaha tani. Pendidikan dapat

memberi pengetahuan teradapa petani mengenai pengelolaan usaha tani

itu sendiri. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam

pengelolaan usahatani. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seorang

petani di suatu desa akan berpengaruh terhadap cara penerimaan

terhadap inovasi baru yang dianjurkan guna meningkatkan produksi

pertanian sekaligus meningkatkan taraf hidup petani atau masyarakat.

2. Media

Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat

yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio,

koran, dan majalah. Media merupakan sarana untuk memperoleh

informasi dengan mudah, pengetahuan dalam bidang pertanian juga bisa

diperloleh petani melalui media.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 22

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

3. Pengalaman

Pengalaman dialami oleh manusia karena manusia selalu berkarya,

baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Pengalaman yang dialami

manusia dapat berbekas dalam ingatan manusia yang secara langsung

maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pengetahuan manusia itu

sendiri. Semakin banyak pengalaman yang dialami oleh seseorang, maka

kemungkinan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh orang

tersebut. Pengalaman juga merupakan pegetahuan yang paling berharga.

Dalam pertanan sendiri, pengalaman petani dalam pengolahan usaha tani

banyak membantu untuk mendapatkan pengetahuan dalam pertanian

C. Petani dan Usaha Tani

Pertanian adalah suatu mata pencaharian dan suatu cara

kehidupan, bukan suatu cara kehidupan, dapat di katakan bahwa petani

petani mengerjakan pertanian untuk penenanaman modal kembali dan

usaha, dengan sudut pandang tanah sebagai modal dan komoditi.

seorang melihat petani sebagai seorang yang mengendalikan secara

efektif sebidang tanah yang dia sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-

ikatan tradisi dan perasaan (Redfield, 1982)

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang

terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti

tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas

tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan di atas tanah dan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 23

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau

memelihara ternak (Mubyarto, 1989).

Menurut corak dan sifat, usahatani dibagi menjadi dua, yakni

komersial dan subsistence. Usahatani komersial telah memperhatikan

kualitas serta kuantitas produk sedangkan usahatani subsistence hanya

memenuhi kebutuhan sendiri (Suratiyah, 2006).

Petani merupakan setiap orang yang melakukan usaha di bidang

pertanian (terlibat langsung dalam proses pertumbuhan tanaman atau

hewan) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam menjalankan

usahatani, petani berperan sebagai manager atau penggerak yang

menggerakkan setiap elemen yang akan menghasilkan sesuatu produksi

(Soeharjo, 1978).

1. Produksi

Proses produksi sebagai langkah awal dari perilkau ekonomi.

Menurut Hartomo dkk ( 1993 ; 292 ) bahwa produksi adalah kegiatan

untuk menghasilkan barang dan jasa serta kegiatan menciptakan

kegunaan. Kegunaan artinya dapat memenuhi kebutuhan manusia. Jadi

pengertian secara luas produksi, bukan hanya kegiatan yang

menghasilkan barang dan jasa, tetapi mencakup semua kegiatan yang

menciptakan menambah kegunaan.

Ada tiga faktor produksi pertanian yaitu alam, tenaga kerja, dan

modal. Faktor produksi alam dan tenaga kerja sering disebut sebagai

faktor produksi primer, faktor produksi modal dan pengolaan disebut faktor

UNIVERSITAS HASANUDDIN 24

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

produksi sekunder. Ada literature menambahkan faktor produksi Teknologi

sebagai faktor ke empat. Namun disini dinyatakan bahwa faktor teknologi

itu bukan terpisah, dia hadir atau meresap masuk ke masing-masing

faktor produksi di atas. Ada teknologi yang berkenaan dengan alam, ada

teknologi tersendiri dalam tenaga kerja, dan dalam modal. Dengan

demikian faktor-faktor produksi tetap tiga (Planck,1990).

Selanjutnya dikatakan bahwa produksi dapat berhasil dengan baik

atau tidak, tergantung pada factor produksi seperti

- Faktor alam, meliputi semua sumber yang disediakan oleh alam

dengan tanpa usaha dan kerja manusia

- Faktor tenaga kerja, usaha manusia untuk menghasilkan

dimungkinkan dengan adanya tenaga kerja. Jadi kerja manusia itu

sangat menentukan dalam proses produksi.

- Faktor modal, modal adalah barang yang dipergunakan menghasilkan

lebih lanjut, misalnya mesin, gedung, bahan dan sebagainya. Fungsi

modal yang paling penting ialah untuk memperbesar hasil produksi

atau mempertinggi tingkat produktivitas. ( Hartomo dkk 1993 ; 295-

297).

2. Distribusi

Benda yang diproduksi akan disalurkan kepada masyarakat yang

disebut proses distribusi. Menurut Cook yang dikutif oleh Syafri Sairin dkk

dalam buku pengantar antropologi ekonomi (2002 : 41 ) bahwa distribusi

merupakan suatu konsep yang berhubungan dengan aspek-aspek tentang

UNIVERSITAS HASANUDDIN 25

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

pemberian imbalan yang diberikan kepada individun atau pihak-pihak

yang telah mengorbankan factor-faktor produksi yang mereka miliki untuk

proses produksi

D. Pola bertani

Pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia.

Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga

ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian memaksa suatu

kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong

kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan,

pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan juga kesenian akibat

diadopsinya teknologi pertanian. Kebudayaan masyarakat yang

tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.

Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa

revolusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri.

Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan

pertama yang dialami manusia (Aji, Gutomo Bayu. 2005).

Pembangunan pertanian dalam upaya memenuhi kebutuhan

pangan merupakan kebutuhan yang esensial bagi manusia. Tanpa

pangan orang tidak akan dapat hidup. Pangan diperlukan untuk menyusun

tubuh, sebagai sumber energi dan zat tertentu untuk mengatur prosedur

mekanisme. Untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut manusia

mengelola sumber daya alam antara lain lahan, air, udara (iklim) dan

fauna untuk dimanfaatakan sebagai modal dasar usaha produksi

UNIVERSITAS HASANUDDIN 26

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

pertanian, baik pertanian musiman, maupun tahunan dengan tanaman

tua. Pola manusia dalam mengelola sumberdaya alam untuk pemenuhan

kebutuhan pangan ini dapat dikelompokkan dalam beberapa pola

diantaranya :

1. Perladangan berpindah

Pola pengelolaan pertanian yang lebih tinggi dari pemburu dan

pengumpul adalah peladang berpindah. Peladang berpindah telah

melakukan bercocok tanam dengan menanam tanam-tanaman tertentu.

Umumnya, dalam pola ini para peladang telah menternakkan hewan

tertentu. Karena itu mereka melakukan pembudidayaan tumbuhan dan

hewan yang dianggap berguna untuk memenuhi kebutuhan pangannya

pada sebidang lahan tertentu. Para peladang juga sudah memulai proses

seleksi bibit tanaman dan hewan yang akan mereka budidayakan

2. Pertanian Menetap

Pertanian menetap dianggap sebagai tingkat evolusi tertinggi

dalam perkembangan masyarakat agraris. Pertanian menetap telah

berkembang lama khususnya untuk pertanian sawah, sedangkan padi

gogo lebih berkaitan dengan perladangan berpindah

(http://borneojarjua2008.wordpress.com).

Adanya pola bertani perladangan berpindah maupun

perladangan/pertanian menetap tentu tidak terlepas dari yang namanya

pengolahan lahan/tanah. Pada tahap awal timbulnya pertanian, faktor

lahan bersifat unscarcity, makin lama sifatnya menjadi scarcity. Tuhan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 27

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

hanya sekali menciptakan lahan/tanah, manusia bertambah banyak, lahan

menjadi barang rebutan. Orang yang kuat merebut atau berkemampuan

tinggi memiliki lahan luas, orang yang lemah memiliki lahan sempit. Inilah

awal dari timbulnya ketimpangan pemilikan lahan (Chrysantini,2007).

Tanah/lahan menurut Fauzi 2008, dalam arti sesungguhnya bukan

termasuk modal, karena tanah bukan buatan manusia atau hasil produksi.

Orang awam menganggap tanah sebagai modal utama atau satu-satunya

modal bagi petani. Hal ini karena tanah mempunyai fungsi sosial dan

fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi dari tanah adalah:

- Dapat diperjual belikan

- Dapat disewakan,

- Dapat dijadikan jaminan kredit.

Areal tanah di pinggiran kota atau di dekat proyek

industri/pemukiman, saat ini sudah banyak diperjual belikan yang

kemudian lahan pertanian beralih fungsi ke lahan nonpertanian. Harga

tanah per m² di lokasi tersebut cukup tinggi dan menggiurkan, sehingga

petani pemilik tanah menjualnya. Petani menganggap lebih beruntung

tanah itu dijual daripada diusahakan sebagai lahan pertanian. Bila tanah

sudah beralih fungsi, maka tingkat kesuburan tubuh tanah tidak berarti

lagi. Tidak ada atau sangat langka tanah/lahan nonpertanian beralih

fungsi ke tanah/lahan pertanian. Antar sesama petani juga sering terjadi

transaksi jual beli tanah yang belum beralih fungsi. Menyusul ada pula

penduduk kota membeli lahan pertanian, ini juga menambah ketimpangan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 28

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

pemilikan lahan. Ada petani yang dulunya memiliki lahan beberapa hektar,

akhirnya dia berubah status menjadi petani penyewa atau buruh tani.

E. Produktifitas Tanaman Kakao

Produktivitas pertanian suatu daerah adalah penting karena

berbagai alasan. Selain menyediakan makanan lebih, meningkatkan

produktivitas pertanian daerah mempengaruhi prospek pertumbuhan dan

daya saing di pasar pertanian, distribusi pendapatan dan tabungan, dan

migrasi tenaga kerja. Peningkatan produktivitas pertanian daerah

menyiratkan lebih efisien distribusi sumber daya langka. Sebagai petani

mengadopsi teknik baru dan perbedaan dalam produktivitas muncul, para

petani lebih produktif manfaat dari peningkatan kesejahteraan mereka

sementara petani yang tidak cukup produktif akan keluar pasar untuk

mencari kesuksesan di tempat lain. Produktivitas pertanian diukur sebagai

rasio dari pertanian output untuk pertanian masukan. (Sunanto,1992)

Produktivitas lahan adalah kemampuan atau daya dukung lahan

tersebut untuk didapatkan nilai bobot hasil tertinggi per satuan luas dalam

satuan waktu tertentu. Daya dukung lahan adalah kemampuan tanah,

iklim, organisme, tanaman (genetik), waktu dan manusia sebagai

pengelola atau tenaga kerja.

Dalam penentuan produktivitas lahan sangatlah dipengaruhi oleh

manusia sebagai “manager”. Manusia sebagai manajer akan menentukan

sistem pertanian yang akan dilaksanakan dari kegiatan usahataninya.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka produktivitas usaha (lahan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 29

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

pertanian) adalah kemampuan manusia untuk mengelola semua

sumberdaya yang ada agar didapatkan nilai tukar uang optimal dari

satuan luas lahan pertanian yang diusahakannya dalam suatu sistem

pertanian (Anonim, 2005).

Selanjutnya Siregar (1996) menambahkan Produksi merupakan

kegiatan pengubahan input menjadi output. Dalam ekonomi, proses

kegiatan tersebut biasanya dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi

produksi merupakan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari

pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu. Makin

tinggi kuantitas output, maka akan semakin mempengaruhi produktivitas.

Jumlah tanaman merupakan kuantitas pohon yang ditanam dalam

suatu areal lahan pertanian. Dalam Banyaknya pohon yang ditanam

tersebut tentunya akan mempengaruhi produksi yang secara tidak

langsung juga mempengaruhi produktivitas.

Faktor yang cenderung mempengaruhi produktivitas yaitu umur

tanaman. Pada umumnya tanaman perkebunan termasuk kakao

produktivitas akan meningkat seiring pertambahan usia hingga batas umur

maksimum dan makin tua umur tanaman maka produktivitas cenderung

menurun.

Kakao atau cokelat diberi nama Theobroma cacao yang dalam

bahasa Yunani Theos berarti dewa sedangkan Broma berarti santapan.

Jadi, Theobroma berarti santapan para dewa. Tanaman kakao bukan

tanaman asli Indonesia. Tanaman tersebut diperkirakan berasal dari

UNIVERSITAS HASANUDDIN 30

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

lembah hulu sungai Amazon, Amerika Selatan yang dibawa masuk ke

Indonesia melalui Sulawesi Utara oleh Bangsa Spanyol sekitar tahun

1560. Namun sejak kapan mulai dibudidayakan masih belum begitu jelas.

Ada yang berpendapat pembudidayaannya bersamaan dengan

pembudidayaan kopi tahun 1820, tetapi pendapat lain mengatakan lebih

awal lagi yaitu tahun 1780 di Minahasa. Pembudidayaan kakao di Daerah

Minahasa tersebut tidak berlangsung lama karena sejak tahun 1845

terjadi serangan hama penggerek buah kakao (PBK). Akibatnya kebun

tidak terpelihara dan menjadi rusak.

Kakao merupakan salah satu komoditas andalan yang berperan

penting dalam perekonomian Indonesia. Besarnya minat masyarakat

untuk mengembangkan tanaman kakao terlihat nyata dengan banyaknya

permintaan benih serta pelatihan budidaya kakao. Kakao atau Theobroma

cacao L., merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cocok

dengan kultur tanah dan iklim di Indonesia. Tanaman ini termasuk

golongan tumbuhan tropis.

1. Varietas, Kategori dan Pemeliharaan Tanaman Kakao

a. Varietas

- Criolo (fine cocoa atau kakao mulia)

Jenis varietas Criolo mendominasi pasar kakao hingga

pertengahan abad 18, akan tetapi saat ini hanya beberapa saja

pohon Criolo yang masih ada.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 31

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

- Forastero Verietas ini merupakan kelompok varietas terbesar yang

diolahdan ditanami.

- Trinitario / Hibrida

Merupakan hasil persilangan antara jenis Forastero dan Criolo.

b. Kategori Kakao

Dalam komoditas perdagangan kakao dunia dibagi menjadi dua kategori

besar biji kakao :

- kakao mulia (“fine cocoa”)

Secara umum, Kakao mulia diproduksi dari varietas Criolo

- kakao curah (“bulk or ordinary cocoa”)

Kakao curah berasal dari jenis Forastero

c. Pemeliharaan Tanaman Kakao

Muljana, (2001)Untuk menghasilkan tanaman kakao yang bermutu

baik, diperlukan perawatan yang baik pula terhadap tanaman kakao

tersebut, berikut ini adalah hal-hal yang perlu dilakukan dalam perawatan

tanaman kakao:

- Pemangkasan

Pemangkasan pohon pelindung dilakukan agar dapat berfungsi

untuk jangka waktu yang lama. Pemangkasan dilakukan terhadap cabang-

cabang yang tumbuh rendah dan lemah. Pohon dipangkas sehingga

cabang terendah akan berjarak lebih dari 1 m dari tajuk tanaman kakao.

Pemangkasan ini merupakan usaha untuk meningkatkan produksi dan

mempertahankan umur ekonomis tanaman. Dengan pemangkasan maka

UNIVERSITAS HASANUDDIN 32

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

akan mencegah serangan hama dan penyakit, membentuk tajuk pohon,

memelihara tanaman dan memacu produksi.

Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang

seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga

dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi

dan baik. Pemangkasan ada beberapa macam yaitu :

- Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang

primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3

cabang primer yang baik dan letaknya simetris.

- Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan

vegetatif yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air

(wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya.

- Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak

secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini

tergantung keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat pada

musim hujan dan pangkas ringan pada musim kemarau.

- Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan

memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding.

- Penyiangan

Tujuannya adalah untuk mencegah persaingan dalam penyerapan

air dan unsur hara serta mencegah hama dan penyakit. Penyiangan harus

dilakukan secara rutin, minimal satu bulan sekali dengan menggunakan

cangkul, koret atau dicabut dengan tangan.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 33

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

- Pemupukan

Pemupukan dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua bulan

di lapangan. Pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan

dilakukan dengan cara menaburkan pupuk secara merata dengan jarak 15

cm – 50 cm (untuk umur 2 – 10 bulan) dan 50 cm – 75 cm (untuk umur

14–20 bulan) dari batang utama. Sedang untuk tanaman yang

menghasilkan, penaburan pupuk dilakukan pada jarak 50 cm – 75 cm dari

batang utama. Penaburan pupuk dilakukan dalam alur sedalam 10 cm.

- Penyiraman

Penyiraman tanaman kakao yang tumbuh dengan kondisi tanah

yang baik dan memiliki pohon pelindung tidak memerlukan banyak air. Air

yang berlebihan akan menyebabkan kondisi tanah menjadi sangat

lembab. Penyiraman dilakukan pada tanaman muda, terutama tanaman

yang tidak memiliki pohon pelindung.

- Pemberantasan hama dan penyakit

Sulistyowati,(2004) menegaskan bahwa hama PBK dapat

menurunkan kualitas dan kuantitas produksi hingga 80% lebih. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa serangan PBK dengan kriteria serangan

ringan sudah mengakibatkan kerugian yang besar yaitu menurunkan berat

biji basah, menurunkan rendemen, dan menurunkan mutu biji, antara lain

biji berukuran kecil, kadar kulit ari meningkat, biji saling menempel, biji

keriput dan berwarna hitam.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 34

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Kemudian Djafaruddin (2000) menambahkan, Pemberantasan

hama dilakukan dengan penyemprotan pestisida dalam dua tahap.

Pertama, bertujuan untuk mencegah sebelum diketahui ada hama yang

menyerang. Kadar dan jenis pestisida disesuaikan. Tahap yang kedua

adalah usaha pemberantasan hama, dimana jenis dan kadar pestisida

yang digunakan ditingkatkan. Contoh pestisida yang digunakan:

Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Metador 25 EC) dan lain-lain.

2. Jenis Hama & Penyakit

Menurut Riyadi Bagian Proyek Pengendalian Hama Terpadu

Perkebunan Rakyat Pusat, (2003) terdapat berbagai macam hama yang

dapat menggangu tanaman kakao, di antaranya:

a. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae )

menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan

daun muda tinggal urat daunnya saja. Pengendalian dengan PESTONA

dosis 5 – 10 cc / liter.

b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae )

Ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu

(rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih

atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman.

Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan

Carcelia spp, semprot PESTONA.

c. Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge)

UNIVERSITAS HASANUDDIN 35

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak

berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa

berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun

muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih

muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang

dari pada Ploneta diducta. Pengendalian dengan PESTONA.

d. Kutu – kutuan ( Pseudococcus lilacinus )

Kutu berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala

serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung,

selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat

dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang

dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut

hitam, parasit Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air

atau PESTONA.

e. Helopeltis antonii

Menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah

yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan

pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya

merah, bagian menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah

ada bercak-bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah

kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan buah kecil kering lalu

mati. Pengendalian dilakukan dengan PESTONA dosis 5-10 cc / lt (pada

buah terserang), hari pertama semprot stadia imago, hari ke-7 dilakukan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 36

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang

masih hidup, sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan,

pembuangan buah terserang.

f. Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ;

Lithocolletidae)

Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah

tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan

kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian

bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut

hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR) dengan cara

disemprotkan, semprot dengan PESTONA.

h. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora),

Gejala serangan dari ujung buah atau pangkal buah nampak

kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan langsung

mati. Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar,

pemangkasan teratur, semprot dengan Natural GLIO.

i. Jamur Upas ( Upasia salmonicolor )

Menyerang batang dan cabang. Pengendalian : kerok dan olesi

batang atau cabang terserang dengan Natural GLIO+HORMONIK,

pemangkasan teratur, serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan

pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang

dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak

UNIVERSITAS HASANUDDIN 37

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis

+ 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3. Syarat Pertumbuhan Kakao

Syarat tumbuh tanaman kakao dipengaruhi oleh beberapa

komponen penting, yakni curah hujan, temperatur, dan keadaan fisik atau

kimia tanah. Dengan memenuhi syarat penanaman, maka tanaman kakao

dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik (Siregar dkk, 1997).

Menurut Spillane (1995), Habitat alam tanaman kakao berada di

hutan beriklim tropis. Kakao merupakan tanaman tropis yang suka akan

naungan (Shade Loving Plant) dengan potensi hasil bervariasi 50-120

buah/pohon/tahun. Varietas yang umum terdiri atas : Criolo, Forastero,

dan Trinitario (hibrida) yang merupakan hasil persilangan Criolo dan

Forastero. Forastero lebih sesuai di dataran rendah, sedangkan Criolo

dapat ditanam sampai dengan dataran agak tinggi. Criolo terdiri atas

kultivar South American Criolos dan Central American Criolos, sedangkan

Forastero terdiri atas kultivar Lower Amazone Hybrid (LAH) dan Upper

Amazone Hybrid (UAH).

UAH mempunyai karakter produksi tinggi, cepat mengalami fase

generatif/berbuah setelah umur 2 tahun, tahan penyakit VSD (Vascular

Streak Dieback), masa panen sepanjang tahun dan fermentasinya hanya

6 hari.

Muljana, (2001) menambahkan sejumlah factor iklim dan tanah

menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 38

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian

curah hujan, temperature, dan sinar matahari menjadi bagian dari factor

iklim yang menentukan. Demikian juga factor fisik dan kimia tanah yang

erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar

menyerap hara.

Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam di daerah-

daerah yang berada pada 100 LU sampai dengan 100 LS. Walaupun

demikian penyabaran pertanian kakao secara umum derada pada daerah-

daerah antara 70LU sampai dengan 180 LS. Hal ini tampaknya erat

laitannya dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari

sepanjang tahun.

a. Iklim

- Curah hujan

Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan

pertanaman kakao adalah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut

berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda dan produksi. Areal

penanaman kakao yang ideal adalah daerah-daerah bercurah hujan 1100-

3000 mm pertahun.

Disamping kondisi fisik dan kimia tanah, curah hujan yang melebihi

4.500 mm pertahun tampaknya berkaitan dengan serangan penyakit

busuk buah. Di daerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1200 mm

pertahun masih dapat ditanami kakao tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini

disebabkan air yang hilang karena transpirasi akan lebih besar daripada

UNIVERSITAS HASANUDDIN 39

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

air yang diterima tanaman dari curah hujan, sehingga tanaman perlu

dipasok dengan air irigasi.

- Temperatur

Pengaruh temperatur pada kakao erat kaitannya dengan air, sinar

matahari, dan kelembaban. Faktor tersebut dapat dikelola melalui

pemangkasan, penanaman tanaman pelindungdan irigasi. Temperature

berpengaruh pada pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan

daun. Temperature ideal bagi pertumbuhan kakao adalah 300‐

320c (maksimum) dan 180‐200 (minimum). Temperature yang lebih dari 100

akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga sehingga laju

pertumbuhan berkurang. Temepratur yang tinggi akan memacu

pembungaan tetapi kemudian akan segera gugur.

- Sinar Matahari

Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan tropis yang

dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi

pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti

tanaman kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan

tanaman relative pendek.

Kakao termasuk tanaman yamng mampu berfotosintesis pada suhu

daun maksium diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk

sebesar 20% dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya di dalam

fotosintesis setiap daun kakao yang telah membuka sempurna berada

pada kisaran 3-30% cahaya matahari penuh atau pada 15% cahaya

UNIVERSITAS HASANUDDIN 40

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang

menjadi lebih besar bila cahaya yang diterima lebih banyak.

- Kelembaban > 80%

- Kecepatan angin ideal 2-5 m/detik akan sangat membantu dalam

penyerbukan

- Pembersihan Lahan dan Pengolahan Tanah 

Pembersihan dilakukan dengan membersihkan semak belukar dan

kayu-kayu kecil sehingga memudahkan penebangan pohon. Semak

belukar dan kayu-kayu kecil sedapat mungkin ditebas/dibabat rata dengan

permukaan tanah, kemudian baru kemudian dilanjutkan dengan tahap

tebang/tumbang. Criteria kayu atau tunggul yang tinggal sangat

menetukan tahap tebang/tumbang ini karena menyakngkut biaya, waktu

dan keselamatan kerja. Alat yang diinginkan umunya adalah chain shaw.

Untuk menebang kayu yang berdiameter kecil dapat digunakan kapak

biasa.

Setelah penebasan/babat dan tebang/tumbang, semak belukar,

kayu-kayu kecil dan batang dikumpulkan untuk dibakar. Pembakaran

dilakukan bila kayu dan daun telah luruh, kering dan rapuh, serta kulit

kayu yang mengering. Pembakaran dilaksanakan sampai kayu dan daun

menjadi abu. Areal yang telah bebas dari semak belukar, kayu-kayu kecil,

dan pohon besar, apalagi bila bru dibakar, biasanya cepat sekali

menumbuh ilalang. Seperti diketahui ilalang merupakan gulma utama dari

area pertanian. Karena itu pengendaliannya harus dilakukan sesegera

UNIVERSITAS HASANUDDIN 41

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

mungkin, sehingga sedapat mungkin areal bebas dari ilalang pada saat

penanaman pohon pelindung. Pengendalian ilalang dapat dilakukan

secara manual, kimiawi, maupun mekanis. Pembersihan areal seringjuga

diakhiri dengan tahap pengolahan tanah. Pengolahan tanah umunya

dilaksanakan dengan cara mekanis khusus pada areal yang dibuka untuk

penanaman cukup luas.

- Jarak Tanam Kakao 

Jarak tanaman ideal bagi tanaman kakao adalah jarak yang sesuai

denga perkembangan bagian atas tanaman serta cukup tersedianya

ruang bagi perakaran didalam tanah. Dengan demikian pilihan jarak

tanam erat kaitannya dengan sifat pertumbuhan, sumber bahan tanam,

dan kesuburan areal. Ditinjau dari segi produksinya, jarak tanam 3x3m,

4x2m dan 3,5m adalah sama. Walaupun pertautan tajuk membutuhkan

waktu lebih lamadibandingkan dengan jaraj tanam 3x3m. karena itu,

pilihan jarak tanam optimum bergantung pada bahan tanam dan

kejagurannya (besarnya pohon), jenis tanah, dan iklim areal yang

dikehendaki.( PPKKI (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia). (2004)

4. Upaya dalam Peningkatan Mutu

Tanaman kakao dikembangbiakan dari bibit. Bibit akan

berkecambah dan memproduksi tanaman yang baik jika diambil dari pot

tidak lebih dari 15 hari.

- Stek

UNIVERSITAS HASANUDDIN 42

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Pohon dipotong antara 2 atau 5 daun dan 1 atau 2 pucuk. Dedaun

dipotong setengah dan potongan tadi ditanam di pot dengan ditutupi

lembaran polythene hingga akar mulai tumbuh.

- Penyilangan

Pucuk dipotong dari pohon dan ditempel dibawah kulit kayu di

pohon lain. Potongan tadi kemudian diikat dengan tali rapia dan plester

lilin yang terbuat dari plastik bening untuk mencegah hilangnya

kelembaban. Bila pucuk mulai tumbuh maka pohon tua yang terletak

diatas harus dipotong

- Cangkok

Kulit kayu diambil potongannya kemudian ditutupi dengan serbuk

kayu dan sehelai polythene. Area tadi akan memproduksi akarakar dan

batang dapat dipotong untuk kemudian ditanam

5. Panen

Menurut Sunsanto (1992) Buah kakao dapat dipanen apabila terjadi

perubahan warna kulit pada buah yang telah matang. Sejak fase

pembuahan sampai menjadi buah dan matang, kakao memerlukan waktu

sekitar 5 bulan. Buah matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah

dan biji yang lepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang, biji

biasanya berbunyi. Keterlambatan waktu panen akan berakibat pada

berkecambahnya biji di dalam.

Muljana (2001), dalam buku Bercocok Tanam Coklat proses pemanenan

harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

UNIVERSITAS HASANUDDIN 43

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

a. Ciri dan umur panen

Buah kakao/kakao dipenen apabila terdapat perubahan warna

kulit dan setelah fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang ±

usia 5 bulan. Ciri-ciri buah siap panen adalah warna kuning pada alur

buah dan punggung alur buah, warna kuning pada seluruh permukaan

buah dan warna kuning tua pada seluruh permukaan buah. Kakao masak

pohon dicirikan dengan perubahan warna buah:

- warna buah sebelum masak hijau, setelah masak alur buah

menjadi kuning,

- warna buah sebelum masak merah tua, warna buah setelah

masak merah muda, jingga, kuning. Buah akan masak pada waktu

5,5 bulan (di dataran rendah) atau 6 bulan (di dataran tinggi

setelah penyerbukan). Pemetikan buah dilakukan pada buah yang

tepat masak. Kadar gula buah kurang masak rendah sehingga hasil

fermentasi kurang baik, sebaliknya pada buah yang terlalu masak,

biji seringkali telah berkecambah, pulp mengering dan aroma

berkurang.

b. Cara panen

Untuk memanen kakao digunakan pisau tajam. Bila letak buah

tinggi pisau disambung dengan bambu. Cara pemetikannya jangan sampai

melukai batang yang ditumbuhi buah. Pemetikan kakao hendaknya

dilakukan hanya dengan memotong tangkai buah tepat di batang /

cabang yang ditumbuhi buah.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 44

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

c. Periode panen

Panen dilakukan 7 - 14 hari sekali. Selama panen jangan

melukai batang/cabang yang ditumbuhi buah karena bunga tidak dapat

tumbuh lagi di tempat tersebut pada periode berbunga selanjutnya.

d. Prakiraan produksi

Tanaman kakao mencapai produksi maksimal pada umur 5 - 13

tahun. Produksi per hektar dalam satu tahun adalah 1.000 kg biji kakao

kering.

6. Pengolahan Hasil

Fermentasi, tahap awal pengolahan biji kakao. Bertujuan

mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji,

merubah warna biji dan mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak.

Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak

terserang jamur dengan sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan

kompor pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang

dari 6 %. Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao

sesuai permintaan. Syarat mutu biji kakao adalah tidak terfermentasi

maksimal 3 %, kadar air maksimal 7%, serangan hama penyakit maksimal

3 % dan bebas kotoran.

Proses fermentasi akan menghasilkan kakao dengan cita rasa

setara dengan kakao yang berasal dari Ghana. Selain itu, kakao

Indonesia memiliki kelebihan tidak mudah meleleh sehingga cocok untuk

blending. Fermentasi merupakan suatu proses produksi suatu produk

UNIVERSITAS HASANUDDIN 45

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

dengan mikroba sebagai organisme pemroses. Fermentasi biji kakao

merupakan fermentasi tradisional yang melibatkan mikroorganisme

indigen dan aktivitas enzim endogen. Fermentasi biji kakao tidak

memerlukan penambahan kultur starter (biang), karena pulp kakao yang

mengandung banyak glukosa, fruktosa, sukrosa dan asam sitrat dapat

mengundang pertumbuhan mikroorganisme sehingga terjadi fermentasi.

Tahapan pengolahan pasca panen kakao yaitu buah hasil panen dibelah

dan biji berselimut pulp dikeluarkan, kemudian dikumpulkan pada suatu

wadah. Jenis wadah yang digunakan dapat bervariasi, diantaranya drying

platforms (Amerika), keranjang yang dilapisi oleh daun, dan kontainer

kayu.

Kontainer disimpan di atas tanah atau di atas saluran untuk

menampung pulp juices yang dihasilkan selama fermentasi (hasil

degradasi pulp). Pada umumnya, dasar kontainer memiliki lubang kecil

untuk drainase dan aerasi. Kontainer tidak diisi secara penuh, disisakan

10 cm dari atas dan permukaan atas ditutupi dengan daun pisang yang

bertujuan untuk menahan panas dan mencegah permukaan biji dari

pengeringan. Fermentasi dalam kotak dapat dilakukan selama 2 – 6 hari,

isi kotak dibalik tiap hari dengan memindahkannya ke kotak lain.

Fermentasi biji kakao akan menghasilkan prekursor cita rasa,

mencokelat-hitamkan warna biji, mengurangi rasa-rasa pahit, asam, manis

dan aroma bunga, meningkatkan aroma kakao (cokelat) dan kacang

(nutty), dan mengeraskan kulit biji menjadi seperti tempurung. Biji yang

UNIVERSITAS HASANUDDIN 46

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

tidak difermentasi tidak akan memiliki senyawa prekursor tersebut

sehingga cita rasa dan mutu biji sangat rendah. Fermentasi pada biji

kakao terjadi dalam dua tahap yaitu fermentasi anaerob dan fermentasi

aerob. Keberadaan asam sitrat membuat lingkungan pulp menjadi asam

sehingga akan menginisiasi pertumbuhan ragi dan terjadi fermentasi

secara anaerob. Fermentasi aerob diinisiasi oleh bakteri asam laktat dan

bakteri asam asetat. Produk fermentasi yang dihasilkan berupa etanol,

asam laktat, dan asam asetat yang akan berdifusi ke dalam biji dan

membuat biji tidak berkecambah.

Untuk menghentikan proses fermentasi, biji kakao kemudian

dikeringkan. Pengeringan dilakukan sampai kadar air menjadi 7 – 8 %

(setimbang dengan udara berkelembaban 75 %). Kadar air kurang dari 6

%, biji akan rapuh sehingga penanganan serta pengolahan lanjutnya

menjadi lebih sulit. Kadar air lebih dari 9 % memungkinkan pelapukan biji

oleh jamur. Pengeringan dengan pemanas simar surya dapat memakan

waktu 14 hari, sedangkan dengan pengeringan non surya memakan

waktu 2 – 3 hari.

Setelah pengeringan, biji disortir untuk membersihkan biji dan

dilanjutkan dengan penyangraian pada suhu 210 C selama 10 – 15 menit.

Tujuan dari penyangraian adalah untuk mensterilisasi biji serta

pembentukan cita rasa dari prekursor cita rasa (hasil fermentasi) melalui

reaksi Maillard.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 47

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu metode berganda dalam

yste, yang melibatkan suatu pendekatan ystematicve dan wajar terhadap

setiap pokok permasalahannya. Ini berarti penelitian kualitatif bekerja

dalam seting yang alami, yang berupaya untuk memahami, ystem tafsiran

pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang

kepadanya. Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan

berbagai bahan empiris seperti studi kasus, pengalaman pribadi,

introspeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah,

interaksional dan visual yang menggambarkan momen rutin dan ystematic,

serta maknanya dalam kehidupan individual dan kolektif (Denzin and

Lincoln, 2009).

Dengan menggunakan metode kualitatif maka tipe penelitian ini

lebih menekankan pada tipe deskriptif. Alasan menggunkan metode

kualitatif dengan tipe deskriftif karena, permasalahan belum jelas, holistic,

kompleks, dinamis dan penuh makna. Selain itu peneliti bermaksud

memahami situasi social secara mendalam untuk memperoleh data yang

relevan dengan tema penelitian.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 48

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

B. Teknik Pemilihan Lokasi Penelitian

Tempat yang menjadi fokus penelitian ini adalah Desa

Mattirowalie, Kec. Kindang, Kab. Bulukumba. Penulis memilih lokasi ini

karena beberapa pertimbangan yaitu:

1. Daerah ini merupakan daerah penghasil kakao, dan pertanian kakao

sangat dominan di desa ini. Di mana sebagian besar kebutuhan

masyarakatnya disandarkan pada ystem pertanian ini.

2. Lokasi ini mudah dijangkau sehingga penulis dapat memperoleh

informasi mengenai fokus yang dibahas dalam penelitian nantinya.

3. Merupakan daerah kelahiran penulis jadi secara umum penulis sangat

akrab dengan kondisi lingkungan sosial budayanya yang

memungkinkan untuk studi mendalam dan perolehan data atau

informasi akurat.

C. Teknik Pemilihan Informan

Pemilihan informan dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja

(purposive). Penentuan informan bersifat sementara dan akan

berkembang setelah peneliti di lapangan. Informan pada tahap awal

memasuki lapangan dipilih orang yang memiliki power dan otoritas pada

situasi ystem atau objek yang diteliti, sehingga mampu membuka pintu

kemana saja peneliti akan melakukan pengumpulan data yaitu kepala

dinas atau instansi, kepala desa atau kelurahan dan lain-lain. Setlah itu

informan yang dipilih adalah mereka yang menguasai atau memahami

masalah penelitian, dan mereka yang tergolong masih sedang

UNIVERSITAS HASANUDDIN 49

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti, Informan

dipilih berdasarkan kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan.

(Sugiyono, 2008 ; 292-293)

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, pengumpulan data dalam mengungkapkan

permasalahan yang dianggap praktis yakni :

1. Studi pustaka (library research), yaitu teknik penelitian yang

menggunakan berbagai macam kepustakaan dengan mengumpulkan

data-data sekunder melalui literature yang telah ada guna membantu

memahami secara umum.

2. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang dilakukan

di lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sbb ;

- Pengamatan (Observasi)

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

partisipan yang bertujuan untuk menjaring perilaku individu yang terjadi

dalam kenyataan sebenarnya. Observasi ini juga untuk mendiskripkan

kehidupan ystem yang sebenarnya. Kegiatan yang dilakukan dalam

observasi ini adalah mengamati kondisi dan keadaan informan yang

menjadi objek penelitian ini dan mengamati kegiatan yang dilakukan

petani kakao dalam hal ystem pengelolaanya.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 50

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

- Wawancara (Interview)

Wawancara dilakukan pada informan yang dipilih dan dianggap

dapat memberikan informasi tentang yste masalah penelitian. Untuk

melakukan wawancara terlebih dahulu dipersiapkan pedoman wawancara

namun pada situasi tertentu, wawancara dapat dilakukan secara spontan,

seperti dalam pembicaraan sehari-hari tetapi tetap terfokus pada masalah

penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Analisis yang digunkan dalam

penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif menurut

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008 ; 246-253) dilakukan secara

interaktif melalui proses data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan

temanya. Setelah data direduksi selanjutnya adalah mendisplaykan data

atau penyajian data, penyajian data dilakukan dalm bentuk teks yang

bersifat naratif. Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi,

dimana kesimpulan ini disajikan dalam bentuk deskripsi atau gambaran.

F. Sistematika Penulisan

Tulisan ini disusun secara sistematis ke dalam beberapa bab, dan

setiap bab terdiri sub-sub bab, adapun sistematika penulisan disusun

sebagai berikut :

UNIVERSITAS HASANUDDIN 51

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Bab I : Memuat pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, kerangka konseptual, tujuan dan kegunaan

penelitian,

Bab II : Ialah studi pustaka untuk seleksi kensep-konsep yang

relevan dan untuk menjawab pertanyaan penelitian

Bab III : memuat metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab IV : Memuat tentang gambaran umum lokasi penelitian yang

mencakup lokasi penelitian, keadaan geografi, luas wilayah dan

penggunaan lahan, iklim, keadaan penduduk, pendidikan, dan

mata pencaharian hidup.

Bab V : Mencakup data khusus tentang pertanian kakao di Bulukumba,

bagaimana ystem pengetahuan masyarakat tentang kakao,

bagaiamana pola bertani tanaman kakao, dan bagai mana upaya

peningkatan mutu kakao, di Desa Mattirowalie Kecamatan

Kindang Kabupaten Bulukumba.

Bab VI : Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan sara

UNIVERSITAS HASANUDDIN 52

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

IV. Gambaran Umum Lokasi

A. Letak Lokasi

Desa Mattirowalie merupakan salah satu desa dari delapan (8)

desa dan satu (1 ) kelurahan yang ada di Kecamatan Kindang Kabupaten

Bulukumba. Desa mattirowalie terdiri atas tujuh dusun yaitu Dusun

Uluparang, Cilibbu, Tujuang, Tujuang Raya, Bonto Rita, Kampung

Tanggah dan Sopa. Desa Mattirowalie adalah Desa yang sumber utama

penghasilan penduduknya dari sector pertanian dan perkebunan

Adapun batas-batas wilayahnya

- Sebelah Timur : Bukit Harapan

- Sebelah Utara : Benteng Palioi

- Sebelah Barat : Anrihua

- Sebelah Selatan : Balibo

Gambar 1Peta Desa Mattirowalie

UNIVERSITAS HASANUDDIN 53

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Sumber : Kantor Desa Mattirowalie

B. Keadaan Iklim dan Topografi

Faktor iklim dan topografi memiliki pengaruh yang sangat besar

terhadap pengelolaan lahan pertanian pada suatu daerah. Ditinjau dari

segi pengelolaan air, faktor topografi menjadi penting karena dapat

menjadi kendala dalam pengaturan air.

Desa Mattirowalie terletak pada ketinggian 15 km dari permukaan

air laut, dengan keadaan topografi kecamatan Kindang bervariasi dari

daerah latar, bergelombang, dan berbukit. Sedangkan Desa Mattirowalie

sebagai lokasi penelitian keadaan topografi datar.

Adapun jarak Desa Mattirowalie dengan ibukota kecamatan adalah

7 km dan jarak dari ibukota kabupaten adalah 20 km. Pada umumnya

keadaan iklim dan curah hujan merupakan unsur-unsur yang juga

mempengaruhi keberhasilan petani dalam berusahatani pada umumnya

dan khususnya usahatani kakao. Keadaan iklim dan penyebaran curah

hujan wilayah Kecamatan Kindang secara umum sangat dipengaruhi oleh

letak geografis dan bentuk wilayahnya. Keadaan iklim di Desa

Mattirowalie sebagaimana desa-desa di wilayah Indonesia lainnya beriklim

tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan

C. Sejarah Desa

UNIVERSITAS HASANUDDIN 54

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Desa Mattirowalie berasal dari bahasa Bugis yang berasal dari kata

Mattiro artinya memandang atau melihat, dan kata Wali-wali artinya kedua

sisi.berarti bisa memandang kesegala arah karena berada di tempat yang

tinggi. Mengignat desa Mattirowalie sejak terbentuknya mempunyai

wilayah yang luas maka penduduk yang terdiam diwilayah ibu kota

Mattirowalie. Istilah Mattirowalie menggunakan kata Bugis mengingat

pengaruh dari kerajaan Bonme yang dikenal dengan suku Bugis.

Desa Mattirowalie merupakan salah satu desa dari delapan (8)

desa dan satu (1 ) kelurahan yang ada di Kecamatan Kindang Kabupaten

Bulukumba. Desa mattirowalie terdiri atas tujuh dusun yaitu Dusun

Uluparang, Cilibbu, Tujuang, Tujuang Raya, Bonto Rita, Kampung

Tanggah dan Sopa. Desa Mattirowalie adalah Desa yang sumber utama

penghasilan penduduknya dari sector pertanian dan perkebunan. Berikut

gambaran tentang sejarah perkembangan Desa Mattirowalie.

Desa Mattirowalie pada awalnya terdiri dari tiga wilayah yaitu:

- Toddo Palioi

- Totoa Tujuang

- Gallarang Borong

Sebelum terbentuk menjadi sebuah desa, mattirowalie pernah dipimpin

oleh tiga yang kedudukannya sama dengan kepala desa yaitu :

1. Totoa Tujuang

2. Toddo Palioi

3. Galla Borong

UNIVERSITAS HASANUDDIN 55

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Pada tahun 1976 terbentuklah Desa Mattirowalie yaitu meliputi tiga

wilayah yakni Tujuang, Pallioi dan Borong yang berpusat di pertngahan

wilayah yaitu Tujuang yang dipimpin Oleh kepala desa pertama yaitu Andi

Patanrai. Desa Mattirowalie sejak terbentuknya telah beberapa kali

mengalami pergantian kepemimpinan yaitu :

1. Andi Patanrai (1976-1979)

2. Andi Gandis (1979-1983)

3. Salahudin (1983-1987)

4. Andi Abdul Pattah (1987-1997)

5. Andi Abdul kahar (1999-2008)

6. Abri S.Pd (2008-sekarang)

Demikianlah sejarah singkat tentang Desa Mattirowalie dari awal

terbentuknya hingga sekarang.

D. Luas dan Penggunaan Lahan

Luas Desa Mattirowalie sekitar 13 Km2 . sebagai salah satu Desa di

Kabupaten Bulukumba, Desa Mattirowalie punya potensi besar dalam

pengelolaan lahan pertanian, perkebunan dan kehutanan karena sebagian

besar wilayahnya adalah lahan pertanian dan perkebunan.

Desa Mattirowalie pada umumnya memiliki potensi sumber daya

alam yang cukup besar dengan penggunaan lahan. Hampir separuh dari

jenis tanah yang terdapat di Desa Mattirowalie terdiri dari bebatuan dan

berlumpur, tetpi dapat dikatakan daerah ini sangat subur. Terbukti dari

banyaknya tanaman yang tumbuh subur, begitu pula dengan tanaman

UNIVERSITAS HASANUDDIN 56

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

pertaniannya terutama tanaman coklat. Oleh karena itu, sebagian besar

lahan yang dimiliki digunakan untuk pertanian kakao.

Secara terperinci, penggunaan lahan di Desa Mattirowalie dapat dilihat

pada table berikut ini.

Table 1 : Luas Wilayah menurut Penggunaan lahan di Desa Mattirowalie, Kecamatan Kindang Kabupaten BulukumbaNo Penggunaan Luas lahan (Ha/m2)

1 Pemukiman 13 Ha/m2

2 Persawahan 438,02 Ha/m2

3 Perkebunan 483,05 Ha/m2

4 Kuburan 1,25 Ha/m2

5 Lapangan 12.056 Ha/m2

6 Taman -

7 Perkantoran 13,08 Ha/m2

8 Prasarana umum lainnya 5 Ha/m2

Jumlah 13000 Ha/m2

Sumber; Data profil Desa Mattirowalie, 2011

Dari table diatas memberikan keterangan bahwa masyarakat di Desa

Mattirowalie sudah mulai menggunakan lahannya dengan baik dan

menepatkannya sesuai dengan fungsinya. Dari data di atas diperoleh

bahwa penggunaan lahan perkebunan merupakan yang sangat dominan

yaitu 483,02 Ha/m2. Pada lahan perkebunan ini yang dimiliki warga ini,

sebagaian dikembang biakkan tanaman seperti cengkeh, durian, kakao,

rambutan.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 57

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

UNIVERSITAS HASANUDDIN 58

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

E. Kondisi Sosial

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam

suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses

reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu.

Jenis kelamin ini merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi

kemampuan kerja dan jug sangat menentukan dalamkualifikasi

pembagian kerja. Penduduk Desa mattirowalie terdiri atas 1059 KK

dengan total jumlah jiwa 3928 orang. Berikut jumlah perbandingan jumlah

perempuan dengan laki-laki.

Table 2: Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Mattirowalie Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba

Laki-laki Perempuan Jumlah

1979 1949 3928

Sumber; Data profil Desa Mattirowalie, 2011

Pada table diatas terlihat bahwa jumlah penduduk antara laki-laki

dengan perempuan terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan yaitu

sebanya30 jiwa. Dimana jumlah penduduk laki-laki sedikit lebih banyak

1979 jiwa dibandingkan dengan jumlah penduduk wanita yaitu sebanyak

1949

2. Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk

menghasilkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Desa Matiirowalie terletak sekitar 25 km dari kaki gunung Lompo Battang

UNIVERSITAS HASANUDDIN 59

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

yang sebagian besar wilayahnya adalah tanah pertanian, umunya

penduduk berprofesi sebagai petani, naik itu sector persawahan maupun

sector perkebunan, karena sekitar 95% penduduknya adalah petani dan

hanya sebagian kecil penduduk bekerja di sector lain, misalnya PNS,

wiraswasta dan lain-lain.

Table 3 ; Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Mattirowalie Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba

Mata Pencaharian Persentase

Petani 95%

Nelayan -

Peternak 1,2%

Wiraswasta 2%

PNS 0,3%

Karyawan 0,5%

Pengrajin 1%

Sumber; Data profil Desa Mattirowalie, 2011

Dari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa

Mattirowalie berproesi sebagai petani dengan persentase 95%, peternak

1,2%, wiraswasta 2%, PNS 0,3%, karyawan 0,3% dan pengrajin 1%.

Petani yang ada di Desa Mattirowalie umumnya mengembang biakkan

tanaman kakao.

3. Pendidikan

Umumnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para petani

merupakan factor yang berpengaruh terhadap pengelolaan usaha taninya.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 60

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Walaupun seseorang memiliki kemampuan fisik yang memadai tetapi

tidak ditunjang dengan pengetahuan, maka usaha yang dikelola tidak

akan mengalami peningkatan. Pendidikan dan pengalaman pada

umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani. Pendidikan petani

yang relative tinggi menyebabkan petani akan lebih dinamis mengikuti

perkembangan teknologi. Dengan adanya pendidikan yang relative lebih

tinggi yang dimiliki etani akan memudahkan petugas penyuluhan untuk

menyampaikan konsep yang akan dibawakan. Karena petani akan lebih

mudah mengerti dan emahami apa yang disampaikan oleh penyuluh.

Tingkat pendidikan pada suatu daerah pasti memiliki tingkat yang

berbeda-beda. Berikut mengenai tingkat pendidikan yang ada di Desa

Mattirowalie menurut data sekunder yang telah diperoleh.

Table 4 ; Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Mattirowalie Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba

No Tingkatan Pendidikan Pria Wanita

1 Belum sekolah 47 99

2 Tidak lulus SD 737 650

3 Lulus SD 120 590

4 Tidak lulus SLTP 200 160

5 Lulus SLTP 200 118

6 Tidak lulus SLTA 173 184

7 Lulus SLTA 50 50

8 Lulus D1/sederajat 0 1

9 Lulus D2/sederajat 11 21

UNIVERSITAS HASANUDDIN 61

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

10 Lulus D3/ sederajat 0 16

11 Sedang/lulus S1 330 453

Jumlah 1864 1889

Sumber; Data profil Desa Mattirowalie, 2011

Pada table diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan masyarakat

Desa Mattirowalie kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba masih

rendah, warga yang tidak melanjutkan sekolah ataupun tidak sekolah lebih

memilih mengolah lahan untuk pertanian, khusunya tanaman kakao.

kakao tanaman kakao merupakan tanaman yang mudah untuk

dikembangbiakkan sehingga warga yang sekolah maupun tidak sekolah,

tua ataupun muda bisa mengembang biakkan tanaman kakao. Lahan

yang dikelola baik itu lahan milik sendiri maupun lahan milik orang lain.

Saat ini sudah ada masyrakat yang sedang atau telah lulus sarjana. Hal

ini tentu akan memberikan harapan terhadap perkembangan atau

peningkatan pendidikan di desa tersebut.

4. Sarana dan Prasarana Desa

Sarana pendidikan, keagamaan, dan transportasi mempunyai

peranan penting dalam menunjang pembangunan daerah di segala

bidang. Selain itu, sarana pendidikan, keagamaan dan transportasi dapat

meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Untuk mengetahui secara rinci

mengenai sarana pendidikan, keagamaan, dan transportasi di Desa

Mattirowalie dapat dilihat pada table. Berikut gambaran sarana dan

prasarana yang ada di Desa Mattirowalie

UNIVERSITAS HASANUDDIN 62

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Table 5 : Sarana Pendidikan di Desa Mattirowalie Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba

Sarana Jumlah

TK 2 buah

SD 2 buah

SMP/sederajat 2 buah

SMA/sederajat -

Sumber; Data profil Desa Mattirowalie, 2011

Dari table diatas dapat diketahui bahwa sarana pendidikan yang

terdapat di Desa Mattiro walie masih sangat minimhal ini terlihat dari

jumlah sekolah yang masih sangat sedikit. SD dan SMP masing-masing

berjumlah 2 buah, sedangkan untuk SMA sederajat tidak ada

Table 6 : Sarana Keagamaan di Desa Mattirowalie Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba

Sarana Jumlah

Masjid 7 buah

Mushalah 2 buah

Gereja -

Pura -

Sumber; Data profil Desa Mattirowalie, 2011

Dari table diatas dapat diketahui sarana keagamaan yang ada di

Desa Mattirowalie cukup memadai dengan fasilitas masjid sebanyak 7

buah dan musolah sebanyak 2 buah, semua warga desa Mattirowalie

memeluk agama islam. Hal ini menunjukkan bahwa warga sadar akan

pentingnya agama untuk mendekatkan diri kepada sang Pencipta.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 63

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

5. Prasarana Transportasi

Prasarana transportasi mempunyai peranan penting dalam

menunjang pembangunan khususnya kelancaran bertansportasi. Untuk itu

lebih jelasnya mengenai sarana transportasi yang ada di Desa

Mattirowalie dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 7 : Kwalitas Jalan di Desa Mattirowalie Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba

Jalan Panjang

Aspal 7 km

Sirtu 6 km

Tanah 15 km

Setapak 12 km

Sumber; Data profil Desa Mattirowalie, 2011

Dari table diatas dapat diketahui bahwa keberadaan sarana dan

prasarana transportasi yang ada di Desa Mattirowalie masih berupa tanah

dan jalan setapak. Hanya sebagian yang telah diaspal. Lokasi penelitian

ini dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun

roda empat. Arus transportasi ke desa ini tergolong cukup lancar meski

kondisi jalan yang kurang begitu rata. Angkutan umum hanya melewati

jalan kabupaten sepanjang 4 km.

Sarana dan prasarana inilah yang sering dimanfaatkan oleh

penduduk Desa Mattirowalie untuk memperlancar kegiatan mereka,

utamanya dalam hal pengangkutan dan pengadaan faktor-faktor produksi

usahatani kakao.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 64

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Tanaman Kakao

Tanaman kakao bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman tersebut

diperkirakan berasal dari lembah hulu sungai Amazon, Amerika Selatan

yang dibawa masuk ke Indonesia melalui Sulawesi Utara oleh Bangsa

Spanyol sekitar tahun 1560. Namun sejak kapan mulai dibudidayakan

masih belum begitu jelas. Ada yang berpendapat pembudidayaannya

bersamaan dengan pembudidayaan kopi tahun 1820, tetapi pendapat lain

mengatakan lebih awal lagi yaitu tahun 1780 di Minahasa.

Pembudidayaan kakao di Daerah Minahasa tersebut tidak berlangsung

lama karena sejak tahun 1845 terjadi serangan hama penggerek buah

kakao (PBK). Akibatnya kebun tidak terpelihara dan menjadi rusak.

B. Sistem Pengetahuan Petani Desa Mattirowalie

Sistem pengetahuan bertani merupakan suatu hal yang sangat

penting dalam pertanian. Mampu tidaknya petani mendapatkan hasil

pertanian yang baik tergantung bagamana pengetahuan petani tersebut

untuk mengolah tanaman mereka.

Dalam sistem pengetahuannya, pertanian Desa Mattirowalie telah

menjadi lebih maju dengan teknologi baru yang dipakai oleh para petani

yang didapatkan melalui pembelajaran dari luar maupun teknologi

sederhana yang ditemukan sendiri oleh petani Desa Mattirowalie.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 65

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Teknologi tersebut adalah teknologi dalam meningkatkan produktifitas

tanaman kakao yang telah berumur tua dengan melakukan teknik

tempelan.

Desa Mattirowalie merupakan Desa yang sebagian besar

penduduknya berprofesi sebagai petani, desa tersebut mempunyai tanah

yang produktif terbukti dengan banyaknya jenis tanaman yang tumbuh

subur dibudidayakan oleh petani di Desa tersebut. Lahan yang mereka

miliki digunakan untuk perkebunan dan pertanian. Tanaman yang sering

merekab tanam seperti cengkeh, durian, langsat, dll.

Spillane, J, (1995) mengemukakan bahwa pada umumnya

pertimbangan petani dalam memilih usahatani dipengaruhi oleh faktor

intern, ekstern dan motif keuntungan. Faktor intern adalah faktor-faktor

yang bersumber dari diri petani atau keluarganya, misalnya faktor

kemampuan, keahlian atau keadaan keluarga untuk dapat melaksanakan

suatu jenis usahatani. Faktor ekstern meliputi faktor intensitas

penyuluhan, iklim, dan jenis tanah. Berbicara mengenai motif keuntungan

tentunya tidak lepas dari pendapatan. Pada umumnya tujuan petani

melakukan kegiatan usahatani ialah untuk memperoleh keuntungan, baik

itu keuntungan secara subsisten ataupun keuntungan secara komersial.

Awal tanaman kakao di Desa Mattirowalie tidak begitu jelas.

Awalnya, tanaman kakao hanya cerita dan lama-kelamaan sudah ada

masyarakat yang menanam secara kecil-kecilan hingga saat ini. Asal dan

jenis bibit kakao yang dikembangkan tidak jelas karena ada yang

UNIVERSITAS HASANUDDIN 66

Page 67: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

berwarna hijau dan ada yang berwarna cokelat dan tumbuh secara

bersama-sama dalam kebun dan kelihatan tidak ada perbedaan yang

menonjol, baik batang maupun produksi.

Sebelum tahun 2006, petani di desa tersebut belum terlalu tertarik

untuk membudidayakan tanaman kakao. Mereka menganggap tanaman

kakao hasilnya panennya sedikit dan pengetahuan petani mengenai

budidaya tanaman kakao masih sangat kurang pada saat itu. Adapun

tanaman kakao yag ada saat itu merupakan tanaman kakao yang sudah

berumur tua yaitu berumur diatas 15 tahun, sehingga produktifitas

tanaman kakao tersebut mulai menurun. Panen terhadap tanaman kakao

tersebut juga sangat jarang dilakukan, ketika terdapat buah yang mulai

matang dan siap untuk panen, buah tersebut tidak dipetik namun

dibiarkan membusuk diatas pohon.

Pohon kakao mencapai tingkat produksi yang matang sesudah

enam atau tujuh tahun, dan mulai berbuah sesudah tiga tahun. Ada

banyak varietas hibrida yang berbuah dan mencapai tingkat kematangan

lebih cepat dibandingkan dengan vareitas tradisonal. Pohon terus

menerus berbuah selama beberapa tahun, kadang mencapai 50 – 60

tahun, tetapi pada umumnya hasil mulai turun sesudah pohon berusia

kira-kira 15 – 25 tahun atau lebih awal kalau pohon tidak dipelihara

dengan baik atau mengalami penyakit yang serius (Spillane, J, 1995 :

192).

UNIVERSITAS HASANUDDIN 67

Page 68: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Tanaman yang banyak dibudidayakan saat itu adalah cengkeh,

langsat, durian. Tanaman tesebut merupakan tanaman yang dipanen

secara musiman artinya dalam satu tahun hanya dapat dipanen satu atau

dua kali. Ini membuat rentan waktu yang panjang antara masa panen

sampai menunggu waktu panen berikutnya. Hal ini membuat kejenuhan

terhadap para petani. Terlebih lagi petani petani merasa sejahtera atau

merasa terpenuhi kebutuhannya ketika masa panen telah tiba, namun

ketika masa panen telah usai membuat para petani kembali merasa tidak

memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Tanaman kakao mulai digemari oleh petani untuk dibudidayakan

ketika melihat keberhasilan salah seorang petani yang berhasil

meningkatkan produktifitas tanaman kakao miliknya. Salah seorang warga

yang juga menjadi ketua salah satu kelompok tani di Desa Mattirowalie

bernama Abri (45 tahun) melakukan rehabilitasi terhadap tanaman kakao

miliknya. Pada tahun 2006, Beliau melakukan rehabilitasi terhadap

tanaman kakao miliknya yang berumur sudah tua dan tidak produktif lagi.

Menurutnya kakao yang sudah tidak produktif itu cepat atau lambat pasti

akan ia tebang kemudian akan digantikan dengan tanaman baru. Dari

situlah kemudian bapak Abri berinisiatif melakukan rehabilitasi terhadap

tanaman kakaonya, jika rehabilitasi itu berhasil menghasilkan buah kakao

yang baik, maka tanaman kakao itu akan tetap dibiarkan tumbuh, namun

jika rehabilitasi itu gagal maka tanaman kakao itu akan ditebang untuk

ditanami tanaman yang baru. Bpk. Abri mengatakan :

UNIVERSITAS HASANUDDIN 68

Page 69: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

“Tanaman kakao yang ada di Desa ini hampir semua itu sudah tua, jadi tidak banyakmi buahnya kalau panen. Baru warga disini malasmi panenki kalau ta’sedikitji didapat… nanti baru saya rehabilitasi ini pohon kakao yang saya punya baru ada yang ikuti saya punya cara ini, karna kembali banyak buahnya kalau panenki.”(wawancara pada tanggal 17 januari 2013)

Rehabilitasi yang dilakukan yaitu dengan cara memangkas habis

tanaman kakao yang Ia miliki sehingga yang tesisa hanya batang utama

bagian bawahnya. Kemudian batang bawah yang tesisa itu disayat lalu

disambungkan dengan entres yang telah disiapakan. Oleh bapak Abri

cara disebut dengan teknik tempelan, melalui teknik ini diharapan agar

batang bawah hasil pemangkasan tadi dapat menghasilkan buah kakao

yang bermutu baik setelah disambungkan/ditempel dengan entres baru.

Enters baru yang telah disiapkan itu berasal dari pohon yang memiliki

buah produktif dan tahan hama, milik seorang warga bernama Jaelani (50

tahun). Teknik tempelan yang dilakukan oleh Bapak Abri Tersebut

didapatkan melalui pengalamannya bertani (pengetahuan empiris). Hal ini

seperti yang diceritakansebagai berikut :

“saya memang dari dulu senang berkebun, dulu waktu saya pangkas habis semua ini pohon, banyak orang bilangika gila… dia kataika sinting, karna ini kebun warisannya saya punya bapak, terus ini pohon kakao juga lama sekalimi. Pemikirannya orang masa ini pohon mau ditebang na itu pohon bisa hasikan uang.”(wawancara pada tanggal 17 januari 2013)

Beliau melakukan tempelan terhadap tanaman kakaonya secara

bertahap dari total luas kebun yang ia miliki ± 2 Ha. Kebun yang ia miliki

tersebut dikembangbiakkan berbagai tanaman seperti cengkeh, pisang,

langsat dan durian. Namun ketika tanaman kakao hasil tempelan tadi

UNIVERSITAS HASANUDDIN 69

Page 70: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

mulai berbuah dengan hasil yang baik, tanaman kakao yang tadinya tidak

dilakukan tempelan kini dilakukan tempelan, kebun yang tadinya terdapat

banyak jenis tanaman kini didominasi tanaman kakao. Hasil dari tempelan

itu terlihat ketika berumur 9 bulan. Tanaman kakao mulai kembali

produktif, dan jenis tanaman kakao yang dihasilkan lebih besar

dibandingkan tanaman kakao sebelum dilakukakan tempelan. Hal ini

dikarenakan entres yang disambungkan tadi berasal dari pohon induk

yang produktif dan tahan hama sehingga menghasilkan buah yang lebih

besar dan banyak. Sebagian warga/petani yang tadinya tidak berminat

untuk membudidayakan tanaman kakao, mulai ikut melakukan apa yang

dilakukan oleh Bapak Abri.

Klon yang digunakan berasal dari tanaman kakao induk milik

warga bernama Jaelani (50 Tahun). Kakao tersebut terbukti

menghasilkan buah kakao dengan kualitas yang baik. Karena dianggap

bermutu baik, Pada pertengahan tahun 2012 lalu, kakao tersebut

mendapat juara II pada perlombaan uji kualitas tanaman kakao unggul.

Dan dari situ kemudian kakao tersebut diberi nama untuk dipatenkan.

Nama kakao tersebut adalah “Jakumba”. Jakumba sendiri merupakan

singkatan dari “Jaelani dari Bulukumba”.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa Desa Mattirowalie

merupakan desa yang memiliki tanah yang sangat subur. Pada pertanian

kakao juga banyak kendala yang ditemui oleh petani salah satunya adalah

musim yang saat ini berubah-ubah, hal ini sesuai dengan pandangan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 70

Page 71: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Muljana (2001) terdapat beberapa kendala bagi pertumbuhan dan

produksi tanaman kakao. Diantaranya musim dan jenis tanah yang harus

diperhatikan untuk mengembangbiakkan tanaman kakao.

1. Pengetahuan Tentang Musim

Untuk hasil pertanian yang baik, petani menggantungkan

sepenuhnya pada keadaan alam, semua jenis pertanian akan selalu

bergantung pada alam. Hal inilah yang dirasakan oleh para petani di Desa

Mattirowalie ketika menghadapi cuaca yang tidak menentu. Cuaca yang

tidak menentu akan mempengaruhi kualitas tanaman kakao.

Tohir (1991:88) mengemukakan alam mempunyai arti yang sangat

luas ia terdiri dari banyak unsur. Unsur alam yang banyak hubungannya

dengan pengelolaan usaha tani Indonesia ialah iklim atau mangsa, dan

tanah. Iklim bagi usaha tani keluarga meliputi unsur hujan dan air, suhu

panas dan sinar matahari, angin, kelembaban atau kelangesan udara.

Di Desa Mattirowalie dikenal dua musim yakni musim hujan dan

musim kemarau. Musim hujan dimulai pada bulan Desember sampai

dengan bulan Maret, Dengan curah hujan diatas 2000mm/tahun sangat

cocok untuk pertanian kakao. Dengan suhu rata-rata berkisar antara 24°C

– 28°C dan curah hujan diatas 2000mm/tahun merupakan daerah yang

memiliki hujan banyak dan lembab. Adanya banyak hujan lebat (keras)

yang berlangsung lama menyebabkan bunga tanah dan unsur-unsur

bahan makanan tanaman yang berada di lapisan atas dari tanah hanyut

dan atau meresap ke lapisan-lapisan tanah yang lebih dalam letaknya.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 71

Page 72: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Patani di Desa Mattirowalie mengetahui bahwa kondisi alam yang mereka

miliki sangat cocok untuk segala jenis pertanian. Maka tanaman kakao

merupakan tanaman yang sangat cocok untuk dibudidayakan di Desa

tersebut.

2. Pengetahuan Tentang Jenis Tanah

Tanah merupakan hal yang sangat mutlak dalam pertanian. Pada

budidaya tanaman kakao, jenis tanah harus sangat diperhatikan agar

proses pertumbuhan tanaman kakao bisa maksimal. Tanaman Kakao

dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan fisik dan

kimia yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi

Desa mattirowalie memiliki tanah yang subur dimana letak dari desa

tersebut berada pada dataran yang yang cukup tinggi sehingga membuat

tanaman kakao dapat tumbuh subur. Selain itu suhu untuk pertumbuhan

tanaman kakao di desa tersebut juga sangat menunjang yaitu 180c-300c.

3. Pengetauan Tentang Jenis Kakao

Tanaman kakao (Theobroma cacao L) termasuk tanaman tropis.

Dan mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia sejak tahun 1970.

Tanaman kakao yang paling banyak ditanam ada 3 (tiga) jenis, yaitu jenis

Criollo buahnya berwarna merah, jenis Forastero buahnya berwarna hijau,

dan jenis Trinitario merupakan hibrida dari jenis Criollo dan jenis Forastero

secara alami, buahnya berwarna merah atau hijau. Kakao di Indonesia

yang ditanam sesudah tahun 1970 sebagian besar adalah jenis Trinitario

varietas lindak (Spillane, J, 1995 : 15).

UNIVERSITAS HASANUDDIN 72

Page 73: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Para petani di Desa Mattirowalie tidak begitu mengetahui dari

jenis/varietas kakao apa yang mereka budidayakan di Desa mereka,

mereka lebih mengenal istilah klon terhadap tanaman kakao mereka.

Namun dari penelitian ini dapat diketahui bahwa kakao yang mereka

budidayakan itu temasuk kedalam jenis/varietas kakao Criollo, hal ini

dapat diketahui dari warna kakao Criollo ini berwarna merah.

Terdapat perbedaan antara klon dengan varietas. Varietas adalah

kelompok tanaman dalam satu jenis (species) yang diperbanyak secara

generative (perkembang biakan tanaman secara alami) dengan sifat

berbeda, seragam dan stabil atau biasa disebut juga kultivar. Sedangkan

klon adalah kelompok tanaman dalam satu jenis (species) yang

diperbanyak secara vegetatif (perkembang biakan tanaman secara

buatan) dengan sifat berbeda, seragam dan stabil. Generative merupakan

perkembang biakan tanaman secara alami sedangkan vegetative

merupakan perkembang biakan secara buatan, seperti cangkok, stek

kultur jaringan dan lain-lain. hal inilah yang dikatakan oleh salah seorang

petani bernama Bpk. Abri (45 tahun)

“kita disini bukan varietas namanya, tapi klon. Klonnya juga ini diambil dari pohonnya pak Jaelani namanya.” (wawancara pada tanggal 15 januari 2013)

4. Pengetahuan Tentang Klon

Di Desa Mattirowalie petani mengembang biakkan kakao yang

menurut petani di Desa tersebut berasal dari klon unggul. Klon ini awalnya

di kembang biakkan oleh seorang petani bernama Jaelani (50 tahun). Klon

UNIVERSITAS HASANUDDIN 73

Page 74: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

tersebut dianggap klon yang tahan terhadap hama yang dapat

mengganggu pertumbuhan buah kakao. Pada saat panen, buah yang

yang dihasilkan besar, sehingga biji dalam buahnya juga banyak. Dalam

satu buah kakao terdapat lebih dari 45 biji kakao. peani di Desa

Mattirowalie menilai semakin banyak biji di dalam buah kakao erarti

semakin bagus kualitasnya dan semakin tinggi harga jualnya.

Awalnya klon tersebut di beri nama klon unggul lokal, namun

setelah mendapatkan juara ke-2 pada perlombaan klon kakao unggul

tingkat nasional pertengahan tahun 2012 lalu, klon kakao tersebut

kemudian dipatenkan dan diberi nama klon Jakumba yang merupakan

singkatan dari Jaelani dari Bulukumba

Kakao jakumba saat ini telah di budidayakan oleh hampir seluruh

petani di Desa Mattirowaliea, alasannya karena kakao tersebut mampu

bertaha dari serangan hama dan mengasilkan buah yang baik. Adapun

cirri-ciri dari kakao jakumba hampir sama dengan bentuk fisik kakao dari

klon unggul.

5. Pengetahuan Tentang Bentuk Kakao Jakumba

Warna dari kakao jakumba tersebut adalah merah kecoklatan dan

akan berubah menjadi lebih terang ketika siap untuk dipanen. Secara

sekilas memang sulit untuk membedakan kakao yang belum siap panen

dengan kakao yang telah siap panen. Namun bagi petani di Desa

Mattirowalie cara untuk membedakannya adalah dengan melihat

perubahan warna pada kakao tersebut. Selain itu ketika buah kakao

UNIVERSITAS HASANUDDIN 74

Page 75: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

digoyang kan maka akan terdengar bunyi biji kakao yang ada didalam

buah kakao tesebut. Ini menandakan bahwa biji kakao yang ada dilam

telah siap untuk dipanen. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak

Jamuluddin (45 tahun)

“…….Tinggal kita liat saja disini warnanya, kalau tambah terang warnanya itu berarti sudah masak, tinggal kita peti baru kasi keluar bijinya……”(wawancara pada tanggal 17 januari 2013)

Saat ini petani kakao telah mampu megembangkan usaha taninya

untuk memperoleh kualitas kakao yang baik, petani kakao mengalami

perkembangan kemampuan berusaha tani secara komersial. Hal ini

didasari dengan kemampuan komunikasi petani untuk memperoleh

informasi yang berkaitan usaha taninya dan upaya-upaya bertani kakao

yang ditekuninya

6. Pengetahuan Tentang Kualitas Kakao Jakumba

Kakao jakumba yang dikembang biakkan oleh petani Di Desa

Mattirowalie memiliki kaulitas yang baik. Ini dikarenakan jumlah biji kakao

jakumba lebih dari 45 biji dalam setiap 1 buah kakao. petani menilai

bahwa kualitas kakao yang baik adalah kakao yang berukuran besar dan

mempunyai banyak biji ketika dipenen. Saat panen dalam satu pohon

terdapat kurang lebih 10 buah kakao, setiap kakao tedapat lebih dari 45

biji. Berarti dalam setiap panen untuk satu pohon dapat menghasilkan

kurang lebih 450 biji kakao atau sekitar 3-5 kg.

C. Praktek/pola Pertanian yang Diterapkan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 75

Page 76: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Pertanian yang baik akan menghasilkan hasil yang baik pula. Pola

pertanian sangat menentukan hasil kedepannya. Petani di Desa

Mattirowalie sangat mengutamakan cara bertani kakao yang baik. Hal ini

sesuai dengan pandangan Tohir, (1991:52 ) pengelolaan usaha tani,

dimana saja dan kapan saja, pada hakekatnya dipengaruhi oleh perilaku

petani yang mengusahakan. Perilaku orang itu nyata tergantung dari

banyak faktor, di antaranya dari watak, suku dan kebangsaan, dari petani

itu sendiri, serta tingkat kebudayaan bangsa dan masyarakatnya.

Menurut Mubyarto (1989) juga menambahkan produksi pertanian

adalah hasil yang diperoleh akibat bekerjanya beberapa faktor sekaligus

yaitu lahan, tenaga kerja, dan modal.

1. Faktor Lahan

Salah satu modal utama dalam usaha pengembangan pertanian

adalah tersedianya lahan yang cukup memadai dan jenis-jenis lahan yang

cocok dengan karakteristik tanaman yang akan dikembangkan, serta

tersedianya sumber daya manusia yang handal.

Koens dan Boeke dalam Tohir (1991:376) berpendapat, bahwa

tanah dalam usahatani keluarga Indonesia belum perlu dianggap sebagai

modal; petani pada umumnya masih menganggap tanah sebagai alat

untuk memproduktifkan tenaga sendiri dan tenaga dari anggota-anggota

keluarganya. Atau dengan kata lain, tanah masih dianggap sebagai

pangkal kerja dan belum sebagai modal untuk mendatangkan rentabilitas.

Lahan yang dimiliki petani kakao di Desa mattirowalie diperoleh

UNIVERSITAS HASANUDDIN 76

Page 77: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

secara turun temurun melalui warisan dari orang tua mereka, namun ada

juga yang memperolehnya dengan membeli lahan milik orang lain. Luas

Lahan berpengaruh terhadap hasil produksi dan pendapatan yang

diterima petani. Semakin luas lahan yang digarap oleh petani, maka hasil

produksi yang diperoleh juga akan semakin besar. Selain itu

Tjodronegoro dan Wiradi (1984), juga berpendapat fungsi sosial dari tanah

tidak hanya sebagai tempat tinggal untuk memenuhi kebutuhan papan

dan sumber-sumber pendapatan sebagai sandaran hidup petani, tetapi

juga terdapat fungsi-fungsi sosial yang memungkinkan mereka melakukan

interaksi dan berkembang.

Pada pertanian kakao yang harus diperhatikan adalah lahan untuk

mengembang biakkan tanaman kakao tersebut. Lahan yang dimiliki oleh

petani di Desa Mattirowalie ini telah ditanami tanaman cengkeh,

rambutan, durian dll. sehingga penempatan untuk tanaman kakao yang

baru akan di tanam harus di perhatikan. Penanam terhadap tanaman baru

harus menjaga jarak dengan tanaman sebelumnya, jarak tanaman

minimal 3x3 m. ini bertujuan untuk pembagian terhadap nutrisi dalam

tanah, serta perkembangan akar di dalam tanah dapat mendapatkan

nutrisi dengan baik pula. Sedangkan pada tanaman kakao yang telah ada

sebelumnya para petani melakukan teknik tempelan/sambung samping.

Tanaman selain kakao juga dibiarkan tumbuh,tanaman tersebut selain

dapat menghasilkan uang saat panen juga dapat berfungsi sebagai

tanaman penaung.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 77

Page 78: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Luas lahan usahatani menentukan pula taraf hidup dan

kesejahteraan rumah tangga. Luas lahan adalah salah satu faktor

produksi yang penting dan apabila dimanfaatkan secara optimal dapat

meningkatkan produksi usahatani yang dengan sendirinya akan

meningkatkan pendapatan usahatani. Luas Lahan yang dimiliki petani

kakao di Desa Mattirowalie cukup bervariasi. Lahan terluas yang dimiliki

oleh petani di Desa Mattirowalie berkisar 3Ha sedangkan yang paling kecil

sekiar 1 Ha.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa bukan Cuma kakao

yang dikembang biakkan oleh petani di Desa Mattirowalie, selain kakao

juga terdapat tanaman seperti cengkeh, durian, langsat, rambutan dan

lain-lain. Tanaman ini juga menjadi penghasilan bagi petani di desa

tersebut.

Dalam hal pengelolaan lahan ini, para petani yang memiliki lahan

yang sangat luas, memilih untuk mempekerjakan orang untuk dijadikan

buruh tani. Buruh tani ini bekerja merawat tanaman kakao yang telah

ditanam oleh petani. Saat ini didaerah penelitian produksi kakao mulai

meningkat sehingga perawatan tanaman kakao harus lebih sering

dilakukan. Saat inilah peran dan fungsi buruh tani sangat membantu

meringankan pekerjaan petani.

2. Faktor Tenaga Kerja

Setiap usaha pertanian yang dilakukan sudah barang tentu

memerlukan tenaga kerja. Tenaga kerja sendiri adalah semua orang yang

UNIVERSITAS HASANUDDIN 78

Page 79: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

bersedia dan sanggup bekerja untuk diri sendiri dan anggota keluarga

yang tidak menerima upah bayaran (berupa uang), serta mereka yang

bekerja untuk mendapatkan upah dan gaji (Hernanto, 1996)

Tanaman kakao dalam menggunakan tenaga tidak sama dengan

tanaman cengkeh, tidak memerlukan tenaga yang banyak dan

keterampilan yang khusus karena pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan

pada suatu saat boleh dilanjutkan pada waktu yang lain tanpa mengurangi

kualitas kakao. Dalam hal penggunaan tenaga, wanita maupun anak-anak

bisa mengambil bagian baik pada proses pemeliharaan maupun pada

proses produksi.

Sejalan dengan aktivitas petani kakao, dibutuhkan saling

ketergantungan antara individu-individu. Pada tingkat antarpribadi, hal ini

terlihat bahwa peran-peran individu saling melengkapi satu sama lain,

kurang lebih bersifat harmonis. Saling ketergantungan secara harmonis ini

merupakan hasil dari orientasi nilai yang dianut bersama oleh pihak-pihak

yang berinteraksi, dan dari kenyataan bahwa penyesuaian diri dengan

harapan-harapan petani dengan buruh tani untuk memenuhi kebutuhan

masing-masing pihak. Salah satu cara untuk mengarahkan tenaga

tambahan untuk pekerjaan bercocok tanam secara tradisional terhadap

petani di pedesaan adalah sistem saling bantu membantu yang dikenal

dengan gotong royong. Sekarang, cara ini sudah tidak efektif lagi dan

cenderung dirasakan merugikan para petani dilihat dari pemanfaatan

waktu kerja. Hal ini menyebabkan dalam proses bercocok tanam, terjadi

UNIVERSITAS HASANUDDIN 79

Page 80: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

proses pergeseran dari cara pengarahan tenaga bantuan di luar rumah

tangga dengan saling bantu membantu ke cara pengarahan tenaga

dengan menyewa buruh.

Dari hasil penelitian ini, diketahui sebagian petani melakukan

perawatan terhadap tanaman kakao mereka dengan mempekerjakan

warga tempat mereka tinggal yang mana warga tersebut tidak memiliki

pekerjaan (pengangguran). Bapak Jamaluddin mengatakan :

“hitung saja itu, luas lahanya petani disini itu paling kecil 1,5 hektar. Tidak mungkin kalau kita mau urus sendiri baru begitu luasnya. Belum kalau mau dipangkas, belum kalau mau dipupuk. Jadi kita pekerjakan orang yang mau urusi kebun.” (wawancara dengan pada tanggal 17 januari 2013)

Hubungan mereka tidak hanya sekedar hubungan produksi. Di satu

pihak petani/pemilik lahan berlaku sebagai patron dan dilain pihak buruh

penggarap sebagai klien. Hubungan yang sudah dirintis semenjak lama

ini. Menjadikan adanya hubungan emosional yang erat. Petani/Pemilik

lahan percaya bahwa buruh tani mengembang tanggung jawab sebagai

pengelola lahan yang jujur dan memiliki itikad baik. Sementara buruh tani

memiliki kepercayaan adanya jaminan kehidupan yang akan diberikan

oleh patron kepada dirinya.

Melihat berbagai strategi yang diterapakan oleh rumahtangga

petani menunjukkan bahwa modal social merupakan katub penyelamat

bagi keberlangsungan kehidupan petani. Arti pentingnya modal social

tidak kemudian mengecilkan arti pentingnya aspek lainnya seperti : modal

alami, modal financial, modal sumberdaya manusia, modal fisik, dan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 80

Page 81: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

lainnya : akan tetapi persoalan modal-modal tersebut bisa diakses petani

melalui seberapa kuat modal social yang mereka miliki.

Fenomena sosial ini sesuai dengan pandangan Scott, J. (1981),

yang menyebutkan bahwa masyarakat pedesaan yang harmonis yang

memberikan jaminan sosial bagi kelangsungan hidup warganya, yang

tampil sebagai benteng yang melindungi warganya dari ancaman hidup di

bawah garis subsistensi. Bahwa tata ekonomi pedesaan diikat oleh sistem

moral pedesaan, agar beban kerja dan rejeki terbagi secara merata

sehingga tidak ada satu warga desa pun yang sampai mengalami

kelaparan. Scott juga percaya bahwa perilaku ekonomi masyarakat

pedesaan dilangsungkan berdasar prinsip mendahulukan keselamatan. Di

bawah tekanan kemiskinan dan ekosistem yang sering banyak ulah,

pedesaan terpaksa mengembangkan prinsip ekonomi mendahulukan

keselamatan hidup dari pada mengeluarkan energi untuk melakukan

perbaikan nasib.

Di Desa Mattirowalie sendiri masih ada warga yang tidak memiliki

pekerjaan dikarenakan putus sekolah, dan keterampilan yang mereka

miliki juga sangat kurang. Dengan menjadi buruh tani mereka bisa

mendapatkan upah. Hal ini tentu membuat para pengangguran di Desa

Mattirowalie terbantu dengan memiliki pekerjaan tentu akan menghasilkan

uang. Seorang buruh tani bisa bekerja pada lebih dari satu lahan milik

petani. Dan lahan yang mereka kelola bukan hanya kakao, sebab mereka

juga terkadang merwat tanaman cengkeh, padi dll. Jumlah upah yang

UNIVERSITAS HASANUDDIN 81

Page 82: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

diterima buruh tani tergantung kesepakatan antara petani/pemilik kebun

dengan buruh tani. Menurut pengakuan salah seorang buruh tani bernama

Udin (25 tahun) mengatakan :

“tidak ada dikerja dirumah, jadi saya bantu saja petani disini untuk urus kebunnya. Tergantung yang mana mau dirawat kebunnya.” (wawancara pada tanggal 18 januari 2013)

Namun ada juga petani yang petani yang memilih utnuk

mempekerjakan anggota keluarga mereka tanpa diupah, petani dengan

mempekerjakan kelurga biasanya tergolong petani dengan modal kecil.

Sehingga petani dengan modal kecil tidak perlu mengeluarkan biaya untuk

memberikan upah kepada keluarganya.

3. Faktor Modal

Dalam suatu usaha tani tentu membutuhkan modal. Pada pertanian

kakao di Desa mattirowalie ini, petani kakao merasa sangat terbantu oleh

karena adanya bantuan yang di berikan pemerintah melalui program

Gernas. Bantuan yang di berikan berupa pupuk dan klon yang berasal dari

bibit unggul. Rentan waktu antara proses tempelan/sambunga samping

hingga panen kurang lebih 9 bulan, sehingga di butuhkan biaya

perawatan. Sebagian petani yang tidak memiliki modal yang banyak, lebih

memilih untuk meminjam uang (utang) pada kerabat, bank, ataupun petani

yang memiliki modal yang banyak. Kemudian pinjaman itu akan

dikembalikan setelah panen. Saat ini Utang piutang petani kakao di Desa

Mattirowalie sudah sangat jarang terjadi, hal ini disebabkan pemeliharaan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 82

Page 83: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

kakao yang mudah dan tidak perlu menunggu masa panen untuk

memanen kakao. seperti yang diungkapkan oleh bapak Abri (45 tahun)

“…duluji itu biasa ma’ pinjam uang, tapi sekarang jarangmi juga kan gampangmi ini kita pelihara kakao. dipupuknya juga gamapang, kalau saya 2-3 kali satu tahun……” (wawancara pada tanggal 17 januari 2013)

Dalam pertanian kakao ini tedapat kendala yang dialami oleh petani

kakao di lokasi penelitian. Walaupun ada banyak masalah potensial,

namun kakao merupakan komoditi yang ideal untuk dibudidayakan para

petani rakyat karena dapat dibudidayakan dengan produktivitas yang

sama pada skala kecil ataupun skala besar. Kakao secara mudah

dibudidayakan dan dipungut hasil panennya serta tidak memerlukan

banyak modal untuk alat mesin berat dalam pengolahannya. Oleh karena

itu, kakao mudah dibudidayakan dengan sistem pertanian tradisional.

Para petani mengakui bahwa tanaman kakao lebih menguntungkan

jika dibandingkan tanaman yang lainnya karena pemeliharaannya tidak

terlalu sulit, tidak membutuhkan modal yang banyak, tidak memerlukan

lahan baru dan tidak memerlukan keterampilan khusus, tenaga laki-laki,

perempuan, orang tua maupun anak-anak bisa mengambil bagian dari

pengelolaan tanaman kakao,. Di samping itu buah kakao dapat dipanen

setiap saat. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan tanaman

sebelumnya yang hanya berbuah 1-2 kali dalam setahun. Oleh karenanya

saat ini petani di lokasi penelitian semakin intens mengembangbiakkan

kakao.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 83

Page 84: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Dengan meningkatnya penghasilan petani kakao, maka berdampak

kepada taraf hidupnya. Pola hidup sudah berubah, baik cara makan, cara

berpakaian, pola interaksi, dan mobilitas sosial. Dari segi rumah tangga,

jika dahulu rata-rata rumah dengan atap nipa, sekarang sudah berubah

menjadi atap seng, bahkan sudah banyak yang memiliki rumah permanen

yang terbuat dari batu. Perabot rumah dengan beberapa stel kursi tamu

dan beberapa buah lemari sudah dimiliki. Bahkan hampir semua rumah

sudah memiliki televisi. Pemilikan kendaraan bermotor, baik roda dua

maupun roda empat, sudah tersebar sampai ke pelosok-pelosok desa.

Untuk alat komunikasi, orangtua maupun anak-anak rata-rata sudah

memiliki handphone. Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman kakao lebih

baik dibandingkan dari pada tanaman lainnya

Selain faktor tadi yaitu lahan, tenaga kerja serta modal, faktor alat

produksi/teknologi juga menjadi syarat dalam memudahkan dalam usaha

tani.

4. Faktor Alat Produksi/teknologi

Alat teknologi yang digunakan dalam pertanian kakao adalah pisau

sayat yang tajam, cangkul, parang, karung, keranjang. Adapun fungsi dari

alat-alat tersebut adalah

- Pisau sayat ang tajam digunakan untuk melakukan teknologi samping.

Pisau sayat harus tajam dan bersih agar entris bisa disambng dengan

baik dan terbebas dari kuman yang dapat mengganggu pertumbuhan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 84

Page 85: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

tanaman kakao. selain itu pisau juga dapat digunaka untuk membelah

buah kakao yang telah dipanen untuk dipisahkan daging dan kulitnya.

- Cangkul digunakan untuk membersihkan tanaman yang mengganggu

disekitar pohon kakao (parasit).

- Parang digunakan untuk memangkas ranting pohon kakao yang lebat.

Pemangkasan dimaksudkan agar tanaman kakao tersebut

mendapatkan sinar matahari secara merata.

- Keranjang ini berfungsi untuk menampung semua tanaman kakao

yang telah dipanen dan dilepas dari cangkangnya. Tanaman kakao

yang telah dimasukkan ke dalam karun siap untuk dibawa pulang

untuk langsung dijemur atau terlebih dahulu difermentasi.

Petani di Desa Mattirowalie mulai intens mengembangbiakkan

buah kakao ketika mereka mulai mengetahui cara penanaman dan

pemeliharaan buah kakao melalui usaha salah seorang petani yang

mencoba meningkatkan produktifitas tanaman kakao miliknya dengan

cara tempelan. Ketika cara ini berhasil, petani lain juga mengikuti cara

tempelan tersebut sehingga produktifitas tanaman kakao di Desa Mattiro

walie ini semakin meningkat.

Menurut penyuluh dari dinas perkebunan dan kehutanan

Kabupaten Bulukumba, teknik tempelan yang dilakukan oleh petani di

Desa Mattirowalie secara swadaya tersebut sama dengan melakukan

teknik sambung samping. Sambung samping merupakan program dari

UNIVERSITAS HASANUDDIN 85

Page 86: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Gernas untuk merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tidak produktif.

Hal ini dikemukakan oleh Sdri. Nini (24 tahun) :

“…..jadi cara yang digunakan petani Desa Mattirowalie itu sama dengan cara yang kita sosialisasikan digernas. Kalau di Mattirowalie dibilang btempelan tapi kalau di Gernas itu dibilang Sambung Samping….”(wawancara pada tanggal 15 januari 2013)

Selanjutnya dalam pertanian kakao yang harus diperhatikan juga

adalah perawatan atau pemeliharan tanaman kakao yang ada.

Pemeliharaan/perawatan kebun kakao merupakan kegiatan yang terus

dilakukan agar memperoleh produksi biji kakao yang tinggi dan terus

berkelanjutan. Perawatan yang diprioritaskan di Desa Mattirowalie, untuk

tujuan seperti memperbaiki kondisi vegetatif tanaman kakao,

meningkatkan produktivitas dan kesinambungan produksi dan menjaga

kelestarian tanah dan lingkungannya, adalah pemupukan dan

pengendalian hama dan penyakit. Petani di lokasi penelitian melakukan

perawatan terhadap kakao yang dilakukan peremajaan melalui dua fase,

yaitu perawatan dalam fase  tanaman belum menghasilkan (TBM) dan

fase tanaman menghasilkan (TM) Perawatan dalam fase TBM adalah

pembersihan gulma secara manual pada piringan tanaman, pemupukan,

pemangkasan penaung tetap dan penaung sementara, pemangkasan

bentuk tanaman kakao, dan pengendaliah hama maupun penyakit.

Pengendalian gulma pada fase TBM dilakukan pada piringan

tanaman kakao atau pada jalur tanaman, dilakukan dengan menggunakan

sabit atau cangkul. Pada fase ini pengendalian gulma secara kimiawi

dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kakao karena sebagian

UNIVERSITAS HASANUDDIN 86

Page 87: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

herbisidanya dapat mengenai daun kakao TBM. Pemangkasan bentuk

dilakukan setelah tanaman membentuk jorket yang dimaksudkan untuk

membentuk kerangka percabangan yang kuat dan seimbang. Dari 4-5

cabang primer yang terbentuk dipilih 3 buah cabang primer yang masing-

masing tersebar merata membentuk sudut 120 derajat, sedangkan

cabang primer lainnya dipangkas. Cabang-cabang sekunder sampai

dengan 60 cm dari pusat percabangan dipangkas. Umunya petani di Desa

mattirowalie melakukan pemupukan pada fase TBM dilakukan  3-4 kali

setahun sesuai dengan dosis anjuran dengan menggunakan pupuk

buatan (anorganik) baik pupuk tunggal maupun majemuk dan dengan

pupuk organik yang berfungsi memperbaiki kondisi tanaman dan

memperpendek masa TBM.

Memasuki fase TM (tanaman menghasilkan), kegiatan perawatan

yang dilakukan oleh petani adalah pemangkasan tanaman kakao dan

pelindungnya, pemupukan, dan konservasi tanah, pengendalian hama

dan penyakit.

Pemangkasan pada fase TM yang dilakukan petani kakao di Desa

Mattirowalie meliputi pemangkasan, pemeliharaan dan produksi, seperti

membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki, seperti tunas air,

cabang sakit, patah, menggantung dan cabang balik. Hal ini berguna

untuk memacu tanaman agar menumbuhkan daun baru yang potensial

sebagai produsen asimilat, menekan resiko terjadinya serangan hama dan

penyakit, menjaga agar tinggi tajuk tanaman terus terkontrol pendek guna

UNIVERSITAS HASANUDDIN 87

Page 88: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

mempermudah panen dan pengendalian hama/penyakit, meningkatkan

produksi buah. pemangkasan pemeliharaan dilakukan 3-4 kali per tahun.

Sedangkan pemangkasan produksi identik dengan pemangkasan berat

yang dilakukan 2 x setahun (bulan oktober/november dan april).

Pemupukan tanaman kakao sendiri dibagi dua, yaitu melalui tanah

dan daun. Pemberian pupuk organik melalui tanah dilakukan dengan

meletakkan pupuk pada parit (alur) yang dibuat melingkar di sekeliling

pohon dan kemudian ditutup kembali. Penutupan itu sendiri dimaksudkan

untuk mengurangi penguapan pupuk dan erosi. Cara ini terbukti

meningkatkan efisiensinya. Pemupukan melalui daun hanya dilakukan

sebagai pelengkap agar unsur hara yang diberikan dapat segera

dipergunakan oleh tanaman. Dilakukan apabila telah tampak gejala

kekurangan atau hanya dilakukan pada pemupukan. Pemberian pupuk

anorganik dilakukan 2 kali setahun, yaitu awal musim hujan (oktober-

november) dan akhir musim hujan (maret-april), dan jika memungkinkan

pemupukan dapat dilakukan lebih dari dua kali setahun (3-4 kali setahun).

Makin sering dipupuk, makin tinggi produksinya meskipun jumlah pupuk

yang diberikan dalam setahun tetap sama.

Pupuk organik dapat ditaburkan di sekeliling pohon atau diletakkan

pada parit pada salah satu pohon, dengan kedalaman parit 30 cm dan

pupuk tersebut kemudian ditimbun dengan tanah setebal 5 cm. Dosis

aplikasi pupuk organik yang baik adalah 25 kg/ha/pohon/tahun. Untuk

pengendalian, yang difokuskan pada organisme pengganggu tanaman

UNIVERSITAS HASANUDDIN 88

Page 89: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

(OPT) meliputi hama, penyakit, dan gulma. Dalam budidaya tanaman

kakao, pencegahan meluasnya serangan OPT melalui penerapan teknik

budidaya yang baik (Good agricultural practices/GAP) sangat penting,

dengan demikian dapat dihindari eksploitasi hama dan penyakit yang

dapat menyebabkan timbulnya kerugian besar.

Pada pertumbuhan tanaman kakao terdapat kendala yan harus

diwaspadai yaitu hama dan penyakit yang menyerang tanaman kakao

tersebut. Hama utama kakao, yaitu

- Penggerek buah kakao (PBK)= serangan hama penggerek buah

kakao termasuk golongan ngengat atau sejenis serangga. Serangga

ini melakukan perkembangbiakan dengan meletakkan telurnya pada

buah kakao yang memiliki alur paling banyak pada permukaannya

dengan ukuran panjang yang lebih dari 5 cm. Apabila telah menetas

berbentuk larva, larva tersebut langsung melakukan penetrasi kedalam

buah, dan apabila telah mencapai biji, larva akan menggerek dan

makan permukaan dalam kulit buah, daging buah, dan terkadang juga

memakan bagian kulit biji kakao yang sedang berkembang. Akbiat dari

serangan larva ini akan membuat biji lengket satu sama lain, larva ini

juga membuat ukuran biji menjadi kecil karna tidak lagi berkembang

dengan demikian akan mengakibatkan penurunan kuantitas dan

kualitas biji. Pengendalan hama yang dilakukan oleh petani di Desa

Mattirowalie yaitu dengan melakukan pemangkasan. Dengan

pemangkasan yang baik maka cahaya matahari akan masuk ke bagian

UNIVERSITAS HASANUDDIN 89

Page 90: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

tanaman, sirkulasi udara baik serta air hujan juga dapat masuk ke

bagian tanaman lainnya. Kondisi ini tidak disenangi oleh hama PBK.

Dan akan berpindah pada kebun yang tidak melakukan pemangkasan.

- Helopeltis : hama helopeltis merupakan sejenis serangga biasa

disebut oleh petani kakao di Desa Mattirowalie dengan nama ketti-

ketti. Gejala tanaman kakao bila terserang hama ini ditandai dengan

noda hitam kecil yang muncul pada permukaan kulit buah kakao. Noda

tersebut merupakan tempat serangga helopeltis menusukkan mulutnya

ke dalam buah untuk menghisap air dari kulit buah. Hama helopeltis

tidak hanya menghisap dari satu tempat saja, melainkan di beberapa

tempat pada satu buah. Ini dikarenakan kulit buah kakao cukup keras,

maka hama ini tidak dapat memperoleh cukup makanan sehingga ia

harus mencari di tempat lain pada permukaan buah yang sama. Pada

pengendaian hama yang dilakukan petani di Desa Mattirowalie adalah

dengan cara membiarkan musuh alami helopeltis seperti semut hitam

laba-laba berada dalam kebun kakao.

- Hama Tikus : hama tikus merupakan hama yang juga sangat

mengancam perkembang biakan tanaman kakao. Tikus sudah

mencapai dewasa ketika berumur 1,5 bulan dan segera berkembang

biak. Setelah 3 minggu tikus akan memisahkan diri dengan induknya

dan mencari makan sendiri. Gejala serangan yang disebabkan hama

tikus yaitu tikus menyerang buah kakao pada malam hari dan dan

menimbulkan keratin pada buah yang berbentuk bulat. Biasanya awal

UNIVERSITAS HASANUDDIN 90

Page 91: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

serangan dimulai dari pangkal buah. Akibat dari serangan hama tikus

ini akan membuat buah kakao menjadi kering dan tidak dapat dipanen.

Pengendalian yang dilakukan oleh petani di Desa Mattirowalie

terhadap hama tikus ini yaitu dengan cara memelihara predator burung

hantu. Habitat burung hantu ini masih sering dijumpai di Desa

Mattirowalie. Selain burung hantu, para petani juga menggunakan

racun untuk membasmi hama tikus

- Babi hutan : Hama babi hutan juga sering menyerang tanaman kakao.

Hama babi hutan ini menimbulkan kerusakan pada kulit kakao yang

tidak beraturan karena biji kakao dimakan oleh babi hutan.

Pengendaian hama yang sering dilakukan oleh petani di Desa

Mattirowalie ini yaitu dengan melakukan perburuan secara gotong

royong dengan menggunakan senjata, selain perburuan petani juga

memberikan umpat beracun. Melalui upaya pengendalian hama lambat

laut populasi babi hutan akan menurun.

Selanjutnya penyakit utama yang sering menyerang tanaman

kakao di desa tersebut adalah :

- Penyakit Busuk Buah (Phytophtora Palmivora) : pada penyakit

busuk buah ini gejala yang ditimbulkan adalah buahkakao berbercak

coklat kehitaman,biasanya dimulai dari ujung hingga pangkal buah.

Penyakit ini disebarka melalui jamur yang terbawa atau terpercik air

hujan. Pada saat tidak ada buah, jamur dapat bertahan di dalam tanah.

Penyakit dapat berkembang dengan sangat cepat pada kebun yang

UNIVERSITAS HASANUDDIN 91

Page 92: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

memiliki curah hujan sangat tinggi. Pengendalian penyakit ini biasa

dilakukan petani dengan pengaturan pohon pelindung dan

pemangkasan tanaman kakao, sehingga kelembaban kebun turun

- Penyakit Kanker Batang (Phytophtora Palmivora) : pada penyakit

ini biasanya muncul gejala kulit batang yang kehitaman dan sering

terdapat cairan kemerahan yang kemudian tampak seperti lapisan

karat. Jika kulit lapisan luar dibersihkan maka tampak lapisan

dibawahnya membusuk dan berwarna merah anggur. Biasanya

penyebaran penyakit kanker batang sama dengan penyebaran

penyakit busuk buah. Penyakit kanker batang terjadi karenavirus yang

menginveksi buah menjalar melalui tangkai buah mencapai batang.

Penyakit ini sering timbul pada daerah yang curah hujannya tinggi atau

pada kebun yang sering tergenang air. Pengendalian penyakit ini

dilakukan dengan cara membuka kulit batang yang membusuk sampai

batas kulit yangsehat. Luka bekas kupasan kemudian dioleh caran

khusus atau biasa disebut fungisida. Namun apabila serangan pada

kulit hampir melingkar, maka tanaman dipotong atau dibongkar.

- Penyakit Jamur Upas (Corticium Salmonicolor) : penyakit ini

biasanya ditandai sisi bagian bawah cabang dan ranting terifeksi oleh

jamur. Jamur akan berkembang terus dan membentukkerak yang

berwarna merah tua dan biasanya terdapat pada sisi yang lebih kering.

Pada bagian ujung dari cabang yang sakit, daun-daun layu agak

mendadak dan banyak yang tetap melekat pada cabang, meskipun

UNIVERSITAS HASANUDDIN 92

Page 93: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

sudah kering. Penyebaran jamur upas ini biasanya terbawa oleh angin.

Kelembaban yang tinggi sangat membantu perkembangbiakan

penyakit ini. Pengendalian penyakit ini adalah dengan memotong

cabang ranting yang terserang jamur pada bagian yang masih sehat,

kemudian dibakar atau dipendam.

- Penyakit Akar (Jac: Fomes Lamaoensis, Jap : Fomes Lignosus):

tiga jenis penyakt akar yaitu penyakit akar merah, penyakit akar coklat

dan penyakit akar putih. Gejala di atas tanah dari ketiga jenis jamur

tersebut adalah sama, mula-mula daun menguning, layu dan akhirnya

gugur kemudian diikuti dengan kematian tanaman. Pengendalian

terhadap tanaman ini yaitu tanaman yang telah mati hars dibongkar

berikut akar-akarnya sampai tuntas. Untuk mencegah penyebaran

ketanaman lain perlu dibuat parit isolasi sedalam 80cm dengan lebar

30 cm pada tanaman satu baris di luar tanaman yang mati.

- Kelayuan Pentil : penyakit ini merupakan penyakit fisiologis seperti

halnya gugur buah pada tanaman buah-buahan. Penyebab penyakit ini

antara lainpersaingan nutrisi antara pentil dengan pertunasan dan

buah-buahan dewasa, serta luka mekanis karena tusukan hama

helopeltis (ketti-ketti). pengendalian penyakit ini dengan

memberikanpemupukan yang tepat, dan tidak melakukan pangksan

berat serta pembukaan penaung drastis yang dapat memacu

pertunasan.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 93

Page 94: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Pengendalian hama dan penyakit tanaman kakao diutamakan

dilakukan melalui sistem pengendalian terpadu, dimana menggunakan

pestisida untuk mengendalikan hama atau penyakit adalah sebagai

pelengkap dan bukan merupakan komponen pengendalian yang paling

utama. Seperti yang dikatakan oleh Riswan (45 tahun ).

“banyak hama yang serang tanaman kakao, tapi yang paling sering kita dapati disini itu hama yang bikit buah kakao itu busuk, jadi kalau kita panen itu buahnya trus pas kita buka, banyak yang rusak karna busuk, kalau begitumi kita semprot saja pake itu pestisida”(wawancara pada tanggal 15 januari 2013)

Hasil kerja petani berubah dengan nyata. Dulu, petani menggarap

lahan pertanian dengan tanaman musim seperti cengkeh,langsat,

rambutan yang hasilnya 1-2 kali setahun, sehingga di antara musim terjadi

kevakuman petani. Setelah beralih ke kakao sebagai tanaman tahunan

maka petani bisa panen lebih sering, yaitu 1-2 minggu sekali. Hal ini

menjadikan petani kakao lebih aktif dalam usaha taninya sehingga mereka

bisa bekerja secara maksimal sepanjang tahun

D. Strategi/Upaya Peningkatan Mutu Kakao

Dalam strategi/upaya peningkatan mutu kakao di Desa Mattirowalie

dapat dibagi menjadi dua strategi. Strategi yang dimaksud adalah strategi

yang dilakukan oleh petani secara swadaya dan strategi yang dilakukan

oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bulukumba.

1. Strategi yang dilakukan petani secara swadaya.

Pada strategi peningkatan mutu kakao di Mattirowalie, petani di

Desa tersebut melakukan berbagai cara untuk meningkatkan kuantitas

UNIVERSITAS HASANUDDIN 94

Page 95: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

dan kualitas kakao mereka. Diantaranya teknik tempelan/ sambung

samping, kemudian baru-baru ini sebagian petani mencoba

mengembangbiakkan tanaman kakao dengan cara sambung pucuk.

a. Teknik Tempelan/Sambung Samping

Petani di Desa Mattirowalie pada umumnya melakukan upaya

rehabilitasi kakao dengan teknik tempelan dalam program GERNAS teknik

tempelan tersebut disebut dengan teknik sambung samping. Untuk

melakukan sambung samping, para petani melakukan dengan cara seperti

berikut :

- Persiapan Cabang

Cabang plagiotrop berasal dari pohon yang kuat,

perkembangannya normal, bebas dari hama dan penyakit, bentuk cabang

lurus dan diameternya disesuaikan dengan batang bawah.

- Persiapan Entres

Entres diambil dari pohon entres kebun produksi, mempunyai

produksi stabil, tahan hama dan penyakit utama kakao. Klon anjuran

untuk batang atas yaitu Sulawesi 1, Sulawesi 2, dan Jakumba. Jakumba

merupakan bibit lokal unggul yang telah dipatenkan oleh pemerintah.

Entres berupa cabang plagiotrop berwarna hijau atau hijau kekakaoan

dan semi hardwood, dengan ukuran diameter 0,75 - 1,50 cm. Panjang

cabang ± 40 cm, entres yang telah diambil langsung disambung pada hari

yang sama.

Entres sebaiknya segera digunakan, usahakan jangan lebih dari

UNIVERSITAS HASANUDDIN 95

Page 96: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

5 hari setelah pengambilan dari pohon entres. Sebelum entres

disambungkan terlebih dahulu dipotong - potong ± 20 cm atau 5 mata

tunas selanjutnya pangkal entres disayat miring atau runcing ± 3 - 4 cm.

- Batang Bawah

Batang bawah harus sehat, kulit batang masih muda ketika

dibuka warnaa kambium putih bersih. Apabila batang bawah kurang

sehat, sebelum penyambungan dilakukan pemupukan, pemangkasan,

penyiangan gulma serta pengendalian hama dan penyakit

- Penyambungan

Penyambungan dilakukan sebaiknya pada pagi hari dan awal

musim hujan, agar tanaman yang akan disambung masih dalam

keadaan segar dan mudah terkelupas. Tahapan pelaksanaan sambung

samping sebagai berikut : batang kakao dikerat pada ketinggian 40 - 60

cm dari permukaan tanah. Setelah itu batang disayat dengan pisau

bersih selebar 1 cm dengan panjang 2 - 4 cm. Sayatan dibuka dengan

hati-hati agar tidak merusak kambium. Kemudian entres dimasukkan ke

dalam lubang sayatan sampai ke bagian dasar sayatan. Teknik

sambung samping dilakukan pada kedua sisi batang bawah.

Kulit batang bawah ditutup kembali sambil ditekan dengan ibu

jari dan diikat. Setelah itu sambungan dikerodong dengan plastik

penutup, selanjutannya dilakukan pengamatan tanpa membuka plastik

penutup selama 2 -3 minggu setelah penyambungan. Hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan sambungan, bila kondisi

UNIVERSITAS HASANUDDIN 96

Page 97: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

entres masih segar berarti sambungan berhasil. Pembukaan plastik

penutup dilakukan bila panjang tunas sudah mencapai 2 cm atau lebih

kurang umur satu bulan sejak pelaksanan sambungan.

Tunas yang baru tumbuh dilindungi dari serangan OPT dengan

aplikasi pestisida yang didasarkan atas hasil pengamatan. Dalam

pemeliharaan ini tidak hanya pada batang yang disambung samping

tetapi meliputi berbagai aspek yaitu pendangiran, pengendalian hama

dan penyakit, pemupukan, pemangkasan, dan pengairan.

Pemupukan dilakukan 2 kali, yaitu sebulan sebelum

penyambungan dan sebulan setelah penyambungan. Jenis dan dosis

pupuk sesuai dengan hasil analisa tanah dan daun. Setelah 3 bulan

pelaksanaan sambung samping sebaiknya tajuk batang bawah

dipangkas. Batang bawah dapat dipotong total bila batang atas telah

tumbuh kuat dan berbuah. Penanaman pohon pelindung tetap yang

dianjurkan adalah tanaman gamal dengan jarak tanam 6 m x 6m.

b. Teknik Sambung Pucuk

Selain sambung samping, petani di Desa Mattirowalie juga

mengembangkan teknik baru untuk menghasilkan kakao yang baik

dengan cara yang mereka sebut sambung pucuk. Pada teknik sambung

pucuk ini sebanarnya hampir sama dengan sambung samping yakni

entries dari klon unggul sama-sama disambungkan ke pohon kakao

tersebut. Namun terdapat perbedaan pada kedua teknik tersebut, jika

pada teknik sambung samping telebih dahulu memotong habis pohon

UNIVERSITAS HASANUDDIN 97

Page 98: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

kakao sehingga tersisat batang utamanya, pada teknik sambung pucuk ini

tidak dilakukan pemangkasan. Sebab penyambungannya dilakukan di

ujung tangkai yang dipastikan cocok untuk disambungkaan dengan

entries. Entris yang digunakan juga berasal dari klon unggul, bedanya

entres ini adalah entres yang masih berumur muda. Perkembangbiakan

melalui teknik sambung pucuk ini akan menghasilkan buah yang sama

dengan induk dari klon yang disambungkan.

Saat ini teknik sambung pucuk baru dilakukan di Desa Mattirowalie,

sehingga masih banyak petani kakao di desa tersebut belum melakukan

teknik ini terhadap tanaman kakaonya. Hanya sebagian kecil petani di

Desa Mattirowalie yang melakukan teknik sambung pucuk ini.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 98

Page 99: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

2. Strategi Peningkatan mutu Kakao oleh Dinas Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Bulukumba

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa petani di Desa

mattirowalie telah melakukan upaya untuk meningkatkan produktifitas

tanaman kakao milik mereka secara swadaya yaitu dengan merehabilitasi

tanaman kakao mereka. Upaya rehabilitasi yang mulai dilakukan pada

tahun 2006 yang pertama kali dilakukan oleh salah seorang petani dan

kemudian diikuti oleh petani lainnya.

Pada tahun 2009, yaitu dua tahun setelah dilakukannya teknik

tempelan yang dilakukan oleh petani secara swadaya di desa Mattirowalie

tersebut, Dinas Perkebunan dan Kehutanan melakukan sosialisasi Gernas

Kakao yaitu upaya percepatan peningkatan produktivitas tanaman dan

mutu hasil kakao nasional dengan memberdayakan secara optimal

seluruh potensi pemangku kepentingan serta sumber daya yang ada

melalui kegiatan Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional

(Ditjenbun, 2009).

Program GERNAS KAKAO merupakan upaya dari pemerintah

untuk meningkatkan produksi kakao dengan cara rehabilitasi, peremajaan

dan intensifikasi. Berdasarkan Petunjuk Teknik Daerah GERNAS Kakao

2009 - 2011 (Ditjenbun, 2009) kegiatan utama GERNAS Kakao meliputi :

1. Kegiatan Peremajaan Tanaman

UNIVERSITAS HASANUDDIN 99

Page 100: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Kegiatan peremajaan ini merupakan upaya penggantian tanaman

yang tidak produktif (tua/rusak) dengan tanaman baru secara keseluruhan

atau bertahap dan menerapkan inovasi teknologi.

Persyaratan kebun yang akan diremajakan yaitu tanaman sudah

tua (umur > 25 tahun), jumlah tegakan/populasi tanaman < 50 % dari

jumlah standar (1.000 pohon/ha), produktivitas tanaman rendah (< 500

kg/ha/tahun), terserang OPT utama (PBK, Helopelthis, VSD dan busuk

buah) dan lahan memenuhi persyaratan kesesuaian.

Benih kakao yang digunakan untuk peremajaan merupakan benih

kakao klon unggul yang tahan/toleran terhadap hama PBK dan penyakit

VSD, yang diperbanyak dengan teknologi Somatic Embryogenesis (SE),

bersertifikat, siap tanam dan memenuhi criteria standar mutu benih kakao

SE siap salur.

2. Kegiatan Rehabilitasi Tanaman

Sasaran kebun kakao yang akan direhabilitasi adalah kebun

hamparan dengan kondisi tanaman masih produktif (umur < 15 tahun) dan

secara teknik dapat dilakukan sambung samping, jumlah tegakan /

populasi tanaman antara 70 - 90 % dari jumlah standar (1.000 pohon/ha),

produktivitas tanaman rendah (<500 kg/ha/tahun) tetapi masih bisa

ditingkatkan, jumlah pohon pelindung > 70% dari standar, terserang OPT

utama, dan lahan memenuhi persyaratan kesesuaian.

Teknologi yang digunakan adalah teknologi sambung samping

dengan menggunakan entres yang berasal dari klon kakao unggul yang

UNIVERSITAS HASANUDDIN 100

Page 101: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

bebas dari infeksi penyakit (VSD dan Phytophthora palmivora). Sambung

samping merupakan salah satu cara untuk merehabilitasi tanaman kakao

Petani di Desa Mattirowalie pada umumnya melakukan upaya

rehabilitasi kakao dengan teknik tempelan dalam program GERNAS teknik

tempelan tersebut disebut dengan teknik sambung samping.

Pada kegiatan sambung samping ini, Dinas Perkebunan dan

Kehutanan memberikan klon unggul untuk dilakukan sambung samping

kepada petani kakao. Namun hanya sebagian kecil petani yang melakukan

kegiatan sambung samping dengan bantuan klon unggul dari Gernas. Hal ini

dikarenakan sebagian besar petani kakao telah melakukan teknik

tempelan/sambung samping secara swadaya dengan menggunakan klon

Jakumba (klon lokal unggul). Sehingga petani Desa Mattirowalie hanya

menjalankan kegiatan intensifikasi dari Gernas.

3. Kegiatan Intensifikasi Tanaman

Kebun kakao yang mendapat perlakuan intensifikasi adalah

kebun dengan kondisi tanaman masih muda (< 10 tahun) tetapi kurang

terpelihara, jumlah tegakan/populasi tanaman > 70 % dari jumlah

standar, produktivitas tanaman rendah dan masih mungkin ditingkatkan,

pohon pelindung > 20 % dari standar, terserang OPT utama dan lahan

memenuhi syarat.

Kegiatan intensifikasi dari program gernas Dinas Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Bulukmba ini memberikan bantuan pupuk kepada

petani yang telah lebih dulu melakukan teknik tempelan/sambung samping

UNIVERSITAS HASANUDDIN 101

Page 102: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

secara swadaya. Hampir semua petani kakao di Desa mattirowalie

mendapakan bantuan pupuk ini. Dengan adanya bantuan pupuk ini para

petani merasa sangat terbantu. Para petani tidak perlu mengeluarkan biaya

untuk membeli pupuk, sehingga uang yang mereka miliki dapat digunakan

untuk keperluan lain. Pupuk yang diberikan juga merupakan pupuk yang

sangat baik terhadap pertumbuhan tanaman kakao.

E. Pengolahan Pasca Panen.

Selain perawatan dan pemeliharaan tanaman kakao, pengolahan

pasca panen terhadap tanaman tersebut juga harus sangat diperhatikan.

Terbentuknya cita rasa coklat yang baik ditentukan dari bagaimana cara

pengolahan saat panen buah kakao.

Buah kakao dapat dipanen apabila terjadi perubahan warna kulit

pada buah yang telah matang. Sejak fase pembuahan sampai menjadi

buah dan matang, kakao memerlukan waktu sekitar 5 bulan.Buah matang

dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang lepas dari kulit

bagian dalam. Bila buah diguncang, biji biasanyaberbunyi. Keterlambatan

waktu panen akan berakibat pada berkecambahnya biji di dalam. Panen

terhadap buah kakao harus tepat waktu agar tercapaimutu/ kualtas kakao

yang baik. Mutu kakao yang baik telah ditentukan standarnya sesuai tabel

dibawah ini.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 102

Page 103: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Standar Mutu Kakao

Tabel-2:Standar Nasional Indonesia Biji Kakao (SNI 01 – 2323 – 2000)(Sumber : www.kadin-indonesia.or.id)

Keterangan:

* Revisi September 1992

* Ukuran biji ditentukan oleh jumlah biji per 100 gr.

• AA Jumlah biji per 100 gram maksimum 85

• A Jumlah biji per 100 gram maksimum 100

• B Jumlah biji per 100 gram maksimum 110

• C Jumlah biji per 100 gram maksimum 120

• Substandar jumlah biji per 100 gram maksimum > 120.

Pengelolaan pasca panen kakao dimulai pada kegiatan pemetikan

buah, prossesing buah (pengupasan buah,fermentasi, perendaman,

pencucian, pengeringan, sortasi biji) dan pemasaran. Dari kegiatan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 103

Page 104: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

tersebut khususnya pada prossesing buah merupakan kegiatan yang

penting karena erat sekali kaitannya dengan mutu produksi

1. Proses Pemetikan

Dalam pemetikan buah kakao ini biasanya dilakukan 1-2 minggu

sekali. Pemetikan terhadap tanaman kakao dilakukan apabila kulit buah

terjadi perubahan warna. Pada proses pemetikan juga dilakukan dengan

menggunting atau memangkas buah. Kemudian tangkai buah disisakan 1-

1,5 cm dari batang atau cabang. Buah yang telah dipanen kemudian

harus secepatnya dibelah. Pada saat pembelahan buah kakao ini

dilakukan pemisahan antara buah yang baik dan buah yang terserang

hama dan penyakit. Selanjutnya kulit buah dan sisa-sisa yang terkena

serangan hama dan penyakit dibenam/dikubur kedalam tanah.

2. Proses Fermentasi

Untuk menghasilkan kakao dengan kualitas yang baik, proses

fermentasi juga harus dilakukan. Proses fermentasi ini bertujuan untuk

menghasilkan kakao dengan cita rasa yang baik.

Titik berat dalam pengolahan biji kakao terletak pada proses

fermentasi. Dimana proses ini terjadi pembentukan cita rasa coklat,

pengurangan rasa pahit dan sepat dan perbaikan penampakan fisik biji

kakao. selama proses fermentasi biji kakao terjadi pembentukan senyawa

cita rasa biji kakao.

Fermentasi merupakan suatu proses produksi suatu produk dengan

mikroba sebagai organisme pemroses. Fermentasi biji kakao merupakan

UNIVERSITAS HASANUDDIN 104

Page 105: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

fermentasi tradisional yang melibatkan mikroorganisme indigen dan

aktivitas enzim endogen. Fermentasi biji kakao tidak memerlukan

penambahan kultur starter (biang), karena pulp kakao yang mengandung

banyak glukosa, fruktosa, sukrosa dan asam sitrat dapat mengundang

pertumbuhan mikroorganisme sehingga terjadi fermentasi (Muljana,

2001).

Buah kakao yang telah dikeluarkan bijinya, kemudian bijinya

ditempatkan pada sebuah wadah. Jenis wadah yang digunakan dapat

bervariasi, diantaranya keranjang yang dilapisi oleh daun(biasanya daun

pisang), dan container (kotak) kayu. Kontainer disimpan di atas tanah atau

di atas saluran untuk menampung pulp yang dihasilkan selama

fermentasi. Pada umumnya, dasar kontainer memiliki lubang kecil untuk

drainase. Kontainer tidak diisi secara penuh, disisakan 10 cm dari atas

dan permukaan atas ditutupi dengan daun pisang yang bertujuan untuk

menahan panas dan mencegah permukaan biji dari pengeringan.

Fermentasi dalam kotak dapat dilakukan selama 2 – 6 hari, isi kotak

dibalik tiap hari dengan memindahkannya ke kotak lain.

Menurut Muljana, (2001) fermentasi biji kakao akan menghasilkan

cita rasa, mencokelat-hitamkan warna biji, mengurangi rasa-rasa pahit,

asam, manis dan aroma bunga, meningkatkan aroma kakao (cokelat) dan

kacang, dan mengeraskan kulit biji menjadi seperti tempurung. Biji yang

tidak difermentasi tidak akan memiliki senyawa prekursor tersebut

sehingga cita rasa dan mutu biji sangat rendah. Fermentasi pada biji

UNIVERSITAS HASANUDDIN 105

Page 106: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

kakao terjadi dalam dua tahap yaitu fermentasi anaerob dan fermentasi

aerob. Keberadaan asam sitrat membuat lingkungan pulp menjadi asam

sehingga akan menginisiasi pertumbuhan ragi dan terjadi fermentasi

secara anaerob. Fermentasi aerob diinisiasi oleh bakteri asam laktat dan

bakteri asam asetat. Produk fermentasi yang dihasilkan berupa etanol,

asam laktat, dan asam asetat yang akan berdifusi ke dalam biji dan

membuat biji tidak berkecambah.

Selama fermentasi terjadi pula aktivitas enzimatik, enzim yang

terlibat adalah endoprotease, aminopeptidase, karboksipeptidase,

invertase (kotiledon dan pulp), polifenol oksidase dan glikosidase. Enzim-

enzim ini berperan dalam pembentukan prekursor cita rasa dan degradasi

pigmen selama fermentasi. Prekursor cita rasa (asam amino, peptida dan

gula pereduksi) membentuk komponen cita rasa di bawah reaksi Maillard

(reaksi penkakaoan non-enzimatis) selama penyangraian.

3. Pengeringan

Tujuan dari pegeringan adalah menurunkan kandungan air biji.

Pengeringan sangat berpengaruh terhadap pembentukan calon cita rasa

coklat terutama berkaitan erat dengan tingkat keasaman pada biji kakao.

Untuk menghentikan proses fermentasi, biji kakao kemudian dikeringkan.

Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari. Pengeringan ini dapat

memakan waktu 14 hari.

Pengeringan yang terlalu cepat akan menghasilkan biji kakao yang

asam. Penggunaan panas yang tinggi dalam pengeringan selain dapat

UNIVERSITAS HASANUDDIN 106

Page 107: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

menyebabkan tingkat keasaman yang tinggi juga beresiko menyebabkan

terjadinya cacat cita rasa. Pengeringan yang baik dapat dilakukan dengan

memanfaatkan cahaya matahari. Dengan cara biji dihamparkan diatas

tempat tertentu seperti tikar atau lantai kemudian di jemur di bawah sinar

matahari. Selain memanfaatkan sinar matahari juga dengan enggunakan

alat pengering, namun di Desa Mattirowalie para petani belum memiliki

alat pengering.

4. Pengarungan dan Penyimpanan

Metode penyimpanan biji kakao yang baik akan menjamin kualitas

biji kakao. Kakao yang telah dijemur kemudian dimasukkan kedalam

karung goni. Karung goni tidak boleh diletakkan di atas lantai semen

karena biji coklat yang telah kering dapat menyerap air dari lantai. Selain

itu penempatan biji kakao juga harus bebas air hujan dan hama perusak.

Setelah pengarungan atau penyimpanan, barulah kemudian biji kakao

dijual kepada pengepul/pengumpul.

5. Distribusi Tanaman Kakao

Walaupun proses fermentasi dapat meningkatkan mutu dari kakao

itu sendiri dan membuat harga juga naik, namun hanya sebagian kecil

yang melakukan fermenasi terhadap tanaman kakao, sebaliknya masih

banyak petani kakao di Desa mattirowalie yang memilih untuk tidak

melakukan fermentasi terhadap tanaman kakao milik mereka. Mereka

lebih memilih untuk langsung dijemur kemudian menyimpannya lalu

kemudian dijual kepada para pengepul. Hal ini dilakukan karena harga

UNIVERSITAS HASANUDDIN 107

Page 108: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

yang ditawarkan oleh para pengepul antara kakao fermentasi dengan

kakao yang tidak difermentasi adalah sama.

Gambar. 2.Rantai Pemasaran Kakao

Dari gambar diatas dapat kita ketahui rantai pemasaran biji kakao

hasil panen petani. Diketahui bahwa petani menjualnya kepada

pengepul/pengumpul, kemudian dari pengumpul tersebut menjualnya

kepada pedagang besar, pada pedagang besar ini terkumpul kakao yang

diperoleh dari berbagai pengepul. Setelah dari pedangang besar barulah

kemudian di jual kepada perusahaan untuk diolah menjadi bahan

makanan. Selain dijual ke prusahaan, sebagian juga ada yang diekspor ke

luar negeri. Semakin jauhnya jarak pemasaran dengan perusahaan

membuat petani enggan melakukan fermentasi terhadap biji kakao

mereka. Hal inilah yang diungkapkan salah seorang petani Bapak Riswan

(45 tahun) :

“itu kalau kita fermentasi juga samaji harganya, fermentasi atau tidak difermentasi tetap sama harganya, justru kalau kita fermentasi itu yang untung sebenarnya itu pengepulnya”(wawancara pada tanggal 20 januari 2013)

UNIVERSITAS HASANUDDIN 108

Ekspor

Pedagang besar

PerusahaanPetani Kakao

Pengepul

Page 109: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Mereka beranggapan jika kakao mereka difermentasi maka

keuntungan hanya diperoleh para pengepul ketika pengepul menjualnya

ke perusahaan yang mengolah kakao menjadi bahan makanan. Para

petani juga belum memiliki mitra dengan perusahaan besar untuk menjual

kakao mereka, sehingga lebih memilih untuk tidak memfermentasi kakao

mereka. Hal inilah yang dikemukakan oleh salah seorang petani bernama

bapak Jamaluddi (45 tahun)

“di sini kita juga belum punya mitra, jadi kita jual buah kakao di sini Cuma lewat pengepul, seandainya ada kita punya mitra mungkin mau jeki fermentasi krna pasti sesuai harganya”(wawancara pada tanggal 15 Januari 2013)

Petani kakao dapat menjual hasil produksi kakao melalui para

pembeli yang biasa disebut sebagai pengepul/pengumpul. Para

pengumpul ini datang ke desa hanya 1 minggu sekali yaitu pada hari

sabtu. Selain pengumpul mingguan, ada juga para pengumpul yang dapat

membeli biji kakao setiap hari, hanya saja harga beli yang ditawarkan

sedikit murah. Petani kakao biasanya menjual hasil produksi setiap 3 hari

sekali setiap 1 minggu sekali. Tidak ada tempat transaksi khusus, petani

dapat menunggu para pengumpul datang ke rumah mereka. Namun ada

juga petani yang membawanya ke tempat pengumpul untuk dijual.

Harga kakao dengan kualitas yang baik biasanya dijual dengan

harga Rp. 15.000-Rp 25.000/ Kg. Semakin baik kualitasnya semakin tinggi

harga jualnya. Sebaliknya kakao dengan kualitas rendah biasanya dijual

berkisar Rp.9.000/Kg, semakin rendah kualitasnya maka semakin rendah

harga jualnya.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 109

Page 110: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Keinginan yang besar dari petani untuk tetap menjaga ke-eratan

hubungan sosial sering memaksa dan menghilangkan rasionalitas petani

dalam berbisnis. Artinya, kebanyakan petani di pedesaan lebih cenderung

untuk menomor-satukan hubungan resiprositas sosial dibandingkan

dengan keuntungan bisnis semata, meskipun bisnis kakao tersebut

merupakan penyokong kehidupan ekonomi keluarga. Realitas seperti ini

bukan sesuatu yang mustahil adanya, karena sampai saat ini, di

pedesaan masih banyak dijumpai pengepul/pengumpul, disamping

berperan sebagai pembeli produksi kakao, juga masih mempunyai

hubungan kekerabatan dengan petani petani kakao lain; baik itu sebagai

mertua/famili, atau pemberi dana bagi kehidupan rumah tangga, dsb. Jadi

karena hubungan patron-client tersebut sudah bercampur aduk dengan

hubungan sosial kekeluargaan, maka hubungan resiprositas dan

keterikatan sosial tersebut, pada akhirnya dapat menyulitkan posisi petani

dalam adu tawar-menawar dalam proses penentuan harga bagi produksi

kakaonya. Karenanya kebanyakan mereka, suka atau tidak, terpaksa atau

rela, mereka pasrah dan menerima harga yang telah ditentukan (sepihak)

oleh para pengepul.

Hal lain yang juga berperan ikut menentukan tingkat pendapatan

petani adalah rantai pemasaran kakao, sebab kenyataan menunjukkan

bahwa banyaknya lapisan pedagang yang terlibat, sehingga menjadikan

rantai tataniaga kakao di sini cukup panjang, dan kondisi demikian sudah

merupakan suatu fenomena lama. Petani tidak pernah bisa langsung

UNIVERSITAS HASANUDDIN 110

Page 111: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

dalam memasarkan produksi kakaonya kepada pabrik atau pedagang

eksportir karena tidak adanya mitra. Panjangnya rantai tataniaga itu

berakibat kepada rendahnya harga jual di tingkat petani, karenanya petani

hanya bisa menerima harga kakao apa adanya.

Ditingkat petani, sebagian petani mencari informasi harga kepada

petani lain yang telah melakukan penjualan atau kepada pedagang

pengumpul lainnya yang bukan menjadi langganannya. Tetapi sebagian

besar petani hanya menerima informasi harga dari pedagang

langgananya karena factor kepercayaan. Kondisi tersebut tentunya tidak

menguntungkan bagi petani karena pedagang pada umumnya

memberikan informasi harga yang memberikan keuntungan baginya,

sebagai suatu penerapan kekuatan daya beli. Walupun demikian para

petani lebih senang membudidayakan tanaman kakao. para petani

mengakui Pola hidup sudah berubah, baik cara makan, cara berpakaian,

pola interaksi, dan mobilitas sosial. Dari segi rumah tangga, jika dahulu

rata-rata rumah dengan atap nipa, sekarang sudah berubah menjadi atap

seng, bahkan sudah banyak yang memiliki rumah permanen yang terbuat

dari batu. Perabot rumah dengan beberapa stel kursi tamu dan beberapa

buah lemari sudah dimiliki. Bahkan hampir semua rumah sudah memiliki

televisi. Pemilikan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda

empat, sudah tersebar sampai ke pelosok-pelosok desa. Untuk alat

komunikasi, orangtua maupun anak-anak rata-rata sudah memiliki

handphone.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 111

Page 112: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

Selain itu tanaman kakao sebagai tanaman berkayu sebagai

penggunaan modal ekologis yang paling efektif untuk meningkatkan

keseimbangan sistem-sistem pertanian dataran tinggi. Perubahan

ekologis ini memberikan kontribusi positif untuk mencegah terjadinya erosi

dan banjir. Tanaman berkayu salah satu penyebab pada pembabatan

hutan, namun ketika hutan musnah ternyata tanaman kakao sebagai

tanaman berkayu dapat tampil dijadikan alat peremajaan hutan dan

menjadi hutan produksi.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 112

Page 113: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpilan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Dalam sistem pengetahuannya, pertanian Desa Mattirowalie telah

menjadi lebih maju dengan teknologi baru yang dipakai oleh para

petani yang didapatkan melalui pembelajaran dari luar maupun

teknologi sederhana yang ditemukan sendiri oleh petani Desa

Mattirowalie. Teknologi tersebut adalah teknologi dalam meningkatkan

produktifitas tanaman kakao yang telah berumur tua dengan

melakukan teknik tempelan. Teknik tempelan merupakan cara/teknik

dimana dilakukan pengeembang biakan tanaman kakao secara

buatan. Cara buatan yang dimaksud adalah dengam melakukan

persilangan antara pohon kakaoyang asli/pohon kakao yang sudah tua

dan kurang produktif disambungkan dengan entres yang berasal dari

pohon yang memiliki buah yang baik, pertumbuhan stabil, tahan hama.

Sehingga hasil yang diperoleh juga bagus.

2. Pola bertani yang dilaukan oleh petani desa mattirowalie pada umunya

sama dengan pola pertanian lainnya yaitu dengan melaukan

perawatan terhadap tanaman kakao. Pada pengolahan lahan

perawatan tanaman kakao yang dilakukan dibagi dalam dua fase, yaitu

fase tanaman menghasilkan (TM) dan fase tanaman belum

menghasilkan (TBM). kemudian tenaga Kerja petani Desa Mattirowalie

UNIVERSITAS HASANUDDIN 113

Page 114: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

mempekerjakan warga yang tidak memiliki pekerjaan, warga yang

tidak memiliki pekerjaan dapat memperoleh upah dari petani yang

mempekerjakan mereka.

3. Pengolahan hasil panen tanaman kakao didesa mattirowalie

sebenarnya mampu menghasilkan biji kakao dengan cita rasa yang

baik. Pengolahan setelah panen merupakan factor penentu bagus

tidaknya tanaman kakao tersebut. Hanya saja pengolahan biji kakao

yang dilakukan oleh petani di Desa Mattirowalie pasca panen kurang

maksimal karena hanya sebagian kecil petani yang melakukan

fermentasi terhadap tanaman kakao mereka.

B. Saran

Saran-saran yang dapat diberikan dengan berdasarkan pada hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Usahatani kakao di desa Mattirowalie layak dan menguntungkan untuk

diusahakan. Oleh karena itu diharapkan petani Desa Mattirowalie terus

mengusahakan dan mengupayakan peningkatan produksi dengan

lebih memperhatikan teknik-teknik budidaya yang baik.

2. Peningkatan produksi sebaiknya disertai perbaikan kualitas/mutu biji

kering kakao dengan memperhatikan proses fermentasi dan

penjemuran yang optimal. Hal yang sangat menentukan tingkat harga

di pasar internasional adalah mutu biji kakao. Oleh karena itu perlu

adanya perhatian produsen kakao Indonesia terhadap kualitas biji

kakao yang akan diekspor.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 114

Page 115: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4921... · Web view repository.unhas.ac.idDari table diatas diketahui hampir semua masyarakat di Desa Mattirowalie

3. Perlunya mitra usaha tani dalam menjual hasil usaha tani tanaman

kakao. Dengan adanya mitra usaha tani seperti perusahaan besar

dapat menstabilkan harga jual kakao itu sendiri sehingga petani dapat

menjual langsung hasil tani kepada perusahaan besar.

UNIVERSITAS HASANUDDIN 115