93006-14-262737022860

download 93006-14-262737022860

of 9

Transcript of 93006-14-262737022860

  • 8/7/2019 93006-14-262737022860

    1/10

    AKUNTANSI PERPAJAKAN

    PAJAK TANGGUHAN (PSAK 46)

    MODUL 14Mutiah

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS MERCU BUANA

  • 8/7/2019 93006-14-262737022860

    2/10

    JAKARTA

    2008

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSIPERPAJAKAN

    2

  • 8/7/2019 93006-14-262737022860

    3/10

    Akuntansi Pajak Penghasilan (PSAK 46)

    Pendahuluan

    Dalam akuntansi pajak penghasilan (PPh), laba dibedakan menjadi laba

    akuntansi (accounting profit), laba komersial dengan laba fiscal (taxable profit),

    atau Penghasilan Kena Pajak. Laba akuntansi merupakan laba atau rugi bersih

    selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak yang dihitung berdasarkan

    prinsip akuntansi yang berlaku umum dan lebih ditujukan untuk menilai kinerja

    ekonomi, sedangkan laba fiscal adalah laba atau rugi bersih selama satu periode

    yang dihitung berdasarkan Peraturan Perpajakan dan lebih ditujukan untuk

    menjadi dasar perhitungan PPh (IAI, 2004).

    Pada tahun 1998, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan Pernyataan

    Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 (PSAK 46) mengenai akuntansi PPh.

    Penerapan PSAK 46 ini diharapkan dapat menjembatani antara Peraturan

    Perpajakan dengan Ketentuan Akuntansi yang berlakku secara umum.

    Beda Waktu / Sementara

    Beda waktu maksudnya secara keseluruhan beban atau pendapatan

    akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi setiap

    tahunnya. Beda waktu dapat berasal dari perbedaan akrual dan relisasi,

    penyusutan, amortisasi, dan kompensasi kerugian fiskal antara akuntansi dan

    perpajakan. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan obyek pajak

    penghasilan.

    Jumlah Laba Kena Pajak dalam SPT dihitung berdasarkan ketentuan dan

    Undang undang yang berlaku dalam tahun fiskal yang bersangkutan.

    Sedangkan jumlah Laba Akuntansi dalam Laporan Rugi / Laba ditentukan sesuai

    dengan prinsip akuntansi yang lazim yang berlaku umum. Perbedaan ini

    berakibat adanya perbedaan jumlah Pajak Penghasilan yang diperhitungkan

    (menurut laba akuntansi) dengan jumlah Pajak Penghasilan yang Terhutang

    (menurut SPT). Sehingga masalah yang timbul dalam akuntansi adalah

    Bagaimana mengakui dan mencatat perbedaan tersebut dalam rekening

    pembukuan serta menyajikan pengaruhnya dalam Laporan Keuangan.

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSIPERPAJAKAN

    3

  • 8/7/2019 93006-14-262737022860

    4/10

    Beda waktu akan menimbulkan aset / kewajiban pajak tangguhan,

    sedangkan beda sementara tidak berpengaruh dengan pajak tangguhan.

    Beban Pajak Tangguhan dan Pendapatan Pajak Tangguhan

    Beban PPh terdiri atas beban pajak kini dan beban pajak tangguhan /

    pendapatan pajak tangguhan. Pajak kini (current tax) merupakan jumlah PPh

    terutang atas Penghasilan Kena Pajak pada satu periode. Pajak Penghasilan

    diperlakukan sebagai biaya bagi perusahaan. Oleh karena itu Pajak Penghasilan

    harus diasosiasikan dengan laba dimana pajak penghasilan tersebut dikenakan

    atau diperhitungkan. Proses untuk mengasosiasikan Pajak Penghasilan dengan

    llaba dimana pajak itu dikenakan disebutAlokasi Pajak.

    Beban pajak tangguhan akan menimbulkan kewajiban pajak tangguhan

    sedangkan pendapatan pajak tangguhan mengakibatkan aset pajak tangguuhan.

    Aset Pajak Tangguhan

    Aset pajak tangguhan (defered tax liabilities) timbul apabila beda waktu

    yang menyebabkan terjadinya koreksi positif sehinggga beban pajak menurut

    akuntansi lebih kecil daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Aset

    pajak tangguhan adalah jumlah PPh terpulihkan pada periode mendatang

    sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa

    kompensasi kerugian.

    Kewajiban Pajak Tangguhan

    Kewajiban pajak tangguhan (defered tax liabilities) timbul apabila beda

    waktu menyebabkan terjadinya koreksi negatif sehingga beban pajak menururt

    akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan.

    Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah PPh terutang untuk periodemendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.

    Pencatatan dan Penyajiannya

    Pengakuan aset dan kewajiban pajak tangguhan dilakukan terhadap rugi

    fiskal yang masih dapat dikompensasikan dan beda waktu antara laporan

    keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal yang dikenakan pajak,

    dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku. Karena tarif Pajak Penghasilan

    berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka diperlukan suatu metode alokasi agar

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSIPERPAJAKAN

    4

  • 8/7/2019 93006-14-262737022860

    5/10

    diperoleh kepastian dan perlakuan yang konsisten terhadap pajak penghasilan

    tersebut beserta penyajiannya dalam Laporan Keuangan. Dalam aplikasinya,

    tarif pajak maksimum PPh 30% digunakan karena alasan kepraktisan.

    Jurnal untuk memcatat timbulnya aset pajak tangguhan adalah:

    Keterangan Debit Kredit

    Aset Pajak Tangguhan xxx

    Pendapat Pajak Tangguhan xxx

    Sementara itu jurnal untuk mencatat timbulnya kewajiban pajak tangguhan

    adalah:

    Keterangan Debit Kredit

    Beban Pajak Tangguhan xxx

    Kewajiban Pajak Tangguhan xxx

    Penyajian pajak tangguhan:

    1. Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan

    kewajiban lainnya dalam neraca.

    2. Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari aset pajak

    kini (tax receivable / prepaid tax) dan kewajiban pajak kini (tax

    payable).

    3. Aset atau kewajiban pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai

    aset atau kewajiban lancar.

    4. Aset pajak kini harus dikompensasikan offset) dengan kewajiban

    pajak kini dan jumlah nettonya disajikan dalam neraca.

    5. Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi

    dari aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi.

    6. Aset pajak tangguhan disajikan terpisah dengan akun tagihan

    restitusi PPh dan kewajiban tangguhan juga disajikan terpisah

    dengan utang PPh Pasal 29.

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSIPERPAJAKAN

    5

  • 8/7/2019 93006-14-262737022860

    6/10

    7. PPh final:

    a) Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan

    dengan PPh final berbeda dari Dasar Pengenaan Pajaknya,

    maka perbedaan pajak tersebut tidak boleh diakui sebagai aset

    atau kewajiban pajak tangguhan.

    b) Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final, beban pajak

    diakui proporsional dengan jumlah pendapatan menurut

    akuntansi yang diakui pada periode berjalan.

    c) Selisih antara jumlah PPh final yang terutang dengan jumlah yang

    dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi

    diakui sebagai Pajak Dibayar Dimula dan Utang Pajak.

    d) Akun PPh final dibayar dimuka harus disajikan terpisah dari PPh

    final yang masih harus dibayar.

    8. Perlakuan akuntansi untuk hal khusus:

    a) Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan

    dalam Surat Ketetapan Pajak harus dibebankan sebagai

    pendapatan atau beban lain-lain pada Laporan Laba Rugi

    periode berjalan.b) Apabila diajukan keberatan dan atau banding, pembebanannya

    ditangguhkan.

    c) Apabila terdapat kesalahan mendasar, perlakuan akuntansinya

    mengacu pada PSAK 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk

    periode berjalan, kesalahan mendasar, dan perubahan

    kebijakan akuntansi.

    Penyajian dalam laporan keuangan:

    Laba sebelum PPh xxx

    PPh:

    Pajak Kini xxx

    Pajak Tangguhan xxx

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSIPERPAJAKAN

    6

  • 8/7/2019 93006-14-262737022860

    7/10

    (xxx)

    Laba Setelah PPh xxx

    Contoh:

    1. Laba sebelum pajak tahun 2006 = Rp. 900.000.000. Koreksi fiskal atas

    laba tersebut adalah:

    a. Pendapatan bunga deposito Rp. 60.000.000.

    b. Beban jamuan tanpa daftar nominatif Rp. 40.000.000.

    c. Penyusutan fiskal lebih kecil Rp. 15.000.000 daripada penusutankomersial.

    d. Angsuran PPh 25 Rp. 20.000.000 per bulan.

    Pertanyaan:

    a. Tentukan Penghasilan Kena Pajak.

    b. Tentukan PPh Kurang / Lebih Bayar

    c. Tentukan aset atau kewajiban pajak tangguhan.

    d. Buatlah jurnal dan penyajiannya.

    Jawab:

    a. Laba sebelum pajak Rp. 900.000.000

    Koreksi beda tetap:

    -/- Pendapatan bunga deposito (Rp. 60.000.000)

    +/+ Beban jamuan Rp. 40.000.000

    Total beda tetap (Rp. 20.000.000)

    Rp. 880.000.000

    Koreksi beda waktu:

    +/+ Penyusutan Rp. 15.000.000

    Total beda waktu Rp. 15.000.000

    Penghasilan Kena Pajak Rp. 895.000.000

    b. Pajak terutang:

    10% x Rp. 50.000.000 = Rp. 5.000.000

    15% x Rp. 50.000.000 = Rp. 7.500.000

    30% x Rp. 795.000.000 = Rp. 238.500.000

    Rp. 251.000.000

    Kredit PPh Pasal 25 (Rp. 240.000.000)

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSIPERPAJAKAN

    7

  • 8/7/2019 93006-14-262737022860

    8/10

    PPh Kurang Bayar (PPh Pasal 29) Rp. 11.000.000

    c. Aset Pajak Tangguhan:

    30% x Rp. 15.000.000 = Rp. 4.500.000

    d. Penyajian & Jurnal:

    Jurnal:

    Keterrangan Debit Kredit

    PPh Badan-Pajak Kini 251.000.000

    Aset Pajak Tangguhan 4.500.000

    Pendapatan Pajak Tangguhan 4.500.000

    PPh 25 Dibayar Di Muka 240.000.000

    Utang PPh 29 11.000.000

    Penyajian:

    PPh Badan-Pajak Kini Rp. 900.000.000

    PPh

    - Pajak Kini Rp. 251.000.000

    - Pajak Tangguhan (Rp. 4.500.000)

    (Rp. 246.500.000)

    Laba Bersih Rp. 653.500.000

    2. Laba sebelum pajak tahun 2006 = Rp. 700.000.000. Koreksi fiskal atas

    laba tersebut adalah:

    a. Pendapatan sewa bangunan Rp. 50.000.000.

    b. Beban bunga pajak Rp. 10.000.000.

    c. Beban pemberian sembako Rp. 40.000.000.

    d. Penyusutan komersial Rp. 10.000.000 lebih tinggi dari penyusutan

    fiskal.

    e. Pendapatan jasa giro Rp. 20.000.000.

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSIPERPAJAKAN

    8

  • 8/7/2019 93006-14-262737022860

    9/10

    f.Beban PPh Rp. 5.000.000.

    g. Amortisasi fiskal Rp. 15.000.000 lebih tinggi dari amortisasi

    komersial.

    h. Kredit Pajak:

    a. PPh Pasal 22 Rp. 10.000.000.

    b. PPh Pasal 23 Rp. 100.000.000.

    c. PPh Pasal 24 Rp. 25.000.000.

    d. PPh Pasal 25 Rp. 15.000.000.

    Pertanyaan:

    a. Tentukan Penghasilan Kena Pajak.

    b. Tentukan PPh Kurang / Lebih Bayar

    c. Tentukan aset atau kewajiban pajak tangguhan.

    d. Buatlah jurnal dan penyajiannya.

    Jawab:

    a. Laba sebelum pajak Rp. 700.000.000

    Koreksi beda tetap:

    -/- Pendapatan sewa bangunan (Rp. 50.000.000)

    -/- Pendapatan jasa giro (Rp. 20.000.000)+/+ Beban bunga pajak Rp. 10.000.000

    +/+ Beban pemberian sembako Rp. 40.000.000

    +/+ Beban PPh Rp. 5.000.000

    Total beda tetap (Rp. 20.000.000)

    Rp. 685.000.000

    Koreksi beda waktu:

    -/- Amortisasi (Rp. 15.000.000)

    +/+ Penyusutan Rp. 10.000.000

    Total beda waktu Rp. 5.000.000

    Penghasilan Kena Pajak Rp. 680.000.000

    b. Pajak terutang:

    10% x Rp. 50.000.000 = Rp. 5.000.000

    15% x Rp. 50.000.000 = Rp. 7.500.000

    30% x Rp. 580.000.000 = Rp. 174.500.000

    Rp. 186.000.000

    Kredit PPh Pasal 22, 23, 24 & 25 (Rp. 150.000.000)

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSIPERPAJAKAN

    9

  • 8/7/2019 93006-14-262737022860

    10/10

    PPh Kurang Bayar (PPh Pasal 29) Rp. 36.500.000

    c. Aset Pajak Tangguhan:

    30% x Rp. 5.000.000 = Rp. 1.500.000

    d. Penyajian & Jurnal:

    Jurnal:

    Keterrangan Debit Kredit

    PPh Badan-Pajak Kini 251.000.000

    Beban Pajak Tangguhan 4.500.000

    Kewajiban Pajak Tangguhan 1.500.000

    PPh 22 Dibayar Di Muka 10.000.000

    PPh 23 Dibayar Di Muka 100.000.000

    PPh 24 Dibayar Di Muka 25.000.000

    PPh 25 Dibayar Di Muka 15.000.000

    Utang PPh 29 36.500.000

    Penyajian:

    PPh Badan-Pajak Kini Rp. 700.000.000

    PPh

    - Pajak Kini Rp. 186.000.000

    - Pajak Tangguhan Rp. 1.500.000

    (Rp. 188.000.000)

    Laba Bersih Rp. 512.000.000

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muti'ah SEAKUNTANSIPERPAJAKAN

    10