92030029 Konsep Kesehatan Lingkungan

43
KONSEP KESEHATAN LINGKUNGAN i. Pengantar konsep kesehatan Pengertian Kesehatan Lingkungan sehat menurut WHO adalah “Keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan. Sedangkan menurut UU No 23 / 1992 Tentang kesehatan “Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.” Pengertian Lingkungan Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976) adalah ”Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dpt diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu”. Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian Kesehatan Lingkungan sebagai berikut : a. Pengertian Kesehatan Lingkungan Menurut World Health Organisation (WHO) pengertian Kesehatan Lingkungan : Those aspects of human health and disease that are determined by factors in the environment. It also refers to the theory and practice of assessing and controlling factors in the environment that can potentially affect health. Atau bila disimpulkan “Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia”. b. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) “Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia”. c. Apabila disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah “Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat”. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat. a. Menurut WHO

description

kesling

Transcript of 92030029 Konsep Kesehatan Lingkungan

KONSEP KESEHATAN LINGKUNGAN

i. Pengantar konsep kesehatan

Pengertian Kesehatan Lingkungan sehat menurut WHO adalah “Keadaan yg

meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas

dari penyakit dan kecacatan. Sedangkan menurut UU No 23 / 1992 Tentang kesehatan

“Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial dan ekonomis.” Pengertian Lingkungan Menurut A.L. Slamet

Riyadi (1976) adalah ”Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana

organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun

tidak dpt diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme

itu”. Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian Kesehatan Lingkungan sebagai

berikut :

a. Pengertian Kesehatan Lingkungan Menurut World Health Organisation (WHO) pengertian

Kesehatan Lingkungan : Those aspects of human health and disease that are determined by

factors in the environment. It also refers to the theory and practice of assessing and

controlling factors in the environment that can potentially affect health. Atau bila

disimpulkan “Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan

agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia”.

b. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) “Suatu kondisi

lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia

dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan

bahagia”.

c. Apabila disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah “Upaya perlindungan,

pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi

pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat”.

Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang

essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor

keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah

kesehatan masyarakat.

a. Menurut WHO

1. Penyediaan Air Minum

2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran

3. Pembuangan Sampah Padat

4. Pengendalian Vektor

5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

6. Higiene makanan, termasuk higiene susu

7. Pengendalian pencemaran udara

8. Pengendalian radiasi

9. Kesehatan kerja

10. Pengendalian kebisingan

11. Perumahan dan pemukiman

12. Aspek kesling dan transportasi udara

13. Perencanaan daerah dan perkotaan

14. Pencegahan kecelakaan

15. Rekreasi umum dan pariwisata

16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,

bencana alam dan perpindahan penduduk.

17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3), ruang

lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut :

1. Penyehatan Air dan Udara

2. Pengamanan Limbah padat/sampah

3. Pengamanan Limbah cair

4. Pengamanan limbah gas

5. Pengamanan radiasi

6. Pengamanan kebisingan

7. Pengamanan vektor penyakit

ii. Konsep ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan

lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos

("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk

hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama

kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup

dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai

komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu,

air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup

yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat

dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan

ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan

kesatuan.

Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada

tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang

biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan

kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak

hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan

lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa

ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan

rantai makanan manusia dan tingkat tropik.

Para ahli ekologi mempelajari hal berikut :

1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang

lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.

2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang

menyebabkannya.

3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan

antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Kini para ekolog(orang yang mempelajari ekologi)berfokus kepada Ekowilayah bumi

dan riset perubahan iklim.

Konsep Ekologi

Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem

harus dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang (homeostatis). Perubahan

terhadap salah satu komponen akan memengaruhi komponen lainnya. Homeostatis adalah

kecenderungan sistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam

keseimbangan.

Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen

penyusunnya yaitu organisme dan populasi. Dengan demikian, ekosistem dapat dianggap

suatu cibernetik di alam. Namun manusia cenderung mengganggu sistem pengendalian

alamiah ini[1].

ekosistem merupakan kumpulan dari bermacam-macam dari alam tersebut, contoh

heewan, tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir manusia

Ekologi dalam politik

Ekologi menimbulkan banyak filsafat yang amat kuat dan pergerakan politik –

termasuk gerakan konservasi, kesehatan, lingkungan,dan ekologi yang kita kenal sekarang.

Saat semuanya digabungkan dengan gerakan perdamaian dan Enam Asas, disebut gerakan

hijau. Umumnya, mengambil kesehatan ekosistem yang pertama pada daftar moral

manusia dan prioritas politik, seperti jalan buat mencapai kesehatan manusia dan

keharmonisan sosial, dan ekonomi yang lebih baik.

Orang yang memiliki kepercayaan-kepercayaan itu disebut ekolog politik.

Beberapa telah mengatur ke dalam Kelompok Hijau, namun ada benar-benar ekolog

politik dalam kebanyakan partai politik. Sangat sering mereka memakai argumen dari

ekologi buat melanjutkan kebijakan, khususnya kebijakan hutan dan energi. Seringkali

argumen-argumen itu bertentangan satu sama lain, seperti banyak yang dilakukan

akademisi juga.

Ekologi dalam ekonomi

Banyak ekolog menghubungkan ekologi dengan ekonomi manusia :

a. Lynn Margulis mengatakan bahwa studi ekonomi bagaimana manusia membuat

kehidupan. Studi ekologi bagaimana tiap binatang lainnya membuat kehidupan.

b. Mike Nickerson mengatakan bahwa "ekonomi tiga perlima ekologi" sejak ekosistem

menciptakan sumber dan membuang sampah, yang mana ekonomi menganggap

dilakukan "untuk bebas".

Ekonomi ekologi dan teori perkembangan manusia mencoba memisahkan

pertanyaan ekonomi dengan lainnya, namun susah. Banyak orang berpikir ekonomi baru

saja menjadi bagian ekologi, dan ekonomi mengabaikannya salah. "Modal alam" ialah 1

contoh 1 teori yang menggabungkan 2 hal itu.

Ekologi dalam kacamata antropologi

Terkadang ekologi dibandingkan dengan antropologi, sebab keduanya

menggunakan banyak metode untuk mempelajari satu hal yang kita tak bisa tinggal tanpa

itu. Antropologi ialah tentang bagaimana tubuh dan pikiran kita dipengaruhi lingkungan

kita, ekologi ialah tentang bagaimana lingkungan kita dipengaruhi tubuh dan pikiran kita.

Beberapa orang berpikir mereka hanya seorang ilmuwan, namun paradigma

mekanistik bersikeras meletakkan subyek manusia dalam kontrol objek ekologi masalah

subyek-obyek. Namun dalam psikologi evolusioner atau psikoneuroimunologi misalnya

jelas jika kemampuan manusia dan tantangan ekonomi berkembang bersama. Dengan baik

ditetapkan Antoine de Saint-Exupery : "Bumi mengajarkan kita lebih banyak tentang diri

kita daripada seluruh buku. Karena itu menolak kita. Manusia menemukan dirinya sendiri

saat ia membandingkan dirinya terhadap hambatan".

iii. Indikator lingkungan sehat

Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan

lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga yang memiliki

akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi

dasar, Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM).

Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah

dilaksanakan oleh berbagai instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi dasar,

pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan.

Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung

dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat, perumahan sehat

yang biasanya ditangani secara lintas sektor, kegiatan yang dilaksanakan meliputi

pemantauan kualitas air minum, pemantauan sanitasi rumah sakit, pembinaan dan

pemantauan sanitasi tempat-tempat umum (Hotel, Terminal), tempat pengolahan makanan,

tempat pengolahan pestisida dan sebagainya.

Didalam memantau pelaksanaan program kesehatan lingkungan dapat dilihat

beberapa indikator kesehatan lingkungan sebagai berikut :

1. Penggunaan Air Bersih : Air merupakan sumber kehidupan/kebutuhan pokok manusia

namun dalam hal penggunaannya berbeda-beda begitu juga kualitas maupun

kwantitasnya.Air merupakan media penularan penyakit yang paling cepat karena

sifatnya yang flesibel untuk tempat berkembangbiak ataupun penularan berbagai

sumber penyakit, maka dari itu perlu menjaga kualitas dan kwantitas air demi

terciptanya kesehatan.

2. Rumah Sehat : Bagi sebagian besar masyarakat, rumah merupakan tempat berkumpul

bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga

kondisi kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit

diantara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya.

Dari data yang ada maka program sosialisasi terhadap masyarakat untuk membangun

rumah sehat perlu terus dilakukan sehingga pencegahan terhadap perkembangan vektor

penyakit dapat diperkecil, demikian pula penyebab penyakit lainnya di sekitar rumah.

3. Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar : Keluarga dengan kepemilikan

sarana sanitasi dasar meliputi persediaan air bersih, kepemilikan jamban keluarga,

tempat sampah dan pengelolaan air limbah keluarga keseluruhan hal tersebut sangat

diperlukan didalam peningkatan kesehatan lingkungan.

Dari data diatas menunjukkan bahwa tahun 2007 kepemilikan sarana sanitasi dasar di

Kab.Tangerang sedikit meningkat dibandingkan tahun 2006, dapat diasumsikan bahwa

kondisi ini menunjukan adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya

sarana sanitasi dasar.

4. Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM) : Makanan termasuk minuman,

merupakan kebutuhan pokok dan sumber utama bagi kehidupan manusia, namun

makanan yang tidak dikelola dengan baik justru akan menjadi media yang sangat

efektif didalam penularan penyakit saluran pencernaan (Food Borne Deseases).

Terjadinya peristiwa keracunan dan penularan penyakit akut yang sering membawa

kematian banyak bersumber dari makanan yang berasal dari tempat pengolahan

makanan (TPM) khususnya jasaboga, rumah makan dan makanan jajanan yang

pengelolaannya tidak memenuhi syarat kesehatan atau sanitasi lingkungan.

Sehingga upaya pengawasan terhadap sanitasi makanan amat penting untuk menjaga

kesehatan konsumen atau masyarakat.

iv. Masalah kesehatan lingkungan diIndonesia dan upaya perencanaan pemerintah

dalam penanggulangannya

1. Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum

adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna

b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan

(maks 500 mg/l)

c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

2. Pembuangan Kotoran/Tinja

Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai

berikut :

a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi

b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air

atau sumur

c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan

d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain

e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar-benar

diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin

f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang

g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal

3. Kesehatan Pemukiman

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak

yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat

antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan

penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor

penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari

pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping

pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena

keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,

konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung

membuat penghuninya jatuh tergelincir.

4. Pembuangan Sampah

Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-faktor/unsur :

a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah

jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial

ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.

b. Penyimpanan sampah.

c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.

d. Pengangkutan

e. Pembuangan

Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui

hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan

masalah-masalah ini secara efisien.

5. Serangga dan Binatang Pengganggu

Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut

sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles

sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD),

Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan

dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan

makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida

untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan

menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa

pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah

dan usaha-usaha sanitasi.

Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat

menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara

perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat

menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi

bakteri penyebab.

6. Makanan dan Minuman

Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa

boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan

atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang

disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel). Persyaratan hygiene sanitasi

makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi :

a. Persyaratan lokasi dan bangunan;

b. Persyaratan fasilitas sanitasi;

c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;

d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;

e. Persyaratan pengolahan makanan;

f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;

g. Persyaratan peralatan yang digunakan.

7. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran

udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air

pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung

umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang

sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang

berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga

lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi

anak balita. Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah,

berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa

penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa

kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut

adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu

akan lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian

atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi

saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual penerbangan,

terganggunya ekologi hutan.

Penyebab masalah kesehatan lingkungan di Indonesia

1. Pertambahan dan kepadatan penduduk.

2. Keanekaragaman sosial budaya dan adat istiadat dari sebagian besar penduduk.

3. Belum memadainya pelaksanaan fungsi manajemen.

Hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan masyarakat di

perkotaan dan pemukiman. Contoh hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan

terhadap kesehatan masyarakat di perkotaan dan pemukiman diantaranya sebagai

berikut :

1. Urbanisasi ->kepadatan kota -> keterbatasan lahan ->daerah slum/kumuh->sanitasi

kesehatan lingkungan buruk.

2. Kegiatan di kota (industrialisasi) -> menghasilkan limbah cair ->dibuang tanpa

pengolahan (ke sungai) ->sungai dimanfaatkan untuk mandi, cuci, kakus -> penyakit

menular.

3. Kegiatan di kota (lalu lintas alat transportasi) -> emisi gas buang (asap) ->

mencemari udara kota -> udara tidak layak dihirup -> penyakit ISPA.

Healthy City (Kabupaten/kota sehat)

Dalam tatanan desentralisasi/otonomi daerah di bidang kesehatan, pencapaian Visi

Indonesia Sehat 2010 ditentukan oleh pencapaian Visi Pembangunan Kesehatan setiap

provinsi (yaitu Provinsi sehat). Khusus untuk Kabupaten/Kota, penetapan indikator

hendaknya mengacu kepada indikator yang tercantum dalam Standard Pelayanan

Minimal (SPM) Bidang Kesehatan. SPM ini dimasukkan sebagai bagian dari Indikator

Kabupaten/Kota Sehat. Kemudian ditambah ha-hal spesifik yang hanya

dijumpai/dilaksanakan di Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Misalnya

Kota/Kabupaten yang area pertaniannya luas dicantumkan indikator pemakaian

pestisida.

Di dalam SPM Kab/kota di Propinsi Jawa Tengah (Keputusan Gubernur Jawa

Tengah ) pada point (huruf) “U” tentang Penyuluhan Perilaku Sehat disebutkan terdapat

item Rumah Tangga Sehat (item 1), dimana disebutkan bahwa Rumah Tangga sehat

adalah Proporsi Rumah Tangga yang memenuhi minimal 11 (sebelas) dari 16 indikator

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan Rumah Tangga. Lima diantara 16

indikator merupakan Perilaku yang berhubungan dengan Kesehatan Lingkungan, yaitu :

1. Menggunakan Air Bersih untuk kebutuhan sehari-hari

2. Menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan

3. Membuang sampah pada tempat yang disediakan

4. Membuang air limbah pada saluran yang memenuhi syarat

5. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar.

Terdapat juga Penilaian Rumah Sehat (rumah secara fisik : pencahayaan,

kelembaban, ventilasi, dll) Selain Rumah Tangga sehat terdapat pula point “R”

yakni Pelayanan Kesehatan Lingkungan dimana item pertama (Institusi yang dibina)

meliputi RS, Puskesmas, Sekolah, Instalasi Pengolahan Air Minum, Perkantoran,

Industri Rumah Tangga dan Industri Kecil serta tempat penampungan pengungsi.

Institusi yang dibina tersebut adalah unit kerja yang dalam memberikan

pelayanan/jasa potensial menimbulkan resiko/dampak kesehatan.

Pemerintah Rencanakan Aksi Nasional Kesehatan dan Lingkungan

Jakarta - Pemerintah menyusun rencana aksi nasional kesehatan dan lingkungan

tahun 2010-2015 untuk mengatasi masalah kesehatan terkait lingkungan. Direktur

Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan

Tjandra Yoga Aditama yang sedang menghadiri pertemuan tingkat tinggi pada Forum

regional tentang lingkungan dan kesehatan negara Asia Tenggara dan Asia Timur di

Jeju, Korea Selatan, menyampaikan hal itu melalui surat elektronik di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, penyusunan rencana aksi itu diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan

dan Kementerian Lingkungan Hidup dengan melibatkan berbagai kementerian dan

sektor terkait. Ia menjelaskan dalam pertemuan forum beranggotakan 14 negara yang

dibentuk tahun 2007 tersebut pemerintah memaparkan pokok-pokok rencana nasional

mengenai pengendalian dampak lingkungan terhadap kesehatan.

Materi yang disampaikan, kata dia, antara lain meliputi upaya peningkatan kualitas

udara, penanganan limbah berbahaya serta penyediaan air, higiene dan sanitasi.

Selain itu, lanjut dia, dibahas pula upaya penanganan bahan kimia beracun

berbahaya, perubahan iklim, penakaran dampak kesehatan serta penyusunan rencana

persiapan dan respon kedaruratan kesehatan lingkungan.

Ia menjelaskan pada Kamis (15/7) pertemuan mengenai kesehatan dan lingkungan

dalam forum itu akan dilanjutkan dengan forum menteri regional kedua tentang

lingkungan dan kesehatan di Asia Tenggara dan Asia Timur yang akan dihadiri Menteri

Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dan Menteri Lingkungan Hidup Gusti

Muhammad Hatta. Antara Mazpri VOI News

v. Peran perawat dalam pelayanan kesehatan lingkungan

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan

sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari

perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara,

1995:21).

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat

dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi

kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara

professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan

sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

Care Giver :

Pada peran ini perawat diharapkan mampu

1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau

masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat

sederhana sampai pada masalah yang kompleks.

2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus

memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien.

Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis

keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.

Elemen Peran

Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat

professional antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator,

coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses.

Client Advocate (Pembela Klien)

Tugas perawat :

1. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan

informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain

yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepadanya.

2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang

sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan.

Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien,

sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.

Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk

didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien

terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).

Hak-Hak Klien antara lain :

1. Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya

2. Hak atas informasi tentang penyakitnya

3. Hak atas privacy

4. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

5. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.

Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :

1. Hak atas informasi yang benar

2. Hak untuk bekerja sesuai standart

3. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien

4. Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok

5. Hak atas rahasia pribadi

6. Hak atas balas jasa

Conselor

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan

psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan

untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan

emosional dan intelektual.

Peran perawat :

1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.

2. Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk

meningkatkan kemampuan adaptasinya.

3. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga

dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.

4. Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan

1. Penyediaaan air bersih / Water suplay

Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup

manusia dan makhluk hidup lainnya. Manusia akan lebih cepat meninggal karena

kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri

sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 % berat badan terdiri

dari air, untuk anak-anak sekitar 65 % dan untuk bayi sekitar 80%. Air dibutuhkan oleh

manusia untuk memenuhi berbagai kepentingan antara lain: diminum, masak, mandi,

mencuci dan pertanian.

Menurut perhitungan WHO, di negara-negara maju tiap orang memerlukan air

antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang termasuk

Indonesia, tiap orang memerlukan air 30-60 liter per hari. Diantara kegunaan-kegunaan

air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk

keperluan minum air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak

menimbulkan penyakit bagi manusia.

Air Bersih dan Sehat

Air minum harus steril (steril = tidak mengandung hama penyakit apapun).

Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan khususnya tidak

terlindung sehingga air tersebut tidak atau kurang memenuhi persyaratan kesehatan.

Untuk itu perlu pengolahan terlebih dahulu.

Pengolahan air untuk diminum dapat dikerjakan dengan 2 cara, berikut :

1. Menggodok atau mendidihkan air, sehingga semua kuman¬kuman mati. Cara ini

membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat dilakukan secara besar-besaran.

2. Dengan menggunakan zat-zat kimia seperti gas chloor, kaporit, dan lain-lain. Cara ini

dapat dilakukan secara besar¬besaran, cepat dan murah.

Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya

diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidaknya diusahakan

mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai

berikut :

1. Syarat fisik

Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak

berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya sehingga dalam kehidupan sehari-hari.

Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.

2. Syarat bakteriologis

Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama

bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh

bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari

pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah

memenuhi syarat kesehatan.

3. Syarat kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah yang

tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam air akan

menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Sesuai dengan prinsip teknologi

tepat guna di pedesaan maka air minum yang berasal dari mata air dan sumur dalam

adalah dapat diterima sebagai air yang sehat dan memenuhi ketiga persyaratan

tersebut diatas asalkan tidak tercemar oleh kotoran-kotoran terutama kotoran manusia

dan binatang. Oleh karena itu mata air atau sumur yang ada di pedesaan harus

mendapatkan pengawasan dan perlindungan agar tidak dicemari oleh penduduk yang

menggunakan air tersebut.

Sumber-sumber Air Minum

Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber air ini,

sebagai berikut:

1. Air hujan

Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi air hujan ini tidak

mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat

perlu ditambahkan kalsium didalamnya.

2. Air sungai dan danau

Air sungai dan danau berdasarkan asalnya juga berasal dari air hujan yang mengalir

melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau. Kedua sumber air ini sering juga

disebut air permukaan. Oleh karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi

atau tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air minum

harus diolah terlebih dahulu.

3. Mata air

Air yang keluar dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah.

Oleh karena itu, air dari mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat

dijadikan air minum langsung. Tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum

tercemar maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum.

4. Air sumur

Air sumur dangkal adalah air yang keluar dari dalam tanah, sehingga disebut sebagai

air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan

air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda.

Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur

pompa dangkal ini belum begitu sehat karena kontaminasi kotoran dari permukaan

tanah masih ada. Oleh karena itu perlu direbus dahulu sebelum diminum.

Air sumur dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah.

Dalamnya dari permukaan tanah biasanya lebih dari 15 meter. Oleh karena itu,

sebagaian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum

yang langsung (tanpa melalui proses pengolahan).

Pengolahan air minum. Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai

berikut :

1. Pengolahan Secara Alamiah

Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan dari air yang diperoleh dari

berbagai macam sumber, seperti air danau, air sungai, air sumur dan sebagainya. Di

dalam penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya. Kemudian

akan terjadi koagulasi dari zat-zat yang terdapat didalam air dan akhirnya terbentuk

endapan. Air akan menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada dalam air akan

ikut mengendap.

2. Pengolahan Air dengan Menyaring

Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil, ijuk dan pasir.

Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh PAM (Perusahaan Air

Minum) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum.

3. Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia

Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam yakni zat kimia yang berfungsi

untuk koagulasi dan akhirnya mempercepat pengendapan (misalnya tawas). Zat kimia

yang kedua adalah berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang

ada didalam air, misalnya klor (Cl).

4. Pengolahan Air dengan Mengalirkan Udara

Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak,

menghilangkan gas-gas yang tak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan

derajat keasaman air.

5. Pengolahan Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih

Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan

semacam ini lebih tepat hanya untuk konsumsi kecil misalnya untuk kebutuhan rumah

tangga. Dilihat dari konsumennya, pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan

menjadi 2 yakni :

a. Pengolahan Air Minum untuk Umum

b. Penampungan Air Hujan. Air hujan dapat ditampung didalam suatu dam (danau

buatan) yang dibangun berdasarkan partisipasi masyarakat setempat. Semua air

hujan dialirkan ke danau tersebut melalui alur-alur air. Kemudian disekitar danau

tersebut dibuat sumur pompa atau sumur gali untuk umum. Air hujan juga dapat

ditampung dengan bak-bak ferosemen dan disekitarnya dibangun atap-atap untuk

mengumpulkan air hujan. Di sekitar bak tersebut dibuat saluran-saluran keluar

untuk pengambilan air untuk umum. Air hujan baik yang berasal dari sumur

(danau) dan bak penampungan tersebut secara bakteriologik belum terjamin untuk

itu maka kewajiban keluarga-keluarga untuk memasaknya sendiri misalnya dengan

merebus air tersebut.

6. Pengolahan Air Sungai

Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampung I melalui saringan kasar yang dapat

memisahkan benda-benda padat dalam partikel besar. Bak penampung I tadi diberi

saringan yang terdiri dari ijuk, pasir, kerikil dan sebagainya. Kemudian air dialirkan ke

bak penampung II. Disini dibubuhkan tawas dan chlor. Dari sini baru dialirkan ke

penduduk atau diambil penduduk sendiri langsung ke tempat itu. Agar bebas dari bakteri

bila air akan diminum masih memerlukan direbus terlebih dahulu.

7. Pengolahan Mata Air

Mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu dikelola dengan melindungi

sumber mata air tersebut agar tidak tercemar oleh kotoran. Dari sini air tersebut dapat

dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa bambu atau penduduk dapat

langsung mengambilnya sendiri ke sumber yang sudah terlindungi tersebut.

8. Pengolahan Air Untuk Rumah Tangga

Air sumur pompa terutama air sumur pompa dalam sudah cukup memenuhi persyaratan

kesehatan. Tetapi sumur pompa ini di daerah pedesaan masih mahal, disamping itu

teknologi masih dianggap tinggi untuk masyarakat pedesaan. Yang lebih umum di daerah

pedesaan adalah sumur gali.

Agar air sumur pompa gali ini tidak tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya

syarat-syarat sebagai berikut :

a. Harus ada bibir sumur agar bila musim huujan tiba, air tanah tidak akan masuk ke

dalamnya.

b. Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari ppermukaan tanah harus ditembok, agar air

dari atas tidak dapat mengotori air sumur.

c. Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bbawah sumur tersebut untuk mengurangi

kekeruhan.

d. Sebagai pengganti kerikil, ke dalam sumur ini dapat dimasukkan suatu zat yang dapat

membentuk endapan, misalnya aluminium sulfat (tawas).

e. Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat dilakukan dengan menyaringnya

dengan saringan yang dapat dibuat sendiri dari kaleng bekas.

9. Air Hujan

Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan melalui penampungan air hujan.

Tiap-tiap keluarga dapat melakukan penampungan air hujan dari atapnya masing¬masing

melalui aliran talang. Pada musim hujan hal ini tidak menjadi masalah tetapi pada musim

kemarau mungkin menjadi masalah. Untuk mengatasi keluarga memerlukan tempat

penampungan air hujan yang lebih besar agar mempunyai tandon untuk musim kemarau.

Most Read Articles

a. Gangguan yang sering terjadi pada Sistem Ekskresi

b. Manfaat dan Bahaya Seks Ketika Hamil

c. Khasiat Buah Mahkota Dewa

d. Kelainan dan Penyakit pada Sistem Pernafasan Manusia

e. Khasiat Pisang untuk Pengobatan

f. Manfaat Kunyit untuk Pengobatan

g. Khasiat Buah Jambu Biji

h. 5 Macam Penyakit Akibat Pencemaran Partikel Debu di Udara

i. Manfaat Pepaya untuk Obat

j. Diet bagi Penderita Hipertensi

Random Artikel

a. Tuberkulosis : Cara dan Resiko Penularannya

b. Manfaat olahraga bagi kesehatan mental

c. Tips Mengatasi Masalah Kecoa

d. Perlukah Makanan Suplemen

e. Melindungi Kesehatan Anak Jalanan

f. Keadaan Fisik Penderita DM

g. Risiko Keracunan Pestisida pada Anak

h. Makin 'Nggigit' dengan Spa Vagina

i. Manfaat Daun Kahitutan

j. Membuat Nata de Coco

k. Cepat Lupa, Cepat Botak dan Gangguan Mental Akibat Rokok

l. Buah dan Sayuran Untuk Mengatasi Encok

m. Empat Pilar Pengelolaan Diabetes

n. Aneka Herbal untuk Awet Muda

o. Serba-serbi Perawatan Rambut Anda

Main Menu

a. Home

b. Anak-anak

c. Arthritis

d. Artikel Kesehatan

e. Diabetes

f. Jantung

g. Kanker

h. Komputer

i. Kulit

j. Lanjut Usia

k. Osteoporosis

l. Makanan dan Gizi

m. Peluang Usaha

n. Yang Unik & Berkhasiat

o. Seksualitas

p. Artikel Lainnya

q. Download Resep Masakan

2. Sanitasi makanan

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan

memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut

WHO, yang dimaksud makanan adalah : “Food include all substances, whether in a natural

state or in a manufactured or preparedform, wich are part of human diet”. Batasan

makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan

untuk tujuan pengobatan.

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut

layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :

1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki

2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.

3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh

enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan

karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.

4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan

oleh makanan (food borne illness).

Higiene dan Sanitasi

Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara

memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan

untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring,

membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara

keseluruhan.

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan

kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala

bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan

diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada

saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada

masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan

dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan

makanan yang akan merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan.

Keadaan bahan makanan

Semua jeis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta

kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk atau

rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, buah, dsb. Baham

makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan perjalanan

makanan yang begirtu panjangdan melalui jarngan perdagangan yang begitu luas. Salah

satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baika dalah menghindari penggunaan

bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang dapat

dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.

Cara penyimpanan bahan makanan

Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh masyarakat.

Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk katering dan penyelenggaraan

makanan RS perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat bahan makanan yang

berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya dapat terjaga. Cara

penyimpanan yang memenuhi syarat hgiene sanitasi makanan adalah sebagai berikut :

a. Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan memenuhi

syarat.

b. Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak memberi

kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang, terhindar dari lalat/tikus dan untuk

produk yang mudah busuk atau rusak agar disimpan pada suhu yang dingin.

Proses pengolahan

Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian

Yaitu :

1. Tempat pengolahan makanan

Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat

pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam

proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya

harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan

sanitasi.

2. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan

Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung

berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan,

pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan,

peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini

mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan

melalui penjamah makanan, antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui

hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella

dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam

keadan sehat dan terampil.

3. Cara pengolahan makanan

Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan

sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip-prinsip

higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good manufacturing practice).

Cara pengangkutan makanan yang telah masak

Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau

penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari serangga,

debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan tidak berkarat atau

bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur shunya dalam keadaan panas

60 C atau tetap dingi 4 C. (lebih lengkap, klik disini)

Cara penyimpanan makanan masak

Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tempat

penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat penyimpanan pada suhu dingin.

Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan pada suhu dingin yaitu < 40C.

Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan dalam suhu -5 s/d -10C.

Cara penyajian makanan masak

Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan tersebut

terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan bersih,

petugas yang menyajikan harus sopan serta senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan

pakaiannya.

3. Pengolahan bahan – bahan buangan (limbah)

Agroindustri atau industri pengolahan hasil pertanian merupakan salah industri

yang menghasilkan air limbah yang dapat mencemari lingkungan. Bagi industri-industri

besar, seperti industri pengolahan kelapa sawit, teknologi pengolahan limbah cair yang

digunakan mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau

sedang. Namun demikian, mengingat tingginya potensi pencemaran yang ditimbulkan

oleh air limbah yang tidak dikelola dengan baik maka diperlukan pemahaman dan

informasi mengenai pengelolaan air limbah secara benar.

Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan pengurangan

(minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling), pemanfaatan dan

pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mencapai hasil yang optimal, kegiatan-

kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu dilakukan dan bukan hanya

mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja. Bila pengelolaan limbah hanya

diarahkan pada kegiatan pengolahan limbah maka beban kegiatan di Instalasi Pengolahan

Air Limbah akan sangat berat, membutuhkan lahan yang lebih luas, peralatan lebih

banyak, teknologi dan biaya yang tinggi. Kegiatan pendahuluan pada pengelolaan limbah

(pengurangan, segregasi dan penanganan limbah) akan sangat membantu mengurangi

beban pengolahan limbah di IPAL.

Tren pengelolaan limbah di industri adalah menjalankan secara terintergrasi

kegiatan pengurangan, segregasi dan handling limbah sehingga menekan biaya dan

menghasilkan output limbah yang lebih sedikit serta minim tingkat pencemarnya.

Integrasi dalam pengelolaan limbah tersebut kemudian dibuat menjadi berbagai konsep

seperti: produksi bersih (cleaner production), atau minimasi limbah (waste

minimization).

Secara prinsip, konsep produksi bersih dan minimasi limbah mengupayakan

dihasilkannya jumlah limbah yang sedikit dan tingkat cemaran yang minimum. Namun,

terdapat beberapa penekanan yang berbeda dari kedua konsep tersebut yaitu : produksi

bersih memulai implementasi dari optimasi proses produksi, sedangkan minimasi limbah

memulai implementasi dari upaya pengurangan dan pemanfaatan limbah yang

dihasilkan.

Produksi Bersih menekankan pada tata cara produksi yang minim bahan pencemar,

limbah, minim air dan energi. Bahan pencemar atau bahan berbahaya diminimalkan

dengan pemilihan bahan baku yang baik, tingkat kemurnian yang tinggi, atau bersih.

Selain itu diupayakan menggunakan peralatan yang hemat air dan hemat energi. Dengan

kombinasi seperti itu maka limbah yang dihasilkan akan lebih sedikit dan tingkat

cemarannya juga lebih rendah. Selanjutnya limbah tersebut diolah agar memenuhi baku

mutu limbah yang ditetapkan.

Strategi produksi bersih yang telah diterapkan di berbagai negara menunjukkan

hasil yang lebih efektif dalam mengatasi dampak lingkungan dan juga memberikan

beberapa keuntungan, antara lain :

a. Penggunaan sumberdaya alam menjadi lebih efektif dan efisien;

b. Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar;

c. Mencegah berpindahnya pencemaran dari satu media ke media yang lain;

d. Mengurangi terjadinya risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan;

e. Mengurangi biaya penaatan hukum;

f. Terhindar dari biaya pembersihan lingkungan (clean up);

g. Produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional;

h. Pendekatan pengaturan yang bersifat fleksibel dan sukarela.

Minimasi limbah merupakan implementasi untuk mengurangi jumlah dan tingkat

cemaran limbah yang dihasilkan dari suatu proses produksi dengan cara pengurangan,

pemanfaatan dan pengolahan limbah.

Pengurangan limbah dilakukan melalui peningkatan atau optimasi efisiensi alat

pengolahan, optimasi sarana dan prasarana pengolahan seperti sistem perpipaan,

meniadakan kebocoran, ceceran, dan terbuangnya bahan serta limbah.

Pemanfaatan ditujukan pada bahan atau air yang telah digunakan dalam proses

untuk digunakan kembali dalam proses yang sama atau proses lainnya. Pemanfaatan

perlu dilakukan dengan pertimbangan yang cermat dan hati-hati agar tidak menimbulkan

gangguan pada proses produksi atau menimbulkan pencemaran pada lingkungan.

Setelah dilakukan pengurangan dan pemanfaatan limbah, maka limbah yang

dihasilkan akan sangat minimal untuk selanjutnya diolah dalam instalasi pengolahan

limbah.

Pada kegiatan pra produksi dapat dilakukan pemilihan bahan baku yang baik,

berkualitas dan tingkat kemunian bahannya tinggi. Saat produksi dilakukan, fungsi alat

proses menjadi penting untuk menghasilkan produk dengan konsumsi air dan energi

yang minimum, selain itu diupayakan mencegah adanya bahan yang tercecer dan keluar

dari sistem produksi.

Dari tiap tahapan proses dimungkinkan dihasilkan limbah. Untuk mempermudah

pemanfaatan dan pengolahan maka limbah yang memiliki karakteristik yang berbeda dan

akan menimbulkan pertambahan tingkat cemaran harus dipisahkan. Sedangkan limbah

yang memiliki kesamaan karekteristik dapat digabungkan dalam satu aliran limbah.

Pemanfaatan limbah dapat dilakukan pada proses produksi yang sama atau digunakan

untuk proses produksi yang lain.

Limbah yang tidak dapat dimanfaatkan selanjutnya diolah pada unit pengolahan

limbah untuk menurunkan tingkat cemarannya sehingga sesuai dengan baku mutu yang

ditetapkan. Limbah yang telah memenuhi baku mutu tersebut dapat dibuang ke

lingkungan. Bila memungkinkan, keluaran (output) dari instalasi pengolahan limbah

dapat pula dimanfaatkan langsung atau melalui pengolahan lanjutan.

Pengolahan limbah adalah upaya terakhir dalam sistem pengelolaan limbah setelah

sebelumnya dilakukan optimasi proses produksi dan pengurangan serta pemanfaatan

limbah. Pengolahan limbah dimaksudkan untuk menurunkan tingkat cemaran yang

terdapat dalam limbah sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan.

Limbah yang dikeluarkan dari setiap kegiatan akan memiliki karakteristik yang

berlainan. Hal ini karena bahan baku, teknologi proses, dan peralatan yang digunakan

juga berbeda. Namun akan tetap ada kemiripan karakteristik diantara limbah yang

dihasilkan dari proses untuk menghasilkan produk yang sama.

Karakteristik utama limbah didasarkan pada jumlah atau volume limbah dan

kandungan bahan pencemarnya yang terdiri dari unsur fisik, biologi, kimia dan

radioaktif. Karakteristik ini akan menjadi dasar untuk menentukan proses dan alat yang

digunakan untuk mengolah air limbah.

Pengolahan air limbah biasanya menerapkan 3 tahapan proses yaitu pengolahan

pendahuluan (pre-treatment), pengolahan utama (primary treatment), dan pengolahan

akhir (post treatment). Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk mengkondisikan alitan,

beban limbah dan karakter lainnya agar sesuai untuk masuk ke pengolahan utama.

Pengolahan utama adalah proses yang dipilih untuk menurunkan pencemar utama dalam

air limbah. Selanjutnya pada pengolahan akhir dilakukan proses lanjutan untuk mengolah

limbah agar sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.

Terdapat 3 (tiga) jenis proses yang dapat dilakukan untuk mengolah air limbah

yaitu : proses secara fisik, biologi dan kimia. Proses fisik dilakukan dengan cara

memberikan perlakuan fisik pada air limbah seperti menyaring, mengendapkan, atau

mengatur suhu proses dengan menggunakan alat screening, grit chamber, settling

tank/settling pond, dll.

Proses biologi deilakukan dengan cara memberikan perlakuan atau proses biologi

terhadap air limbah seperti penguraian atau penggabungan substansi biologi dengan

lumpur aktif (activated sludge), attached growth filtration, aerobic process dan an-

aerobic process. Proses kimia dilakukan dengan cara membubuhkan bahan kimia atau

larutan kimia pada air limbah agar dihasilkan reaksi tertentu.

Untuk suatu jenis air limbah tertentu, ketiga jenis proses dan alat pengolahan

tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau dikombinasikan. Pilihan

mengenai teknologi pengolahan dan alat yang digunakan seharusnya dapat

mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi dan pengelolaannya.

4. AMDAL

Sebagai bentuk upaya pengelolaan lingkungan sebelum melakukan kegiatan usaha

setiap industri wajib untuk mambuat AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Hidup) atau UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan

Lingkungan) berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1999

tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No.17 thn 2001 ttg Jenis Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan yg

Wajib Dilengkapi AMDAL, jo. PP No.27 tahun 1999 dan Kepmen LH

No.12/MENLH/3/1994 ttg Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya

Pemantauan Lingkungan.

Dokumen AMDAL terdiri dari :

1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)

2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-

ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan

suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau UKL-UPL

(Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan) harus dimintakan

persetujuan kepada instansi yang berwenang dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam

hai ini dalah komisi penilai AMDAL yang ada di tingkat Kabupaten/Kota, tingkat

Provinsi, Tingkat Pusat tergantung dari paparan dampak yang akan diakibatkan oleh

kegiatan usaha tersebut. Tiga dokumen (ANDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama

untuk dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan

apakah rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan

apakah perlu direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak.

Prosedur AMDAL terdiri dari :

1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat

3. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)

4. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Proses penapisan atau kerap juga

disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu menentukan apakah suatu

rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala

BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya

selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang

diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu sebelum

menyusun KA-ANDAL.

Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk

menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses

pelingkupan).

Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan

dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan

peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar

waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali

dokumennya.

Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan

RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian

Komisi AMDAL).

Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa

mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk

dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan

RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk

memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL :

1. Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di

tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi

berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di

tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan

hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga

masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini.

Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi

Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan

Bupati/Walikota.

2. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

3. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala

bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain

sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan,

faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan

hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat

berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena

dampak, dan masyarakat pemerhati.

Pada prinsipnya semua kegiatan yang berdampak pada lingkungan wajib

memiliki dokumen pengelolaan lingkungan semabaimana diatur dalam Peraturan

Pemerintah No.27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.17 thn 2001 ttg Jenis Rencana Usaha Dan

Atau Kegiatan yg Wajib Dilengkapi AMDAL, jo. PP No.27 tahun 1999 .

Bila kegiatan tersebut tidak wajib AMDAL maka harus membuat dokumen

pengelolaan lingkungan yaitu UKL-UPL(Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya

Pemantauan Lingkungan) berdasarkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

No.17 thn 2001 ttg Jenis Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan yg Wajib Dilengkapi

AMDAL, jo. PP No.27 tahun 1999 dan Kepmen LH No.12/MENLH/3/1994 ttg Pedoman

Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan

pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak

wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86

tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan

Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).

Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya

pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL

diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak

kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.

UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan

keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.

Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan

menggunakan formulir isian yang berisi :

1. Identitas pemrakarsa

2. Rencana Usaha dan/atau kegiatan

3. Dampak Lingkungan yang akan terjadi

4. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

5. Tanda tangan dan cap

Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :

1. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup

Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota

2. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Propinsi

untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota

3. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan

pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu

propinsi atau lintas batas negara

Mendiskusikan topic – topic masalah kesehatan lingkungan yang sedang terjadi.

1. Sanitasi Air

Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana

sanitasi berhubungan langsung dengan :

1. Kesehatan. Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan

dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar.

Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif.

2. Penggunaan air. Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan

hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah

penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru

yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan

air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya,

memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa

meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah

yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah

jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.

3. Biaya dan pemulihan biaya.

a. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat

begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa

memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan

masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank

Dunia melaporkan bahwa dengan menggunakan praktik-praktik konvesional, untuk

membuang air dibutuhkan biaya lima sampai enam kali sebanyak biaya

penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150 hingga 190 liter air per kepala

per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A. S.

menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari

1,3 berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding 1 untuk

konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter.

b. Penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah

merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi

disetujui atau tidak. Karena itu peningkatan penyediaan air cenderung

mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak dengan

memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak

merusak kesehatan masyarakat.

2. Sanitasi Tanah

1. Penetapan lokasi

Lokasi pengambilan sampel tanah adalah di halaman rumah-rumah penduduk

misalnya di desa percontohan kesehatan lingkungan, P2LDT, daerah kumuh, desa

nelayan, daerah transmigrasi dan lain-lain.

Lokasi pengambilan sampel adalah di lokasi yang ada program jambu. Prioritas lokasi

adalah di halaman rumah penduduk yang diperkirakan belum semua anggota

keluarganya menggunakan jamban.

Titik lokasi pengambilan sampel di tempat-tempat sebagai berikut :

a. Di dalam rumah, yang berlantai tanah perlu di ambil sampel tanah, seperti pada

tempat-tempat yang dipakai pada ruang keluarga sekitar dapur dan kamar mandi.

b. Di halaman rumah, seperti sekitar tempat bermain anak-anak, sekitar jamban,

halaman yang lembab atau di halaman rumah yang diperkirakan tercemar kotoran

manusia.

2. Pengambilan sampel

Sampel tanah yang dimaksud adalah tanah permukaan. Tanah permukaan adalah

bagian dari tanah yang berada pada permukaan. Bagian tanah ini diambil dengan

mudah dengan cara pengerokan dengan sendok semen. Hal ini penting diketahui

karena telur/larva cacing usus yang tersebar pada tanah adalah berada pada

permukaan tanah.

3. Peralatan

Alat-alat yang dipergunakan untuk mengambil sampel adalah :

a. Garpu tanah

b. Sendok semen

c. Kantong plastik

d. Spidol

4. Cara pengambilan

Setelah titik lokasi ditentukan lakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Bersihkan titik lokasi tersebut dengan farpu tanah dari dahan-dahan, rumput-rumput

kering dan kerikil.

b. Siapkan kantong plastik kemudian diberi kode lokasi dan tanggal pengambilan sampel

dengan spidol permanen.

c. Keroklah tanah permukaan pada lokasi tersebut seluas ± 40 x 40 cm2 dengan

menggunakan sendok semen sebanyak ± 100 gram.

d. Ikatlah kantong-kantong plastik yang telah terisi dengan baik, untuk dikirim ke

laboratorium. Jadi tiap rumah diperoleh 4 kantong sampel tanah.

5. Pengiriman sampel

Pengiriman sampel ke laboratorium hendaknya tidak lebih dari 7 hari. Dalam

perjalanan hendaknya tidak terlalu panas.

Bila laboratorium puskesmas belum dapat melakukan pemeriksaan, dapat dikirim

ke laboratorium Rumah Sakit, atau ke laboratorium lain yang terdekat.

6. Pemeriksaan sampel

1. Sasaran

Sasaran pemeriksaan adalah telur dan larva cacing usus yaitu :

a. Telur untuk cacing : Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, cacing tambang

b. Larva untuk cacing : Strongiloides

2. Reagensia

Reagensi yang diperlukan :

a. Larutan hipoklorid 30%

b. Larutan Magnesium Sulfat (282 gr/liter)

c. Eosin

d. Aquadest

3. Peralatan

Alat-alat yang digunakan adalah :

a. Sendok tanah

b. Sentrifuse lengkap dengan tabung

c. Tabung reaksi dengan rak

d. Obyek glass (kaca benda)

e. Deck glass (kaca tutup)

f. Gelas ukur 1.000 ml

g. Steering rod (kaca pengaduk)

h. Hydrometer (pengukur BD)

i. Mikroskop

j. Kain kasa (5 cm x 5 cm)

k. Kaos kecil

l. Aplikator

m. Corong

n. Timbangan

Prosedur

a. Timbang sampel tanah yang telah dibersihkan dari kerikil dan daun-daunan

(rumput-rumput kering) sebanyak 5 gram.

b. Masukkan tanah ini ke dalam tabung-tabung setrifuse.

c. Tambahkan 20 ml larutan hipokhlorit ke dalam tabung yang berisi tanah.

d. Aduk dengan steering rod hingga merata dan diamkan selama 1 jam.

e. Setelah semua rumah tabung dalam sentrifuse terisi semua, hidupkan sentrifuse

dengan kecepatan 2000 rpm selama kurang lebih 2 menit. Lakukan kegiatan ini

sampai 2 kali.

f. Setelah diputar selama 2 menit, buang cairan supernatant.

g. Endapan tanah yang ada ditambah dengan larutan MgSO4 yang telah disiapkan

sampai mencapai lebih kurang ¾ volume tabung.

h. Putar lagi dengan sentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.

i. Sentrifuse dihentikan, ambil tabung-tabung sentrifuse ini, tempatkan dalam rak

yang telah tersedia.

j. Tambahkan larutan MgSO4 dengan BD 1.260 ke dalam tabung-tabung sentrifuse

sehingga mencapai permukaan tabung dan permukaannya sedikit mengembung.

Diamkan beberapa menit.

k. Pengaturan BD MgSO4 dapat dilakukan dengan penambahan air bila BD-nya tinggi

sedangkan bila BD MgSO4 rendah (H.1.260) ditambah dengan larutan MgSO4.

l. Tutupkan deck glass kepada tiap-tiap tabung ini dan tunggu selama 30 menit. Jika

ada telur dan larva cacing dalam tanah tersebut maka telur dan larva tersebut sudah

mengapung dan menempel pada deckglass.

m. Pindahkan deck glass ini ke atas sebuah kaca benda (object glass). Jika perlu

tambahkan eosin sebagai pewarna, maka sediaan telah siap.

n. Periksa sediaan ini di bawah mikroskop dan identifikasi telur/larva cacing usus

yang ada.

o. Lakukan pemeriksaan terhadap semua sampel yang diterima.

7. Intrprestasi hasil pemeriksaan

Suatu titik lokasi dinyatakan positif (+) apabila paling sedikit 1 (satu) di antara

keempat sediaan yang diperiksa dan titik lokasi tersebut positif telur atau larva cacing

tersebut.

3. Pecemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau

biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan,

dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan

manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi

cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak

pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.

Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan pencemar

sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari

sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara

primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi

pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer.

Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara

sekunder.

Belakangan ini tumbuh keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam

konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global (global warming) yg

memengaruhi;

Kegiatan manusia

a. Transportasi

b. Industri

c. Pembangkit listrik

d. Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan berbagai jenis bahan

bakar

e. Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)

Sumber alami

a. Gunung berapi

b. Rawa-rawa

c. Kebakaran hutan

d. Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi

Sumber-sumber lain

a. Transportasi amonia

b. Kebocoran tangki klor

c. Timbulan gas metana dari lahan uruk /tempat pembuangan akhir sampah

d. Uap pelarut organik

Jenis-jenis pencemaran udara

a. Karbon monoksida

b. Oksida nitrogen

c. Oksida sulfur

d. CFC

e. Hidrokarbon

f. Ozon

g. Volatile Organic Compounds

h. Partikulat

Dampak kesehatan

Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui

sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada

jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian

atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-

paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISNA (infeksi saluran

napas atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya.

Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik. memperkirakan

dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur,

perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISNA pada tahun 1998

senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun

2015.

Dampak terhadap tanaman

Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat

terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik

hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses

fotosintesis.

Hujan asam

pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara

seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH

air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain :

a. Mempengaruhi kualitas air permukaan

b. Merusak tanaman

c. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi

kualitas air tanah dan air permukaan

d. Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

Efek rumah kaca

Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O

di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh

permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan

menimbulkan fenomena pemanasan global.

Dampak dari pemanasan global adalah :

a. Pencairan es di kutub

b. Perubahan iklim regional dan global

c. Perubahan siklus hidup flora dan fauna

Kerusakan lapisan ozon

Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan

pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari.

Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di

stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan

laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga

terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.

4. Higyene makanan

Kita semua perlu makan untuk hidup dan penting bahwa makanan yang kita

konsumsi tidak menyebabkan kita sakit. Untuk menyiapkan dan mensuplai makanan

yang akan dikonsumsi dibutuhkan penanganan yang hati-hati dalam hygiene makanan.

Hal ini untuk menghindarkan terjadi keracunan makanan, terbuangnya bahan makanan,

kerugian bisnis dan terjadinya tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh

personal atau tempat kerja anda.

Apakah Hygiene Makanan ?

Menjaga tempat kerja, staf dan peralatan bersih adalah bagian penting dari

hygiene makanan. Jika bekerja di area yang bersih :

a. Mengurangi resiko terjadi produksi makanan yang berbahaya

b. Mencegah gangguan serangga seperti lalat, tikus dll

c. Lebih menarik konsumen

Hal lain yang juga penting adalah cara penanganan makanan dan

penyimpanannya. Penanganan dan penyimpanan yang buruk dapat menyebabkan

munculnya keracunan makanan, meskipun di tempat kerja yang bersih sekalipun.

Terdapat 40 orang yang mati setiap tahunnya karena keracunan makanan. Mereka

termasuk kelompok yang beresiko tinggi :

a. Anak usia dini

b. Orang tua

c. Orang yang sedang sakit

Mengapa Mempelajari Hygiene Makanan ?

Setiap orang sebaiknya mengetahui tentang Hygiene Makanan. Tidak ada

seorangpun yang mau sakit. Anda harus menerima training sehingga makanan yang

diproduksi benar-benar aman untuk dikonsumsi. Kebiasaan yang baik akan mencegah

terjadinya kontaminasi makanan atau terinfeksi kuman. Makanan harus dimasak secara

teratur untuk mencegah terjadinya sakit. Sebagaimana penyakit, hygiene yang jelek dapat

menyebabkan :

a. Kontaminasi makanan oleh kuman dan sumber lain

b. Terbuangnya makanan

c. Gangguan oleh serangga, seperti lalat dan tikus

d. Kehilangan waktu kerja karena sakit

e. Menurunnya produktivitas dan efisiensi

f. Kehilangan konsumen dan keuntungan

g. Pelanggaran hukum

Hukum dan Hygiene Makanan

Pemerintah menetapkan Food Safety Act (Aturan Keselamatan Makanan) untuk

memastikan bahwa makanan yang dijual aman untuk dikonsumsi. Hal ini mempengaruhi

tiap orang yang bekerja di industri makanan – dalam bagian produksi, proses,

penyimpanan, distribusi dan penjualan makanan. Hukum tersebut ditetapkan pada 1

Januari 1991. Hal ini untuk melindungi semua orang. Petugas hukum harus memastikan

bahwa semua orang mematuhi aturan hukum tersebut.

Food Safety Act (Aturan Keselamatan Makanan) 1990 memberikan kewenangan

pada menteri untuk membuat aturan-aturan. Beberapa diantaranya yang berkaitan dengan

Hygiene makanan.

Aturan hukum memberikan kekuatan pada petugas hukum untuk :

a. Memasuki tempat persiapan makanan untuk memeriksa hal-hal yang memungkinkan

terjadinya pelanggaran

b. Menginspeksi makanan untuk memeriksa apakah makanan tersebut aman untuk

dikonsumsi

c. Mengambil makanan yang dicurigai dari tempat persiapan makanan dan

membawanya ke pengadilan jika ternyata makanan tersebut tidak aman

Anda harus memberi keterangan dan membantu petugas hukum – anda dapat

didenda jika anda tidak melakukannya

Jika Food Safety Act (Aturan Keselamatan Makanan) dilanggar dapat berakibat :

a. Penutupan usaha

b. Denda 20.000 pound sterling untuk masing-masing pelanggaran

c. Penjara 2 tahun

d. Kompensasi untuk pelanggan yang terpengaruh makanan

Hygiene Makanan Dan Bisnis

Hygiene makanan yang buruk berpengaruh pada bisnis. Tidak ada yang ingin

membeli makanan atau makan di tempat dengan reputasi jelek. Tidak ada orang yang

mau bekerja di tempat tersebut, sehingga akan menyebabkan keluar masuknya karyawan

yang tinggi.

Reputasi yang jelek dapat menimbulkan :

a. Bisnis Berkurang

b. Keuntungan yang rendah

c. Kelebihan yang mungkin

5. Sanitasi lingkungan perumahan dan kerja

Lingkungan kerja yang sehat sangat menentukan kenyamanan, produktivitas dan

prestasi kerja. Selain itu, pada kegiatan industri yang meproduksi produk tertentu seperti

makanan, minuman, jamu, obat, dan kosmetik menuntut kualitas sanitasi yang baik pada

lingkungan kerja, area produksi dan proses produksi. Adapun hotel, restoran atau rumah

makan, selain tuntutan sanitasi yang baik dalam lingkungan kerjanya juga tuntutan

sanitasi yang baik dalam pelayanan terhadap konsumen, seperti bedcover, meubeler,

peralatan makan, dapur, cara preparasi dan penyajian makanan-minuman, dan rest area.

Standarisasi pengetahuan dan praktek sanitasi sangat diperlukan untuk mencapai

kepuasan konsumen dan kualitas layanan yang optimal. Standar sanitasi yang baik dapat

diuji dengan metoda-metoda praktis melalui pengujian-pengujian yang dapat dilakukan

dengan cepat dan akurat terlebih karena saat ini produk-produk pengujian sanitasi

lingkungan telah tersedia dan mudah diperoleh.

Standar sanitasi tidak terlepas dari macam kegiatan yang dilakukan dan resiko-

resiko yang dapat ditimbulkan dari kondisi sanitasi tersebut. Kegiatan usaha berupa

industri makanan-minuman tentu akan berbeda dengan rumah sakit atau hotel dalam hal

standar sanitasi dan parameter yang digunakan.

6. Pengolahan air limbah keluarga

“Visit Indonesia” adalah semboyan yang beberapa tahun belakangan ini sering kita

lihat di televisi maupun spanduk di tengah keramaian kota. Keindahan alamnya membuat

negara ini dijuluki Zamrud Khatulistiwa, kita patut bangga terhadap kekayaan budaya

dan alam yang dimiliki oleh negara ini. Namun, ada satu hal yang luput dari perhatian

kita, yaitu masalah kebersihan. Tengok saja, sungai-sungai yang ada di Indonesia.

Tingkat pencemaran air sungai di berbagai daerah di Indonesia sangat tinggi.

Sepanjang tahun 2010 terjadi 79 kasus pencemaran lingkungan yang mencemari 65

sungai di Indonesia. Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan pencemaran

air di Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun, termasuk kerugian di

bidang pariwisata. Sungguh ironis sekali. Pemerintah telah berupaya membuat Indonesia

menjadi tempat pariwisata, namun kondisi lingkungan masih tidak mendukung. Apalagi,

sumber air untuk kebutuhan kita sehari-hari selama ini berasal dari sungai-sungai

tersebut.

Salah satu sumber pencemar terbesar sungai-sungai di Indonesia adalah limbah

rumah tangga (blackwater dan greywater). Greywater (limbah rumah tangga ringan)

berasal dari air bekas cucian peralatan rumah tangga, seperti peralatan makan, pakaian,

dll. Sedikitnya 1,3 juta meter kubik limbah cair rumah tangga dari 22 juta penduduk

Jabodetabek dialirkan ke sungai, belum termasuk penduduk di daerah perkotaan lain

(Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jakarta, 2010)

Di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta Timur dan Jakarta Utara, air

bersih sudah menjadi barang langka. Tidak hanya di Jakarta, kelangkaan air bersih

sekarang ini menjadi salah satu masalah di dunia. Kenaikan jumlah penduduk membuat

kebutuhan air semakin meningkat. Menurut National Water Company, rata-rata orang di

rumah menggunakan sekitar 1600 liter per hari untuk berbagai kebutuhan. Tiga

kebutuhan air terbesar dalam rumah tangga adalah untuk menyiram tanaman, mandi, dan

mencuci.

Dari sini muncul ide di kepala saya, kenapa kita tidak mengolah air limbah rumah

tangga (greywater) menjadi air bersih yang bisa dimanfaatkan kembali? Tentu banyak

masalah yang dapat teratasi, mulai dari masalah krisis air bersih, masalah lingkungan,

hingga masalah kerugian di bidang pariwisata.

Limbah rumah tangga mengandung bahan-bahan anorganik maupun organik,

seperti bakteri, bahan kimia yang apabila tidak diolah secara tepat dapat menjadi

penyebab penyakit disentri, tipus, kolera, dan lain-lain. Teknologi pengolahan air limbah

rumah tangga yang ada saat ini memerlukan beberapa tahapan agar mendapatkan air

bersih. Tempat pengolahan juga harus dikontrol dan dibersihkan secara berkala. Hal ini

membuat proses pengolahan menjadi tidak praktis. Oleh karena itu, teknologi yang cepat

dan efektif untuk pengolahan air limbah rumah tangga sangat diperlukan.

Salah satu teknologi yang dapat mengolah air limbah rumah tangga adalah

fotokatalisis. Teknologi ini melibatkan reaksi fotokimia oleh suatu katalis. Reaksi ini

mengakibatkan bahan kimia menjadi terurai sehingga menjadi senyawa yang tidak

berbahaya. Katalis yang digunakan, yaitu Titanium oksida (TiO2), hanya akan aktif

ketika terkena cahaya, termasuk cahaya matahari dan tergolong aman, murah, serta

ramah lingkungan karena bersifat non toksik. Karena menggunakan energi radiasi sinar

matahari, fotokatalisis termasuk teknologi hemat energi. Selain itu, tidak memerlukan

pengontrolan dan pembersihan tempat pengolahan secara berkala. Dengan demikian,

fotokatalisis merupakan teknologi yang cukup solutif untuk pengolahan greywater rumah

tangga.