91962-D

download 91962-D

of 122

description

gj

Transcript of 91962-D

  • 1

    FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI

    CORPORATE CUSTOMER CARE CENTER (C4) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk TAHUN 2009

    Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

    Masyarakat (SKM)

    Disusun oleh :

    DIAN NOURMAYANTI NIM : 105101003224

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1431 H/ 2010 M

  • 2

    lEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 5 Februari 2010

    Dian Nourmayanti

  • 3

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Januari 2010

    DIAN NOURMAYANTI, NIM : 105101003224

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI CORPORATE CUSTOMER CARE CENTER (C4) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk TAHUN 2009

    (xix+ 82 halaman, 11 tabel, 4 gambar, 1 grafik, 4 lampiran)

    ABSTRAKSI

    Kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. Gejala-gejala seseorang mengalami kelelahan mata antara lain nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata, pandangan kabur, pandangan ganda, sulit dalam memfokuskan penglihatan, mata perih, mata merah, mata berair, sakit kepala, dan pusing disertai mual. Penelitian yang dilakukan oleh Japanese Ministry of Health (2004) didapatkan bahwa 91,6 % operator komputer merasakan keluhan kelelahan mata. Berdasarkan penelitian pendahuluan di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, tahun 2009 diketahui bahwa dari 15 pekerja pengguna komputer terdapat 13 pekerja yang mengalami keluhan kelelahan mata.

    Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 51 pekerja customer service. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh masing-masing pekerja untuk mengetahui keluhan kelelahan mata secara subjektif dan karakteristik pekerja. Sedangkan kelainan refraksi, tingkat pencahayaan dan jarak monitor diukur secara langsung dengan menggunakan snellen chart, luxmeter, dan mistar. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel, sedangkan analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (usia, kelainan refraksi, istirahat mata, jarak monitor dan tingkat pencahayaan) terhadap variabeldependen (keluhan kelelahan mata).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja pengguna komputer mengalami keluhan kelelahan mata. Selain itu terdapat hubungan antara

  • 4

    usia dan tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009 dengan Pvalue 0,023 dan variabel tingkat pencahayaan memiliki nilai OR sebesar 30.00 sehingga dapat diketahui bahwa tingkat pencahayaan memiliki risiko 30 kali terhadap kejadian keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Faktor kelainan refraksi, istirahat mata, dan jarak monitor ternyata tidak menunjukkan adanya hubungan dengan keluhan kelelaha mata.

    Untuk mengurangi keluhan kelelahan mata pada pekerja, saran yang diajukan bagi perusahaan adalah memberikan penerangan sesuai dengan standar yang dianjurkan untuk ruangan kerja berkomputer yaitu sebesar 300 Lux dan melakukan pemeriksaan mata secara berkala bagi pekerja. Bagi pekerja, hindari penggunaan lensa kontak pada saat bekerja dengan komputer karena kelelahan mata akan lebih cepat terasa. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan pengukuran kelelahan mata secara objektif dengan menggunakan alat ukur tingkat kelelahan mata (reaction timer) dan meneliti variabel lain yang terkait dengan kelelahan mata dengan menggunakan desain studi case control.

    Daftar bacaan : 38 (1985 2008)

  • 5

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH Undergraduated Thesis, February 2010

    DIAN NOURMAYANTI, NIM : 105101003224

    FACTORS CORELATION WITH SYMPTOM OF EYESTRAIN IN COMPUTER USER AT CORPORATE CUSTOMER CARE CENTER (C4) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk OF YEAR 2010.

    (xix + 83 pages, 11 tables, 4 pictures, 1 graphic, 4 attachments)

    ABSTRACT

    According to Medical Sciences, eyestrain symptoms is caused by excessive efforts of the vision system in less than perfect conditions to get the sharpness of vision. The symptom of eyestrain are throbbing pain or felt around the eyes, blurred vision, double vision, difficult in focusing vision, giving hot/sore, red eyes, watery eyes, headache, nausea and dizziness. Japanese Ministry of Health (2004) found that the proportion of eyestrain symptoms felt by the computer operator is 91.6%. Based on preliminary study in Corporate Customer Care Center (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk, in year 2009 is known that 15 workers from computer users, there were 13 workers who eyestrain symptom.

    This quantitative research using cross-sectional research design. The sample in this study are 51 worker customer service. Researchs data obtained by using a questionnaire to determine eyestrain symptom and worker characteristics. Meanwhile, refraction disorder, lighting levels and the distance of monitor measured directly by using snellen chart, luxmeter, and ruler. Univariate analysis performed to describe of each variable, whereas the bivariate analysis is done using the chi-square test to determine the corelation between the independent variables (age, refraction disorder, eye rest, the distance of monitor and illumination level) and the dependent variable (eyestrain symptom).

    The results showed that the majority of computer users eyestrain symptom. In addition there is a corelation between age and illumination level with eyestrain symptom of computer users in Corporate Customer Care Center (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk in 2009 with Pvalue 0.023 and OR value of illumination level is 30.00, that can be seen that the level of illumination has 30 times the risk for eyestrain symptom on a computer user at C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. There is no corelation between the other variable with eyestrain symptom.

  • 6

    To reduce eyestrain symptom, the proposed suggestions for the company is providing complying illumination standard for computer user as 300 Lux and conduct periodic eye examinations for workers. For workers, avoid wearing contact lenses. As for further research are expected to to objective measurement such as reaction timer and examined other variables corelation with eyestrain symptom by using cohort study design.

    References : 38 (1985 2008)

  • 7

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Skripsi Dengan Judul

    FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PENGGUNA KOMPUTER

    DI CORPORATE CUSTOMER CARE CENTER (C4) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk TAHUN 2009

    Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Jakarta, 5 Februari 2010

    Iting Shofwati, ST, MKKK Catur Rosidati, SKM, MKM Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

  • 8

    PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Jakarta, 5 Februari 2010

    Ketua

    (Iting Shofwati, ST, MKKK)

    Anggota I

    (Catur Rosidati, SKM, MKM)

    Anggota II

    (Selamat Riyadi, SKM, MKKK )

  • 9

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Dian Nourmayanti TTL : Jakarta, 20 Maret 1987 Jenis Kelamin : Perempuan Status : Belum Menikah Agama : Islam Telepon : 085692552003/021-98576354 Alamat : Jl. Pinding No.25 RT 0014/01 Cipedak Jagakarsa Jak-Sel E-mail : [email protected]

    PENDIDIKAN FORMAL

    2005 2009 : Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2002 2005 : SMU Negeri 97 Jakarta 1999 2002 : SLTP Negeri 131 Jakarta 1993 1999 : SDN 05 Cipedak

    PENGALAMAN ORGANISASI

    2008 2009 : Anggota Forum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006 2007 : Sekretaris Saman Dance Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006 2007 : Anggota BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    PENGALAMAN DAN PELATIHAN

    2009 : Magang di PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan Indramayu Jawa Barat 2008 : Pelatihan Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001:2007 2008 : Pelatihan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:200

  • 10

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas hidayah, kasih sayang dan segala nikmat yang Ia berikan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer Di Corporate Customer Care Centre (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009.

    Skripsi ini disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Penyusunan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan semangat. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

    1. Keluarga tercinta, Bapak Cepi, Mama Eti, Ade Sari, Wahyu, yang telah

    memberikan doa, semangat, dan pengertian yang luar biasa kepada kaka. Kepada Nyai tersayang..terimakasi untuk setiap aliran doa yang tiada henti untuk keselamatan dan keberhasilan kaka, semoga nyai cepet sembuh, amin. Ce May beserta dua jagoan ciliknya Kiki dan Syahna yang selalu menghibur disaat semangat kaka mulai berkurang, serta segenap keluarga besar Alm. H. Abd. Manan yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada kaka.

    2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

  • 11

    3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Bu Iting dan Bu Catur selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran.

    5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    6. Pak Bambang, Pak Daud, Pak Taufan serta seluruh staf dan karyawan Corporate Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan skripsi di C4

    Jakarta.

    7. Averroes seorangmakasi ay untuk semuanya *^.^*

    8. Sahabat-sahabat tersayang Lea, Fina, Juniar, Gita dan Arini yang selalu setia setiap saat ;) aku ada karena kalian ada ^.^

    9. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2005, Semangaaatttttt!!!!!!!!.

    10. Sebuah kisah klasik untuk masa depanAzelia, Barki, Syaichu, Akmal, Agus, Indra.makasi untuk kebersamaannya selama ini dan selamanya.

    11. Keluarga Pd. Ranggon, Depok, Kedaung, Pamulang, Bandung, Indramayu yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan perjuangan ini.

    12. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah membantu proses penyusunan laporan skripsi ini.

    Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

  • 12

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................i ABSTRAKSI.............................................................................................. ii ABSTRACT ...............................................................................................iv PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................vi DAFTAR PANITIA SIDANG.................................................................. vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................viii KATA PENGANTAR................................................................................ix DAFTAR ISI ..............................................................................................xi DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR................................................................................ xvii DAFTAR GRAFIK..................................................................................xviii DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................xix

    BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1 1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 5 1.3 Pertanyaan Penelitian............................................................................. 6 1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................... 7

    1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................... 7 1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 7

    1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 9 1.5.1 Bagi Perusahaan............................................................................ 9 1.5.2 Bagi Peneliti Lain.......................................................................... 9 1.5.3 Bagi Program Strata I K3 FKIK UIN............................................. 9

    1.6 Ruang Lingkup ...................................................................................... 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11 2.1 Kelelahan Mata..................................................................................... 11

  • 13

    2.2 Sifat Melihat (visibilitas)....................................................................... 15 2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kelelahan Mata............................................... 16

    2.3.1 Faktor Karakteristik Pekerja ......................................................... 16 2.3.2 Faktor Karakteristik Pekerjaan ..................................................... 22 2.3.3 Faktor Perangkat Kerja................................................................. 24 2.3.4 Faktor Lingkungan Kerja.............................................................. 26

    2.4 Ergonomi Bekerja Dengan Komputer Desktop...................................... 31 2.4.1 Monitor ........................................................................................ 32 2.4.2 Kursi ............................................................................................ 33 2.4.3 Meja Komputer ............................................................................ 33 2.4.4 Keyboard dan Mouse .................................................................... 34

    2.5 Kerangka Teori ..................................................................................... 34

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL..... 36 3.1 Kerangka Konsep.................................................................................. 36 3.2 Definisi Operasional ............................................................................ 38 3.3 Hipotesis............................................................................................... 41

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN................................................. 42 4.1 Desain Penelitian .................................................................................. 42

    4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 42 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................. 42 4.4 Instrumen Penelitian ............................................................................. 44

    4.5 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 45 4.6 Pengolahan Data ................................................................................... 46 4.7 Analisis Data ........................................................................................ 48

    BAB V HASIL........................................................................................... 50 5.1 Profil Perusahaan .................................................................................. 50

    5.1.1 Profil PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk..................................... 50

  • 14

    5.1.2 Visi dan Misi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ........................ 52 5.1.3 Lima Pilar Bisnis PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk................... 52 5.1.4 Corporate Customer Care Center (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.............................................................................. 53

    5.2 Gambaran Kondisi Lingkungan Kerja ................................................... 54 5.3 Analisis Univariat ................................................................................. 55

    5.3.1 Gambaran Keluahan Kelelahan Mata............................................ 55 5.3.2 Gambaran Jenis Keluhan Kelelahan Mata.................................... 55 5.3.3 Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan mata............................................................................. 57

    5.4 Analisis Bivariat ................................................................................... 59 5.4.1 Hubungan antara Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata............... 59 5.4.2 Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan Kelelahan Mata ............................................................................ 60 5.4.3 Hubungan antara Istirahat Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata ............................................................................ 61 5.4.4 Hubungan antara Jarak Monitor dengan Keluahan Kelelahan Mata ............................................................................ 61 5.4.5 Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan Mata ............................................................................ 62

    BAB VI PEMBAHASAN.......................................................................... 64 6.1 Keterbatasan Penelitian......................................................................... 64 6.2 Keluhan Kelelahan Mata....................................................................... 64 6.3 Hubungan antara Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata ....................... 67 6.4 Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan Kelelahan Mata..................................................................................... 68 6.5 Hubungan antara Istirahat Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata ......... 70 6.6 Hubungan antara Jarak Monitor dengan Keluahan Kelelahan Mata ....... 72

  • 15

    6.7 Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan Mata..................................................................................... 74

    BAB VII PENUTUP ................................................................................. 78 7.1 Simpulan............................................................................................... 78 7.2 Saran..................................................................................................... 79

    DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 81 LAMPIRAN

  • 16

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Derajat Visibilitas........................................................................ 16 Tabel 2.2 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja...................................... 28 Tabel 2.3 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer....................................................................... 29 Tabel 2.4 Nilai Ambang Batas Cuaca Kerja ................................................ 31 Tabel 5.1 Gambaran Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009 ......................... 55 Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009................................................................................. 57 Tabel 5.3 Analisis Hubungan antara usia dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009................................................................................. 59 Tabel 5.4 Analisis Hubunga antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009................................................................................. 60 Tabel 5.5 Analisis Hubunga antara Istirahat Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009................................................................................. 61 Tabel 5.6 Analisis Hubunga antara Jarak Monitor dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate

  • 17

    Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009................................................................................. 61 Tabel 5.7 Analisis Hubunga antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009................................................................................. 62

  • 18

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Ergonomi Kerja dengan Komputer Desktop............................. 32 Gambar 2.2 Kerangka Teori........................................................................ 35 Gambar 2.3 Kerangka Konsep .................................................................... 37 Gambar 6.1 Kacamata Khusus Komputer (anti-glare glassess) ................... 70

  • 19

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 5.1 Distribusi Jenis Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009 ........................ 56

  • 20

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Surat Pernyataan Persetujuan Penelitian Lampiran 2 : Kuesioner

    Lampiran 3 : Hasil uji statistik univariat Lampiran 4 : Hasil uji statistik bivariat

  • 21

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya

    berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk

    memperoleh ketajaman penglihatan. Sedangkan menurut Trevino Pakasi (1999) kelelahan

    mata adalah suatu kondisi subjektif yang disebabkan oleh penggunaan otot mata secara

    berlebihan. Mata lelah, tegang atau pegal adalah gangguan yang dialami mata karena otot-

    ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka

    waktu lama. Otot mata sendiri terdiri dari tiga sel-sel otot eksternal yang mengatur gerakan

    bola mata, otot ciliary yang berfungsi memfokuskan lensa mata dan otot iris yang mengatur

    sinar yang masuk ke dalam mata. Semua aktifitas yang berhubungan dengan pemaksaan otot-

    otot tersebut untuk bekerja keras bisa membuat mata lelah. Gejala mata terasa pegal biasanya

    akan muncul setelah beberapa jam kerja. Pada saat otot mata menjadi letih, mata akan

    menjadi tidak nyaman atau sakit. Sedangkan menurut Sumamur (1991) dalam Henny (2001)

    kelelahan mata mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap

    otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina

    sebagai akibat ketidaktepatan kontras.

    Gejala kelelahan mata dibagi menjadi tiga yaitu gejala visual seperti penglihatan

    rangkap, gejala okular seperti nyeri pada kedua mata, dan gejala referral seperti mual dan

  • 22

    sakit kepala (Trevino Pakasi, 1999). Kelelahan mata dapat menimbulkan gangguan fisik

    seperti sakit kepala, penglihatan seolah ganda, penglihatan silau terhadap cahaya di waktu

    malam, mata merah, radang pada selaput mata, berkurangnya ketajaman penglihatan, dan

    berbagai masalah penglihatan lainnya. Dampak lain dari kelelahan mata di dunia kerja adalah

    hilangnya produktivitas, meningkatnya angka kecelakaan, dan terjadinya keluhan-keluhan

    penglihatan (Taylor & Francis, 1997). Menurut Departemen Kesehatan kelelahan mata dapat

    menyebabkan iritasi seperti mata berair, dan kelopak mata berwarna merah, penglihatan

    rangkap, sakit kepala, ketajaman mata merosot, dan kekuatan konvergensi serta akomodasi

    menurun (Depkes, 1990).

    Kelelahan mata sering terjadi pada pekerja yang menggunakan komputer dalam

    melakukan aktifitas pekerjaannya sehari-hari. Gangguan penglihatan yang disebabkan karena

    penggunaan komputer, oleh The American Optometric Association dinamakan Komputer

    Vision Syndrome (CVS) yaitu suatu gejala yang dapat menyebabkan berbagai keluhan antara

    lain mata lelah dan kering, sakit kepala, pandangan buram, dan sensitif terhadap cahaya

    (Fauzi, 2006). Sedangkan menurut Pheasant (1990) gejala-gejala seseorang mengalami

    kelelahan mata antara lain nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata, pandangan kabur,

    pandangan ganda, sulit dalam memfokuskan penglihatan, mata perih, mata merah, mata

    berair, sakit kepala, dan pusing disetai mual.

    Faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan mata menurut Occupational Health and

    Safety Unit Universitas Quessland adalah faktor perangkat kerja (ukuran objek pada layar dan

    tampilan layar), lingkungan kerja (cahaya monitor, pencahayaan ruangan, suhu udara), desain

    kerja (karakteristik dokumen, durasi kerja) dan karakteristik individu (riwayat penyakit).

    Kelelahan mata menurut Trevino Pakasi (1999) dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

    eksternal. Faktor internal dapat diklasifikasikan menjadi faktor okular dan sistemik.

  • 23

    Sedangkan untuk faktor eksternal dipengaruhi oleh tingkat pencahyaan dan distribusi

    penyebaran cahaya di area kerja. Gejala visual menurut OSHA juga dapat diakibatkan dari

    pencahayaan yang tidak sesuai, cahaya yang silau dari monitor, ukuran objek dari layar

    monitor yang sulit dibaca, dan pola istirahat mata (OSHA, 1997). Usia pekerja menurut

    Guyton (1991) juga memperngaruhi kelelahan mata. North (1993) menyebutkan bahwa

    faktor yang mempengaruhi kinerja visual antara lain kemampuan individual itu sendiri, jarak

    penglihatan ke objek, pencahayaan, durasi, ukuran objek, kesilauan, dan kekontrasan.

    Penggunaan komputer di seluruh dunia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.

    Dengan adanya komputer, pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat. Namun

    penggunaan komputer juga memberikan efek terhadap kesehatan. Penggunaan komputer

    dapat menimbulkan stress, seperti yang ditemukan NIOSH (The National Institute of

    Occupational Safety and Health). NIOSH menemukan bahwa operator komputer memiliki

    tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan lain (Djunaedi, 2003)

    Pada berbagai penelitian yang dilakukan di United States, didapatkan bahwa

    Komputer Vision Syndrome (CVS) atau kelelahan mata ditemukan berkaitan dengan

    penggunaan monitor atau Video Display Terminal (VDT) secara terus menerus. Data menurut

    EyeCare Technology (1995) dalam Endit (2003) didapatkan bahwa terdapat 60 juta orang

    yang menderita gangguan penglihatan karena menggunakan Video Display Terminal (VDT)

    untuk penggunaan 3 jam atau lebih dalam sehari. Sedangkan menurut NIOSH, dilaporkan

    bahwa 88% orang yang berinteraksi dengan komputer lebih dari 3 jam per hari akan

    mengalami gangguan kelelahan mata.

    Manager Pelayanan Profesional dari Asosiasi Optometris Australia

    menyatakan bahwa kelelahan mata, masalah penglihatan, dan kesehatan mata

  • 24

    semakin memburuk selama kita meneruskan bekerja dengan jam kerja panjang dan

    bergantung pada komputer. Kelompok pekerja kantor merupakan salah satu bagian

    dari kategori resiko tertinggi kelelahan mata, beberapa studi mengindikasikan bahwa

    3548% dari pekerja kantor mederita problema tersebut (Robinson, 2003 dalam Hana

    2008). Penelitian yang dilakukan oleh Japanese Ministry of Health (2004) juga

    didapatkan bahwa proporsi keluhan kelelahan mata yang dirasakan oleh operator

    komputer sebesar 91,6%.

    Di Indonesia kelelahan mata merupakan salah satu gejala yang sering

    ditemukan karena adanya interaksi mata secara terus menerus dengan penggunaan

    komputer. Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit X pada tahun 2004

    didapatkan angka prevalensi kelelahan mata pada pekerja komputer sebesar 95,8%

    (Fauziah, 2004). Penggunaan komputer yang dilakukan secara lama akan membuat

    mata lelah dan kering karena mata terus digunakan untuk melihat layar monitor.

    Untuk mencegah hal tersebut kita perlu memperhatikan visual ergonomic dalam

    menggunakan komputer seperti jarak mata dengan layar monitor, pencahayaan

    ruangan serta posisi monitor terhadap mata agar pekerja mendapatkan kenyamanan

    pandangan (visual comfort) saat melakukan pekerjaannya.

    PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara

    (BUMN), merupakan industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa komunikasi

    untuk dalam negeri. Salah satu sub.divisinya adalah Corporate Customer Care

    Center (C4), yaitu perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi untuk

    menangani dan mengkoordinasikan gangguan pelanggan Corpotare yang memakai

    produk Telkom. Dalam melakukan penanganan gangguan yang terjadi pada layanan

  • 25

    Telkom, pekerja sangat bergantung pada komputer dengan pemakaian waktu yang

    cukup lama dan terus menerus sehingga dapat menimbulkan konsekuensi negatif

    pada kesehatan tubuh terutama kesehatan mata. Berdasarkan informasi dari kalangan

    manajemen, hingga saat ini belum pernah dilakukan suatu kegiatan penelitian

    terhadap kesehatan pekerja yang berhubungan dengan terjadinya gangguan kesehatan

    mata, terutama kelelahan mata pada pengguna komputer. Untuk itu, peneliti tertarik

    melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan

    kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center

    (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Desember

    tahun 2009 diketahui bahwa pada 15 pekerja yang menggunakan komputer di

    Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk,

    didapatkan 13 pekerja (86%) menyatakan mengalami keluhan kelelahan mata.

    Berdasarkan teori dan data-data di atas, terdapat risiko gangguan kelelahan mata

    akibat penggunaan komputer. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian

    mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada

    pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi

    Indonesia, Tbk tahun 2009.

    1.3 Pertanyaan Penelitian

  • 26

    1. Bagaimana gambaran keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di

    Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?

    2. Bagaimana gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, dan istirahat

    mata) pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.

    Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?

    3. Bagaimana gambaran faktor perangkat kerja yaitu jarak monitor pada pekerja pengguna

    komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

    tahun 2009?

    4. Bagaimana gambaran faktor lingkungan kerja yaitu tingkat pencahayaan di Corporate

    Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?

    5. Apakah faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, dan istirahat mata)

    berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di

    Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?

    6. Apakah faktor perangkat kerja yaitu jarak monitor berhubungan dengan keluhan

    kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center

    (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?

    7. Apakah faktor lingkungan kerja yaitu tingkat pencahayaan berhubungan dengan keluhan

    kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center

    (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?

    1.4 Tujuan Penelitian

    1.4.1 Tujuan Umum

  • 27

    Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata

    pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4)

    PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.

    1.4.2 Tujuan Khusus

    1. Diketahuinya gambaran keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer

    di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

    tahun 2009.

    2. Diketahuinya gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, dan

    istirahat mata) pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care

    Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.

    3. Diketahuinya gambaran faktor perangkat kerja yaitu jarak monitor pada pekerja

    pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.

    Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.

    4. Diketahuinya gambaran faktor lingkungan kerja yaitu tingkat pencahayaan di

    Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun

    2009.

    5. Diketahuinya hubungan faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, dan

    istirahat mata) dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer

    di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

    tahun 2009.

    6. Diketahuinya hubungan faktor perangkat kerja yaitu jarak monitor dengan

    keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer

    Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.

  • 28

    7. Diketahuinya hubungan faktor lingkungan kerja yaitu tingkat pencahayaan dengan

    keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer

    Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.

    1.5 Manfaat Penelitian

    1.5.1 Bagi Perusahaan

    Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan

    mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan keluhan kelelahan

    mata pada pekerja sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan agar pekerja

    merasa nyaman dengan pekerjaannya.

    1.5.2 Bagi Peneliti Lain

    Hasil dari penelitian diharapkan dapat berguna sebagai referensi dan informasi

    tentang hal-hal yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata.

    1.5.3 Bagi Program Strata I K3 FKIK UIN

  • 29

    Hasil penelitian dapat dijadikan referensi mengenai faktor-faktor yang

    berhubungan dengan keluhan kelelalahan mata untuk mahasiswa peminatan

    Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

    1.6 Ruang Lingkup

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keluhan kelelahan mata pada

    pekerja pengguna komputer ditinjau dari karakteristik pekerja, perangkat kerja dan

    lingkungan kerja. Penelitian ini perlu dilakukan karena sebagian besar pekerja setiap

    harinya bekerja dengan menggunakan alat bantu komputer sehingga pekerja tidak

    lepas dari risiko terjadinya kelelahan mata. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Sasaran penelitian adalah pekerja pengguna komputer di

    Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun

    2009. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Januari

    2010. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross

    sectional. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

    diperoleh dengan cara pengisian kuesioner, pemeriksaan refraksi mata, pengukuran

    jarak monitor dan pengukuran tingkat pencahayaan. Sedangkan sumber data sekunder

    yaitu data profil Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi

    Indonesia, Tbk beserta jumlah karyawan.

  • 30

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kelelahan Mata

    Kelelahan mata atau astenopia menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang

    diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi

    kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. Menurut Trevino Pakasi

    (1999) kelelahan mata adalah suatu kondisi subjektif yang disebabkan oleh

    penggunaan otot mata secara berlebihan. Sedangkan menurut Sumamur (1991)

    dalam Henny (2001) kelelahan mata mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-

    fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu

    pengamatan secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat ketidak tepatan kontras.

    Kelelahan mata disebabkan oleh stress yang terjadi pada fungsi penglihatan.

    Stress pada otot akomodasi dapat terjadi pada saat seseorang berupaya untuk melihat

    pada obyek berukuran kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama. Pada

    kondisi demikian, otot-otot mata akan bekerja secara terus menerus dan lebih

    dipaksakan. Ketegangan otot-otot pengakomodasi (otot-otot siliar) makin besar

    sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan

    mata, stress pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam

    lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang cukup lama.

    Kelelahan mata dapat menimbulkan gangguan fisik seperti sakit kepala,

    penglihatan seolah ganda, penglihatan silau terhadap cahaya di waktu malam, mata

  • 31

    merah, radang pada selaput mata, berkurangnya ketajaman penglihatan, dan berbagai

    masalah penglihatan lainnya. Terjadinya kelelahan otot mata dan kelelahan saraf mata

    sebagai akibat tegangan yang terus menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan

    kerusakan mata secara permanen, tetapi menambah beban kerja, mempercepat lelah,

    sering istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi kepuasan kerja, penurunan

    mutu produksi, meningkatkan frekuensi kesalahan, mengganggu konsentrasi dan

    menurunkan produktivitas kerja (Pheasant 1993 dalam Padmanaba 2006). Dampak

    lain dari kelelahan mata di dunia kerja adalah hilangnya produktivitas, meningkatnya

    angka kecelakaan, dan terjadinya keluhan-keluhan penglihatan (Taylor & Francis,

    1997). Menurut Departemen Kesehatan kelelahan mata dapat menyebabkan iritasi

    seperti mata berair, dan kelopak mata berwarna merah, penglihatan rangkap, sakit

    kepala, ketajaman mata merosot, dan kekuatan konvergensi dan akomodasi menurun

    (Depkes, 1990).

    Menurut Pheasant (1990) gejala-gejala seseorang mengalami kelelahan mata antara lain:

    1. Nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata

    2. Pandangan kabur

    3. Pandangan ganda

    4. Sulit dalam memfokuskan penglihatan

    5. Mata perih

    6. Mata merah

    7. Mata berair

    8. Sakit kepala, dan

  • 32

    9. Pusing disetai mual.

    Tanda-tanda tersebut di atas terjadi bila iluminasi tempat kerja berkurang dan

    pekerja yang bersangkutan menderita kelainan reflaksi mata yang tidak dikoreksi.

    Bila persepsi visual mengalami stress yang hebat tanpa disertai efek lokal pada otot

    akomodasi atau retina maka keadaan ini akan menimbulkan kelelahan saraf. General

    Nervus Fatique ini terutama akan terjadi bila pekerjaan yang dilakukan seseorang

    memerlukan konsentrasi, kontrol otot dan gerakan gerakan yang sangat tepat (Ilyas,

    1991).

    Pengguna komputer dalam waktu lama beresiko terkena astenopia atau lelah

    mata. Menurut dr Edi Supiandi Affandi SpM dari Bagian Ilmu Penyakit Mata FKUI

    keluhan penderita astenopia antara lain mata tak nyaman, iritasi, panas, sakit, cepat

    lelah, mengantuk, merah dan berair. Penglihatan mata terasa buram, ganda,

    kemampuan melihat warna menurun. Gejala itu diikuti sakit kepala, bahu, punggung

    dan pinggang, vertigo serta kembung (Fauzi, 2006). Pheasant (1991) menyebutkan

    bahwa pekerja yang bekerja menggunakan komputer secara berulang-ulang dan terus

    menerus memiliki prevalensi 70-90% menderita kelelahan mata dibandingkan dengan

    pekerja yang tidak menggunakan komputer yaitu hanya 45% yang mengalami

    kelelahan mata.

    Astenopia banyak dijumpai pada pemakai kacamata, membaca dekat dan

    terus-menerus lebih dari dua jam. Terutama di ruangan yang pencahayaannya kurang

    dari 200 lux. Pada pengguna komputer astenopia terjadi karena kelelahan mata akibat

    memusatkan pandangan pada komputer di mana obyek yang dilihat terlalu kecil,

  • 33

    kurang terang, bergerak dan bergetar. Mata yang berkonsentrasi kurang berkedip,

    sehingga penguapan air mata meningkat dan mata menjadi kering (Fauzi, 2006). Ada beberapa cara untuk mengurangi kelelahan mata, seperti perbaikan kontras, cara

    ini paling mudah dan paling sederhana, serta dilakukan dengan memilih latar penglihatan

    yang tepat. Cara berikutnya dengan meninggikan intensitas penerangan. Biasanya penerangan

    harus sekurang-kurangnya dua kali dibesarkan. Dalam berbagai hal, masih perlu dipakai

    lampu-lampu di daerah kerja untuk lebih memudahkan penglihatan. Cara terakhir adalah

    pemindahan tenaga kerja dengan visus yang setinggi-tingginya. Kerja malam harus

    dikerjakan oleh tenaga kerja berusia muda, yang apabila usianya bertambah, dapat

    dipindahkan kepada pekerjaan yang kurang diperlukan ketelitian (Sumamur 1995).

    Sedangkan untuk mengurangi munculnya kelelahan mata akibat penggunaan

    komputer, (Anshel, 1996 dalam Swamardika 2001) menganjurkan untuk melakukan

    3B yaitu Blink, Breat, dan Break. Adapun penjelasan dari 3B adalah sebagai

    berikut :

    1. Blink yaitu mengedipkan mata, dalam keadaan normal dalam satu menit mata

    akan mengedip 12-15 kali. Frekuensi mengedip akan bertambah bila dalam

    keadaan gembira, terangsang, berbicara, melakukan aktivitas fisik. Frekuensi

    berkurang bila sedang membaca, berfikir, dan sedang konsentrasi dalam

    pekerjaan. Melihat tanpa berkedip akan melelahkan mata. Dengan berkedip mata

    akan beristirahat walaupun hanya sesaat dan akan terjadi proses pembersihan

    mata serta proses pembasahan ulang pada mata sehingga penglihatan akan tetap

    jelas. Oleh karena proses mengedip ini merupakan proses yang otomatis maka

    pada tahap awal harus tetap disadari bahwa mengedip adalah penting.

  • 34

    2. Breath yaitu benafas. Apabila dalam keadaan stress, ada tendensi untuk menahan

    nafas. Keadaan ini akan menyebabkan otot-otot menjadi tegang tanpa disadari.

    Bernafas secara benar dan teratur akan menyebabkan relaksasi otot termasuk otot

    mata.

    3. Break yaitu istirahat. Apabila pekerjaan di komputer memerlukan konsentrasi

    yang tinggi maka diperlukan adanya istirahat singkat untuk memberikan waktu

    pemulihan.

    2.2 Sifat Melihat (Visibilitas)

    Mata dapat melihat sesuatu kalau mendapatkan rangsangan dari gelombang

    cahaya dan sebaliknya benda disekitar kita dapat terlihat apabila memancarkan

    cahaya, baik cahaya dari benda tersebut maupun dari cahaya pantulan yang datang

    dari sumber cahaya lain yang mengenai benda tersebut.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi visibilitas antara lain : ukuran obyek,

    luminensi, kontras antar obyek sekitar dan lamanya waktu melihat. Pada ruang

    lingkup pekerjaan, faktor yang mempengaruhi visibilitas itu sendiri merupakan

    kombinasi untuk dapat melihat dan mengenal benda-benda dengan jelas. Tidak semua

    benda yang dapat dilihat akan sama jelasnya (equal visible). Suatu hal yang perlu

    diperhatikan adalah ada yang bisa melihat dengan mudah dan cepat, ada yang

    berusaha dengan keras, sedangkan yang lainnya tidak terlihat sama sekali (Ahmad

    Sujudi, 1999).

    Tabel 2.1 Derajat Visibilitas

  • 35

    No. Perbandingan Ukuran (Size Ratio) Visibilitas 1. 2,5 atau lebih Melihat dengan mudah

    2. 1 2,5 Perlu upaya kontinyu

    3. Kurang dari 1 Tidak terlihat Sumber : Sumamur PK (1996)

    2.3 Faktor Penyebab Kelelahan Mata

    2.3.1 Faktor Karakteristik Pekerja

    1. Usia

    Daya akomodasi mata adalah kemampuan lensa mata untuk menebal

    (cembung) atau menipis (pipih) sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar

    bayangan jatuh tepat di retina. Titik terdekat yang dapat dilihat dengan jelas oleh

    mata dengan berakomodasi maksimum disebut titik dekat mata atau punctum

    proximum. Titik terjauh yang dapat dilihat jelas oleh mata dengan tidak

    berakomodasi disebut titik jauh mata atau punctum remotum.

    Adanya cahaya ekstra pada pekerjaan akan meningkatkan kejataman

    sehingga menyebabkan pupil berkontraksi, mengurangi celah-celah lensa dan

    mengubahnya menjadi lebih lebar untuk penyesuaiannya. Berkurangnya

    kemampuan akomodasi dan kekurangan-kekurangan lain pada mata dapat

    diperbaiki dengan bantuan kacamata, tetapi gangguan ini akan berkembang lebih

    luas lagi dengan adanya kacamata. Oleh karena itu, penting untuk menguji

    penglihatan manusia yang bekerja karena penglihatan yang baik adalah hal yang

    penting.

  • 36

    Dalam banyak hal dimana operator komputer yang telah mengeluh karena

    ketidak-nyamanan pada mata mereka, berdasarkan tes yang telah diujikan,

    diketahui bahwa ada cacat pada mata mereka. Hal ini ternyata juga sudah diduga

    dan dari beberapa bukti menunjukkan bahwa penerimaan dari keadaan yang

    buruk pada operator-operator tersebut sangat mungkin adalah suatu hasil dari

    usaha-usaha untuk menekan keburukan pada penglihatan.

    Orang-orang menggunakan lensa-lensa bifocal jika sedang menggunakan

    layar komputer. Kacamata tersebut dapat dipakai melihat jarak jauh dan jarak

    dekat. Untuk mereka, kacamata itu akan lebih baik dipakai, dengan lensa

    sederhana yang didesain untuk jangkauan layar monitor. (Nurmianto, 2004).

    Guyton (1991) juga menjelaskan bahwa semakin tua seseorang, lensa

    semakin kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan

    otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Daya akomodasi

    menurun pada usia 4550 tahun. Hal ini disebabkan setiap tahun lensa semakin

    berkurang kelenturannya dan kehilangan kemampuan untuk menyesuaikan diri.

    Sebaliknya semakin muda seseorang, kebutuhan cahaya akan lebih sedikit

    dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami

    kelelahan mata lebih sedikit.

    2. Kelainan Refraksi

    Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada

    retina. Secara umum, terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata

    sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada

    retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu

  • 37

    titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan

    kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.

    Penderita kelainan refraksi biasanya mengalami keluhan sakit kepala terutama di

    daerah tengkuk atau dahi, mata berair, cepat mengantuk, mata terasa pedas, pegal

    pada bola mata, dan penglihatan kabur.

    Otot-otot yang berperan pada proses pemusatan penglihatan bisa menjadi

    penyebab kelelahan mata (astenopia) bila orang dengan kelainan refraksi tidak

    menggunakan kacamata. Apabila matanya minus sekaligus silindris, maka

    kemungkinan pertambahan jumlah minusnya lebih besar. Bila kacamatanya

    dipakai, mata akan lebih rileks dan fokusnya tidak terlalu kuat, sehingga otot-otot

    tersebut tidak bekerja terlalu keras untuk melihat layar komputer yang rata-rata

    hurufnya sangat kecil. Lamanya penggunaan komputer merupakan faktor yang

    menentukan. Penggunaan komputer yang dianjurkan adalah tidak lebih dari empat

    jam sehari. Bila lebih dari waktu tersebut, mata cenderung mengalami refraksi.

    Seandainya penggunaan dalam tempo lebih dari empat jam itu tak bisa dihindari,

    frekuensi istirahatnya harus lebih sering (Ilyas, 1991).

    Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga

    pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak

    pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun

    jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmatisma. (Ilyas, 1991).

    Sebuah penelitian di Amerika Serikat menganjurkan untuk menghindari

    penggunaan lensa kontak atau kacamata saat bekerja di depan komputer. Jika

  • 38

    operator komputer menggunakan lensa kontak, kelelahan mata akan lebih cepat

    terasa. Hal ini dapat terjadi karena mata yang dalam keadaan memfokuskan layar

    monitor akan jarang berkedip, sehingga bola mata cepat menjadi kering. Bola

    mata yang kering menyebabkan timbulnya gesekan antara lensa dan kelopak

    mata. Ruang berpendingin (AC) akan lebih memperparah gesekan tersebut,

    karena udara ruangan ber-AC akan kering, sehingga air mata akan ikut menguap.

    Bagi pengguna kacamata, gunakanlah kacamata khusus seperti yang

    dianjurkan oleh ahli masalah mata (Optometrist) Dr. Jay Schlanger mengatakan

    beberapa perusahaan kini mulai membuat lensa yang bagian atasnya dirancang

    untuk melihat komputer, dan bagian bawahnya untuk membaca. Penggunaan

    kacamata anti radiasi juga dapat membantu memberikan filter bagi radiasi yang

    masuk ke dalam mata selama berinteraksi dengan komputer. Selain bisa dibawa

    kemanapun kita bekerja, kacamata ini tak hanya berguna saat kita bekerja di

    depan monitor, namun juga melindungi mata dari cahaya lampu mobil, radiasi

    TV, dan sebagainya. Faktanya lapisan anti-radiasi pada kacamata tersebut,

    sangat berguna bagi mata kita karena lapisan tersebut secara otomatis

    mengurangi efek nyeri di mata akibat radiasi cahaya berlebih (Fauzi, 2006).

    Pengguna lensa kontak juga punya solusi, yaitu dengan mengganti lensa

    kontak generasi baru yang terbuat dari silikon hydrogel. Silikon jenis ini

    memungkinkan daya transmisi oksigen yang lebih tinggi dibanding jenis lain.

    Penggunaan lapisan antirefleksi pada kacamata di beberapa negara maju telah

    diteliti mampu mengurangi kelelahan mata. Penggunaan lensa kontak dapat

  • 39

    menimbulkan sindrom mata kering. Penelitian menunjukkan bahwa 48% para

    pekerja kantor mengalami sindrom mata kering. (Anies, 2005).

    3. Istirahat Mata

    Menurut NIOSH, disebutkan bahwa kondisi kerja sangat berperan

    terhadap gangguan kesehatan pekerja, dan dapat mempengaruhi secara langsung

    terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja termasuk beban kerja, waktu kerja

    yang lama dan kurangnya istirahat. NIOSH juga menjelaskan bahwa keluhan

    mata berkurang secara bermakna pada pekerja yang mengambil 5 menit istirahat

    selama 4 kali sepanjang waktu bekerja mereka tanpa menurunkan produktivitas

    kerja. Beristirahatlah sekitar 2-3 menit setiap 1520 menit bekerja di depan

    komputer, atau 5 menit istirahat setelah bekerja selama 30 menit,atau 10 menit

    istirahat untuk 1 jam berkutat dengan komputer dan seterusnya. Sumamur (1999)

    berpendapat bahwa istirahat yang pendek tetapi sering atau banyak adalah lebih

    baik daripada satu kali istirahat dengan durasi yang panjang. Karena sebenarnya

    pengaturan waktu istirahat yang tepat akan berpengaruh positif terhadap tingkat

    produktivitas pekerja.

    Pendapat tersebut juga diperkuat oleh David L. Goetsch (2002) yang

    mengatakan bahwa opetator komputer seharusnya melakukan banyak istirahat-

    istirahat pendek namun sering dan teratur, selain itu juga disarankan pekerja atau

    operator tersebut tidak terus menerus berhadapan dengan komputer tetapi

    diselingi dengan melakukan pekerjaan yang tidak menggunakan komputer.

    Istirahat mata bagi seseorang operator komputer memang sangat

    diperlukan, karena mengingat bahwa mata operator tersebut digunakan untuk

  • 40

    melihat dalam jarak yang cukup dekat sehingga mata mereka selalu berakomodasi

    dan terfokus pada layar monitor. Ada tiga jenis istirahat bagi pengguna komputer

    menurut Anshel (1996) :

    1. Micro break : istirahat 10 detik setiap 10 menit menit bekerja, yaitu dengan

    cara melihat jauh (minimal 6 meter) diikuti dengan bernafas dan mengedipkan

    mata dengan relaks.

    2. Mini break : dilakukan setiap setengah jam selama lima menit dengan cara

    berdiri dan meregangkan tubuh. Lakukan juga melihat jauh dengan objek

    yang berbeda-beda

    3. Maxi break : termasuk disini minum kopi atau the dan makan siang. Bangun

    dan jalan-jalan.

    Menurut Josefina (1999) dalam Prasetyo (2006) lama istirahat yang

    diperlukan bagi pekerja yang menggunakan komputer dianjurkan adalah selama

    10 menit/jam (dengan waktu kerja 8 jam kerja/hari atau 40 jam kerja/minggu).

    Sedangkan menurut peraturan Health Care and Resindential Facilities,

    dikatakan bahwa jika seorang pekerja bekerja menggunakan Video Display

    Terminal untuk jangka waktu yang cukup lama atau secara terus menerus selama

    satu jam atau lebih, maka pekerja tersebut harus melakukan istirahat mata dari

    melihat VDT setidaknya setiap lima menit sekali setiap jamnya (Occupational

    Health Clinics, 1998).

    Salah satu contoh metode istirahat mata yang disarankan oleh beberapa

    ahli yaitu dengan melihat suatu benda atau objek dengan fokus yang berbeda dan

    disarankan dengan jarak yang jauh dibandingkan dengan jarak monitor ke mata.

  • 41

    Caranya yaitu jika bekerja selama 20 menit, lihatlah suatu objek dengan jarak

    minimal 20 kaki (6 meter) selama kira-kira 20 detik, kemudian mengedip-

    ngedipkan mata lalu memejamkan mata dalam-dalam dan buka mata secara

    perlahan-lahan (Stephen, 1999).

    2.3.2 Faktor Karakteristik Pekerjaan

    Durasi Kerja

    Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktivitasnya,

    dan lamanya seseorang bekerja sehari yang baik pada umumnya adalah 6-8 jam.

    Memperpanjang waktu kerja lebih dari batasan tersebut umumnya tidak diikuti

    dengan efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas

    serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan

    (Sumamur, 1996).

    Secara umum, semakin panjang waktu kerja seseorang, maka makin besar

    kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan atau bersifat negatif. Hal

    ini berkaitan dengan potensi bahaya atau risiko yang mungkin muncul dari

    pekerjaan atau material yang pekerja hadapi saat bekerja, sehingga semakin lama

    mereka terpapar bahan atau hazard tersebut maka semakin besar kemungkinan

    mereka akan mendapatkan dampak buruk dari hazard tersebut. (Sumamur,

    1996)

    Seseorang pekerja yang bekerja menggunakan peralatan komputer

    tentunya juga akan mengalami suatu risiko karena mata operator komputer akan

    selalu berinteraksi dan berhadapan dengan monitor dalam jangka waktu yang

  • 42

    cukup lama. Oleh karena itu, pekerjaan mata yang selalu berulang atau terus

    menerus akan membuat mata tersebut selalu berupaya untuk memfokuskan

    pandangan pada bidang layar monitor (Ankrum, 1996).

    Durasi atau lamanya mata digunakan untuk melihat komputer juga

    menjadi salah satu faktor dalam mempercepat terjadinya gangguan atau

    kelelahan pada mata. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan

    oleh Rey dan Meyer (1980) terhadap pengguna monitor di sebuah industri

    pembuat arloji di Swiss, bahwa ternyata ditemukan perbedaan yang signifikan

    mengenai keluhan ataupun gangguan pada mata antara pengguna monitor yang

    bekerja selama 6-9 jam per hari dengan mereka yang bekerja kurang dari 4 jam

    per hari (Oborn, 1995).

    Hal tersebut berkaitan dengan sifat atau fungsi mata yang tidak dibuat

    untuk bekerja melihat dari jarak dekat dengan waktu yang lama, karena mata

    akan bekerja keras untuk berakomodasi dan berkonvergensi agar mampu melihat

    dan memfokuskan pandangan apabila digunakan untuk melihat jarak dekat. Hal

    ini akan menyebabkan otot mata bekerja keras sehingga akan menyebabkan otot-

    otot mata menjadi cepat lelah, keadaan seperti demikian ini sering dijumpai

    terutama pada orang yang bekerja dengan jarak yang sangat dekat dengan

    monitor komputer (Ankrum, 1996).

    2.3.3 Faktor Perangkat Kerja

    1. Jarak Monitor

  • 43

    Jarak mata terhadap monitor merupakan hal yang perlu mendapat

    perhatian karena turut menentukan kenyamanan pandang mata pekerja, terutama

    untuk melihat jarak dekat dalam waktu yang cukup lama sesuai tipikal kerja

    perkantoran. Menurut OSHA disebutkan bahwa jarak mata terhadap layar

    monitor saat pekerja bekerja menggunakan komputer sekurang-kurangnya adalah

    20-40 inch atau 50-100 cm. Hal ini sesuai dengan alasan atau penyebab utama

    terjadinya kelelahan mata yaitu jarak mata yang terlalu dekat dengan monitor,

    sehingga mata dipaksa bekerja untuk melihat dari jarak yang cukup dekat dalam

    jangka waktu yang cukup lama, sedangkan fungsi mata sendiri sebenarnya tidak

    dikhususkan untuk melihat dari jarak dekat (OSHA 1997).

    Ankrum (1996) mengatakan bahwa ketika mata digunakan untuk melihat

    dari jarak dekat, maka mata dipaksa secara berat untuk melakukan proses

    akomodasi dan konvergensi. Akomodasi adalah proses ketika mata mengubah

    atau mengatur fokus untuk melihat sesuatu dari jarak tertentu sehingga benda

    yang dilihat dapat terfokus, sedangkan konvergensi adalah gerakan yang

    dilakukan mata untuk menghindari terjadinya penglihatan ganda (double vision).

    Sehingga semakin jauh jarak pandang terhadap objek mata kemungkinan

    terjadinya iritasi mata akibat proses akomodasi dan konvergensi yang berlebihan

    akan semakin kecil.

    2. Ukuran Objek

  • 44

    Ukuran objek berkaitan dengan kemampuan penglihatan, semakin besar ukuran

    suatu objek kerja maka semakin rendah kemampuan mata yang diperlukan untuk

    melihat objek tersebut. Sedangkan untuk ukuran objek kerja yang kecil

    diperlukan kemampuan mata yang lebih untuk dapat melihat dengan fokus,

    akibatnya ketegangan akomodasi konvergensi akan bertambah sehingga akan

    menimbulkan kelelahan visual (Pheasant, 1991).

    3. Tampilan Monitor

    Ketika monitor dalam keadaan hidup atau beroperasi dan digunakan

    untuk bekerja, maka tampilan dari layar yang meliputi tingkat kekontrasan layar

    juga menentukan terjadinya kelelahan mata atau tidak bagi penggunanya.

    Kontras secara sederhana dapat didefiniskan sebagai perbedaan ketajaman atau

    tampilan antara dua hal atau image, dalam hal ini yaitu antara warna karakter

    (huruf) pada layar monitor dengan warna latar layar itu sendiri (background).

    Kesalahan dari pengaturan kontras akan semakin memperbesar

    kemungkinan untuk timbulnya kelelahan mata pada pekerja. Secara ideal, tingkat

    kontras dari tampilan monitor yang baik adalah tingkat kontrasnya tepat, yaitu

    perpaduan antara warna teks dengan latar belakang tinggi. Dan dalam hal ini

    yang paling ideal adalah teks atau karakter berwarna gelap dengan latar belakang

    layar yang berwarna terang (dark letters on a light background), contohnya

    seperti huruf berwarna hitam dengan layar berwarna putih, karena tampilan

    seperti inilah yang dapat dikatakan paling nyaman untuk mata pekerja yang

    menggunakan komputer dalam jangka waktu yang cukup lama (Ankrum, 1996).

  • 45

    Pada pengguna komputer, menurut dr Edi Supiandi Affandi SpM dari

    Bagian Ilmu penyakit Mata FKUI, kelelahan mata terjadi akibat memusatkan

    pandangan pada komputer dimana obyek yang dilihat terlalu kecil, kurang

    terang, bergerak dan bergetar. Mata yang berkonsentrasi kurang berkedip,

    sehingga penguapan air mata meningkat dan mata menjadi kering. Untuk

    pengaturan tingkat kenyamanan mata terhadap tampilan monitor yang meliputi

    ukuran teks, warna layar, ketajaman, dan lain-lain relatif berbeda antara satu

    pekerja dengan pekerja lainnya. Sehingga pengaturan tingkat kenyamanan

    tampilan monitor ini disarankan disesuaikan dengan mata pekerja yang

    bersangkutan (Fauzi, 2006).

    4. Document Holder

    Posisi monitor dapat dilihat oleh operator komputer sesuai dengn level mata,

    yaitu membentuk sudut 20o50o. Dengan sudut pandang seperti itu, maka

    penempatan dokumen yang baik adalah di atas keyboard, sehingga proses

    melihat dokumen dan monitor tidak memerlukan pergerakan bola mata atau

    kepala yang dapat mengakibatkan mata lebih cepat lelah dan nyeri pada bagian

    leher (Fauzi, 2006).

    2.3.4 Faktor Lingkungan Kerja

    1. Tingkat Pencahayaan

    Pencahayaan yang cukup dan diatur dengan baik merupakan salah satu

    faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan kerja yang nyaman dan aman.

    Dengan pencahayaan yang cukup, objek penglihatan akan terlihat jelas sehingga

  • 46

    dengan demikian akan membantu pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya

    dengan lebih mudah (Budiyono, 1994). Kurangnya pencahayaan di tempat kerja

    dapat mengakibatkan kelelahan mata, sebab pekerja akan lebih mendekatkan

    matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda. Hal ini akan membuat proses

    akomodasi mata lebih dipaksa dan dapat menyebabkan penglihatan rangkap atau

    kabur (Notoatmodjo, 2003).

    Apabila pencahayaan yang terlampau terang dapat menghasilkan banyak

    pantulan cahaya sehingga mata akan beradaptasi untuk menyesuaikan perbedaan

    yang besar sehingga kondisi ini akan menyebabkan kelelahan mata serta

    ketidaknyamanan penglihatan. Pencahayaan yang memadai bisa mencegah

    terjadinya kelelahan mata dan mempertinggi kecepatan dan efisien membaca.

    Pencahayaan yang kurang bukannya menyebabkan penyakit mata tetapi

    menimbulkan kelelahan mata. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405

    tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang

    diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Tingkat pencahayaan

    ruangan dapat dilihat pada tabel 2.2 :

  • 47

    Tabel 2.2 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja

    Jenis Kegiatan Tingkat Pencahayaan Minimal (Lux) Keterangan

    Pekerjaan kasar dan tidak terus menerus 100

    Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu

    Pekerjaan kasar dan terus menerus

    200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar

    Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/penyusun

    Pekerjaan agak halus 500

    Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin

    Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan teksti, pekerjaan mesin halus & perakitan halus

    Pekerjaan amat halus 1500

    Tidak menimbulkan bayangan

    Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus

    Pekerjaan terinci 3000

    Tidak menimbulkan bayangan

    Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus

    Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02

    Menurut ILO (2000), pencahayaan yang cukup akan meningkatkan

    kenyamanan dan kinerja pekerja, serta akan menjadikan tempat kerja

    menyenangkan untuk bekerja. Pencahayaan yang berkualitas baik dan memadai

    akan membantu pekerja melihat objek pekerjaan secara cepat dan detil sesuai

    kebutuhan tugasnya.

  • 48

    Untuk lingkungan kerja yang pekerjanya banyak menggunakan komputer,

    apabila tingkat pencahayaannya terlalu tinggi maka akan mengaburkan image

    atau tampilan dari layar monitor, karena VDT juga mempunyai atau

    menghasilkan cahaya sendiri yang muncul pada saat dioperasikan. Sehingga

    lingkungan kerja untuk pekerja dengan VDT, tingkat pencahayaan ruangan harus

    diatur lebih rendah dibandingkan standar untuk ruang kantor, tingkat pencahayaan

    yang sesuai adalah dalam kisaran 20-50 fc atau 200-500 lux (OSHA, 1997).

    Tingkat pencahayaan menurut Granjean dapat dilihat pada tabel 2.3 : Tabel 2.3

    Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer

    Keadaan Pekerja Tingkat Pencahayaan (lux) Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang terbaca jelas Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang tidak terbaca jelas Tugas memasukan data

    300

    400-500

    500-700

    Aspek pencahayaan lain yang harus diperhatikan adalah letak sumber

    cahaya (misalnya lampu) yang salah, hal ini dapat mengakibatkan mata menjadi

    silau. Kondisi yang baik adalah mata tidak langsung menerima cahaya dari

    sumbernya, melainkan cahaya tersebut harus mengenai objek yang akan

    dikerjakan yang selanjutnya dipantulkan objek tersebut ke mata (Purnomo, 2004).

  • 49

    Pengaturan tingkat pencahayaan di tempat kerja memang sudah

    seharusnya diatur sedemikian rupa sehingga menciptakan lingkungan kerja yang

    nyaman bagi pekerjanya. Menurut Sumamur (1995) apabila cahaya atau

    pencahayaan di tempat kerja buruk, maka dapat mengakibatkan :

    a. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja

    b. Kelelahan mental

    c. Keluhan pegal-pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata

    d. Kerusakan alat penglihatan

    e. Meningkatnya kecelakaan

    Kelelahan mata sebagai akibat dari buruknya system pencahayaan ruangan ini umumnya

    ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :

    a. Mata berair dan memerah pada konjungtiva mata

    b. Mata terasa perih dan gatal

    c. Pandangan rangkap dan pandangan kabur

    d. Sakit kepala

    e. Daya akomodasi dan konvergensi menurun

    f. Ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dn kecepatan respon menurun.

    2. Suhu Udara

    Seorang tenaga kerja akan bekerja secara efisien dan produktif bila tenaga kerja

    berada dalam tempat yang nyaman (comfort) atau dapat dikatakan efisiensi kerja

    yang optimal dalam daerah yang nikmat kerja, yaitu suhu yang sesuai, tidak

    dingin dan tidak panas (Santoso, 1985). Bagi orang Indonesia suhu udara yang

  • 50

    dirasa nyaman adalah berada antara 24 C 26 C serta toleransi 2-3 C di atas

    atau di bawah suhu nyaman. Untuk itu Menteri Tenaga Kerja, telah menetapkan

    Nilai Ambang Batas Iklim Kerja dengan surat keputusan Menteri Tenaga Kerja

    No. KEP. 51/MEN/1999 tentang NAB cuaca kerja berdasarkan Indeks Suhu Bola

    Basah adalah sebagai berikut:

    Tabel 2.4 Nilai Ambang Batas Cuaca Kerja

    Beban Kerja Waktu Kerja 8 Jam / hari

    Waktu Istirahat Ringan o C Sedang o C Berat o C

    Kerja Terus 30 26,7 25 75 % 25 % 30,6 28 25,9 50% 50 % 31,4 29,4 27,9 25 % 75 % 32,2 31,1 30,0

    Sumber : Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.51/MEN/1999

    Suhu udara yang akan mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau

    kurangnya koordinasi otot. Suhu udara yang panas terutama menurunkan prestasi kerja

    fikir, penurunan sangat hebat terjadi sesudah 32C. suhu lingkungan yang terlalu tinggi

    menyebabkan meningkatnya beban psikis (stres) sehingga akhirnya menurunkan

    konsentrasi dan persepsi kontrol terhadap lingkungan kerja yang selanjutnya

    menurunkan prestasi kerja. Dan juga dengan suhu yang terlalu tinggi dapat

    menimbulkan terjadinya resiko kecelakaan dan kesehatan kerja.

    2.4 Ergonomi Bekerja dengan Komputer Desktop

  • 51

    Secara umum, kondisi yang baik untuk bekerja dengan komputer desktop dapat

    dilihat pada Gambar 2.1.

    3. Gambar 2.1

    Ergonomi Kerja dengan Komputer Desktop

    2.5.1 Monitor

    Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam memilih atau menggunakan

    monitor untuk menekan resiko terhadap kesehatan adalah:

    a. Pilih ukuran monitor yang sesuai (tidak terlalu kecil atau besar)

    b. Pilih jenis monitor dengan radiasi yang kecil misalnya LCD.

  • 52

    c. Letakkan monitor di depan mata dengan bagian atas monitor tepat sebatas dengan

    .mata.

    d. Hindari penggunaan kacamata bifocal.

    e. Istirahatkan mata setiap 30-45 menit dari pandangan monitor.

    2.5.2 Kursi

    Untuk kenyamanan kerja, maka kursi yang sesuai adalah sebagai berikut:

    a. Tingginya harus mampu menyediakan ruang yang cukup di bawah meja dan sudut

    antara siku dengan tangan tidak kurang dari 90o.

    b. Mempunyai penyokong punggung yang dapat disesuaikan untuk memperoleh

    posisi yang sebernarnya.

    c. Ketinggian kursi dapat disesuaikan ketika pengguna berada dalam kondisi duduk.

    d. Disokong oleh lima kaki, dapat dipindahkan dengan mudah.

    e. Memiliki bentuk yang dapat mendistribusikan berat badan.

    f. Mempunyai penyokong lengan tangan yang dapat diatur lebar dan ketinggiannya.

    g. Bila perlu dilengkapi dengan pijakan kaki yang dapat diatur kemiringan antara 10-

    20o dari depan ke belakang dan memiliki ketinggian yang cukup bagi kaki

    pengguna yang tidak menyentuh lantai.

    2.5.3 Meja komputer

    Meja komputer yang baik untuk kerja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

    a. Memiliki ruang yang cukup untuk lengan tangan sehingga tangan dapat bekerja

    dengan leluasa.

  • 53

    b. Memiliki ketinggian yang sesuai sehingga keyboard dan mouse dapat diletakkan

    dengan posisi yang sejajar dengan siku tangan serta monitor dapat diletakkan

    sejajar dengan mata.

    c. Memiliki ukuran yang cukup untuk meletakkan komputer dan dokumen.

    2.5.4 Keyboard dan mouse

    Untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan akibat menggunakan komputer, maka

    terkait dengan keyboard dan mouse perlu diperhatikan hal berikut:

    a. Keyboard dan mouse diletakkan pada ketinggian tertentu sejajar lengan tangan

    bawah tanpa harus mengangkat siku.

    b. Keyboard dan mouse diletakkan saling berdekatan dan pada ketinggian yang

    sama.

    c. Keyboard diletakkan di depan monitor.

    d. Tangan atau jari diletakkan lurus pada keyboard dan mouse bila perlu gunakan

    keyboard dengan desain khusus.

    e. Gunakan mousepad yang mempunyai penyangga tangan.

    f. Gunakan penyangga dokumen yang diletakkan sejajar dengan monitor.

    2.6 Kerangka Teori

    Kelelahan mata yang terjadi di tempat kerja beserta faktor-faktor yang

    mempengaruhinya secara komprehensif telah diuraikan oleh Guyton, OH&S

    Universitas Queseland, North, dan OSHA. Dalam teori yang mereka ungkapkan

  • 54

    kelelahan mata bisa terjadi karena berbagai faktor seperti karakteristik pekerja,

    karakteristik pekerjaan, perangkat kerja, dan lingkungan kerja itu sendiri. Semua

    faktor tersebut dapat berdampak terhadap kelelahan mata. Untuk lebih jelasnya dapat

    dilihat secara konseptual pada bagan 2.1.

    Gambar 2.2

    Kerangka Teori

    Sumber : Guyton, OH&S Universitas Queseland, North, dan OSHA

    Karakteristik Pekerja

    Usia Kelainan Refraksi Istirahat mata

    Karakteristik Pekerjaan

    Durasi kerja

    Perangkat Kerja

    Jarak monitor Ukuran objek Tampilan monitor Document holder

    Lingkungan kerja

    Keluhan Kelelahan mata

  • 55

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

    3.1 Kerangka Konsep

    Kerangka konsep ini mengacu kepada kerangka teori yang diungkapkan oleh

    beberapa sumber bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan mata antara lain

    karakteristik individu seperti usia (Guyton, 1991), riwayat penyakit (OH&S Universitas

    Quessland, 1992), dan istirahat mata (OSHA, 1997). Faktor perangkat kerja seperti ukuran

    objek, tampilan monitor, document holder (OHSA, 1007)), dan jarak pandang (North, 2003).

    Faktor lingkungan kerja seperti pencahayaan ruangan, suhu udara, pantulan cahaya (OH&S

    Universitas Quessland, 1992. Namun pada penelitian ini variabel ukuran objek, tampilan

    monitor dan document holder tidak dimasukkan karena untuk ukuran objek dan tampilan

    monitor relatif berbeda antara satu pekerja dengan pekerja lain sehingga pengaturan tingkat

    kenyamanan disesuaikan dengan mata pekerja yang bersangkutan, serta berdasarkan hasil

    studi pendahuluan semua perangkat komputer yang digunakan oleh pekerja tidak

    menggunakan document holder. Untuk durasi kerja, semua pekerja bekerja dengan

    menggunakan komputer lebih dari 5 jam/hari dan suhu udara diatur secara sentral pada suhu

    21oC.

    Kerangka konsep terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel

    independen terdiri dari karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, dan istirahat mata),

    perangkat kerja (jarak monitor), dan lingkungan kerja (tingkat pencahayaan). Sedangkan

  • 56

    keluhan kelelahan mata ditetapkan sebagai variabel dependen. Hubungan antara beberapa

    variabel tersebut digambarkan dalam gambar 3.1:

    Gambar 3.1

    Kerangka Konsep

    Karakteristik Pekerja

    Usia Kelainan Refraksi Istirahat mata

    Perangkat Kerja

    Jarak monitor

    Lingkungan kerja

    Keluhan Kelelahan mata

  • 57

    3.2 Definisi Operasional

    No. Variabel Dependen Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala

    1. Keluhan Kelelahan mata Suatu kondisi subjektif yang disebabkan oleh penggunaan otot mata secara berlebihan Keluhannya berupa :

    1. Nyeri atau terasa

    berdenyut di sekitar mata 2. Penglihatan kabur 3. Pandangan ganda

    4. Sulit fokus 5. Mata perih 6. Mata merah 7. Mata berair

    8. Sakit kepala 9. Pusing disertai mual Mengalami kelelahan mata

    jika merasakan satu atau lebih dari sembilan keluhan

    Kuesioner Menyebarkan kuesioner kepada pekerja

    1. Mengeluh

    2. Tidak mengeluh

    Ordinal

  • 58

    tersebut (Pheasant,1991)

    No. Variabel Independen Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala

    Karateristik Pekerja

    1. Usia Lama hidup pekerja dihitung sejak tahun kelahiran sampai saat dilakukan penelitian dengan pembulatan ke atas apabila lebih dari enam bulan dan pembulatan kebawah apabila kurang dari enam bulan.

    Kuesioner Memberikan kuesioner kepada pekerja

    1. 45 tahun 2. < 45 tahun (Guyton, 1991)

    Ordinal

  • 59

    2. Kelainan Refraksi Suatu ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.

    Snellen Chart Melakukan pemeriksaan mata pada pekerja

    1. Ada kelainan 2. Tidak ada

    kelainan

    Ordinal

    3. Istirahat Mata Kegiatan mengistirahatkan mata dari layar monitor setiap satu jam sekali dan bersifat akumulatif.

    Kuesioner Memberikan kuesioner kepada pekerja

    1. Tidak 2. Ya

    (Josefina, 1999)

    Ordinal

    No. Variabel Independen Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala

    Perangkat Kerja

    4. Jarak monitor Jarak antara mata pekerja dengan layar monitor pada saat bekerja menggunakan komputer

    Mistar

    Pengukuran langsung

    menggunakan mistar

    diukur dari mata ke bagian tengah layar

    1. < 50 cm 2. 50 cm

    (OSHA, 1997)

    Ordinal

  • 60

    monitor

    Lingkungan Kerja

    5. Tingkat Pencahayaan Jumlah cahaya yang diterima di area titik dilakukannya pengukuran dan dinyatakan dengan lux, diukur sejajar meja atau tempat diletakkannya monitor komputer

    Lux meter Pengukuran

    langsung dengan direct reading instrument

    1. < 300 lux 2. 300 lux (KEPMENKES No.1405)

    Ordinal

  • i

    i

    3.3 Hipotesis

    1. Ada hubungan antara usia dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna

    komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi

    Indonesia, Tbk tahun 2009.

    2. Ada hubungan antara kelainan refraksi dengan keluhan kelelahan mata pada

    pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.

    Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.

    3. Ada hubungan antara istirahat mata dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja

    pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.

    Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.

    4. Ada hubungan antara jarak monitor dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja

    pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.

    Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.

    5. Ada hubungan antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada

    pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.

    Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.

  • ii

    ii

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode

    deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) karena pada penelitian

    ini variabel independent dan dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama.

    4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

    Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Januari

    2010 di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

    4.3 Populasi Dan Sample Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja di Corporate Customer

    Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009 yaitu 80 pekerja.

    Sedangkan kriteria sampel yang diambil yaitu semua pekerja pengguna komputer bagian

    customer service.

  • iii

    iii

    Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus jumlah sampel uji

    hipotesis dua proporsi, dengan asumsi dari penelitian sebelumnya yaitu bahwa

    proporsi pada populasi yang memiliki kelelahan mata dengan tingkat pencahyaan <

    300 lux (P1) adalah 88,9% dan proporsi yang memiliki proporsi yang memiliki

    kelelahan mata dengan dengan tingkat pencahyaan 300 lux (P2) adalah 42,9%

    (Prayitno, 2008). Pada penelitian ini, peneliti menginginkan tingkat kepercayaan

    sebesar 95% dengan memakai derajat kemaknaan 5 % dengan kekuatan uji 90%.

    Rumus besar sampel uji hipotesis dua proporsi:

    Keterangan :

    n : Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian

    Z2 1-/2 : Derajat kemaknaan pada uji 2 sisi (two tail), = 5%

    Z 1- : Kekuatan uji 90%

    P : Rata rata proporsi pada populasi

    P1 : Proporsi pada populasi yang memiliki kelelahan mata dengan tingkat

    ..pencahyaan < 300 lux (P1) adalah 0,889

    P2 : proporsi yang memiliki proporsi yang memiliki kelelahan mata dengan ..dengan

    tingkat pencahyaan 300 lux (P2) adalah 0,429

    Berdasarkan rumus diatas maka besar sample yang dibutuhkan sebesar :

    Sampel (n) = [ Z1- /2x(2P(1-P)) + Z1- x(P1 (1-P1) + P2 (1-P2)) ]2 (P1-P2)2

  • iv

    iv

    [1.96 2 x 0,23 (1-0,889) + 1,28 0,889 (1-0,889) + 0,429 (1-0,429 ]2

    n =

    (0,889 0,429) 2

    n masing masing kelompok = 23 orang

    n total = 23 X 2 = 46 Orang

    Untuk menghindari drop out atau missing jawaban dari responden maka perlu

    ditambahkan 10% dari jumlah sampel yang didapat sehingga jumlah sampel keseluruhan

    sebesar 51 orang.

    4.4 Instrumen Penelitian

    Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1. Luxmeter

    Luxmeter digunakan untuk mengukur intensitas pencahayaan dengan satuan lux

    (lx), lilin, lumen, lilin/m2. Prinsip kerja ; merupakan sebuah photocell yang bila

    terkena cahaya akan menghasilkan arus listrik. Makin kuat intensitas cahaya

    makin besar besar arus yang dihasilkan.

    Ketentuan umum pengukuran :

    Operator harus berhati-hati supaya tidak menimbulkan bayangan

    Jangan menimbulkan pantulan cahaya yang disebabkan oleh pakaian operator

  • v

    v

    Letakkan sensor sejajar dengan posisi permukaan titik sampling dan mengarah

    pada sumber cahaya

    Baca intensitas cahaya pada levelmeter (display). Lanjutkan pengukuran pada

    titik ke-2, dan seterusnya, sampai sampai titik terakhir.

    2. Mistar

    Alat ini digunakan untuk melakukan pengukuran langsung jarak monitor.

    Pengukuran dilakukan dari mata pekerja ke titik tengah layar monitor.

    3. Snellen Chart

    Alat ini digunakan untuk pemeriksaan mata agar diketahui apakah ada kelainan

    refraksi pada mata pekerja.

    4. Kuesioner

    Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik pekerja,

    perangkat kerja, lingkungan kerja, dan keluhan kelelahan mata dengan cara

    pengisian kuesioner yang dilakukan oleh masing-masing pekerja.

    4.5 Metode Pengumpulan Data

    1. Data Primer

    Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari pekerja di

    Corporate Customer Care Center (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan

    menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Data primer yang akan diteliti antara lain:

    a. Keluhan Kelelahan Mata

  • vi

    vi

    Keluhan kelelahan mata diketahui dengan cara menanyakan beberapa tanda-

    tanda terjadinya keluhan kelelahan mata, jika responden menjawab salah satu

    dari tanda-tanda tersebut maka responden diketahui memiliki keluhan

    kelelahan mata.

    b. Usia

    Usia pekerja dihitung dengan menanyakan kepada reponden kapan tanggal

    saat mereka dilahirkan. Penghitungan umur ini dilakukan sendiri oleh peneliti

    dan pembulatan angkanya dihitung satu tahun apabila telah melebihi waktu 6

    bulan.

    c. Kelainan Refraksi

    Untuk responden yang belum mengetahui apakah memiliki kelainan refraksi

    atau tidak, maka dilakukan pemeriksaan mata pada responden dengan

    menggunakan snellen chart.

    d. Istirahat Mata

    Variabel ini juga diukur dengan satu pertanyaan yang terdapat pada kuesioner

    mengenai pola istirahat mata setelah satu jam menatap layar monitor pada saat

    bekerja menggunakan komputer.

    e. Jarak Monitor

    Variabel ini diukur dengan menggunakan mistar untuk dapat diketaui berapa

    centimeter (cm) jarak pandang antara mata pekerja dengan monitor pada saat

    bekerja menggunakan komputer.

    f. Tingkat Pencahayaan

  • vii

    vii

    Variabel ini diukur dengan menggunakan alat ukur cahaya yaitu luxmeter

    untuk mengetahui tingkat pencahayaan pada masing-masing meja kerja

    pekerja. 2. Data Sekunder

    Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen, catatan, dan laporan

    dari perusahaan yang berhubungan, contohnya company profil, jumlah pekerja, dan lain-

    lain.

    4.6 Pengolahan Data

    Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan

    diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

    1. Editing

    Kegiatan pengecekan isian kuesioner apakah jawaban yang di kuesioner sudah:

    Lengkap : Semua pertanyaan sudah ada jawaban

    Jelas : Jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas dibaca

    Relevan : Jawaban yang tertulis relevan dengan pertanyaan

    Konsisten: Apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi jawaban konsisten

    2. Coding

    Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Kegiatan coding

    ini dilakukan untuk mempermudah analisis data dan mempercepat entry data. Koding

  • viii

    viii

    pada penelitian ini dilakukan pada saat pengisian kuesioner dan pada saat memasukkan

    data ke komputer.

    Kode pada penelitan ini antara lain :

    1. Keluhan kelelahan