9037208-BAB-II-edit
-
Upload
ahmad-hanafi -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
Transcript of 9037208-BAB-II-edit
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 1/16
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka, tinjauan teori, kerangka
berpikir, dan hipotesis tindakan. Tinjauan pustaka merupakan uraian sistematis
tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Tinjauan teori akan membahas
tentang variabel-variabel yang akan dibahas beserta indikator-indikatornya.
Kerangka berpikir akan membahas atau mengulas tentang landasan teori dan
hipotesis akan hubungan antar semua variabel dalam penelitian. Hipotesis
tindakan akan mengulas tentang jawaban sementara melalui tindakan-tindakan
yang dilakukan dengan hasil yang diharapkan.
A. Tinjauan Pustaka
Pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari nol secara murni
akan tetapi umumnya telah ada acuan yang mendasari atas penelitian yang
sejenis. Oleh karena itu perlu mengenali penelitian terdahulu dan yang ada
relevansinya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lilik Handoko (2007),
proses pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik akan
meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, hal ini kemudian berdampak
pada peningkatan pemahaman konsep matematika.
Jaka Triyana (2004) melakukan penelitian mengenai Peranan Alat
Peraga Dalam PMRI, menyimpulkan bahwa aktifitas belajar sedapat mungkin
melibatkan seluruh indera pada manusia terutama pendengaran, penglihatan,
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 2/16
dan perabaan. Dalam hal ini alat peraga dapat menjembatani proses abstraksi,
selain itu dapat membantu siswa menemukan strategi memecahkan masalah.
Siswa menyukai materi matematika dengan pendekatan PMRI karena proses
belajar mengajar lebih baik, dimana siswa lebih aktif dan kreatif , peran guru
berubah dari pusat belajar mengajar menjadi pembimbing dan nara sumber
( Fauzan : 2003).
Penelitian Reni Indrasari ( 2006 ) menyimpulkan bahwa pendekatan
PAKEM dapat meningkatkan respon siswa terhadap pelajaran matematika.
Dengan adanya respon siswa, dapat meningkatkan keaktifan dan
kreativitasnya.
Ika Lusi Septiana (2004) melalui penelitiannya, menyimpulkan bahwa
pemberian tindakan pembelajaran dengan pendekatan realistik yang efektif
dapat meningkatkan kemampuan kelas siswa dalam memahami konsep
dimensi tiga. Perubahan tingkah laku setelah tindakan tersebut adalah (1)
perhatian siswa mempelajari matematika meningkat, (2) motivasi dan
kemampuan siswa dalam mempelajari matematika meningkat, (3) keikut
sertaan aktif siswa dalam mempelajari matematika meningkat, (4) gangguan
kelas dapat dikendalikan dan proses pembelajaran matematika menjadi lancar,
(5) kemandirian siswa belajar matematika menjadi lebih baik.
Rias Ernawati (2005) melakukan penelitian mengenai Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Metode Discovery melalui
Media Gambar. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa melalui salah
satu Metode Improving Learning yaitu Discovery / Inquiry, hasil belajar
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 3/16
matematika dapat meningkat. Peningkatan ini ditunjukkan berdasarkan
refleksi dan evaluasi pada analisis data yang diperoleh, yaitu : 1) Motivasi dan
perhatian siswa pada saat pembelajaran meningkat sebesar 25,75 %. 2)
Partisipasi dan keaktifan siswa meningkat sebesar 22,66 %. 3) Kreatifitas
dalam percobaan meningkat sebesar 23,63 %. 4) Kemampuan matematika
siswa meningkat sebesar 36,05 %.
Selain hasil penelitian yang mendukung teori dan konsep
permasalahan ini juga dapat dilihat dari variabel yang diteliti. Dalam hal ini
peneliti akan menyajikan tabel perbedaan variabel yang diteliti yang
ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1
Perbedaan Variabel – variabel yang diteliti
Keterangan :X
1= PMR X
9= Perhatian Siswa
X2
= Alat Peraga dalam PMRI X10
= Motivasi
X3= PAKEM X
11= Kemandirian
X4= Discovery X
12= Kemampuan Siswa
X5= PMR Berbasis Media & Berkonteks Lokal X
13= Prestasi Belajar
X6= Pemahaman Kosep
X7=
Keaktifan
X8
= Kreativitas
Sedangkan peneliti sendiri akan melakukan penelitian yang
No Peneliti/Variabel
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13
1. Lilik Handoko
v v v
2. Jaka
Triyana
v v v v
3. Reni
Indrasari
v v v v
4. Ika LusiSeptiana
v v v v v v
5. Rias
Ernawati
v v v v v v v
6. Peneliti v v v
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 4/16
menekankan pada keaktifan siswa melalui model pembelajaran PMR berbasis
media dan berkonteks lokal. Dengan harapan selain dapat meningkatkan
keaktifan siswa, juga dapat menjadikan pembelajaran lebih bermakna
sehingga prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika akan
meningkat.
B. Pembahasan Teori
1. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik
a. Pengertian
Pendekatan adalah suatu jalan, cara atau kebijakan. Sedangkan
pendekatan belajar akan dapat membangun suatu hubungan baik
sehingga siswa dapat menjalin rasa simpati dan saling pengertian.
Hubungan baik akan membuat jembatan menuju kesuksesan puncak
siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari bagaimana
materi itu disajikan (Ruseffendi,1991:240).
Realistic Mathematics Education adalah suatu teori dalam
pendidikan matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika
adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara
nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu
sumber pengembangan dan sebagai area aplikasi melalui proses
matematisasi baik horizontal maupun vertikal. Dalam matematisasi
horizontal berangkat dari dunia nyata masuk ke dunia symbol
sedangkan matematisasi vertikal berarti proses/pelaksanaan dalam
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 5/16
dunia symbol (www.geocities.com/ratuilma/rme).
Menurut Freudenthal (Ahmad Fauzan, 2001), aktivitas pokok
yang dilakukan dalam Realistic Mathematics Education meliputi :
menemukan masalah-masalah/ soal-soal kontekstual (looking for
problems), memecahkan masalah ( solving problems), dan
mengorganisir bahan ajar (organizing a subject matter ). Hal ini dapat
berupa realitas-realitas yang perlu diorganisir secara matematis dan
juga ide-ide matematika yang perlu diorganisir dalam konteks yang
lebih luas. Kegiatan pengorganisasian seperti ini disebut matematisasi.
Dalam Realistic Mathematics Education, siswa belajar
mematematisasi masalah-masalah kontekstual. Dengan kata lain, siswa
mengidentifikasi bahwa soal kontekstual harus ditransfer ke dalam soal
bentuk matematika untuk lebih dipahami lebih lanjut, melalui
penskemaan, perumusan dan pemvisualisasian. Hal tersebut
merupakan proses matematisasi horizontal. Sedangkan matematisasi
vertikal, siswa menyelesaikan bentuk matematika dari soal kontekstual
dengan menggunakan konsep, operasi dan prosedur matematika yang
berlaku dan dipahami siswa.(Dian Armanto, 2001).
Menurut I Gusti Putu Suharta ( 2001 : 1 ), pada artikelnya yang
berjudul ” Matematika Realistik : Apa dan Bagaimana ” mengatakan
bahwa PMR merupakan matematika sekolah yang dilaksanakan
dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal
pembelajaran. Pembelajaran Matematika Realistik menggunakan
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 6/16
masalah realitik sebagai pangkal suatu pembelajaran dan diharapkan
selanjutnya siswa diberi kesempatan menerapkan konsep – konsep
matematika untuk memecahkan masalah sehari – hari atau masalah
dalam bidang lain.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa Pembelajaran Matematika Realistik ( PMR )
adalah suatu model pembelajaran matematika dimana pembelajarannya
menggunakan kejadian-kejadian sehari-hari sebagai dasar
pembelajaran. Pada model pembelajaran ini ditekankan pada proses
pemahaman konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah
sehari-hari atau masalah pada bidang yang lain, sehingga keaktifan
siswa akan terus meningkat.
b. Karakteristik PMR
Pembelajaran Matematika Realistik ( PMR ) mempunyai lima
karakteristik : (1) menggunakan konteks yang real terhadap siswa
sebagai titik awal untuk belajar; (2) menggunakan model sebagai suatu
jembatan antara real dan abstrak yang membantu siswa belajar
matematika pada level abstraksi yang berbeda; (3) menggunakan
produksi siswa sendiri atau strategi sebagai sebagai hasil dari mereka
”doing mathematics”; (4) terdapat interaksi yang terus menerus antara
siswa yang satu dengan siswa yang lain juga antara siswa dengan guru;
(5) keterkaitan antara unit-unit matematika dan masalah-masalah yang
ada dalam dunia ini.
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 7/16
c. Prinsip PMR
Terdapat tiga prinsip utama dalam PMR yaitu : (1) penemuan
terbimbing dan matematisasi progresif yaitu dalam mempelajari
matematika, dan lain-lain; (2) fenomenologi didaktif yang berarti
bahwa dalam mempelajari konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
materi-materi lain dalam matematika, para siswa perlu bertolak dari
masalah-masalah kontekstual; (3) self-developed models, yaitu dalam
mempelajari konsep-konsep dan materi-materi matematika yang lain,
dengan melalui masalah-masalah kontekstual, siswa perlu
mengembangkan sendiri model-model atau cara-cara menyelesaikan
masalah-masalah tersebut.
d. Kelebihan PMR
1) Karena siswa membangun sendiri
pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa
dengan pengetahuannya.
2) Suasana dalam proses pembelajaran
menyenangkan karena menggunakan realitas
kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan
untuk belajar matematika.
3) Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka
karena setiap jawaban siswa ada nilainya.
4) Memupuk kerjasama dalam kelompok.
5) Melatih keberanian siswa karena harus
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 8/16
menjelaskan jawabannya.
6) Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan
mengemukakan pendapat.
7) Pendidikan budi pekerti, misalnya : saling kerja
sama dan menghormati teman yang sedang
berbicara.
2. PMRI Berbasis Media
a. Pengertian Media
Media diartikan sebagai suatu alat perantara antara pemberi dan
penerima pesan. Dalam proses pembelajaran pemberi pesan adalah
sumber belajar, seperti guru sedangkan sebagai penerimanya yaitu
siswa yang sedang belajar. Di lain pihak media juga dapat diartikan
sebagai perantara yang menjembatani antara tujuan belajar dan yang
belajar ( Marpaung, 1991 : 1 ).
Menurut Djamarah dan Aswan ( 2002 : 14 ), kata media berasal
dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
dapat diartikan dengan perantara atau pengantar. Dengan kata lain,
media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan.
Dari pengertian – pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa media adalah suatu perantara atau pengantar antara pemberi
pesan (guru) dengan penerima pesan (siswa) dengan tujuan agar dapat
membantu merangsang perhatian, perasaan, pikiran, dan minat siswa
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 9/16
pada saat proses belajar terjadi.
b. Prinsip – prinsip pemilihan dan penggunaan
Berdasarkan pendapat Sudirman, dikutip olehDjamarah dan
Aswan (2002 : 14) menyatakan bahwa terdapat tiga kategori dalam
pemilihan media pengajaran, yaitu :
1) Tujuan pemilihan
Dalam memilih media yang digunakan harus berdasarkan maksud
dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan media itu untuk
pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, untuk sekedar
hiburan, untuk pengajaran kelompok atau individu, untuk
masyarakat perkotaan atau pedesaan. Tujuan pemilihan ini
berkaitan dengan kemampuan media yang akan digunakan.
2) Karakteristik media pengajaran
Setiap media mempunyai karakteristik tertentu baik dilihat dari
cara pembuatan dan cara penggunaan. Memahami karakteristik
berbagai pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh guru dalam kaitannya dengan ketrampilan pemilihan
media. Apabila kurang memahami karakteristik media, guru akan
menghadapi kesulitan saat menggunakannya.
3) Alternatif pilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari
berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media
mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media yang
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 10/16
diperbandingkan.
Menurut Nana, dalam Djamarah dan Aswan (2002 :16) prinsip-
prinsip penggunaan media adalah
1) Menentukan jenis media yang tepat; artinya, sebaiknya guru
memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan
dan bahan pelajaran yang akan digunakan.
2) Menetapkan atau memperhitungkan subyek dengan tepat; artinya,
perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu sesuai dengan
tingkat kaematangan dan kemampuan anak didik.
3) Menyajikan media dengan tepat; artinya, teknik dan metode
penggunaan media dalam penyajian haruslah disesuaikan dengan
tujuan, bahan metode, waktu dan sarana yang ada.
4) Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan
situasi yang tepat.
3. Media Berkonteks Lokal
Media yang berkonteks lokal adalah media yang disesuaikan
dengan kondisi lingkungan sekitar sekolah. Misalkan ada salah satu
sekolah yang lokasinya berada pada kawasan home industri seperti
pembuatan pernak-pernik, penjahit, dan lain sebagainya. Kita dapat
membuat suatu media untuk alat peraga dengan memanfaatkan sisa-sisa
pernak-pernik atau kain yang sudah tidak dapat terpakai lagi.
Estiningsih, dalam Sukayati (2003:3) menyebutkan bahwa media
sebagai alat peraga adalah media pembelajaran yang mengandung atau
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 11/16
membawa ciri-ciri dari konsep yang akan dipelajari. Fungsi utama dari alat
peraga adalah untuk menurunkan sifat keabstrakan dari konsep agar siswa
mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang sedang dipelajari.
Dengan melihat, meraba dan memanipulasi alat peraga, siswa dapat
memperoleh pengalaman-pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian dalam pembelajaran matematika, media sebagai
alat peraga dapat diartikan sebagai media yang dapat mewakili suatu
konsep dari matematika. Dalam hal ini media berfungsi sebagai alat untuk
menurunkan sifat abstrak dari konsep matematika, agar siswa mampu
menangkap arti sebenarnya dari konsep yang sedang dipelajari.
4. Keaktifan
Aktivitas belajar dilakukan dalam bentuk interaksi antara guru
dengan siswa. Interaksi di sini maksudnya dalam proses belajar mengajar
ada beberapa kegiatan antara lain : a. aktivitas tes awal ( pretest ), yang
dalam hal ini guru menstimulasi siswa untuk aktif mengingat kembali dan
mengemukakan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan guru ; b. Guru
menyajikan materi pelajaran dengan metode tertentu, sehingga terjadi
interaksi antara guru dengan siswa; c. guru mengadakan evaluasi baik
dipertengahan atau pada akhir penyampaian materi; d. memberikan
kesempatan siswa untuk mengevaluasi; dan sebagainya (Abdul, 2002:
132).
Sriyono (1992: 15), menyatakan bahwa ada beberapa prinsip belajar
yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar siswa aktif yakni stimulasi,
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 12/16
perhatian dan motivasi, respon yang dipelajari, penguatan dan umpan
balik, serta pemakaian dan pemindahan. Menurut Sriyono (1992: 75) yang
dimaksud keaktifan disini adalah usaha yang dilakukan oleh guru pada
waktu mengajar sehingga murid – muridnya dapat terlibat aktif jasmani
maupun rohani dalam mengikuti pelajaran. Keaktifan jasmani atau rohani
itu meliputi, antara lain :
a. Keaktifan indera, pendengaran, penglihatan, peraba, dan lain-lain.
Siswa harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik
mungkin.
b. Keaktifan akal, akal-akal siswa harus aktif atau diaktifkan untuk
memecahkan masalah, menimbang-nimbang menyusun pendapat dan
mengambil keputusan.
c. Keaktifan ingatan : pada menerima bahan pengajaran yang
disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak, kemudian pada
suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan kembali.
d. Keaktifan emosi : dalam hal ini siswa hendaknya senantiasa berusaha
mencintai pelajarannya karena akan berdampak positif pada hasil
studinya.
Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika sangat
penting, karena dalam matematika banyak kegiatan pemecahan masalah
yang menuntut kreativitas siswa aktif. Siswa sebagai subyek didik adalah
yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Dalam
proses belajar mengajar guru harus dapat membangkitkan aktivitas siswa
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 13/16
dalam berpikir maupun bertindak. Dengan aktivitas siswa, kemungkinan
pelajaran akan berkesan dan dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi
dalam bentuk yang berbeda, misalnya : keaktifan dalam bekerjasama
dengan anggotanya, mengerjakan soal di depan kelas, mengajukan
ide/tanggapan pada guru, membuat kesimpulan materi baik secara
kelompok atau mandiri.
Menurut Nana Sudjana (2000:72) mengemukakan keaktifan siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dari:
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
b. Terlibat dalam pemecahan masalah.
c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya.
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah.
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya.
Untuk dapat menarik keterlibatan siswa dalam pembelajaran, guru
harus berbicara dengan bahasa hati siswa. Membina hubungan baik bisa
memudahkan guru melibatkan siswa, memudahkan pengelolaan kelas dan
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 14/16
memperpanjang waktu fokus.
Setelah mencermati pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
keaktifan adalah aktivitas siswa dalam proses belajar baik fisik,
intelektual, dan emosional. Keaktifan dalam pembelajaran meliputi
keaktifan dalam bertanya, mengemukakan ide dan mengerjakan soal.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika haruslah
dipahami sebagai keaktifan melakukan matematisasi baik horizontal
maupun vertikal yang memuat kegiatan refleksi dan interpretasi.
C. Kerangka Berpikir
Keberhasilan dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh hasil akhir
yang ditentukan oleh suatu angka atau nilai, akan tetapi efek lain yang dilihat
dari segi tingkah laku atau sikap siswa, diantaranya adalah keaktifan siswa.
Siswa perlu diberikan suatu motivasi dan perhatian agar mereka aktif dalam
proses pembelajaran.
Siswa perlu membiasakan aktif dalam proses pembelajaran di kelas,
karena dengan kebiasaan mereka yang selalu aktif khususnya dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan hidup sehari-hari yang berkaitan
matematika, mereka akan mudah dalam menghadapi berbagai tantangan yang
ada dalam lingkungan sekitar mereka. Dengan kebiasaan siswa aktif sejak dini
akan memberikan dampak atau manfaat yang besar kelak untuk kehidupan
masa depannya.
Untuk melatih siswa bersikap aktif dalam belajar diperlukan usaha
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 15/16
guru yang maksimal. Karena keaktifan siswa muncul secara perlahan dan
bertahap-tahap, maka seorang guru harus memberikan suatu perhatian dan
motivasi agar siswa mempunyai semangat dalam melakukan aktivitas yang
berhubungan dengan situasi belajar. Untuk membuat siswa lebih aktif maka
sangat diperlukan suatu metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat,
salah satu diantaranya adalah melalui pembelajaran realistik berbasis media
dan berkonteks lokal.
Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran karena dalam model pembelajaran ini menggunakan
media yang ada di sekitar tempat tinggal siswa sebagai alat peraga, sehingga
siswa akan lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar matematika. Dengan
demikian, siswa secara perlahan-lahan akan lebih aktif dalam belajar
matematika.
Dari pemikiran tersebut dapat digambarkan pola pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut :
D. Hipotesis Tindakan
Dari refleksi hasil tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : ” Penerapan model
5/16/2018 9037208-BAB-II-edit - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/9037208-bab-ii-edit 16/16
Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
matematika.”