9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 ... II .pdf · 11 penyelenggaraan Pelayanan...

21
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengkaji mengenai peran Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia di berbagai daerah dan beberapa penelitian lain yang masih memiliki kaitan dengan variabel dalam penelitian ini. Penelitian pertama, dilakukan Melati Megarista Ayuninastiti (2013) dari jurusan ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret, memaparkan tentang kinerja Ombudsman dalam penelitiannya yang berjudul “Fungsi Ombudsman untuk Pelayanan Publik Yang Berkualitas di Daerahstudi kasusnya di Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi Ombudsman khususnya pada Perwakilan Daerah istimewa Jogjakarta dan Provinsi Jawa Tengah, menganalisa apakah dengan keberadaan Ombudsman di Daerah terjadi peningkatan kualitas pelayanan publik atau tidak. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu studi lapangan, studi kepustakaan dan wawancara. Teknik analisa yang dipergunakan ialah teknik analisa kualitatif. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini ialah berfungsi atau tidaknya Ombudsman tergantung dari pelaksanaan

Transcript of 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 ... II .pdf · 11 penyelenggaraan Pelayanan...

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan

penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengkaji mengenai peran

Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia di berbagai daerah dan beberapa

penelitian lain yang masih memiliki kaitan dengan variabel dalam penelitian ini.

Penelitian pertama, dilakukan Melati Megarista Ayuninastiti (2013) dari

jurusan ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret, memaparkan tentang kinerja

Ombudsman dalam penelitiannya yang berjudul “Fungsi Ombudsman untuk

Pelayanan Publik Yang Berkualitas di Daerah” studi kasusnya di Ombudsman

Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi Ombudsman khususnya pada

Perwakilan Daerah istimewa Jogjakarta dan Provinsi Jawa Tengah, menganalisa

apakah dengan keberadaan Ombudsman di Daerah terjadi peningkatan kualitas

pelayanan publik atau tidak. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang

menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan

yaitu studi lapangan, studi kepustakaan dan wawancara. Teknik analisa yang

dipergunakan ialah teknik analisa kualitatif. Kesimpulan yang diperoleh dalam

penelitian ini ialah berfungsi atau tidaknya Ombudsman tergantung dari pelaksanaan

10

penyelesaian dan saran yang diberikan Ombudsman kepada instansi terlapor.

Ombudsman dapat berfungsi optimal ketika laporan yang diterima dapat diselesaikan

dan saran yang diberikan kepada instansi terlapor dapat dilaksanakan serta diterapkan

untuk peningkatan kualitas pelayanan publik.

Penelitian yang dilakukan Ayuninastiti (2013) di Ombudsman Daerah

Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah memiliki kesamaan dalam meneliti fungsi

Ombudsman dan Pelayanan Publik di Daerah namun yang membedakan dalam

penelitian ini dengan tulisan yang dibuat oleh peneliti yakni berada pada lokasi

penelitian, serta mengetahui peran Lembaga Perwakilan Ombudsman Republik

Indonesia Provinsi Bali dalam pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik pada

bidang pendidikan yang dilaksanakan di Daerah.

Penelitian kedua, dilakukan Noor Sheila (2014) Mahasiswa jurusan

Administrasi Negara Universitas Mulawarman, dengan mengambil penelitian yang

berjudul “Peran Perwakilan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Wilayah

Provinsi Kalimantan Timur dalam Pengawasan Penyelenggaraan Pelayanan

Publik”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis peran

Perwakilan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan

Timur dalam pengawasan penyelenggaraan Pelayanan Publik, Penulis menggunakan

metode penelitian deskriptif kualitatif dengan fokus penelitian tugas-tugas pokok

Perwakilan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan

Timur dan kendala-kendala yang dihadapi Perwakilan Lembaga Ombudsman

Republik Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dalam pengawasan

11

penyelenggaraan Pelayanan Publik. Informan dalam penelitian ini adalah Ketua

Perwakilan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan

Timur, Asisten Perwakilan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Wilayah

Provinsi Kalimantan Timur, masyarakat dan instansi yang pernah melakukan

kerjasama dengan Perwakilan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Wilayah

Provinsi Kalimantan Timur. Alat analisis yang digunakan adalah analisis data

kualitatif model interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Perwakilan Lembaga

Ombudsman Republik Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan Timur sudah

menjalankan tugas yang telah ditetapkan, namun masih kekurangan sumber daya

manusia dan minimnya sosialisasi tentang peran perwakilan Lembaga Ombudsman

Republik Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dalam pengawasan

penyelenggaraan pelayanan publik, sehingga masih banyak masyarakat Kalimantan

Timur yang belum mengetahui peran Perwakilan Lembaga Ombudsman Republik

Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini memiliki kesamaan

dengan tulisan penulis pada lingkup pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik.

Namun perbedaan pada penelitian ini dengan tulisan peneliti adalah lokasi

penelitian.

Penelitian ketiga, dilakukan Kusroh Lailiyah (2013) mahasiswa Fakultas

Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penelitian ini berjudul “Peran Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta

Dalam Mediasi Hak-Hak Pendidikan Masyarakat Periode Tahun 2011-2012”.

12

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Lembaga Ombudsman Daerah

Istimewa Yogyakarta dalam memediasi hak-hak pendidikan masyarakat sehingga

diharapkan dapat tercipta mengurangi berbagai praktek maladministrasi yang kerap

terjadi. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

sosiologis, dengan mengidentifikasi bagaimana hukum berlaku dalam kehidupan

masyarakat dan data-data diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung

dilapangan dengan sumber data.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keberadaan lembaga Ombudsman

sangat membantu masyarakat. Perannya sebagai lembaga pengawas pelayanan

publik menjadikan lembaga Ombudsman derah sebagai wadah pengaduan

masyarakat atas tindakan penyimpangan administrasi yang dilakukan oleh pejabat

pemberi pelayanan publik. Oleh karena itu peran lembaga Ombudsman Daerah

sangat penting dalam rangka mendorong dan mewujudkan penyelenggaran

Pemerintahan Daerah yang baik dan bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi,

nepotisme, penyalahgunaan wewenang dan tindakan sewenang-wenang, sehingga

tercipta clean and good governance. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan

tulisan penulis pada lingkup pelaksanaan peran Ombudsman. Perbedaan pada

penelitian ini dengan tulisan peneliti adalah lokasi penelitian yaitu pengawasan

terhadap penyelenggaraan pelayanan publik pada bidang pendidikan yang belokasi

di Kota Denpasar.

Penelitian keempat, dilakukan Anrie Wiryawan (2014) jurusan Hukum

Kenegaraan dan Pemerintahan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dengan

13

penelitian Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pengawasan Ombudsman Daerah

Provinsi Kalimantan Tengah Terhadap Aparatur Pemerintah Sebagai

Penyelenggara Pelayanan Publik Dikota Palangka Raya Provinsi Kalimantan

Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan

Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan Tengah terhadap aparatur Pemerintah

sebagai penyelenggara pelayanan publik di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan

Tengah, mengetahui hambatan yang dihadapi serta cara mengatasinya. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan ilmu hukum. Data

diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan sumber data dilapangan serta

studi pustaka.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini ialah pengawasan yang dilakukan

oleh Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan Tengah terhadap aparatur Pemerintah

mengenai pelayanan publik di Kota Palangka Raya sebagian besar masih

berdasarkan pada informasi yang berasal dari laporan masyarakat. Hambatan yang

dihadapi oleh Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan Tengah dalam melakukan

pengawasan terhadap aparatur Pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik

di Kota Palangka Raya adalah hambatan dari segi peraturan, sumber daya manusia,

sarana dan prasarana serta letak geografis. Upaya untuk mengatasinya yaitu :

pertama, Hambatan dari segi peraturan, Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan

Tengah terus melakukan pemantauan terhadap rekomendasi yang dikeluarkannya

kepada aparatur Pemerintah dan berkoordinasi dengan atasan dari aparatur

Pemerintah agar dapat melaksanakan rekomendasi. Kedua, Hambatan dari segi

14

sumber daya manusia, Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan Tengah

memaksimalkan sumber daya manusia yang ada dan berkoordinasi dengan instansi

terkait di bidang sumber daya manusia. Ketiga, Hambatan dari segi sarana dan

prasarana, walaupun dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai

Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan Tengah tetap berkomitmen melaksanakan

fungsi, tugas, dan kewenangannya. Keempat, Hambatan dari segi geografis, dalam

mengatasi hambatan dari segi georafis Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan

Tengah berencana membuat kantor perwakilan di Daerah dan menggunakan alat

komunikasi yang ada di Ombudsman Daerah, sehingga memudahkan masyarakat

untuk melaporkan pelanggaran pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur

Pemerintah. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan tulisan yaitu pada pelaksanaan

pengawasan Ombudsman. Perbedaan pada penelitian ini dengan tulisan peneliti

adalah menganalisa pelaksanaan pengawasan Ombudsman dalam penyelenggaraan

pelayanan publik khususnya pada bidang pendidikan.

2.2 Kerangka Konseptual

2.2.1 Konsep Peran Ombudsman Republik Indonesia

Peran berarti laku atau bertindak. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia

peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan di masyarakat (E.St. Harahap, dkk, 2007: 854) Sedangkan makna

peran terkait Status, Kedudukan serta Peran dalam masyarakat, dijelaskan melalui

beberapa cara, yaitu pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan histories,

konsep peran muncul dari kalangan pemain drama atau teater zaman yunani kuno

15

(romawi). Dalam hal ini, peran berarti sebuah pembawaan karakter oleh seorang aktor

dalam mementaskan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial,

yang berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan

tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya

tersebut.

Sementara itu pengertian Ombudsman menurut Roy Gregory, dalam kamus

Swedia antara lain : agents, proxy, deputy atau authorized representative. Istilah-

istilah tersebut menurut Roy Gregory dengan jelas menunjuk pada seseorang yang

bekerja mewakili orang lain untuk menangani permasalahan-permasalahan antara

mereka dengan pemerintah atau organisasi kekuasaan pada umumnya. Sementara itu,

menurut Roy Gregory, didalam berbagai kamus bahasa inggris, kata tersebut

diterjemahkan sebagai berikut :

“An official appointed to investigate complaints against public bodies, government.

Departments or their servants and employees, who acts as independent referee,

without power of sanction or appeal, between individual citizens and their

governments and its administration.”

Menurut R.M. Surachman dan Antonius Sujata, dalam bahasa Swedia, arti

“ombud” sebenarnya ialah “wakil” sah seseorang. Pengertian istilah Ombudsman

diatas, senada dengan yang di kemukakan oleh Paulus Effendi Lotolung.

Menurutnya istilah Ombudsman itu berarti wakil atau kuasa yang diserahi

kepercayaan melakukan kontrol terhadap pemerintah. Ombudsman Republik

Indonesia memiliki peran sebagai lembaga pengawas yang bersifat independen yang

diberi kewenangan untuk klarifikasi dan monitoring terhadap laporan atau pengaduan

16

dari masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintah daerah khususnya

pelaksanaan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah termasuk lembaga peradilan

yang memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Seperti yang tertuang pada

UU Nomor 37 Tahun 2008 pasal 1 yaitu Ombudsman ialah lembaga Negara yang

mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaran pelayanan publik baik yang

diselenggarakan oleh penyelenggara Negara dan Pemerintahan termasuk yang

diselenggarakan oleh BUMN, BUMD, dan BHMN serta badan swasta atau

perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang

sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja

Negara.

Peran Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Bali ialah

menjadi perwakilan dari Ombudsman republik Indonesia dalam mengawasi

penyelenggaraan pelayanan publik di Daerah yang tidak dapat dijangkau oleh

Ombudsman Pusat. Pengawasan oleh Ombudsman Provinsi Bali bertujuan

memberikan perlindungan hukum dan hak-hak masyarakat Provinsi Bali dalam

menerima pelayanan publik dari aparatur pemerintah yang sesuai dengan kepatutan

dan peraturan yang berlaku.

Robert J. Mokler (1972: 2) mengemukan definisi tentang pengawasan yaitu :

“Management control is a sistematic effort to set performance standards with

planning objectives, to design information feedback sistems, to compare actual

performance with these predetermined standards, to determine whether there are any

deviations and to measure their significance, and to take any action required to

assure that all corporate resources are being used in the most effective and efficient

way possible in achieving corporate objectives”

17

Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan

standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem umpan balik

informasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan,

menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur signifikansi

penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk

menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat

mungkin secara lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan.

Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian dari

pengawasan ialah serangkaian usaha yang dilaksanakan untuk memastikan bahwa

organisasi tersebut berjalan kearah tujuan yang di rencanakan. Dalam hal pengawasan

terhadap penyelenggaraan pelayanan publik, pengawasan merupakan Kegiatan yang

dilaksanakan untuk memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pelayanan publik

agar berjalan sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan.

Tujuan diadakannya pengawasan terutama pengawasan terhadap

penyelenggaraan Pemerintahan adalah untuk mengetahui apakah pelaksanaan

wewenang oleh pejabat Pemerintah telah sesuai dengan maksud dan tujuan

pemberiannya, mengetahui apakah pelaksanaan wewenang oleh pejabat Pemerintah

telah sesuai dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan Pemerintahan yang baik,

mengetahui kemungkinan adanya kendala-kendala, kelemahan serta kesulitan terkait

pelaksanaan wewenang yang telah diberikan kepada pejabat sehingga dapat dilakukan

evaluasi untuk memperbaiki serta mencegah pengulangan kegiatan penyimpangan,

18

untuk melindungi hak asasi manusia yang dijamin oleh undang-undang dari

kemungkinan tindakan penyalahgunaan kekuasaan oleh aparatur Pemerintah, serta

menghindari terjadinya perbuatan Pemerintah yang dapat merugikan kepentingan

masyarakat.

Karakteristik pengawasan yang efektif dijelaskan bahwa pengawasan yang

tepat sesuai dengan proses yang harus dilalui tanpa menyimpang dari sistem yang

dianut sehingga tahapan yang dilaluinya benar. Secara umum pengawasan yang

efektif mempunyai karakteristik (Siswanto, 2005:149) sebagai berikut :

1. Akurat (Accurate)

Informasi atas kinerja harus akurat. Ketidak akuratan data dari suatu sistem

pengawasan dapat mengakibatkan organisasi mengambil tindakan yang akan

menemui kegagalan untuk memperbaiki suatu permasalahan.

2. Tepat Waktu (Timely)

Informasi harus dihimpun, diarahkan, dan segera dievaluasi jika akan diambil

tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan perbaikan.

3. Objektif dan Komprehensif (Objective and Comprehensible)

Informasi dalam suatu sistem pengawasan harus mudah dipahami dan

dianggap objektif oleh individu yang menggunakannya. Maka objektif sistem

pengawasan, makin besar kemungkinannya bahwa individu dengan sadar dan

efektif akan merespons informasi yang diterima, demikian pula sebaliknya.

Sistem informasi yang sulit dipahami akan mengakibatkan kebingungan

untuk diterapkan.

19

4. Dipusatkan pada Tempat Pengawasan Strategis (Focused on Strategic

Control Points)

Sistem pengawasan strategis sebaiknya dipusatkan pada bidang yang paling

banyak kemungkinan akan terjadi penyimpangan standar, dan kemungkinan

menimbulkan kerugian yang paling besar. Selain itu, sistem pengawasan

strategis sebaiknya dipusatkan pada tempat yang tindakan perbaikan dapat

dilaksanakan seefektif mungkin.

5. Secara Ekonomi Realistik (Economically Realistic)

Pengeluaran biaya untuk implementasi harus ditekan seminimum mungkin

sehingga terhindar dari pemborosan yang tidak berguna. Usaha untuk

meminimumkan pengeluaran yang tidak produktif adalah dengan cara

mengeluarkan biaya paling minimum yang diperlukan untuk memastikan

bahwa aktivitas yang dipantau akan mencapai tujuan.

6. Secara Organisasi Realistik (Organizationally Realistic)

Sistem pengawasan harus dapat digabungkan dengan realitas organisasi.

Misalnya, individu harus dapat melihat hubungan antara tingkat kinerja yang

harus dicapai dan imbalan yang akan menyusul kemudian.

7. Dikoordinasikan dengan Arus Pekerjaan Organisasi (Coordinated with the

Organization’s Work Flow)

Informasi pengawasan perlu untuk dikoordinasikan dengan arus pekerjaan

diseluruh organisasi karena dua alasan. Pertama, setiap langkah dalam proses

pekerjaan dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi.

20

Kedua, informasi pengawasan harus sampai pada semua orang yang perlu

untuk menerimanya.

8. Fleksibel (Flexible)

Pada setiap organisasi pengawasan harus mengandung sifat fleksibel yang

sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut dapat segera bertindak untuk

mengatasi perubahan yang merugikan atau memanfaatkan peluang baru.

9. Preskriptif dan Operasional (Prescriptive and Operational)

Pengawasan yang efektif dapat mengidentifikasi tindakan perbaikan apa yang

perlu diambil setelah terjadi penyimpangan dari standar. Informasi harus

sampai dalam bentuk yang dapat digunakan ketika tiba pada pihak yang

bertanggung jawab untuk mengambil tindakan perbaikan.

10. Diterima Para Anggota Organisasi (Accepted by Organization Members)

Agar sistem pengawasan dapat diterima Oleh para anggota organisasi,

pengawasan tersebut harus berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Apabila dikaitkan dengan pelayanan publik, pengawasan merupakan salah

satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap

kinerja Pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif,

baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external

control). Di samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).

Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis dari pengawasan yang dapat ditinjau dari 3

segi (Galang Asmara, 2011: 133) yaitu : Pertama, Ditinjau dari segi institusi atau

Lembaga yang melakukan pengawasan.

21

Berdasarkan tinjauan ini jenis pengawasan dibedakan menjadi 2 yaitu

Pengawasan internal dan Pengawasan ekternal. Pengawasan internal merupakan

pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi atau Pemerintahan itu

sendiri. Pengawasan internal ini dipilah menjadi pengawasan internal melalui sistem

pengawasan yang terdapat dalam instansi dan pengawasan internal melalui lembaga-

lembaga pengawas. Pengawasan ekternal merupakan Pengawasan yang dilakukan

oleh lembaga pengawasan yang berada diluar organisasi atau birokrasi Pemerintah.

Lembaga Ombudsman Republik Indonesia ini termasuk lembaga pengawasan yang

bersifat ekternal, yang merupakan lembaga independen yang tidak dapat mendapat

campur tangan dari Pemerintah Daerah.

Jenis pengawasan Kedua, ditinjau dari segi objek yang diawasi, dapat

dibedakan menjadi 2 yaitu pengawasan langsung dan pengawasan tak langsung.

Pengawasan langsung ialah pengawasan yang dilakukan sendiri oleh pemimpin atau

pihak pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara

langsung ditempat pekerjaan terhadap objek yang diawasi. Pengawasan secara

langsung yang dilakukan oleh Ombudsman ialah melalui datang langsung melakukan

inspeksi mendadak dan terjadwal ke instansi-instansi terkait. Sementara itu,

Pengawasan tidak langsung ialah pengawasan yang dilakukan tanpa terjun langsung

di lapangan. Pengawasan ini dilaksanakan melalui pemeriksaan atas laporan-laporan

yang diterima dari masyarakat atau Institusi Pers, secara tertulis maupun lisan. Dalam

menjalankan pengawasan tidak langsung, Ombudsman melaksanakannya dengan cara

menindak lanjuti pengaduan masyarakat dan pemberitaan media massa.

22

Ketiga, jenis pengawasan yang ditinjau dari segi waktu pelaksanaan, dapat

dibedakan mejadi 2 yaitu pengawasan preventif dan pengawasan represif.

Pengawasan preventif ialah pengawasan yang dilakukan sebelum pelaksanaan atau

sebelum dikeluarkannya kebijakan Pemerintah. Pengawasan ini dilakukan oleh

Ombudsman untuk mencegah terjadinya praktek-praktek penyimpangan dalam

penyelenggaraan Pelayanan Publik. Sedangkan, Pengawasan represif ialah

pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan dilaksanakan atau setelah peraturan

atau ketetapan Pemerintah dikeluarkan. Pengawasan ini dilakukan, apabila telah

terjadi penyimpangan dalam instansi tersebut, sehingga perlu tetap dipantau agar

penyimpangan tidak terjadi kembali.

2.2.2 Konsep Pelayanan Publik Bidang Pendidikan

Pelayanan Publik adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara

serta penduduk terkait barang, jasa, pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik (Pasal 1 Ayat (1) UU No. 25 Tahun 2009).

Sementara itu pengertian pendidikan ialah proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pelayanan publik bidang pendidikan ialah

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan terkait dalam penyedian jasa

23

pembelajaran bagi peserta didik secara aktif terencana untuk memperoleh

pengetahuan umum, mengembangkan kekuatan penalaran dan penilaian, dan

umumnya mempersiapkan diri sendiri atau orang lain secara intelektual untuk

kehidupan dewasa. Hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan publik

kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur Pemerintahan

sebagai abdi masyarakat.

Dalam Pelayanan Publik bidang pendidikan terdapat dua hal yang begitu

penting pelaksanaannya yaitu terkait Ujian Nasional (UN) dan Penerimaan Peserta

Didik Baru (PPDB). Menurut Hari Setiadi, Ujian Nasional adalah penilaian hasil

belajar oleh pemerintah yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan

secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok ilmu pengetahuan dan

teknologi. Sedangkan menurut H. A. R. Tilaar, Ujian Nasional adalah upaya

pemerintah untuk mengevaluasi tingkat pendidikan secara nasional dengan

menetapkan standarisasi nasional pendidikan. Berdasarkan pendapat tersebut tentang

Ujian Nasional maka dapat disimpulkan bahwa Ujian Nasional adalah sistem evaluasi

atau penilaian standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dengan

menetapkan standarisasi nasional pendidikan yang bertujuan sebagai pemetaan

masalah pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan nasional.

Sementara itu, Pengertian Penerimaan Peserta Didik (PPDB) adalah proses seleksi

administrasi dan akademis calon peserta didik untuk memasuki jenjang pendidikan

setingkat lebih tinggi.

24

Prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan pelayanan publik diatur dalam

Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor

63/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan

Publik, adalah sebagai berikut;

1. Kesederhanaan: Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah

dipahami, dan mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan;

2. Kejelasan: yang meliputi (1) Persyaratan teknis dan adminsitratif pelayanan

publik; (2) Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab

dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/ sengketa

dalam pelaksanaan pelayanan publik; (3) Rincian biaya pelayanan publik dan

tata cara pembayaran;

3. Kepastian waktu: Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam

kurun waktu yang telah ditentukan;

4. Akurasi: Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah;

5. Keamanan: Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

kepastian hukum;

6. Tanggung jawab: Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat

yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan

Penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik;

7. Kelengkapan sarana dan prasarana kerja: peralatan kerja dan pendukung

lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi

dan informatika (teletematika);

25

8. Kemudahan Akses: Tempat dan lokasi sarana prasarana pelayanan yang

memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan

teknologi telekomunikasi dan informasi;

9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan: Pemberi pelayanan harus bersikap

disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan

ikhlas;

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Teori Organisasi

Organisasi adalah sistem dari kegiatan manusia yang bekerjasama (An

organization is a system of cooperative human activities). Atchison dan Witson W.

Hill (1978:43), dalam bukunya “Management Today”, menegaskan, “Organisasi

adalah sistem yang dipolakan orang untuk melaksanakan tujuan atau untuk mencapai

sasaran (Organizations are sistems that are designed by people to accomplish some

purpose ot to achieve some goal). Definisi tersebut hampir sama maknanya dengan

definisi Everett M. Rogerts dan Rekha Agarwala-Rogers (1976: 3) dalam bukunya

”Communication in Organizations”, bahwa organisasi adalah “sistem yang mapan

dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama melalui suatu

jenjang kepangkatan dan pembagian kerja” (a stable sistem of individuals who work

together to achieve, through a hierarchy of ranks and division of labor, common

goals (Effendy, 1993 : 2).

Dari beberapa pendapat tokoh diatas, penulis menyimpulkan bahwa organisasi

adalah kumpulan dua orang atau lebih yang membentuk kerjasama dalam satu wadah

26

untuk mencapai visi, misi dan tujuan bersama secara efektif dan efisien. Jika

didukung oleh adanya kerjasama, satu tekad dan tujuan, perencanaan, pembagian

tugas, pelaksaan bahkan pengawasan, tujuan mereka dalam organisasi dapat terwujud

secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, suatu organisasi harus memenuhi beberapa

prinsip umum, antara lain :

a. Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas dan kesamaan pandangan

seluruh personal yang terlibat didalamnya.

b. Organisasi harus memiliki pimpinan yang mampu mengarahkan para

anggotanya dan delegasikan tugas, wewenang, dan tanggungjawab kepada

mereka sesuai dengan bakat, pengetahuan dan kemampuan mereka.

c. Organisasi memiliki struktur organisasi yang disusun sesuai dengan

kebutuhan sehingga batasan wewenang pekerjaan antarpersonal menjadi jelas

Sedang untuk fungsi dari organisasi itu sendiri yaitu sebagai berikut : (1)

Menetapkan bidang-bidang kerja, metode dan alat yang dibutuhkan, serta personal

yang dibutuhkan. (2) Membina hubungan antara personal yang terlibat,

tanggungjawab, wewenang, hak dan kewajiban mereka sehingga mempercepat

tercapainya tujuan organisasi.

2.3.2 Teori Manajemen Publik

Manajemen Publik seringkali diidentikan dengan manajemen instansi

Pemerintah. Menurut Overman (Dalam Keban, 2004) mengatakan bahwa manajemen

publik ialah suatu studi interdisipliner dari aspek-aspek umum organisasi dan

merupakan gabungan antara fungsi manajemen seperti planning, organizing, dan

27

controlling di satu sisi sedangkan disisi lain adalah sumber daya manusia, keuangan,

fisik, informasi, dan politik. Selain itu, Shafritz, Hyde dan Ott (1977) menyatakan

bahwa manajemen publik merupakan proses menggerakan sumber daya manusia dan

non sumber daya manusia sesuai dengan perintah kebijakan publik. Manajemen

publik dan kebijakan publik merupakan dua bidang dalam administrasi publik yang

tumpang tindih. Kebijakan publik menjadi landasan pemikiran yang mengatur standar

operasional pelayanan. Sedangkan manajemen publik menjadi penggerak dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam proses pelayanan sesuai dengan

ketentuan kebijakan. Dengan adanya manajemen publik, Pemerintah dituntut untuk

memberikan pelayanan yang professional, punya rasionalisasi dan akuntabilitas bisa

dipertanggungjawabkan, mempunyai perencanaan dan melakukan kontrol yang

efektif serta sistem keuangan dan penganggaran yang baik dan transparan, sekaligus

mempunyai sumber daya manusia yang produktif dan siap bekerja dengan keahlian

yang diperlukan. Masalah-masalah dalam manajemen publik (Muluk, 2009) ialah :

a. Pengaruh budaya lama (budaya feodal)

Dalam mengadopsi sistem manajemen publik, maka tidak bisa dengan utuh

langsung diterapkan di sebuah negara atau daerah, karena pasti budaya

setempat mempengaruhi dengan kuat ketika akan mempraktekkannya. Rasa

kekeluargaan di Indonesia sangat kuat, apabila ada saudara, keluarga, atau

tetangga yang mempunyai wewenang untuk melakukan proses pengurusan

administrasi pemerintahan, pastilah kita minta bantuannya dan otomatis

28

keluarga tersebut akan mendahulukan kita tanpa proses antri, dan masih

banyak contoh yang lainnya.

b. Politisasi Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah dalam hal ini kepala daerah sebagai jabatan politis maka

akan banyak kepentingan politis yang lebih mempengaruhi dalam pelaksanaan

pemerintahan. Ini bisa terlihat setiap ada pergantian Kepala Daerah, maka

pasti akan diikuti oleh pergantian pejabat eselon yang ada, tanpa alasan yang

jelas hampir semua pejabat diganti, dengan alasan menempatkan orang yang

loyal, dan ini menyebabkan pejabat eselon juga menjadi mandul, tidak kritis

terhadap kebijakan. Kemudian bisa di pastikan ada kesepakatan-kesepakatan

politik antara kepala daerah terpilih dengan partai yang mencalonkannya,

minimal pada pembagian proyek-proyek daerah.

29

2.4 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Peran Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Bali Dalam Pengawasan Penyelenggaraan

Pelayanan Publik Bidang Pendidikan

UU No. 37 Tahun 2008

Tentang Ombudsman Republik Indonesia

UU No. 25 Tanun 2009

Tentang Pelayanan Publik

Penyelengaraan Pelayanan

Pendidikan yang masih

kurang transparan.

Banyaknya Pengaduan

masyarakat terkait

Pelayanan Pendidikan

Pemerintah

Pelaksanaan Peran Perwakilan Ombudsman

Republik Indonesia Provinsi Bali dalam

pengawasan penyelengaraan Pelayanan

Publik Bidang Pendidikan

Fungsi, Tugas dan Wewenang

Perwakilan Ombudsman

Republik Indonesia Provinsi

Bali

Kode Etik

Struktural Fungsional

Pengawasan

Pertanggung Jawaban

Efektivitas Pengawasan

Kesimpulan dan Saran