9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 ... II .pdf · 11 penyelenggaraan Pelayanan...
Transcript of 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 ... II .pdf · 11 penyelenggaraan Pelayanan...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan
penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengkaji mengenai peran
Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia di berbagai daerah dan beberapa
penelitian lain yang masih memiliki kaitan dengan variabel dalam penelitian ini.
Penelitian pertama, dilakukan Melati Megarista Ayuninastiti (2013) dari
jurusan ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret, memaparkan tentang kinerja
Ombudsman dalam penelitiannya yang berjudul “Fungsi Ombudsman untuk
Pelayanan Publik Yang Berkualitas di Daerah” studi kasusnya di Ombudsman
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi Ombudsman khususnya pada
Perwakilan Daerah istimewa Jogjakarta dan Provinsi Jawa Tengah, menganalisa
apakah dengan keberadaan Ombudsman di Daerah terjadi peningkatan kualitas
pelayanan publik atau tidak. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang
menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan
yaitu studi lapangan, studi kepustakaan dan wawancara. Teknik analisa yang
dipergunakan ialah teknik analisa kualitatif. Kesimpulan yang diperoleh dalam
penelitian ini ialah berfungsi atau tidaknya Ombudsman tergantung dari pelaksanaan
10
penyelesaian dan saran yang diberikan Ombudsman kepada instansi terlapor.
Ombudsman dapat berfungsi optimal ketika laporan yang diterima dapat diselesaikan
dan saran yang diberikan kepada instansi terlapor dapat dilaksanakan serta diterapkan
untuk peningkatan kualitas pelayanan publik.
Penelitian yang dilakukan Ayuninastiti (2013) di Ombudsman Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah memiliki kesamaan dalam meneliti fungsi
Ombudsman dan Pelayanan Publik di Daerah namun yang membedakan dalam
penelitian ini dengan tulisan yang dibuat oleh peneliti yakni berada pada lokasi
penelitian, serta mengetahui peran Lembaga Perwakilan Ombudsman Republik
Indonesia Provinsi Bali dalam pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik pada
bidang pendidikan yang dilaksanakan di Daerah.
Penelitian kedua, dilakukan Noor Sheila (2014) Mahasiswa jurusan
Administrasi Negara Universitas Mulawarman, dengan mengambil penelitian yang
berjudul “Peran Perwakilan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Wilayah
Provinsi Kalimantan Timur dalam Pengawasan Penyelenggaraan Pelayanan
Publik”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis peran
Perwakilan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan
Timur dalam pengawasan penyelenggaraan Pelayanan Publik, Penulis menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif dengan fokus penelitian tugas-tugas pokok
Perwakilan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan
Timur dan kendala-kendala yang dihadapi Perwakilan Lembaga Ombudsman
Republik Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dalam pengawasan
11
penyelenggaraan Pelayanan Publik. Informan dalam penelitian ini adalah Ketua
Perwakilan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan
Timur, Asisten Perwakilan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Wilayah
Provinsi Kalimantan Timur, masyarakat dan instansi yang pernah melakukan
kerjasama dengan Perwakilan Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Wilayah
Provinsi Kalimantan Timur. Alat analisis yang digunakan adalah analisis data
kualitatif model interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Perwakilan Lembaga
Ombudsman Republik Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan Timur sudah
menjalankan tugas yang telah ditetapkan, namun masih kekurangan sumber daya
manusia dan minimnya sosialisasi tentang peran perwakilan Lembaga Ombudsman
Republik Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dalam pengawasan
penyelenggaraan pelayanan publik, sehingga masih banyak masyarakat Kalimantan
Timur yang belum mengetahui peran Perwakilan Lembaga Ombudsman Republik
Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini memiliki kesamaan
dengan tulisan penulis pada lingkup pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik.
Namun perbedaan pada penelitian ini dengan tulisan peneliti adalah lokasi
penelitian.
Penelitian ketiga, dilakukan Kusroh Lailiyah (2013) mahasiswa Fakultas
Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penelitian ini berjudul “Peran Lembaga Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta
Dalam Mediasi Hak-Hak Pendidikan Masyarakat Periode Tahun 2011-2012”.
12
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Lembaga Ombudsman Daerah
Istimewa Yogyakarta dalam memediasi hak-hak pendidikan masyarakat sehingga
diharapkan dapat tercipta mengurangi berbagai praktek maladministrasi yang kerap
terjadi. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
sosiologis, dengan mengidentifikasi bagaimana hukum berlaku dalam kehidupan
masyarakat dan data-data diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung
dilapangan dengan sumber data.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keberadaan lembaga Ombudsman
sangat membantu masyarakat. Perannya sebagai lembaga pengawas pelayanan
publik menjadikan lembaga Ombudsman derah sebagai wadah pengaduan
masyarakat atas tindakan penyimpangan administrasi yang dilakukan oleh pejabat
pemberi pelayanan publik. Oleh karena itu peran lembaga Ombudsman Daerah
sangat penting dalam rangka mendorong dan mewujudkan penyelenggaran
Pemerintahan Daerah yang baik dan bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi,
nepotisme, penyalahgunaan wewenang dan tindakan sewenang-wenang, sehingga
tercipta clean and good governance. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan
tulisan penulis pada lingkup pelaksanaan peran Ombudsman. Perbedaan pada
penelitian ini dengan tulisan peneliti adalah lokasi penelitian yaitu pengawasan
terhadap penyelenggaraan pelayanan publik pada bidang pendidikan yang belokasi
di Kota Denpasar.
Penelitian keempat, dilakukan Anrie Wiryawan (2014) jurusan Hukum
Kenegaraan dan Pemerintahan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dengan
13
penelitian Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pengawasan Ombudsman Daerah
Provinsi Kalimantan Tengah Terhadap Aparatur Pemerintah Sebagai
Penyelenggara Pelayanan Publik Dikota Palangka Raya Provinsi Kalimantan
Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan
Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan Tengah terhadap aparatur Pemerintah
sebagai penyelenggara pelayanan publik di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan
Tengah, mengetahui hambatan yang dihadapi serta cara mengatasinya. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan ilmu hukum. Data
diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan sumber data dilapangan serta
studi pustaka.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini ialah pengawasan yang dilakukan
oleh Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan Tengah terhadap aparatur Pemerintah
mengenai pelayanan publik di Kota Palangka Raya sebagian besar masih
berdasarkan pada informasi yang berasal dari laporan masyarakat. Hambatan yang
dihadapi oleh Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan Tengah dalam melakukan
pengawasan terhadap aparatur Pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik
di Kota Palangka Raya adalah hambatan dari segi peraturan, sumber daya manusia,
sarana dan prasarana serta letak geografis. Upaya untuk mengatasinya yaitu :
pertama, Hambatan dari segi peraturan, Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan
Tengah terus melakukan pemantauan terhadap rekomendasi yang dikeluarkannya
kepada aparatur Pemerintah dan berkoordinasi dengan atasan dari aparatur
Pemerintah agar dapat melaksanakan rekomendasi. Kedua, Hambatan dari segi
14
sumber daya manusia, Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan Tengah
memaksimalkan sumber daya manusia yang ada dan berkoordinasi dengan instansi
terkait di bidang sumber daya manusia. Ketiga, Hambatan dari segi sarana dan
prasarana, walaupun dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai
Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan Tengah tetap berkomitmen melaksanakan
fungsi, tugas, dan kewenangannya. Keempat, Hambatan dari segi geografis, dalam
mengatasi hambatan dari segi georafis Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan
Tengah berencana membuat kantor perwakilan di Daerah dan menggunakan alat
komunikasi yang ada di Ombudsman Daerah, sehingga memudahkan masyarakat
untuk melaporkan pelanggaran pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur
Pemerintah. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan tulisan yaitu pada pelaksanaan
pengawasan Ombudsman. Perbedaan pada penelitian ini dengan tulisan peneliti
adalah menganalisa pelaksanaan pengawasan Ombudsman dalam penyelenggaraan
pelayanan publik khususnya pada bidang pendidikan.
2.2 Kerangka Konseptual
2.2.1 Konsep Peran Ombudsman Republik Indonesia
Peran berarti laku atau bertindak. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia
peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat (E.St. Harahap, dkk, 2007: 854) Sedangkan makna
peran terkait Status, Kedudukan serta Peran dalam masyarakat, dijelaskan melalui
beberapa cara, yaitu pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan histories,
konsep peran muncul dari kalangan pemain drama atau teater zaman yunani kuno
15
(romawi). Dalam hal ini, peran berarti sebuah pembawaan karakter oleh seorang aktor
dalam mementaskan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial,
yang berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan
tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya
tersebut.
Sementara itu pengertian Ombudsman menurut Roy Gregory, dalam kamus
Swedia antara lain : agents, proxy, deputy atau authorized representative. Istilah-
istilah tersebut menurut Roy Gregory dengan jelas menunjuk pada seseorang yang
bekerja mewakili orang lain untuk menangani permasalahan-permasalahan antara
mereka dengan pemerintah atau organisasi kekuasaan pada umumnya. Sementara itu,
menurut Roy Gregory, didalam berbagai kamus bahasa inggris, kata tersebut
diterjemahkan sebagai berikut :
“An official appointed to investigate complaints against public bodies, government.
Departments or their servants and employees, who acts as independent referee,
without power of sanction or appeal, between individual citizens and their
governments and its administration.”
Menurut R.M. Surachman dan Antonius Sujata, dalam bahasa Swedia, arti
“ombud” sebenarnya ialah “wakil” sah seseorang. Pengertian istilah Ombudsman
diatas, senada dengan yang di kemukakan oleh Paulus Effendi Lotolung.
Menurutnya istilah Ombudsman itu berarti wakil atau kuasa yang diserahi
kepercayaan melakukan kontrol terhadap pemerintah. Ombudsman Republik
Indonesia memiliki peran sebagai lembaga pengawas yang bersifat independen yang
diberi kewenangan untuk klarifikasi dan monitoring terhadap laporan atau pengaduan
16
dari masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintah daerah khususnya
pelaksanaan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah termasuk lembaga peradilan
yang memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Seperti yang tertuang pada
UU Nomor 37 Tahun 2008 pasal 1 yaitu Ombudsman ialah lembaga Negara yang
mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaran pelayanan publik baik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara Negara dan Pemerintahan termasuk yang
diselenggarakan oleh BUMN, BUMD, dan BHMN serta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
Negara.
Peran Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Bali ialah
menjadi perwakilan dari Ombudsman republik Indonesia dalam mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik di Daerah yang tidak dapat dijangkau oleh
Ombudsman Pusat. Pengawasan oleh Ombudsman Provinsi Bali bertujuan
memberikan perlindungan hukum dan hak-hak masyarakat Provinsi Bali dalam
menerima pelayanan publik dari aparatur pemerintah yang sesuai dengan kepatutan
dan peraturan yang berlaku.
Robert J. Mokler (1972: 2) mengemukan definisi tentang pengawasan yaitu :
“Management control is a sistematic effort to set performance standards with
planning objectives, to design information feedback sistems, to compare actual
performance with these predetermined standards, to determine whether there are any
deviations and to measure their significance, and to take any action required to
assure that all corporate resources are being used in the most effective and efficient
way possible in achieving corporate objectives”
17
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem umpan balik
informasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan,
menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur signifikansi
penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat
mungkin secara lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan.
Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
pengawasan ialah serangkaian usaha yang dilaksanakan untuk memastikan bahwa
organisasi tersebut berjalan kearah tujuan yang di rencanakan. Dalam hal pengawasan
terhadap penyelenggaraan pelayanan publik, pengawasan merupakan Kegiatan yang
dilaksanakan untuk memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pelayanan publik
agar berjalan sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
Tujuan diadakannya pengawasan terutama pengawasan terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan adalah untuk mengetahui apakah pelaksanaan
wewenang oleh pejabat Pemerintah telah sesuai dengan maksud dan tujuan
pemberiannya, mengetahui apakah pelaksanaan wewenang oleh pejabat Pemerintah
telah sesuai dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan Pemerintahan yang baik,
mengetahui kemungkinan adanya kendala-kendala, kelemahan serta kesulitan terkait
pelaksanaan wewenang yang telah diberikan kepada pejabat sehingga dapat dilakukan
evaluasi untuk memperbaiki serta mencegah pengulangan kegiatan penyimpangan,
18
untuk melindungi hak asasi manusia yang dijamin oleh undang-undang dari
kemungkinan tindakan penyalahgunaan kekuasaan oleh aparatur Pemerintah, serta
menghindari terjadinya perbuatan Pemerintah yang dapat merugikan kepentingan
masyarakat.
Karakteristik pengawasan yang efektif dijelaskan bahwa pengawasan yang
tepat sesuai dengan proses yang harus dilalui tanpa menyimpang dari sistem yang
dianut sehingga tahapan yang dilaluinya benar. Secara umum pengawasan yang
efektif mempunyai karakteristik (Siswanto, 2005:149) sebagai berikut :
1. Akurat (Accurate)
Informasi atas kinerja harus akurat. Ketidak akuratan data dari suatu sistem
pengawasan dapat mengakibatkan organisasi mengambil tindakan yang akan
menemui kegagalan untuk memperbaiki suatu permasalahan.
2. Tepat Waktu (Timely)
Informasi harus dihimpun, diarahkan, dan segera dievaluasi jika akan diambil
tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan perbaikan.
3. Objektif dan Komprehensif (Objective and Comprehensible)
Informasi dalam suatu sistem pengawasan harus mudah dipahami dan
dianggap objektif oleh individu yang menggunakannya. Maka objektif sistem
pengawasan, makin besar kemungkinannya bahwa individu dengan sadar dan
efektif akan merespons informasi yang diterima, demikian pula sebaliknya.
Sistem informasi yang sulit dipahami akan mengakibatkan kebingungan
untuk diterapkan.
19
4. Dipusatkan pada Tempat Pengawasan Strategis (Focused on Strategic
Control Points)
Sistem pengawasan strategis sebaiknya dipusatkan pada bidang yang paling
banyak kemungkinan akan terjadi penyimpangan standar, dan kemungkinan
menimbulkan kerugian yang paling besar. Selain itu, sistem pengawasan
strategis sebaiknya dipusatkan pada tempat yang tindakan perbaikan dapat
dilaksanakan seefektif mungkin.
5. Secara Ekonomi Realistik (Economically Realistic)
Pengeluaran biaya untuk implementasi harus ditekan seminimum mungkin
sehingga terhindar dari pemborosan yang tidak berguna. Usaha untuk
meminimumkan pengeluaran yang tidak produktif adalah dengan cara
mengeluarkan biaya paling minimum yang diperlukan untuk memastikan
bahwa aktivitas yang dipantau akan mencapai tujuan.
6. Secara Organisasi Realistik (Organizationally Realistic)
Sistem pengawasan harus dapat digabungkan dengan realitas organisasi.
Misalnya, individu harus dapat melihat hubungan antara tingkat kinerja yang
harus dicapai dan imbalan yang akan menyusul kemudian.
7. Dikoordinasikan dengan Arus Pekerjaan Organisasi (Coordinated with the
Organization’s Work Flow)
Informasi pengawasan perlu untuk dikoordinasikan dengan arus pekerjaan
diseluruh organisasi karena dua alasan. Pertama, setiap langkah dalam proses
pekerjaan dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi.
20
Kedua, informasi pengawasan harus sampai pada semua orang yang perlu
untuk menerimanya.
8. Fleksibel (Flexible)
Pada setiap organisasi pengawasan harus mengandung sifat fleksibel yang
sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut dapat segera bertindak untuk
mengatasi perubahan yang merugikan atau memanfaatkan peluang baru.
9. Preskriptif dan Operasional (Prescriptive and Operational)
Pengawasan yang efektif dapat mengidentifikasi tindakan perbaikan apa yang
perlu diambil setelah terjadi penyimpangan dari standar. Informasi harus
sampai dalam bentuk yang dapat digunakan ketika tiba pada pihak yang
bertanggung jawab untuk mengambil tindakan perbaikan.
10. Diterima Para Anggota Organisasi (Accepted by Organization Members)
Agar sistem pengawasan dapat diterima Oleh para anggota organisasi,
pengawasan tersebut harus berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Apabila dikaitkan dengan pelayanan publik, pengawasan merupakan salah
satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap
kinerja Pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif,
baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external
control). Di samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).
Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis dari pengawasan yang dapat ditinjau dari 3
segi (Galang Asmara, 2011: 133) yaitu : Pertama, Ditinjau dari segi institusi atau
Lembaga yang melakukan pengawasan.
21
Berdasarkan tinjauan ini jenis pengawasan dibedakan menjadi 2 yaitu
Pengawasan internal dan Pengawasan ekternal. Pengawasan internal merupakan
pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi atau Pemerintahan itu
sendiri. Pengawasan internal ini dipilah menjadi pengawasan internal melalui sistem
pengawasan yang terdapat dalam instansi dan pengawasan internal melalui lembaga-
lembaga pengawas. Pengawasan ekternal merupakan Pengawasan yang dilakukan
oleh lembaga pengawasan yang berada diluar organisasi atau birokrasi Pemerintah.
Lembaga Ombudsman Republik Indonesia ini termasuk lembaga pengawasan yang
bersifat ekternal, yang merupakan lembaga independen yang tidak dapat mendapat
campur tangan dari Pemerintah Daerah.
Jenis pengawasan Kedua, ditinjau dari segi objek yang diawasi, dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu pengawasan langsung dan pengawasan tak langsung.
Pengawasan langsung ialah pengawasan yang dilakukan sendiri oleh pemimpin atau
pihak pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara
langsung ditempat pekerjaan terhadap objek yang diawasi. Pengawasan secara
langsung yang dilakukan oleh Ombudsman ialah melalui datang langsung melakukan
inspeksi mendadak dan terjadwal ke instansi-instansi terkait. Sementara itu,
Pengawasan tidak langsung ialah pengawasan yang dilakukan tanpa terjun langsung
di lapangan. Pengawasan ini dilaksanakan melalui pemeriksaan atas laporan-laporan
yang diterima dari masyarakat atau Institusi Pers, secara tertulis maupun lisan. Dalam
menjalankan pengawasan tidak langsung, Ombudsman melaksanakannya dengan cara
menindak lanjuti pengaduan masyarakat dan pemberitaan media massa.
22
Ketiga, jenis pengawasan yang ditinjau dari segi waktu pelaksanaan, dapat
dibedakan mejadi 2 yaitu pengawasan preventif dan pengawasan represif.
Pengawasan preventif ialah pengawasan yang dilakukan sebelum pelaksanaan atau
sebelum dikeluarkannya kebijakan Pemerintah. Pengawasan ini dilakukan oleh
Ombudsman untuk mencegah terjadinya praktek-praktek penyimpangan dalam
penyelenggaraan Pelayanan Publik. Sedangkan, Pengawasan represif ialah
pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan dilaksanakan atau setelah peraturan
atau ketetapan Pemerintah dikeluarkan. Pengawasan ini dilakukan, apabila telah
terjadi penyimpangan dalam instansi tersebut, sehingga perlu tetap dipantau agar
penyimpangan tidak terjadi kembali.
2.2.2 Konsep Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
Pelayanan Publik adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara
serta penduduk terkait barang, jasa, pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik (Pasal 1 Ayat (1) UU No. 25 Tahun 2009).
Sementara itu pengertian pendidikan ialah proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pelayanan publik bidang pendidikan ialah
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan terkait dalam penyedian jasa
23
pembelajaran bagi peserta didik secara aktif terencana untuk memperoleh
pengetahuan umum, mengembangkan kekuatan penalaran dan penilaian, dan
umumnya mempersiapkan diri sendiri atau orang lain secara intelektual untuk
kehidupan dewasa. Hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan publik
kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur Pemerintahan
sebagai abdi masyarakat.
Dalam Pelayanan Publik bidang pendidikan terdapat dua hal yang begitu
penting pelaksanaannya yaitu terkait Ujian Nasional (UN) dan Penerimaan Peserta
Didik Baru (PPDB). Menurut Hari Setiadi, Ujian Nasional adalah penilaian hasil
belajar oleh pemerintah yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan
secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sedangkan menurut H. A. R. Tilaar, Ujian Nasional adalah upaya
pemerintah untuk mengevaluasi tingkat pendidikan secara nasional dengan
menetapkan standarisasi nasional pendidikan. Berdasarkan pendapat tersebut tentang
Ujian Nasional maka dapat disimpulkan bahwa Ujian Nasional adalah sistem evaluasi
atau penilaian standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dengan
menetapkan standarisasi nasional pendidikan yang bertujuan sebagai pemetaan
masalah pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan nasional.
Sementara itu, Pengertian Penerimaan Peserta Didik (PPDB) adalah proses seleksi
administrasi dan akademis calon peserta didik untuk memasuki jenjang pendidikan
setingkat lebih tinggi.
24
Prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan pelayanan publik diatur dalam
Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan
Publik, adalah sebagai berikut;
1. Kesederhanaan: Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah
dipahami, dan mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan;
2. Kejelasan: yang meliputi (1) Persyaratan teknis dan adminsitratif pelayanan
publik; (2) Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab
dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/ sengketa
dalam pelaksanaan pelayanan publik; (3) Rincian biaya pelayanan publik dan
tata cara pembayaran;
3. Kepastian waktu: Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan;
4. Akurasi: Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah;
5. Keamanan: Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum;
6. Tanggung jawab: Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat
yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan
Penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik;
7. Kelengkapan sarana dan prasarana kerja: peralatan kerja dan pendukung
lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi
dan informatika (teletematika);
25
8. Kemudahan Akses: Tempat dan lokasi sarana prasarana pelayanan yang
memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan
teknologi telekomunikasi dan informasi;
9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan: Pemberi pelayanan harus bersikap
disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan
ikhlas;
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Teori Organisasi
Organisasi adalah sistem dari kegiatan manusia yang bekerjasama (An
organization is a system of cooperative human activities). Atchison dan Witson W.
Hill (1978:43), dalam bukunya “Management Today”, menegaskan, “Organisasi
adalah sistem yang dipolakan orang untuk melaksanakan tujuan atau untuk mencapai
sasaran (Organizations are sistems that are designed by people to accomplish some
purpose ot to achieve some goal). Definisi tersebut hampir sama maknanya dengan
definisi Everett M. Rogerts dan Rekha Agarwala-Rogers (1976: 3) dalam bukunya
”Communication in Organizations”, bahwa organisasi adalah “sistem yang mapan
dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama melalui suatu
jenjang kepangkatan dan pembagian kerja” (a stable sistem of individuals who work
together to achieve, through a hierarchy of ranks and division of labor, common
goals (Effendy, 1993 : 2).
Dari beberapa pendapat tokoh diatas, penulis menyimpulkan bahwa organisasi
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang membentuk kerjasama dalam satu wadah
26
untuk mencapai visi, misi dan tujuan bersama secara efektif dan efisien. Jika
didukung oleh adanya kerjasama, satu tekad dan tujuan, perencanaan, pembagian
tugas, pelaksaan bahkan pengawasan, tujuan mereka dalam organisasi dapat terwujud
secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, suatu organisasi harus memenuhi beberapa
prinsip umum, antara lain :
a. Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas dan kesamaan pandangan
seluruh personal yang terlibat didalamnya.
b. Organisasi harus memiliki pimpinan yang mampu mengarahkan para
anggotanya dan delegasikan tugas, wewenang, dan tanggungjawab kepada
mereka sesuai dengan bakat, pengetahuan dan kemampuan mereka.
c. Organisasi memiliki struktur organisasi yang disusun sesuai dengan
kebutuhan sehingga batasan wewenang pekerjaan antarpersonal menjadi jelas
Sedang untuk fungsi dari organisasi itu sendiri yaitu sebagai berikut : (1)
Menetapkan bidang-bidang kerja, metode dan alat yang dibutuhkan, serta personal
yang dibutuhkan. (2) Membina hubungan antara personal yang terlibat,
tanggungjawab, wewenang, hak dan kewajiban mereka sehingga mempercepat
tercapainya tujuan organisasi.
2.3.2 Teori Manajemen Publik
Manajemen Publik seringkali diidentikan dengan manajemen instansi
Pemerintah. Menurut Overman (Dalam Keban, 2004) mengatakan bahwa manajemen
publik ialah suatu studi interdisipliner dari aspek-aspek umum organisasi dan
merupakan gabungan antara fungsi manajemen seperti planning, organizing, dan
27
controlling di satu sisi sedangkan disisi lain adalah sumber daya manusia, keuangan,
fisik, informasi, dan politik. Selain itu, Shafritz, Hyde dan Ott (1977) menyatakan
bahwa manajemen publik merupakan proses menggerakan sumber daya manusia dan
non sumber daya manusia sesuai dengan perintah kebijakan publik. Manajemen
publik dan kebijakan publik merupakan dua bidang dalam administrasi publik yang
tumpang tindih. Kebijakan publik menjadi landasan pemikiran yang mengatur standar
operasional pelayanan. Sedangkan manajemen publik menjadi penggerak dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam proses pelayanan sesuai dengan
ketentuan kebijakan. Dengan adanya manajemen publik, Pemerintah dituntut untuk
memberikan pelayanan yang professional, punya rasionalisasi dan akuntabilitas bisa
dipertanggungjawabkan, mempunyai perencanaan dan melakukan kontrol yang
efektif serta sistem keuangan dan penganggaran yang baik dan transparan, sekaligus
mempunyai sumber daya manusia yang produktif dan siap bekerja dengan keahlian
yang diperlukan. Masalah-masalah dalam manajemen publik (Muluk, 2009) ialah :
a. Pengaruh budaya lama (budaya feodal)
Dalam mengadopsi sistem manajemen publik, maka tidak bisa dengan utuh
langsung diterapkan di sebuah negara atau daerah, karena pasti budaya
setempat mempengaruhi dengan kuat ketika akan mempraktekkannya. Rasa
kekeluargaan di Indonesia sangat kuat, apabila ada saudara, keluarga, atau
tetangga yang mempunyai wewenang untuk melakukan proses pengurusan
administrasi pemerintahan, pastilah kita minta bantuannya dan otomatis
28
keluarga tersebut akan mendahulukan kita tanpa proses antri, dan masih
banyak contoh yang lainnya.
b. Politisasi Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah dalam hal ini kepala daerah sebagai jabatan politis maka
akan banyak kepentingan politis yang lebih mempengaruhi dalam pelaksanaan
pemerintahan. Ini bisa terlihat setiap ada pergantian Kepala Daerah, maka
pasti akan diikuti oleh pergantian pejabat eselon yang ada, tanpa alasan yang
jelas hampir semua pejabat diganti, dengan alasan menempatkan orang yang
loyal, dan ini menyebabkan pejabat eselon juga menjadi mandul, tidak kritis
terhadap kebijakan. Kemudian bisa di pastikan ada kesepakatan-kesepakatan
politik antara kepala daerah terpilih dengan partai yang mencalonkannya,
minimal pada pembagian proyek-proyek daerah.
29
2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Peran Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Bali Dalam Pengawasan Penyelenggaraan
Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
UU No. 37 Tahun 2008
Tentang Ombudsman Republik Indonesia
UU No. 25 Tanun 2009
Tentang Pelayanan Publik
Penyelengaraan Pelayanan
Pendidikan yang masih
kurang transparan.
Banyaknya Pengaduan
masyarakat terkait
Pelayanan Pendidikan
Pemerintah
Pelaksanaan Peran Perwakilan Ombudsman
Republik Indonesia Provinsi Bali dalam
pengawasan penyelengaraan Pelayanan
Publik Bidang Pendidikan
Fungsi, Tugas dan Wewenang
Perwakilan Ombudsman
Republik Indonesia Provinsi
Bali
Kode Etik
Struktural Fungsional
Pengawasan
Pertanggung Jawaban
Efektivitas Pengawasan
Kesimpulan dan Saran