USM PERAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA …

86
i USM PERAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN JAWA TENGAH UNTUK MENCEGAH MALADMINISTRASI DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2008 SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna menyelesaikan Program Studi Strata 1 Ilmu Hukum Oleh Nama : RAHAYU RIZKI SEKAR WANGI NIM : A.111.15.0155 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEMARANG SEMARANG TAHUN 2019

Transcript of USM PERAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA …

i

USM

PERAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN

JAWA TENGAH UNTUK MENCEGAH MALADMINISTRASI DALAM

PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas

dan memenuhi syarat-syarat guna menyelesaikan

Program Studi Strata 1 Ilmu Hukum

Oleh

Nama : RAHAYU RIZKI SEKAR WANGI

NIM : A.111.15.0155

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEMARANG

SEMARANG

TAHUN 2019

ii

iii

iv

v

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil Alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan

Karunia-Nya yang senantiasa memberi langkah bagi penulis dengan terselesainya

penyusunan Skripsi ini dengan judul, “Peran Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Jawa Tengah Untuk Mencegah Maladministrasi Dalam

Penyelenggaraan Pelayanan Publik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 37

Tahun 2008”

Adapun maksud dari Skripsi ini adalah untuk melengkapi tugas dan syarat

syarat-syarat guna menyelesaikan Program Studi Strata 1 Ilmu Hukum

Universitas Semarang. Penulis banyak menyadari berbagai kesulitan dan

hambatan yang penulis hadapi, mengingat keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman penulis dalam penyusunan Skripsi ini, namun berkat bantuan,

petunjuk, serta saran-saran maupun arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya dan rasa hormat

kepada:

1. Kepada Bapak Andy Kridasusila, S.E., M.M., selaku Rektor Universitas

Semarang beserta segenap jajarannya;

2. Ibu B. Rini Heryanti, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Semarang serta selaku Dosen Wali saya;

3. Bpk Dr. Muhammad Junaidi., S.HI., M.H dan Bpk A. Heru N., S.H., M.H.,

selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan

vii

viii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan saat ini daripada rasa pahitnya

kebodohan kelak.

Persembahan :

Dengan mengucap puji syukur kepada ALLAH SWT, Skripsi ini saya

persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku, karena berkat doa dan dukungan beliau, saya bisa

menyelesaikan Skripsi ini;

2. Seluruh Keluarga Besarku;

3. Sahabat-sahabat, dan teman-teman ku di Fakultas Hukum Universitas

Semarang yang sudah mendukung saya untuk menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih.

ix

ABSTRAK

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah mempunyai wewenang

dalam penyelesaian laporan masyarakat, pencegahan dan pengawasan. Provinsi

Jawa Tengah adalah salah satu provinsi yang bertekad mewujudkan

penyelenggara pemerintahanan yang baik yaitu jujur, bersih dan transparan dan

meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar

masyarakat Provinsi Jawa Tengah. Dalam rangka pencegahan maladministrasi

Ombudsman Jawa Tengah sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat

mengenai maladministrasi hingga tata cara pengaduan ke Ombudsman. Dari latar

belakang tersebut dua pokok permasalahan, yaitu: (1) Bagaimana peran

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah dalam upaya

pencegahan terjadinya maladministrasi; (2) Kendala dan upaya apa sajakah yang

dihadapi oleh Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan jawa Tengah dalam

pencegahan terjadinya maladministrasi. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan

data yang digunakan yaitu studi pustaka dan wawancara. Ombudsman Jawa

Tengah memiliki hambatan dalam melakukan pencegahan dapat dilihat dari,

sumber daya manusia, anggaran dan sarana prasarana serta kurangnya wawasan

masyarakat terhadap eksistensi Ombudsman. Adapun upaya yang telah dilakukan

oleh Ombudsman Jawa Tengah ialah melakukan sosialisasi kepada masyarakat

hingga membentuk “Konco Ombudsman” guna mencegah adanya

maladministrasi.Selain itu Ombudsman Jawa membagi tugasnya menjadi 2 (dua)

bagian, yaitu: (1) Bagian pencegahan; dan (2) Bagian penyelesaian laporan.

Dengan demikian, diharapkan Ombudsman Jawa Tengah dapat memperhatikan

segala hal yang berkaitan dengan tugas dan wewenangnya agar terciptanya

penyelenggaraan pelayanan publik yang baik dan bijak sesuai peraturan

perundang-undangan.

Kata kunci: maladministrasi, ombudsman, pelayanan, publik.

x

ABSTRACT

The Ombudsman of the Republic of Indonesia Representative of Central Java has

the authority to settle public reports, prevention and supervision. Central Java

Province is one of the provinces that is determined to realize good governance,

namely honest, clean and transparent and improve the quality of public services

to meet the basic needs of the people of Central Java Province. In order to

prevent maladministration the Central Java Ombudsman has made public

outreach regarding maladministration to the procedures for complaints to the

Ombudsman. From this background two main issues, namely: (1) What is the role

of the Ombudsman of the Republic of Indonesia Representative of Central Java in

an effort to prevent maladministration; (2) What are the obstacles and efforts

faced by the Ombudsman of the Republic of Indonesia Representative in Central

Java in preventing maladministration. In this study data collection techniques

used were literature studies and interviews. The Ombudsman in Central Java has

obstacles in making prevention can be seen from, human resources, budget and

infrastructure as well as a lack of public insight into the existence of the

Ombudsman. The efforts that have been made by the Central Java Ombudsman

are to disseminate to the community to form a "Konco Ombudsman" to prevent

maladministration. In addition, the Java Ombudsman divided its duties into 2

(two) parts, namely: (1) Prevention section; and (2) Report completion section.

Thus, it is expected that the Central Java Ombudsman can pay attention to all

matters relating to its duties and authority in order to create good and wise public

service delivery in accordance with the laws and regulations.

Keywords: maladministration, ombudsman, public, services.

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN ORISINALITAS ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………vii

ABSTRAK……………………………………………………………………viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 8

D. Keaslian Penelitian ..................................................................................... 10

E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 17

A. Tinjauan Tentang Ombudsman Republik Indonesia ........................... 17

1. Pengertian Ombudsman Republik Indonesia ...................................... 17

2. Fungsi dan Tujuan Ombudsman Republik Indonesia ......................... 19

3. Tugas dan Wewenang Ombudsman Republik Indonesia ................... 21

4. Susunan Keanggotaan Ombudsman Republik Indonesia ................... 23

5. Tata Cara Pemeriksaan dan Penyelesaian Laporan ............................ 23

B. Tinjauan Tentang Maladministrasi dalam Pelayanan Publik ............. 24

1. Pengertian Pelayanan Publik............................................................... 24

2. Pengertian Maladministrasi ................................................................ 27

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 30

A. Jenis Penelitian. .......................................................................................... 30

B. Spesifikasi Penelitian ................................................................................. 31

xii

C. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 31

D. Metode Pengempulan Data ........................................................................ 33

E. Metode Analisis Data ................................................................................. 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 36

A. Peran Omudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa

Tengah Untuk Mencegah Maladministrasi Dalam

Penyelengaraan Pelayanan Publik Berdasarkan UU Nomor

37 Tahun 2008 .............................................................................................. 36

B. Kendala Dan Upaya Yang Dihadapi Ombudsman RI

Perwakilan Jawa Tengah Untuk Mencegah Maladministrasi

Publik Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Berdasarkan UU Nomor 37 Tahun 2008 ..................................................

BAB V PENUTUP ..............................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................

B. Penutup ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

DAFTAR TABEL

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 mengamatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia,

antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna

negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui

suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan

pelayanan publik yang efektif dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar

dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa publik, dan

pelayanan administratif.

Pelayanan publik sebagai salah satu fungsi utama pemerintah adalah

upaya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pengadaan barang dan

jasa yang diperlukan oleh masyarakat. Pemenuhan kepentingan dan

kebutuhan masyarakat sangat menentukan bagi kelangsungan dan

tegaknya sistem pemerintahan. Di dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,

2

jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara

pelayanan publik.1

Pelayanan publik sering diklasifikasikan sebagai jasa publik yang

harus dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara

teoritis, pelayanan publik sendiri dapat diklasifikasikan atas:

1. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh

organisasi publik. Dapat dibedakan lagi menjadi:

a. Yang bersifat primer, adalah semua penyedia barang atau jasa

publik yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan satu-

satunya penyelenggara dan pengguna mau tidak mau harus

memanfaatkan.

b. Yang bersifat sekunder, adalah segala bentuk penyediaan barang

atau jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi

yang di dalamnya pengguna tidak harus mempergunakannya

karena adanya beberapa penyelenggara pelayanan.

2. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh

organisasi privat, adalah semua penyediaan barang atau jasa publik

yang diselenggarakan oleh swasta.2

Pelaksanaan pelayanan publik yang diberikan untuk masyarakat tidak

akan bisa lepas dari penyelenggara pelayanan publik itu sendiri. Di dalam

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik, dijelaskan bahwa Penyelenggara pelayanan publik yang

1Sekretariat Negara RI, Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik, (Jakarta, 2009), bab I, Pasal 1 ayat (1). 2 W. Riawan Tjandra, Hukum Administrasi Negara (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya

Yogyakarta, 2008), hlm 97.

3

selanjutnya disebut Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara

negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan

Undang-Undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain

yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.3

Di Indonesia, penyelengaraan pelayanan publik menjadi sorotan

masyarakat terhadap kinerja pemerintah sejak lama. Hal ini ditandai

dengan masih adanya berbagai keluhan masyarakat yang disampaikan

melalui media massa, sehingga dapat menimbulkan citra yang kurang baik

terhadap aparatur pemerintah. Mengingat fungsi utama pemerintah adalah

melayani masyarakat, maka pemerintah perlu terus berupaya

meningkatkan kualitas pelayanan.

Keputusan Men-PAN RI No. 63 Tahun 2004 mengatur bahwa hakikat

pelayanan publik adalah pemberiaan pelayanan prima kepada masyarakat

yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi

masyarakat. Lebih lanjut, dalam Keputusan Men-PAN tersebut bahwa

penyelengaraan pelayanan publik harus memenuhi asas-asas pelayanan

publik berikut ini:

1. Transparasi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti

2. Akunstabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima

pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

4. Partisipatif

3Sekretariat Negara RI, Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik (Jakarta, 2009), Bab I, Pasal 1 ayat (2).

4

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan

masyarakat.

5. Kesamaan hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama,

golongan, gender, dan status ekonomi.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan

kewajiban masing-masing publik.4

Tidak sedikit warga masyarakat yang masih sering merasa dipersulit

ketika berhubungan dengan birokrasi kecuali jika mereka bersedia

menyediakan dan membayar dana lebih. Berbeda dengan slogan dan janji-

janji yang dikumandangkan, dalam kenyataan kinerja layanan publik yang

ditawarkan lembaga-lembaga pemerintah umumnya sarat permasalahan,

dan bahkan sering kali mengecewakan publik. Di berbagai daerah, tidak

adanya standar dan ketidakpastian biaya serta waktu pelayanan yang

dikelola administrasi negara. Ketidakpastian ini sering menjadi penyebab

munculnya praktik KKN dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Hal tersebut juga ditandai dengan adanya maladministrasi dalam

penyelengaraan pelayanan publik. Maladministrasi secara umum adalah

perilaku yang tidak wajar (termasuk penundaan pemberi pelayanan), tidak

sopan dan kurang peduli terhadap masalah yang menimpa seseorang

disebabkan oleh perbuatan penyalahgunaan kekuasaan, termasuk

penggunaan kekuasaan secara semena-mena atau kekuasaan yang

digunakan untuk perbuatan yang tidak wajar, tidak adil, intimidatif atau

diskriminatif dan tidak patut didasarkan sebagian atau seluruhnya atas

4Sekretariat Negera RI, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Indonesia, Keputusan Men-PAN RI No. 63 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelayanan

Publik (Jakarta, 2004), hlm. 4.

5

ketentuan undang-undang atau fakta, serta tidak masuk akal.5 Padahal di

dalam UU Pelayanan Publik sudah mengatur jelas mengenai hak dan

kewajiban antara masyarakat dengan penyelenggara pelayanan publik.

Dalam tahun 2018 laporan masyarakat di Jawa Tengah mencapai 126

laporan. Namun laporan tertinggi terjadi pada pelayanan pemerintah kota,

kabupaten, maupun Provinsi. Selain itu laporan masyarakat juga terjadi

penegak hukum yang terdiri dari kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan.

Selanjutnya adalah pelayanan pertanahan.

Seperti yang terjadi dalam Inspektorat Kabupaten Pati, warga Desa

Semampir berinisial NO yang melaporkan Inspektorat Kabupaten Pati ke

Ombudsman menyatakan, laporan hasil pemeriksaan (LHP) yang dibuat

Inspektorat Kabupaten Pati terkait penyelewengan APBDes Semampir

tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Laporan tersebut diterima oleh

Ombudsman Jawa Tengah tertanggal 16 Desember 2017, terkait dugaan

maladministrasi yang dilakukan auditor petugas Ombudsman Jawa Tengah

langsung mendatangi Kantor Inspektorat Kabupaten Pati bagian auditor.6

Hal serupa juga dialami dalam BPN Kota Semarang, kasus

maladministrasi yang dialami berupa pungutan liar atau pungli. Hal

tersebut merupakan hal yang sudah diketahui pihak Ombudsman Jawa

Tengah sejak lama yang ditandai banyaknya laporan yang diterima oleh

Ombudsman Jawa Tengah, dalam operasi tangkap tangan yang dilakukan

5 Setiajeng Kadarsih, "Tugas dan Wewenang Ombudsman RI dalam Pelayanan Publik

Menurut UU Nomor 37 Tahun 2008", Jurnal Dinamika Hukum, Fakultas Hukum Universitas

Jenderal Sudirman, Purwokerto Jawa Tengah, Vol. 10 Tanggal 2 Mei 2010. 6 Muria News, “Ombudsman Dalami Kasus Dugaan Maladministrasi di Inspektorat Pati”

(Online ), (http://www.murianews.com/, diakses 28 Mei 2018 pukul 20.00), 2018.

6

oleh Kejaksaan Negeri Kota Semarang pada tanggal 5 Maret 2018 pihak

BPN Kota Semarang terbukti bersalah dan dikenakan Pasal 12 huruf e dan

Pasal 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana

Korupsi.7

Meskipun Demikian, maladministrasi juga harus dipahami tidak

sekedar sebagai penyimpangan terhadap hal tulis-menulis, tata buku, dan

sebagainya, tetapi lebih luas mencakup penyimpangan terhadap fungsi-

fungsi pelayanan publik yang dilakukan setiap penyelenggara negara

(termasuk anggota parlemen) kepada masyarakat.

Berkaitan dengan kinerja pelayanan publik, W. Riawan Tjandra

berpendapat bahwa: “Kinerja pelayanan publik yang buruk ini adalah hasil

dari kompleksitas permasalahan yang ada di tubuh birokrasi Indonesia

seperti: pertama, tidak ada sistem intensif untuk melakukan perbaikan;

kedua, buruknya tingkat diskresi atau pengambilan inisiatif dalam

pelayanan publik yang ditandai dengan tingkat ketergantungan yang tinggi

pada aturan formal (rule driven) dan petunjuk pimpinan dalam melakukan

tugas pelayanan. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap tidak

optimalnya kualitas pelayanan publik kepada rakyat.”8

Oleh sebab itu, perlu adanya pengawasan dalam penyelenggaraan

pelayanan publik. Pemerintah sudah membentuk intstansi pengawasan

yang bernama “Ombudsman Republik Indonesia”. Tujuan dibentuknya

ORI adalah mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil, dan

sejahtera; mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang

7Jateng News, “Pungli di BPN Semarang Diduga sudah Lama Terjadi” (Online), (diakses

http://www.jatengnews.com/ , diakses pada 28 Mei 2018 pukul 20.00), 2018. 8W. Riawan Tjandra, 2004. Dinamika Peran, Op. Cit., Hlm 50.

7

efektif dan efisien, jujur, terbuka, bersih, serta bebas korupsi, kolusi, dan

nepotisme; meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar

setiap warga negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan

kesejahteraan yang semakin baik, membantu menciptakan dan

meningkatkan upaya untuk pemberantasan dan pencegahan praktik-praktik

maladministrasi, diskriminasi, kolusi, korupsi, serta nepotisme;

meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat, dan

supremasi hukum yang berintikan kebenaran serta keadilan. 9

Agar pelayanan publik dapat optimal diperlukan adanya pengawas.

Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh pengawas

internal dan pengawas eksternal. Pengawasan internal penyelenggaraan

pelayanan publik dilakukan melalui pengawasan oleh atasan langsung

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan pengawasan oleh

pengawas fungsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sementara pengawasan eksternal penyelenggaraan pelayanan publik

dilakukan melalui pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau

pengaduan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik (Pasal 35

UU Nomor 25 Tahun 2009).

Istilah pengawasan dalam banyak hal sama artinya dengan control.

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, kata kontrol adalah pengawasan,

pemeriksaaan, mengontrol adalah mengawasi, memeriksa.10

Sehubungan

dengan pengawasan/control, Newman berpandapat bahwa control is

9 Philipus M. Hadjon, et. al, Pengantar Hukum Administrasi Negara (Introduction to The

Indonesian Administration Law), Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1999, halaman 303. 10

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga-Cetakan 1, Balai Pustaka, Jakarta, 2001.

Hlm. 521.

8

assurance that the performance conform to plan. Dengan demikian

menurut Newman, pengawasan adalah suatu tindakan yang dilakukan

selama proses suatu kegiatan sedang berjalan, bahkan setelah akhir proses

tersebut.11

Dalam menjalankan kewenangannya ORI berpegang pada asas

mendengarkan kedua belah pihak serta tidak menerima imbalan apapun

baik dari masyarakat yang melapor ataupun instansi yang dilaporkan.

Ombudsman tidak menyibukkan diri dengan perlindungan hukum dalam

arti yang sesungguhnya, namun dia menguji tindakan-tindakan atas

norma-norma kepantasan. Dengan demikian, keberadaan Komisi

Ombudsman sebagai pengawas pelayanan publik merupakan sebuah

keniscayaan. Kepercayaan masyarakat dan pengguna jasa untuk dilayani

dengan baik adalah bagian dari tujuan pelayanan yang murah, cepat dan

biaya ringan.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk

mengkaji lebih lanjut tentang peran ombudsman dalam pencegahan

maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan

mengangkat judul “Peran Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan

Jawa Tengah Untuk Mencegah Maladministrasi Dalam Penyelenggaraan

Pelayanan Publik Berdasarkan Undang-Undang No. 37 Tahun 2008”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

11

Sirajudik, dkk.,Hukum Pelayanan Publik Berbasis Partisipasi dan Keterbukaan

Informasi, (Malang: Setara Press, 2011), hlm 126.

9

1. Bagaimanakah peran Ombudsman Republik Indonesia perwakilan

Jawa Tengah untuk mencegah maladministrasi dalam penyelengaraan

pelayanan publik berdasarkan uu nomor 37 tahun 2008?

2. Kendala apa sajakah yang dihadapi oleh Ombudsman Republik

Indonesia perwakilan Jawa Tengah untuk mencegah maladministrasi

dalam penyelenggara pelayanan publik berdasarkan UU Nomor 37

Tahun 2008 dan bagaimana cara mengatasinya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui peran Ombudsman Republik Indonesia dalam

mengawasi dan mencegah maladministrasi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2008;

b. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Ombudsman

Republik Indonesia perwakilan Jawa Tengah dalam pengawasan

serta pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan

publik berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008.

2. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,

baik manfaat secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Secara teori hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan

kajian lebih lanjut untuk menambah wawasan, yang diharapkan

10

dapat memberi masukan bagi perkembangan Hukum Administrasi

Negara, khususnya terkait dengan peran Ombudsman Republik

Indonesia perwakilan Jawa Tengah dalam penyelenggaraan

pelayanan publik.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Pemerintah

Adapun manfaat penelitian ini bagi pemerintah adalah dapat

membantu memperbaiki sistem pemerintahan agar lebih baik

lagi melalui peningkatan mutu dan kualitas dari

penyelenggaraan pelayanan publik.

2) Bagi Ombudsman Republik Indonesia

Adapun manfaat penelitian ini bagi Ombudsman Republik

Indonesia adalah dapat membantu meningkatkan fungsi

pengawasan dalam penyelenggaraan pelayanan publik untuk

masyarakat.

3) Bagi Masyarakat

Adapun manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah

masyarakat dapat mengetahui bagaimana sistem

penyelenggaraan pelayanan publik, cara pengaduan keluhan dari

pada penyelenggaraan pelayanan publik, serta mengerti apa saja

hak dan kewajiban antara masyarakat dengan penyelenggara

pelayanan publik.

11

D. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu

yang mempunyai karekteristik yang relatif sama dalam hal tema

membahas mengenai Ombudsman Republik Indonesia, meskipun berbeda

dalam hal kriteria subjek, jumlah dan posisi variabel penelitian atau

metode analisis yang digunakan.

Untuk selanjutnya peneliti akan membuat skematis hasil penelitian

tersebut dalam sebuah tabel yang disusun berdasarkan tahun penelitian

dari yang terdahulu hingga yang terkini terkait Ombudsman Republik

Indonesia. Untuk memudahkan pemahaman terhadap bagian ini, dapat

dilihat pada tabel berikut yaitu:

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

NO PENULIS JUDUL FOKUS PENELITIAN

1 Setiajeng

Kadarsi

Tugas dan Wewenang

Ombudsman Republik

Indonesia Dalam

Pelayanan Publik

Menurut UU Nomor

37 Tahun 2008

Ombudsman bertugas

menerima laporan atas

dugaan maladministrasi

dalam penyelenggaraan

pelayanan publik,

melakukan pemiriksaan

substansi laporan,

menindak lanjuti yang

tercakup dalam ruang

lingkup kewenangan

Ombudsman, dan

melakukan tugas lain

12

yang diberikan oleh

undang-undang untuk

pencegahan

maladministrasi.

2 Bernadetta

Livia Marsella

Kewenangan

Ombudsman RI

Kantor Perwakilan

Jateng Dalam

Pengawasan

Penyelenggaraan

Pelayanan Publik

Terhadap Kasus

Kategori II Sesuai UU

RI Nomor 37 Tahun

2008

Bahwa semakin kuat

eksistensi Ombudsman

Jateng maka semakin

mudah Ombudsman

melakukan terhadap

penyelesaian kasus-

kasus maladministrasi

yang kemudian

berdampak kepada

penyelenggaraan

pelayanan publik yang

baik.

3 Nurhayati Peran Lembaga

Ombudsman Republik

Indonesia Perwakila

Provinsi Jawa Tengah

Dalam Upaya

Pencegahan

Maladministrasi

Bahwa penulis fokus

pada masalah tentang

peran lembaga

Ombudsman Perwakiln

Jawa Tengah dalam

melaksanakan tugas dan

wewenangnya dalam

upaya pencegahan

13

maladministrasi publik.

4 Rahayu Rizki

Sekar W

Peran Ombudsman

Republik Indonesia

Perwakilan

Jawa Tengah Untuk

Mencegah

Maladministrasi

Dalam

Penyelenggaraan

Pelayanan Publik

Berdasarkan

Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2008

Bahwa penulis bukan

hanya membahas

perihal bagaimana

peran Ombudsman

perwakilan Jawa

Tengah dalam hal

pencegahan

maladministrasi.

Penulis juga

menjelaskan bagaimana

cara penyelesaiadan

serta dilampirkan data

beberapa

maladministrasi yang

sudah diselesaikan oleh

Ombudsman Jateng.

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait dan hampir sama dengan penelitian yang diteliti saat

ini mengenai Ombudsman Republik Indonesia, diantaranya ialah:

Penelitian terdahulu oleh Setiajeng Kadarsih Jurnal Dinamika Hukum Vol.

10 No.2 Mei 2010, Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman,

Purwokerto, menulis Tugas dan Wewenang Ombudsman Republik

14

Indonesia Dalam Pelayanan Publik Menurut UU No. 37 tahun 2008.

Kesimpulan dari penulis adalah Ombudsman bertugas menerima laporan

atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik,

melakukan pemeriksaan substansi laporan, menindak lanjuti yang tercakup

dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman, dan melakukan tugas lain

yang diberikan oleh undang-undang. Wewenang Ombudsman adalah

meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor,

atau pihak lain yang terkait mengenal laporan yang disampaikan kepada

Ombudsman; dan tugas lain sesuai Peraturan perundang-undangan.

Ombudsman juga berwenang menyampaikan saran kepada Presiden,

Kepala Daerah, atau pimpinan dan penyempurnaan organisasi dan/atau

Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau Kepala Daerah agar

terhadap undang-undang dan peraturan perundangundangan lainya

diadakan perubahan dalam rangka mencegah maladministrasi.

Penelitian terhadulu oleh Bernadetta Livia Marsella skripsi Fakultas

Hukum Universitas Semarang, 2017 menulis tentang Kewenangan

Ombudsman RI Kantor Perwakilan Jateng Dalam Pengawasan

Penyelenggaraan Pelayanan Publik Terhadap Kasus Kategori II Sesuai UU

RI Nomor 37 Tahun 2008. Isi penulisan tersebut memfokuskan bagaimana

cara mengatasi kasus maladministrasi yang terjadi mulai dari Penerimaan

pengaduan sampai ke tahap penyedikian dan penyelidikan sesuai UU RI

Nomor 37 Tahun 2008 yang dimana dalam tahap tersebut memiliki

hambatan tersendiri sehingga penulis juga memaparkan bagaimana cara

Ombudsman Jateng mengatasi hal tersebut. Ada beberapa hambatan yang

15

dihadapi oleh Ombudsman Daerah Provinsi Kalimantan Tengah dalam

melakukan pengawasan yaitu dari segi peraturan, sumber daya manusia,

sarana dan prasarana dan letak geografis, namun Ombudsman Jateng tetap

bertekad untuk meningkatkan dan berkotmitmen melaksanakan fungi,

tugas dan kewenangannya agar terciptanya suatu penyelenggaraan

pelayanan publik yang baik dan bijak.

Penelitian terdahulu oleh Nurhayati skripsi Fakulatas Hukum

Universitas Negeri Semarang, 2008 menulis tentang Peran Lembaga

Ombudsman Republik Indonesia Perwakila Provinsi Jawa Tengah Dalam

Upaya Pencegahan Maladministrasi. Isi penulisan tersebut menjelaskan

apa saja peran Ombudsman perwakilan Jawa Tengah guna mencegah

terjadinya maladministrasi dalam penyelenggaraan layanan publik tanpa

memaparkan data kasus maladministrasi yang sudah diselesaikan oleh

Ombudsman Jawa Tengah.

Berdasarkan kedua penelitian terdahulu tersebut, hasil penelitian

menunjukkan bahwa Ombudsman melakukan tugas pengawasan dan

menindak lanjuti berdasarkan laporan masyarakat serta menganalisis

pelaksanaan tugas dan wewenang ditinjau dari peraturan perundang-

udangan yang terkait seperti Undang-Undang 37 Tahun 2008 Tentang

Ombudsman Republik Indonesia.

Adapun yang menjadi perbedaan dengan penelitian penulis adalah,

dimana penulis lebih memfokuskan masalah terhadap tugas dan wewenang

Ombudsman perwakilan Jawa Tengah dalam upaya pencegahan terjadinya

16

maladministrasi penyelenggaraan pelayanan publik apakah sudah di

laksanakan dengan ketentuan hukum yang berlaku serta memaparkan data

kasus maladministrasi yang telah diselesaikan oleh Ombudsman

perwakilan Jawa Tengah. Dengan demikian, maka topik penelitian yang

peneliti lakukan ini benar-benar asli.

E. Sistematika Penulisan

Guna mempermudah dalam memahami lebih jelas peneliian ini, maka

materi-materi yang ditulis dalam penelitian ini dikelompokan menjadi 5

(lima) Bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang penelitian, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian

serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikantinjauan tentangOmbudsman

Republik Indonesia yang meliputi: pengertian Ombudsman

Republik Indonesia, tugas dan wewenang Ombudsman

Republik Indonesia, susunan anggota Ombudsman Republik

Indonesia, tata cara pemeriksaan dan penyelesaian laporan,

laporan berkala dan laporan tahunan Ombudsman Republik

Indonesia;tinjauan tentang Maladministrasi dalam Pelayanan

Publik yang meliputi: pengertian pelayanan publik,

pengertian maladministrasi.

17

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai metode pendekatan,

spesifikasi penelitian, metode pengumpulan data, dan analisis

data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan

yang menyajikan data atau informasi yang diperoleh melalui

penelitian, baik berupa hasil studi pustaka, observasi

lapangan, wawancara atau dari hasil pengolahan koesioner,

yang kemudian dianalisis berdasarkan terori-teori yang telah

ditulis dalam tinjuan pustaka.

BAB V : PENUTUP

Bab ini sebagai bagian akhir dari penulisan penelitian

mengenai kesimpulan dan saran sebagai suatu masukan

maupun perbaikan dari apa saja yang telah didapatkan selama

penelitian.

18

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Ombudsman Republik Indonesia

1. Pengertian Ombudsman Republik Indonesia

Dalam Pasal 1 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia menjelaskan bahwa: “Ombudsman

Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman adalah

lembaga negara yang mempunyai wewenang mengawasi

penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh

penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang

diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik

Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta swasta atau

perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik

tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran

pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan

belanja daerah.”12

Dalam Ensiklopedia Columbia, ombudsman diartikan dengan“as a

government agent serving as an intermediary between citizens and the

government bureaucracy, the ombudsman is usually independent,

impartial, universally accesible and empowered only to

recommended.”

Yang artinya adalah agen pemerintah yang melakukan fungsi

mediasi antara masyarakat dengan penyelenggara atau aparat

12

Sekretariat Negara RI, Undang-Undang RI Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman

Republik Indonesia, Bab I, Pasal 1 ayat (1).

19

pemerintah, ombudsman biasanya bersifat independen, tidak berat

sebelah, umum dan berwewenang hanya untuk rekomendasi. 13

Lebih lanjut lagi American Bar Association menjelaskan

mengenaiombudsman denganThe ombudsman is an office provided

for by the constitution or by action of the legislature or parliament

and headed by an independent, high level public official who is

responsible to the legislature or parliament, who receives complaints

from aggrived persons against government agencies, officials and

employees or who acts on his own motion and who has the power to

investigate, recommend corrective action and issue reports. 14

Yang artinya ombudsman adalah perkantoran yang menyajikan

suatu konstitusi atau tindakan untuk mengawasi dan memimpin

dengan suatu independensi, pejabat resmi dengan level tinggi yang

mana mempunyai tanggung jawab kepada badan legislasi, yang mana

menerima keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pejabat

pemerintah, pegawai negeri dan karyawan atau perbuatan yang

berlawanan dengan ketentuan, ombudsman mempunyai kekuasaan

untuk melakukan penyelidikan, menganjurkan aksi kebenaran dan

laporan pokok persoalan.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, menurut saya,

Ombudsman adalah mempunyai kewenangan mengawasi

penyelenggaraan pelayanan publik, baik yang diselenggarakan oleh

13

Columbia Encyclopedia, Sixth Edition, Columbia University Press, 2001., diakses melalui

www.defenisi Ombudsman.com, diakses pada 28 Mei 2018 pukul 20:00. 14

Ibid.

20

negara maupun swasta demi terciptanya suatu Pelayanan Publik yang

bijak sesuai dengan peratuan perundang-undangan.

2. Fungsi dan Tujuan Ombudsman Republik Indonesia

Fungsi ombudsman berdasarkan Bab IV Pasal 6 UU Nomor 37

Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, yaitu sebagai

berikut: “Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan

pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara

dan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah termasuk yang

diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik

Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau

perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik

tertentu.”15

Fungsi komisi ombudsman berdasarkan Keppres Nomor 44 tahun

2000, yaitu sebagai berikut:

1) Memberdayakan masyarakat melalui peran serta mereka untuk

melakukan pengawasan akan lebih menjamin penyelenggaraan

negara yang jujur, bersih, transparan, bebas korupsi, kolusi dan

nepotisme;

2) Menganjurkan dan membantu masyarakat memanfaatkan

pelayanan publik secara optimal untuk penyelesaian persoalan;

3) Memberdayakan pengawasan oleh masyarakat merupakan

implementasi demokrasi yang perlu dikembangkan serta

diaplikasikan agar penyalahgunaan kekuasaan, wewenang ataupun

jabatan oleh aparatur negara dapat diminimalisasi;

4) Dalam penyelenggaraan negara khususnya penyelenggaraan

pemerintahan memberikan pelayanan dan perlindungan terhadap

hak-hak anggota masyarakat oleh aparatur pemerintah termasuk

lembaga peradilan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

upaya untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan;

15

Sekretariat Negara RI, Undang-Undang RI Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman

Republik Indonesia, Bab IV, Pasal 6.

21

5) Lembaga ombudsman merupakan suatu komisi pengawasan yang

bersifat mandiri dan berdiri sendiri lepas dari campur tangan

lembaga kenegaraan lainnya.16

Dalam menjalankan fungsi tersebut, hendaknya Komisi

Ombudsman Daerah di arahkan untuk:

1) Independen dalam melakukan kerjanya. Ombudsman sedapat

mungkin bersifat mandiri (independen) dan tidak memiliki

hubungan organik dengan lembaga-lembaga lain atau disubordinasi

oleh kekuasaan negara, meskipun Ombudsman dirancang untuk

dipilih oleh DPRD dan diangkat oleh Gubernur atau

Bupati/Walikota dan harus memberikan laporan

pertanggungjawaban kepada yang memilihnya;

2) Dapat langsung memberikan rekomendasi kepada atasan pejabat

yang diduga melakukan maladministrasi, tak terkecuali Gubernur

dan atau Bupati/Walikota;

3) Dapat mempublikasikan rekomendasi-rekomendasi yang

dikeluarkannya di media massa. Hal ini penting agar Ombudsman

daerah dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, sehingga

Ombudsman tidak melayani atau dinikmati oleh segelintir orang

saja, sekaligus sebagai shock therapy atas perilaku maladministrasi;

4) Secara hukum, ombudsman daerah sedapat mungkin diberikan hak

imunitas dari berbagai tuntutan dan gugatan di pengadilan atas

tindakanbenar dalam menjalankan kewenangannya;

5) Dari sisi anggaran, Ombudsman daerah harus didukung oleh

pembiayaan yang cukup, rutin dan teralokasikan secara khusus

dalam pos anggaran.17

Adapun yang menjadi tujuan dari dibentuknya komisi ombudsman

Indonesia, yaitu:

1) Mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil dan sejahtera.

2) Mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif

dan efisien, jujur, terbuka serta bebas dari KKN.

3) Melalui peran masyarakat membantu menciptakan dan/atau

mengembangkan kondisi yang kondusif dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme.

4) Meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar setiap

warga dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman dan

kesejahteraan semakin baik.

16

Sekretariat Negara RI, Keppres No. 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman

Indonesia (Jakarta, 2000), pasal 2. 17

Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik (Jakarta: Sinar Grafik,

2010), hlm. 168.

22

5) Membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk

pemberantasan dan pencegahan praktik-praktik maladministrasi.

6) Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum

masyarakat dan supremasi hukum yang berintikan kebenaran serta

keadilan.18

Berdasakan uraian-uraian tersebut di atas, menurut saya fungsi dan

tujuan Ombudsman Republik Indonesia yang terpenting adalah

pengawasan, pemeriksaan, penyidikan serta perlindungan konsumen

dari penyelenggaraan pelayanan publik sehingga terciptanya tujuan

Ombudsman Republik Indonesia tersebut yaitu menciptakan dan

meningkatkan upaya untuk pemberantasan dan pencegahan praktik-

praktik maladministrasi.

3. Tugas dan Wewenang Ombudsman Republik Indonesia

Ombudsman di Indonesia bertugas antara lain mengupayakan

partisipasi masyarakat dengan menciptakan keadaan yang kondusif

bagi terwujudnya birokrasi sederhana yang bersih, pelayanan umum

yang baik, penyelenggaraan peradilan yang efisien dan professional

termasuk proses peradilan yang independen dan fair sehingga dapat

dijamin tidak akan ada keberpihakan.19

Tugas Ombudsman yang

lainnya, yaitu:

1) Menerima laporan dari masyarakat mengenai pelayanan publik

yang tidak sesuai. Dengan syarat pelapor adalah Orang yang

mempunyai kepentingan terhadap kasus yang dilaporkan.

2) Melakukan (investigasi) pemeriksaan atas laporan dari masyarakat.

Investigasi dalam konteks Ombudsman merupakan proses

penyelidikan terhadap apakah laporan/ keluhan atau informasi yang

memang menjadi kewenangannya dapat menemukan bukti-bukti,

18

Ibid., Pasal 3. 19

Antonius Sujata dan Surahman, Ombudsman Indonesia di tengah Ombudsman

Internasioanl, (Jakarta: Komisi Ombudsman Nasioanl, 2002). hlm.88.

23

bahwa pihak terlapor terbukti telah melakukan atau tidak

melakukan tindakan sebagaimana dilaporkan atau dikeluhkan.

3) Menindaklanjuti laporan masyarakat dengan dasar wewenang yang

dimiliki.

4) Memberi alternatif penyelesaian atau memberi rekomendasi

kebijakan atau penyelesaian atas pengaduan tersebut.

5) .Melakukan usaha pencegahan dalam ketidaksesuaian pelayanan

publik.20

Selain tugas, Ombudsman Republik Indonesia juga memiliki

wewenang adalah sebagai berikut:

1) Meminta keterangan dari pelapor mengenai laporan yang

dilaporkan tersebut;

2) Memeriksa berkas-berkas kelengkapan mengenai laporan tersebut;

3) Meminta salinan berkas yang diperlukan untuk pemeriksaan;

4) Melakukan pemanggilan terhadap pelapor dan semua pihak yang

terlibat;

5) Menyelesaikan laporan dengan cara yang disepakati oleh pihak

yang bersangkutan;

6) Membuat rekomendasi untuk penyelesaian laporan;

7) Mengumumkan hasil pertemuan;

8) Menyampaikan saran kepada lembaga negara dengan tujuan

perbaikan demi pelayanan publik yang lebih baik.21

Selain wewenang diatas, wewenang ombudsman lainnya juga

terdapat dalam Pasal 8 ayat (2) UU Ombudsman Republik Indonesia,

antara lain:

1) Menyampaikan saran kepada Presiden, kepala daerah, atau

pimpinan Penyelenggara Negara lainnya guna perbaikan dan

penyempurnaan organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik;

2) Menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau

Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala daerah

agar terhadap undang-undang dan peraturan perundang-undangan

lainnya diadakan perubahan dalam rangka mencegah

Maladministrasi.22

20

Taufiqukhoman, OPTIMALISASI INVESTIGASI Maladministrasi OMBUDSMAN: Guna

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik, (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama), 2015, hlm. 4. 21

Ibid. 22

Sekretariat Negara RI, Undang-Undang RI Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman

Republik Indonesia, Bab IV, Pasal 8 ayat (2).

24

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, menurut saya tugas dan

wewenang Ombudsman adalah menerima laporan dari masyarakat

terkait pelanggaran yang terdapat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik, serta menyelesaikanlaporan tersebut hingga

selesai.

4. Susunan Keanggotaan Ombudsman Republik Indonesia

Dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2) UU Ombudsman Republik

Indonesia, menjelaskan bahwa Pasal 11 ayat (1) Ombudsman terdiri

atas; 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota, 1 (satu) orang Wakil

Ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang anggota. Pasal 11 ayat

(2) dalam hal Ketua Ombudsman berhalangan, Wakil Ketua

Ombudsman menjalankan tugas dan kewenangan Ketua

Ombudsman.23

Dalam pemilihan keanggotaan Ombudsman terdapat dalam Pasal

14 UU Ombudsman Republik Indonesia, yaitu Ketua, Wakil Ketua,

dan anggota Ombudsman dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat

berdasarkan calon yang diusulkan oleh Presiden.24

5. Tata Cara Pemeriksaan dan Penyelesaian Laporan

Pihak Ombudsman menerima laporan yang disampaikan dengan

cara datang langsung, surat dan/atau surat elektronik, telepon, media

sosial, dan media yang lainnya yang ditunjukan langsung kepada

ombudsman. Laporan yang diterima Ombudsman, harus sesuai

23Sekretariat Negara RI, Undang-Undang RI Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman

Republik Indonesia, Bab IV, Pasal 8 ayat (2). 24

Ibid.,Pasal 14, hlm. 8.

25

dengan syarat formal dan syarat materiil yang terdapat dalam

Peraturan Ombudsman Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2017

tentang Tata Cara Penerimaan, Pemeriksaan, dan Penyelesaian

Laporan Tata cara pemeriksaan dan peyelesaian laporan Ombudsman,

meliputi:

a. Penerimaan dan verifikasi laporan;

b. Pemeriksaan laporan;

c. Pemeriksaan dokumen;

d. Klarifikasi dan pemanggilan;

e. Pemriksaan lapangan;

f. Laporan akhir hasil pemeriksaan (LAHP);

g. Respon cepat Ombudsman;

h. Penyelesaian dan penutupan laporan.25

B. Tinjauan Tentang Maladministrasi dalam Pelayanan Publik

1. Pengertian Pelayanan Publik

Pengertian Pelayanan Publik Menurut Philip Kotler “A service is

any act or performance that one party can offer to another that is

essentially intangible and does not result in the ownership of

anything. It’s production may or may be tied in physycal Produce”

(pelayanan merupakan setiap tindakan atau pelaksanaan yang dapat

diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya

menunjukkan tidak nyata dan tidak mengakibatkan kekuasaan atas

segala sesuatunya. Hasil dari pelayanan ini dapat atau tidak dapat

25

Sekretariat Negara RI, Peraturan Ombudsman Republik Indonesia Nomor 26 Tahun

2017 tentang Tata Cara Penerimaan, Pemeriksaan, dan Penerimaan Laporan (Jakarta, 2017).

26

dikaitkan dengan produk fisik. Pandangan Kotler tersebut dapat

dipahami bahwa pada hakikatnya pelayanan adalah setiap kegiatan

yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan

menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu

produk secara fisik. 26

Selanjutnya, Sampara Lukman berpendapat, pelayanan adalah

suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi

langsung antar seorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan

menyediakan kepuasan pelanggan. Lebih jauh lagi Pamudji

mengemukakan bahwa pelayanan publik adalah berbagai kegiatan

yang bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang

dan jasa-jasa. 27

Dari pengertian pelayanan publik sebagaimana telah diuraikan

diatas, maka dapat dirumuskan istilah pelayanan publik sebagai

pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara

negara (penyelenggara daerah). Untuk memahami lebih jauh

mengenai makna dan hakekat pelayanan publik ini, selanjutnya dapat

dilihat di dalam Keputusan Menteri Penetapan Aparatur Negara

(Kepmenpan Nomor 63/ KEPMEN/PAN/17/2003) dirumuskan

bahwa: “Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksana

ketentuan perUndang-Undangan”. Selanjutnya dapat dipahami juga

26

Husni Thamrin, Hukum Pelayanan Publik di Indonesia, (Jakarta: Aswaja Persindo,

2013), hlm. 28. 27

Ibid.,Hal. 28.

27

melalui Rancangan Undang-Undang tentang Pelayanan Publik, yang

sekarang sudah diundangkan melalui Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dirumuskan bahwa:

“Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap

warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan pelayanan

administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik”.

Oleh karena itu sebenarnya pelayanan publik harus memiliki standar

yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya,

dengan mengingat kondisi dan situasi yang berbeda.28

Pelayanan publik memiliki standar pelayanan sekurang-kurangnya

meliputi:29

a) Prosedur Pelayanan, prosedur pelayanan yang dibakukan bagi

pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan;

b) Waktu Penyelesaian, waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak

saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian termasuk

pengaduan;

c) Biaya Pelayanan, biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang

ditetapkan dalam proses pemberian layanan;

d) Produk Pelayanan, hasil pelayanan yang akan diterima sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

e) Sarana dan Prasarana, penyediaan sarana dan prasarana

pelayanan yang memadai oleh peyelenggaraan pelayanan publik;

f) Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan Publik, kompetensi

petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat sesuai

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan prilaku

yang dibutuhkan.

Pelayanan publik seharusnya bertujuan untuk memberikan kemudahan

bagi masyarakat sebagai subyek penerima pelayanan. Selanjutnya

apabila aturan tersebut benar-benar diaplikasikan secara baik dan

28

Ibid., Hal.29. 29

Miftah Thoha, Birokrasi Pemerintahan Indonesia Di Era Reformasi, (Jakarta: Kencana,

2010). Hlm. 152.

28

benar diyakini akan menjadikan suatu penyelenggaraan pemerintahan

daerah (otonomi) lebih efisien dan efektif dalam memberikan

pelayanan kepada publik, meskipun pada saat yang sama harus

didukung oleh kemampuan pemerintah (daerah).30

Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik disebutkan bahwa Kondisi dan perubahan

cepat yang diikuti pergeseran nilai tersebut perlu disikapi secara bijak

melalui langkah kegiatan yang terus-menerus dan berkesinambungan

dalam berbagai aspek pembangunan untuk membangun kepercayaan

masyarakat guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk

itu diperlukan konsepsi sistem pelayanan publik yang berisi nilai,

persepsi, dan acuan perilaku yang mampu mewujudkan hak asasi

manusia sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang dapat diterapkan sehingga

masyarakat memperoleh pelayanan sesuai dengan harapan dan cita-

cita tujuan nasional.31

2. Pengertian Maladministrasi

Maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum,

melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain

dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau

pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan

publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan

30

Ibid.,Hal.33. 31

Ibid.,Hal. 33.

29

yang menimbulkan kerugian materiil dan/atau immaterial bagi

masyarakat dan orang perseorangan.32

Maladministrasi menurut Heywood dalam Setiyono adalah

administrasi yang buruk, ketidakpatutan pengguna kekuasaan,

ketidakjelasan dalam penerapan aturan, kegagalan dalam pelaksanaan

prosedur.

Maladministrasi adalah istilah politik yang menggambarkan

tindakan badan pemerintah yang dilihat menyebabkan ketidakadilan.

Maladministrasi menunjuk pada prilaku atau tindakan aparatur

penyelenggara pelayanan publik yang cenderung menyimpang,

menyalahgunakan, atau melampaui wewenang hukum yang dimiliki.33

Tindakan maladministrasi adalah perbuatan atau pengabaian

kewajiban hukum oleh instansi atau aparatur negara yang melanggar

asas umum pemerintahan yang baik dan menimbulkan kerugian atau

ketidakadilan, termasuk jika ada seseorang yang tidak diberikan

pelayanan yang semestinya.34

Adapun bentuk maladministrasi antara lain berupa: keputusan

berlarut-larut (undue delayed), kurang pantas (inapropriate),

sewenang-wenang (arbitrary), penyimpangan prosedur (procedural

deviation), penyalahgunaan diskresi/kebijakan (abuse of discretion),

dan penyalahgunaan wewenang (abuse of authority), baik yang

32

Sekretariat Negara RI, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman

Republik Indonesia (Jakarta, 2008), hlm. 3. 33

Haryatmoko, Pelayanan Publik, (Jakarta: PT. Gramedia Pusat Jakarta, 2011), hlm. 50. 34

Ibid.,Hal. 51.

30

mengarah maupun yang tidak mengarah kepada ketidakadilan

(leading or not leading to injustice).35

Berdasarkan klasifikasi Crossman dalam Syamsuddin, yang termasuk

dalam tindakan-tindakan penyimpangan wewenang oleh

penyelenggara negara dan pemerintahan mencakup: berprasangka,

kelalaian, kurang peduli, keterlambatan, bukan wewenang, tindakan

tidak layak, jahat, kejam dan semena-mena, bersikap kasar,

keengganan memperlakukan masyarakat sebagai insan yang memiliki

hak, menolak memberi jawaban atas pertanyaan yang beralasan,

melalaikan keharusan memberi tahu masyarakat akan hak-haknya,

dengan sengaja memberi nasihat yang menyesatkan atau tidak lengkap,

mengabaikan nasihat yang sah atau pertimbangan yang membatalkan

yang dapat menimbulkan perasaan tidak enak pada pihak yang

memberikan nasihat atau pertimbangan tadi, dan menawarkan tidak

ada pemulihan atau pemulihan yang tidak proporsional, menunjukkan

sikap prasangka atas alasan warna kulit, jenis kelamin, atau alasan lain,

cacat prosedur, kegagalan manajemen dalam memantau kepatuhan

melalui prosedur yang memadai, serta bersikap berpihak.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, menurut saya definisi

tindakan maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan

hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan

lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian

atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan

35

Gunawan, Yopi, Perkembangan Konsep Negara Hukum Dan Negara Hukum

Pancasila, (Bandung: Refika Aditama, 2015), hlm. 45.

31

publik yang dilakukan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan

yang menimbulkan kerugian materil dan immateril bagi masyarakat

dan orang perseorangan.

32

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan

pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan dengan cara mencari,

mencatat, merumuskan, dan merumuskan dan menganalisis sampai menyusun

laporan.36

Istilah metedologi berasal dari kata metode yang berarti jalan,

namun demikian. Menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan

kemungkinan-kemungkinan suatu tipe yang dipergunakan dalam penelitian

dan penilaian.37

Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam

mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan standart ukuran

yang telah ditentukan.38

Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa

perangkat penelitian yang sesuai dalam metode penelitian ini guna

memperoleh hasil yang maksimal, antara lain sebagai berikut:

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah yuridis empiris yang dengan

kata lain adalah jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut pula

dengan penelitian lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku

serta apa yang terjadi dalam kenyataan dimasyarakat.39

Atau dengan kata

lain yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya

36

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. Bumu Aksara,

2003 hlm 1. 37

Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia

Press, 2012, hlm. 5. 38

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka

Cipta, 2002, hlm. 126. 39

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta : Sinar Grafika, 2002),

halaman 15.

33

atau keadaan nyata yang terjadi dimasyarakat dengan maksud untuk

mengetahui dan menemukan fakta-fakta dan data yang dibutuhkan, setelah

data yang dibutuhkan terkumpul kemudian menuju kepada identifikasi

masalah yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.40

Jenis

penelitian ini dipergunakan, karena hendak mengetahui Peran Ombudsman

Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah Dalam Mencegah

Maladministrasi Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008.

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang digunakan adalah spesifikasi deskriptif analisis yaitu

suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau

penjelasan secara konkrit tentang keadaan objek atau masalah yang diteliti

tanpa mengambil kesimpulan secara umum. Spesifikasi ini dipergunakan

karena peneliti akan menggambarkan Peran Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Jawa Tengah Dalam Mencegah Maladministrasi

Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik Berdasarkan Undang-Undang

No. 37 Tahun 2008.

C. Metode Penentuan Sempel

Penentuan sampel merupakan suatu proses dalam memilih suatu bagian

yang representatif dari seluruh populasi. Menurut Ronny Hanitijo

Soemitro, populasi adalah seluruh objek atau seluruh unit yang akan

diteliti, atau dapat dikatakan populasi merupakan jumlah manusia yang

40

Ibid, hlm 16

34

mempunyai karakteristik sama.41

Penelitian ini tidak meneliti populasi

secara keseluruhan, mengingat sangat banyaknya populasi yang ada dan

tersebar di Kota Semarang, oleh karena itu perlu dipilih sampel untuk

dijadikan responden dengan cara menggunakan teknik non random

sampling.

Teknik atau cara pengambilan sampel dengan non random samping,

artinya pengambilan sampel berdasarkan ciri tertentu yang dianggap

mempunyai hubungan erat dengan ciri populasi dan sesuai dengan tujuan

penelitian. Dalam non random sampling ini tidak semua subjek atau

individu dari populasi mendapat kemungkinan (probabilitas) yang sama

untuk dijadikan anggota sampel.42

Menurut pendapat tersebut,

dimaksudkan pengambilan sampel dilakukan tidak secara acak tetapi

dengan dipilih atas pertimbangan tertentu yang diselaraskan dengan tujuan

penelitian. Hal ini digunakan karena untuk memperoleh data atau

informasi dari orang yang secara kualitas mengetahui permasalahan yang

menjadi objek penelitian.

Dengan demikian,populasi dalam penelitian ini adalah peran

Ombudsman Republik Indonesia perwakilan Jawa Tengah, sedangkan

sampelnya adalah peran Ombudsman Republik Indonesia perwakilan Jawa

Tengah dalam mencegah maladministrasi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik.

41

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Yurimetri, Jakarta : Ghalia,

1994, hlm. 42. 42

Ibid., hlm. 52.

35

D. Metode Pengumpulan Data

Data bagi suatu penelitian merupakan bahan yang akan digunakan

untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh karena itu, data harus

selalu ada agar permasalahan penelitian itu dapat dipecahkan. Dalam

penelitian ini jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data yang bersifat

primer dan data yang bersifat sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

objeknya.43

Data primer diperoleh atau dikumpulkan dengan melakukan

studi lapangan (field research) dengan wawancara. Wawancara adalah

proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan

dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara

langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.44

Wawancara

dalam penelitian ini akan dilakukan kepada Kepala Ombudsman

Republik Indonesia perwakilan Jawa Tengah. Wawancara ini bertujuan

untuk menggali informasi yang dibutuhkan penulis terkait dengan

perumusan permasalahan yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan.45

Pengumpulan data ini dilakukan dengan studi atau penelitian

kepustakaan (library research) yaitu dengan mempelajari peraturan-

peraturan, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder

43

J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003),

hlm. 2. 44

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,

2001), hlm. 81. 45

Ronny Hanintijo Soemitro, op. Cit, hlm. 11.

36

yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dari bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

a. Bahan Hukum Primer

Menurut soerjono Soekanto bahan hukum primer yaitu bahan-bahan

hukum yang mengikat dan terdiri dari norma atau kaidah dasar yaitu

pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, peraturan dasar, peraturan perundang-undangan, bahan

hukum yang tidak dikodifikasikan misalnya hukum adat,

yurisprudensi, traktan, dan KUHP.46

Bahan hukum primer yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;

2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman

Republik Indonesia;

3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik;

4) Peraturan Ombudsman Republik Indonesia Nomor 26 Tahun

2017 tentang Tata Cara Penerimaan, Pemeriksaan, dan

Penyelesaian Laporan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang bersumber dari

pendapat ilmiah para sarjana, dan literatur lainnya yang ada

kaitannya dengan transportasi khususnya mengenai peran

Ombudsman dalam penyelenggaraan pelayanan publik serta

46

Soerjono Soekamto, loc.cit, hlm. 151-152.

37

mengenai perjanjian kerjasama dapat ditulis sebagai berikut buku-

buku teks yang ditulis oleh para pakat dan ahli hukum yang

berpengaruh, jurnal-jurnal dan makalah hukum, pendapat para

sarjana, berbagai kasus yang berkaitan dengan permasalahan yang

sedang diteliti.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah tahap yang penting dalam menentukan

suatu penelitian, analisis data dalam suatu penelitian adalah menguraikan

atau memecahkan masalah yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh

kemudian dioalah ke dalam pokok permasalahan yang diajukan terhadap

penelitian yang bersifat deskriptif.47

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

mendeskripsikan dan menggambarkan data dan fakta yang dihasilkan dari

penelitian dilapangan dengan suatu interprestasi evaluasi dan pengetahuan

umum.

Selanjutnya data yang diperoleh dari penelitian baik data primer

maupun data sekunder, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode

indutif, yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan pada fakta-fakta yang

bersifat umum, dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan yang bersifat

khusus guna menjawab permasalahan berdasarkan penelitian dan

selanjutnya dari berbagai kesimpulan tersebut dapat diajukan saran-saran.

47

Heribertus Sutopo, pengantar penelitian kualitatif, (Surakarta: Puslitbang UNS, 2008), hlm. 120.

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Peran Omudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah

Untuk Mencegah Maladministrasi Dalam Penyelengaraan Pelayanan

Publik Berdasarkan UU Nomor 37 Tahun 2008

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah

merupakan salah satu perwakilan yang didirikan dan resmi

beroperasional pada Oktober 2012, bersamaan dengan 9 perwakilan

lainnya di Indonesia. Pembentukan Ombudsman Republik Indonesia di

Perwakilan Provinsi bertujuan untuk memudahkan dan mendekatkan

pelayanan kepada masyarakat. Sampai dengan pertengahan tahun 2018

telah dibentuk perwakilan di 34 Provinsi seluruh Indonesia. Dengan

demikian Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah hanya

menangani kasus pengaduan maladministrasi di 19 (sembilan belas)

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, meliputi: Kabupaten Boyolali;

Kota Salatiga; Kabupaten Semarang; Kota Semarang; Kabupaten Demak;

Kabupaten Jepara; Kabupaten Kudus; Kabupaten Grobogan; Kabupaten

Blora; Kabupaten Rembang; Kabupaten Pati; Kabupaten Kendal;

Kabupaten Batang; Kabupaten Pekalongan; Kota Pekalongan; Kabupaten

Pemalang; Kabupaten Tegal; Kota Tegal; Kabupaten Brebes.

Pengawasan yang dilakukan oleh Ombudsman RI Perwakilan Jawa

Tengah adalah mutatis mutandis dari tugas Ombudsman RI sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang

Ombudsman Republik Indonesia. Kondisi wilayah kerja Ombudsman RI

39

Perwakilan Provinsi Jawa Tengah yang membawahi wilayah 35

Kab/Kota dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, diperlukan perhatian

yang sungguh-sungguh dalam melakukan pengawasan terhadap

penyelenggara pelayanan publik yakni instansi vertikal dan instansi

horisontal. Sampai saat ini Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan

Provinsi Jawa Tengah memiliki struktur organisasi, yaitu: 1 Kepala

Ombudsman, 1 Asisten, dan 7 Orang Anggota. 48

Selain melakukan pengawasan terhadap kinerja dari pada

penyelenggara pelayanan publik, Ombudsman RI Perwakilan Jawa

Tengah juga melakukan sosialisai kepada masyarakat mengenai

maladministrasi hingga eksistensi Ombudsman Jawa Tengah dan

menjalin kerjasama kepada instansi terntetu hingga membentuk “Konco

Ombudsman” guna mencegah terjadinya maladministrasi di dalam

pelayanan publik.49

Harapan tinggi dari masyarakat terhadap lembaga

Ombudsman Republik Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan

yang ada sehingga insan Ombudsman Republik Indonesia dituntut untuk

profesional dan mengedepankan nilai integritas sebagai pengawas

penyelenggara pelayanan publik, sehingga tugas dan wewenang

Ombudsman Republik Indonesia tertuang dalam Undang-Undang Nomor

37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia. Ombudsman RI

memiliki tugas, diantaranya:

1. Menerima Laporan atas dugaan Maladministrasi dalam

penyelenggaraan pelayanan publik;

48

Tri Lindawati, Asisten Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah, Wawancara,

(Semarang, 7 Januari 2019). 49

Muhammad Azet, Asisten Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah, Wawancara,

(Semarang. 7 Januari 2019)

40

2. Melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;

3. Menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup

kewenangan Ombudsman;

4. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan

Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

5. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara

atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga

kemasyarakatan dan perseorangan;

6. Membangun jaringan kerja;

7. Melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam

penyelenggaraan pelayanan publik; dan

8. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.50

Sesuai dengan tugas yang terdapat di dalam pasal 8 butir (c)

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI di atas,

Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah pada tahun 2018 bulan Januari

sampai bulan September telah menindak lanjuti laporan yang diterima

sebanyak 126 laporan. Sebagaimana ditentukan dalam mekanisme

penanganan laporan, bahwa laporan masyarakat dapat dinyatakan selesai

pada setiap tahapan. Sering terjadi laporan masyarakat dapat selesai pada

tahap klarifikasi dan pemeriksaan lanjutan seperti investigasi dan

monitoring. Jumlah laporan ditutup sampai dengan bulan Juni 2018

sebanyak 23 laporan sedangkan lainnya masih dalam proses

penyelesaian. Secara rinci, berikut adalah tabel kasus yang

ditindaklanjuti oleh Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah:51

Tabel 2. Tindak Lanjut Ombudsman Terhadap Laporan Masyarakat

s/d Triwulan III (Januari-September) Tahun 2018

Tindak Lanjut 2018 %

Laporan ditutup 62 49.2

50

Sekretariat RI, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik

Indonesia, Bab IV, pasal 8 ayat (1). 51

Sekretariat Negara RI, Laporan Triwulan III Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah

(Januari-September) Tahun 2018, hlm. 42.

41

Laporan telah diselesaikan

1 0.8

Menunggu data tambahan/ lanjutan dari pelapor

3 2.4

Menunggu respon terlapor 24 19.0

Proses di Asisten/investigasi 36 28.6

Jumlah 126 100

Sumber: Laporan Triwulan III Ombudsman RI Perwakilan Jawa

Tengah (Januari-September) Tahun 2018

Peran Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah

selain yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008,

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah juga diberi

tugas oleh Ombudsman RI untuk mengawasi pelaksanaan penerimaan

CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) di wilayah Jawa Tengah.

Pengawasan penerimaan CPNS ini dilakukan dengan membuat posko

pengaduan dan melakukan kordinasi dengan BKD (Badan Kepegawaian

Daerah) Provinsi Jawa Tengah. Hal ini akan mendorong terciptanya

atmosfir transparansi dalam proses penerimaan CPNS. Kemudian

Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah juga berkoordinasi dengan

Ombudsman RI dalam pelaksanaan PEMILU (Pemilihan Umum) yang

diadakan 5 tahun sekali, didalam PEMILU (Pemilihan Umum)

Ombudsman RI berperan sebagai pemberi masukan dalam bidang

program penyelenggaraan pelayanan publik agar senantiasa terciptanya

pelayanan publik yang baik dan bijak sesuai peraturan perundang-

undangan.52

52

Muhammad Azet, Asisten Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah, Wawancara,

(Semarang, 7 Januari 2019).

42

Tidak sampai disitu saja, Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah

juga berperan dalam pengawasan di bidang pendidikan, seperti

pengawasan terhadap pelaksanaan UNBK SMP hingga SMA di wilayah

Semarang.53

B. Kendala Dan Upaya Yang Dihadapi Ombudsman RI Perwakilan

Jawa Tengah Untuk Mencegah Maladministrasi Publik Dalam

Penyelenggaraan Pelayanan Publik Berdasarkan UU Nomor 37

Tahun 2008

1. Kendala Yang Dihadapi Ombudsman RI Perwakilan Jawa

Tengah

Dalam pelaksanaan tugas dan kinerja, Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Jawa Tengah memiliki beberapa kendala.

Beberapa kendala tersebut muncul dikarenakan beberapa faktor,

yaitu:54

a) Sumber Daya Manusia, asisten yang dimiliki oleh Ombudsman

RI Perwakilan Jawa Tengah adalah lulusan dari bidang-bidang

yang berbeda. Kurangnya pendidikan dan pelatihan untuk asisten

selaku pelaksana tugas terkait penyelesaian laporan, pencegahan

dan penjaminan mutu. Kemudian kurang adanya sinkronisasi

kegiatan di Pusat dan Perwakilan sehingga perencanaan kegiatan di

perwakilan terganggu oleh kegiatan-kegiatan dari pusat. Selain itu,

Staff supporting unit di Kantor Perwakilan masih kurang sehingga

asisten masih merangkap untuk melakukan kegiatan administratif

53

Tri Lindawati, Asisten Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah, Wawancara,

(Semarang, 7 Januari 2019). 54

Ibid., hlm. 81.

43

seperti meregister laporan, mengurus surat-surat dan kegiatan

administratif lainnya yang cukup menyita waktu. Dengan

demikian, Proses revolving menjadi lama mengakibatkan kegiatan

operasional kantor terhambat, penyerapan anggaran menjadi

kurang maksimal. Proses revolving membutuhkan waktu sekitar 3-

4 minggu, harapannya proses revolving dapat selesai dalam waktu

kurang dari 2 minggu.

b) Sarana dan Prasarana, sarana Prasarana yang terdapat di kantor

Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah kurang memadai seperti

komputer, printer, mobil, alat investigasi dan lemari arsip sehingga

penataan arsip dan kegiatan operasional perkantoran kurang

optimal. Kemudian, Alokasi anggaran dan pagu anggaran untuk

masing-masing kegiatan ditentukan oleh Kesekjenan Ombudsman

di Pusat sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan kantor

Perwakilan, harapannya Perwakilan dapat menyusun rencana

kegiatan dan kebutuhan anggaran selama 1 tahun untuk menjadi

bahan Kesekjenan dalam membuat POK

c) Kurangnya wawasan masyarakat, kurangnya wawasan

masyarakat dalam membuat laporan pelanggaran maladministrasi

kepada pihak Ombudsman tidak sesuai prosedur atau tata cara

pelaporan seperti didalam Undang-Undang Ombudsman RI juga

menjadi salah satu faktor internal yang menjadi kendala bagi

Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah dalam menjalankan

tugasnya.

44

d) Perilaku para penyelenggara pelayanan publik, masih takut

dengan keberadaan Ombudsman yang bertugas mengawasi

pelayanan publik. Seharusnya para aktor pelayanan publik

menanggapi positif dengan keberadaan Ombudsman ini, karena

pada dasarnya tujuan Ombudsman juga untuk membantu

menyelesaikan kasus yang dituduhkan oleh masyarakat kepada

suatu instansi. Jadi hal ini tentu akan membantu sebuah kualitas

dari suatu instansi pelayanan publik itu tidak menjadi turun secara

kredibilitas di mata masyarakat.

2. Upaya Yang Dilakukan Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah

Pada hambatan yang telah dijelaskan sebelumnya oleh penulis,

maka perlu adanya upaya yang harus dilakukan oleh Ombudsman RI

Perwakilan Jawa Tengah. Upaya tersebut ialah:

a. Dalam mengatasi kendala Sumber Daya Manusia (SDM), upaya

yang dilakukan oleh Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah ialah

dengan cara melakukan pendampingan dan pelatihan rutin bagi

semua asisten di Perwakilan Ombudsman agar kualitas sumber

daya manusia di Ombudsman menjadi mumpuni dan ahli dalam

bidang pencegahan, pengawasan, penyelesaian kasus serta agenda

peningkatan kualitas pelayanan publik lainnya. Sehingga

optimalisasi peran Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah

sebagai lembaga yang bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan

publik dapat diwujudkan,

45

b. Dalam mengatasi kendala Sarana dan Prasarana, upaya yang

dilakukan oleh Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah ialah

dengan cara lebih selektif dalam menjalankan tugas seperti

investigasi sampai dengan selektif untuk mengadakan sosialisasi

kepada masyarakat. Upaya ini dilakukan bertujuan untuk

meminimalisir penggunaan dari pada sarana dan prasarana yang

tersedia, dikarenakan sarana dan prasarana maupun anggaran di

kantor Ombudsman Jawa Tengah masih berpusat pada

Ombudsman RI.

c. Dalam mengatasi kendala kurangnya wawasan masyarakat dalam

pembuatan laporan dugaan maladministrasi kepada pihak

Ombudsman, maka pihak Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah

melakukan upaya Sosialisasi. Upaya sosialisasi tersebut

menunjukan bahwa peran masyarakat dalam mewujudkan

pelayanan publik yang bijaksana sangat penting karena masyarakat

yang menerima dan mengetahui kebutuhan pelayanan. Kemudian

yang menjadi salah satu sasaran Ombudsman RI ialah memberikan

kesadaran masyarakat tentang ha katas pelayanan publik yang baik.

Upaya sosialisasi tersebut bertujuan agar masyarakat luas

khususnya masyarakat Provinsi Jawa Tengah mengerti tata cara

pelaporan ke Kantor Ombudsman Jawa Tengah sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman

Republik Indonesia. Upaya ini selain dilakukan oleh team

Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah dalam bidang

46

pencegahan, juga dilakukan oleh rekan-rekan yang telah melakukan

kerjasama oleh Kantor Ombudsman Jawa Tengah seperti instansi

pendidikan perguruan tinggi di Provinsi Jawa Tengah dalam bentuk

kegiatan magang yang dilakukan oleh mahasiswa di Kantor

Ombudsman Jawa Tengah. Selain instansi pendidikan perguruan

tinggi yang membantu melaksanakan upaya sosialisasi,

Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah juga menjalin kerjasama

dengan media masa baik cetak maupun elektronik yang diberi

nama “Konco Ombudsman”. Selain itu, Ombudsman RI

Perwakilan Jawa Tengah melakukan upaya dengan cara membagi 2

bidang program, yaitu:

1) Bidang Pencegahan, Bidang pencegahan meliputi sosialisasi,

koordinasi dan kerja sama lembaga. Dalam rangka

meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat dalam

pengawasan pelayanan publik, dilaksanakan sosialisasi tentang

pelayanan publik dan Ombudsman Republik Indonesia sebagai

lembaga Negara bertugas mencegah, menerima dan

menindaklanjuti laporan maladministrasi dari masyarakat.

2) Bidang Penyelesaian Laporan, bidang ini merupakan upaya

represif Ombudsman terhadap pelayanan publik yang telah atau

diduga melakukan maladministrasi. Ombudsman RI Perwakilan

Jawa Tengah dalam melaksanakan tugasnya mempunyai

beberapa tahapan untuk menyelesaikan kasus, yakni konsultasi,

klarifikasi, mediasi, rekonsiliasi, dan rekomendasi. Tahapan

47

penyelesaian kasus ini juga bisa disebut sebagai hasil atau

produk yang dikeluarkan Ombudsman. Sejak Januari 2018

hingga akhir September 2018, jumlah laporan yang masuk

sebanyak 126 laporan. Dari jumlah tersebut yang disampaikan

melalui datang langsung ke Kantor Ombudsman RI Perwakilan

Jawa Tengah sebanyak 65 (51,59%) laporan, sedangkan melalui

surat sebanyak 44 (34,94%) laporan, sisanya disampaikan

melalui email, telepon, dan website.55

Ombudsman juga

menindaklanjuti laporan yang bersumber dari media dengan

melakukan Reaksi Cepat Ombudsman (RCO). Dalam rangka

peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat,

Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah terus meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat dengan mempermudah akses

masyarakat untuk melaporkan dan berkonsultasi terkait

permasalahan pelayanan publik di Provinsi Jawa Tengah. Secara

rinci, akses laporan masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Jumlah Laporan Masyarakat berdasarkan

Mekanisme Penyampaian Laporan s/d Triwulan III

(Januari-September) Tahun 2018

Mekanisme Pelaporan Jumlah %

Datang langsung 65 51.59

Email 11 8.73

Surat 44 34.92

Telepon 4 3.17

Website 2 1.59

Jumlah 126 100

55

Tri Lindawati, Asisten Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah, Wawancara,

(Semarang, 7 Januari 2019).

48

Sumber: Laporan Triwulan III Ombudsman RI Perwakilan

Jawa Tengah (Januari-September) Tahun 2018

Selain berdasarkan cara penyampaian, untuk mendapatkan

gambaran utuh terhadap laporan/pengaduan berikut disajikan

klasifikasi berdasarkan Pelapor, instansi Terlapor, subtansi

laporan, dan jenis maladministrasi yang dilaporkan:

1) Pelapor yang melakukan laporan ke kantor Ombudsman RI

Perwakilan Jawa Tengah atas dugaan kasus maladministrasi

berasal dari klasifikasi yang berbeda-beda. Klasifikasi

masyarakat yang paling banyak menyampaikan keluhannya kepada

Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah adalah

Perorangan/Korban Langsung sebanyak 92 (73,02%), selanjutnya

melalui kelompok masyarakat dan keluarga korban masing-masing

adalah 9 laporan (7,14%), Kuasa Hukum sebanyak 7 laporan

(5,56%), serta paling sedikit adalah Lembaga Bantuan Hukum dan

Badan Hukum masing-masing sebanyak 2 (1,59%) laporan.

Tabel 5. Jumlah Laporan Masyarakat Berdasarkan

Klasifikasi Pelapor s/d Triwulan III (Januari-September)

Tahun 2018

Klasifikasi Pelapor Jumlah %

Badan Hukum 2 1.59

Kelompok Masyarakat 9 7.14

Keluarga Korban 6 4.76

Kuasa Hukum 7 5.56

Lain-lain 5 3.97

Lembaga Bantuan Hukum 2 1.59

Lembaga Sawadaya

Masyarakat 3 2.38

Perorangan/Korban langsung 92 73.02

Jumlah 126 100

49

Sumber: Laporan Triwulan III Ombudsman RI

Perwakilan Jawa Tengah (Januari-September) Tahun

2018

2) Instansi Terlapor, Instansi yang terbanyak dilaporkan oleh

masyarakat adalah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yaitu

37 laporan (29,4%), Desa sebanyak 15 laporan (11,9%),

sedangkan yang paling sedikit adalah Badan Kepegawaian

Negara, Badan Pengawas Obat & Makanan, Bank BUMN,

Kementerian Hukum & HAM, Kepolisian Sektor, Komando

Daerah Militer, Pengadilan Negeri, Perguruan Tinggi Negeri,

dan RSUD masing-masing sejumlah 1 laporan (0,8%). Fakta

ini menunjukkan kesamaan dengan laporan masyarakat

kepada Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah pada tahun

2017 dimana Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menempati

urutan tertinggi sebagai instansi yang dilaporkan oleh

masyarakat. Dalam menangani hal tersebut Ombudsman RI

Perwakilan Jawa Tengah terus melakukan koordinasi dengan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk menyelesaikan

laporan masyarakat sekaligus meningkat kualitas dan mutu

pelayanan publik. Berikut tabel instasi yang menjadi terlapor:

Tabel 6. Jumlah Laporan Masyarakat Berdasarkan Instansi

Terlapor s/d Triwulan III (Januari-September) Tahun 2018

INSTANSI JUMLAH %

Badan Kepegawaian Negara 1 0.8

Badan Pengawasan Obat & Makanan

1 0.8

Bank BUMN 1 0.8

BUMN/BUMD 7 5.6

50

Desa 15 11.9

Kantor Pertanahan 11 8.7

Kejaksaan Negeri 5 4.0

Kementerian Agama 2 1.6

Kementerian Hukum & HAM 1 0.8

Kementerian Keuangan 2 1.6

Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara

2 1.6

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia

2 1.6

Kepolisian Daerah 5 4.0

Kepolisian Resort 7 5.6

Kepolisian Resort Kota 3 2.4

Kepolisian Sektor 1 0.8

Kepolisian Wilayah Kota Besar 3 2.4

Komando Daerah Militer 1 0.8

Komisi Negara/Lembaga Negara Non Struktural

2 1.6

Lain-lain 2 1.6

Pemerintah Kabupaten/Kotamadya

37 29.4

Pemerintah Propinsi 3 2.4

Pengadilan Agama 3 2.4

Pengadilan Negeri 1 0.8

Perguruan Tinggi Negeri 1 0.8

RSUD 1 0.8

Sekolah Negeri 6 4.8

Jumlah 126 100.0

Sumber: Laporan Triwulan III Ombudsman RI

Perwakilan Jawa Tengah (Januari-September) Tahun

2018

Terlapor selalu diawasi oleh Pelapor dan Ombudsman,

sehingga melalu mekanisme pengawasan seperti itu,

51

mencegah terjadinya ketidakadilan dalam pemberian

pelayanan publik terhadap perorangan. Meskipun

rekomendasi Ombudsman tidak mengikat secara hukum,

tetapi jika diikuti atau ditindaklanjuti justru akan memberi

perlindungan hukum bagi diri dan instansi Terlapor. Bagi

dirinya, dengan mengikuti rekomendasi Ombudsman dirinya

akan terbebas dari fitnah dan tuduhan-tuduhan yang tidak

berdasar. Intinya, yang bersangkutan menyadari, bahwa

sebenarnya Ombudsman merupakan pelindungnya dari

tuduhan yang tidak benar. Bagi intitusinya, akan merasakan

bahwa berkat selalu mengikuti rekomendasi Ombudsman,

kinerja institusinya akan semakin baik dan terpercaya.56

3) Subtansi Laporan, Substansi laporan yang banyak

dilaporkan masyarakat adalah pertanahan sebanyak 23

laporan (18,3%) diikuti dengan substansi Kepolisian

sebanyak 19 laporan (15,1%), kemudian substansi

Kepegawaian sebanyak 13 laporan (10,3%). Laporan paling

sedikit di Ombudsman adalah Administrasi Kependudukan,

Bea & Cukai, Kesehatan, Kesejahteraan Sosial,

Komisi/Lembaga Negara, Lelang, Perhubungan/Infrastruktur,

Sumber Daya Alam dan Energi, Tentara Nasional Indonesia,

dan Transportasi yang masing-masing masih berjumlah 1

laporan (0,8%). Sejak tahun 2013 substansi pertanahan dan

56

Muhammad Azet, Asisten Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah, Wawancara,

(Semarang, 7 Januari 2019).

52

kepolisian menduduki peringkat tinggi dari seluruh substansi

laporan yang diterima oleh Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Jawa Tengah. Secara rinci substansi laporan

dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 7. Jumlah Laporan Masyarakat Berdasarkan

Substansi Laporan s/d Triwulan III (Januari-September)

Tahun 2018

NO. Aspek Jumlah %

1 Administrasi Kependudukan 1 0.8

2 Agama 3 2.4

3 Agraria/Pertanahan 23 18.3

4 Asuransi/Jaminan Sosial 3 2.4

5 Bea dan Cukai 1 0.8

6 Informasi Publik 2 1.6

7 Kejaksaan 5 4.0

8 Kepegawaian 13 10.3

9 Kepolisian 19 15.1

10 Kesehatan 1 0.8

11 Kesejahteraan social 1 0.8

12 Ketenagakerjaan 4 3.2

13 Komisi/lembaga Negara 1 0.8

14 Lelang 1 0.8

15 Listrik 5 4.0

16 Pajak 2 1.6

17 Pedesaan 10 7.9

18 Pemukiman/perumahan 3 2.4

19 Pendidikan 11 8.7

20 Peradilan 3 2.4

21 Perdagangan dan industry 3 2.4

22 Perhubungan/infrastruktur 1 0.8

23 Perijinan (PTSP) 5 4.0

53

24 Sumber Daya Alam dan

Energi 1 0.8

25 Telekomunikasi 2 1.6

26 TNI 1 0.8

27 Transportasi 1 0.8

TOTAL 126 100.0

Sumber: Laporan Triwulan III Ombudsman RI

Perwakilan Jawa Tengah (Januari-September) Tahun

2018

4) Subtansi Maladministrasi, Maladministrasi diartikan

sebagai perilaku atau perbuatan melawan hukum dan etika

dalam suatu proses administrasi pelayanan publik, yakni

meliputi penyalahgunaan wewenang/jabatan, kelalaian dalam

tindakan dan pengambilan keputusan, pengabaian kewajiban

hukum, melakukan penundaan berlarut, tindakan

diskriminatif, permintaan imbalan, dan lain-lain yang dapat

dinilai sekualitas dengan kesalahan tersebut.57

Ketentuan

perundangan yang memuat tentang beberapa bentuk

maladministrasi kususnya yang memuat tentang berbagai

perilaku, pembuatan kebijakan, dan peristiwa yang menyalahi

hukum dan etik administrasi yang dilakukan oleh

penyelenggara negara dan pemerintah, pegawai negara,

pengurus perusahaan milik swasta dan pemerintah, termasuk

perseorangan yang membantu pemerintah memberikan

pelayanan publik ketentuan-ketentuan tentang bentuk

Maladministrasi memang tidak disebutkan secara literal

57

Daim A, Nuryanto, Hukum Administrasi Negara (Surabaya: Laksbang Justitia, 2014),

hlm. 72.

54

(secara langsung) sebagai maladministrasi. Ketentuan-

ketentuan bentuk maladministrasi yang tersebar di dalam

berbagai undang-undang lebih lanjut hanya dikaitkan dengan

tugas pokok dan fungsi kelembagaan yang menjadi

penyelenggaraan pelayanan publik.58

Substansi

maladministrasi yang banyak dilaporkan masyarakat adalah

penundaan berlarut sebanyak 62 laporan (49,2%) dan

penyimpangan prosedur sebanyak 35 laporan (27,8%).

Contoh tindakan penundaan berlarut misalnya Kepala Desa

yang tidak segera/menunda-nunda memberikan pelayanan

terkait permohonan Pelapor untuk meminta surat keterangan,

tidak ditanggapinya pengaduan yang disampaikan Pelapor

kepada instansi terkait. Contoh tindakan penyimpangan

prosedur diantaranya pelaksanaan lelang tidak sesuai

peraturan. Secara rinci substansi maladministrasi dapat dilihat

dalam tabel berikut:

Tabel 8. Jumlah Laporan Masyarakat Berdasarkan Substansi

Maladministrasi s/d Triwulan III (Januari-September)

Tahun 2018

Subtansi Maladministrasi Jumlah %

Berpihak 1 0.8

Diskriminasi 1 0.8

Konflik Kepentingan 1 0.8

Penundaan Berlarut 62 49.2

58

Tri Lindawati, Asisten Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah, Wawancara (Semarang, 7 Januari 2019).

55

Penyalahgunaan Wewenang 9 7.1

Penyimpangan Prosedur 36 27.8

Permintaan Imbalan Uang, Barang dan

Jasa 2 1.6

Tidak Kompeten 4 3.2

Tidak Memberikan Pelayanan 10 7.9

Tidak Patut 1 0.8

JUMLAH 126 100.

0

Sumber: Laporan Triwulan III Ombudsman RI

Perwakilan Jawa Tengah (Januari-September) Tahun

2018

Adapun penjeleasan dari bentuk-bentuk maladministrasi yang

ditangani oleh Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah,

yaitu:59

1) Berpihak, pelaksana layanan publik mengambil

keputusan yang berat sebelah dan lebih mementingkan

satu pihak dan tidak memperhatikan ketentuan yang

sudah ada. Contoh kasus bapak A mengajukan dan bapak

B mengajuhkan 52 tanah tapi bapak B ditunda karena

petugasnya punya kepentingan pribadi dengan bapak A;

2) Diskriminasi, pelaksana pelayanan publik tidak

memberikan pelayanan kepada masyarakat karena warga

yang mengajukan beda suku, agama, ras dan jenis

kelamin dengan pejabat pelayanan publik tersebut.

Seharusnya semua mempunyai hak untuk mendapatkan

59

Muhammad Azet, Asisten Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah, Wawancara

(Semarang, 7 Januari 2019).

56

pelayanan tanpa ada yang dibeda- bedakan. Contoh

kasus bapak A mengurus ijin mendirikan bangunan atau

IMB gereja di persulit oleh petugas layanan publik karna

berbeda agama;

3) Konflik kepentingan,pelaksana pelayanan publik tidak

bias nanganin kerjaannya karna dia punya kepentingan

sendiri. Contoh kasus bapak A melaporkan seseorang

karna petugas itu tau orang yang dilaporkan adalah

keluarganya petugas itu mengambil alih laporan dan

mengajukan diri sebagai penyidik dalam kasus tersebut;

4) Penundaan berlarut, dalam Istilahnya “Undue Delay”

dimana petugas pelayanan publikseringkali menunda

atau Mengulur waktu dalam penyelesaianatau

pengurusan administrasi dengan alasan yang tidak

diketahui kejelasannya, padahal semestinya dapat segera

diselesaikan lebih cepat. Contoh kasus seperti bapak A

ke kelurahan mau daftar bikin e KTP baru tapi

petugasnya tidak melayani dengan baik atau melakukan

penundaan atau mengulur- ulur waktu;

5) Penyalahgunaan wewenang, pelaksana layanan publik

mempunyai hak dan kekuasaan denganmenyalahi hak

mereka dengan seenaknya. Contoh kasus bapak A

terkena pungli aparatkeamanan petugas meminta uang

sogokan;

57

6) Penyimpangan prosedur, Pihak Pelaksana Layanan

Publik Tidak Mengikuti Standar Operasional Prosedur

Yang Telah Ditentukan Sebelumnya. Contoh kasus

bapak A sudah lama antri tiba- tiba ada seseorang, atau

pejabat yang baru datang dan langsung dilayanai;

7) Permintaan imbalan uang, barang dan jasa, pada saat

melakukan transaksi pelayanan publik, pihak pelaksana

layanan meminta uang pengurusan yang semestinya

gratissebagai biaya tambahan. Contoh Kasus bapak A

mau menikah terus waktu pengurusan administrasinya

petugas meminta uang bayaran sehingga surat- suratnya

di urus lebih cepat;

8) Tidak kompeten, pelaksana pelayanan publik ada yang

tidak mempunyaikompetensi atau kemampuan dalam

membuat keputusan akan tetapi tetap dipaksakan oleh

yang bersangkutanmeskipun mereka kurang atau bahkan

tidak profesionaldibidangnya. Contoh kasus seperti

bapak Amendapat kasus dipengadilan tetapi yang

menangani kasusnya bukan lulusan hukum sehingga

kasus ini tidak ada kejelasannya;

9) Tidak memberikan pelayanan, pelaksana layanan

publik dalam hal ini pejabat atau petugasinstansi tidak

memberikan pelayanan padahal kewajiban merekaadalah

memberikan pelayanan publik untuk masayarakat.

58

Contoh kasus seperti kasus bapak A ingin membuka

bisnis kemudian mengurus ke kantor pemerintahan untuk

izin usaha, semua kelengkapan berkas sudah terpenuhi

tetapi petugas tidak mengerjakan surat permohonan

tersebut;

10) Tidak patut, pelaksana layanan publik dalam

menjalankan tugasnya bertindak tidak layak dan tidak

semestinya sehingga merusak pelayanan. Contoh kasus

bapak A melakukan pelayanan di rumah sakit tetapi

petugas atau pihak rumahsakit melenceng dari undang-

undang standar pelayanan kesehatan yang telah

ditetapkan oleh pemerintah.

c. Dalam mengatasi kendala perilaku para penyelenggara pelayanan

publik, dalam kendala tersebut perlu adanya upaya pengawasan

terhadap kinerja penyelenggaraan pelayanan publik. Dengan

adanya respon yang kurang baik terhadap keberadaan Ombudsman

maka salah satu upaya yang dilakukan oleh Ombudsman RI

Perwakilan Jawa Tengah yaitu terus melakukan koordinasi dengan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk menyelesaikan laporan

masyarakat . Kemudian, upaya ini dilaksanakan dengan tujuan agar

penyelenggara pelayanan publik mengerti bahwa Ombudsman ialah

lembaga negara independen yang bersifat netral dalam menangani

kasus maladministrasi yang ada, serta dalam rangka

menindaklanjuti dugaan maladministrasi oleh penyelenggara

59

pelayanan publik.60

Adanya upaya tersebut antara lain

melaksanakan investigasi, monitoring, mediasi. Berikut data tabel

terkait beberapa kegiatan tersebut:

Tabel 3. Program dan Kegiatan Bidang Penyelesaian Laporan

Triwulan III (Januari-September) Tahun 2018

NO. Kegiatan Uraian Lokasi Waktu

Pelaksanaan Output

1 Investigasi Investigasi ke

Kantor

Imigrasi Kelas I

Semarang terkait

penyelesaian laporan

masyara-kat atas

nama Subadi.

Kantor

Imigrasi

Kelas I Smrg

Selasa,

2 Januari

2018

Diperoleh data

dan informasi

terkait pe-

mrosesan

dokumen

perjalanan Sdri.

Mustikowati

sebagai

Penyelesaian

laporan

masyarakat atas

nama Sdr. Subadi.

2 Investigasi Investigasi beberapa

laporan

Masyara-kat di Kab.

Klaten.

SMP N 1

Karang-dowo

Klaten;

Kantor

Kec.

Juwiring

Kamis,

15 Februari

2018

Melakukan

Investigasi

lapangan dan

klarifikasi secara

langsung dengan

Sekda Kabupaten

boyolali dalam

rangka

pembahasan

laporan

masyarakat

terkait dugaan

penyimpangan

seleksi perangkat

desa.

60

Tri Lindawati, Asisten Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah, Wawancara, (Semarang, 7 Januari 2019).

60

3 Monitoring Monitor-ing

USBN SMA di

Kota Semarang

SMA N 2

Smg;

SMA N 6

Smg

Senin,

26 Maret

2018

Ombudsman RI

Perwakilan Jateng

melakukan

pengawasan

USBN

yang

diselenggara-kan

di

SMA N 2

Semarang dan

SMA N 6

Semarang.

4 Monitoring Monitor-ing

Pe-nyelenggaraan

Pelayanan Publik

selama Libur

Lebaran 2018

Kota

Semarang,

Kota

Sura-karta,

Kab. Kudus,

Kab.

Wonosobo,

Kab. Demak,

Kab.

Jepara,

Kab.

Klaten,

Kab.

Sragen dan

Kab. atau

Kota lainnya

di Prov. Jawa

Tengah

Sabtu-

Kamis,

9-21 Juni

2018

Pengawasan

pelayanan publik

dalam rangka

mudik lebaran

tahun 2018 guna

memastikan

pelayanan publik

tetap berjalan.

5 Mediasi atau

Konsoliasi

Konsiliasi

dalam Tahap

Pe-meriksaan

Laporan Masyarakat

di

Balai Kota

Surakarta

Balai Kota

Sura-karta

Senin,

28 Mei

2018

Memperoleh

informasi terkait

tindak lanjut

Pemerintah Kota

Surakarta terkait

penyelesaian

pengaduan

Pelapor.

61

6 Mediasi atau

Konsoliasi

Konsiliasi

dalam Tahap

Pemeriksaan

Laporan

Masyarakat di

Sekretariat

Daerah

Kabupaten

Wonosobo.

Sekretariat

Daerah

Kab.

Wonosobo

Senin,

14 Mei

2018

Diperoleh

kesepakatan

konsiliasi antara

Sdr. Rully

Esmono

Basuki (Pelapor)

dengan Kepala

DPMPTSP Kab.

Wonosobo

(Terlapor)

Sumber: Laporan Triwulan III Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah

(Januari-September) Tahun 2018

Dengan adanya upaya-upaya yang telah dilakukan oleh

Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah berharap penyelenggaraan

pelayanan publik di Provinsi Jawa Tengah terus membaik dalam

meningkatkan kualitas dan mutu atas kinerjanya dibawah awasan

Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah maupun Ombudsman RI.

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan:

1. Ombudsman Republik Indonesiasebagai lembaga negara yang

independen dalam melakukan pencegahan, pengawasan sampai dengan

penyelesaian laporan terduga maladministrasi di ruang lingkup

penyelenggaraan pelayanan publik khususnya Ombudsman RI

Perwakilan Jawa Tengah sudah cukup baik. Pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat terutama dalam hal pencegahan terjadinya

maladministrasi maupun penyelesaian laporan serta penegakkan hukum

yang dilakukan dalam rangka penyelenggaraan negara dan

pemerintahan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya

untuk menciptakan suatu pemerintahan yang baik, bersih, dan efisien

guna meningkatkan kesejahteraan dan menciptakan keadilan dan

kepastian hukum bagi seluruh warga negara sebagai mana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

2. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Ombudsman RI

Perwakilan Jawa Tengah memiliki beberapa kendalaantara lain: faktor

sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang perlu mendapatkan

perhatian Ombudsman RI, kurangnya wawasan bagi masyarakat yang

ingin membuat laporan ke Kantor Ombudsman RI Perwakilan Jawa

Tengah tidak sesuai dengan tata cara pelaporan, serta perilaku para

penyelenggara pelayanan publik.

63

3. Adapun upaya dalam mengatasi kendala-kendala tersebut ialah dengan

cara melaksanakan pelatihan rutin bagi semua asisten di Perwakilan

Ombudsman, membagi beberapa bidang program, sosialisasi kepada

masyarakat, serta melaksanakan investigasi kepada penyelenggara

pelayanan publik

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh tersebut, penulis mengajukan

saran yang dapat diberikan agar peran Ombudsman RI Perwakilan Jawa

Tengah dapat berjalan optimal sebagai berikut:

1. Perlu adanya pendampingan dan pelatihan rutin bagi semua asisten di

Perwakilan Ombudsman agar kualitas sumber daya manusia di

Ombudsman menjadi mumpuni dan ahli dalam bidang pencegahan,

pengawasan, penyelesaian kasus serta agenda peningkatan kualitas

pelayanan publik lainnya. Sehingga optimalisasi peran Ombudsman

RI Perwakilan Jawa Tengah sebagai lembaga negara yang bertujuan

meningkatkan kualitas pelayanan publik dapat diwujudkan.

2. Meningkatkan intensitas sosialisasi sampai kepada masyarakat luas

agar seluruh masyarakat di Provinsi Jawa Tengah mengetahui

keberadaan saluran pengaduan pelayanan publik di Ombudsman RI

Perwakilan Jawa Tengah. Mengembangkan jaringan kerja, salah

satunya adalah melakukan kerja sama berjenjang dengan atasan di

instansi pelayanan publik di Jawa Tengah, maksudnya adalah untuk

memberikan tekanan bagi satuan-satuan kerja agar menindak lanjuti

hasil temuan atau produk Ombudsman.

64

3. Bekerja sama dengan media untuk membuka klinik Ombudsman dan

membantu dalam hal pemberitaan kasus, hal ini akan berdampak

positif bagi berjalannya penyelesaian laporan karena masyarakat juga

ikut memantau perkembangan kasus yang ditangani Ombudsman.

Dengan adanya kerja sama yang kuat antar instansi-instansi tertentu

akan membantu meningkatkan nilai tawar Ombudsman sehingga

dalam menjalankan perannya mengawasi penyelenggaraan pelayanan

publik, pihak terlapor akan menanggapi Ombudsman sebagai lembaga

pengawas eksternal yang sah.

65

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta. 2002.

Gunawan, Yopi. Perkembangan Konsep Negara Hukum Dan Negara Hukum

Pancasila, Bandung: Refika Aditama. 2015. Hadjon, Philipus M. Pengantar Hukum Administrasi Negara (Introduction to The

Indonesian Administration Law), Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

1999.

Haryatmoko. Pelayanan Publik, Jakarta: PT. Gramedia Pusat Jakarta. 2011.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga-Cetakan 1, Jakarta: Balai Pustaka.

Miftah, Thoha. Birokrasi Pemerintahan Indonesia Di Era Reformasi, Jakarta:

Kencana. 2010.

Narbuka, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumu

Aksara. 2003.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi

Aksara. 2001.

Soekamto, Soerjono.Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 2012.

Soemitro, Ronny Hanitijo.Metode Penelitian Hukum dan Yurimetri. Jakarta:

Ghalia. 1994.

Sujata, Antonius dan Surahman. Ombudsman Indonesia di tengah Ombudsman

Internasioan. Jakarta: komisi Ombudsman Nasioanl. 2002.

Supranto, J. Metode Penelitian Hukum dan Statistik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

2003.

Sutedi, Adria. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta: Sinar

Grafik. 2010.

Sutopo, Sutopo. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta: Puslitbang UNS,

2008.

66

Taufiqukhoman. Optimal Investigasi Maladministrasi Ombudsman: Guna

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama, 2015.

Thamrin, Husni.Hukum Pelayanan Publik di Indonesia. Jakarta: Aswaja

Pressindo.2013.

Tjandra, W. Riawan. Dinamika Peran. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya

Yogyakarta. 2004.

Tjandra, W. Riawan.Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: Universitas Atma

Jaya Yogyakarta. 2008.

Waluyo, Bambang.Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika.

2002.

Peraturan Perundang-Undangan

Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun

2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia. Jakarta,2008.

Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

2009 Tentang Pelayanan Publik. Jakarta, 2009.

Sekretariat Negara RI. Peraturan Ombudsman Republik Indonesia Nomor 26

Tahun 2017 tentang Tata Cara Penerimaan, Pemeriksaan, dan Penerimaan

Laporan. Jakarta, 2017.

Sekretariat Negara RI. Keppres Nomor 44 Tahun 2000 tentang Komisi

Ombudsman Indonesia. Jakarta, 2000.

Sekretariat Negara RI. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Indonesia, Keputusan Men-PAN RI Nomor 63 Tahun

2004 tentang Pedoman Pelayanan Publik. Jakarta, 2004.

Artikel Dalam Jurnal

Kadarsih, Setiajeng. "Tugas dan Wewenang Ombudsman RI dalam Pelayanan

Publik Menurut UU Nomor 37 Tahun 2008", Jurnal Dinamika Hukum, Vol.

10, Fakultas Hukum, Universitas Jenderal Sudirman, 2010.

Wawancara

Lindawati, Tri. Asisten Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah. Wawancara.

Semarang, 7 Januari 2019.

Azet, Muhammad. Asisten Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah. Wawancara.

Semarang, 7 Januari 2019.

67

Website

Columbia Encyclopedia, Sixth Edition, Columbia University Press, 2001.,(diakses

melalui www.defenisiOmbudsman.com)

Muria News, “Ombudsman Dalami Kasus Dugaan Maladministrasi di

Inspektorat Pati” (Online), (http://www.murianews.com/)

68

69

70

71

72

73

74