9 AKTA

11
A. IZIN KAWIN 1. Pengetian Akta yang dibuat untuk seorang anak wanita yang belum dewasa yang akan menikah. Dibuat sebelum atau pada saat akan dilangsungkan pernikahan dan yang memberi izin adalah kedua orang tua atau orang tua yang hidup terlama. 2. Dasar hukum: Pasal 71 jo 35 BW Usia dewasa yang diketahui ada beberapa macam : - Hukum islam: 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria - Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974: 18 tahun - KUHPerdata: 21 Tahun atau belum berusia 21 tahun tetapi telah menikah Untuk materi kuliah ini yang dipakai adalah menurut KUHPerdata, yaitu 21 tahun Untuk izin melakukan pernikahan ada 2 macam : - Secara lisan: merestui dan hadir pada saat pernikahan - Secara tertulis: akta izin kawin Dalam KUHPerdata diharuskan izin kawin dibuat dengan akta otentik (Pasal 71 KUHPerdata), sedangkan menurut UU No 1/1974, izin kawin tidak harus dengan akta otentik. 3. Warkah-warkah - KTP atau identitas kedua orang tua atau orang tua yang hidup terlama - Akta pernikahan orang tua - Akta kelahiran anak - Kartu keluarga - Akta kematian jka orang tua meninggal - Akta cerai jika orang tua bercerai - Surat persetujuan jika salah satu tidak hadir 4. Persoalan hukum

description

AKTA

Transcript of 9 AKTA

A

A. IZIN KAWIN

1. Pengetian

Akta yang dibuat untuk seorang anak wanita yang belum dewasa yang akan menikah. Dibuat sebelum atau pada saat akan dilangsungkan pernikahan dan yang memberi izin adalah kedua orang tua atau orang tua yang hidup terlama.2. Dasar hukum: Pasal 71 jo 35 BWUsia dewasa yang diketahui ada beberapa macam :

- Hukum islam: 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria

- Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974: 18 tahun

- KUHPerdata: 21 Tahun atau belum berusia 21 tahun tetapi telah menikah

Untuk materi kuliah ini yang dipakai adalah menurut KUHPerdata, yaitu 21 tahun

Untuk izin melakukan pernikahan ada 2 macam :

- Secara lisan: merestui dan hadir pada saat pernikahan

- Secara tertulis: akta izin kawin

Dalam KUHPerdata diharuskan izin kawin dibuat dengan akta otentik (Pasal 71 KUHPerdata), sedangkan menurut UU No 1/1974, izin kawin tidak harus dengan akta otentik.

3. Warkah-warkah

- KTP atau identitas kedua orang tua atau orang tua yang hidup terlama- Akta pernikahan orang tua- Akta kelahiran anak- Kartu keluarga

- Akta kematian jka orang tua meninggal

- Akta cerai jika orang tua bercerai

- Surat persetujuan jika salah satu tidak hadir

4. Persoalan hukum

Terdapat anak di bawah umur yang akan menikah, sehingga diperlukan izin dari orang tuaB. PENCEGAHAN PERKAWINAN1. Pengertian

Akta yang dibuat karena orang tua dengan suatu alasan tertentu dapat melakukan pencegahan terhadap anak perempuannya untuk menikah, misalnya karena masih di bawah umur atau masih kuliah

2. Dasar hukum: Pasal 70 BW

- Yang dapat melakukan pencegahan adalah kedua orang tua, bapak atau ibu (Pasal 61 KUHPerdata)

- Apabila kedua orang tua sudah tidak ada, maka dapat dilakukan oleh kakek/nenek, kakek-nenek, apabila tidak ada maka dapat dilakukan oleh wali pengawas (pasal 62 KUHPerdata).

- Garis keturunan kesamping, yaitu saudara laki-laki atau perempuan, paman atau bibi. Pengampu pengawas (Pasal 63 KUHPerdata).

Tidak harus dibuat dalam bentuk akta

Akta pencegahan perkawinan tersebut harus mendapat penetapan pengadilan (Pasal 66 KUHPerdata)

3. Warkah-warkah

- KTP atau identitas kedua orang tua atau orang tua yang hidup terlama atau pihak-pihak yang dapat melakukan pencegahan sesuai ketentuan Pasal 61 BW

- Akta pernikahan orang tua- Akta kelahiran anak

- Kartu keluarga

- Akta kematian jka orang tua meninggal

- Akta cerai jika orang tua bercerai

- Surat persetujuan jika salah satu tidak hadir

4. Persoalan hukum

Orang tua tidak merestui anak untuk menikah karena alasan-alasan tertentu, umumnya karena masih di bawah umur atau ingin anaknya menyelesaikan studi sampai tuntas terlebih dahulu

C. PENGHAPUSAN PENCEGAHAN PERKAWINAN

1. PengertianAkta yang dibuat karena orang tua telah mengizinkan anaknya menikah setelah sebelumnya telah atau pernah membuat akta pencegahan perkawinan. Akta tersebut didaftarkan ke pengadilan dan dengan sendirinya akta pencegahan perkawinan batal demi hukum. Setelah dihapuskan baru dibuat akta izin kawin. Akta harus dibuat secara notariil2. Dasar hukum: Pasal 70 BW

3. Warkah-warkah

- KTP atau identitas kedua orang tua atau orang tua yang hidup terlama atau pihak-pihak yang dapat melakukan pencegahan sesuai ketentuan Pasal 61 BW- Akta pernikahan orang tua- Akta kelahiran anak- Kartu keluarga

- Akta kematian jka orang tua meninggal

- Akta cerai jika orang tua bercerai

- Surat persetujuan jika salah satu tidak hadir- Surat penetapan pencegahan perkawinan dari pengadilan

4. Persoalan hukum

Dalam perjalanan waktu orang tua mengizinkan anaknya menikah sedangkan orang tua sebelumnya sudah membuat akta pencegahan perkawinan

D. KUASA UNTUK MELANGSUNGKAN PERKAWINAN1. PengertianKuasa yang dibuat karena ada suatu alasan yang penting dan mendesak, dimana salah satu calon pengantinnya berhalangan untuk menghadiri pernikahannya, maka ia dapat menunjuk seseorang atau kuasa dengan suatu surat (akta) kuasa otentik untuk mewakilinya melangsungkan pernikahan

2. Dasar hukum: Pasal 79 BW

3. Warkah-warkah

-KTP atau identitas pemberi kuasa selaku calon pasangan yang berhalangan menghadiri pernikahannya (mempelai laki-laki)

-KTP atau identitas penerima kuasa4. Persoalan hukum

Dalam perjalanan waktu orang tua mengizinkan anaknya menikah sedangkan orang tua sebelumnya sudah membuat akta pencegahan perkawinan

E. AKTA PENYATAAN PENUNDUKAN DIRI TERHADAP BW1. Pengertian

Akta pernyataan penundukan diri terhadap KUHPerdata dibuat dalam hal salah seorang mempelai yang beragama Islam hendak melangsungkan perkawinan, dengan menundukkan diri kepada KUHPerdata (agama Kristen). Hal ini sebenarnya merupakan penyelundupan hukum. Setelah itu mencatatkannya di Catatan Sipil

2. Dasar hukum

Menurut Pasal 12 Staatsblad 1898 Nomor 158, perkawinan dilakukan menurut hukum calon suami. Dalam Pasal 75 Staatblad 1933 Nomor 74 jo. LN 1936 Nomor 607, warga negara beragama Kristen tunduk pada hukum agama Kristen. Menurut Pasal 5-nya, bagi calon suami beragama Islam diberikan kemungkinan untuk membuat permohonan agar perkawinannya dengan perempuan yang beragama Kristen tersebut dilangsungkan menurut peraturan yang berlaku bagi orang Kristen. Mahkamah Agung dalam putusannya tertanggal 11 April 1986 Nomor 1400 K/PDT.P/86 telah memutuskan bahwa catatan sipil setempat wajib mencatatkan perkawinan beda agama tersebut3. Warkah-warkah

- KTP atau identitas calon pasangan yang hendak menundukan diri terhadap BW- Kartu keluarga4. Persoalan hukum

Terjadi perkawinan beda agama, sedangkan di Indonesia tidak mengenal perkawinan campuran. Perkawinan beda agama umumnya disahkan di luar negeri. Namun dimungkinkan oleh KUHPerdata untuk melakukan penundukan diri pada agama Kristen dan dicatat di Catatan SipilF. PERJANJIAN KAWIN DI LUAR PERSEKUTUAN HARTA BENDA

1. Pengertian

Perjanjian kawin ini tidak mengenal persekutuan harta benda sama sekali, baik persekutuan menurut undang-undang, untung-rugi, hasil dan pendapatan, maupun percampuran apapun secara tegas semuanya ditiadakan. Misalnya, apabila suami berhutang, maka tidak dapat dibebankan kepada istri sama sekali.

2. Dasar hukum: Pasal 139 KUHPerdata.- Dalam Pasal 105 KUHPerdata diatur bahwa suami sebagai kepala dalam persatuan suami istri, sehingga ia dapat mengatur seluruh harta istrinya. Apabila tidak ingin hal ini berlaku, maka dapat dibuat suatu perjanjian kawin sebagai bentuk penyimpangan, sesuai dengan Pasal 140 ayat 2 dan 3 KUHPerdata

- Pasal 140 ayat (2) dan (3) KUHPerdata mengatur bahwa dapat diperjanjikan si istri dapat mengurus harta kekayaan pribadinya, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, dan menikmati sendiri pendapatannya. Selain itu, dapat diatur juga suami tidak boleh memindahtangankan atau membebani barang-barang tidak bergerak milik istri, surat berharga, piutang yang didapat sebelum atau sesudah perkawinan, tanpa persetujuan dari istri3. Warkah-warkah

-KTP atau identitas calon pasangan suami istri-Kartu keluarga calon suami istri-Daftar masing-masing barang bawaan calon pengantin, bermeterai cukup dan ditandatangani4. Persoalan hukum

Adanya perjanjian kawin yang disepakati para pihak, dimana:- Harta milik masing-masing- Utang milik masing-masing

- Tidak ada percampuran harta sama sekali

G. PERJANJIAN KAWIN PERSEKUTUAN HASIL DAN PENDAPATAN1. Pengertian

Perjanjian kawin dimana yang diperjanjikan hanya persekutuan hasil dan pendapatan saja, sedangkan persekutuan menurut UU itu tidak ada. Bila terjadi keuntungan, maka harus dibagi sama. Bila terjadi kerugian, maka si isteri hanya turut memikul kerugian tersebut hanya hingga bagiannya dari keuntungan yang diperoleh. Rugi berikutnya suami yang menanggung.2. Dasar hukum: Pasal 164 KUHPerdata.3. Warkah-warkah

-KTP atau identitas calon pasangan suami istri

-Kartu keluarga calon suami istri

-Daftar masing-masing barang bawaan calon pengantin, bermeterai cukup dan ditandatangani4. Persoalan hukum

Adanya perjanjian kawin yang disepakati para pihak yang mengatur persekutuan hanya sebatas hasil dan pendapatan saja. Persekutuan menurut UU itu tidak adaH. PERJANJIAN KAWIN PERSEKUTUAN UNTUNG DAN RUGI1. Pengertian

Perjanjian kawin dimana yang diperjanjikan hanya persekutuan hasil dan pendapatan saja, sedangkan persekutuan menurut UU itu tidak ada2. Dasar hukum: Pasal 155-156 KUHPerdata.3. Warkah-warkah

-KTP atau identitas calon pasangan suami istri

-Kartu keluarga calon suami istri

-Daftar masing-masing barang bawaan calon pengantin, bermeterai cukup dan ditandatangani4. Persoalan hukum

Adanya perjanjian kawin yang disepakati para pihak dimana percampuran hanya sebatas untung dan rugi saja. Persekutuan menurut UU itu tidak adaI. PERJANJIAN KAWIN DI LUAR PERSEKUTUAN DENGAN BERSYARAT1. Pengertian

Dalam hal diperjanjikan, bila suami hidup lebih lama dari istri maka perjanjian tidak dapat diberlakukan, kalau sebaliknya istri yang hidup lebih lama daripada suami maka berlaku perjanjian ini (terdapat persekutuan hasil dan pendapatan). Hal ini dikarenakan dikhawatirkan si istri akan menikah lagi, sedangkan hak suami jatuh ke anak-anak.

Untuk barang-barang bergerak, seperti mobil, barang-barang tetap seperti perhiasan, tanah, dsb harus dilihat siapa yang memperoleh barang tersebut. Jika barang tersebut diperoleh suami, maka jatuh kepada anak-anaknya.

2. Dasar hukum: Pasal 140 ayat (2) dan (3) BW3. Warkah-warkah

-KTP atau identitas calon pasangan suami istri

-Kartu keluarga calon suami istri

-Daftar masing-masing barang bawaan calon pengantin, bermeterai cukup dan ditandatangani4. Persoalan hukum

Dalam hal suami hidup lebih lama dari istri maka perjanjian tidak dapat diberlakukan, kalau sebaliknya istri yang hidup lebih lama daripada suami maka berlaku persekutuan hasil dan pendapatanI. PERJANJIAN KAWIN DI LUAR PERSEKUTUAN DENGAN BERSYARAT

1. Pengertian

Dalam hal diperjanjikan, bila suami hidup lebih lama dari istri maka perjanjian tidak dapat diberlakukan, kalau sebaliknya istri yang hidup lebih lama daripada suami maka berlaku perjanjian ini (terdapat persekutuan hasil dan pendapatan). Hal ini dikarenakan dikhawatirkan si istri akan menikah lagi, sedangkan hak suami jatuh ke anak-anak.

Untuk barang-barang bergerak, seperti mobil, barang-barang tetap seperti perhiasan, tanah, dsb harus dilihat siapa yang memperoleh barang tersebut. Jika barang tersebut diperoleh suami, maka jatuh kepada anak-anaknya.

2. Dasar hukum: Pasal 140 ayat (2) dan (3) BW3. Warkah-warkah

-KTP atau identitas calon pasangan suami istri

-Kartu keluarga calon suami istri

-Daftar masing-masing barang bawaan calon pengantin, bermeterai cukup dan ditandatangani

4. Persoalan hukum

Dalam hal suami hidup lebih lama dari istri maka perjanjian tidak dapat diberlakukan, kalau sebaliknya istri yang hidup lebih lama daripada suami maka berlaku persekutuan hasil dan pendapatan

J. PERJANJIAN KAWIN (DIPERJANJIKAN PASAL 140 AYAT (2) BW)1. Pengertian

Dalam hal diperjanjikan, harta walaupun menurut UU tetap tidak diperjanjikan tapi menurut si istri selama perkawinan mendapat harta karena hibah/warisan dan pemberi hibah/warisan menyatakan langsung bahwa ia memberikan harta tersebut kepada istri yang mana harta tersebut akan menjadi diluar harta persekutuan karena perkawinan maka yang berhak atas harta tersebut hanya lah istri untuk mengurus, memungut hasilnya untuk keperluan sendiri, tanpa bantuan suami

2. Dasar hukum: Pasal 140 ayat (2) BW3. Warkah-warkah

-KTP atau identitas calon pasangan suami istri

-Kartu keluarga calon suami istri

-Daftar masing-masing barang bawaan calon pengantin, bermeterai cukup dan ditandatangani

4. Persoalan hukum

Istri selama perkawinan mendapat harta karena hibah/warisan dan pemberi hibah/warisan dan akan menjadi di luar harta persekutuan karena perkawinan. Tanpa bantuan suami, pihak istri berhak mengurus, memungut hasilnya untuk keperluan sendiriK. PERJANJIAN KAWIN (DIPERJANJIKAN PASAL 140 AYAT (3) BW)1. Pengertian

Dalam hal diperjanjikan, walaupun menurut UU ada persekutuan harta tapi tanpa persetujuan dari sang istri, suami tidak dapat untuk memindahtangankan atau membebani atau menjaminkan harta-harta milik istrinya yang dimasukkan ke dalam persatuan atau harta tersebut diperoleh sepanjang perkawinan dan masuk dalam persatuan.

2. Dasar hukum: Pasal 140 ayat (3) BW3. Warkah-warkah

-KTP atau identitas calon pasangan suami istri

-Kartu keluarga calon suami istri

-Daftar masing-masing barang bawaan calon pengantin, bermeterai cukup dan ditandatangani

4. Persoalan hukum

Walau merupakan harta gono gini tapi merupakan harta bawaan atau harta yang diperoleh istri selama perkawinan berlangsung, maka suami tidak boleh menjual atau menjaminkan tanpa persetujuan istri