9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28...

2
in;/ahkoran o Selas. .0 Rabu 0 KamTs 0 Jumat 0 Sabtu 45 17 18 19 20 21 678 9 10 11 12 13 14 15 16 22 23 24 25 26 27 28 29 ~ 31 OJan Oi'eb OMar OApr oMel OJun .Jul 0 AgsO Sap OOId 0NoV 0 Des \ U51ma en mena Pen EIsya Tri Ahaddini Alumnus Fakultas Hukum Unpad SETlAP Ramadan tiba, komunitas pengemis berkembang pesat. Datang dari berbagai pelosok, mercka beroperasi di pusat-pusat keramatan kota, mengharap berkah Ramadan. Persoalan ini terus terjadi dari tahun ke tahun. Perner-irrtah memang telah menempuh berbagai ikhtiar, namun belumjuga menjumpai solusi paling efektif. mi B erdasarkan data Kementerian Sosial tahun 2010,jumlah gelandangan adalah 25.662 orang, danjumlah pengemis 175.478 orang. Dilihat dari aspek penyebab, motif dan latar belakangnya, kondisi peng~mis memang beragam. Tapi, dalam satu sisi,mereka semua adalah sama, yakni berangkat dari kemiskinan. Hal yang menyedihkan, data kemiskinan kerap dijadikan komoditi politik. Berbagai lembaga mengeluarkan data berbeda. Badan Pusat Statistik memublikasikan angka kemiskinan paling minimal, sementara beberapa lernbaga survei yang disponsori partai politik tertentu memaparkan angka kemiskinan maksimal. Namun, inti persoalannya tidak terletak pada disparitas angka-angka statistik, melainkan bagaimana semua unsur masyarakat angkat senjata memerangi kemiskinan. Ada berbagai aspek yang turut menentukan keberhasilan program pengentasan kemiskinan. Menguasai persoalan dengan baik memungkinkan penemuan solusi efektif, sebab penertiban pengemis tak eukup hanya mengandalkan Perda via gebrakan Satpol PP.Lebih dari itu, pengambil kebijakan perlu menyelami persoalan setiap tipe ~ pengemis, sehingga ~~ penanganannya lebih d fokus dan tepat sasaran. Engkus Kuswarno, peneliti masalah sosial, menyebutkan 5 kategori pengemis. Pertama pengernis yang terlahir lantaran tradisi. Di sini, mengemis merupakan kebiasaan yang berulang-ulang atau opinio necessitas. Kedua pengemis kontemporer kontinu tertutup. Komunitas ini hiduptanpa alternatif ekerjaan lain. : Ketiga, pengemis kontemporer kontinu terbuka. Berbeda dengan pengernis yang hidupnya tak memiliki alternatif, kelompok pengemis ini memiliki peluang untuk membebaskan diri dari profesi kepengemisannya. Mereka masih memiliki alternatif pekerjaan, berupa keterampilan. Hanya saja keterampilan tersebut sulit berkembang, akibat ketidakpiawaian memanfaatkan peluang, Keempat, pengemis kontemporer, yang bersifat sementara dan bergantung pada kondisi musi.m. Jumlah mereka biasanya meningkat karena terdorong kondisi iklim, seperti kemarau, atau situasi bulan Ramadan dan menjelang hari raya. Kelima, pengemis bereneana. Mereka memilih pekerjaan ini sebagai batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan lain. Guna menanganinya, perlu dipilih momentum yang tepat, sehingga penanganan 'alih profesi'-nya bisa efektif. Pengemis kelompok ini menyadari tak selamanya mereka meminta-minta. Mereka me mpersiapkan investasi berupa pendidikan anak, Il.US Kllpln2 Hu m as Unpad 2012 -, t\SIINI\.AH/sr~!.MAN FARISl

Transcript of 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28...

Page 1: 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/08/inilahkoran-20120730... · metode AMT(Achievement Motivation Training)

in;/ahkorano Selas. .0 Rabu 0 KamTs 0 Jumat 0 Sabtu4 5

17 18 19 20 216 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

22 23 24 25 26 27 28 29 ~ 31OJan Oi'eb OMar OApr oMel OJun .Jul 0AgsO Sap OOId 0NoV 0Des

\

•U51maen mena Pen

EIsya Tri Ahaddini

Alumnus Fakultas Hukum Unpad

SET lAP Ramadantiba, komunitas

pengemisberkembang

pesat. Datang dariberbagai pelosok,mercka beroperasi

di pusat-pusatkeramatan kota,

mengharap berkahRamadan. Persoalan

ini terus terjadidari tahun ke

tahun. Perner-irrtahmemang telah

menempuhberbagai ikhtiar,

namun belumjugamenjumpai solusi

paling efektif.

mi

Berdasarkan data KementerianSosial tahun 2010, jumlahgelandangan adalah 25.662

orang, danjumlah pengemis 175.478orang. Dilihat dari aspek penyebab,motif dan latar belakangnya, kondisipeng~mis memang beragam. Tapi,dalam satu sisi, mereka semuaadalah sama, yakni berangkat darikemiskinan.

Hal yang menyedihkan, datakemiskinan kerap dijadikankomoditi politik. Berbagai lembagamengeluarkan data berbeda. BadanPusat Statistik memublikasikanangka kemiskinan paling minimal,sementara beberapa lernbagasurvei yang disponsori partaipolitik tertentu memaparkan angkakemiskinan maksimal.

Namun, inti persoalannya tidakterletak pada disparitas angka-angkastatistik, melainkan bagaimanasemua unsur masyarakat angkatsenjata memerangi kemiskinan.Ada berbagai aspek yang turutmenentukan keberhasilanprogram pengentasankemiskinan.

Menguasai persoalan denganbaik memungkinkan penemuansolusi efektif, sebab penertibanpengemis tak eukup hanyamengandalkan Perda via gebrakanSatpol PP.Lebih dari itu, pengambilkebijakan perlu menyelamipersoalan setiap tipe ~pengemis, sehingga ~~penanganannya lebih dfokus dan tepat sasaran.

Engkus Kuswarno, penelitimasalah sosial, menyebutkan5 kategori pengemis. Pertamapengernis yang terlahir lantarantradisi. Di sini, mengemis merupakankebiasaan yang berulang-ulang atauopinio necessitas. Kedua pengemiskontemporer kontinu tertutup.Komunitas ini hiduptanpa alternatifekerjaan lain.

: Ketiga, pengemis kontemporerkontinu terbuka. Berbeda denganpengernis yang hidupnya takmemiliki alternatif, kelompokpengemis ini memiliki peluanguntuk membebaskan diri dariprofesi kepengemisannya. Merekamasih memiliki alternatif pekerjaan,berupa keterampilan. Hanyasaja keterampilan tersebut sulitberkembang, akibat ketidakpiawaianmemanfaatkan peluang,

Keempat, pengemis kontemporer,yang bersifat sementara dan

bergantung pada kondisi musi.m.Jumlah mereka biasanya meningkatkarena terdorong kondisi iklim,seperti kemarau, atau situasi bulanRamadan dan menjelang hari raya.

Kelima, pengemis be reneana.Mereka memilih pekerjaan inisebagai batu loncatan untukmendapatkan pekerjaan lain.Guna menanganinya, perlu dipilihmomentum yang tepat, sehinggapenanganan 'alih profesi'-nyabisa efektif. Pengemis kelompokini menyadari tak selamanyamereka meminta-minta. Merekame mpersiapkan investasiberupapendidikananak,

Il.US

Kllpln2 Hu m a s Unpad 2012-,

t\SIINI\.AH/sr~!.MAN FARISl

Page 2: 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/08/inilahkoran-20120730... · metode AMT(Achievement Motivation Training)

tabungan untuk modal, ataumungkin benda tidak bergerak.

Setidaknya, kelima tipe pengemisinidapatmenyederhanak~nkompleksitas masalah, karena setiapjenis pengemis membutuhkansolusi berbeda. Pengemis yangterlahir lantaran tradisi, misalnya,perlu tindakan memutus tradisitersebut, yakni munculnya kesadarandiri pengemis (self awareness)maupun tindakan terintegrasiantara pemerintah dan lembagaswadaya masyarakat. Dompet duafayang dikombinasikan pembinaanpersuasifmerupakan model solusialternatif.

Sedangkan pada pengemiskonternporer kontinu, secara makroperlu intervensi lembaga negarayang dapat menjamin bahwa merekatidak akan mendapat perlakuan yangmenghinakan (mustadhafin).

----

Mengakhiri kemiskinan memangtak mudah. Namun, membiarkannyaberarti mengabaikan keadilan. CKPrahaland dalam The Fortune at theBottom of Pyramid menyebutkan,biaya kemiskinan. Warga miskin

I kerap membayar lebih mahaldibanding kelompok ekonomimenengah ke atas. Misalnyatransportasi. Kelompokberpendapatan rendah lebih banyaktinggal di pelosok kota, sehinggaharus membayar ongkos transportasiyang relatiflebih mahal denganfasilitas relatifbunik.

Selain itu, sebanyak 40% kaumpapa semakin tersisih karena hasilpertumbuhan ekonomi yang merekanikmati terus menurun, dari 20,92%pada 2000 menjadi 19,2%pada 2006.Artinya, 20% kelompok terkayadan 40% kelompok menengahlahyang lebih banyak menikmati kuepertumbuhan ekonomi. Alhasil,untuk mendapatkan akses pelayanandasar, golongan tidak mampu harusberkorban lebih banyak,

Di Yogyakarta, seorang penelitipernah mengimplementasikanmetode AMT (AchievementMotivation Training) pada 120pengemis dari dua desa, yangmengajarkan norma, latihankecermatan, diskusi, dan penajamanpersepsidiri. Dasar pemikiranmetode ini adalah 'peningkatanprestasi berkaitan langsung dengannaiknya penghasilan'. Pad a akhirprogram, para pengemis dilibatkandalam aktivitas industrial denganbantuan modal dari Dinas Sosial..Faktanya, ikhtiar ini cukup efektifdan berjalan cukup baik.

Sementara itu, Menteri SosialSalim SegafAIJufri menyebutkan,gelandangan dan pengemis selamabulan Ramadan tidak bisa ditiadakankarena kemungkinan mereka benar-benar masyarakat yang sangat miskin.

Bisajadi, pendapat Mensos adabenarnya, namun perlu disadaribahwa tak ada orang merasa muliamenjalani profesi pengemis. Dengantetap fokus pada solusi fundamental,disertaipolitical will danpoliticalaction yang dikemas dalam upayasimultan dengan dasar hukum yangjelas, bukan tak mungkin fenomenapengemis Ramadan dan tipe-tipepengemis lainnya dapat teratasisecara bertahap. Penerapan metodeAMT tadi hanyalah salah satu darisekian banyak solusi yang dapatditempuh. (*)