89-171-1-SM.pdf
-
Upload
rifkyansah-noerjaya -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of 89-171-1-SM.pdf
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM
TRANSAKSI JUAL BELI BARANG ELEKTRONIK SECARA ONLINE DI KOTA SAMARINDA
NASKAH PUBLIKASI
DIAJUKAN OLEH :
ANUGRAH PERDANA DEWI SOEL 0908015100
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MULAWARMAN 2013
NASKAH PUBLIKASI
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM
TRANSAKSI JUAL BELI BARANG ELEKTRONIK SECARA ONLINE
DI KOTA SAMARINDA
Diajukan untuk dipublikasikan pada jurnal ilmiah Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Disusun Oleh :
ANUGRAH PERDANA DEWI SOEL 0908015100
Disetujui oleh :
PEMBIMBING UTAMA, PEMBIMBING PENDAMPING,
Ivan Zairani Lisi, S.H., S.Sos., M.Hum Safarni Husain, S.H., M.Kn NIP. 19750123 200312 1 002 NIP. 19790120 200912 2 004
PERNYATAAN DOSEN PEMBIMBING UTAMA
Dengan ini saya selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi mahasiswa berikut :
Nama : ANUGRAH PERDANA DEWI SOEL
NIM : 0908015100
Judul Skripsi : Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penipuan Dalam Transaksi Jual
Beli Barang Elektronik Secara Online Di Kota Samarinda
Setuju Naskah Publikasi Skripsi yang disusun oleh mahasiswa bersangkutan dipublikasikan
dengan/tanpa*) mencantumkan nama Pembimbing Utama sebagai penulis pendamping.
Demikian untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Samarinda, 1 Juni 2013 Pembimbing Utama
Ivan Zairani Lisi, S.H., S.Sos., M.Hum NIP. 19750123 200312 1 002
*) Coret yang tidak perlu
PERNYATAAN DOSEN PEMBIMBING PENDAMPING
Dengan ini saya selaku Dosen Pembimbing Pendamping Skripsi mahasiswa berikut :
Nama : ANUGRAH PERDANA DEWI SOEL
NIM : 0908015100
Judul Skripsi : Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penipuan Dalam Transaksi Jual
Beli Barang Elektronik Secara Online Di Kota Samarinda
Setuju Naskah Publikasi Skripsi yang disusun oleh mahasiswa bersangkutan dipublikasikan
dengan/tanpa*) mencantumkan nama Pembimbing Utama sebagai penulis pendamping.
Demikian untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Samarinda, 1 Juni 2013 Pembimbing Utama
Safarni Husain, S.H., M.Kn NIP. 19790120 200912 2 004
*) Coret yang tidak perlu
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI BARANG ELEKTRONIK SECARA ONLINE DI KOTA SAMARINDA
ANUGRAH PERDANA DEWI SOEL ( [email protected] )
Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
ABSTRAK Anugrah Perdana Dewi Soel, 0908015100 Program study Ilmu Hukum,
Kosentrasi Hukum Bisnis, “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penipuan Dalam Transaksi Jual Beli Barang Elektronik Secara Online Di Kota Samarinda”. Di bawah bimbingan Bapak Ivan Zairani Lisi, S.H., S.Sos., M.Hum dan Ibu Safarni Husain, S.H., M.Kn, selaku Pembimbing Utama dan Pembimbing Pendamping.
Dengan perkembangan teknologi internet diberbagai bidang, ternyata kejahatanpun ikut berkembang, dikenal dengan cybercrime atau kejahatan melalui jaringan internet. Dalam transaksi jual beli secara online ternyata tak luput dari kejahatan cyber, yaitu penipuan yang terjadi dengan modus jual beli online dengan menawarkan suatu produk melalui situs atau jejaring sosial yang mana pihak yang menawarkan produk tersebut meminta agar pembayaran dilakukan terlebih dahulu baru barang tersebut akan dikirimkan kepada pembeli tapi ternyata barang yang dipesan tersebut tidak ada dan pihak yang menawarkan barang sudah tidak dapat dihubungi kembali.
Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah bagaimana tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli secara online menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik serta apa saja kendala dan penyelesaian dalam penyidikan terhadap tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli secara online di Kota Samarinda.
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah normatif empiris, yaitu hukum dikonsepkan sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan variabel-variabel sosial lain. Apabila hukum sebagai gejala sosial yang empiris sifatnya, dikaji sebagai variabel bebas/sebab (independent variabel) yang menimbulkan pengaruh dan akibat pada berbagai aspek kehidupan sosial. Kajian ini merupakan kajian sosiologis.
Berdasarkan hasil penelitian, tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli barang elektronik secara online adalah perbuatan yang memenuhi unsur yang terdapat di dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu setiap orang, dengan sengaja, tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan, yang menimbulkian kerugian bagi konsumen. Dari hal tersebut maka pelaku penipuan dapat dikenakan hukuman sesuai dengan Pasal 45 ayat (2) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan dapat pula dikenakan Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Kendala yang dialami oleh pihak penyidik dalam melakukan penyidikan adalah dalam mengetahui posisi atau keberadaan pelaku penipuan dan untuk membuka data nasabah penipuan karena terkait rahasia perbankan. Untuk penyelesaian atas kendala tersebut pihak penyidik dapat bekerja sama dengan pihak komunikasi dan informatika untuk mendapatkan bantuan dari ahli dibidang teknologi informasi dan dapat mengirim surat permintaan pembukaan data nasabah kepada Pimpinan Bank Indonesia melalui Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Dengan adanya suatu peraturan baru yaitu Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan maka segala tugas, fungsi, dan wewenang dari Bank Indonesia termasuk dalam membuka rahasia bank akan dialihkan ke Otoritas Jasa Keuangan.
Kata Kunci : Cybercrime, Jual Beli, Online
Pendahuluan
Dalam Pasal 28C ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 disebutkan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Artinya bahwa setiap orang dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dan meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan
manusia, mereka berhak mengembangkan kemampuan dan akalnya. Dengan
perkembangan zaman yang ada dan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi mereka berhak mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut dan ikut mendapatkan
manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membawa
perkembangan, perubahan dan juga kemudahan bagi kehidupan manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut telah terjadi hampir
disegala bidang. Dimana pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu
hal yang dipandang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Salah satu hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut adalah
teknologi dunia maya, yang dikenal dengan istilah internet. Melalui internet semua orang
dapat melakukan berbagai macam kegiatan tanpa batas, dapat diartikan bahwa semua
orang dapat berhubungan dengan siapapun yang berada dimanapun dan kapanpun
mereka inginkan. Pengguna internet yang semakin banyak dan meluas, telah
menimbulkan budaya internet. Pada awalnya internet digunakan sebagai fasilitas untuk
mencari dan tukar menukar informasi atau data saja, kemudian kegunaan internetpun
ikut berkembang. Salah satu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
pemanfaatan internet tersebut yang dirasakan saat ini yaitu dalam perkembangan di
bidang ekonomi, dalam hal ini khususnya di bidang perdagangan yang dikenal dengan
transaksi elektronik atau e-commerce.
Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, kegiatan transaksi dengan memanfaatkan media
internet disebut dengan transaksi elektronik, merupakan suatu perbuatan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media
elektronik lainnya. Dengan mekanisme transaksi jual beli secara online ini memberikan
berbagai kemudahan bagi penjual maupun pembeli, yaitu dengan memberikan
kemudahan, kecepatan, dan efisiensi dalam transaksi jual beli yang dilakukan. Transaksi
jual beli secara online disebabkan oleh adanya perkembangan teknologi, selain itu juga
disebabkan oleh tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang serba cepat, praktis, dan
mudah dengan menggunakan internet masyarakat memiliki ruang gerak yang lebih luas
dalam memilih produk (barang dan/atau jasa) yang akan dipergunakan dengan berbagai
kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
Dengan perkembangan teknologi internet diberbagai bidang, ternyata
kejahatanpun ikut berkembang, dikenal dengan cybercrime atau kejahatan melalui
jaringan internet. Beberapa kasus cybercrime di Indonesia yang sering ditemui seperti
pencurian kartu kredit, hacking beberapa situs, menyadap transmisi data orang lain
misalnya e-mail, dan memanipulasi data dengan cara menyiapkan perintah yang tidak
dikehendaki ke dalam programmer komputer, dan dalam perkembangan transaksi jual
beli secara online juga tak luput dari kejahatan cyber, yang sering terjadi adalah
penipuan dalam transaksi jual beli secara online.
Di dalam undang-undang telah disebutkan mengenai perbuatan yang dilarang
untuk dilakukan dalam transaksi elektronik. Seperti yang disebutkan di dalam Pasal 28
ayat (1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi
elektronik. Dalam pengertian hukum, hak merupakan suatu kepentingan hukum yang
dilindungi oleh hukum dan kepentingan tersebut merupakan suatu tuntutan yang
diharapkan untuk dipenuhi. Konsumen yang merupakan pembeli, pemakai, pemanfaat,
dan pengguna suatu produk memiliki hak-hak atas kenyamanan, keamanan, dan
kemanfaatan dari produk tersebut, sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Namun pada kenyataannya, di dalam transaksi jual beli secara online masih saja
ada pihak-pihak yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar untuk
memperoleh keuntungan dan akibatnya menimbulkan kerugian bagi pihak konsumen.
Seperti yang terjadi dibeberapa daerah dan terjadi juga di Samarinda, yaitu terdapat
beberapa kasus penipuan dalam transaksi jual beli secara online. Kasus penipuan dalam
transaksi jual beli secara online tersebut biasanya terjadi dalam jual beli pakaian,
sepatu, tas, alat kecantikan, tanah, dan barang elektronik, seperti kamera, handphone,
laptop, dan lain sebagainya. Di Kota Samarinda, terdapat beberapa kasus penipuan
dalam transaksi jual beli secara online yang juga dialami oleh warga Samarinda. Salah
satu contoh kasus penipuan dalam jual beli online, seperti yang dialami oleh salah satu
warga Samarinda, korban melaporkan bahwa ia telah ditipu dalam jual beli secara
online. Korban melihat penawaran handphone dalam suatu situs belanja online, dimana
korban tertarik dengan penawaran tersebut dan melakukan pemesanan dua buah
handphone, korban diminta untuk melakukan pembayaran terlebih dahulu dengan
mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening yang telah ditentukan oleh pelaku,
korban telah mentransfer uang sebesar tujuh juta tiga ratus ribu rupiah tetapi sampai
waktu yang dijanjikan, barang berupa handphone tersebut tidak dikirim.
Pembahasan
A. Tindak Pidana Penipuan dalam Transaksi Jual Beli Barang Elektronik Secara
Online Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana
1. Unsur-unsur Tindak Pidana Penipuan dalam Undang-undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Kitab Undang-
undang Hukum Pidana
a. Unsur Tindak Pidana Penipuan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Dari Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, dapat pula ditarik unsur penipuan dari pasal
tersebut, yaitu:
1. Setiap orang
Setiap orang disini merupakan orang-perorangan yang memiliki itikad buruk
dalam hal transaksi elektronik.
2. Dengan sengaja
Orang tersebut melakukan suatu perbuatan dalam transaksi elektronik
dengan memiliki itikad buruk di dalamnya, dilakukan dengan sengaja dan
dengan sadar, serta memiliki maksud tertentu dari perbuatannya tersebut.
3. Tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
Selain dengan sengaja, orang tersebut juga tanpa hak ia menyebarkan suatu
berita bohong dan menyesatkan, orang tersebut memberikan suatu
penjelasan yang tidak benar dan menyesatkan dengan kata-kata bohong dan
tipu muslihat mengenai transaksi jual beli secara online yang ia lakukan agar
pihak lain dapat menyerahkan sesuatu kepadanya.
4. Yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik
Akibat dari perbuatan orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan suatu berita bohong dan menyesatkan dengan memberikan
suatu penjelasan di dalam transaksi jual beli secara online dengan kata-kata
bohong dan tipu muslihat, sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak lain
dalam hal ini adalah pihak konsumen.
b. Unsur Tindak Pidana Penipuan dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana
Tindak pidana penipuan dapat dikatakan sebagai suatu perbuatan curang
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dengan
menggunakan tipu muslihat untuk memproleh keuntungan, sehingga akibat
perbuatannya tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Seperti yang
termuat di dalam Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana:
“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau
martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya,
atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam
karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”
Dari pasal tersebut dapat ditarik beberapa unsur penipuan, Menurut Andi
Zainal Abidin Farid menyebutkan di dalam bukunya yang dikutip oleh Ray Pratama
Siadari unsure penipuan tersebut adalah menggerakkan hati orang lain,
menyerahkan suatu barang atau supaya membuat suatu hutang atau
menghapuskan suatu hutang, dengan menggunakan upaya-upaya atau cara-cara
tipu muslihat dan kebohongan, dengan maksud hendak menguntungkan diri
sendiri atau orang lain dengan melawan hukum.
Dari beberapa unsur yang terkandung di dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-
undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan dalam
Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana terdapat suatu kesamaan, yaitu
sama-sama dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki itikad buruk, dengan cara
memperdaya korbannya dengan tipu muslihat, kata-kata bohong, untuk
menggerakkan pihak lain agar menyerahkan sesuatu kepadanya dan dengan
diserahkannya sesuatu itu maka pihak-pihak yang memiliki itikad buruk tersebut
dapat memperoleh keuntungan bagi dirinya atau orang lain, dan akibat dari
perbuatannya tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak lain atau konsumen.
3. Modus-modus yang digunakan dalam Penipuan Transaksi Elektronik
Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, terdapat banyak kasus penipuan
yang menggunakan media komputer, jaringan komputer, dan media elektronik
lainnya yang tercatat di Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Samarinda
bagian Ekonomi Khusus. Pihak yang paling sering dirugikan atau yang menjadi
korban dalam jual beli secara online ini kebanyakan adalah pihak pembeli atau
konsumen, kebanyakan dari pembeli atau konsumen kurang memiliki kewaspadaan
terhadap penawaran-penawaran yang dilakukan oleh penjual yang menawarkan
produk mereka di internet. Modus penipuan yang dilakukan dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi internet dan media elektronik lainnya antara lain:
1. Penipuan via telepon
Korban ditelpon oleh seseorang yang mengaku sebagai guru dan orang yang
mengaku sebagai guru tersebut mengatakan bahwa anak korban mengalami
kecelakaan disekolah dan dibawa ke rumah sakit, lalu orang tersebut meminta
untuk ditransferkan sejumlah uang sebagai biaya rumah sakit dan membeli alat
kesehatan untuk anaknya. Ada juga korban yang mendapat telepon dari
seseorang yang mengaku sebagai wakil dari suatu perusahaan seluler yang
mengatakan bahwa korban telah memenangkan undian berhadiah dan diminta
untuk transfer sejumlah uang sebagai biaya atas pajak hadiah tersebut.
2. Melalui SMS
SMS yang mengajak untuk menjadi agen pulsa, dengan syarat transfer seratus
ribu rupiah terlebih dahulu lalu pulsa akan masuk, setelah mentransfer uang
tersebut ternyata hanya dapat digunakan tiga puluh ribu rupiah saja dan setelah
dikonfirmasi kembali, korban diminta untuk melakukan transfer uang kembali
sebesar lima ratus ribu rupiah tapi tetap saja pulsa tersebut tidak dapat
digunakan.
3. Melalui jual beli online
Melalui jual beli online disini adalah dengan menawarkan produknya melalui
situs-situs dan/atau jejaring sosial, pembeli yang tertarik kemudian melakukan
pemesanan barang dan setelah mentransferkan sejumlah uang, namun barang
yang dipesan tidak juga dikirim oleh penjual. Ketika pembeli mencoba untuk
menanyakan kepastian mengenai barang yang telah dipesan, penjual biasanya
menjawab barang sudah dikirim dan memberikan kode pengiriman barang palsu
dari jasa pengiriman atau telepon penjual tidak bisa dihubungi lagi. Seperti
beberapa kasus yang tercatat di Kepolisian Resor Kota Samarinda, modus ini
dilakukan dalam jual beli barang elektronik berupa handphone, BlackBerry,
laptop, dan kamera, dimana semua kasus tersebut terjadi dengan dilakukannya
pembayaran terlebih dahulu tapi barang yang dipesan tidak juga dikirimkan
kepada pembeli atau korban.
Penipuan dalam transaksi jual beli barang elektronik secara online merupakan
suatu perbuatan yang dilarang untuk dilakukan seperti yang disebutkan di dalam Pasal
28 ayat (1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Dalam kasus tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli secara online
di Kota Samarinda dengan menggunakan modus-modus penipuan tersebut dan
termasuk juga dalam hal jual beli secara online, maka perbuatan tersebut memenuhi
unsur-unsur penipuan yang ada di dalam Pasal 28 ayat (1) yaitu setiap orang, dengan
sengaja, tanpa hak menyebarkan berita bohong, sehingga menimbulkan kerugian bagi
pihak konsumen dalam transaksi elektronik. Untuk pelanggaran terhadap ketentuan
tersebut maka dapat dikenakan sanksi yaitu Pasal 45 ayat (2) Undang-undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,yang menyebutkan bahwa
setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda
paling banyak satu miliar rupiah.
Selain dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi elektronik, pelaku penipuan tersebut juga dapat dikenakan dengan Pasal 378
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, karena perbuatannya tersebut juga memenuhi
unsur penipuan yang ada di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Perbuatan
tersebut dilakukan dengan membujuk pihak lain untuk menyerahkan sesuatu kepada
pelaku penipuan dengan memakai rangkaian kebohongan dan tipu muslihat dengan
maksud untuk menguntungkan pelaku penipuan tersebut. Maka dapat dikenakan pidana
sesuai pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yaitu pidana penjara paling lama
empat tahun.
C. Kendala dan Penyelesaian dalam Penyidikan terhadap Tindak Pidana
Penipuan dalam Transaksi Jual Beli Barang Elektronik Secara Online di Kota
Samarinda
Pengaduan mengenai tindak pidana penipuan secara online dapat dilakukan
di Kepolisian Resor Kota Samarinda, pengaduan tersebut dilakukan dengan cara
dilakukan oleh pihak yang bersangkutan dan membawa bukti untuk mendukung
pengaduan.
Penyidikan atas kasus tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli secara
online yang dilakukan oleh penyidik Kepolisian Resor Kota Samarinda, yaitu
melakukan pemeriksaan korban, melakukan pemeriksaan sistem belanja,
pemeriksaan situs,dan melakukan pemeriksaan kepada bank.
1. Kendala dalam Penyidikan Tindak Pidana Penipuan dalam Transaksi Jual
Beli Secara Online di Kota Samarinda
1. Tidak mengetahui posisi pelaku
Sulit sekali untuk mengetahui posisi pasti pelaku, hal ini dikarenakan jual
beli yang dilakukan tidak seperti jual beli pada umumnya yang dilakukan dengan
saling bertemu kemudian terjadilah transaksi jual beli. Sedangkan disini jual beli
secara online dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan dan kecanggihan
teknologi internet dan media elektronik lainnya, pembeli dan penjual tidak perlu
bertemu secara langsung tapi sudah dapat melakukan transaksi jual beli. Hal
inilah yang dimanfaatkan oleh pelaku untuk melakukan penipuan jual beli secara
online, karena tidak saling bertemu maka pelaku dapat dengan mudahnya
berpindah-pindah tempat, berganti akun di situs yang digunakannya, dan
mengganti nomor teleponnya sehingga menyulitkan untuk dilacak
keberadaannya.
2. Transaksi pengiriman dana
Kendala yang dialami penyidik dalam melakukan penyidikan disini adalah
sulitannya mendapatkan informasi mengenai data nasabah, dimana pihak bank
tidak terbuka dalam memberikan informasi mengenai data nasabahnya karena
terkait dengan rahasia perbankan yang terdapat di dalam Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan. Dimana di dalam undang-undang tersebut terdapat
pasal yang menyebutkan mengenai rahasia bank. Menurut Pasal 1 angka 28
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya, dan dikatakan
bahwa pihak bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya. Hal inilah yang menjadi kendala para penyidik
dalam mendapatkan data nasabah yang melakukan penipuan tersebut untuk
dilakukan penyidikan.
2. Penyelesaian terhadap Kendala dalam Penyidikan Tindak Pidana Penipuan
Transaksi Jual Beli secara Online
1. Dalam mengetahui posisi pelaku penipuan
Pihak penyidik dalam melakukan kegiatan penyidikannya memiliki
wewenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap alat dan/atau sarana yang
berkaitan dengan kegiatan teknologi informasi, yang di dalam hal ini adalah
dapat berupa pemeriksaan situs yang digunakan oleh pelaku penipuan dalam
menjalankan aksi penipuannya. Dalam hal ini, pihak penyidik dapat
mendapatkan bantuan dari ahli dibidang teknologi informasi. Ahli dibidang
teknologi informasi tersebut didatangkan dari pihak Komunikasi dan Informatika,
dimana pihak penyidik dapat mengirimkan surat yang ditujukan kepada pihak
Komunikasi dan Informatika untuk mendapatkan bantuan dari ahli tersebut
untuk melakukan kerjasama dan membantu penyidik untuk mengetahui
keberadaan pelaku penipuan, mengetahui siapa yang membuat akun tersebut,
dan untuk mengetahui apakah akun tersebut terdaftar atau tidak. Kerja sama
yang dilakukan adalah dengan melacak dan menelusuri situs yang digunakan
korban dan pelaku penipuan dalam transaksi jual beli secara online.
2. Dalam transaksi pengiriman dana
Disebutkan dalam Pasal 42 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan bahwa untuk kepentingan kasus pidana, pihak
bank dapat membukakan data nasabah yang bersangkutan kepada pihak
kepolisian, jaksa, atau hakim dan permintaan izin untuk membuka data nasabah
dilakukan secara tertulis oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa
Agung, atau Ketua Mahkamah Agung. Permintaan tersebut harus menyebutkan
nama dan jabatan polisi, jaksa, atau hakim, nama terdakwa atau tersangka,
alasan dibutuhkannya keterangan tersebut, dan hubungan perkara pidana
dengan keterangan yang diperlukan.
Dengan adanya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan maka semua prosedur yang ada di lingkungan Bank Indonesia
mengenai fungsi, tugas, dan wewenang Bank Indonesia termasuk dalam
pemberian izin untuk membuka rahasia bank akan beralih kepada Otoritas Jasa
Keuangan pada tanggal 31 Desember 2013, termasuk dalam membuka rahasia
bank yang berkaitan dengan data nasabah untuk kepentingan pidana.
Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan,
yaitu:
1. Tindak pidana penipuan dalam transaksi jual beli barang elektronik secara online
merupakan suatu perbuatan yang dilarang untuk dilakukan seperti yang disebutkan
di dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, dan untuk pelanggaran terhadap ketentuan
tersebut maka dapat dikenakan sanksi yaitu Pasal 45 ayat (2) Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang mana
disebutkan bahwa setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama
enam tahun dan/atau denda paling banyak satu miliar rupiah. Tindakan penipuan
dengan modus menawarkan barang dalam transaksi jual beli secara online
merupakan suatu kejahatan di dunia maya, tapi tidak berarti bahwa tindakan
tersebut tak bisa ditanggulangi dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
dimana dapat dikenakan Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana karena ini
menyangkut modus penipuan dalam transaksi jual beli secara online telah
memenuhi unsur penipuan yang ada di dalamnya.
2. Dalam melakukan penyidikan, pihak penyidik mengalami kendala, yaitu tidak
mengetahui posisi pasti dari keberadaan pelaku dan tidak dapatnya membuka data
nasabah pelaku penipuan karena terkait dengan rahasia perbankan. Untuk
penyelesaian terhadap kendala dalam penyidikan tersebut, dapat dilakukan kerja
sama dengan pihak yang terkait, yaitu dalam kesulitan melacak keberadaan pelaku
maka pihak penyidik dapat berkerja sama dengan pihak Komunikasi dan
Informatika untuk mendapat bantuan dari ahli dibidang teknologi dan informasi.
Dan untuk membuka data nasabah, pihak penyidik dapat mengirimkan surat
permintaan izin pembukaan data nasabah melalui Kepala Kepolisian Republik
Indonesia kepada Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana yang disebutkan di dalam
Pasal 42 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dengan lahirnya Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, segala bentuk fungsi,
tugas, dan wewenang Bank Indonesia akan beralih kepada Otoritas Jasa Keuangan
mulai tanggal 31 Desember 2013, jadi sejak tanggal tersebut yang berhak
memberikan izin membuka rahasia bank adalah pihak Otoritas Jasa Keuangan.
B. Saran
1. Perlunya dibentuk suatu unit khusus di Kepolisian Resor Kota Samarinda untuk
menangani masalah cybercrime. Dimana cybercrime merupakan suatu kejahatan
yang memerlukan perlakuan dan penanganan khusus yang dilakukan oleh para ahli
yang secara khusus dilatih dan ditempatkan untuk masalah cybercrime.
2. Perlu adanya suatu pengaturan yang lebih khusus lagi mengenai perlindungan
dalam melakukan transaksi jual beli secara online, dengan adanya peraturan
tersebut diharapkan dapat melindungi hak-hak para pihak yang melakukan
transaksi jual beli secara online. Hal ini dikarenakan peraturan yang ada saat ini
masih kurang untuk melindungi para pihak dalam melakukan transaksi jual beli
secara online.
3. Perlunya dijalin kerja sama yang lebih baik lagi antara pihak kepolisian, pihak
komunikasi dan informatika, dan pihak bank.
Daftar Pustaka
A. Buku
AF, Hasanuddin, 2004, Pengantar Ilmu Hukum, PT Pustaka Al Husna Baru, Jakarta Arief Mansyur,Didik M dan Gultom,Elisatris, 2005, Cyber Law (Aspek Hukum Teknologi
Informasi), PT Refika Aditama, Bandung. Chazawi, Adami, 2005, Stelsel Pidana Tindak Pidana Teori-Teori Pemidanaan dan Batas
Berlakunya Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Marwan, M dan P, Jimmy, 2009, Kamus Hukum: Dictionary Of Law Complete Edition,
Reality Publisher, Surabaya. Marzuki, Mahmud Peter, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta. Mertokusumo, Sudikno, 1984, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Liberty, Yogyakarta. Mertokusumo, Sudikno, 2008, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta. Miru,Ahmadi dan Yodo,Sutarman, 2007, Hukum Perlindungan Konsumen, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta. Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung. Nasution, Az, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Media,
Jakarta Pusat.
Poerwosutjipto, HMN, 1998, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 1:
Pengetahuan Dasar Hukum Dagang, Djambatan, Jakarta. Soeroso, R, 2007, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. Soekanto, Soerjono, 2004, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta. Sudarsono, 2004, Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta, Jakarta. Sunggono, Bambang, 1997, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta. Susanto, Happy, 2008, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Transmedia Pustaka, Jakarta. Widjaja, Gunawan dan Yani, Ahmad, 2008, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
B. Peraturan Perundang–undangan
Kitab Undang–undang Hukum Pidana. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemberian Perintah Atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank
C. Dokumen Hukum, Hasil Penelitian, Tesis dan Desertasi
Sitohang, Desman V.E.N, 2012, Tinjauan Yuridis Tentang Transaksi Elektronik Di Internet Di Tinjau Dari Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Samarinda.
Sulistian, Donny, 2010, Perlindungan Hukum Terhadap Transaksi Melalui Perdagangan E-
Commerce, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Samarinda.
D. Artikel Jurnal Ilmiah, Artikel Koran, Artikel Internet dan Makalah Seminar Community, Law, Tinjauan Hukum Mengenai Perbuatan Melawan Hukum Dalam
Transaksi Jual-Beli Melalui Internet Dihubungkan Dengan Buku III KUHPerdata, http://wonkdermayu.wordpress.com
Kepolisian Resor Kota Samarinda, http://Kepolisia_Resor_KotaSamarinda.com Mishael, Kelebihan dan Kekurangan Transaksi Jual Beli di Internet,
http://indobeta.com/kelebihan-dan-kekurangan-transaksi-jual-beli-di-internet/. Pratama Siadari, Ray, Pengertian dan Unsur-unsur Tindak Pidana Penipuan,
http://raypratama.blogspot.com/2012/02/pengertian-dan-unsur-unsur-tindak.html.
Putra M, Ario, Pengertian, Unsur, Ciri, Sifat, Fungsi, dan Tujuan Hukum,
http://bahankuliahnyaryo.blogspot.com/2010/01/pengertian-unsur-ciri-sifat-fungsi-dan.
Ramon,Tiar, Hukum Bisnis, http://tiarramon.wordpress.com/2009/05/26/hukum-bisnis/. Zahab, Balian, Sekilas Kejahatan E-commerce Di Indonesia,
http://balianzahab.wordpress.com/artikel/sekilas-kejahatan-e-commerce-di-indonesia/.