88002016 Makalah Penuaan Dan Pengguguran Tumbuhan
-
Upload
sri-nopitasari -
Category
Documents
-
view
325 -
download
1
description
Transcript of 88002016 Makalah Penuaan Dan Pengguguran Tumbuhan
Makalah Senescence dan Absisi
Di Susun Oleh:
Hisyam (BI/8569)
M Burhanudin (BI/8570)
Asti Nur Istiqomah (BI/8571)
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama masa pertumbuhan, dengan bertambahnya umur suatu tumbuhan, akan diikuti
pula dengan proses penurunan kondisi yang mengarah kepada kematian organ atau
organisme. Bagian akhir dari proses perkembangan, dari dewasa sampai hilangnya
pengorganisasian dan fungsi disebut senesen atau penuaan. Sel-sel yang telah berdifferensiasi
pada dasarnya mempunyai masa hidup terbatas, sehingga penuaan akan dialami oleh semua
sel pada saat yang berbeda-beda. Selama proses penuaan, pada tingkat sel terjadi penyusutan
struktur dan rusaknya membran seluler.
Sekilas, peristiwa gugurnya dedaunan tumbuhan tampak seperti kejadian alam biasa.
Namun ternyata tidak demikian bagi para ilmuwan, yang meneliti sungguh-sungguh
fenomena yang diistilahkan dengan “abscission” ini. Abscission adalah suatu proses yang
dilakukan tumbuhan untuk memisahkan dan ‘membuang’ organ tumbuhan seperti dedaunan,
kelopak bunga, bunga dan buah yang tidak lagi diperlukan tumbuhan atau yang terserang
penyakit.
1.2 Permasalahan
Permasalahan pada makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana tahap penuaan
dan pengguguran pada bagian-bagian tertentu dari tumbuhan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui adanya tahap penuaan
dan pengguguran bagian-bagian tertentu dari tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penuaan
2.1.1 Pola Penuaan
Selama masa pertumbuhan, dengan bertambahnya umur suatu tumbuhan, akan diikuti
pula dengan proses penurunan kondisi yang mengarah kepada kematian organ atau
organisme. Bagian akhir dari proses perkembangan, dari dewasa sampai hilangnya
pengorganisasian dan fungsi disebut senesen atau penuaan. Sel-sel yang telah berdifferensiasi
pada dasarnya mempunyai masa hidup terbatas, sehingga penuaan akan dialami oleh semua
sel pada saat yang berbeda-beda. Selama proses penuaan, pada tingkat sel terjadi penyusutan
struktur dan rusaknya membran seluler.
Tipe-tipe penuaan (senescence) yang dijumpai dalam tumbuhan dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Senescence yang meliputi keseluruhan tubuh tanaman (overall senescence).Akar dan
bagian tanaman di atas tanah mati semua Tanaman mati sesudah menyelesaikan semua. satu
siklus kehidupannya.
2. Senescence yang meliputi hanya bagian tanaman di atas tanah (top senescence).Bagian
tanaman di atas tanah mati, sedangkanbagian tanaman yang berada di dalam tanah tetap
hidup
3. Senescence yang meliputi hanya daun–daunnya (Deciduous senescence). Tanaman
menggugurkan semua daun-daunnya, sementara organ tanaman lain tetap hidup.
4. Senescence yang meliputi hanya daun-daun yang terdapat di bagian bawah suatu tanaman
(Progessive Senescence).Tanaman hanya menggugurkan daun-daunnya yang terdapat di
bagian bawah saja (daun – daun yang tua),sedang daun-daun yang lebih atas dan organ
tanaman lain tetap hidup.
Tanggap Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Semua sel akan mengalami penuaan
dan kematian. Hal ini sudah diatur oleh Programmed Cell Death menjadi dua tipe, yaitu
apoptosis dan autofagi. Dalam apoptosis, mitokondria juga berperan. Jalur nekrosis yang
melibatkan mitokondria diawali oleh signal yang ditangkap akan mengakibatkan mitokondria
melepaskan sitokrom c, Apoptosis Inducing Factor (AIF), dan endonuklease G. Sitokrom c
akan berikatan dengan Apoptotic Protease Activating Factor 1 (APAF1) sehingga akan
mengubah procaspase 9 menjadi caspase. Caspase inilah yang akan melakukan aopotosis.
Penyebab senescence yaitu karena adanya kompetisi nutrient antara organ vegetative
dan generative, pengaruh hormone, faktor genetik dan faktor luar yang meliputi cahaya,
defisiensi nitrogen, suhu serta serangan patogen.
2.2 Grafik Pola Penuaan
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat
sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan
dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk
kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi
sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan
ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan.
Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu
akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase
senesen. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase utama
biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pada fase
logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian
meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme. Semakin besar organisme,
semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan.
Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai
kematangan dan mulai menua. Laju pertumbuhan relative (relative growth rate) menunjukkan
peningkatan berat kering dalam suatu interval waktu dalam hubungannya dengan berat asal.
Dalam situasi praktis, rata-rata pertumbuhan laju relative dihitung dari pengukuran yang di
ambil pada waktu t1 dan t2.
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama biasanya
mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik, ukuran
(v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju
pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase linier,
pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju
pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.
2.3 Aspek-aspek metabolik penuaan dan pengaruh faktor penuaan
a. Aspek metabolik sense
Pada tahap sel, penuaan berjalan dengan terjadinya penyusutan struktur dan rusaknya
membran subseluler. Diduga bahwa vakuola bertindak sebagai lisosom, mengeluarkan
enzim-enzim hidrolitik yang akan mencerna materi sel yang tidak diperlukan lagi.
Penghancuran tonoplas telah menyebabkan enzim-enzim hidrolitik dibebaskan kedalam
sitoplasma. Sementara itu bagian dalam struktur kloroplas dan mitokondria mengalami
penyusutan sebelum membrane luarnya dirusak. Rupanya proses degradasi yang terjadi pada
organel, dimulainya sama seperti yang terjadi pada sel.
Perubahan yang jelas telah terjadi pada metabolisme dan kandungan dalam organ
yang mengalami penuaan. Telah terjadi pengurangan DNA, RNA, protein, ion-ion anorganik
dan berbagai macam nutrient organic. Fotosintesis berkurang sebelum senesen dimulai dan
ini mungkin disebabkan menurunnya permintaan akan hasil fotosintesis. Segera setelah itu
klimakterik dalam respirasi terlihat, dan nitrogen terlarut meningkat sebagai akibat
dirombaknya protein.
b. Pengaruh faktor pertumbuhan
Sitokinin dapat menghilangkan atau memperlambat proses penuaan. Mekanisme kerja
sitokinin dalam proses ini masih belum jelas, tetapi ada petunjuk dari percobaan Mothes yang
menunjukkan bahwa setetes sitokinin yang diberikan pada daun, telah menyebabkan
terjadinya mobilisasi nutrien organik dan anorganik menuju ke daerah sekitar daun yang
diberi sitokinin. Tapi masih belum jelas, apakah peningkatan nutrisi sebagai penyebab
langsung permudaan kembali (rejuvenation) atau sitokinin penyebab terjadinya beberapa
peristiwa yang menghasilkan permudaan kembali dan mobilisasi nutrisi.
Tidak semua tumbuhan memberikan respon terhadap hormon yang sama. Sitokinin
lebih efektif dalam menahan penuaan pada tumbuhan basah, sedangkan giberelin lebih efektif
menahan penuaan pada Taraxacum officinale dan Fraxinus. Kadar giberelin endogen akan
turun dengan cepat selama senesen pada daun. Auksin (IAA dan 2,4-D) dapat menghalangi
senesen pada tumbuhan tertentu. Etilen adalah hormon yang secara jelas merangsang kuat
senesen pada banyak jaringan.
Beberapa faktor luar dapat menghambat atau mempercepat terjadinya senescence,
misalnya :
1. Penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya senescence
daun.
2. Penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence tanaman.
3. Pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat menekan
pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence.
2.4 Pengguguran (Absisi)
Sekilas, peristiwa gugurnya dedaunan tumbuhan tampak seperti kejadian alam biasa.
Namun ternyata tidak demikian bagi para ilmuwan, yang meneliti sungguh-sungguh
fenomena yang diistilahkan dengan “abscission” ini. Abscission adalah suatu proses yang
dilakukan tumbuhan untuk memisahkan dan ‘membuang’ organ tumbuhan seperti dedaunan,
kelopak bunga, bunga dan buah yang tidak lagi diperlukan tumbuhan atau yang terserang
penyakit.
Absisi yang terjadi pada daun dan buah merupakan contoh senesen yang jelas. Daun
tidak rontok demikian saja pada waktu mati. Suatu daerah pembelahan sel yang disebut
daerah absisi, berkembang dekat pengkal tangkai daun, sehingga sejumlah dinding sel yang
melintang tegak lurus terhadap sumbu panjang tangkai daun terbentuk.
Pektinase dan selulase dirangsang pembentukannya pada sel-sel di daerah absisi, dan
akan melarutkan lamela tengah dinding yang melintang tadi, sehingga tangkai daun lepas.
Hubungan ikatan pembuluh yang terputus akan tersumbat dengan dibentuknya tilosa (tylose),
yaitu suatu zat sejenis “gum” dan dilapisi sel-sel gabus. Dalam proses ini dua peristiwa
terlibat, yaitu pembelahan sel dan induksi hirdulose. Kedua proses ini merupakan proses
metabolisme yang aktif dan oleh karenanya merupakan bagian yang terprogram dalam
perkembangan tumbuhan.
Tumbuhan menggugurkan organnya karena sejumlah alasan. Dedaunan tua, misalnya,
digugurkan guna membantu daur ulang zat-zat makanan, sementara buah-buahan yang telah
masak rontok dan jatuh ke bawah guna membantu penyebaran benih. Juga, bagian-bagian
bunga yang terkena penyakit sengaja digugurkan dan dibuang oleh tumbuhan. Hal ini sengaja
dilakukan untuk mencegah penjalaran penyakit. Namun begitu masih ada sisi lain tentang
pengguguran organ tumbuhan ini yang belum terungkap ilmuwan. Mereka masih belum
paham mengapa Arabidopsis thaliana menggugurkan bagian-bagian bunganya setelah bunga
tersebut dewasa. Bagian-bagian bunga tumbuhan Arabidopsis thaliana tidaklah memerlukan
ruang besar, sehingga penggugurannya tidak terlihat memiliki kegunaan yang jelas. Anehnya
gen-gen yang bekerja memicu pengguguran ini sudah ada di tumbuhan itu sejak lama.
Demikianlah gugurnya daun, bunga, buah dan bagian tumbuhan lain ternyata bukan
kejadian biasa atau kebetulan saja yang melibatkan pengaturan rumit gen-gen tumbuhan.
Tanpa pengguguran ini, tak akan ada daur ulang zat gizi, tak akan ada penyebarluasan biji
dan tak akan ada pencegahan perluasan penyakit. Jika kesemua proses ini terhenti, tumbuhan
pada akhirnya akan punah. Akhirnya manusia, yang sangat bergantung pada keberadaan
tumbuhan, sudah pasti akan menderita
2.5 Hubungan Hormon Dengan Pengguguran Daun
Apa yang menyebabkan penuaan? Penuaan daun disertai dengan terlalu cepatnya
terjadi kehilangan klorofil, RNA, protein, dan berbagai macam enzim. Karena keempat
kandungan sel tersebut dan kandungan lainnya secara terus menerus disintesis dan rusak,
maka hilangnya suatu senyawa dapat terjadi akibat sintesis yang lambat dan/atau perusakan
yang cepat.
Pengguguran daun melibatkan interaksi antara auksin, etilen, sitokinin, dan asam
absisat. Daun yang gugur diduga tidak mampu bertahan di musim semi dan akan menaungi
daun baru yang tumbuh pada musim berikutnya, sehingga kehilangan daun yang di dahului
oleh penyelamatan hara dapat meningkatkan daya hidup dan produktivitas tumbuhan
bertahun. Pada sebagian besar spesies, gugur daun, bunga, atau buah didahului oleh
pembentukan zone absisi (pengguguran) atau lapisan absisi pada pangkal organ yang
mengalaminya.
Daun musim gugur akan berhenti membuat klorofil yang baru sehingga kehilangan
warna hijaunya. Warna musim gugur adalah kombinasi pigmen yang baru dibuat selama
musim gugur dan pigmen yang sebelumnya telah ada pada daun, akan tetapi diselubungi oleh
klorofil yang berwarna hijau. Pada daun zone ini terbentuk melintasi tangkai di dekat
pautannya dengan batang.
Gambar 2.5.1 lapisan absisi. keguguran daun dikontrol oleh perubahan dalam
keseimbangan etilen dan auksin. Lapisan absisi dapat dilihat sebagai suatu pita vertikal pada
pangkal tangkai daun. Setelah daun jatuh, suatu lapisan pelindung gabus menjadi jaringan
perut yang membantu mencegah patogen masuk kedalam tumbuhan tersebut.
Absisi dikontrol oleh perubahan pada keseimbangan etilen dan auksin. Selama
konsentrasi auksin yang tinggi dipertahankan di helai daun, pengguguran dapat ditunda.
Namun, penuaan menyebabkan penurunan tingkat auksin pada organ tersebut, dan
konsentrasi etilen mulai meningkat. Etilen, zat pemacu pengguguran yang kuat dan tersebar
luas diberbagai organ tumbuhan dan pada banyak spesies tumbuhan, menyebabkan
pembesaran sel dan menginduksi sintesis serta sekresi hidrolase pengurai dinding sel. Hal ini
akibat efeknya pada transkripsi, sebab jumlah molekul m RNA yang menyandingkan
hidrolase meningkat sekali setelah diberi perlakuan etilen.
2.6 Hubungan Air dalam Tumbuhan Dengan Pengguguran Daun
Pada sistem tanah-tanaman-udara, air mengalir menembus tanah ke permukaan akar
tanaman, melalui akar ke saluran xilem, keatas saluran xilem ke daun, melalui daun ke
permukaan yang menguapkan dan akhirnya melalui fase uap ke udara turbulen. Didaerah
lembab, tanaman tidak membutuhkan sistem perakaran yang dalam dan yang tersebar luas
untuk pengambilan air, sebab air tanah berlimpah dan seluruh air yang dibutuhkan untuk
transpirasin dapat disuplai oleh volume tanah yang relatif kecil. Pada tanah berpohon savana
didaerah tropis, yang lebih kering, proporsinya naik 30-40%, sedangkan spesies gurun pasir,
sistem perakaran yang tumbuh pada kedalaman yang sangat dalam, dapat mencapi 90% dari
fitomasanya. Salah satu contoh tanaman daun gugur yaitu pada pohon mahoni yang akan
menggugurkan daunnya untuk menyesuaikan diri pada musim kemarau. Pengguguran daun
pada pohon mahoni ini bertujuan agar tidak terjadinya penguapan yang berlebihan yang
nantinya dapat menyebabkan tumbuhan tersebut kekurangan air dan akhirnya akan mati.
Telah diketahui pada sejumlah spesies bahwa kehilangan air sel yang serius disertai
dengan perobekan seluruh alur metabolisme utama (karbohidrat dan nitrogen) dan denaturasi
makromolekul (protein, asam nukleat), diduga karena perubahan dalam jumlah air yang
diikat pada permukaan hidropilik. Pengerutan dan pembengkakan isi sel selama dehidrasi dan
rehidrasi dapat menyebabkan kerusakan mekanis yang tidak dapat pulih lagi terhadap
membran sel dan/atau plasmodesmata diantara sel.
2.7 Hubungan Gerak Pada Tumbuhan Dengan Pengguguran Daun
Tumbuhan sangat beragam dan banyak cara geraknya. Namun gerak yang dimaksud
disini yaitu gerak-gerak yang dilakukan oleh bagian tubuh tertentu dari tumbuhan tersebut.
Gerak dapat di bedakan antara gerak tropisme artinya arah rangsangan lingkungan
menentukan arah gerak, dan gerak nasti yaitu gerak yang terpicu oleh rangsangan dari luar,
namun arah rangsangannya tidak menentukan arah gerakan. Fototropisme merupakan gerak
tropisme, ini adalah gerak membengkoknya tumbuhan ke arah cahaya yang disebabkan
distribusi auksin yang asimetris. Dengan semakin membengkok maka, tumbuhan tersebut
akan membuat semakin berat posisi daun kearah bawah. Sehingga fototropisme bercampur
dengan epinasti dan membuat tumbuhan tersebut semakin bengkok dan tangkai daun pun
akan semakin lemah, maka akan menyebabkan gugurnya daun. Setelah daun gugur maka
daun tersebut akan jatuh ketanah dan lama kelamaan daun tersebut akan tertimbun semakin
dalam di dalam tanah. Gerak tertariknya daun ke dalam tanah inilah yang berhubungan
dengan gerak gravitropisme yaitu gerak yang menuju ke pusat bumi.
2.8 Hubungan Pengguguran Daun Dengan Nutrisi Dalam Tumbuhan
Tumbuhan yang kekurangan magnesium, misalnya akan menunjukan tanda-tanda
klorosis pertama kali pada daun yang lebih tua. Magnesium yang relatif mobil didalam
tumbuhan , dialihkan dan diberikan khusus untuk daun-daun yang lebih muda. Sebaliknya,
difisiensi nutrien yang relatif lebih tidak mobil didalam tumbuhan pertama kali akan
mempengaruhi bagian yang muda pada tumbuhan tersebut. Jaringan-jaringan yang lebih tua
mungkin saja memiliki mineral itu dalam jumlah yang memadai, yang masih dapat mereka
pertahankan selama masa-masa kekurangan. Defisiensi besi, yang tidak bergerak dengan
bebas didalam tumbuhan, akan menguningkan pada daun muda terlebih dahulu sebelum
mempengaruhi daun yang lebih tua. Humus adalah pembusukan bahan organik yang
terbentuk oleh kerja bakteri dan fungi pada organisme yang telah mati, seperti feses, daun-
daun yang gugur, dan buangan organik lainnya.
Adapun nutrisi yang berhubungan dengan gejalan kekahatan daun berupa
pengguguran daun adalah sebagai berikut:
· Fosfor (F)
Apabila kekurangan Fosfor maka akan timbul gejala kekahatan yaitu pengguguran
daun, hal ini dikarenakan membran plasmanya rapuh karena kurang unsure Fosfor
didalamnya. Sebab fosfor merupakan unsur penyusun protein, fosfolipid, gula fosfat, asam
nukleat, ATP dan NADP. Fosfor memiliki kadar terbesar yang terdapat di jaringan meristem
sebagai penyusun asam nukleat, yang jika kekurangan asam nukleat akan mengakibatkan
pertumbuhan lambat dan kerdil. Jika kekurangan Fosfor tumbuhan juga tidak bisa
menghasilkan energy, karena meskipun klorofil masih dapat menangkap cahaya matahari
namun tidak bias mengubahnya menjadi energy karena tidak ada Fosfor yang akan berikatan
dengan adenosine yang akan menghasilkan energy berupa ATP. Pada tumbuhan juga akan
terbentuk antosianin pada batang dan tulang daun jika kekurangan Fosfor ini disebabkan
klorofil dirombak oleh tumbuhan menjadi makanan sehingga lama-kelamaan klorofil
berkurang sehingga warna hijau pada daun berkurang dan muncul warna selain hijau yang
berasal dari pigmen lain.
· Nitrogen (P)
Nitrogen berfungsi sebagai bahan sintesis klorofil, protein dan asam amino. Apabila
didalam tumbuhan kekurangan nutrisi berupa Nitrogen, maka akan timbul gejala kekahatan
perubahan warna daun pada daun yang tua (klorosis) yang akhirnya daun tersebut gugur, ini
disebabkan karena kurangnya klorofil. Terjadi pula nekrosis yaitu keringnya daun bagian tepi
(jaringan menjadi mati) karena kekurangan protein.
· Kalium (K)
Didalam tumbuhan Kalium merupakan bagian dari enzim yaitu sebagai kofaktor
sehingga berfungsi sebagai katalisator. Selain itu Kalium berperan sebagai pengatur proses
fisiologi tanaman seperti pembelahan sel(untuk menyerap air sehingga sel turgornya naik dan
membesar), pada sintesis dan translokasi karbohidrat, pada sintesis protein, reduksi nitrat,
pembentukan klorofil, dan membuka menutupnya stomata. Kekurangan unsur ini
menyebabkan daun seperti terbakar dan akhirnya gugur.
BAB II
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah pengguguran daun
berhubungan dengan sel, hormon, air, gerak, dan nutrisi. Daerah pengguguran daun terjadi di
tangkai daun, tempat terputusnya tangkai daun sehingga terlepas dari batangnya. Daun
musim gugur akan berhenti membuat klorofil yang baru sehingga kehilangan warna hijaunya.
Pengguguran daun melibatkan interaksi antara auksin, etilen, sitokinin, dan asam absisat.
Nutrisi yang berhubungan dengan gejala kekahatan daun berupa pengguguran daun adalah
Fosfor (F),Nitrogen (P), Kalium (K).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. lmuwan-daun-gugur-bukan-peristiwa-biasa. Diakses dari
http://gr4ce.dagdigdug.com lmuwan-daun-gugur-bukan-peristiwa-biasa/56.html
Diakses pada 30 Nopember 2011 pukul 13.45 WIB.
Anonim. 2011. Pola senescence. Diakses dari http://www.idonbiu.com/fase-fase-
pertumbuhan-dan-perkembangan.html. Diakses pada 30 Nopember 2011 pukul
14.10 WIB.
Anonim. 2011. Grafik Penuaan. Diakses dari http://21ildahshiro.wordpress.com//laporan-op
oseanologi-pendahuluan/.html. Diakses pada 30 Nopember 2011 pukul 12.55 WIB.
Anonim. 2011. Proses senescence. Diakses dari http://totonunsri.blogsome.com/proses
senescence. html. Diakses pada 30 Nopember 2011 pukul 13.20 WIB.
Anonim. 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuhan Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan
Tumbuhan. Diakses dari http://mybioma.wordpress.com/bioremediasi- /89.html.
Diakses pada 30 Nopember 2011 pukul 13.05 WIB.
Campbel, Reece dan Mitchel. 1993. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Fiter. A.H. Hay. R.K.M. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajah Mada University
Press:Yogyakarta.
Salisbury,F.B. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Institut Teknologi Bandung: Bandung.
Sasmitamihardja, Dardjat dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Depdikbud: Bandung.
Soerodikoesoemo. W. Prof. Dr. Ir. M.Sc, dkk. 1993. Anatomi dan Fisiologi
Tumbuhan. Universitas Terbuka Depdikbud: Jakarta.
Wilkins, M.B. 1989. Fisiologi Tanaman. Bina Aksara: Jakarta.