87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

download 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

of 13

Transcript of 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

  • 5/24/2018 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

    1/13

    1 | P a g e

    R I N G K A S A N

    I. HAK ASASI MANUSIA DALAM TRANSISI POLITIK

    1. TRANSISI POLITIK MENUJU DEMOKRASI

    Menurut Samuel P. Huntington, dalam 30 tahun terakhir ini banyak negara-negara

    yang dikuasai oleh rezim otoritarian beralih menjadi negara demokrasi. Perubahan ini

    banyak terjadi di negara berkembang Asia, Eropa Timur dan Amerika Latin. Rezim

    otoritarian ini berkaitan erat dengan totaliterisme sehingga menjadi negara totaliter.

    Hakekat totaliterisme, menurut George Orwell dalam bukunya Animal Farm, adalah

    dimana penguasa memimpin negara tanpa gangguan dari masyarakat yang dipimpinnya dan

    memonopoli kekuasaan. Penguasa totaliter mengatur semua hal tentang masyarakatnya,

    bagaimana mereka hidup, makan, bekerja, belajar dan berbagai kegiatan lainnya. Rezim

    totaliter yang paling terkenal adalah pemerintahan Nasional-Sosialisme (Nazi) yang

    dipimpin oleh Adolf Hitler, dan Bolshevisme Soviet di bawah pimpinan Joseph W. Stalin.

    Perubahan dari negara totaliter menjadi negara demokrasi terjadi karena beberapa hal.

    Di beberapa negara terjadi penguatan kelompok reformis sehingga mendorong

    pemerintahan menjadi demokratis. Ada pula yang terjadi karena negosiasi antara rezim

    berkuasa dengan kelompok oposisi. Dalam sedikit kasus juga terdapat campur tangan

    Amerika Serikat dalam menjatuhkan rezim otoriter dan menggantikannya dengan pimpinan

    baru yang demokratis dan dipilih rakyat.

    Rezim totaliter umumnya berkaitan erat dengan militer sebagai penguasa rezim.

    Sementara itu, di dalam negara demokrasi, fungsi militer murni sebagai alat pertahanan dan

    keamanan negara. Di dalam masa transisi ini biasanya diperlukan reposisi hubungan antara

    militer dan sipil sehingga terjadi pengalihan kekuasaan di beberapa bidang yang awalnya

    dikuasai oleh militer. Militer juga ditarik dari sektor politik dan kembali ke barak sebagai

    alat pertahanan dan keamanan negara. Fungsi militer dan sipil dipetakan kembali sehingga

  • 5/24/2018 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

    2/13

    2 | P a g e

    menjadi seimbang dan berperan sesuai fungsinya masing-masing. Supremasi sipil

    ditegakkan, sehingga dapat menentukan kebijakan politik negara dan harus diikuti oleh

    militer.

    Akibat dari adanya perubahan dari rezim totaliter ke negara demokrasi, yang disebut

    dengan transisi politik, maka perlu dibuat kebijakan-kebijakan baru yang dapat memberikan

    perlindungan bagi masyarakat negara tersebut. Kebijakan ini diperlukan untuk

    menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan rezim totaliter yang sebelumnya

    memerintah. Penyelesaian masalah yang dilakukan tidak merupakan balas dendam politik,

    tetapi lebih kepada penyelesaian masalah untuk membawa kepada kehidupan yang lebih

    baik dan mewujudkan kebenaran dan keadilan. Tatanan sosial baru, berupa lembaga-

    lembaga negara yang lebih bersifat demokratis harus dibentuk sebagai fungsi kontrol

    terhadap pemerintah yang berkuasa sekaligus menyelesaikan permasalahan rezim

    terdahulu.

    Dalam kaitannya dengan masa transisi, perubahan dari rezim totaliter menjadi negara

    demokratis tidak semata-mata hanya berupa demiliterisasi. Perlu perubahan paradigma dari

    militer untuk mengubah doktrin fundamentalnya dan beralih menjadi alat pertahanan dan

    keamanan semata.

    2. HAK ASASI MANUSIA DALAM TRANSISI POLITIK

    Dalam masa transisi politik ini, masalah hak asasi manusia menjadi isu yang hangat.

    Akibat dari rezim totaliter yang represif, dengan adanya demokrasi maka timbul tuntutan-

    tuntutan untuk mengadili kejahatan-kejahatan hak asasi manusia yang pernah terjadi.

    Akan tetapi seringkali atas nama rekonsiliasi, para pelaku kejahatan hak asasi

    manusia tersebut tidak mendapatkan hukuman yang pantas bahkan mendapatkan amnesti.

    Para penuntut keadilan atas kejahatan hak asasi manusia tersebut melakukan protes dan

  • 5/24/2018 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

    3/13

    3 | P a g e

    menganggap mereka melakukan kejahatan kemanusiaan dan pantas untuk dihukum berat.

    Sementara pemerintah yang baru memberikan amnesti karena dianggap sebagai bagian dari

    proses rekonsiliasi.

    Perspektif hukum internasional menyatakan bahwa states to punish certain human

    rights crimes committed in their territorial jurisdiction termasuk khususnya kejahatan

    terhadap kemanusiaan. Perspektif ini mensyaratkan negara untuk memiliki suatu tata

    hukum yang sah, yang dapat menjatuhkan hukuman, bukan untuk melakukan balas

    dendam.

    Perspektif hukum internasional ini memicu perdebatan antara dua kelompok. Ada

    yang bersikap outward looking, yang berpendapat bahwa semua ketentuan dari badan-

    badan internasional bersifat mengikat dan harus dilaksanakan. Ada pula yang bersikap

    inward looking yang berpendapat bahwa keputusan keputusan-keputusan internasional

    memang perlu dihormati dan dilaksanakan, atas dasar konsep kedaulatan negara.

    3. PENGALAMAN BEBERAPA NEGARA

    Beberapa ahli ilmu politik menyebutkan situasi rezim di beberapa negara Amerika

    Latin pada masa pra-transisi politik bersifat otoriterisme birokratis dan tradisional.

    Contohnya adalah transisi politik di Nikaragua yang dikuasai oleh rezim Somoza adalah

    termasuk salah satu negara yang bersifat otoriterisme birokratis. Sementara di Peru

    bersifat otoriter populis.

    Sedangkan di Eropa, contohnya adalah yang terjadi di Yunani. Pada tanggal 21 April

    1967 suatu kelompok perwira militer tingkat menengah yang disebutjunta telah mengambil

    alih pemerintahan dari Perdana menteri George Papandreou yang menjamin untuk

    memegang kekuasaan secara sementara dengan dalih mengontrol komunis, menghindari

    korupsi dan mengembalikan Yunani ke arah demokrasi.

  • 5/24/2018 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

    4/13

    4 | P a g e

    Sementara di Spanyol, pada tahun 1939 Jenderal Fransisco Franco muncul sebagai

    pemenang dalam Perang Sipil Spanyol dengan memerintah secara totaliter dengan tujuan

    untuk memberikan pengarahan-pengarahan kepada masyarakat. Namun, pada tahun 1980-

    an, rezim totaliter di Spanyol tersebut diganti dengan rezim yang demokratis yang benar-

    benar berbeda dengan pemerintahan sebelumnya.

    II. KEADILAN TRANSISIONAL

    1. PENGANTAR

    Masyarakat yang baru merasakan demokrasi berusaha untuk memutuskan kaitan

    dengan pemerintahan otoriter dan mulai membangun demokrasi. Reaksi masyarakat dapat

    berupa hukuman untuk penguasa yang lama atau membiarkannya. Akan tetapi, sebagian

    besar negara menutup mata terhadap masa lalunya.

    Menurut Daan Bronkhorst, ada tiga hal yang perlu dibahas dalam konteks keadilan

    pada masa transisi yaitu :

    Kebenaran; Rekonsiliasi; dan Keadilan.

    Dari tiga hal di atas, masalah keadilan paling banyak menimbulkan perdebatan.

    Komisi-komisi negara yang dibentuk untuk menuntaskan masalah masa lalu yang

    otoriter menunjukkan bahwa pentingnya konsepsi keadilan transisional. Menurut Ruti G.

    Teitel, jika suatu negara yang otoriter sudah berubah ke arah demokrasi, maka akan timbul

    permasalahan bagaimana masyarakat memperlakukan kejahatan-kejahatan yang terjadi

    pada masa lampau. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan masa depan negara.

    Beberapa pertanyaan yang timbul antara lain :

  • 5/24/2018 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

    5/13

    5 | P a g e

    Bagaimanakah pemahaman masyarakat terhadap komitmen suatu rezim baru terhadapaturan-aturan hukum yang dilahirkannya?

    Tindakan-tindakan hukum apakah yang memiliki signifikansi transformatif? Adakah kaitan antara pertanggungjawaban suatu negara terhadap masa lalunya yang

    represif dan prospeknya untuk membentuk suatu tata pemerintahan yang liberal?

    Hukum apakah yang potensial sebagai pengantar ke arah liberalisasi?

    2.KONTEKS INTERNASIONAL PADA WAKTU TRANSISI

    Permasalahan yang timbul pada masa transisi ini seringkali harus melibatkan pihak-

    pihak lain di luar pemerintah baru yang berkuasa. Badan-badan internasional harus ikut

    berperan serta untuk mengawal masa transisi dalam kaitannya dengan pihak-pihak yang

    mencari keadilan.

    Hukum internasional dapat menjadi pemecah kebuntuan dalam proses transisi.

    Hukum internasional berguna untuk mengurangi perdebatan mengenai aturan hukum yang

    dibuat oleh pemerintah baru pada masa transisi dan dapat menjustifikasi legalitas berkaitan

    dengan perdebatan mengenai prinsip retroaktif (azas berlaku surut).

    Pada bulan Februari 1948 di Cekoslowakia, komunis mendesak pemerintahan koalisi

    untuk mundur dan kemudian mengambil alih kekuasaan tersebut. Rezim komunis di

    Cekoslowakia tersebut memaksakan suatu sistem pemerintahan yang sama dengan Uni

    Soviet dimana partai melakukan kontrol terhadap negara. Proses transisi di negara ini

    dilakukan seperti terjadi di Uni Soviet.

    Perekonomian ambruk, kemudian program ekonomi yang barupun dicanangkan. Pada

    Januari 1968 terjadi reformasi demokrasi dan ekonomi. Hal tersebut mengakibatkan

    munculnya pemerintahan baru yang dengan cepat melawan warisan-warisan ketidakadilan

    dari rezim komunis. Pemerintah yang baru memberikan amnesti kepada 200,000

  • 5/24/2018 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

    6/13

    6 | P a g e

    narapidana dan mengungkapkan kasus 100,000 tahanan politik yang diidentifikasikan

    sebagai kolaborator dan informan yang kemudian memuncak dengan diberlakukannya Law

    on Lustration pada 4 Oktober 1991.

    Ada empat skenario yang diperkirakan terjadi pasca jatuhnya komunis, yaitu:

    Suatu negara pascakomunis secara gradual bertransformasi menjadi suatu negarademokrasi pluralis yang stabil;

    Dari suatu sistem otoritarian, beberapa peneliti menghasilkan suatu gradasi yang baikdari hal ini, dan dapat diargumentasikan bahwa suatu pembedaan harus dibuat antara

    kelompok populis, nasionalis, militer, dan bahkan versi-versi, dengan asumsi adanya

    kemungkinan kembalinya ke sistem komunis lama, meskipun tidak terdapat sinyal-

    sinyal yang meyakinkan tentang kemungkina terjadinya hal ini padasaat ini, dalam

    konteks komunis;

    Secara essential tidak mengarah kepada transisi jangka panjang, dimana pemerintahberubah dengan frekuensi yang abnormal, dan tetap berupaya untuk mengubah arah;

    Skenario yang tidak dapat atau tidak seharusnya dideskripsikan; skenario ini tidak dapatdiprediksi, karena tidak dapat dimasukkan dalam kategori-kategori yang telah ada

    sebelumnya.

    Skenario-skenario ini dibuat untuk mengelompokkan negara-negara komunis, karena

    ada lebih dari 30 (tiga puluh) negara yang pernah mengalami rezim otoriter (komunis) dan

    tidak mungkin dilakukan penelitian satu-persatu.

    3. KEADILAN DALAM MASA TRANSISI POLITIK

    Dalam perdebatan tentang hubungan hukum dan keadilan dengan liberalisasi, terdapat

    dua pandangan yang berbeda, yakni pandangan kelompok realis melawan pandangan

  • 5/24/2018 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

    7/13

    7 | P a g e

    kelompok idealis, dalam kaitannya dengan kenyataan bahwa hukum harus menunjang

    pembangunan demokrasi.

    Keadilan transisional adalah keadilan yang diasosiasikan dengan konteks ini dan

    keadaan-keadaan politik. Transisi mengimplikasikan pergeseran-pergeseran paradigma

    dalam konsepsi keadilan; karenanya, fungsi hukum menjadi secara mendalam dan secara

    inheren berlawanan azas (paradoxical).

    Apabila kondisi politik suatu negara berubah, maka hukumnya akan berubah juga.

    Jadi hukum adalah alat untuk melegitimasi kekuasaan.

    Dalam penyusunan teori liberal, yang dominan dalam hukum internasional dan

    politik, hukum pada umumnya mengikuti konsepsi idealis bahwa ia secara luas tidak

    dipengaruhi oleh konteks politik. Sedangkan dalam konteks penyusunan teori hukum kritis,

    sebagaimana kelompok realis menekankan pada kaitan yang erat antara hubungan hukum

    dan politik.

    Dalam penelitiannya di Indonesia, Moh. Mahfud Mahmudin menyimpulkan bahwa

    ada intervensi antara politik terhadap hukum. Dalam realitanya, hukum tidak steril dalam

    pembentukannya. Politik sering berperan dalam pembuatan dan pelaksanaannya.

    4. DILEMA PENERAPAN ATURAN HUKUM

    Pada masa transisi politik timbul suatu dilema dalam hal penghormatan terhadap

    aturan-aturan hukum, dimana hal ini berkaitan dengan masalah keadilan pada rezim yang

    menggantikan. Pertanyaan yang muncul adalah, atas dasar apa rezim yang terdahulu dapat

    dibawa ke pengadilan?

    Sebagai contoh, di Jerman ada 2 (dua) ahli hukum yang saling bertolak belakang

    dalam hal penghukuman terhadap para mantan kolaborator Nazi, yaitu: Hart dan Fueller.

    Hart menganut aliran positivisme hukum yang menyatakan bahwa seluruh hukum yang

  • 5/24/2018 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

    8/13

    8 | P a g e

    masih berlaku wajib dilaksanakan sebelum ada ketentuan-ketentuan hukum baru, jadi

    walaupun tidak bermoral tetap harus dijalankan. Sedangkan menurut Fueller peraturan yang

    menghukum para Nazi tersebut adalah hukum yang baru dibuat berdasarkan demokrasi

    karena putusnya hubungan dengan rezim otoriter maka putus pula hubungan hukum Nazi

    tersebut. Pada akhirnya pemerintahan Jerman memakai cara Fueller untuk menghukum para

    kolaborator Nazi tersebut.

  • 5/24/2018 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

    9/13

    9 | P a g e

    T A N G G A P A N

    Dari pembahasan dalam buku Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik di Indonesia

    oleh Prof. Dr. Satya Arinanto, SH, M. Hum., ada beberapa hal yang perlu dicermati. Yang

    utama adalah semakin majunya peradaban, teknologi dan kesejahteraan, maka semakin

    banyak rezim otoriter yang runtuh dan berganti menjadi pemerintahan yang demokratis.

    Hal ini dapat terlihat dari perkembangan yang terjadi di beberapa negara dalam beberapa

    tahun terakhir ini. Yang terhangat adalah tumbangnya rezim otoriter di Irak, Mesir dan

    Libya yang memicu pertumpahan darah dan saat ini berada dalam masa transisi.

    Apabila kita cermati, rezim otoriter ini pada akhirnya tumbang akibat adanya people

    power. Gelombang reformasi dan revolusi yang dikumandangkan oleh rakyat mampu untuk

    menjatuhkan pemimpin yang otoriter dan represif. Saat ini sudah tidak banyak lagi negara

    yang diperintah oleh rezim otoriter dan telah berganti menjadi negara demokratis yang

    mencerminkan suara rakyat.

    Dari pengamatan dan informasi yang didapatkan, perubahan dari negara totaliter

    menjadi negara demokrasi terjadi karena beberapa hal. Di beberapa negara terjadi

    penguatan kelompok reformis sehingga mendorong pemerintahan menjadi demokratis. Ada

    pula yang terjadi karena negosiasi antara rezim berkuasa dengan kelompok oposisi. Dalam

    sedikit kasus juga terdapat campur tangan Amerika Serikat dalam menjatuhkan rezim

    otoriter dan menggantikannya dengan pimpinan baru yang demokratis dan dipilih rakyat.

    Kepentingan Amerika Serikat ini biasanya dibungkus dengan isu hak asasi manusia.

    Walaupun apabila kita gali lebih dalam, kepentingan ekonomi lebih banyak berperan di

    dalamnya. Amerika Serikat sebagai negara adikuasa dan adidaya tidak ingin ada suatu

    negara lain yang memiliki power lebih besar dan mampu untuk menyaingi sebagai negara

    adikuasa.

  • 5/24/2018 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

    10/13

    10 | P a g e

    Khusus untuk negara-negara di Timur Tengah yang kaya akan minyak, kita tidak

    dapat menafikan campur tangan Amerika Serikat dalam proses revolusi yang terjadi disana.

    Walaupun harus diakui, negara-negara tersebut diperintah oleh rezim otoriter, tetapi mereka

    sesungguhnya berhak untuk menentukan nasib diri mereka sendiri tanpa campur tangan

    pihak luar.

    Apabila kita kaitkan dengan yang terjadi pada masa reformasi tahun 1998, hal ini

    juga terjadi di negara kita. Setelah selama 32 tahun kita berada di bawah rezim Orde Baru

    di bawah pimpinan Soeharto yang otoriter, melalui gerakan reformasi yang dimotori

    mahasiswa, maka akhirnya pemerintahan Orde Baru tumbang. Tumbangnya pemerintahan

    Orde Baru ini membawa korban yang tidak sedikit, akan tetapi relatif lebih mulus

    dibandingkan tumbangnya rezim-rezim otoriter di negara-negara lain yang seringkali

    menimbulkan revolusi dan pertumpahan darah dan mengakibatkan korban jiwa dalam

    jumlah yang besar dan bahkan mengakibatkan perang saudara dan perpecahan seperti yang

    terjadi di negara-negara Balkan.

    Tumbangnya pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Soeharto, dilanjutkan oleh

    B.J. Habibie kemudian Abdurrahman Wahid serta Megawati Soekarnoputri yang mengawal

    masa transisi sebelum diadakannya pemilihan presiden secara langsung dan demokratis

    yang dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono.

    Selama masa transisi tersebut banyak pencapaian yang diperoleh walaupun banyak

    juga perdebatan dan pro-kontra mengenai perubahan-perubahan yang terjadi di negara ini.

    Salah satu perubahan signifikan adalah dicabutnya Dwifungsi ABRI, dan mengembalikan

    tentara ke barak sebagai alat pertahanan. Kemudian pemisahan Polri dari TNI,

    menempatkan Polri sebagai penegak hukum dan penjaga keamanan. Dihilangkannya fraksi

    TNI Polri dari DPR/MPR juga mencerminkan ditariknya TNI/Polri dari politik. TNI aktif

  • 5/24/2018 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

    11/13

    11 | P a g e

    dilarang untuk menjadi kepala daerah, sesuatu yang umum di zaman Orde Baru dalam

    program kekaryaan TNI.

    Dalam masa transisi tersebut juga muncul lembaga-lembaga baru yang bertugas

    mengawal proses transisi dan menjaga kelangsungan negara. Mahkamah Konstitusi lahir

    sebagai lembaga yang memiliki fungsi dan peran menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip

    konstitusionalitas hukum.

    Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga, pertama kali diperkenalkan oleh Hans

    Kelsen, pakar konstitusi dan guru besar Hukum Publik dan Administrasi University of

    Vienna. Kelsen menyatakan bahwa pelaksanaan aturan konstitusional tentang legislasi

    dapat secara efektif dijamin hanya jika suatu organ selain badan legislatif diberikan tugas

    untuk menguji apakah suatu produk hukum itu konstitusional atau tidak, dan tidak

    memberlakukannya jika menurut organ ini produk badan legislatif tersebut tidak

    konstitusional. Untuk kepentingan itu, kata Kelsen, perlu dibentuk organ pengadilan khusus

    berupa constitutional court, atau pengawasan konstitusionalitas undang-undang yang dapat

    juga diberikan kepada pengadilan biasa. Pemikiran Kelsen mendorong

    Verfassungsgerichtshoft di Austria yang berdiri sendiri di luar Mahkamah Agung. Inilah

    Mahkamah Konstitusi pertama di dunia yang kemudian diikuti di negara lain termasuk

    Indonesia.

    Selain itu muncul pula beberapa lembaga lain yang baik secara langsung maupun

    tidak langsung bertugas sebagai pengawas dan supervisi bagi pemerintah yang berkuasa.

    Komnas HAM dibentuk sebagai lembaga yang khusus melindungi dan mengawasi

    mengenai pelanggaran HAM. Selain itu dibentuk pula Komisi Pemberantasan Korupsi

    (KPK) sebagai garda depan pemberantasan korupsi. Ada adagium yang menyatakan power

    tends to corrupt. KPK secara tidak langsung hadir untuk mengawal agar kekuasaan

  • 5/24/2018 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

    12/13

    12 | P a g e

    berjalan pada koridornya dan tidak menjadi absolut, atau sebaliknya memanfaatkan uang

    negara secara tidak sah melalui korupsi untuk melanggengkan kekuasaan.

    Akan tetapi dibalik semua perubahan itu ada beberapa hal yang sampai saat ini terus

    mengganjal. Adanya tuntutan dari masyarakat untuk mengadili pejabat-pejabat atas

    pelanggaran-pelanggaran HAM yang dilakukan pada rezim Orde Baru belum semuanya

    terpenuhi. Soeharto, yang dituntut atas dasar korupsi kolusi dan nepotisme, sampai akhir

    hayatnya tidak dapat dihukum. Mungkin juga pemerintah saat ini mementingkan

    rekonsiliasi demi menjaga kelangsungan dan kestabilan negara.

    Selain itu, di masa Orde Baru juga banyak pelanggaran-pelanggaran HAM yang

    saat ini dituntut untuk dibuka kembali. Rezim Orde Baru yang otoriter banyak

    meninggalkan korban-korban yang sampai saat ini masih menuntut keadilan. Seperti korban

    Daerah Operasi Militer (DOM) Aceh, pelanggaran HAM di Timor Timur dan Papua, kasus

    penculikan dan hilangnya aktivis politik, sampai dengan kasus Trisakti dan Semanggi I & II

    yang banyak mengorbankan mahasiswa.

    Tekanan baik dari dalam negeri maupun luar negeri sudah cukup keras. Tetapi

    pemerintah tidak mempunyai political will untuk menyelesaikan kasus-kasus tersebut.

    Padahal perangkat dan aturan hukum atas pelanggaran-pelanggaran tersebut sudah jelas.

    Lembaga dan badan dunia juga sudah menekan dan mengancam untuk membawa para

    pelanggar HAM ke Mahkamah Internasional.

    Saat ini negara kita masih mengalami pergolakan dan secara politik belum stabil.

    Sistem multi partai dan jumlah partai yang terlalu banyak, dapat menghambat kemajuan

    bangsa baik secara politik, sosial maupun ekonomi. Memang secara demokrasi hal tersebut

    merupakan indikator positif bagi demokrasi di negara kita. Tapi secara praktis dapat kita

    lihat hal ini berpotensi menimbulkan perpecahan dan hambatan bagi kemajuan bangsa.

    Apabila kita lihat saat ini Presiden sebagai kepala pemerintahan banyak tersandera secara

  • 5/24/2018 87186206 Ringkasan Dan Tanggapan HAM Dalam Transisi Politik Di Indonesia

    13/13

    13 | P a g e

    politik. Mulai dari pemilihan menteri yang banyak mengakomodir kepentingan partai

    politik daripada membuat kabinet ahli (zaken kabinet), sampai pengambilan keputusan-

    keputusan penting yang seringkali harus memperhatikan kepentingan partai politik lain.

    Sesungguhnya hal ini bagus sebagai proses pendewasaan berdemokrasi. Akan tetapi

    euphoria reformasi ini tidak boleh terlalu lama dan kita harus segera bergerak maju untuk

    menyongsong kejayaan bangsa sebagai salah satu negara besar di dunia.