86704578-askep-kehilangan

59
MATA KULIAH :KEPERAWATAN JIWA DOSEN :ARISAL HADI ,SKM ASKEP KEHILANGAN/BERDUKA OLEH KELOMPOK 1 KARTIKAWINARNI BAKRI ROSNARIANTI RIZKIANA KAMALUDDIN DEDY RISWADI ARIF SARI BULAN RATNAWATI RUSLAN YASIRAH AKADEMI KEPERAWATAN LAPATAU WATAMPONE 2012

Transcript of 86704578-askep-kehilangan

Page 1: 86704578-askep-kehilangan

MATA KULIAH :KEPERAWATAN JIWA

DOSEN :ARISAL HADI ,SKM

ASKEP KEHILANGAN/BERDUKA

OLEH

KELOMPOK 1

KARTIKAWINARNI BAKRI

ROSNARIANTI

RIZKIANA

KAMALUDDIN

DEDY RISWADI ARIF

SARI BULAN

RATNAWATI

RUSLAN

YASIRAH

AKADEMI KEPERAWATAN LAPATAU WATAMPONE

2012

Page 2: 86704578-askep-kehilangan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah

SWT, karena dengan taufik dan hidayahnya sehingga ASKEP

BERDUKA/KEHILANGAN ini dapat diselesaikan dengan

kemampuan terbatas dari kami.

Berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan yang

diberikan oleh berbagai pihak yaitu Dosen pembimbing dan

rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan saran dan

petunjuk serta banyak meluangkan waktunya untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas ini sehingga

dapat juga terlesaikan. Oleh karena itu, kami sepatutnya

mengucapkan banyak terima kasih.

Page 3: 86704578-askep-kehilangan

Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu kami memohon maaf serta

mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun

demi kesempurnaan tugas ini dan memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya kepada kami dan pembaca.

Wassalam.

Watampone ,17 Maret 2012

Kelompok 1

Page 4: 86704578-askep-kehilangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang

unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap

individual dalam pengalaman hidup seseorang.

Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam

pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman

untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini

lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau

disekitarnya.

Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses

kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju.

Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan

untuk mencari bentuan kepada orang lain.

Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi

seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian.

Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan

Page 5: 86704578-askep-kehilangan

dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.

Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada

informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak

tetap (Suseno, 2004).

Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami

berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima

kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan

menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga

kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika

klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami

kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi

masalah emosi, mental dan sosial yang serius.

Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi

dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar

perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang

mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat

memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan

keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika

Page 6: 86704578-askep-kehilangan

hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan,

pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi,

nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh

perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama

kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

B. PERMASALAHAN

Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini

adalah bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan

kehilangan dan berduka disfungsional.

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:

1. Tujuan umum

a. Mengetahui konsep kehilangan dan berduka.

b. Mengetahui asuhan keperawatan pada kehila.ngan dan

berduka disfungsional

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui jenis-jenis kehilangan.

Page 7: 86704578-askep-kehilangan

b. Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka.

c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KEHILANGAN

1. Definisi Kehilangan

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari

kehidupan. Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau

Page 8: 86704578-askep-kehilangan

terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak

kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap

atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik,

diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total

dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah

dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak

ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan

Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang

pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang

kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan

dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam

bentuk yang berbeda.

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang

mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang

dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan

merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu

yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau

seluruhnya.

Page 9: 86704578-askep-kehilangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan,

tergantung:

1. Arti dari kehilangan

2. Sosial budaya

3. kepercayaan / spiritual

4. Peran seks

5. Status social ekonomi

6. kondisi fisik dan psikologi individu

Tipe Kehilangan

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:

1. Aktual atau nyata

Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya

amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.

2. Persepsi

Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan,

misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK,

menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya

menjadi menurun.

Page 10: 86704578-askep-kehilangan

2.1.3 Jenis-jenis Kehilangan

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau

orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat

stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana

harus ditanggung oleh seseorang.

Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang

dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari

ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri

atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar

biasa dan tidak dapat ditutupi.

Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau

anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi

perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik

dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya.

Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap,

Page 11: 86704578-askep-kehilangan

sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang

dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia

muda, fungsi tubuh.

Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri

atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan.

Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda

yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda

tersebut.

Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang

sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang

keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara

permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki

tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran

dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada

Page 12: 86704578-askep-kehilangan

kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon

berbeda tentang kematian.

2.1.4 Rentang Respon Kehilangan

Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——>

Acceptance

1. Fase denial

a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan

b. Verbalisasi;‖ itu tidak mungkin‖, ― saya tidak percaya itu

terjadi ‖.

c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan

pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.

2. Fase anger / marah

a. Mulai sadar akan kenyataan

b. Marah diproyeksikan pada orang lain

c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur,

tangan mengepal.

d. Perilaku agresif.

3. Fase bergaining / tawar- menawar.

Page 13: 86704578-askep-kehilangan

a. Verbalisasi; ― kenapa harus terjadi pada saya ? ― kalau saja

yang sakit bukan saya ― seandainya saya hati-hati ―.

4. Fase depresi

a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus

asa.

b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido

menurun.

5. Fase acceptance

a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.

b. Verbalisasi ;‖ apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat

sembuh‖, ― yah, akhirnya saya harus operasi ―

2.2 Berduka

2.2.1 Definisi berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap

kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih,

gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.

Page 14: 86704578-askep-kehilangan

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian

kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka

yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan

pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual

ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek

atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya

kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan

pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat

individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,

objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang

menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

2.2.2 Teori dari Proses Berduka

Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani

proses berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang

hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan

Page 15: 86704578-askep-kehilangan

emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi

untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan

mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan

gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh

berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam

bentuk empati.

Teori Engels

Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa

fase yang dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang

berduka maupun menjelang ajal.

Fase I (shock dan tidak percaya)

Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin

menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi

secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak

jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.

Fase II (berkembangnya kesadaran)

Page 16: 86704578-askep-kehilangan

Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan

mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah,

frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.

Fase III (restitusi)

Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan

yang hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak

dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang

bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.

Fase IV

Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan

terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal

tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.

Fase V

Page 17: 86704578-askep-kehilangan

Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai

diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan

seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru

telah berkembang.

Teori Kubler-Ross

Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah

berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu

sebagai berikut:

a) Penyangkalan (Denial)

Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan

dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi

kehilangan. Pernyataan seperti ―Tidak, tidak mungkin seperti

itu,‖ atau ―Tidak akan terjadi pada saya!‖ umum dilontarkan

klien.

b) Kemarahan (Anger)

Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin ―bertindak

lebih‖ pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan

dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif

Page 18: 86704578-askep-kehilangan

sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini

merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan

merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi

kehilangan.

c) Penawaran (Bargaining)

Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang

halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini,

klien sering kali mencari pendapat orang lain.

d) Depresi (Depression)

Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata

dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi

kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai

memecahkan masalah.

e) Penerimaan (Acceptance)

Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-

Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang

mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah

pada pengunduran diri atau berputus asa.

Page 19: 86704578-askep-kehilangan

Teori Martocchio

Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang

mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat

diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada

faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi

yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12

bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai

3-5 tahun.

Teori Rando

Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3

katagori:

Penghindaran

Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.

Konfrontasi

Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika

klien secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan

kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.

Page 20: 86704578-askep-kehilangan

Akomodasi pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan

kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara emosional

dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk

menjalani hidup dengan kehidupan mereka.

PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA

ENGEL (1964) KUBLER-ROSS

(1969)

MARTOCCHIO

(1985)

RANDO

(1991)

Shock dan tidak

percaya

Menyangkal Shock and

disbelief

Penghindaran

Berkembangnya

kesadaran

Marah Yearning and

protest

Restitusi Tawar-

menawar

Anguish,

disorganization

and despair

Konfrontasi

Page 21: 86704578-askep-kehilangan

Idealization Depresi Identification

in

bereavement

Reorganization /

the out come

Penerimaan Reorganization

and restitution

akomodasi

BAB III

ASKEP BERDUKA DISFUNGSIONAL

Pengkajian

Data yang dapat dikumpulkan adalah:

a. Perasaan sedih, menangis.

b. Perasaan putus asa, kesepian

c. Mengingkari kehilangan

Page 22: 86704578-askep-kehilangan

d. Kesulitan mengekspresikan perasaan

e. Konsentrasi menurun

f. Kemarahan yang berlebihan

g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.

h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.

i. Reaksi emosional yang lambat

j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur,

tingkat aktivitas

Diagnosa keperawatan: Berduka disfungsional

Definisi: sesuatu respon terhadap kehilangan yang nyata

maupun yang dirasakan dimana individu tetap terfiksasi dalam

satu tahap proses berduka untuk suatu periode waktu yang

terlalu lama, atau gejala berduka yang normal menjadi

berlebih-lebihan untuk suatu tingkat yang mengganggu fungsi

kehidupan.

Kemungkinan Etiologi (―yang berhubungan dengan‖)

Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa konsep

nilai untuk individu

Page 23: 86704578-askep-kehilangan

Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa berduka dari

kehilangan multiple yang belum terselesaikan)

Menghalangi respon berduka terhadap suatu kehilangan

Tidak adanya antisipasi proses berduka

Perasaan bersalah yang disebabkan oleh hubungan ambivalen

dengan konsep kehilangan.

Batasan Karakteristik (―dibuktikan dengan‖)

Idealisasi kehilangan (konsep)

Mengingkari kehilangan

ü Kemarahan yang berlebihan, diekspresikan secara tidak tepat

ü Obsesi-obsesi pengalaman-pengalaman masa lampau

ü Merenungkan perasaan nersalah secara berlebihan dan

dibesar-basarkan tidak sesuai dengan ukuran situasi.

Regresi perkembangan

Gangguan dalam konsentrasi

Kesulitan dalam mengekspresikan kehilangan

Page 24: 86704578-askep-kehilangan

Afek yang labil

Kelainan dalam kebiasaan makan, pola tidur, pola mimpi,

tingkat aktivitas, libido.

Sasaran/Tujuan

Sasaran jangka pendek

Pasien akan mengekspresikan kemarahan terhadap konsep

kehilangan dalam 1 minggu.

Sasaran jangka panjang

Pasien akan mampu menyatakan secara verbal perilaku-perilaku

yang berhubungan dengan tahap-tahap berduka yang normal.

Pasien akan mampu mengakui posisinya sendiri dalam proses

berduka sehingga ia mampu dengan langkahnya sendiri

terhadap pemecahan masalah.

Intervensi dengan Rasional Tertentu

Tentukan pada tahap berduka mana pasian terfiksasi.

Identifikasi perilaku-perilaku yang berhubungan dengan tahap

ini.

Page 25: 86704578-askep-kehilangan

Rasional

Pengkajian data dasar yang akurat adalah penting untuk

perencanaan keperawatan yang efektif bagi pasien yang

berduka.

Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien.

Perlihatkan empati dan perhatian. Jujur dan tepati semua janji

Rasional

Rasa percaya merupakan dasar unutk suatu kebutuhan yang

terapeutik.

Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya secara terbuka

Rasional

Sikap menerima menunjukkan kepada pasien bahwa anda yakin

bahwa ia merupakan seseorang pribadi yang bermakna. Rasa

percaya meningkat.

Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah. Jangan

menjadi defensif jika permulaan ekspresi kemarahan

Page 26: 86704578-askep-kehilangan

dipindahkan kepada perawat atau terapis. Bantu pasien untuk

mengeksplorasikan perasaan marah sehingga pasien dapat

mengungkapkan secara langsung kepada objek atau

orang/pribadi yang dimaksud.

Rasional

Pengungkapan secara verbal perasaan dalam suatu lingkungan

yang tidak mengancam dapat membantu pasien sampai

kepada hubungan dengan persoalan-persoalan yang belum

terpecahkan.

Bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam

dengan berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas motorik kasar

(mis, joging, bola voli,dll)

Rasional

Latihan fisik memberikan suatu metode yang aman dan efektif

untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam.

Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku

yang berhubungan dengan setiap tahap. Bantu pasien untuk

mengerti bahwa perasaan seperti rasa bersalah dan marah

Page 27: 86704578-askep-kehilangan

terhadap konsep kehilangan adalah perasaan yang wajar dan

dapat diterima selama proses berduka.

Rasional

Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar yang

berhubungan dengan berduka yang normal dapat menolong

mengurangi beberapa perasaan bersalah menyebabkan

timbulnya respon-respon ini.

Dorong pasien untuk meninjau hubungan dengan konsep

kehilangan. Dengan dukungan dan sensitivitas, menunjukkan

realita situasi dalam area-area dimana kesalahan presentasi

diekspresikan.

Rasional

Pasien harus menghentikan persepsi idealisnya dan mampu

menerima baik aspek positif maupun negatif dari konsep

kehilangan sebelum proses berduka selesai seluruhnya.

Komunikasikan kepada pasien bahwa menangis merupakan hal

yang dapat diterima. Menggunakan sentuhan merupakan hal

yang terapeutik dan tepat untuk kebanyakan pasien.

Page 28: 86704578-askep-kehilangan

Bantu pasien dalam memecahkan masalahnya sebagai usaha

untuk menentukan metoda-metoda koping yang lebih adaptif

terhadap pengalaman kehilangan. Berikan umpan balik positif

untuk identifikasi strategi dan membuat keputusan.

Rasional

Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan mendorong

pengulangan perilaku yang diharapkan.

10. Dorong pasien untuk menjangkau dukungan spiritual

selama waktu ini dalam bentuk apapun yang diinginkan

untuknya. Kaji kebutukan-kebutuhan spiritual pasien dan bantu

sesuai kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

Hasil Pasien yang Diharapkan/Kriteria Pulang

Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap

proses berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan

debgab tiap-tiap tahap.

Page 29: 86704578-askep-kehilangan

Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses

berduka dan mengekspresikan perasaan-perasaannya yang

berhubungan denga konsep kehilangan secara jujur.

Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan

perilaku-perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan

disfungsi berduka dan mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas

hidup sehari-hari secara mandiri.

Page 30: 86704578-askep-kehilangan

Contoh kasus:

Kehilangan/Berduka

Ibu M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja

di suatu perusahaan sebagai tulang punggung keluarga.

Seminggu yang lalu, suami Ibu M meninggal karena

kecelakaan. Sejak kejadian tersebut, Ibu M sering melamun

dan selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal.

Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang

lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur.

A. Pengkajian

1. Pengertian

Page 31: 86704578-askep-kehilangan

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah

dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi

tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap

kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih,

gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.

2. Data yang didapat

Data subjektif:

Merasa sedih

Merasa putus asa dan

kesepian

Kesulitan

mengekspresikan

perasaan

Konsentrasi menurun

Data objektif:

Menangis

Mengingkari

kehilangan

Tidak berminat dalam

berinteraksi dengan

orang lain

Merenungkan

Page 32: 86704578-askep-kehilangan

perasaan bersalah

secara berlebihan

Adanya perubahan

dalam kebiasaan

makan, pola tidur,

tingkat aktivitas

B. Diagnosa

Diagnosa yang dapat ditegakkan dalam kasus ini adalah:

Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak

efektif terhadap respon kehilangan pasangan

Ansietas berhubungan dengan keadaan di masa yang akan

datang setelah kehilangan pasangan

Ketidakberdayaan dalam melakukan peran berhubungan

dengan kehilangan dan berduka

Page 33: 86704578-askep-kehilangan

Harga diri rendah berhubungan dengan kehilangan dan

berduka

C. Intervensi

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien. Perlihatkan

sikap empati dan perhatian kepada klien

Rasional: hubungan saling percaya antara perawat dan

klien merupakan dasar terbinanya hubungan terapeutik

2. Berikan motivasi pada klien untuk mendiskusikan pikiran

dan perasaannya

Rasional: motivasi akan membuat klien lebih terbuka

mengenai pikiran dan perasaannya

3. Dengarkan klien dengan penuh empati. Berikan respon

dan tidak menghakimi

Page 34: 86704578-askep-kehilangan

Rasional: hal ini menunjukkan rasa peduli terhadap

perawatan klien, tetapi tidak terlibat secara emosi. Klien

akan merasa aman dan nyaman saat bercerita kepada

perawat

4. Libatkan klien dalam aktivitas kelompok sesuai dengan

aktivitas yang disenanginya

Rasional: aktivitas fisik memberikan suatu metode yang

aman dan efektif untuk mengeluarkan emosi dan

kemarahan yang terpendam.

5. Ajarkan klien mengenai cara meminum obat yang benar.

Rasional: dengan meminum obat sesuai anjuran, klien

akan merasa lebih tenang dan nyaman untuk tidur.

D. Implementasi

Page 35: 86704578-askep-kehilangan

1. Sapa klien dengan nama yang disenanginya. Memberikan

sentuhan akan menunjukkan rasa empati klien dan

pertahankan kontak mata

2. Dorong klien untuk mendiskusikan pikiran dan

perasaannya

3. Dengarkan segala keluhan klien. Berikan respon dan

jangan menghakimi

4. Ajak klien jika ada kegiatan kelompok, terutama kegiatan

yang disenanginya

5. Bimbing klien untuk meminum obat sesuai cara yang

dianjurkan

E. Evaluasi

Page 36: 86704578-askep-kehilangan

1. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara

spontan

2. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap

kehilangan

3. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang

lain

4. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi

masalah akibat kehilangan

5. Klien mampu minum obat dengan cara yang benar

Page 37: 86704578-askep-kehilangan

Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien

Kehilangan dan Berduka

(SP 1)

A. Proses keperawatan

1. Kondisi klien

Ibu M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang

bekerja di suatu perusahaan sebagai tulang punggung

keluarga. Seminggu yang lalu, suami Ibu M meninggal

karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut, Ibu M sering

melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum

meninggal. Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi

dengan orang lain dan merasa gelisah sehingga susah

tidur.

2. Diagnosa keperawatan

Page 38: 86704578-askep-kehilangan

Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak

efektif terhadap respon kehilangan pasangan

3. Tujuan khusus

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan

perawat dan klien dapat merasa aman dan nyaman saat

berinteraksi dengan perawat

Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya

Klien merasa lebih tenang

4. Tindakan keperawatan

Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara

mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri

perawat sambil berjabat tangan dengan klien

Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaannya. Dengarkan setiap perkataan klien. Beri

respon, tetapi tidak bersifat menghakimi

Page 39: 86704578-askep-kehilangan

Ajarkan klien teknik relaksasi

B. Strategi pelaksanaan

1. Tahap orientasi

- Salam terapeutik: ―Assalamu’alaykum, selamat pagi Ibu M.

Saya Rensita, Ibu bisa memanggil saya suster Rensi. Saya

perawat yang dinas pagi ini dari pukul 07.00 sampai

14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu. Nama Ibu

siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?‖

- Evaluasi validasi: ―Baiklah, bagaimana keadaan Ibu M hari

ini?‖

- Kontrak: ―Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-

bincang sebentar? Saya rasa 30 menit cukup Bu. Ibu

bersedia?‖

Page 40: 86704578-askep-kehilangan

―Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja?

Baiklah.‖

2. Tahap kerja

- ―Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana

perasaan Ibu M saat ini?‖

- ―Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini.

Tapi kondisi sebenarnya memang suami Ibu telah

meninggal. Sabar ya, Bu ‖

- ―Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi

coba Ibu pikir, jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak

akan bertemu dengan suami Ibu karena beliau memang

sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu.

Ibu harus berusaha menerima kenyataan ini.‖

Page 41: 86704578-askep-kehilangan

- ―Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh

Tuhan. Meninggalnya suami Ibu juga merupakan

kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada

satu orang pun yang dapat mencegahnya, termasuk saya

ataupun Ibu sendiri.‖

- ―Ibu sudah bisa memahaminya?‖

- ―Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa

mencoba mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga Ibu. Saya percaya Ibu mempunyai keahlian yang

bisa digunakan. Ibu juga tidak akan hidup sendiri. Ibu

masih punya saudara-saudara, anak-anak dan orang lain

yang sayang dan peduli sama Ibu.‖

- ―Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti

teknik relaksasi yang saya lakukan. Coba sekarang Ibu

Page 42: 86704578-askep-kehilangan

tarik napas yang dalam, tahan sebentar, kemudian

hembuskan perlahan-lahan.‖

- ―Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.‖

3. Tahap terminasi

- Evaluasi: (subjektif): ―Bagaimana perasaan Ibu sekarang?

Apa Ibu sudah mulai memahami kondisi yang sebenarnya

terjadi?‖

(objektif): ―Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal

yang Ibu dapatkan dari perbincangan kita tadi dan coba

Ibu ulangi teknik relaksasi yang telah kita lakukan.‖

- RTL: ―Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa

cemas, Ibu dapat melakukan teknik tersebut. Dan setiap

kali Ibu merasa Ibu tidak terima dengan kenyataan ini, Ibu

dapat mengingat kembali perbincangan kita hari ini.

Page 43: 86704578-askep-kehilangan

- Kontrak yang akan datang: ‖Sudah 30 menit ya, Bu. Saya

rasa perbincangan kita kali ini sudah cukup. Besok sekitar

jam 09.00 saya akan datang kembali untuk membicarakan

tentang hobi Ibu. Mungkin besok kita bisa berbincang-

bincang di taman depan ya Bu.‖―Apa ada yang ingin Ibu

tanyakan? Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu ya

Bu. Assalamu’alaykum.‖

Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien

Kehilangan dan Berduka

(SP 2)

A. Proses keperawatan

1. Pengkajian

Pada pertemuan kedua, Ibu M sudah mulai menunjukkan

rasa penerimaan terhadap kehilangan. Namun, ia masih

Page 44: 86704578-askep-kehilangan

menarik diri dari lingkungan dan orang-orang sekitarnya.

Ia juga masih melamun dan merasa gelisah sehingga

tidurnya tidak nyenyak.

2. Diagnosa keperawatan

Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak

efektif terhadap respon kehilangan pasangan

3. Tujuan khusus

Klien tidak menarik diri lagi daan dapat membina

hubungan baik kembali dengan lingkungannya maupun

dengan orang-orang di sekitarnya

4. Tindakan keperawatan

Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok, terutama

aktivitas yang ia sukai

Berikan klien pujian setiap kali klien melakukan kegiatan

dengan benar

Page 45: 86704578-askep-kehilangan

B. Strategi pelaksanaan

1. Tahap orientasi

- Salam terapeutik: ―Assalamu’alaykum, selamat pagi Ibu

M. Masih ingat dengan saya Bu? Ya, betul sekali. Saya

suster rensi, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari pukul

07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat

Ibu.‖

- Evaluasi validasi: ―Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa

sudah lebih baik dari kemarin? Bagus kalau begitu‖

- Kontrak: ―Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu.

Hari ini kita bertemu untuk membicarakan hobi Ibu di

taman depan. Saya rasa 30 menit seperti kemarin cukup

ya, Bu.‖

Page 46: 86704578-askep-kehilangan

2. Tahap kerja

- ―Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu

senangi?‖

- ―Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang

bisa bermain voli lho, Bu.‖

- ―Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain

lagi?‖

- ―Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu

bagus. Bisa Ibu menunjukkan sedikit bakat menyanyi Ibu

pada saya?‖

- ―Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara

Ibu juga cukup bagus.‖

- ―Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli,

berapa sering Ibu biasanya bermain voli dalam

seminggu?‖

Page 47: 86704578-askep-kehilangan

- ―Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam

bermain voli sudah terlatih.‖

- ―Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata

Ibu hebat juga ya dalam bermain voli. Buktinya, Ibu

pernah memenangi lomba voli antarwarga di daerah

rumah Ibu.‖

- ―Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak

bergabung dengan yang lain untuk bermain voli?

Tampaknya di sana banyak orang yang juga ingin

bermain voli. Ibu bisa melakukan hobi Ibu ini bersama-

sama dengan yang lain.‖

- ―Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu M. Ibu M juga akan bermain

voli bersama-sama. Ibu M ini jago bermain voli, lho.‖

- ―Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang

baik dalam bermain bola voli?‖

Page 48: 86704578-askep-kehilangan

- ―Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat.‖

- ―Ibu M, saat Ibu sedang merasa emosi tapi tidak mampu

meluapkannya, Ibu bisa melakukan kegiatan ini

bersama-sama yang lain. Selain itu, kegiatan ini juga

dapat membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan

yang lainnya dan Ibu tidak merasa kesepian lagi.‖

3. Tahap terminasi

- Evaluasi: (subjektif): ―Bagaimana perasaan Ibu sekarang?

Apa sudah lebih baik dibandingkan kemarin?‖

(objektif): ―Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja

manfaat yang dapat Ibu dapatkan dengan melakukan

kegiatan yang Ibu senangi.‖

- RTL: ―Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat bermain voli

saat Ibu sedang merasa emosi. Atau Ibu dapat

Page 49: 86704578-askep-kehilangan

melakukan kegiatan ini paling tidak dua kali dalam

seminggu.‖

- Kontrak yang akan datang: ―Nah, waktu kita sudah

hampir habis ya Bu. Besok jam 08.00 setelah makan

pagi, saya akan kembali lagi untuk mengajarkan Ibu cara

meminum obat dengan benar. Kita ketemu di ruangan

Ibu saja, ya? Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah,

kalau tidak, saya permisi dulu ya, Bu. Assalamu’alaykum.‖

Page 50: 86704578-askep-kehilangan

Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien

Kehilangan dan Berduka

(SP 3)

A. Proses keperawatan

1. Pengkajian

Pada pertemuan ketiga, Ibu M sudah mulai tidak banyak

melamun dan mulai membuka dirinya kepada orang-

orang sekitarnya. Ibu M juga mau membalas sapaan

ataupun senyuman jika ada perawat ataupun orang lain

yang menyapanya ataupun tersenyum padanya. Namun,

Ibu M mengaku ia masih terbayang akan suaminya saat ia

akan tidur. Hal tersebut membuat Ibu M merasa gelisah,

tidur tidak nyenyak, bahkan sulit tidur.

2. Diagnosa keperawatan

Page 51: 86704578-askep-kehilangan

Ansietas berhubungan dengan keadaan di masa yang

akan datang setelah kehilangan pasangan

3. Tujuan khusus

Klien dapat mengetahui aturan yang benar dalam

meminum obat

Ansietas klien berkurang sehingga klien dapat tidur

dengan nyenyak

4. Tindakan keperawatan

Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar

Awasi klien saat minum obat

B. Strategi pelaksanaan

1. Tahap orientasi

- Salam terapeutik: ―Assalamu’alaykum, selamat pagi Ibu

M.‖

Page 52: 86704578-askep-kehilangan

- Evaluasi validasi: ―Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa

semalam Ibu bisa tidur dengan nyenyak?‖

- Kontrak: ―Ibu tidak bisa tidur dengan nyenyak ya?

Baiklah, sesuai dengan janji kita yang kemarin, saya akan

memberitahu Ibu obat yang harus Ibu minum untuk

mengurangi kecemasan Ibu dan agar Ibu dapat tidur

dengan nyenyak. Saya rasa 15 menit saja cukup ya Bu, di

kamar ini saja.‖

2. Tahap kerja

- ―Nah, kita langsung mulai saja ya Bu. Ini ada beberapa

macam obat-obatan yang harus Ibu minum.‖

- ―Ini obatnya ada dua macam ya Bu. Yang warna putih ini

namanya BDZ. Fungsi dari obat ini agar pikiran Ibu bisa

Page 53: 86704578-askep-kehilangan

lebih menjadi tenang. Kalau pikiran Ibu tenang, Ibu bisa

tidur dengan nyenyak.‖

- ―Kemudian, yang warna kuning ini adalah HLP. Ini juga

harus Ibu minum agar perasaan Ibu bisa rileks dan Ibu

tidak lagi merasakan cemas yang berlebihan.‖

- ―Nah Bu, semua obat ini diminum tiga kali sehari ya Bu,

jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Masing-

masing obat satu butir saja. Obat-obatan ini juga harus

diminum setelah Ibu makan.‖

- ―Apa Ibu mempunyai keluhan dalam meminum obat?‖

- ―Ooh, jadi Ibu tidak tahan dengan rasa pahitnya ya?

Kalau begitu, setelah Ibu minum obat Ibu bisa memakan

permen agar rasa pahitnya dapat berkurang.‖

Page 54: 86704578-askep-kehilangan

- ―Jika setelah minum obat ini mulut Ibu menjadi terasa

kering sekali, Ibu bisa minum banyak air untuk

mengatasinya agar mulut Ibu tidak kering.‖

- ―Tapi jika ada efek samping yang berlebihan seperti

gatal-gatal, pusing, atau mual, Ibu bisa panggil saya atau

perawat lain yang sedang bertugas.‖

- ―Nah, sebelum ibu meminum obatnya, pastikan dulu ya

Bu, obatnya sesuai atau tidak. Ibu juga jangan lupa

perhatikan waktunya agar obat tersebut dapat diminum

tepat waktu.‖

3. Tahap terminasi

- Evaluasi: (subjektif): ―Apa Ibu sudah mengerti apa saja

obat yang harus Ibu minum dan bagaimana prosedur

sebelum meminumnya?‖

Page 55: 86704578-askep-kehilangan

(objektif): ―Bagus. Kalau Ibu sudah mengerti, coba ulangi

lagi apa saja obat yang harus Ibu minum dan apa saja

prosedur meminum obatnya.‖

- RTL: ―Seperti yang sudah saya katakan tadi ya Bu, jika

setelah minum obat mulut Ibu terasa kering, Ibu dapat

meminum air yang banyak. Dan kalau Ibu merasa gatal-

gatal, ousing, atau bahkan muntah, Ibu dapat

menghubungi saya atau perawat lain yang sedang

bertugas.‖

- Kontrak yang akan datang: ―Baiklah Bu, nanti jam 14.00

setelah makan siang, saya akan datanhg kembali untuk

memantau perkembangan Ibu. Kita bertemu di ruangan

ini saja ya Bu.‖

Page 56: 86704578-askep-kehilangan

―Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan?

Baiklah Bu, kalau tidak ada, saya permisi dulu.

Assalamu’alaykum.‖

Page 57: 86704578-askep-kehilangan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang

mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang

dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan

merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu

yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau

seluruhnya.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian

kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka

yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan

pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual

ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek

atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya

kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Page 58: 86704578-askep-kehilangan

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan

pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat

individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,

objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang

menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang

perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap

perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan

persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan

seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan

yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan

yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan

kehidupan/meninggal.

Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka

dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar,

depresi dan penerimaan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 59: 86704578-askep-kehilangan

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1.

Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Manusia: Kehilangan, Kematian dan Berduka dan Proses

keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada

Keperawatn Psikiatri, Pedoman Untuk Pembuatan Rencana

Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

stikes.fortdekock.ac.id

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3.

Jakarta: ECG.

cre : 06 PSIK USK