86638197-Senyawa-flavonoid
-
Upload
mei-kurniawati-tahara -
Category
Documents
-
view
135 -
download
6
description
Transcript of 86638197-Senyawa-flavonoid
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia bahan alam modern merupakan suatu bidang ilmu yang
menggabungkan berbagai bidang ilmu seperti ilmu seperti kimia organik, biokimia,
biomolekular, spektroskopi, dan farmakologi yang mempunyai peranan penting
pada penelitian kimia muthakir. Fokus penelitian bidang kimia bahan alam terkait
dengan penemuan obat-obat baru dan bahan kimia berguna lainnya yang berasal
dari sumber alam.
Indonesia mempunyai potensi besar dalam pengembangan obat karena
didukung oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Sumber keanekaragaman hayati yang terbesar kedua di dunia setelah Brasil
sehingga masih banyak peluang untuk menggali berbagai jenis tanaman.
2. Iklim sepanjang tahun yang mendukung berhasilnya budidaya tanaman obat.
3. Lahan yang subur dan luas yang belum tergarap dengan baik.
4. Kondisi sosial budaya masyarakat yang memungkinkan untuk memanfaatkan
tanaman obat.
5. Tingkat ekonomi masyarakat yang masih rendah dan harga obat dari industri
farmasi relatif tinggi sehingga berpaling pada pemanfaatan tanaman obat.
6. Dampak negatif dari pemakaian obat tradisional belum banyak terbukti secara
ilmiah.
7. Beberpa penyakit yang sulit disembuhkan oleh obat farmasi, ternyata dapat
disembuhkan dengan mengkonsumsi dengan mengkonsumsi obat tradisioanal.
Eksplorasi bahan alam yang mempunyai aktivitas biollogis menjadi salah
satu target para peneliti. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dikembangkan,
senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan umumnya
merupakan senyawa flavonoid, fenolat, dan alkaloid.
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada
tanaman hijau, kecuali alga. Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbhan tingkat
tinggi adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida, isoflavon C- dan O-
glikosida , flavanon C- dan O-glikosida, kalkon dengan C- dan O-glikosida dan
dihidrokhalkon, proantosianidin dan antosianin, auron O-glikosida dan
dihidroflavonol O-glikosida.
Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai
antioksidan dan mempunyai bioaktifitas sebagai obat. Senyawa-senyawa ini dapat
ditemukan pada batang, daun, bunga dan buah. Flavonoid dalm tubuh manusia
berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker.
Manfaat flavonoid ntara lain adalah untuk melindungi struktur sel, meningkatkan
efektivitas vitamin C, anti-inflamasi, dan mencegah kropos tulang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana ciri-ciri senyawa flavonoid?
2. Apa sajakah jenis dan contoh senyawa flavonoid?
3. Bagaimana biosintesis senyawa flavonoid?
4. Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa flavonoid?
5. Apakah kegunaan senyawa flavonoid?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui ciri-ciri senyawa flavonoid.
2. Mengetahui jenis dan contohsenyawa flavonoid.
3. Mengetahui biosintesis senyawa flavonoid.
4. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa flavonoid.
5. Mengetahui kegunaan senyawa flavonoid.
CH2
CH2
H2C
B
A
CH2
CH
CH3
CH
CH2
CH3
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut perkirakan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis
oleh tumbuhan (atau kira-kira 1x 109 ton/tahun) diubah menjadi flavonoid
(Markham, 1988). Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang
terbesar ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah,
ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-
tumbuhan.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiriu dari 15 atom
karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3)
sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga
jenis struktur senyawa flavonoid. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis
struktur, yaitu 1,3-diarilpropan atau flavonoid, 1,2-diarilpropan atau isoflavon, dan
1,1-diarilpropan atau neoflavon.
Gambar 1. Struktur kerangka dasar senyawa flavonoid
Gambar 2. Isoflavonoid
Gambar 3. Neoflavonoid
C
C
HC
O
A C
BO
Istilah flavonoid yang diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal
dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu jenis flavonoid yang terbesar jumlahnya
dan juga biasa ditemukan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-
fenilkroman, di mana posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada
cincin B dari 1,3-diarilpropan dihubungkan oleh jembatan oksigen, sehingga
membentuk suatu cincin heterosiklik yang baru (cincin C).
Gambar 4. 2-Fenilkroman Gambar 5. Flavan
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri atas beberapa jenis, bergantung pada
tingkat oksidasi dari rantai propan dari sistem 1,3-diarilpropan. Dalam hal ini,
flavan mempunyai tingkat oksidasi yang terendah sehingga senyawa ini dianggap
sebagai senyawa induk dalam tatanama senyawa-senyawa turunan flavon.
O O
OH
O
OH
OHFlavan
OO
Katecin(Flavan-3-ol) Leukoantosianidin
(flavan-3,4-diol)
DihidrocalkonChalcone
O
O
CH
Auron
O
O
O
O
OH
O
OFlavanon Flavanonol
(dihidroflavonol) Flavon
O
OH
OH
O O
OH
++
Flavonol Garam FlaviliumAntosianidin
Gambar 6. Jenis Utama dan Struktur Dasar Flavonoid Alam
Dari berbagai jenis flavonoid tersebut, flavon, flavonol, dan antosianidin
adalah jenis yang banyak ditemukan di alam, sehingga seringkali dinyatakan
sebagai flavonoid utama. Sedangkan jenis-jenis flavonoid yang tersebar di alam
dalam jumlah yang terbatas adalah calkon, auron, katecin, flavanon, dan
leukoantosianidin.
Banyaknya senyawa flavonoid di alam bukan disebabkan karena banyaknya
variasi struktur, akan tetapi disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi,
alkoksilasi, atau glikosilasi dari struktur tersebut.
Senyawa-senyawa isoflavonoid dan neoflavonoid hanya ditemukan dalam
beberapa jenis tumbuhan, terutama pada suku Leguminose. Jenis-jenis senyawa
yang termasuk isoflavonoid adalah isoflavon, rotenoid, pterokorpan, dan kumestan.
Sedangkan neoflavonoid meliputi jenis-jenis 4-arilkumarin dan berbagai
dalbergion.
OHO
OH
R O
OH3CO
O
O
OR2
OH
R1 O
R3
O
OO
OCH3
O
O
R
OCH3
O
R2
R1
H3CO
H3CO
OOH3CO
O
Isof lavonDeidzein: R= H
Genistein: R= OH PterokarpanPterokarpin
KumestanKumestrol: R1= R3= H; R2= OH
Medelolakton: R1= R3= OH; R2= OCH3
RotenoidRotenon: R=H
Anorf igenin: R=OH
4-ArilkumarinDalbergin: R1= R2= H
Melanein: R1= OH; R2= OCH3
Dalbergion4-Metoksidalbergion
Gambar 7. Beberapa Senyawa Isoflavonoid dan Neoflavonoid
A. Ciri Senyawa Flavonoid
Pada umumnya, cincin A dari struktur flavonoid mempunyai pola
oksigenasi yang berselang-seling, yaitu pada posisi 2’, 4’, dan 6’ dari struktur
terbuka calkon.
Dalam banyak hal, cincin B dari struktur flavonoid mempunyai sebuah
gugus fungsi oksigen pada posisi para, atau dua yang masing-masing berada
pada posisi para dan meta, atau pula tiga di mana satu pada posisi para dan dua
pada posisi meta. Pola oksigenasi dari cincin B di mana terdapat tiga gugus
fungsi oksigen jarang dapat ditemukan. Selain itu, cincin B yang tidak
teroksigenasi, atau teroksigenasi pada posisi orto sangat jarang ditemukan.
Pola oksigenasi dari cincin A mengikuti pola florogusinol dan cincin B
mengikuti pola katekol atau fenol. Cincin A struktur flavonoid seringkali
teralkilasi, baik oleh gugus metil (berasal dari metionin), atau oleh isoprenil C5
yang berasal dari isopentil pirofosfat, maupun suatu C-glikosida.
B. Biosintesis Flavonoid
Semua varian flavonoid saling berkaitan karena alur biosintesis yang sama,
yaiut jalur Sikimat dan jalur Asetat-Malonat. Pola biosintesis flavonoid
pertama kali disarankan oleh Birch. Menurut Birch, pada tahap-tahap pertama
dari biosintesis flavonoid suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan tiga unit C2
menghasilakan unit C6-C3-(C2+C2+C2). Kerangka C15 yang dihasilakan dari
kombinasi ini telah mengandung gugus fungsi oksigen pada posisi yang
diperlukan. Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, yaitu
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat. Sedangkan cincin B dan tiga atom
karbon dari rantai propan berasal adari jalur fenilpropanoid (jalur shikimat).
Dengan demikian, kerangka dasar karbon dari flavonoid dihasilkan dari
kombinasi antara dua jalur biosintesis yang utama untuk cincin aromatik, yaitu
jalur shikimat dan jalur asetat-malonat. Sebagai akibat dari berbagai perubahan
yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai propan dapat
menghasilkan berbagai gugus fungsi, seperti ikatan rangkap, gugus hidroksil,
gugus karbonil, dan sebagainya.
Gambar 9. Jalur fenilpropanoid (shikimat)
Struktur flavonoid mengalami berbagai reaksi sekunder, seperti
hidroksilasi, oksidasi (termasuk pembentukan karbonil), glikosilasi,
metilasi, isoprenilasi, siklisasi, dan lainnya akibat perlakuan dari enzim
yang terdapat pada organisme. Reaksi enzimatis tersebut akan dapat
menghasilkan produk senyawa flavonoid dengan berbagai jenis kerangka
dasar yang beraneka ragam sebagaimana yang ditunjukkan pada klasifikasi
atau penggolongan senyawa flavonoid di atas (Tukiran, 2010).
Dan lainnya
CoA-SH + ATP
NH3+
COOH
PAL
NH4
+
COOH
C4H
NADPH + O2
COOH
OH
4Cl
SCoAO
Flavonoid
Tanin
Suberin
Lignin
CHO
O
HSCoAH2O
CS-CoA
O
3CH3CO-SCoA
O
HO
O O O
O
Chalcone
OHHO
OH
O
O
Flavanon
HO
OH
cinnamic acid
Gambar 9. Reaksi Pokok Biosintesis Flavonoid
Menurut biosintesis ini, pembentukan flavonoid dimulai dengan
memperpanjang unit fenilpropanaid (C6-C3) yang berasal dari turunan sinamat
seperti asam p-kumarat, kadang-kadang asam kafeat, asam ferulat, atau asam
sinapat. Percobaan-percobaan juga menunjukkan bahwa calkon dan isomer
flavanon yang sebanding juga berperan sebagai senyawa antara dalam
biosintesis berbagai jenis flavonoid lainnya.
C. Identifikasi Flavonoid
Senyawa-senyawa flavonoid terdapat dalam semua bagian tumbuhan
tinggi seperti bunga, sdaun, ranting, buah, kayu, kulit kayu, dan akar. Tetapi
senyawa flavonoid tertentu seringkali terkonsentrasi dalam suatu jaringan
tertentu, misalnya antosianidin adalah zat warna dari bunga, buah, dan daun.
Sebagian besar dari flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosida, di
mana unit flavonoid terikat pada suatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara
suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida.
Ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada
gugus karbonil dari gula, sama seperti adisi alkohol pada aldehida yang
dikatalisa oleh asam menghasilkan suatu asetal.
Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali komponen-
komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding, alkohol yang
dihasilkan disebut aglikon. Residu gula glikosida flavonoid alam adalah
glukosa, ramnosa, galaktosa, gentiobiosa, sehingga glikosida tersebut masing-
masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida, dan gentiobiosida.
Flavonoid dapat ditemukan sebagai mono-, di-, atau triglikosida, di mana
satu, dua, atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh gula.
Poliglikosida larut dalam air dan hanya sedikit larut dalam pelarut-pelarut
organik seperti eter, benzen, kloroform, dan aseton.
Dari segi struktur, senyawa-senyawa flavonoid turunan flavon dapat
dianggap sebagai 2-arilkromon. Oleh karena itu, sebagaimana kromon dan
kumarin, flavonoid dapat dideteksi berdasarkan warnanya di bawah sinar
tampak atau sinar ultraviolet. Seperti halnya kumarin dankromon, flavonoid
mempunyai sistem karbonil yang berkonjugasi dengan cincin aromatik,
sehingga senyawa-senyawa ini menyerap sinar dari panjang gelombang tertentu
di daerah ultra violet maupun infra merah. Oleh karena itu, karakterisasi
flavonoid dilakukan dengan pengukuran-pengukuran spektrofotometri.
1. Identifikasi secara kualitatif
Identifikasi pendahuluan untuk mengetahui senyawa flavonoid adalah
dengan menggunakan Shinoda Test. Sampel yang akan diuji ditambah
etanol, 0,5 ml HCl pekat dan 3-4 potong kecil lempeng magnesium. Jika
menunjukkan adanya flavonoid akan timbul warna merah, kuning, atau
jingga.
Reaksi senyawa flavonoid dengan shinoda test:
Mg(s) + 2HCl(l) → MgCl2(aq) + H2(g)
MgCl2(aq) + 6 ArOH(s) → [Mg(OAr)6]4- (aq) + 6H+ + 2Cl-
2. Identifikasi dengan spektroskopi UV-Vis
Spektrum flavonoid biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut
metanol (MeOH). Spektrum khas terdiri atas dua serapan maksimum pada
panjang gelombang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I).
Kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dapat
ditentukan dengan melakukan penambahan pereaksi (pereaksi geser) ke
dalam larutan cuplikan dan mengamati pergesaran puncak serapan yang
terjadi (Markham, 1988). Pereaksi geser yang digunakan diantaranya
adalah:
a) Natrium metoksi (NAOMe) atau NaOH 2M dalam air
Penambahan pereaksi ini untuk mendeteksi adanya gugus hidroksil yang
lebih asam dan tak tersubstitusi.
b) Natrium asetat (NaOAc)
Untuk mendeteksi adanya gugus hidroksil bebas, pergeseran yang terjadi
disebabkan pengionan yang berarti pada gugus hidroksi flavonoid yang
paling asam.
c) Natrium asetat (NaOAc) + Asam Borat (H3BO3)
Penambahan pereaksi NaOAc yang dilanjutkan dengan H3BO3 adalah
untuk mendeteksi gugus hidroksil pada gugus o-hidroksi.
d) Aluminium klorida (AlCl3) dan AlCl3 + HCl
Penambahan pereaksi AlCl3 yang dilanjutkan dengan HCl adalah untuk
mendeteksi gugus yang membentuk kompleks tahan asam antara gugus
hidroksil dan keton yang bertetangga dan membentuk kompleks tak tahan
asam dengan gugus orto-hidroksi. Jadi penambahan AlCl3 menghasilkan
spektrum yang merupakan penjumlahan pengaruh semua kompleks
terhadap spektrum, sedangkan penambahan AlCl3 + HCl menghasilkan
spektrum yang merupakan pengaruh kompleks hidroksi-keto (Markham,
1988).
Tabel 1. Rentangan serapan spektrum UV-tampak flavonoid
No. Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis Flavonoid1 250-280 310-350 Flavon
2 250-280 330-360 Flavonol (3-OH
tersubstitusi)
3 250-280 350-385 Flovonol (3-OH bebas)
4 245-275 310-330 bahu
Kira-kira 320
puncak
Isoflavon
(5-deoksi-6,7-dioksigenasi)
5 275-295 300-330 bahu Flavanon dan
dihidroflavonol
Khalkon6 230-270
(kekuatan
rendah)
340-390 Khalkon
7 230-270
(kekuatan
rendah)
380-430 Auron
8 270-280 465-560 Antosianidin dan antoianin
3. Identifikasi dengan Spektroskopi IR
Senyawa fenolik dalam fasa terkondensasi pada IR memperlihatkan
ikatan hidrogen yang kuat, sehingga menghasilkan serapan yang luas
dan akan timbul pita serapan yang lebar sekitar 3350 cm-1. Hidrogen
yang kurang ekstensif, akan nampak berupa serapan OH yang lebih
runcing yang muncul pada 3650 cm-1. Letak puncak serapan dapat
dinyatakan dalam satuan frekuensi v (detik-1 atau Hz), panjang
gelombang λ (µm) atau bilangan gelombang (cmῡ -1) (Sudjadi,
1985).
4. Identifikasi dengan Spektroskopi NMR
Tabel 4. Pergeseran kimia kira-kira dari berbagai jenis proton turunan
eter-TMS flavonoid
No. Geser kimia Jenis proton
(ppm)1 0 Tetrametilsilan (pembanding)2 0-0,5 Gugus eter trimetilsilil3 ±
1,0
C-CH3 ramnosa (doblet lebar)
4 ± 1,7 Gugus metil pada prenil (-CH2-
CH=C(CH3)2) (proton lain 3,5 dan 5,2
ppm)5 ± 2,0 Asetat (-OCOCH3 dan C-CH3 aromatik)
6 2 – 3 H-3 Flavanon (multiplet – dua proton)
7 3,5 – 4,0 Kebanyakan C-H gula8 4,2 – 6,0 H-1 gula (juga H-2 dihidroflavonol), 5,0
ppm dan H-2 flavanon 5-5,5 ppm9 ± 6,0 Metilendioksi (O-CH2-O), singlet
10 6,0 – 8,0 Proton pada cincin A dan B11 7,5 – 8,0 H-2 isoflavon (singlet)12 12-14 5-OH (hanya terlihat bila pelarutnya
DMSO-d6) (Sumber: Markham, 1988)
Pengggunaan khas dari spektroskopi 1H-NMR khususnya dalam
penentuan struktur flavonoid adalah sebagai penentuan pola
oksigenasi, penentuan jumlah gugus metoksil dan kedudukannya,
pembedaan isolavon dan flavanon serta dihidroflavonol, penentuan
jumlah gula yang ada dan penentuan ikatan α atau β, dan pendeteksi
rantai samping hidrokarbon seperti -CH3 yang terikat pada C dan
prenil yang terikat pada C atau O (Markham, 1988).
Tabel 5. Rentang pergeseran kimia karbon-13 dari berbagai jenis
karbon flavonoid
No. Jenis karbon Rentang pergeseran kimia
(ppm dari TMS)1 Karbonil (4-keto,asil) 210-1702 Aromatik dan olefina:
Teroksigenasi 165-155(tanpa oksigenasi o dan
Tak teroksigenasi
p)
130-150 (ada oksigenasi o dan
p)
135-125 (tanpa oksigenasi o
dan p)
125-90 (ada oksigenasi o dan p)3
Teroksigenasi (gula)
Tak teroksigenasi (C-
2,3 flavonon)
83-69 (C-1 pada O-glikosida,
sekitar 100 ppm)
80-40 (C-4 epikatekin, 28 ppm)
4 Metilenadioksi Sekitar 1005 O-CH3 55-63 (60-63= o-dwisubstitusi)
6 C-CH3, COCH3 Sekitar 17-207 Isoprenil
(-CH2CH = C(CH3)2)
21 (CH2), 122 (CH), 131 (C), 18
(CH3) (Sumber: Markham, 1988)
Pengggunaan khas dari spektroskopi 13C-NMR adalah untuk
menentukan jumlah atom karbon yang teroksigenasi dalam inti
flavonoid dan jumlah atom karbon dalam bagian gula, identifikasi
adanya gula yang terikat pada C- (dan O-), penentuan ikatan antar
glikosida, penentuan titik ikatan –C (misalnya pada glikosida,
biflavonoid, dan seterusnya).
5. Identifikasi dengan Spekroskopi MS
Penggunaan khas spektrometer massa pada analisis senyawa
flavonoid ialah untuk menentukan berat molekul, menetapkan
penyebaran penyulih pada lingkar A dan lingkar B dalam flavonoid,
dan menentukan sifat dan titik ikatan gula pada C- dan O-glikosida
flavonoid. Spektrum massa terdiri atas sederatan sinyal yang masing-
masing menunjukkan pecahan flavonoid induk yang bermuatan, yang
terbentuk dari tumbukan elektron dalam spektrometer. Sinyal tecetak
dalam kertas sebagai sederatan garis atau bentuk numerik dan tersusun
berdasarkan bobot molekul, atau berat molekul per muatan (m/z)
(Markham, 1988).
D. Jenis-jenis Senyawa Flavonoid
Sebelum membahas satu persatu jenis flavonoid, kami akan
menunjukkan hubungan biogenetik berbagai jenis flavonoid (menurut
Grisebach).
OHO
OH
OH
H
H
OH
OH
HO
OH O
O
OH
HO
OH O
H
[O]
O
OOH
HO
OH O
OH
H
+OH-OH
O
O
HO
OH O
H
H H OOH
HO
OH O
-Hab
c (a)
-H(b)
CH
OH
OOH
HO
(c)
O
O
HO
H
HOOH
O
O
HO
OH
OH
FLAVANON
KALKON
FLAVANONOL
FLAVON
AURON
ISOFLAVON
OOH
HO
OH O
OH
H
FLAVONOL
1. Katekin dan Proantosianidin
Katekin dan proantosianidin adalah dua golongan seyawa yang
mempunyai banyak kesamaan. Semuanya senyawa terdapat pada tumbuhan
tetapi terutama pada tumbuhan berkayu. Proantosianidin telah ditemukan
dalam paku-pakuan dan dua spesies Equisetum. Senyawa ini ternyata tidak
terdapat dalam Psilofita, Lycopodium spp., dan lumut. Kita hanya
mengenal 3 jenis katekin, perbedaannya hanya pada jumlah gugus hidroksil
pada cincin B. Senyawa ini mempunyai dua atom karbon kiral (ditandai
dengan bintang) dan karena itu mungkin terdapat 4 isomer:
OHO
OH
OH
OH
OH
A
B
HO
OH
OH
B
katekin galokatein
OH
Afzelekin
Katekin (+) dan katekin (-) hidrogen-2 dan hidrogen-3-nya trans,
sedangkan pada epikatekin cis. Kebanyakan konfigurasi seyawa alam pada
C-2 ialah R. Telah ditemukan satu epikatekin glukosida dan beberapa katein
terdapat sebagai ester asam galat. Satuan katekin terdapat sebagai senyawa
oligomer dengan jenis lain fenilpropanoid, misalnya pada proantosianidin.
Proantosianidin dipilah kedalam tiga kelompok:
a. Leukoantosianidin klasik adalah flavan-3,4-diol monomer, atau
meskipun jarang flavan-4-ol, kadang-kadang dengan sedikit
keragaman. Leukoantosianidin jarang terdapat sebagai glikosida tetapi
dikenal bebrapa berbentuk glikosida. Bebrapa struktur diantaranya
sebagai berikut:
OHO
OH
OH
OH
OH
OH
Melaksidin (kayu hitam Australia)
OHO
OH
OHOH
Apiferol (sorghum sp.)
b. Struktur dimer yang pada pemanasan dengan asam menghasilkan satu
molekul katekin dan satu molekul antosianidin ditambah hasil sekunder
rumit yang lain. Dimer jenis-A disambungkan malalui ikatan eter 2-7
maupun ikatan karbon-karbon 4-8’ atau 4-6’. Dimer jenis B hanya
mempunyai ikatan karbon-karbon. Oksidasi kimia dapat mengubah
jenis B menjadi jenis A. Contoh berikut jenis-A yang berasal dari horse
chestnut:
O
O
OH
HO
OH
OH
OH
OH
HO
HO
c. Polimer, yang kadang-kadang hanya terdiri atas monomer flavonoid,
tetapi yang lainnya mungkin membentuk ikatan glikosida dengan
polisakarida. Polimer ini tersusun dengan menyambungkan monomer
dari C-4 ke C-8 atau C-6, sering dengan ikatan eter tambahan. Bobot
molekul dapat merentang mulai 3000 sampai 12000, dan polimer besar
dapat bercabang dengan ikatan pada kedua atom C-6 dan C-8. Polimer
tidak larut dalam air atau etil asetat, tetapi dapat diekstraksi dengan
aseton. Senyawa yang dsebut ‘tanin katekol’ atau ‘tanin kondensasi’
mungkin identik dengan golongan ini, atau sekurang-kurangnya sanagt
tumpang tindih.
2. Falvonon dan flavononol
Senyawa ini terdapat hanya sedikit sekali jika dibandingkan dengan
flavonoid lainnya. Senyawa ini tidak berwarna atau biasanya berwarna
kuning muda. Karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna maka
sebagian besar diabaikan. Flavonon (atau dihidroflavon)sering terjadi
sebagai aglikon tetapi beberapa glikosidanya dikenal sebagai, misalnya
hespiridin dan naringin dari kulit buah jeruk. (aglikonnya hesperetin dan
naringenin) flavononol (atau dihidroflavonol) merupakan flavonoid yang
paling kurang dikenal. Bebrapa senyawa yang diasetilasi dikenal karena
rasanya yang sangat manis. Tidak seperti leukoansianidin, senawa ini stabil
dalam asam klorida panas tetapi terurai oleh basa hangat menjadi kalkon.
Satuan jenis flavonon terdapat dalam ampas lignin. Satuan monomer lignin
disebut ‘flavonolignan’.
3. Flavon, Flavonol, Isoflavon
Flavon dan flavonol merupakan senyawa yang yang paling tersebar
luas di semua pigmen tumbuhan kuning, meskipun warna kuning jagung
tumbuhan disebabkan kerana karotenoid. Babarapa flavon dan flavonol
secara ekonomi masih penting, dan luteolin merupakan pewarna pertama
yang di pakai di Eropa. Kuersetin adalah salah satu senyawa yang paling
umum terdapat pada tumbuhan berpembuluh, diikuti oleh senyawa
kemferol. Isoflavon tidak begtu menonjol, tetapi senyawa ini penting
sebagai fitoaleksin. Senyawa yang lebih langka lagi ialah homoisoflavon.
Flavonid ini biasanya larut dalam air panas dan alkohol meskipun
bebrapa flavonoid yang sangat termetilasi tidak larut dalam air. Mereka
beragam dalam hidroksilasi mulai dari flavon sendiri yang terdapat berupa
serbuk pada bunga sejenis ros, Primula spp, nobiletin pada jeruk (Citrus
nobilis).
O
O
O
O
H3CO
OCH3
H3CO
OCH3
OCH3
OCH3
Flavon Nobiletin
Berikut ini adalah bebrapa flavonon dan flavononol, struktur dan
tumbuhan sekunder.
O
O
HO
OH
OH
OCH3
O
O
HO
OH
OH
Hesperetin (buah jeruk) Butin (Butea frondosa)
O
O
HO
OH
OH
O
O
HO
OH
OH
OH
OH
Naringenin (buah jeruk) taksifolin (Pseudotsuga taxifolia)
O
O
HO
OH
OH
OH
O
O
HO
OH
CH3
H3C
OH
Fustin (Quebracho colorado) farerol (Rhododendron sp.)
Telah ditemukan pula turunan sulfat dan ester organik dari turunan gula,
turunan sulfat biasanya terdapat dalam tumbuhan yang habitatnya air. Dikenal pula
bebrapa turunan flavon –gula yang bagian gulanya terikat melalui ikatan karbon-
karbon bukan ikatan glikosida. Senyawa ini yang paling dikenal adalah viteksin,
turunan gula dari epigenin.
O
O
HO
OH
OH
O
CH2OH
OH
OH
OH
OH
Viteksin
Dikenal juga bebrapa senyawa lain dari glikoflavonoid ini, dan kebanyakan
adalah flavon, tetapi ada juga bebrapa senyawa dari golongan flavonoid lain.
Glikosida kurang larut dalam pelarut organikdan mudah larut dalam air ketimbang
aglikonnya. Warnanya pun tidak sekuat aglikonnya, bebrapa glikosida dalam
larutan netral atau asam tidak berwarna. Akan tetpai berubah menjadi kuning terang
atau jingga dalam larutan basa dan dapat dideteksi jika bagian tumbuhan yang tidak
berwarna diuapi amonia. Timbulya warna ini disebabkan oleh pembentukan garam
dan terbentuknya struktur kuinoid pada cincin B.
O
O
OH
O
O
O
O
O
O
4. Antosianin
Kecuali flavon dan flavonol, antosianidin termasuk jenis flavonoid
yang utama yang banyak ditemukan di alam. Dalam bentuk 3- atau 3,5-
glikosida disebut dengan antosianin. Antosianin adalah senyawa yang
berperan dalam memberikan warna merah, ungu dan biru pada kelopak
buah atau bunga. Antosianin terdapat juga dalam bagian tumbuhan tinggi
dan diseluruh dunia tumbuhan kecuali fungus. Tidak seperti golongan
flavonoid yang lain, antosianin selalu terdapat sebagai glikosida.
O
OH
OH
OH
O
O
OH
OH
(lembayung)
Anion fenolat (biru)
Sebagai glikosida, semua antosianin larut dalam air dan tidak larut
dalam pelarut-pelarut organik. Akan tetapi, antosianin dapat diendapkan
dari larutannya sebagai garam timbal yang berwarna biru yang larut dalam
asam asetat glasial menghasilkan warna merah tua. Selanjutnya sebagai
glikosida antosianin dapat diuraikan oleh asam atas komponen-
komponennya, yakni gula dan antosianidin.
Karakterisasi dari antosianin dapat dilakukan berdasrkan sifat fisik,
seperti spektrum serapan, fluorosensi dan warna dalam larutan penyangga.
Antosianin memperlihatkan sifat amfoter, dimana warna larutan berubah-
ubag bergantung pada pH seperti terlihat dari contoh berikut:
OOH
OH
HO
OGlu
OGlu
AB
+
OO
OH
HO
OGlu
OGlu
AB
OO
O
HO
OGlu
OGlu
AB
kation sianinpH = 3 : merah
basa sianinpH = 8,5 : ungu
anion sianinpH = 11: biru
OHH
OH
H
Sepertiterlihat dari reaksi diatas, perubahan warna dari merah
melalui ungu ke biru adalah ciri dari antisianin yang mengandung gugus
hidroksil bebas paa cincin B dan terletak bersebelahan, seperti lazimnya
ditemukan pada glikosida dari sianidin dan delfinidin. Oleh karena itu,
glikosida dari pelargonidin tidak memperlihatkan perubahan warna yang
mencolok. Fenomena ini dapat digunakan untuk mengenal polihidroksilasi
dari cincin B dari molekul antosianin yang dipisahkan dari suatu jaringan
tumbuhan.
5. Kalkon dan Dihidrokalkon
Kesepakatan penomoran senyawa ini erbeda dengan penomoran
flavonoid yang mengandung cincin piran:
O
2
3
4
5
6
1
1'
2' 3'
4'
5'6'
Pengubahan kalkon menjadi flavonon terjadi dengan mudah dalam
suasana asan dan reaksi kebalikannya dalam basa. Proses pengubahan yang
satu menjadi yang lainnya ditunjukkan dalam kalkon bufein dan flavonon
butin,
OH
OH
OH
H
O
H
OH
HO
OH
OH
H
O
HHO
H
butein butin
reaksi ini mudah diamati karena warna kalkon warnanya jauh lebih kuat
daripada warna flavanon, terutama dalam larutan basa, warnanya merah
jingga. Oleh karena reaksi ini hidrolisis glikosida kalkon dalam suasana
asam menghasilkan aglikon flavanon sebagai senyawa jadian, bukan kalkon.
Berikut ini adalah beberapa struktur senyawa kalkon dan sumber
tumbuhannya:
OH
OH
OH
O
O
OCH3glukosa
OH
OH
OH
O
HO
O
glukosa
Lanseolin (Coreopsis sp.) salipurposida (Salix purpurea)
6. Auron
Auron atau sistem cincin benzalkumaranon dinomori sebagai
berikut:
O
CH
1
2
345
6
7
1'
2' 3'
4'
5'6'
Auron berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu
dan bryofita. Auron dikenal hanya lima aglikon, tetapi pola hidroksilasi
senyawa ini umumnya serupa dengan pola pada flavonoid lain, begitu pula
bentuk yang dijumpai ialah bentuk glikosida dan eter metil. Dalam larutan
basa senyawa ini menjadi merah ros. Beberapa contoh auron dan
glikosidanya serta sumber tumbuhannya.
O
CH
O
OCH3OH
OH
O
glukosa
O
CH
HO
OH
OH
OOH
Leptosin (Coreopsis sp) aureusidin (Antirrhinum majus)
O
CH
HO
OH
OH
OO
glukosa
O
CH
HO
OH
OH
O
Sernosida (Oxalis cernua) sulfuretin (Dahlia variabilis)
E. Kegunaan Senyawa Flavonoid
1. Anti-inflamasi
Berbagai senyawa flavonoid telah banyak diteliti dan bahkan beberapa
senyawa sudah diproduksi sebagai obat anti-inflammasi. Loggia dkk.,
(1986) mengekstraksi apiginin dan luteolin dari tanaman Chamomilla
recutita yang terkenal mempunyai potensi anti-inflammasi dan banyak
digunakan baik sebagai obat tradisional maupun obat resmi yang telah
diformulasikan oleh industri farmasi. Kedua senyawa flavonoida tersebut
mampunyai aktivitas anti-inflamasi serupa dengan indomethacin, yaitu jenis
obat anti-inflammasi yang telah banyak dipasarkan. Dari hasil penelitiannya,
dapat dicatat pula bahwa senyawa flavonoid tersebut harus dalam keadaan
"bebas" atau aglikon. Artinya, tidak dalam keadaan terikat dengan senyawa
lain, misalnya dalam bentuk ikatan glikosida.
Di samping senyawa flavonoida alami, terdapat pula senyawa
flavonoid sintesis atau semi-sintesis yang berpotensi sebagai obat anti-
inflammasi, yaitu O-ß- hidroksiethil rutin dan derivat quercetin.
Mekanisme anti-inflammasi menurut Loggia, dkk., (1986), terjadi
melalui efek penghambatan pada jalur metabolisme asam arakhidonat,
pembentukan prostaglandin, pelepasan histamin, atau aktivitas "radical
scavenging" suatu molekul. Melalui mekanisme tersebut, sel lebih terlidung
dari pengaruh negatif, sehingga dapat meningkatkan viabilitas sel. Senyawa
flavonoida lain yang dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi adalah
toksifolin, biazilin, haematoksilin, gosipin, prosianidin, nepitrin, dan lain-
lain.
2. Anti-kanker
Senyawa flavonoida dan isoflavonoida banyak disebut-sebut
berpotensi sebagai antitumor/antikanker. Proses pembentukan penyakit
kanker dapat dibagi dalam 2 (dua) fase, yaitu fase inisiasi dan fase promosi.
Senyawa flavonoida seperti quercetin dan kaemferol terbukti sebagai
senyawa mutagenik pada sel-sel prokariotik dan eukariotik (Fujiki, dkk.,
1986). Karena sifat inilah maka senyawa-senyawa flavonoida tersebut
semula diduga sebagai inisiator terbentuknya sel tumor. Hal ini berkenaan
dengan realitas bahwa semua inisiator bersifat mutagenik (menyebabkan
mutasi pada DNA atau kerusakan irreversibel). Namun, dugaan tersebut
ternyata salah mengingat tidak terbukti pada tikus. Bahkan, senyawa
flavonoida tersebut terbukti menghambat aktivitas senyawa promotor
terbentuknya tumor, sehingga senyawa-senyawa di atas disebut sebagai
antitumor.
Dari sejumlah senyawa flavonoida dan isoflavonoida tersebut yang
berpotensi sebagai antitumor/antikanker adalah genestein yang merupakan
isoflavon aglikon (bebas). Potensi tersebut antara lain menghambat
perkembangan sel kanker payudara (Lamastiniere dkk., 1997) dan sel
kanker hati (Hendrich, dkk., 1997). Penghambatan sel kanker oleh senyawa
flavon/isoflavon ini terjadi khususnya pada fase promosi (Fujiki dkk., 1986).
Genestein terdapat pada kedelai dan tempe.
3. Anti-virus
Senyawa flavonoid sebagai anti-virus ditemukan pada senyawa
quercetin yang berefek "propilaktik" apabila diberikan pada tikus putih yang
terinfeksi intraserebral dengan berbagai jenis virus (Selway, 1986).
Pengaruh antivirus apabila dikaitkan dengan strukturnya maka terlihat
adanya korelasi di mana sifat antivirus ditunjukkan oleh senyawa aglikon.
Sebaliknya, senyawa isoflavon dalam bentuk ikatan o-glikosida tidak
mempunyai efek antivirus (eg: rutin dan naringin).
Mekanisme penghambatan senyawa flavonoida pada virus diduga
terjadi melalui penghambatan sintesa asam nukleat (DNA atau RNA) dan
pada translasi virion atau pembelahan dari poliprotein. Percobaan secara
klinis menunjukkan bahwa senyawa flavonoida tersebut berpotensi untuk
meyembuhkan penyakit demam yang disebabkan oleh rhinovirus, yaitu
dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap penyakit hepatitis-B.
Sementara itu, berbagai percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver
masih terus berlangsung.
4. Anti-alergi
Senyawa flavonoida khellin (dimethoxy-methyl-furano-chromone)
yang terdapat pada tanaman Ammi visnaga, telah berhasil diformulasikan
menjadi obat (FPL-670: disodium kromoglikat), antara lain untuk penyakit
asma, rhinitis, konjunctivitis, dan gastro-intestinal (Gabor, 1986).
Aktivitas anti-allergi bekerja melalui mekanisme sebagai berikut:
a. Penghambatan pembebasan histamin dari sel-sel "mast", yaitu sel
yang mengandung granula histamin, serotinin, dan heparin.
b. Penghambatan pada enzim oxidative nukleosid-3', 5' siklik
monofosfat fosfodiesterase, fosfatase alkalin, dan penyerapan Ca.
c. Berinteraksi dengan pembentukan fosfoprotein.
Senyawa-senyawa flavonoid lainnya yang digunakan sebagai anti-allergi
antara lain adalah terbukronil, proksikromil, dan senyawa kromon.
5. Efek Estrogenik
Estrogen merupakan hormon yang diproduksi terutama oleh ovarium
dan sebagian oleh ginjal pada bagian korteks adrenalis. Dalam tubuh kita
berfungsi antara lain untuk pertumbuhan secara normal, serta untuk
memelihara kesehatan tubuh pada orang dewasa, baik pada wanita maupun
pada pria. Khusus pada wanita, hormon ini peranannya lebih luas, tidak saja
berfungsi sebagai sistem reproduksi, tetapi juga berfungsi untuk tulang,
jantung, dan mungkin juga otak. Pada wanita menjelang menopause,
produksi estrogen menurun sehinngga dapat menimbulkan berbagai
gangguan.
Senyawa isoflavon terbukti juga mempunyai efek hormonal,
khususnya efek estrogenik. Efek estrogenik ini terkait dengan struktur
isoflavon yang dapat ditransformasikan menjadi equol, dimana equol ini
mempunyai struktur fenolik yang mirip dengan hormon estrogen.
Mengingat hormon estrogen berpengaruh pula terhadap metabolisme tulang,
terutama proses klasifikasi, maka adanya isoflavon yang bersifat estrogenik
dapat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses klasifikasi. Dengan kata
lain, isoflavon dapat melindungi proses osteoporosis pada tulang sehingga
tulang tetap padat dan masif.
6. Anti-kolesterol
Efek isoflavon terhadap penurunan kolesterol telah terbukti tidak saja
pada binatang percobaan seperti tikus dan kelinci, tetapi juga pada manusia.
Efek yang lebih luas terbukti pula pada perlakuan terhadap tepung kedelai,
di mana tidak saja kolesterol yang turun, tetapi juga trigliserida VLDL (very
low density lipoprotein) dan LDL (low density lipoprotein). Di sisi lain,
tepung kedelai dapat meningkatkan HDL (high density lipoprotein)
(Amirthaveni dan Vijayalaksha, 2000). Menurut Zilliken (1987), Faktor-II
(6,7,4' tri-hidroksi isoflavon) merupakan senyawa isoflavon yang paling
besar pengaruhnya.
7. Antioksidan
Antioksidan alami biasanya lebih diminati, karena tingkat
keamanan yang lebih baik dan manfaatnya yang lebih luas dibidang
makanan,kesehatan dan kosmetik. Antioksidan alami dapat ditemukan pada
sayuran, buah-buahan, dan tumbuhan berkayu. Metabolit sekunder dalam
tumbuhan yang berasal dari
golongan alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, steroid, dan
triterpenoid (http://id.wikipedia.org/wiki/Antioksidan).
Senyawa fenolik merupakan salah satu senyawa bahan alam yang
mempunyai aktivitas biologis anti radikal bebas yang dapat menangkap
senyawa oksigen reaktif. Senyawa flavonoid merupakan senyawa fenolik
yang mempunyai aktivitas menangkap radikal hidroksil dan radikal ion
superoksida. Struktur flavonoid yang mempunyai gugus C=O pada posisi
C-4 dan gugus hidroksil pada gugus C-5 dapat mencegah pembentukan
radikal hidroksil pada reaksi fenton yang dapat membentuk kompleks
dengan ion besi Fe2+ (Cos, et al. 1998). Adanya hidroksil pada posisi C-7,
C-3, C-4’, dan ikatan rangkap pada C-2 akan menambah aktivitas anti
radikal bebas. Aktivitas anti radikal bebas akan menurun atau tidak aktif
sama sekali jika gugus hidroksil disubstitusi dengan metoksi maupun
gugus lain. Hubungan antara struktur flavonoid dengan aktivitas anti
radikal bebas terlihat bahwa dengan semakin banyak gugus hidroksil maka
semakin tinggi aktivitas anti radikal bebas. Senyawa kaemferol yang
mempunyai substituent hidroksil pada C-7, C-5, C-4’, dan ikatan rangkap
pada C-2 juga menyebabkan senyawa tersebut mempunyai aktivitas anti
radikal bebas.
Pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan beberapa
metode, diantaranya adalah metode DPPH, metode β-karoten, pengukuran
Ferric Tio Cyanate (FTC), reduksi garam Fremy, dan pengukuran Trolox
Equivalent Antioxidant Capacity (TEAC), dan lain sebagainya. metode
DPPH untuk mengetahui aktivitas antioksidan isolat yang didapatkan.
BAB III
SIMPULAN
Dari pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Senyawa flavonoid terdiri atas 2 cincin benzen yang dihungkan oleh 3 karbon.
Cincin A dari struktur flavonoid mempunyai pola oksigenasi yang berselang-
seling, yaitu pada posisi 2’, 4’, dan 6’ dari struktur terbuka calkon. Cincin B
dari struktur flavonoid mempunyai sebuah gugus fungsi oksigen pada posisi
para, atau dua yang masing-masing berada pada posisi para dan meta, atau pula
tiga di mana satu pada posisi para dan dua pada posisi meta.
2. Jenis dan contohnya
3. flavonoid dihasilkan dari kombinasi antara dua jalur biosintesis yang utama
untuk cincin aromatik, yaitu jalur shikimat dan jalur asetat-malonat.
4. Identifikasi pendahuluan untuk mengetahui senyawa flavonoid adalah dengan
menggunakan Shinoda Test.Senyawa flavonoid juga diidentifikasi dengan
spektrofotometer UV, IR, GC, dan MS.
5. Senyawa flavonoid digunakan sebagai anti-inflamasi, anti-kanker, anti-
virus, anti-alergi, efek Estrogenik, anti-kolesterol, dan antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Universitas Terbuka. Anonim. 2011. Metabolit Sekunder.
http://id.wikipedia.org/wiki/Metabolit_sekunder. Diakses pada tanggal 29
November 2011.
Anonim. 2011. Antioksidan. http://id.wikipedia.org/wiki/Antioksidan. Diakses pada
tanggal 29 November 2011.
Budimarwanti dan Sri Handayani. 2010. Efektivitas Katalis Asam Basa Pada
Sintesis 2-hidroksikalkon, Senyawa yang Berpotensi Sebagai Zat Warna.
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 2010.
Harborne, J.B., 1996, “Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan”, Edisi kedua, diterjemahkan oleh Kosasih, P. dan Iwang, S.,
Penerbit ITB, Bandung.
Markham, K. R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Penerjemah: Kosasih
Padmawinata. Bandung: ITB.
Muchtaromah, Bayyinatul. 2010. Berbagai Manfaat Isoflavon Bagi Kesehatan
(Bagian 1). http://blog.uin-malang.ac.id/bayyinatul/2010/06/06/berbagai-
manfaat-isoflavon-bagi-kesehatan-bagian-1. Diakses pada tanggal 29
November 2011.
Sudjadi. 1985. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Bandung: Ghalia Indonesia.
Tukiran. 2010. Kimia Organik Bahan Alam. Surabaya: UNESA University Press