8

13

Transcript of 8

Page 1: 8

5/11/2018 8 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/85571fda6497959916999982b 1/13

ANALISIS GENETIK DAN FENOTIP SIFAT

PRODUKSI DAN REPRODUKSIAYAM MERAWANG

The Analyses Genetic and Phenotype Traits ot Production and

Reproduction of Merawang ChickenR.L. Aipipidelyl, J.H.P. Sidadolog2, dan Tri-Yuwanta2

P rogram Siudi Ilm u Peiemakan

Sekolah P ascasarjana U niversitas G adjah M ada

ABSTRACT

Merawang chicken was a local chicken from Bangka Belitung Island,

South Sumatera, with a special characteristic an uniform of feather colour bysqueezing chocolate or golden in males and also females. The study wasconducted to investigate the genetic and phenotype traits of production andreproduction of Merawang chicken. Fourty five males and thirty females of. 21 - 26 weeks of age from identified parents were used in this experiment.The observed female variables were body weight, sexual maturity, egg pro-duction, fertility and hatchability. The male variables were body weight,sexual maturity, volume of semen, motility and concentration of spermato-zoa. Semen were collected once a week by Burrows and Quinn methods. Thedata were analyzed by Burrows and Quinn methods. The data were ana-

lyzed by variance analyses of CRD and nested design to find out varianceand covariance components. The results showed that the females variabili-ties of sexual maturity, body weight, egg production, fertility and hatchabil-ity were 8.07%,10.55%,24.82%,38.87% and 19.98%, repectively. The malesvariabilities of sexual maturity, body weight, volume of semen, motility andconcentration of spermatozoa were 4.96%, 14,21 %,42.50%, 7.12% and 45.16%,repectively. The heritabilities of females on sexual maturity, body weight, eggproduction, fertility and hatchability were 0.311,0.509,0.927,0.677 and 0.314,respectively. The heritabilities of males on sexual maturity, body weight,

volume of semen, motility and concentration of spermatozoa were 0.607,0.393, 0.200, 0.203 and 0.011, resp~cti.vely.

Key words: Genetic, Phenotype, H eritability , P roduction, Reproduction ,

M era wang C hicken .

1. Kom pleks V illa Pabuaran Indah Iln . P radana Raya IjNo . 5 C itayam B ogor

2. F akultas P etern akan U niversitas G adjah M afia , Y OgJJaka rta.

451

Page 2: 8

5/11/2018 8 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/85571fda6497959916999982b 2/13

452 AGROSAINS , 19(4), O KTO BER 2006

PENGANTAR

Ayam Merawang merupakan salah satu dari 31 rumpun ayam

Kampung yang perlu dimanfaatkan dan ditingkatkan produksinyasebagai salah satu sumber protein hewani untuk memenuhi kebutuhan

Nasional. Ayam Merawang banyak clipelihara oleh masyarakat di daerah

Merawang, Kecamatan Sungai Liat, Kabupaten Bangka, Propinsi

Bangka-Belitung yang memiliki ciri khas bulu berwarna coklat kemerahan

(Merawang) dan coklat keemasan (Merawas) baik pada jantan maupun

betina (Iman-Rahayu, 2001 dan Hesty dkk., 2002). Ayam Merawang

berasal dari dataran Cina yang dibawa oleh orang Tionghoa penambang

timah di pulau Bangka, kurang lebih 300 tahun yang laiu (BPT-HMT

Sembawa, 1999). Umur pertama kali bertelur pada ayam Merawangadalah 22 minggu dengan berat badan 1,577 kg (BPT-HMT Sembawa,

1999). Berat badan dewasa pada betina berkisar antara 1,25-2,00 kg,

sedangkan berat badan dewasa pad a jantan berkisar antara 1,75-2,75

kg (Nataamijaya, 2000).Produksi telur ayam Merawang sekitar 125butir/

ekor/tahun (BPT-HMT Sembawa, 1999).

Untuk meningkatkan produktivitas ayam Merawang, maka periu

dilakukan seleksi yang tepat serta mengupayakan pengaturan sistem

perkawinan yang berdaya gun a rnenghasilkan keturunan ayarnMerawang yang berkualitas secara genetik.

Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

rnempelajari potensi genetik dan fenotip sifat produksi dan reproduksi

pada keturunan ayam Merawang.

CARA PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Laboratoriurn Ternak Unggas dan

Laboratoriurn Reproduksi Ternak, Fakultas Peternakan UniversitasGadjah Mada Yogyakarta dari 3 Maret sampai 15 Agustus 2004. Ayarn

Merawang yang digunakan sebanyak 76ekor telah teridentifikasi dengan

baik, umur 21-26 minggu dan terdiri dari 45 ekor keturunan jantan

(berasal dari 5 ekor tetua jantan dengan 14 ekor tetua betina) dan 31

ekor keturunan betina (berasal dari 3 ekor tetua jantan dengan 10 ekor

tetua betina) dari BPTU (Balai Pembibitan Temak Unggul) Sumatera

Selatan. Pakan yang cliberikan (Tabell), disusun sesuai kebutuhan temak

dengan kandungan protein kasar (PK)15%dan metabolisme energi (ME)

2700 kcal/kg serta diberikan secara ad libitum.

Page 3: 8

5/11/2018 8 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/85571fda6497959916999982b 3/13

Rona ld Leapo ld Aipipidely, dkk. , Analisis Genetik dan ... 453

Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrien Bahan Pakan

Bahanpakan Proporsi (%) Komposisi Proporsi (% )

Bungkil Kedelai 8 PK(%) 15,76

Konsentrat Layer 7 ME(Kcal/ kg) 2723,4

Jagt.l!!g_ 36 RasioPK:ME 172,8

Bekatul 39 Ca(%) 1,02

Bungkil Sawit 10 - -Premix 0,25 - -Total 100,25 - -

Keturunan jantan dan betina dipelihara di dalam kandang breedingsistem baterai selama dua minggu sampai mencapai dewasa kelamin.

Kemudian 45 ekor ayam jantan dilatih agar lebih mudah pada saat koleksi

sperma dengan metode Burrows dan Quinn selama dua minggu (Bur-

rows dan Quinn, 1937 cit. Sastrodihardjo dan Resnawati, 1999). Pada

minggu ke limadilakukan penampungan sperma dari 45ekor ayam jantan

sebanyak satu kali dalam seminggu selama empat minggu dan dilakukan

pengamatan terhadap kualitas dan kuantitas sperma rneliputi volume

sperma, motilitas spermatozoa dan konsentrasi spermatozoa. Berdasarkanpengamatan tersebut dipilih 10 ekor ayam jantan yang menghasilkan

sperma dengan kualitas dan kuantitas terbaik dan digunakan sebagai

sumber penghasil sperma untuk diinseminasikan kepada 31 ekor betina

dengan rasio perkawinan 1 jantan ; 3 betina. Koleksi sperma dari 10

ekor ayam jantan terseleksi dilakukan satu kali dalam seminggu pada

sore hari kemudian dilanjutkan dengan inseminasi buatan secara intrav-aginal selama empat bulan.

Setelah inseminasi pada ayam betina dilakukan pengumpulan telur

dan pengamatan produksi telur setiap hari dan diberi kode sesuai denganmasing-masing kelompok perkawinan. Setiap minggu telur ditetaskan

dengan menggunakan mesin tetas kapasitas 1500 butir dan temperatur

diatur konstan pada 38,5oC, dan kelembaban 65%. Pengamatan fertilitas

telur dengan cara peneropongan dilakukan pada had ke 4, 8, 12 dan 18

masa penetasan.

Analisis fenotip dan analisis genetik menggunakan analisis statistik

berdasarkan struktur hirarkhis (nested design) untuk mengetahui

komponen variansi, kovariansi dan nilai heritabilitasnya (Becker, 1992).

Page 4: 8

5/11/2018 8 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/85571fda6497959916999982b 4/13

454 AGROSAlNS, 19(4), OKTOBER2006

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Fenotip Ayam Merawang

Umur dew asa kelamin. Berdasarkan hasil penelitian, keturunanbetina dan keturunan jantan mencapai dewasa kelamin rnasing-masingpada umur 22-23 minggu dan 20-21 minggu dan rerata tercapainya umurdewasa kelamin adalah 158,19±12,76 hari (Tabe12) dan 146,53±7,27 hari(TabeI3).

Tabel 2. Rata-rata, standar deviasi (sd) dan koefisien variasi (kv) sifatproduksi dan reproduksi ayam betina Merawang pada rna sing-

rnasing kelompok perkawinan (0)

Variabel 01 o Il o III

Umur dewasa kelamin (hari) 160, 67±16,01a 155,57 ± 5,85- 156,11 ± 10,66"- 158,19 ± 12,76x ±Sd

ICY (% )8,07

Berat badan dewasa kelamin 1082 ± 74,06a 1147,56 ± 152,04- 1273,33 ± 51/96b

(gram)- 1152,42 ± 121, 54x±Sd

KV (% ) 10,55

Produksi telur (% )c.

. -24,22± 7,19- 31,65 ± 3,76b 26,62 ± 5,40"b-26,59± 6,60

x±Sd

KV (% )24,82

Fertilitas telur (% ) 38,14 ± 11,62b 25,98 ± 6,88a 21,85 ± 7,00-- 30,66 ± 11,92x±Sd

KV (% )38,S7

Daya tetas telur (% ) 86,57 ± 14,34" 73,75 ± 24,28- 83,43 ± 11,lS"

- 82,76 ± 16,54x±Sd

KV(%)19,98

[umlah Data 15 7 9

a,b Superskrip pada baris yang sarna dengan huruf yang berbeda menunjukkan

perbedaan nyata (P::; 0,05)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian dewasa kelaminpad a jantan lebih cepatdaribetina, Hal inimenunjukkan ada perbedaanaksi biologis dari hormon kelamin. Nilai koefisien variasi (KV) pencapaianumur dewasa kelarnin keturunan jantan dan betina berdasarkanperbedaan tetua [antan dan be tina menunjukkan pencapaian dewasakelamin yang serempak, sehingga memiliki nilai KV yang homogen 4,96%

Page 5: 8

5/11/2018 8 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/85571fda6497959916999982b 5/13

Rona ld L zopo ld Aipipidely, dkk., Analisis Genetik dan ... 455

(Tabel 2) dan 8,07% (Tabel 3). Dikatakan oleh North (1978) bahwasekelompok ayam dikatakan homogen atau seragam jika koefisien

variasinya tidak lebih dari 10%.Berat badan dewasa kelamin. Berat badan saat mencapai dewasa

kelamin antara keturunan jantan dan betina menunjukkan perbedaannyata. Berat badan keturunan jantan dan betina berdasarkan perbedaantetua jantan dan betina dengan rerata berat badan dewasa kelaminsebesar 1,39±O,20kg/ekor dan t1S±O,12 kg/ekor. Hal inimenunjukkanbahwa terdapat perbedaan rerata berat badan antara keturunan jantandan betina sebesar 0,24 kg /ekor. Berat badan yang relatif masih rendahsecara fenotip pada keturunan jantan dan be tina diduga akibat

kemampuan adaptasi lingkungan yang masih rendah dan terjadipersilangan yang tidak beraturan antara individu dalam suatu populasiayam Merawang. Perkawinan secara inbreeding akan menurunkanproduktivitas individu ayam dan berakibat pada penampilan individuyang cacat. Secara genetik telah lama dikenal adanya gen resesif dw"yang menyebabkan pertumbuhan kerdil padaayam dan meningkatkanefisiensi energi dan lemak melalui penurunan basal metabolisme dankonsumsi pakan (Horst, 1989 cit. SidadoIog, 1992).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa KV berat badan dewasakelamin pada keturunan jantan masih beragam yaitu 14,213% (TabeI3),sedangkan pada keturunan betina cukup homogen yaitu 10,55% (Tabel2). Hasil penelitian inUepih rendah dati hasil yang dilaporkan oleh BPT-HMT Sembawa (~,999)bahwa berat badan ayam betina Merawang saatbertelur pertama umur 22 minggu sekitar 1,58 kg/ekor. Hal ini dapatdisebabkan oleh perbedaan dalam kei:nampuan genetik ayarn yang masihberagam dan perbedaan pemberian rasio protein:energi dalam ransumselama masa pertumbuhan.

Analisis fenoti p keturunan betina

Produksi telur. Hasil penelitian menunjukkan produksi telurketurunan ayam Merawang berkisar antara 24,22-31,65% dengan rerataproduksi telur 26,60±6,60%. Hasil penelitian ini lebih rendah dari hasilpenelitian yang dilaporkan oleh Sidadolog (1992) menggunakan ayamLegund dimana rerata produksi telurnya mencapai 31,27%. Juga Iebihrendah dari produksi telur ayam Pelung dan Kampung, yaitu sebesar

31,28±6,34% dan 33,80±7,49% (Darwati, 2000). Hasil perhitungan nilaiKV juga menunjukkan bahwa produksi telur keturunan berdasarkantetua jantan dan betina masih sangat beragam, yaitu sebesar 24,81%.

Fertilitas telur. Hasil penelitian menunjukkan fertilitas telur berkisar

Page 6: 8

5/11/2018 8 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/85571fda6497959916999982b 6/13

456 AGROSAINS, 19(4), OKTOBER 2006

antara 21,85-38,14% dengan rerata fertilitas 30,66±11,92 %. Hasilpenelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian yang dilaporkan olehRumadi (1990), dimana fertilitas telur ayam Kampung sebesar 90,63%.Rendahnya fertilitas yang diperoleh dapat disebabkan oleh banyak faktorantara lain umur induk, kualitas pakan, perbandingan jantan dan be tina,masa penyimpanan telur, frekuensi perkawinan, waktu dikawinkan danlama perjalanan telur dalam oviduk, abnormalitas sperma, Iklim, cahaya,bangsa, sistem kandang Gull, 1951; Funk dan Irwin, 1955 dan Hodgests,1994) serta ketepatan inseminasi dan produksi telur induk masih rendah.Nilai KV pada fertilitas telur sebesar 38,86%. Hal inimenunjukkan bahwafertilitas telur yang dihasilkan oleh masing-masing keturunan masih

sangat beragam.Daya tetas telur. Basil penelitian menunjukkan daya tetas telur ayam

Merawang memiliki nilai cukup tinggi berkisar antara 73,75-86,57%dengan rerata daya tetas telur sebesar 82,76±16,54%. Nilai daya tetashasil penelitian lebih tinggi dari hasil penelitian yang dilaporkan olehMansjoer dkk. (1989), dimana daya tetas telur ayam Kampung sekitar43,44%, ayam Pelung (44,42%) dan ayam Bangkok (51,23%). Nilai KVday a tetas hasil penelitian dari berbagai keturunan juga menunjukkanhasil yang masih beragam yaitu sebesar 19,984%.

Analisis fenotip keturunan jantan

Volume sperma. Volume sperma merupakan tolak ukur yang cukuppenting dalam menunjang keberhasilan penerapan teknologi IB dan jugadipakai dalam menyeleksi pejantan terbaik. Untuk mendapatkan vol-ume sperma yang tinggi, maka berbagai cara ditempuh antara lain denganmenaikan protein pakan baik dari segi persentasenya maupunkelengkapan akan asam amino essensialnya, penyuntikan hormon

reproduksi untuk mendukung dalam proses spermatogenesis, penerapanberbagai metode dalam penampungan sperma dan memperhatikanfrekuensi penampungan sperma dalam periode waktu tertentu.

Volume sperma dari 45 ekor jantan ayam Merawang adalah sebesar0,40±O,17ml/ejakulasi. Hasil penelitian ini Iebih tinggi dad hasil yangdilaporkan oleh Toelihere (1985), Nalbandov (1990) dan Aipipidely(2003) dimana volume sperma ayam berturut-turut 0,2 - 1,5 mIlejakulasi, 0,3-1,5 ml/ejakulasi dan ayam Kampung tanpa penyuntikan

hormon reproduksi berkisar antara 0,26-0,43ml/ejakulasi dengan reratavolumesperma sebesar 0,34±O,11 ml/ejakulasi. Apabila dibandingandengan hasil penelitian Aipipidely (2003), berarti volume sperma ayamMerawang lebih tinggi 0~062ml/ejakulasi dari volume sperma ayamKampung. Tetapi masih lebih rendah dari volume spenna ayam Kedu

Page 7: 8

5/11/2018 8 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/85571fda6497959916999982b 7/13

Rona ld Leopo ld Aipipidely, dkk., Analisis Genetik dan ... 457

N. . .

Page 8: 8

5/11/2018 8 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/85571fda6497959916999982b 8/13

458 AGROSAINS , 19(4), OKTOBER 2 006

Hitam (0,61-0,71 ml/ejakulasi) dan ayam Kampung yang diinjeksidengan kombinasi hormon heG dan PMSG (Pregnant M are Serum Gona-dotrophin) (0,67-0,84 mll ejakulasi) (Kismiati, 1997 dan Aipipidely, 2003).

Nilai KV volume sperma menunjukkan bahwa volume sperma yangdihasilkan oleh masing-masing individu keturunan jantan masih sangatberagam, hal ini dibuktikan masih tingginya nilai KV (43,12%).

Motilitas spermatozoa. Rerata motilitas spermatozoa sebesar73,29±5,23%. Hasil penelitian ini masih tergolong rendah biladibandingkan dengan motilitas spermatozoa yang dilaporkan oleh Utami(1995) cit. Sastrodihardjo dan Resnawati (1999) standar motilitas sper-matozoa ayam kampung berkisar 85%. Rerata motilitas spermatozoa ayamKampung adalah 75,49%, sedangkan ayam Kampung yang diinjeksidengan kombinasi hormon heG dan PMSG menghasilkan motilitas sper-matozoa 82,43% (Aipipidely, 2003). Keturunan pada semua tetua jantandan betina memberikan motilitas spermatozoa yang seragam, hal ini dapatdibuktikan dengan nilai KV yang diperoleh sebesar 7,13%.

Konsentrasi spermatozoa. Besarnya nilai KV sekitar 45,12 %menunjukkan bahwa konsentrasi spermatozoa yang dihasilkan antaraketurunan masing-masing tetua masih memiliki nilai yang tidak seragam.Konsentrasi spermatozoa (Tabel3), dengan kisaran antara 3,07-3,76

milyard/ ml. Rerata konsentrasi spermatozoa yang diperoleh adalah3,41±1,54 milyard/ml. Konsentrasi spermatozoa ayam Kedu Hitamberkisar antara 4,22-4,26 milyard/ml (Kismiati, 1997). Konsentrasispemaiozoa yang diperoleh dari penelitian dengan menggunakan ayamMerawang lebih tinggi dati konsentrasi spermatozoa pada ayam Kampungseperti yang dilaporkan oleh Aipipidely (2003), bahwa konsentrasi sper-matozoa ayam Kampung tanpa diinjeksikan dengan hormon reproduksiadalah 2,17 milyard/ml. Konsentrasi spennatozoa per ejakulasi tergantungdari pada spesies unggas, individu, kondisi fisik dan kondisi pada saatpengambilan sperma dan frekuensi koleksi spenna (Toelihere, 1985 danBlebois, 1990).

Estimasi nilai heritabilitas keturunan betina

Nilai heritabilitas sifat produksi dan reproduksi pada keturunanbetina berdasarkan komponen jantan (h2.), komponen betina (h2d)'komponen jantan dan betina (h 2 (S+d)disajikan pada Tabe14.

Hasil estimasi nilai heritabilitas sifat produksi dan reproduksi padaketurunan betina berdasarkan komponen tetua jantan (h2s) diperoleh nilai

negatif dan dengan simpangan baku imaginer (i) terutama pada umurdewasa kelamin. Hal ini membuktikan bahwa potensi genetik yang

Page 9: 8

5/11/2018 8 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/85571fda6497959916999982b 9/13

R on ald L eo po ld Aipipidely, dkk., Analisis Genetik dan ... 459

bersifat aditif dari jantan tidak sepenuhnya dapat ditampilkan, karenaadanya pengaruh gen non additif (dominan, epistasi) yang tinggi ..

MuncuInya nilai negatif pada pendugaan nilai heritabilitas dapatjuga disebabkan oleh penggunaan jumlah temak )7ang terlampau sedikitatau tidak seimbangnya penggunaan jantan dan betina bahkan sampaipada ketidakseimbangan Keturunan akan menyebabkan semakinbesamya peluang munculnya nilai ne~atif. Menurut Gill dan Jensen (1968)cit. Patihong (1990), semakin sedikitnya jurnlah ternak yang diamatisemakin besar peluang terjaclinya nilai negatif.

Tabel 4. Estimasi nilai heritabilitas sifat produksi dan reproduksi padaketurunan betina

Variabel Nilai heritabilitas

h2s h2d h2 (s+d)

UDIQ -0,47 ± (i ) 1,09 ± 0,75 0,31 ± 0,58

Berat badan DK2 2,00 ± 1,44 0,51 ± 0,51 1,26 ± 1,14

Produksi telur OA8 ± 0,70 1,37 ± 0,84 0,93 ± 0,98

Fertilitas telur 1,98 ± 1,43 -0,63 ± (i) 0,68 ± 0,84

Daya tetas telur O,05± 0,22 O,58± 0,55 0,31 ± 0,57

1) UDK= umur dewasa kelamin; 2) DK= dewasa kelamin (i): Imaginerh2

5 : Komponen jantanh2 d : Komponen betinah2 (s+d) : Komponen jantan dan betina

Nilai negatif yang muncu1 dalam pendugaan nilai heritabilitas padaketurunan betina Merawang tidak sepenuhnya terletak pada jumlahtemak yang diamati. Tetapi 1ebih spesifik dari pada itu adalah variasi

yang muncul dan sudah ada sebelumnya pada betina yang merupakanpewarisan sifat dari tetuanya yang menyebabkan semakin luasnyavariabilitas di dalam suatu keturunan. Disamping itu adanya indikasipengaruh dan keragaman lingkungan y:ang cukup besar terhadap umurdewasa kelamin. Potensi genetrk aditiI dari jantan tidak mampudimunculkan, sehingga ditutupi oleh pengaruh genetik betina dan non-aditif atau lingkungan.

Pendugaan nilai heritabilitas sifat produksi dan reproduksi keturunanbetina termasuk memiliki nilai yang bervariasi dari nilai heritabilitas

rendah sampai tinggi. Pewarisan sifat kepada keturunan berdasarkankomponen betina meliputi daya tetas telur, produksi telur dan umurdewasa kelamin lebih besar nilai heritabilitasnya dibandingkan dengannilai heritabilitas berdasarkan komponen jantan. Sifat-sifat yang memilikinilai heritabilitas lebih dari 1overest imate) berdasarkan komponen betina

Page 10: 8

5/11/2018 8 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/85571fda6497959916999982b 10/13

460 AGROSAlNS , 19(4), OK TOBER 2006

( h2d) terdayat pada sifat umur dewasa kelamin ( h2d= 1,09), intensitas:eroduksi (i!2/" 1;33), istirahat peneluran ( h2d= 1;37) Clan produksi telur{.h 2

d= l,37) . Hal inimenunjukkan bahwa pewarisan sifat dari tetua betina

kepada keturunannya sangat besar. Besarnya estimasi nilai heritabilitasdapat digunakan untuk menentukan metode seleksi untuk suatu sifatpada kelompok temak. Bila nilai heritabilitas tinggi pada suatu sifat,maka seleksi dapat dilakukan berdasarkan fenotip mdividu karenaheritabilitas tinggi menunjukkan adanya hubungan yang erat antaravariansi genotip dan variansi fenotip.

Nilai heritabilitas berdasarkan komponen jantan dan betina (h2( + < 1 ) )

secara bersama-sama melibatkan gen aditif, gen dominan dan epiStaSISbemilai positif (+) pada semua sifat produksi dan reproduksi keturunan

betina. Hampir semua nilai heritabilitas berada di dalam. kisaran nilaiheritabilitas normal, yaitu 0 sampai 1,0 kecuali pada berat badan dewasakelamin memiliki nilai heritabilitas lebih dati satu, yaitu sebesar (h2(S+d) =1,26).

Estimasi nilai heritabilitas ketunman jantan

Berdasarkan estimasi nilai heritabilitas sifat produksi dan reproduksiketurunan jantan berdasarkan komponen jantan (h2) untuk volumesperma dan konsentrasi spermatozoa memiliki nilai heSritabilitas negatif

yang berarti bahwa penampilan genetik yang bersifat gen aditif dari[antan tidak tampak, sedangl<an nilai heritabilitas berdasarkan komponenbetina (h 2J untuk motilitas spermatozoa memiliki nilai heritabilitas negatif.Nilai hentabilitas berdasarkan komponen tetua jantan merupakanpendugaan nilai heritabilitas dalam arti sempit yang merupakankemampuan jantan dalam pendugaan gen aditif, sedangkan heritabilitasberdasarkan komponen betina merupal<an heritabilitas dalam arti luas,yaitu kemampuan pewarisan g_enaditif, dominan dan epistasis (Daltondan Falconer cit. Kismiati, 1997).

Tabel 5. Estimasi nilai heritabilitas sifat produksi dan reproduksi padaketurunan jantan

Variabel Nilai heritabilitas

h2• h2c1 h2(s+cI)

Urnur dewasa kelamin 0,31 ± 0,48 0,91 ± 0,57 0,61 ± 0,66

Berat badan DK 0,14 ± 0,32 0,64± 0,48 0,39 ± 0,53

Volume sperm a ~O,27± (i) 0,67 ± 0,49 0,20 ± 0,38

Motilitas spermatozoa 0,77 ± 0,74 ~O,37± (i) 0,20 ± 0,38Konsentrasi spermatozoa ~0,58± (i) 0,60 ± 0,46 0,01 ± 0,09

hl : Komponen jantan (i)K : lmaginerh2: : Komponen betina D : Dewasa kelamin

h2 (.+dl : Komponen jantan dan betina

Page 11: 8

5/11/2018 8 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/85571fda6497959916999982b 11/13

Rona ld L eo pold Aipipidely, dkk., Analisis Genetik dan ... 461

Menurut Gill dan Jensen (1968) cit. Patihong (1990), menyatakan

nilai heritabilitas negatif dapat disebabkan oleh jumlah ternak yang

diamati dalam pendugaan nilai heritabilitas terlalu sedikit, makin sedikitjumlah temak yang diamati semakin besar peluang terjadinya nilai negatif.Demikian juga bila jumlah pengamatan dari setiap pejantan atau induk

tidak sama, maka peluang nilai heritabilitas yang negatif akan sernakin

besar.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini,

maka dapat disimpulkan bahwa variabilitas beberapa sifat produksi dan

reproduksi yaitu produksi telur, intensitas produksi, fertilitas telur dandaya tetas telur pada keturunan betina ayarn Merawang masih lebar

dengan nilai KV yang tinggi berkisar antara 19,98% sampai 38,87%.

Sedangkan urnur dan berat badan dewasa kelamin memiliki nilai KVyang relatif lebih seragam sebesar 8,07% dan 10,55%. Nilai variabilitas

sifat produksi dan reproduksi pada keturunan jantan yaitu berat badan

dewasa kelamin, volume sperma, konsentrasi dan abnormalitas sperma-tozoa masih lebar dengan nilai KV yang tinggi berkisar antara 14,21%

sampai 45,16%. Sedangkan umur dewasa kelamin dan motilitas sperma-tozoa memiliki nilai KV yang relatif lebih seragam 4,96% dan 7,12%.Hal

ini diduga seleksi yang dilakukan terhadap tetuanya hanya sebatas

penampilan dalam keseragaman berat badan dan warna bulu. Pewarisan

sifat produksi dan reproduksi pada keturunan jantan dan betina

berdasarkan komponen tetua jantan (h2.) dan komponen tetua betina

( h 2 d ) memiliki nilai yang sangat beragam, menunjukkan masih luasnya

variasi genetik sifat produksi dan reproduksi pada keturunan ayam

Merawang. Sedangkan berdasarkan komponen tetua jantan dan betina

( h 2 s + d ) masing-masing sifat pada keturunan jantan yaitu umur dan beratbadan dewasa kelamin, volume sperma, motilitas spermatozoa dan

konsentrasi spermatozoa memberikan nilai heritabilitas rendah sampai

tinggi sebesar 0,61, 0,39, 0,20, 0,20 dan 0,01. Nilai heritabilitas

berdasarkan komponen tetua jantan dan betina ( h \ + d ) masing-masing

sifat pada keturunan betina yaitu umur dewasa kelarnin, produksi telur,

fertilitas telur dan daya tetas telur memberikan nilai heritabilitas tinggi

sebesar 0,31, 0,93, 0,68 dan 0,31. Hanya pada berat badan dewasa

kelarnin merniliki nilai heritabilitas lebih dari 1.

Saran

Ayam merawang masih memiliki nilai variabilitas yang cukup luas

dan beragam baik pada sifat produksi maupun reproduksinya. Oleh

Page 12: 8

5/11/2018 8 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/85571fda6497959916999982b 12/13

462 AGROSAINS, 19(4), OKTOBER 2006

karena itu untuk perbaikan dan peningkatan mutu genetik ayam

Merawang, maka sasarannya adalah seleksi terhadap sifat produksi dan

reproduksi yang masih memiliki nilai variabilitas lebar sampai

mendapatkan hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Aipipidely, R. L. 2003. Pengaruh Penyuntikan Pregnant Mare serum Gonadotro-phin dan Human Chorionic Gonadotrophin Terhadap Kualitas danKuantitas Sperma Ayam Karnpung. S kr ip si S arja na Fakultas PeternakanUniversitas Gadjah Mada,Yogyakarta.

BPT-HMr Sembawa, 1999. Budidaya Ayam Buras Bangka . Departemen Pertanian,

Direktorat Jenderal Petemakan, Sumatera Selatan.Becker, A. W. 1992. M anual o /Q uantitative G enetics. Washington State University,

Wahington. USA.

Blebois, E. 1990.The function of5eminalPlasma in the Storage oIFowl Spermatozoaat4°C. INRA. Station. de Rech er ch es Avic ole s, 37380 Nouzilly, France.

Darwati, S. 2000. Produktivitas Ayam Kampung, Ayam Pelung dan Resiprokalnya.Med ia P ete rn ak an , Bogor. 23 (2) :32-35.

Funk, E. M and M. R. Irwin. 1955. H atchen j O pera tion and M anagem ent. [hon Wileyand Sons Inc., London.

Hesty, N., Mulkan, dan N. Delly., 2002. P erform ans Ternak di BPTU Sem bawa.

Departernen Pertanian Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan,Sumatera Selatan.

Hodgests, B. 1994. Early Deads a Mayor Source of Loss. International HatchenJ Prac-

ticeVol. 8 No.5: 3-14.

Iman-Rahayu, H 5.2001. Karakteristik Fisik dan Nutrisi Telur Ayam Merawang.S em in ar N as io na l Produk Pangan Hasil Ternak, Yogyakarta. Hal. 1-11.

[ull, M. A. 1951. P ou ltry H u sb an dry . The 3rd Ed. Tata McGraw-HilI Publishing Co.,

Ltd., New DelhiKismiati, 1997. "Pengaruh Interval Inseminasi Terhadap PerIorman Reproduksi dan

Heritabilitas Perturnbuhan Ayam Kedu Hitam". Tesis 5-2. ProgramPascasarjana Fakultas Petemakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mansjoer, I ., S. S.Mansjoer dan D. Sajuthi. 1989. "Studi Banding SiIat-SiIat BiologisAyam Kampung, Ayam Pelung dan Ayam Bangkok". L ap or an P en elitia n

Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogar, Bogor.

Nalbandov, A. V. 1990. Reproduc tio n PhYS io lo gy o /Mammal s and B irds (DiterjemahkanSoenaryo Kernan) University Press, Jakarta.

Nataamijaya, A G., 2000. "The Native Chicken of Indonesia". B uletin P la sma Nu tJ alz.Vol. (6):1-6, Bogor.

North, M. O. 1978. Commerc ia l Chic ke n P ro du ctio n Manual . 2nd Ed. Van Nomstrad,Reinhold, New York.

Page 13: 8

5/11/2018 8 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/85571fda6497959916999982b 13/13

R onald Leopold Aipipidely, dkk., Analisis Genetik dan '" 463

Patihong. 1990. "Analisis Sifat Fenotip dan Genetik Pertumbuhan Anak AyamKampung Berdasarkan Wama Bulu Tetua", Tesis 5-2.Program PascasarjanaFakultas Petemakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Rumadi. 1990. "Pengaruh Peniadaan Kesempatan Mengasuh Anak dan PeriodeBertelur Terhadap Produksi, Fertilitas dan Daya Tetas Telur Ayam Burasyang di Pelihara Secara Ekstensif", Km ya Ilm iah Fakultas Petemakan Institut.Pertanian Bogor, Bogor.

Sastrodiharjo, S. dan H. Resnawati. 1 99 9 .1 ns em in asi B ua ta nA yam Buras.Cetakan ke-2. Penebar Swadaya, Jakarta

Sidadolog, J. H. P. 1992. "Hubungan Berat Badan pada Umur 12Minggu TerhadapSifat Produksi Ayam Kampung Legund dan Normal", Lapo ran Penelitia n

Faku lia s P ete rna kan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Toelihere, M. 1985. F isio lo gi R ep ro du ksi p ad a Temak. Penerbit Angkasa, Bandung.