85019707-Angin.pdf

65
1 Oseanografi Fisika Hari/ tanggal : Kamis/ 13 November 2009 ANGIN An Introduction Oleh: Sandro Wellyanto Lubis G24063245 LABORATORIUM OSEANOGRAFI FISIKA DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of 85019707-Angin.pdf

  • 1

    Oseanografi Fisika Hari/ tanggal : Kamis/ 13 November 2009

    ANGIN

    An Introduction

    Oleh:

    Sandro Wellyanto Lubis

    G24063245

    LABORATORIUM OSEANOGRAFI FISIKA

    DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2009

  • 2

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Secara umum angin adalah gerakan massa udara yang bergerak dari sel

    tekanan rendah menuju tekanan yang tinggi. Pengetahuan mengenai angin sangat

    penting untuk dipelajari karena angin merupakan gaya yang mampu mendorong

    terjadinya arus dan gelombang di laut. Selain itu dengan mempelajari angin

    identifikasi distribusi pergerakan material, bahang di laut dapat diselidiki sehingga

    sangat bermanfaat dalam bidang ekplorasi alut dan dalam bidang perikanan laut.

    Angin merupakan kajian yang terkait atmosfer dan bukan laut. Namun perlu

    dipelajari dalm fisika oseanografi karena angin memiliki interaksi yang kuat

    terhadap lautan dan infomasi angin dapat digunakan untuk aplikasi kelautan seperti

    navigasi atau teknik kontruksi bangunan lepas pantai.

    Angin memiliki beberapa sifat yang terkait dengan dinamikanya. Apabila

    dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan

    sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya

    berkurang. Udara dingin disekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah

    tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara

    menjadi penas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya

    udara dingin ini dinamanakan konveksi (wikipedia, 2009).

    Angin memiliki manfaat dan dapat juga merugikan kehidupan manusia. Pola

    angin, kekuatan dan sebaran angin sangat penting dipelajari agar sifat angin secara

    pasti diketahui. Dengan mengetahui sifat angin ini maka tindakan mitigasi atau

    adaptasi dapat di lakukan dalam rangka mengurangi atau menghindari dampak

    negatif dari angin bagi kehidupan manusia. Analisis persebaran angin pada suatu

  • 3

    daerah dapat dijadikan indikator untuk melakukan kajian sifat angin. Angin

    memiliki sifat membantu pekerjaan manusia, namun juga dapat merusak kegiatan

    manusia.

    Jadi, kemampuan untuk mengolah data angin diperlukan agar dapat melihat

    sifat atau karakter tipe angin yang mempengaruhi sutau daerah. Pada analisis ini

    digunakan dua perangkat lunak yaitu WR Plot dan Matlab. Penggunaan perangkat

    lunak ini diharapakn dapat membantu dalam kegiatan analisis karakter angin iklim

    (jangka waktu panjang) sebagai indikasi pola angin yang dominan mempengaruhi

    daeran tersebut.

    1.2 Tujuan

    1. Mengetahui cara mengolah data angin dengan menggunakan perangkat

    lunak matlab dan WR-Plot.

    2. Dapat mengoperasikan Matlab dan WR Plot untuk mengolah data angin

    suatu perairan.

    3. Dapat mengolah dan membuat visualisasi data arah dan kecepatan angin

    suatu perairan.

  • 4

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi angin

    Menurut Turyanti dan Effendy (2006), angin adalah dinamika perpindahan

    massa udara secara mendatar (horizontal), yang pada umumnya diukur dalam dua

    parameter yaitu kecepatan dan arah. Gerak vertikal massa udara dapat diabaikan

    karena gerak vertikal (w) setara dengan gaya gravitasi. Kecepatan angin umumnya

    diukur dengan anemometer sedangkan arah angin diukur dengan panah angin (wind

    vane) dan kantong angin (wind sack). Namun seiring berkembangnya pengetahuan

    dan teknologi pengukuran angin dilakukan dengan menggunakan teknologi

    penginderaan jauh.

    Angin adalah massa udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan

    udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat

    yang bertekanan rendah atau dari daerah yang memiliki suhu / temperatur rendah

    ke wilayah bersuhu tinggi (wikipedia 2009). Selain itu menurut Pariwono dan

    Manan (1991) angin didefinisikan sebagai gerakan udara mendatar (horizontal)

    yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara

    (tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya. Gradien tekanan disebabkan oleh

    adanya perbedaan suhu udara maka implikasinya adalah semakin besar pula angin

    yang bertiup atau massa udara yang bergerak menuju suatu lokasi tertentu.

    Menurut Ahrens (2007), angin merupakan gerakan udara yang kekuatanya

    sangat bergantung pada gradien tekanan dan merupakan proses penting dalam

    transport bahang (panas),kelembaban, uap air, mikrooragnisme dan material

    lainnya dari suatu tempat menuju tempat yang lain.

  • 5

    Pergerakan angin sangat sering dikaitkan dengan menggunakan hukum II

    Newton tentang gerak dalam berbagai kerangka acuan. Diamana angin yang

    bergerak akan senantiasa mengikuti laju perubahan momentum persatuan waktu.

    Pendekatan untuk menentukan arah dan kecepatan angin adalah analisis dengan

    menggunakan persamaan momentum untuk massa udara dalam kerangkan acuan

    non-inersia (goesentris) khususnya dalam skala besar (large scale).

    2.2 Penyebab terjadinya angin

    Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerah

    yang terkena banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi

    serta tekanan udara yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga

    menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh

    pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke

    tempat lain.

    Proses terjadinya angin merupakan proses yang relevan dengan fungsi suhu

    dan unsur cuaca lainnya. Secara umum angin terjadi karena terbentuknya gradien

    tekanan atau slope tekanan udara pada dua wilayah yang berbeda. Hal ini berkaitan

    dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Jika

    suatu wilayah menerima energi radiasi matahari lebih besar maka suhu udara yang

    dimilikinya akan lebih panas dan tekanan udara yang terbentuk akan cenderung

    lebih rendah. Perbedaan kerapatan massa udara akan terjadi antara daerah yang

    menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima

    energi panas, sehingga mengakibatkan terbentuknya aliran udara pada wilayah

    tersebut dari tekanan yang lebih tinggi (antilsiklonik) menuju pusat tekanan yang

  • 6

    lebih redah (siklonik). Dengan kata lain bahwa pada wilayah pusat tekanan rendah,

    tekanan udara di sekitarnya akan menurun karena udara di sekitarnya berkurang

    akibat dari pemanasan implikasinya adalaha udara dingin yang memiliki massa

    lebih tinggi (padat) dan yang bertekanan tinggi akan mengalir menuju daerah yang

    memiliki tekanan yang rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tekanan dan

    suhu udara sangat penting dalam proses terjadinya angin atau perbedaan tekanan

    sebagai akibat dari perbedaan suhu inilah yang menjadi penyebab terjadinya angin.

    Menurut Ahrens (2007), teori pergerakan angin yang dipengaruhi oleh

    tekanan dan temperatur di sebut dengan thermal circulation. Proses ini

    menjelasakan bahwa dalam keadaan netral posisi isobar secara vertikal tersusun

    sejajar dan datar pada bidang horizontal. Ketika terjadi pemanasan di permukaan

    maka isobar ini akan terdorong keatas dan terjadi kekosongan udara pda lapisan

    bawahny, sebaliknya pada wilayah lainnya akan mengalami penyusutan aatau

    penurunan garis isobark dan pemampatan massa udara. Kekosongan udara pada sel

    tekanan rendah ini akan mendorong massa udara dari sel tekanan tinggi (mampat)

    bergerak menuju sel tekanan rendah yang kosong. Proses ini terus berlangsung

    membentuk pola sirkulasi (looping) secara terus menurus selama sel tekanan

    rendah dan tinggi masih terbentuk. Sirkulasi yang disebabkan oleh suhu dan

    merubah struktur tekanan udara ini disebut dengan nama thermal circulation.

    Di Atmosfer tedapat gaya- gaya yang menimbulkan pergerakan massa udara

    atau angin yaitu gaya primer dan gaya skunder. Gaya Primer yang menyebabkan

    terjadinya aliran udara horizontal adalah gaya gradien tekanan (PGF).

    Semakin tinggi gradien tekanan (dp/dz) maka gaya (PGF) semakin besar

    sehingga udara bergerak semakin cepat. Gaya ini terjadi karena adanya perbedaan

  • 7

    tekanan yang disebabkan oleh gradien atau slope perbedaan suhu. Gaya gradien

    tekanan umumnya sangat mudah dijelaskan dengan menggunakan prinsip

    pemanasan pada laut dan darat. Kapasitas darat lebih kecil dari kapasitas panas

    laut, sehingga wilayah daratan akan lebih mudah terpanasi dan membentuk sel

    tekanan udara rendah. Udara yang berada pada daerah bersuhu tinggi akan

    mengembang dan bergerak ke atas sehingga tekanannya menjadi rendah dari

    sekitarnya. Akibatnya. Terjadi perbedaan gradien tekanan antara darat dan laut

    sehingga terbentuklan gaya gradien tekanan yang menggerakan massa udara dari

    laut menuju darat yang memicu terjadinya angin. Udara bergerak dari tekanan

    tinggi ke tekanan rendah dan semakin tinggi gaya gradien tekanan maka akan

    semakin cepat udara bergerak. (Turyanti dan Effendy, 2006).

    Gambar 1. Aliran massa udara karena gaya gradien tekanan

    (Anonim, 2007)

    Gaya skunder yang menyebabkan terjadinya angin dan memiliki pengaruh

    dalam penentuan jalur (curved path flow) angin pada arah yang bereda-beda adalah

    gaya coriolis, gaya sentrifugal dan gaya gesekan. Gaya skunder pembangkit angin

  • 8

    adalah gaya yang timbul pada udara setelah udara mulai bergereak atau gaya yang

    timbil setelah terjadinya dinamika massa udara dalam suatu periode tertentu.

    Gaya coriolis adalah gaya semu bumi yang timbul karena adanya rotasi bumi

    atau kecepatan angular bumi. Gaya ini akan membelokan massa udara atau angin

    dengan arah yang berbeda. Pembelokan arah angin ke kanan di belahan bumi utara

    dan ke kiri di belahan bumi selatan, Perumusan atau notasi untuk persamaan gaya

    coriolis adalah (Holton, 2004):

    VxkjmVxmFc

    sincos2

    2

    Gambar 2. Gaya Coriolis akibat rotasi bumi merubah arah angin

    (Sumber: http://www.ux1.eiu.edu)

    Gaya coriolis ini akan semakin kut membelokan arah angin pada wilayah

    lintang tinggi dan maksimum di kutub sedangkan pada daerah lintang rendah

    pengaruh gaya ini dapat diabaikan. Gaya skunder lainnya adalah gaya sentrifugal.

    Gaya sentrifugal (Fs) adalah gaya tarik ke arah luar pada jalur yang melengkung

    Gaya sentrifugal merupakan salah satu sebab terjadinya sirkulasi yang berbeda

    pada daerah tekanan rendah dan tinggi di bumi. Dan gaya skunder terakhir adalah

  • 9

    gaya gesekan udara (Ff). Gaya gesekan terjadi akibat kekasapan permukaan bumi

    Gaya gesekan arahnya berlawanan dengan arah gerak angin. Semakin tinggi dari

    permukaan pengaruh gaya gesekan semakin kecil. Gaya gesekan ~ 0 pada

    ketinggian > 600 mdpl. Gaya gesekan bergantung kepada kadar kekasaran

    permukaan dan ketinggian angin. Permukaan yang lebih kasar, seperti kawasan

    bergunung atau berbukit, akan mempunyai gaya gesekan yang lebih kuat

    berbanding dengan suatu permukaan yang licin, seperti kawasan dataran.

    Selain itu di dalam wikipedia (2009) proses terbentuknya angin dipengaruhi

    oleh empat faktor yaitu gradien barometris, letak tempat, tinggi tempat dan waktu.

    1. Gradien barometris

    Gardien barometris merupakan suatu bilangan yang menunjukkan perbedaan

    tekanan udara dari dua isobar yang jaraknya 111 km sehingga jika makin besar

    gradient barometriknya maka angin yang dihasilkan akan semakin cepat

    (magnitude).

    2. Letak tempat

    Variasi letak tempat akan mempengaruhi kecepatan angin. Letak ini jga

    bergantung dari posisi lintang. Lintang rendah umumnya menerima radiasi surya

    lebih besar dari daerah lintang tinggi sehingga potensi terbentuknya sel-sel

    tekanan rendah (siklonik) pada daerah khatulistiwa akan lebih besar jika

    dibandingkan dengan lintang tinggi sehingga potensi untuk terjadinya angin atau

    turbulensi massa udara akan lebih besar jika dibandingkan dengan wilayah dilura

    ekuator.

  • 10

    3. Tinggi tempat

    Ketinggian memiliki korelasi yang cukup erat dengan perubahan tekanan udara.

    Wilayah yang lebih tinggi memiliki tekanan udara yang elbih rendah jika

    dibandingkan daerah dekat 0 mdpl atau pesisir pantai. Perbedaan ketinggian jug

    akan memicu pergerakan angin atau massa udara. Sehingga semakin tinggi

    tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup. Namun hal ini juga harus

    memperhatikan factor lainnya seperti pengaruh gaya gesekan pada permukaan.

    4. Waktu

    Waktu umumnya sangat terkait dengan musim dan periode penyinaran matahari.

    Pada musim panas pusat tekanan rendah akan lebih banyak terbentuk dan

    potensi terjadinya konvergensi udara akan sangat besar sehingga angin akan

    bergerak menuju wilayah tersebut begitu pula sebaliknya. Sama halnya pada

    siang hari angin akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada malam hari. Hal

    ini disebabkan pada siang hari pada daerah tertentu akan memperoleh panas

    lebih banyak, sehingga tekanan pada daerah tersebut akan rendah. Adanya

    perbedaan tekanan yang cukup signifikan menimbulkan angin yang cukup

    kencang. Toeri ini berlaku dengan asumsi bahwa gaya pembangikt angin primer

    yang hanya mempengaruhi arah dan kecepatan angin.

    2.3 Jenis-jenis angin

    Angin dapat dibedakan ke dalam beberapa kelompok. Berdasarkan akibat

    adanya gaya tersebut maka timbul jenis angin sebagai angin geostropik, angin

    siklostropik, angin thermal, angin gradien, dan angin inersia. Berikut adalah

    penjelasan dari masing masing angin tersebut (Holton, 2004):

  • 11

    1 Angin geostropik (Geostrophic Flow) adalah angin yang terjadi diantara

    dua isobar yang saling sejajar dimana terjadinya kesetimbangan antara gaya

    gradien tekanan dan gaya coriolis bumi. Angin geostropik adalah angin

    dalam skala besar tanpa gesekan (frictionless). Persamaan angin ini adalah:

    nVf g

    Gambar 3. Kesetimbangan angin geostropik

    (sumber: http://www.atmos.umd.edu)

    2 Angin Inersia (Inertial Flow) adalah angin yang terjadi karena adanya

    keseimbangan antara gaya sentrifugal dan gaya coriolis. Gaya gradien

    tekanan dalam sistem persamaan momentum angin ini diabaikan karena

    sistem angin melewati garis isobar yang seragama (homogen) artinya tidak

    terdapat perubahan gradien geopotensial terhadap waktu. Persamaan angin

    inersi adalah:

    02

    vfrV

    3 Angin gradien (Gradient Flow) adalah angin yang terjadi karena lewatnya

    massa udara pada diantara isobar yang melengkung pada pusat tekanan

  • 12

    tinggi (antisiklonik) dan tekanan rendah (siklon). Angin ini merupakan

    resultan dari gaya sentrifugal, coriolis dan gradien tekanan. Angin gradien

    mengikuti persamaan berikut :

    0sin212

    Vnp

    drV

    Gambar 4. Angin gradien pada inti siklonik dan antisiklonik

    4 Angin Thermal (Thermal Flow) adalah angin yang terbentuk karena

    resultan dari dua angin geostropik pada level yang berbeda dan karena

    adanay distribusi suhu rata-rata pada setiap level. Angin thermal sangat

    bermanfaat khususnya dalam analisis atau penentukan dan prediksi angin

    pada level isobarik yang berbeda di permukaan bumi. Persamaan angin ini

    adalah:

    oPT

    P

    PoPT

    P

    PoPgg

    P

    P

    Pog

    V

    V

    Pg

    PPTxk

    fRdV

    pTxkf

    RdV

    pTxkf

    RdVV

    pTxkf

    RdV

    pTxkf

    RdV

    g

    g

    1

    1

    1

    01

    1

    ln

    ln

    ln)(

    ln)(

    ln)(

    1

    0

  • 13

    Gambar 5. Konsep terbentuknya Angin Thermal (Holton, 2004)

    5 Angin Siklostropik (Cyclostrophic Flow) adalah angin yang terbentuk

    akiban adanya pengabaian (neglected) gaya coriolis dan terbentuknya

    kesetimbangan antara gaya gradien tekanan dan gaya sentrifugal akibat

    rotasi bumi. Persamaan angin siklostropik adalah:

    2/1

    2

    nRV

    nRV

    Berdasarkan skalanya angin dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu angin

    skala mikro, meso dan makro (Ahrens, 2007). Angin skala mikro adalah angin

    yang hanya terjadi sesaat. Angin skala makro adalah angin lokal seperti angin darat

    dan laut ( sea and land breeze ), angin lembah dan gunung (mountain and valley

    breeze), dan Chinook Wind (Foehn). Angin lokal merupakan angin yang timbul

    akibat kondisi lokal yang biasanya disebabkan oleh perbedaan suhu dan topografi.

    Angin lokal cakupan wilayahnya terbatas pada daerah yang kecil.

  • 14

    1. Angin darat (Land breeze ), merupakan angin yang berhembus (blowing)

    dari darat menuju laut dan terjadi pada malam hari. Proses terjadinya angin

    ini karena adanya gaya gradien tekanan akibat laju penurunan suhu darat

    yang lebih cepat dibandingkan lautan sehingga terbentuk sistem tekanan

    tinggi di darat yang mendorong massa udara untuk bergerak menuju laut.

    Angin darat terjadi ketika pada malam hari energi panas yang diserap

    permukaan bumi sepanjang hari akan dilepaskan lebih cepat oleh daratan

    (udara dingin). Sementara itu di lautan energi panas sedang dalam proses

    dilepaskan ke udara. Gerakan konvektif tersebut menyebabkan udara dingin

    dari daratan bergerak menggantikan udara yang naik di lautan sehingga

    terjadi aliran udara dari darat ke laut. Angin darat terjadi pada tengah

    malam dan dini hari (www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=276).

    Secara singkat angin darat terjadi ketika daratan lebih cepat melepaskan

    panas dibandingkan dengan lautan. Daratan bertekanan maksimum dan

    lautan bertekanan minimum. Angin bertiup dari darat ke laut.

    2. Angin laut (Sea breeze ), merupakan angin yang berhembus (blowing) dari

    laut menuju darat dan terjadi pada siang hari. Proses terjadinya angin ini

    karena adanya gaya gradien tekanan akibat laju kenaikan suhu darat yang

    lebih cepat dibandingkan lautan sehingga terbentuk sistem tekanan rendah

    di laut yang mendorong massa udara untuk bergerak menuju darat. Angin

    laut terjadi ketika pada siang hari, energi panas yang diserap permukaan

    bumi sepanjang hari akan menaikan suhu udara daratan secara cepat (udara

    panas). Sementara itu di lautan energi panas sedang dalam proses

    dilepaskan ke udara. Gerakan konvektif tersebut menyebabkan udara dingin

  • 15

    dari laut bergerak menggantikan udara yang naik di daratan sehingga terjadi

    aliran udara dari laut ke darat. Secara singkat angin laut terjadi ketika

    daratan lebih cepat panas dibandingkan dengan lautan. Daratan bertekanan

    minimum dan lautan bertekanan maksimum sehingga angin bertiup dari laut

    menuju darat.

    Gambar 6. Proses Pembentukan angin laut (atas) dan angin darat (bawah) (sumber: http://www.e-dukasi.net)

    Persamaan angin darat dan angin alut diatas dapat dihitung dengan

    menggunakan pendekatan teorema solenoid vortisitas dan persamaan gaya

    gradien tekanan. Menurut Holton (2004) persamaan teorema solenoid

    tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

    AdpxTp

    Rdt

    dCi

    i

    1

    3. Angin lembah (Valley breeze). Pada siang hari udara yang seolah-olah

    terkurung pada dasar lembah lebih cepat panas dibandingkan dengan udara

    di puncak gunung yang lebih terbuka (bebas), maka udara mengalir dari

    lembah ke puncak gunung menjadi angin lembah. Proses terjadinya angin

    lembah dapat dijelaskan sebagai berikut pada waktu siang, pemanasan

  • 16

    lembah gunung oleh sinar matahari akan menyebabkan udara menjadi panas

    dan kemudian naik ke atas hingga ke puncak gunung. Udara panas yang

    naik ke atas menjadi dingin melalui pendinginan adiabatik dan kemudian

    menghasilkan awan kumulus serta hujan lebat.

    Gambar 7. Angin lembah dan angin gunung (Anonim, 2007)

    4. Angin gunung (Mountain breeze), adalah angin yang memiliki konsep

    pembentukan sama dengan angin lembah. Angin gunung adalah angin yang

    bertiup dari puncak gunung ke lembah gunung yang terjadi pada malam

    hari (wikipedia, 2009). Proses terjadinya angin gunug dapat dijelaskan

    sebagai berikut pada waktu malam hari, lembah gunung lebih cepat

    mengalami penurunan suhu udara jika dibandingkan dengan puncak

    gunung. Udara dari pusat tekanan tinggi bergerak menuju pusat tekanan

    rendah yaitu di puncak gunung sehingga terbentuk angin gunung. Angin

    gunung juga sering disebut dengan nama gravity winds atau nocturnal

  • 17

    drainage winds karena arah pergerakan angin menuju lembah gunung juga

    di dorong oleh gaya gravitasi bumi.

    5. Angin Foehn, Angin ini dikenal dengan nama yang berebda-neda

    diantaranya adalah angin Chinook ( USA), Bohorok (Sumut), Gending

    (Pasuruan), Kumbang (Cirebon). Angin ini terjadi karena pada saat udara

    menuruni lereng (leewerd) maka akan dipanaskan oleh karena adanya

    kompresi. Pada saat pengangkatan massa udara dilereng arah tujuan angin

    (windward) mengalami kondensasi, terjadi pelepasan panas laten sehingga

    udara yang turun pada sisi berikutnya (leewerd) lebih hangat dan kering

    dibandingkan pada sisi tujuan angin pada ketinggian yang sama. Pada

    umumnya angin ini terjadi pada musim dingin atau musim semi, sehingga

    suhu udara didaerah tersebut dibawah suhu pembekuan, sehingga turunnya

    udara dengan suhu 10 oC cukup berbeda dengan suhu udara disekitarnya.

    Daerah pada ketinggian yang sama tetapi pada lereng yang berbeda sering

    kali mengalami perbedaan penerimaan mjumlah hujan sehingga bagian

    lereng yang menerima curah hujan lebih sedikit dikenal sebagai daerah

    bayangan hujan (rainshadow effect).

    Gambar 8. Angin Chinook (Turyanti dan Effendy, 2006)

  • 18

    Sistem angin dalam skala makro atau global yang sering dikaji adalah sistem

    angin pasat (tradewind) dan sistem angin monsoon (Monsoon winds). Angin dalam

    skala global adalah angin yang bergerak secara luas dalam sistem bumi.

    Angin pasat (Trade wind) adalah sistem angin yang terbentuk akibat adanya

    perbedaan gradien global hemispher bumi utara dan selatan sehingga

    mengakibatkan terbentuknya pergerakan massa udara. Angin pasat menurut

    Turyanti dan Effendy, (2006) adalah udara yang bergerak menuju ekuator dari

    timur laut dibelahan bumi utara dan dari arah tenggara di belahan bumi selatan.

    Angin ini terbentuk di lintang kuda yaitu adanya sabuk tekanan tinggi 25o-30 o

    LU/LS. Tekanan tinggi ini mendorong udara menuju ke sabuk tekanan rendah di

    sepanjang ekuatro yang dikenal dengan nama doldrums. Wilayah sebaliknya

    mengalami apa yang disebut dengan angin anti pasat. Udara di atas daerah ekuator

    yang mengalir ke daerah kutub dan turun di daerah maksimum subtropik

    merupakan angin Anti Pasat. Di belahan bumi Utara disebut Angin Anti Passat

    Barat Daya dan di belahan bumi Selatan disebut Angin Anti Passat Barat Laut.

    Pada daerah sekitar lintang 20o - 30o LU dan LS, angin anti passat kembali turun

    secara vertikal sebagai angin yang kering. Angin kering ini menyerap uap air di

    udara dan permukaan daratan. Akibatnya, terbentuk gurun di muka bumi, misalnya

    gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara (Afrika), dan gurun di Australia

    (http://perpustakaan-online.blogspot.com).

    Angin monsoon (Monsoon winds), dicirikan oleh perubahan arah akibat

    perubahan musim Dominan di daerah India dan Asia tenggara. Pola hujan yang

    panjang pada musim panas (summer) diikut oleh musim gugur (auntum) dan kering

    pada musim dingin (winter). Sirkulasi ini terjadi akibat adanya perubahan posisi

  • 19

    matahari terhadap bumi serta perbedaan pemanasan dan pendinginan daratan dan

    lautan dalam skala luas. Secara umum angin monsoon di kelompokan menjadi dua

    yaitu monsoon barat dan monsoon timur. Dalam wikipedia (2009), klasifikasi ini

    adalah sebagai berikut:

    Angin Musim Barat

    Angin Musim Barat/Angin Monsun Barat adalah angin yang mengalir dari

    Benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas) dan mengandung

    curah hujan yang banyak di Indonesia bagian Barat, hal ini disebabkan karena

    angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan samudra. Contoh perairan

    dan samudra yang dilewati adalah Laut China Selatan dan Samudra Hindia. Angin

    Musim Barat menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan.

    Angin Musim Timur

    Angin Musim Timur/Angin Monsun Timur adalah angin yang mengalir dari

    Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas) sedikit curah hujan

    (kemarau) di Indonesia bagian Timur karena angin melewati celah- celah sempit

    dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Ini yang menyebabkan

    Indonesia mengalami musim kemarau.

    2.4 Angin di Lautan

    Sistem angin yang terdapat pada laut sebagian besar sama dengan jenis-jenis

    angin yang telah dijelaskan diatas. Observasi, eksplorasi pengetahuan tentang angin

    telah berkembang bertahun-tahun yang lalu dan data tentang angin telah

    dikumpulkan dan di analisis oleh para ahli. Pengetahuan tentang angin di laut

    berkembang bersamaan dengan majunya sistem pelayaran dan perdagangan laut

    zaman dulu.

  • 20

    Pada tahun 1805, seorang Laksamana muda Angkatan Laut Inggris yang

    bernama Beaufort menyusun suatu sistem untuk memperkirakan dan melaporkan

    kecepatan angin berdasarkan jumlah layar yang bergerak. Admiral Sir F. Beaufort

    memetakan kekuatan dari angin di lautan.

    Skala Beaufort adalah skala yang digunakan untuk memperkirakan

    kecepatan angin melalui fenomena yang tampak. Skala ini terdiri dari 13 angka dari

    mulai 0 untuk kondisi tenang (asap bergerak vertikal) dengan perkiraan kecepatan

    angin < 1mil/jam hingga 12 untuk kecepatan angin yang sangat merusak pada

    kejadian hurricane (Turyanti dan Effendy, 2006).

    Selain itu dalam sistem angin badai di laut dikenal juga sistem skala angin

    hurricane yaitu skala untuk mengukur kekuatan badai angin tropis di samudera

    Atlantik dan Pasifik.

    Dari hasil pengamatannya di peroleh jenis-jenis kecepatan angin yang

    dikonversikan ke dalam sebuah table skala Beaufort berikut :

    Tabel 1. Skala beaufort untuk Angin untuk jenis angin di laut

    (sumber: www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=276)

    Skala Beaufort Kategori

    Satuan dalam

    km/jam

    Kecepatan

    (knot) Keadaan di daratan Keadaan di lautan

    0 Udara Tenang 0 0 Asap bergerak secara

    vertikal Permukaan laut seperti kaca

    1~3 Angin lemah 19 10

    Angin terasa di wajah; daun-daun berdesir;

    kincir angin bergerak oleh angin

    riuk kecil terbentuk namun tidak pecah; permukaan tetap seperti kaca

    4 Angin sedang 20~29 11~16

    Debu terangkat dan menerbangkan kertas;

    cabang pohon kecil bergerak

    Ombak kecil mulai memanjang; garis-garis buih sering terbentuk

  • 21

    5 Angin segar 30~39 17~21

    Pohon kecil berayun; gelombang kecil

    terbentuk di perairan di darat

    Ombak ukuran sedang; buih berarak-arak

    6 Angin kuat 40~ 50 22~ 27

    Cabang besar bergerak; siulan terdengar pada kabel telepon; payung

    sulit digunakan

    Ombak besar mulai terbentuk, buih tipis melebar dari puncaknya, kadang-kadang timbul percikan

    7 Angin ribut 51~ 62 28 ~33 Pohon-pohon bergerak;

    terasa sulit berjalan melawan arah angin

    Laut mulai bergolak, buih putih mulai terbawa angin dan membentuk alur-alur sesuai arah angin

    8 Angin ribut

    sedang 63~ 75 34~ 40

    Ranting-ranting patah; semakin sulit bergerak

    maju

    Gelombang agak tinggi dan lebih panjang; puncak gelombang yang pecah mulai bergulung; buih yang

    terbesar anginnya semakin jelas alur-alurnya

    9 Angin ribut kuat 76~ 87 41~ 47

    Kerusakan bangunan mulai muncul; atap rumah lepas; cabang

    yang lebih besar patah

    Gelombang tinggi terbentuk buih tebal berlajur-lajur; puncak gelombang roboh bergulung-gulung; percik-

    percik air mulai mengganggu penglihatan

    10 Badai 88~ 102 48~ 55

    Jarang terjadi di daratan; pohon-pohon tercabut; kerusakan bangunan

    yang cukup parah

    Gelombang sangat tinggi dengan puncak memayungi; buih yang ditimbulkan membentuk tampal-tampal buih raksasa yang didorong angin, daerahuruh permukaan laut memutih; gulungan ombak menjadi dahsyat; penglihatan terganggu

    11 Badai kuat 103 ~117 56~ 63

    Sangat jarang terjadi- kerusakan yang menyebar luas

    Gelombang amat sangat tinggi (kapal-kapal kecil dan sedang terganggu pandangan karenanaya),

    permukaan laut tertutup penuh tampal -tampal putih buih karena daerahuruh puncak gelombang

    menghamburkan buih yang terdorong angin; penglihatan terganggu

    12+ Topan 118 64

    Udara tertutup penuh oleh buih dan percik air; permukaan laut memutuh penuh oleh percik-percik air yang terhanyut angin; penglihatan amat sangat

    terganggu

    Skala untuk mengukur angin hurricane di laut disusun oleh Herbert Saffir

    dan Robert Simpson awal tahun 1970an. Skala ini dibagi menjadi 5 kelas yaitu

    skala 1 dengan kecepatan sekitar 119-153 km/jam hingga 5 dengan kecepatan 249

    km/jam.

    Tabel 2. Tabel Saffir Simpson Scale (Turyanti dan Effendy, 2006)

    SAFFIR SIMPSON SCALE

    Type CG Winds (mph)

    Winds (knot) Pressure (mb)

    Surge (ft)

    Tropical Depression TD

  • 22

    Hurricane 3 111-130 96-113 945-965 9-12 Hurricane 4 131-155 114-135 920-945 13-18 Hurricane 5 >155 >135 18

    2.5 Pola umum angin di Indonesia

    Pola umum angin yang terdapat di Indonesia pada umumnya merupakan

    pola angin yang dipengaruhi oleh angin monsun dan angin pasat. Angin monsun

    yang melintasi Indonesia dikenal dengan angin monsun Asia atau angin monsun

    Barat dan angin monsun Australia yang dikenal dengan angin monsun timur.

    Sedangkan angin pasat yang terjadi di Indonesia adalah angin pasat timur laut dan

    pasat tenggara.

    Adanya pengaruh yang kuat dari sistem monsun ini di akibatkan karena

    angin di Indonesia ditentukan oleh pola tekanan di Australia dan Asia, pola tekanan

    ini mengikuti pola gerak tahunan matahari. Sebagai akibatnya pola angin di

    Indonesia umumnya adalah pola monsun, yaitu sirkulasi angin yang berubah arah

    hampir setengah belahan bumi dalam setiap tahunnya. Pola angin monsun barat

    yang datang dari Asia menyebabkan terjadinya musim hujan, sedangkan monsun

    timur yang datang dari Australia menyebabkan terjadinya musim kemarau di

    Indonesia. Suhu muka laut di perairan Indonesia sebagai indeks banyaknya uap air

    pembentuk awan di atmosfer. Jika suhu muka laut dingin uap air di atmosfer

    menjadi berkurang, sebaliknya jika suhu muka laut panas uap air di atmosfer

    banyak (Wyrtki, 1987). Pengaruh monsun yang kuat yang mempengaruhi

    Indonesia dikenal dengan nama monsun barat (Asia) dan monsun timur (Australia).

    Angin Monsun Barat

    Angin monsun barat pada umumnya mulai terjadi pada bulan Oktober April.

    Proses terbentuknya angin ini karena posisi matahari berada di belahan bumi

  • 23

    selatan (BBS), sehingga belahan bumi selatan khususnya wilayah daratan benua

    Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari pada benua Asia.

    Terbentuknya sel tekanan rendah di Australia akibat ekspanasi thermal atau

    pemanasan. Sebaliknya di Asia yang mulai ditinggalkan matahari temperaturnya

    rendah dan tekanan udaranya menjadi tinggi.

    Gambar 9. Pola Pergerakan Angin Monsun Barat (Asia) di Indonesia.

    (Sumber: http://www.e-dukasi.net)

    Gradien tekanan ini mengakibatkan terjadinya pergerakan angin dari benua

    Asia ke benua Australia sebagai angin monsun barat. Angin ini melewati Samudera

    Pasifik dan Samudera Indonesia serta Laut Cina Selatan. Karena melewati lautan

    tentunya banyak membawa uap air dan setelah sampai di kepulauan Indonesia

    turunlah sebagai presipitasi hujan. Setiap bulan November, Desember, dan Januari

    Indonesia bagian barat sedang mengalami musim hujan dengan curah hujan yang

    cukup tinggi (Turyanti dan Effendy, 2006). Kasus monsoon seperti ini hanya

    terjadi untuk Indonesia, sedangkan untuk wilayah daratan Asia barat seperti Hindia

    pada saat matahari bergerak ke selatan maka massa udara kering akan turun ke

    daratan sehingga terjadi kemarau yang sangat parah.

  • 24

    Angin Monsun Timur

    Angin monsun ini merupakan kebalikan dari angin monsun barat. Angin

    monsun timur pada umumnya terjadi setiap bulan April - Oktober, ketika matahari

    mulai bergeser ke belahan bumi utara. Mekanismenya adalah sebagai berikut pda

    saat matahri bergerak menuju utara belahan bumi (BBU), di belahan bumi utara

    khususnya benua Asia temperaturnya akan menjadi tinggi dan tekanan udara

    rendah (minimum).

    Gambar 10. Pola Pergerakan Angin Monsun Timur (Australia) di Indonesia

    (Sumber: http://www.e-dukasi.net)

    Sebaliknya di benua Australia yang telah ditinggalkan matahari,

    temperaturnya rendah dan tekanan udara tinggi (maksimum). Terjadilah pergerakan

    angin dari benua Australia ke benua Asia melalui Indonesia sebagai angin monsun

    timur. Sifat angin ini adalah tidak membawa uap air yang banyak sehingga potensi

    hujan sangat kecil, atau membawa dampak kekeringan karena hanya melewati laut

    kecil dan jalur sempit seperti Laut Timor, Laut Arafuru, dan bagian selatan Irian

    Jaya, serta Kepulauan Nusa Tenggara. Oleh sebab itu, di Indonesia sering

    menyebutnya sebagai musim kemarau. Sedangkan untuk wilayah daratan Asia

  • 25

    barat seperti Hindia pada saat matahari bergerak ke selatan maka massa udara

    kering akan turun ke daratan sehingga terjadi kemarau yang sangat parah.

    Di antara kedua musim, yaitu musim penghujan dan kemarau terdapat musim

    lain yang disebut Musim Pancaroba (Peralihan). Pada musim-musim Peralihan,

    matahari bergerak melintasi khatulistiwa, sehingga angin menjadi lemah dan

    arahnya tidak menentu. Peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau

    disebut musim kemareng, sedangkan peralihan dari musim kemarau ke musim

    penghujan disebut musim labuh. Adapun ciri-ciri musim pancaroba (peralihan),

    yaitu antara lain udara terasa panas, arah angin tidak teratur, sering terjadi hujan

    secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat dan lebat. (Turyanti dan Effendy, 2006).

    Selain angin monsun wilayah Indonesia juga dipengaruhi kuat oleh sistem

    angin pasat dunia. Angin Pasat Tenggara dan pasat timur laut berhembus secara

    normal sepanjang tahun. Angin Pasat mengakibatkan massa air yang hangat di

    bagian Timur Samudera Pasifik bergerak menuju perairan Timur Indonesia. Angin

    Pasat Tenggara yang muncul terus menerus sepanjang tahun mengakibatkan

    permukaan laut sepanjang pantai Mindanao- Halmahera- Irian Jaya di Samudera

    Pasifik bagian Barat lebih tinggi dari pada permukaan laut sepanjang pantai

    Sumatera - Jawa Sumbawa di Samudera Hindia bagian Timur. Akibat adanya

    gradien tekanan yang disebakan oleh perbedaan tinggi permukaan laut, sejumlah

    massa air Samudera Pasifik akan mengalir ke Samudera Hindia

    Angin pasat timur laut umumnya terjadi pada bulan dimana matahari berada

    di belahan selatan bumi yaitu pada bulan Desember hingga Maret, sedangkan angin

    pasat tenggara terjadi pada bulan Juni hingga September (Turyanti dan Effendy,

    2006).

  • 26

    2.6 Perangkat lunak WR Plot

    WR Plot adalah perangkat lunak yang digunakan untuk memplotkan data

    arah dan kecepatan angin secara otomatis dengan menerapkan sistem windrose

    manual. Sebagaimana dikertahui bahwa wind rose memberikan dua informasi

    sekaligus arah angin serta kecepatannya. Biasanya penyajian seperti ini sangat

    berguna dalam dunia navigasi atau pelayaran.

    Program ini mampu menjelaskan statistic wind rose dan plotnya untuk

    beberapa format data meteorologi. Nilai yang terdapat dalam windrose merupakan

    nilai hitungan statistika dari sebaran data klimatologi unsur cuaca umumnya

    minimal 10 tahun dengan kata lain perangkat ini menampilkan nilai sebaran

    frekuensi yang terdapat pada angin di tiap sektor arah angin secara spesifik dan

    kecepatan kelas angin untuk menunukkan suatu lokasi dan periode waktunya.

    Dalam satu paket perangkt ini, tidak hanya visualisasi arah angin yang dapat di

    lihat tetapi juga tabel sebaran distribusi frekuensi dari kecepatan angin beserta

    stabilitas kelasnya, plot wind rose untuk kecepatannya dan stabilitas kelasnya ,

    error checking report , Resultan unit vector dan fitur yang lainnya.

    (www.weblakes.com/lakewrpl.html). Fitur lainnya yang terdapat pada WR Plot

    adalah dapat menganalisis data cuaca dalam bentuk format SCRAM, CD144,

    SAMSON, HUSWO, dan bentuk TD-3505, membaca data AERMOD dan ISCST3

    pre-proses data meteorologi, menampilkan diagram angin berdasarkan kecepatan

    angin dan kelas-kelasnya, menampilkan intensitas hujan, termasuk data presipitasi

    (www. weblakes. com/ lakewrpl. html).

  • 27

    3. METODOLOGI

    3.1 Peta lokasi/stasiun perolehan data Angin beserta sebaran stasiun beserta

    kondisi geografisnya.

    Gambar 11. Peta lokasi/stasiun perolehan data Angin

    Daerah yang menjadi pengamatan untuk mengetahui pola angin yang terjadi

    adalah daerah laut atau perairan utara pulau Halmahera, tepatnya pada koordinat

  • 28

    27.50 LU dan 127.5 BT. Halmahera Utara dipengaruhi oleh iklim laut tropis yang

    terdiri atas tiga musim yaitu musim hujan pada bulan November sampai Februari

    musim kemarau pada bulan April sampai dengan bulan Oktober, dan musim

    Pancaroba pada bulan Maret dan Oktober.

    Arah angin yang berhembus pada pulau Halmahera pada umumnya

    mengikuti pola hujan yang terjadi dan iklim wilayah tersebut. Secara umum pola

    angin dan musim kepulauan Halmahera dibagi menjadi empat yaitu:

    1. Daerah lklim Halmahera Utara, musim hujan berada pada bulan Desember-

    Februari dan kemarau dalam bulan Agustus-Desember yang diselingi

    pancaroba pada bulan Nopember-Desember.

    2. Daerah Iklim Halmahera Tengah dan Halmahera Barat; dimana dipengaruhi

    musim Utara pada bulan Oktober-Maret, pancaroba pada bulan April.

    Musim Selatan pada bulan April-September yang diselingi angin Timur dan

    pancaroba pada bulan September.

    3. Daerah Iklim Halmahera Selatan, dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim

    Utara pada bulan Oktober-Maret yang diselingi angin Barat dan pancaroba

    pada bulan April, musim Selatan pada bulan September diselingi angin

    Timur dan pancaroba dalam bulan September.

    4. Daerah Iklim Kepulauan Sula; terdiri atas dua musim, musim Utara pada

    bulan Oktober-Maret diselingi angin Barat dan pancaroba pada bulan April

    dan musim Selatan pada bulan April-September, diselingi angin Timur dan

    pancaroba pada bulan September. (Wikipedia, 2009).

  • 29

    3.2 Metode perolehan data dari internet

    Gambar 12. Diagram Alir perolehan data Angin

    Langkah awal dari pengolahan data adalah bagaiaman cara memperoleh data

    dari sumbernya. Pada praktikum ini data diperoleh langsung dari internet melalui

    situs Eropa yaitu http:// www.ecmwf.int. Pada situs ini pilih menu data rmalan 40

    tahunan dan data bulanan (1/1) misalnya dari tahun 1990-2000. Kemudian tentukan

    posisi dan interval. Kemudian simpan data dalam format *nc. Untuk membuka data

    yang telah didownload adalah dengan menggunakan ODV (ocean data view).

    Setelah data dubuka di ODV maka proses analisis lebih lanjutt dapat dilakukan di

    berbagai perangkat visualisasi data angin sperti matlab atau WR Plot.

    Operasikan dengan

    ODV

    Hubungkan dengan internet

    (www.ecmwf.int)

    Unduh Data Angin dengan

    memilih data ramalan 40

    Ambil Data dari tahun 1999-2000

    Atur kisaran waktu, dan interval data, serta lokasi

    Save data dalam format *.nc

  • 30

    3.3 Metode pengolahan data dengan perangkat lunak ODV, Excel, WR Plot

    dan MATLAB

    3.3.1 Metode pengolahan data dengan menggunakan Excel dan ODV

    Gambar 13. Diagram alir pengolahan data dengan menggunakan ODV dan

    Excel

    Diagram Alir di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. Pertama adalah buka data hasil download dengan menggunakan ODV

    2. Tentukan lokasi pergerakan angin yang diinginkan dan perbesar wilayah dengan

    zoom in.

    3. Kemudian Eksport ODV spreadsheet dalam bentuk *.txt untuk selanjutnya akan

    diolah pada excel

    4. Buka data *.txt dengan menggunakan Excel, atur kolom data.

    Ambil data mentaha angin *nc dan

    buka dengan ODV

    Tentukan lokasi stasiun angin yang

    akan dianalisis

    Buka file*txt di excel

    Tentukan Arah dan Kecepatan Angin

    Export ODV Spread sheet dalam

    format *txt

    Konversi U dan V, tentukan Arah dan siap

    divisualisasikan dengan program Matlan

    atau WR-Plot

  • 31

    5. Ambil data komponen U dan V, kemudian konversikan sehingga didapat arah

    dan kecepatan.Simpan dalam bentuk *.xls

    3.3.2 Metode pengolahan data angin dengan menggunakan WR-Plot

    Gambar 14. Diagram alir pengolahan data dengan menggunakan WR-Plot

    Salah satu cara pengolahan visualisasi data angin adalah dengan

    menggunakan program WRPlot. Peratama adalah import data yang telah diekstrak

    dari file *nc yang sebelumnya disimpan dengan menggunakan excel file *xls.

    Setelah data tersebut diimport, berikan nama untuk setiap nilai yang muncul pada

    setiap kolom yang terdapat dalam software. Dimana pada kolom a adalah kolom

    tahun, kolom b adalah kolom bulan, kolom c adalah kolom tanggal, kolom d adalah

    kolom waktu, kolom e adalah kolom arah, dan kolom f adalah kolom kecepatan.

    Save dalam format

    SAMSON *sam

    Import data Excel *xls

    Berikan nama untuk setiap variabel yang ada dan Asosiasikan tahun bulan,

    tanggal, hari, jam, dan arah

    Tentukan stastion

    Tentukan jumlah Wind Direction dan Units

    yang dibutuhkan

    Masuk ke Program WRPlot

  • 32

    Setelah selesai, masuk ke bagian station untuk memberikan nama pada station,

    kemudian save dalam format SAMSON atau file *sam.

    Klamngkah kedua adalah masuk kembali ke menu utama, add atau tambahkan

    data SAMSON *sam tersebut (add file), kemudian tentukan arah angin (Wind

    Direction) dan Unit yang sesuai dengan gambar yang akan divisualisasikan. Hasil

    visualisasi disimpan dengan cara edit -- copy to file dalam bentuk bitmap.

    3.3.3 Metode pengolahan data angin dengan menggunakan MATLAB

    Gambar 15. Diagram alir pengolahan data dengan menggunakan Matlab

    Pengolahan data pada Matlab hal pertama matlab yang harus diperhatikan

    adalah bahwa sintaks dan file yang akan dijalankan sudah tepat dan sesuai dengan

    tujuan yang diinginkan. Langkah pertma yang dilakukan adalah input data arah dan

    Tampilkan dalam bentuk

    Windrose dan Stick Plot

    Buka sintaks dan sesuaikan range

    Sesuaikan waktu,koordinat

    Copy ke command window

    Layout atau skala (colour scale)

    Simpan data Angin*xls dalam format *txt.

  • 33

    kecepatan angin yang telah disave dalam bentuk * txt. Data yang sudah di save lalu

    di masukan ke work dalam matlab, lalumodifikasi sintaks atau atur sintaks sesuai

    dengan data inputan. Setelah itu masukan syntax yang telah adadan eksekusi

    program. Secara sistematis dapat dijelaskan sebagai yaitu buka syntax di editor dan

    sesuaikan dengan nama file yang ada, copy ke command window, run program dan

    akhirnya tambahkan color scale, eksport dalam bentuk *.jpg

  • 34

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Tampilan Windrose, histogram distribusi frekuensi dan tabel distribusi

    frekuensi rata-rata arah dan kecepatan angin selama 10 tahun (1991-2000)

    Gambar 16. Wind rose Angin Januari,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

    Gambar 17. Wind rose Angin Februari,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

  • 35

    Gambar 18. Wind rose Angin Maret,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

    Gambar 19. Wind rose Angin April,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

  • 36

    Gambar 20. Wind rose Angin Mei,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

    Gambar 21. Wind rose Angin Juni,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

  • 37

    Gambar 22. Wind rose Angin Juli,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

    Gambar 23. Wind rose Angin Agustus,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

  • 38

    Gambar 24. Wind rose Angin September,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

    Gambar 25. Wind rose Angin Oktober,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

  • 39

    Gambar 26. Wind rose Angin November,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

    Gambar 27. Wind rose Angin Desember,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

  • 40

    Gambar 28. Histogram dan Distribusi Frekuensi Angin Januari (Kiri) dan

    Februari (Kanan)

    Gambar 29. Histogram dan Distribusi Frekuensi Angin Maret (Kiri) dan April

    (Kanan)

  • 41

    Gambar 30. Histogram dan Distribusi Frekuensi Angin Mei (Kiri) dan Juni

    (Kanan)

    Gambar 31. Histogram dan Distribusi Frekuensi Angin Juli (Kiri) dan Agustus

    (Kanan)

  • 42

    Gambar 32. Histogram dan Distribusi Frekuensi Angin September (Kiri) dan

    Oktober (Kanan)

    Gambar 33. Histogram dan Distribusi Frekuensi Angin November (Kiri) dan

    Desember (Kanan)

  • 43

    Tabel 3. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Januari 1991-2000

    Tabel 4. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Februari 1991-2000

    Tabel 5. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Maret 1991-2000

    Tabel 6. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin April 1991-2000

  • 44

    Tabel 7. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Mei 1991-2000

    Tabel 8. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Juni 1991-2000

    Tabel 9. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Juli 1991-2000

    Tabel 10. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Agustus 1991-2000

  • 45

    Tabel 11. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin September 1991-2000

    Tabel 12. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Oktober 1991-2000

    Tabel 13. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin November 1991-2000

    Tabel 14. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Desember 1991-2000

  • 46

    Pada bulan Januari, angin dominan berasal dari barat daya dengan frekuensi

    41.67 %, dan dengan kecepatan angin maksimum berkisar 5.7-8.8 m/s. Distribusi

    angin pada kecepatan 0.5-2.1 m/s adalah 8.3%. Distribusi frekuensi kecepatan

    angin 2.1-3.6 m/s adalah 37.5%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s

    adalah 37.5%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 16.8%.

    Distribusi frekuensi kecepatan angin 8.8-11.1 m/s adan >= 11.1 m/s tidak memiliki

    nilai karena tidak ada angin yang berhembus dengan kecepatan lebih dari 8.8 m/s.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecepatan angin rata-rata pada bulan Januari

    tergolong sedang antara 2.1-5.7 m/s.

    Di bulan Februari, arah angin yang dominan masih berasal dari arah barat daya

    dengan frekuensi terjadinya yang lebih tinggi dari bulan Januari yaitu 88.89 % dan

    dengan kecepatan angin maksimum berkisar 8.8-11.1 m/s. Distribusi frekuensi

    kecepatan angin 0.5-2.1 m/s adalah 12.5%. Distribusi frekuensi kecepatan angin

    2.1-3.6 m/s adalah 25%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah

    37.5%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 20.8%. Distribusi

    frekuensi kecepatan angin 8.8-11.1 m/s adalah 1.4% dan >= 11.1 m/s adalah 0%.

    Angin tenang (calms) berkisar 2.8 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

    kecepatan angin rata-rata pada bulan Februari menyebar dari kisaran calms hingga

    11.1 m/s.

    Pada bulan Maret, arah angin yang dominan masih berasal dari Barat daya

    dengan total distribusi frekuensi sebesar 45.83 %. Distribusi frekuensi kecepatan

    angin 1-4 m/s adalah 33.33%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 4-7 m/s adalah

    41.7 %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 7-11 m/s adalah 25%. Namun pada

  • 47

    bulan Maret arah angin dari Barat daya masih mendominasi kuat dibandingkan

    arah angin lainnya.

    Selanjutnya pada bulan April, arah angin yang dominan mulai bergeser yaitu

    berasal dari arah timur laut dengan total distribusi frekuensi sebesar 45.83 %.

    Distribusi frekuensi kecepatan angin 0.5-2.1 m/s adalah 25%. Distribusi frekuensi

    kecepatan angin 2.1-3.6 m/s adalah 37.5%. Distribusi frekuensi kecepatan angin

    3.6-5.7m/s adalah 37.5%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s dan

    kecepatan angin 8.8-11.1 m/s adalah 0% dan begitu juga >= 11.1 m/s adalah 0%.

    Pada bulan ini dapat disimpulkan bahwa arah angin berhembus mulai bergeser

    menuju timur laut.

    Di bulan Mei, arah angin yang dominan berasal dari arah utara dengan total

    distribusi frekuensi sebesar 85.9 %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 1-4 m/s

    adalah 58.3%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 4-7 m/s adalah 25 %. Distribusi

    frekuensi kecepatan angin 7-11m/s adalah 12.5%. Distribusi frekuensi kecepatan

    angin 11-17 m/s adalah 4.2%. Angin pada bulan ini memiliki arah yang terletak

    sekitar utara-timur laut.

    Di bulan Juni, arah angin yang dominan berasal dari arah timur laut dengan

    total distribusi frekuensi sebesar 29.17 %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 0.5-

    2.1 m/s adalah 20.8%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 2.1-3.6 m/s adalah 37.5

    %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah 29.2 %. Distribusi

    frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 8.3%. Distribusi frekuensi kecepatan

    angin 8.8-11.1 m/s dan >= 11.1 m/s adalah 0%.

  • 48

    Di bulan Juli, arah angin yang dominan berasal dari arah timur laut dengan total

    distribusi frekuensi sebesar 45.83%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 0.5-2.1

    m/s adalah 29.2 %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 2.1-3.6 m/s adalah 29.2%.

    Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah 25%. Distribusi frekuensi

    kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 8.3%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 8.8-

    11.1 m/s dan >= 11.1 m/s adalah 0%.

    Di bulan Agustus, arah angin yang dominan masih berasal dari utara dengan

    total distribusi frekuensi sebesar 45.83 %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 0.5-

    2.1 m/s adalah 4.2%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 2.1-3.6 m/s adalah

    16.7%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah 45.8%. Distribusi

    frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 25%. Distribusi frekuensi kecepatan

    angin 8.8-11.1 m/s adalah 8.3% dan >= 11.1 m/s adalah 0%.

    Di bulan September, arah angin yang dominan berasal dari arah utara-timur laut

    dengan total distribusi frekuensi sebesar 45.8%-33.3%. Distribusi frekuensi

    kecepatan angin 0.5-2.1 m/s adalah 4.2%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 2.1-

    3.6 m/s adalah 16.7%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah

    45.8%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 25%. Distribusi

    frekuensi kecepatan angin 8.8-11.1 m/s adalah 8.3% dan >= 11.1 m/s adalah 0%.

    Pada bulan Oktober, arah angin yang dominan berasal dari arah barat dengan

    total distribusi frekuensi sebesar 29.12%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 0.5-

    2.1 m/s adalah 25%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 2.1-3.6 m/s adalah

    29.2%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah 37.5%. Distribusi

    frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 4.2%. Distribusi frekuensi kecepatan

  • 49

    angin 8.8-11.1 m/s adalah 0% dan >= 11.1 m/s adalah 0%. Frekuensi kecepatan

    angin tenang (calms) adalah 4.2 %.

    Di bulan November, arah angin yang dominan berasal dari arah timur dengan

    total distribusi frekuensi sebesar 50 %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 0.5-2.1

    m/s adalah 12.5%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 2.1-3.6 m/s adalah 25%.

    Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah 37.5 %. Distribusi frekuensi

    kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 25 %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 8.8-

    11.1 m/s dan >= 11.1 m/s adalah 0%.

    Di bulan Desember, arah angin yang dominan berasal dari arah tenggara

    dengan total distribusi frekuensi sebesar 29.17%. Distribusi frekuensi kecepatan

    angin 0.5-2.1 m/s adalah 29.2%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 2.1-3.6 m/s

    adalah 45.8%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah 25 %.

    Distribusi frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s, kecepatan angin 8.8-11.1 m/s dan

    >= 11.1 m/s adalah 0%. Pada bulan ini angin dominan berhembus dari tenggara.

  • 50

    4.2 Windrose, histogram distribusi frekuensi dan tabel distribusi frekuensi

    dari rata-rata arah dan kecepatan angin selama 10 tahun (1991-2000).

    Gambar 34. Wind Rose rata-rata arah dan kecepatan angin selama 10 tahun

    (1991-2000)

    Gambar 35. Histogram rata-rata arah dan kecepatan angin selama 10 tahun

    (1991-2000)

  • 51

    Tabel 15. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin 1991-2000

    Berdasarkan gambar wind rose yang diperoleh dari tahun 1991 sampai dengan

    2000, maka dapat terlihat bahwa sebaran arah angin dan sebaran kecepatan angin

    pada koordinat 27.5 LU dan 127.5 BT selama 10 tahun didominasi oleh angin

    yang berhembus dari arah 15o- 45o atau berhembus dari arah sekitar timur laut.

    Pada gambar windrose ditunjukan juga bahwa arah angin ini cenderung berhembus

    menuju arah barat daya dengan persentase 21.67% dan arah angin yang paling

    sedikit angin berhembus adalah tenggara sebesar 1.25% dengan kecepatan

    maksimum 5.7-8.8 m/s. Meskipun arah angin dominan dari arah 15o- 45o, angin

    yang berhembus dari arah 195o-225o dan 225o -255o atau barat daya juga cukup

    kuat mengimbangi angin yang berhembus dari timur laut dengan persentase 15%

    dengan kecepatan maksimum 8.8-11.1 m/s. Nilai yang diperoleh dari windrose ini

    merupakan gambaran rata-rata arah dan kecepatan angin dari unsur iklim yang

    mempengaruhi wilayah perairan Halmahera. Jika di analisis lebih lanjut arah

    hembusan angin ini mengikuti pola pergerakan angin pasat timur laut dan terjadi

    pelemahan pada pasat tenggara. Namun secara umum angin yang mendominasi

    perairan wilayah utara Halmahera adalah angin Barat Daya dan angin Timur Laut.

  • 52

    Berdasarkan histogram distribusi kecepatan angin yang terjadi selama 10 tahun

    berada pada kisaran 0.4-11.1 m/s. Kecepatan angin yang dominan terjadi berada

    pada selang 5.7-8.8 m/s dengan persentase 29.2% dan kecepatan angin yang paling

    tidak sering terjadi berada pada kisaran 8.8-11.1 dengan persentase 0.35% dan

    calm 0.4 %. Besar kecilnya kecepatan angin ini akan menentukan laju pergerakan

    bahang dan uapa air atau energy dari wilayah tersebut ke wilayah lainnya atau

    sebaliknya.

  • 53

    4.3 Stick plot angin selama 10 tahun (1991-2000)

    Gambar 36. Stick plot angin selama 10 tahun (1991-2000) Perairan Utara

    Halmahera 127. 5 BT dan 2.75 LU

    Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata pergerakan angin

    dari Utara-selatan bervariasi, secara umum mulai dari 0-10m/s. Pola angin yang

    didapatkan dari tiap tahun adalah serupa, dan hanya memiliki perbedaan sedikit

    saja tiap tahunnya. Bentuk angin yang berhembus dari utara-selatan ini membentuk

    pola osilasi yang sempurna yaitu dalam satu tahun akan mencapai titik maksimum

    dan sebaliknya titik minimum. Tanda negatif menunjukan dominasi kecepatan

    angin dari arah selatan dan positif angin dari arah utara. Kecepatan angin

    cenderung seimbang artinya setiap tahunnya terjadi pergantian dominasi kecepatan

    angin, ketika angin dari arah utara menguat maka angin selatan melemah dan

    sebaliknya.

    Arah angin timur-barat memiliki pola kecepatan yang hampir sama dengan

    pola kecepatan angin utara-selatan. Namun pola osilasi yang terbentuk tidak terlalu

  • 54

    harmonis (sempurna). Secara umum pola kecepatan berkisar antara 0-10 m/s.

    Tanda negatif menunjukan angin barat dan positif angin timur. Dari grafik terlihat

    bahwa kecepatan angin yang dominan adalah dari arah timur, hal ini terlihat jelas

    karena nilai kecepatan positif (timur) lebih dominan berada diatas (0 m/s) jika

    dibandingkan dengan kecepatan angin dari arah barat.

    Secara keseluruhan, sama seperti pembahasan sebelumnya, bahwa pola angin

    10 tahunan (1991-2000) pada perairan laut utara Halmahera masih didominasi kuat

    oleh frekuensi angin dari arah utara-timur laut dan barat daya-barat. Pola angin ini

    dapat dilihat jelas pada posisi stick plot yang condong berada dalam arah timur

    laut-utara dan barat daya-barat.

  • 55

    5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Pola pergerakan angin di wilayah utara Pulau Halmahera didominasi oleh

    angin dari arah timur laut dan barat. Angin di wilayah ini masih dipengaruhi oleh

    angin pasat timur laut dan tenggara serta sedikit pembelokan oleh pengaruh

    munsonal pada arah barat-barat daya. Pola pergerakan angin di utara Pulau

    Halmahera ini menunjukkan pola yang hampir sama tiap tahunnya, fluktuasi hanya

    terjadi kecil karena pengaruh faktor lokal seperti topografi dan fenomena iklim

    yang melalui wilayah ini. Dari pengamatan data angin 10 tahun 1991-2000

    kecepatan arah angin cenderung berhembus menuju arah barat daya dengan

    persentase 21.67% dan arah angin yang paling sedikit angin berhembus adalah

    tenggara sebesar 1.25% dengan kecepatan maksimum 5.7-8.8 m/s. Meskipun arah

    angin dominan dari arah 15o- 45o, angin yang berhembus dari arah 195o-225o dan

    225o -255o atau barat daya juga cukup kuat mengimbangi angin yang berhembus

    dari timur laut dengan persentase 15% dengan kecepatan maksimum 8.8-11.1 m/s.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa angin yang berhembus dominan di perairan

    utara pulau Halmahera adalah angin timur laut dan angin barat daya, sperti

    literature hal ini lebih dikenal dengan nama angin timur dan angin barat serta

    peralihannya.

    Berdasarkan periode bulanan, angin pada bulan Januari hingga Maret angin

    yang mendominasi adalah angin dari arah barat daya. Pada bulan April hingga

    September berhembus dari arah timur laut-utara. Sedangkan pada bulan-bulan

    lainnya mulai terjadi perlaihan angin ke posisi awal.

  • 56

    Kelebihan penggunaan WR Plot adalah perangkat ini mampu menampilkan

    arah dan kecepatan angin, tabel distribusi, histogram dan lainnya dalam sekali

    penggunaan. Selain itu jumlah arah angin yang ingin ditampilkan dapat diatur

    sesuai dengan kebutuhan. Berebeda halnya dengan perangkat lunak Matlab, untuk

    menggunakannya kita harus merubah sintakas dan hanya untuk eksekusi satu

    visualisasi saja.

    5.2 Saran

    Penggunaan WR Plot memiliki kemampuan visualisasi yang lebih baik

    dibandingkan dengan Matlab. Penggunaan MATLAB tidak memberikan hasil yang

    jelas dan lebih sulit dibaca dibandingkan dengan WRPlot. Dalam praktikum

    selanjutnya sebaiknya digunakan software lain yang dapat lebih baik menunjukkan

    pola angin dan dapat lebih mudah untuk dianalasis.

  • 57

    DAFTAR PUSTAKA

    [Anonim]. 2009. Angin . www.e-dukasi.net. [Bogor, 29 November 2009].

    [Anonim]. 2009. Geosthropic Flows.. http://www.atmos.umd.edu. [Bogor, 29

    November 2009].

    [Anonim]. 2009. Halmahera. http://www.wikipedia.com. [Bogor, 29 November

    2009].

    [Anonim]. Jenis-jenis Angin. www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=276

    [Anonim].WR Plot View. http://www.lakes-

    environmental.com/lakewrpl.html.[Bogor, 29 November 2009].

    Ahrens, C. Donald. 2007. Meteorology Today. Cengage Learning : USA.

    Holton, James R. 2004. Dynamic Meteorology. Elsevier :USA

    Wikipedia. Angin

    http://id.wikipedia.org/wiki/Angin [29 November 2009]

    . Wind

    http://en.wikipedia.org/wiki/Wind [28 November 2009]

    Pariwono dan Manan, 1991. Angin. O. S. R. Ongkosongo dan Suyarso (ed.). Angin

    . P3O-LIPI. Jakarta.

    Turyanti, Ana dan Effendy, Sobri. 2006. Meteorologi. Institut Pertanian Bogor :

    IPB.

    Wyrkti, K. 1987. Physical Oceanography of South East Asian Water. Naga Report.

    Vol 2. Scripps Institution of Oceanography. The University of California.

    La Jolla. California. 195 p.

  • 58

    LAMPIRAN

    Lampiran I: Metode Perolehan Data

    1. Browse menuju situs server data http://data.ecmwf.int/data/

    2. Masuk ke bagian Our Data Service klik bagian click here Klik untuk mendapatkan data ramalan selama 40 tahun, dan muncul

    tampilan sbb :

    3. Pilih Waktu dan parameter yang kita inginkan

  • 59

    4. Pilih parameter angin dan retrieve Net CDF

    5. Pilih wilayah Indonesia dan kemudian unduh dalam format * nc.

    Lampiran II : Metode perolehan dan pengolahan data dengan ODV dan Excel

    1. Buka file *nc yang telah di unduh dengan menggunkan ODV,klik semua variable.

  • 60

    2. Pilih semua variable dan klik use dummy variable.

  • 61

    3. Tentukan stasiun yang akan di amati dengan carab define polygon. Dan zoom

    wilayah tersebut

    4. Export-- ODV Spreedsheet -- Simpan dalam bentuk *.txt

    5. Buka file *.txt ke program excel

    6. Konversi U dan V wind component menjadi arah dan kecepatan dengan excel

    7. Buat excel baru dengan struktur data Tahun, Bulan, Tanggal, Pukul, Arah, dan

    Kecepatan angin secara berurutan. Simpan dalam *xls---- Sebagai input

    visualisasi WR Plot.

  • 62

    8. Untuk input Matlab, simpan file dalam *txt dan file terdiri dari 2 kolom yaitu

    kolom arah dan kecepatan yang sudah dihitung.

    Lampiran III : Visualisasi dengan menggunakan WR Plot

    1. Buka program WRPLOT

    2. Tools Import from excel

    3. Buka file *.xls dengan menu specify file Open

    4. Asosiasi Tahun, Bulan, Tanggal dst, dengan klik kiri

  • 63

    5. Pilih stations information seach stations Select Import *.sam

    6. Tutup semua program WRPLOT

    7. Buka kembali WRPLOT add file Open (buka fie *.sam) dan atur wind

    direction, units, orientations.

    8. Tampilkan Wind rose, frequency distributions, graph

    9. Edit copy to file bitmap

  • 64

    10. Untuk menyimpan histogram, lakukan dengan hal yang sama saat menyimpan

    visualisasi wind rose.

    Lampiran IV: Visualisasi dengan menggunakan Matlab

    1. Ambil file inputan * txt, buka file sintaks wind rose dan modifikasi

    2. load sesuai dengan nama file inputan

    3. WR akan tampil dan dieksekusi sebagai berikut :

  • 65

    4. Untuk menampilkan stick plot arah angin lakukan hal yang sama dengan WR.

    5. Atur tanggal mulai dan berakhir, load file *txt

    6. tentukan Julian date, jika dalam 1 hari Cuma 1 kali pengambilan data maka 1/24

    7. Eksekusi program,