827-890-1-PB.pdf
Transcript of 827-890-1-PB.pdf
-
7/24/2019 827-890-1-PB.pdf
1/9
Tinjauan
Pustaku
Merujuk Pasien
Luka
Bakari
Pertimbangan
Praktis.
Theddeus
O.H. Prasetyono,
Leo
Rendy
Departemen
llmu
Bedah, Fakultas
Kedolaeran
Universitas
Indonesia/
Rumah
Sakit
Dr.
Cipto Mangunkusumo,
Jakarta
Abstrak:
Selain mengancam
jiwa,
luka bakar
menimbulkan
berbagai
morbiditas yang
bukan
saja
gangguan
fisik
yang
berat
tetapi
juga
dampak
psikologis.
Gangguan
ini sering
demikian
serius sehinggq
menganggufungsi
sosial
penderitanya.
Perjalanan
penyakit
luka
bakar
dimulai
dari
fase
akut,
subqkut, dan
fase
lanjut
sehingga
diperlukan
perhatian
serius
harus
diberikan
untuk
jangka
waktu
yang panjang.
Tujuan
tatalaksana
lukq bakar
adalah
untuk
membantu
penderita
kembali kepada
kehidupan terbaiknya
pascaluka
bak(tr.
Dalam
praktik
penanganqn
luka
bakar, dokter
harus menguasai
diagnosis
berdasarkan
kriteria
derajat
berqt
luka
bakar.
Salah satu
kriteria
untuk
merawat
penderita
luka
bakqr
adalah
klasifikasi
yang
dibuat
oleh
Americsn
Burn Association
(ABA).
Keterampilan penegakan
diagnosis
penetqpan
indikasi
ra,uat
inap
dan tatalaksqna
praktis
menjadi
kunci
keberhasilan
dokter
di lini
depan
untuk ikut
menurunkan
angka morbiditas
dan mortalitas
luka bakar.
Sangatlah
penting
bagi
dokter
di
pelayanan
kesehatan
primer
untuk
menentukan kapan sebuah kasus
luka
bakar
cukup
ditanganinya
sendiri,
dirujuk ke rumah
sakit biasa,
atau harus
langsung
dirujuk
ke
pusat
pelayanan
luka
bakar. Keputusan
ini
dibuat
dengan
mempertimbangkan
luas,
dalam,
lokasi,
kondisi komorbiditas,
penyebab
luka bakar,
serta
usia
penderita.
Kata
kunci: luka bakar,
morbiditas, mortalitas,
rujukan
pasien
Dipresentasikan
sebagian
di
Kursus
Penambah
dan
Penyegar
Ilmu
Kedokteran
(KPPIK)
FKUI,
Jakarta, 23-26 Februari
2006
dan 22-23 Maret
2008
Maj Kedokt
Indon,
Volum:
58,
Nomor:
6,
Juni 2008
-
7/24/2019 827-890-1-PB.pdf
2/9
Merujuk
Pasien
Luka
Bqkar:
Pertimbangan
praktis
Referral
of Burn
Patients:
Practical
Consideration"
Theddeus
O.H. Prasetyono,
Leo
Rendy
Departement
of Surgery,
Faculty
of Medicine
University
of
Indonesia/
Cipto Mangunkusumo
Hospital,
Jakarta,
Indonesia
Abstract: In
addition
to
as
life
threatening
burn
injury
may create
various
morbidities,
not only
physically
but
also
psychologically.
The
impact
could
be so
serious
that
it
may
interfere
with
social
role
ofthevictim.
Burns
that undergo
acute, subacute,
and late phases,
requires
serious
manage-
mentfor
long
periods.
This
is
aimet at helping
burn
patient
during
his/her recovety
process
get
her/his
best
quality
of life after
burn injury.
In
practical
point
ofview, physician
must
haw
good
diagnostic
skill to
assess
the degree
ofburns
correctly.
One
ofthe
criteria
to categorize
burn
patient
isformulated
by
the
American Burn
Association.
Good
diagnostic
skill,
clear guidelines
for
referral patients,
together
with
practical
skiil in burn
management
are the
key
to
cut burn
mortality
and morbidity rate.
It
is
importantfor
a
primary
care
doctor to
determine
wet her
to
take
burn
patient
him/herself
or
to
referit
to
hospital,
or directly
care
of
a
to
a
burn
unit. This
decision
is
made upon
assessment
of
the
extent, depth,
and location,
of
burns, as
well
as
comorbid
conditions,
cause
ofburns, andpatientb
age.
Keywords:
burn
injury
morbidity,
mortality, patients refenal
Pendahuluan
Luka
bakar merupakan
cedera
yang
menimbulkan
derita
besar pada
penderitanya.
Selain mengancam
jiwa,
luka
bakar
juga
menyebabkan
berbagai
morbiditas
berupa
gangguan
fisik
yang
berat
serta
dampak
psikologis
yang
serius
yang
dapat
menganggu
fungsi
sosial
penderitanya.
Mekanisme
terjadinya,
luas,
dan
kedalaman
luka
bakar,
serta
usia
merupakan
faktor yang
sangat
menentukan
mortalitas
kasusluka
bakar.
Penderita
anak-anak
dan
usia lanjut
merupakan
faktor-faktor yang
sangat
menenfukan
mortalitas
kasus
luka
bakar.
Setelah
lolos
dari
maut
di tempat
kejadian
dan
dirawat
di
suatu
instansi
kesehatan,
masih
dapat
terjadi
komplikasi
atau penanganan
yang
kurang
tepat. Bahkan
selepas
rawat
inap, penderita
luka
bakar
yang
sudah
"sembuh"
kerap
kali
pulang
dengan
masalah
sosio-psikologis
akibat
kecacatan
yang
sangat
membutuhkan
pertolongan
ahli rekonstruksi
dan rehabilitasi.
Seorang penderita
yang
mengalami
lukabakar
seluas
5%
LPT
(luas
permukaan
tubuh)
membutuhkan
waktu
satu
bulan untuk
bisa kembali
ke
aktivitas
kerja
sehari-harinya
dan
penderita
dengan
luka,
I
0%
LPT
butuh
1
-6
bulan,
20%o
LPT
butuh
6 bulan- I
tahun,
dan35o/o
LPT
butuh lebih
dari
I
tahun.lPertolongan
pada
waktu,
dengan
cara,
dan oleh
orang
yang
tepat sangatlah
krusial
dalam
tatalaksana
kasus
luka
bakar.
Perjalanan
Penyakit
Perjalanan penyakit
luka
bakar
terdiri
dari fase
akut,
Maj
Kedokt
Indon,
Volum:
58,
Nomor:
6,
Juni
2008
subakut,
dan
fase lanjut.
Pada
fase
akut
(sejak
terjadinya
cedera
sampai
syok awal
teratasi;
0
sampai
+72
jam)
atau
yang
sering
disebut
fase
syok, yang
menjadi
ancaman
hidup
adalah
gangguan
airway
berupa pembengkakan
jalan
napas
akibat
cedera inhalasi
oleh
udara panas
atau
gas
toksik produk
pembakaran
di
tempat
kejadian, gangguan
breathing
akibat
eschar yang
melingkar
di
dada
atau trauma
toraks
terkait
cedera
(misal
frakur
iga
atau
pneumotoraks),
serta
gangguan
circulation
akibat
meningkatnya
permeabilitas
dinding
vaskular
yang
menyebabkan
ekstravasasi
cairan
intravaskular
dafan
;Ll:rtlahbesanrr
Pada
fase
subakut
(setelah
fase
akut
teratasi;
3
minggu
atau lebih),
yang
menjadi
masalah
adalah
keadaan
hipermetabolisme,
infeksi
hingga
sepsis,
serta
inflamasi
dalam
bentuk
SIRS
(sysrern
ic inflammatory
re-
s
p
o
ns e
syn
dr
om
e)
y
ang
dapat
mengarah
ke
MODS
(mu
t t
ip I
e
organ
dysfunction
syndrome)
hingga
MOF (multiple
organ
failure).2;
Masalah penutupan
luka
menjadi
titik
berat
penanganan
dalam
fase
subakut
ini.2
Setelah
dinyatakan
"sembuh"
dan
diperkenankan
untuk
mengikuti program
rawat
jalan,
pasien
lukabakarmasuk
dalam
fase
lanjut.
Dalam
fase
ini
penyulitnya
berupa
parut
hipertrofik,
keloid,
dispig-
mentasi,
kontraktur,
deformitas
dan
kecacatan
lain,
sefta
masalah
psikologis.
Semua
masalah
tersebut
harus
direkonstruksi
dan
direhabilitasi
secara
sinambung.
Derajat
dan
Luas
Luka
Bakar
Dalam praktik
penanganan
luka
bakar,
sangatlah
penting
untuk
memperkirakan
beratnya
luka
bakar
berdasarkan
luas
-
7/24/2019 827-890-1-PB.pdf
3/9
Merujuk
Pasien
Luka
Bakar: Pertimbangan
Praktis
dan derajat
kedalaman
luka bakar
serta bagian
tubuh mana
yang
terkena. Luka
bakar disebut luka
bakar
epidermal
atau
derajat
1
jika
kerusakan
hanya
terbatas
pada
lapisan
paling
superfisial
yaitu
lapisan
epidermis.
Kulit
tampak kemerahan
(*rit-mo). hieetancitifi
tidnk
ode
Lula, hcnye rda
mil*rat
lir+na
saja
(lihat
Ganbar
1).
Contoh tersering
luka
bakar
epidermal
(A)
Kerusakan
hanya
terjadi
di
lapisan
epidermis
saja.
(B)
Kulit
tampak
eritema
tidak
ada
bula,
dan
terasa
nyeri
Tabel
1.
Berbagai
Derajat
(Kedalaman
Luka Bakar)
dan
Karakterisitiknya
ada)ah
sunburn
akibat
berjemur
terlalu
lama.
penyembuhan
biasanya
terj
adi spontan
dalani
1
minggu
tanpa
parut.
Deraj
at
berikutnya
adalah
luka
bakar
superficial partial
thickness/
supe(icial
dermal
burn
atauhtka
bakar
derajat
2a
Kerusakan
men&snai e6idormic
dqn
eek*gim
luer
drmie,
I6uli*
t*mnak
merah
muda,
berbula,
basah,
dan terasa
nyeri
(tihat
Gambar
Gambar
2.
Luka
Bakar
Supe{icial
panial
Thickness
atau Derajat
2a.
(A)
Kerusakan
mengenai
epidermis
dan
sebagian
lapisan
superfisial
dermis.
(B)
Tampak
bula dan
kulit
di baliknya
bewama
merah
muda
dan terasa
nyeri
bila
terkena
rangsangan
Gambar
l.
Luka
Bakar
Epidermal/Derajat
l.
Derajat
luka
bakar
Warna kulit
Lepuh
kulit
Eschar
Sensasi
Penyem
buhan
spontan
Risiko
terbentuknya
parut
yang
buruk
Epidermal
Dermal
superfisial
Dermal
dalam
Full thickness
kemerahan
merah muda
tidak ada
ada
pucat
masih
mungkin
ada
keabu-abuan/
tidak ada
hitam, kering
nyeri
Ya
sangat
nyeri
biasanya
ya
(hiperestesia)
hipoestesia
sulit
atau lama
nyen
tidak
tidak
ada
kecil
bergantung
penyembuhan
luka
tinggi
tidak
ada
tidak
ada
mungkin
ada
ada
218
tidak
Maj
Kedokt
Indon,
Volum:
58,
Nomor:
6.
Juni
200g
-
7/24/2019 827-890-1-PB.pdf
4/9
Merujuk
Pasien
Luka
Bakar:
Pertimbangan
Praktis
-ffi
I
I
Gambar
3. Luka Bakar
Deep
Partial
Thickness
atau
Derajat
2b.
(A)
Kerusakan
mengenai
sebagian
besar lapisan
der
mis.
(B)
Kulit
tampak kemerahan pucat,
tidak
ada
bula,
dan kurang
terasa n1eri.
2).
Sel epitel
pada
folikel
rambut, kelenjar
keringat
dan
kelenlar
sebaseus
masih
banyak
sehingga
penyembuhan
spontan
yang
berasal
dari
keratinosit
di sisa
kelenjar
keringat, kelenjar
sebaseus, dan
folikel
rambut tersebut; penyembuhan
dapat
menyebabkan
perubahan
pigmentasi
kulit.sr
Pada
deep
par-
tial
thickness/deep
dermal
burn
atau
luka
bakar derajat2b,
kerusakan yang
terjadi
mencapai
sebagian
besar
lapisan
dermis.
Kulit
tampak
pucat
dengan
bercak
merah
darah
dan
tidak nyeri
lagi
(hipestesi)
(lihat
Gartbar
3).
Sel
epitel
yang
viabel
tinggal
sedikit,
sehingga penyembuhan
spontan
sulit
terjadi.
Penyembuhan
berlangsung lebih dari
3-4
minggu
dan
kemungkinan
besar
meninggalkan parut
hipertrofik
serta
kontrakfur
bila
tidak
diberikan
perawatan
yang
baik.
Luka
bakar
derajat
ini
sebaiknya
ditangani
dengan
cangkok
kulit
atau
skin
subtitute
lainnya
untuk
menutup
luka.
pada
luka
bakar
full
thickness
atau derajat
3,
seluruh ketebalan
kulit
habis
terbakar.
Kerusakan
dapat
pula
mencapai
jaringan
di
bawah
kulit
sampai
ke
otot bahkan
tulang.
Kulit
terlihat
keabu-abuan
atau hitam,
tidak
terasa
nyeri lagi,
tidak
ada
lagi
elemen
epitel
yang
tersisa
sehingga
tidak mungkin
terjadi
penyembuhan
spontan; harus
dilakukan
eksisi
jaringan
nekrotik
(eschar)
serta
diberi
penutup
skin
graft
(lihat
Maj
Kedokt
Indon,
Volum:
58,
Nomor:
6,
Juni
2008
(A)
Seluruh
ketebalan
kulit
rusak
sampai
ke
lemak
subkutis
atau lebih
dalam.
(B)
Kulit tampak
keabu_abuan,
kering,
tidak
nyeri
lagi.
(C)
Tampak
seluruh
ketebalan
kulit
gosong
dan
berwarna
hitam.
Luas
lukabakar
dihitung
dengan
carakira-kira
sehingga
dapat
terjadi
variasi
antarpemeriksa
(overestimasi
dapat
terjadi
akibat
mengikutsertakan
daerah
eritema
dalam
petrrit-ngan
Las
hkabakar)
J
Adatiga
cara
menghitung
luas
luka
bakar
masing-masing
dengan
kelebihan
dan
ke-
kurangannya
sesuai
dengan
tergantung
skenario
kasusnya.
7
Car a
y
ang
pertama
yaitu
menggunakan
p
e r
muk aan
p
q
lm
ar.
Luka
bakar
seluas
satu telapak
tangan
pasien
mewakili
0,78o/o
LPTs
(lebih
kecil
dibandingkan
estimasi
1o/o
LpT yang
Gambar
4.
Luka
Bakar
Fall
Thickness
atau
Derajat
3.
219
-
7/24/2019 827-890-1-PB.pdf
5/9
Merujuk
Pasien
Luka Bakar:
Pertimbangan
Praktis
Gambar
5.
Menggunakan
Telapak
Tangan
untuk
N{engukur
Luas
Luka
Bakar.
Satu
telapak
tangan
pasien
=
0,78% LPT.
umumnya
diingat
banyak
petugas
kesehatan)
(lihat
Gambar
5).
Cara ini
dapat
digunakan
untuk mengestimasi
luka bakar
yang
relatifkecil
(85%
TBSA,
dengan mengukur
luas
kulit
yang
tidak
terbakar),
namun
tidak
untuk luka
bakar
luas
sedang.T
Cara
yang
kedua
yarn-r
m
errggr;nakan
rules
of nine menurut
Wallace.
Tubuh
dibagi
menjadi
sebelas
areayang
setiap
areanya
seluas
904
Gamtrar
6.
Estimasi
Luas
Luka
Bakar
Berdasarkan
Rules
of
nine
(Wallace).
Angka-angka
tersebut
merupakan
persentase
luas permukaan
tubuh
(LpT).
persentase
kepala
anak lebih
besar
dibanding
orang
dewasa
selringga
terdapat perbedaan
persentase
di
kepala
leher
dan ketlua
ekstremitas
bawah.
LPT
(untuk
orang
dewasa)
dan
terdapat penyesuaian
pada
pasien
anak
dan
bayi
(lihat
Gambar
6). Dengan
cara
ini
dapat
untuk
menghitung
luka
bakar luas
sedang
hingga
luas
dengan
cepat. Pada praktiknya,
cara
ini
kurang
akurat
untuk
ijsia
;
_____
lenis kelamir:
Beiat
b6daili_.-,
llewasa
i
:': :::
1
t18
'eg',i
tn*uo';;'
::
igl
a8
lja,
l;'t:/l
ai,5la3.3
',
l,
:.ql
:,li
i
a
a,i
:
,.lr
1i
(
Anala
i
s.*
.f'\' t.
I 1q J ii
?
Lo"*-n"oi
:
ifi"rs
{1$
i 9"1
ipu.t",..:r \$
1,
,t \ .t'."
7
'r?{
I \\
.;.
\:-
ia+.
'$f
.l
rL$
"asJi18
''
.
.:4.
N
i,., | :
r..irlL
1n,,:
Area
Kepala
Leher
Trunkus
anterior
Trunkus posterior
Bokong kanan
Bokong
kiri
Genitalia
Brakhium
kanan
Brakhium
kiri
Antebrakhium
kanan
Antebrakhium
kiri
Tangan kanan
Tangan
kiri
Paha
kanan
Paha
kiri
Crus
kanan
Crus
kiri
Kaki
kanan
Kaki kiri
thn
1-4
thn
5-9
thn
10-14 thn
15
thn
Dewasa
Partial
Full
Total
thickness
2o
thickness
3r
7
2
t3
13
2%
2v,
i
4
4
3
3
2%
2%
9'/,
9v,
7
8
3v,
3'/,
Total
Gambar 7.
Lund
and Brcwder
chart.
Tabel
tersebut
dapat
membantu
perhitungan
luas
luka
bakar
secara
lebih
tepat sesuai perkem-
bangan
tubuh menurut
pertambahan
usia.
19
2
t3
l3
2t/z
2/,
1
4
4
3
3
21/,
2%
5%
5%
5
5
3%
3%
17
13
11
9
2222
13
13
13
13
13
t3
13
13
2t/z
2%
2/'
2t/z
2t/z
21/z
2y,
2%
1111
4444
4444
3333
3333
2%
2%
2%
2%
21/z
2%
2y,
2%
6%
8
\t/z
9
6k88%9
5
5Y,
6
6'/'
55Yr66%
3Y,
3%
31/'
3rt
3%
3%
3y,
3t/z
220
Maj Kedokt
Indon,
Volum:
58, Nomor:
6,
Juni
200g
-
7/24/2019 827-890-1-PB.pdf
6/9
Merujuk
Pqsien
Luka
Bqkar:
Pertimbangan
Praktis
mengestimasi
luas luka
bakar
pasien
anak
atau
bayi, karena
umumnya
petugas
kesehatan hanya
mengingat
dengan
pasti
rules
of nine untuk
pasien
dewasa.
Carayangketiga
adalah
menggunakan
bagan
Lund dan Browder.
Cara
ini
paling
tepat
dalam
memperhitungkan
luasnya
luka
bakar
karena dapat
mengikuti
perubahan
berdasarkan
perkembangan
tubuh
menurut
usia sehingga
sangat akurat
untuk
pasien
anak
(lihat
GambarT).
Merujuk
Pasien
Luka Bakar
Sangatlah
penting
bagi dokter
di
pelayanan
kesehatan
primer
untuk menentukan
kapan
sebuah kasus
luka bakar
cukup ditanganinya
sendiri,
dirujuk
ke rumah
sakit, atau harus
langsung
dikirim
ke RS
dengan
unit luka
bakar.
Keputusan
ini
dibuat
dengan
mempertimbangkan
luas,
dalam, lokasi,
kondisi
komorbiditas,
penyebab
luka
bakar,
sefia
usia
pasien.e
Yang
dapat
ditangani
sebagai pasien
rawat
jalan
langsung
oleh dokter
adalah kasus
luka
bakar
minor yaitu
luas
luka
bakar
derajat2
-
7/24/2019 827-890-1-PB.pdf
7/9
Merujuk
Pasien
Luka Bqkar: Pertimbangan
Praktis
Gambar
9.
(A)
Luka
Bakar Daerah
Genitalia dan Persendian
Inguinalis
Kanan
Serta
Tangan
Kanan.
(B)
Parut Hipertrofik
pada
Bekas
Luka
Bakar
di
Sepanjang Tungkai
Bawah
Hingga
Dorsum
pedis
Kiri.
(C)
Kontaraktur
pada
Daerah Leher-Wajah.
Ketiganya
merupakan
area luka
bakar
pada
tubuh yang
merupakan
kriteria
untuk dirujuk ke
unit luka
bakar,
karena rnemerlukan
penanganan
oleh Dokter
Spesialis Bedah
Plastik
dan Dokter Spesialis
Rehabilitasi
Medik.
I
2.
t
J.
4.
5.
6.
7.
8.
Luka
bakar
der ajat 2 >
1
0%o
LPT
Luka
bakar
yang
mengenai daerah
wajah, tangan,
kaki,
genitalia,
perineum,
persendian
utama(lihat
Gambar
9)
Luka
bakar
derajat 3
pada
kelompok
usia
berapa
pun
Luka
bakar
listrik
(termasuk
tersambar
petir)
Luka
bakar
akibat zat
kimia
Terdapat
cedera inhalasi
Terdapat
masalah medis
sebelumnya
(pre-existing
medi-
c al conditions)lkondisi
komorbiditas
Terdapat
hauma penyerta,
tetapi dengan
luka bakar
yang
paling
berpotensi
menimbulkan
mortalitas
dan mor-
biditas.
Jika
trauma
penyerta
yang
lebih
berpotensi
tinggi
menimbulkan
mortalitas
dan
morbiditas,
pasien
di-stabilkan
terlebih
dahulu
di trauma
center
sebelum
dihansferke
unit
luka
bakar.
9. Pasien
lukabakar
anakyang
dirawat di
rumah
sakityang
tidak
memiliki
petugas
dan
fasilitas
pelayanan
pasien
pediatrik
yang
memadai.
10.
Penderita
luka
bakar
yang
memerlukan
penanganan
khusus
untuk
masalah
emosional
dan sosial
atau
memerlukan
tindakan
rehabilitatif
khusus
(mencakup
kasus penganiayaan
dan
penelantaran
anak)
Tatalaksana
berikutnya
setelah kedalaman
luka
bakar
ditentukan
dapat
dilihat
pada
Gambar
8.
llustrasi
Kasus Penentuan
Rujuk-Rawat
Kasus
Luka
Bakar
Gambar
10. Kasus
l.
Seorang
laki-laki
dua
puluhan
tahun
datang
setelah kedua
tungkai
bawahnya
tersiram
air
panas
setengah
jam
sebelumnya.
Daerah
ter-
setersebut
terasa
nyeri
dan
timbul
bulae
pada
k ulitnya.
))1
Penderita pada kasus
1
berusia muda tanpa riwayat
komobiditas
yang
dapat
mengganggu penyembuhan.
Luka
bakar
yang
dialami
tergolong
luka
bakar
ringan
yang
meliputi
3
kali
luas
telapak
tangan penderita
atau sekitar
2$%
LpT
dan
berderajat
2a.
Walaupun
luka
bakar
mengenai
daerah
sendi,
dengan perawatan
yang
baik
terhadap
luka
bakar
derajat
2a,
diharapkan
tidak terjadi
gangguan
fungsi
di fase
lanjut.
Bulayang
besar dapat
dipecahkan
karena
berisi
cairan
yang
dapat
mengundang
infeksi
dan
menyulitkan
dressing
luka.
Kulit
bz
I
a
dap
at
dimanfaatkan
s
ebagai
dr
es
s
i
ng biolo gis
dan diberikan
moist
dressing
konvensional.
pemasangan
bidai
di
sisi
anterior
area
persendian
dapat mencegah
proses
kontraksi yang
kemudian
dapat
menyebabkan
kontraktur.
Dengan
demikian, penderita
ini
dapat
ditatalaksana
oleh
dokter.
Gambar
11.
Kasus
2.
Seorang pemuda
18
tahun
datang
se_
telah
terkena
semburan
api
pada
sisi
lateral
ekstremitas
atas
dan
trawah
8 hari
sebelumnya.
Penderita
pada
kasus
2
berusia
dewasa
muda
tanpa
riwayat
komobiditas
yang
dapat
mengganggu penyembuhan.
Luka
bakar
kira-kira
seluas
9% LPT
karena
mengenai
separuh
lateral
ekstrem
itas atas
(4
,5o/o
LPT)
dan area
pahakanan
(4
,5%o
Maj
Kedokt
lndon,
Volum:
58, Nomor:
6, Juni
2009
-
7/24/2019 827-890-1-PB.pdf
8/9
LPT). Kedalaman
luka
bakar
sebagian
besar
berderajat
2a;
sebagian
berbaur
dengan
luka
bakar derajat2b.
Area
perifer
luka
bahkan
sudah
mengalami
epitelisasi.
Luka
bakar
tidak
mengenai
area
persendian
bahu, sebagian melibatkan
area
persendian siku, dan
sedikitmengenai
sisi
lateral lutut.
Secara
umum luka
di area
persendian
berderajat 2a
sehingga
diprediksi
tidak
mengganggu
frrngsi sendi
di fase
lanjut. Luka
bakar
derajat
2adan2b
seluas
-
7/24/2019 827-890-1-PB.pdf
9/9
Merujuk Pasien
Luka Bakar: Pertimbangan
Praktis
perlu
ragu
untuk
merujuk
ketika
tidak
tahu atau ragu tentang
apa
y
ang harus
dilakukan.
DaftarPustaka
1.
Kao
CC, Garner WL. Acute burns. Plast Reconstr
Surg 2000;
t0s(7):2482-92
2. Prasetyono
TOH. Luka bakar: fase subakut.
J I Bedah Indones
2001.29(3):27
-34
3. Baue
AE. MOF, MODS,
and
SIRS:
What is in a
name
or
an
acronym? Shock 2006;26(5):438-49
4. Benson
A, Dickson WA, Boyce DE. Bums. BrMed
J. 2006
[cited
2007
Apil26l
332fl%52.AuaiEob
fon
:
http://bmj.com/cgi/
c
ontentl
fttll
3
32
/
7
5
42
/ 649
5.
Papini
R. Management
of burns
in
various depths. Br Med
J.
2004
[cited
2007 April 26] 329:158-60. Available from:
http://
bmj. com/ cgi content/ fii,ll/ 329 I
7
4 58 / |
5 8
6.
Klein
MB.
Thermal,
chemical, and electrical injuries. In: Thorne
CH,
d.
GrdCc
ad
$nitr's
PHb
Su@y
@ ed.
Philadelphia:
Lippincot
Williams & Wilkin,
a
Wolters Kluwer
Business,
2007.
p.132-49.
7.
Hettiaratchy
S, Papini R. Initial management
of a major
burn:
IlToassesment
and resuscitation.
Br Med
J. 2004
[cited
2008 Feb
7
I
329 :
I 0
I
-03.
Available from: http
://bmj. com/c
gi/content/full/
329/7457
n01
Amirsheybani
HR, Crecelius
GM, Timothy
NH, Pfeiffer
M,
Saggers
GC, Manders
EK. The
natural history
of
the
growth
of
the hand: I.
Hand area
as a
pe,rcentage
of body surface
area.
plast
Reconstr
Surg 2001
;107(3):726-33.
Morgan
ED, Bledsoe
SC, Barker
J. Ambulatory
management
of
bums.
Am
Fam
Physician.
2000
[cited
2008 Feb
91 62(9):2015-
26,
2029
-3
0, 2032. Av
ailable from
: http ://www
aafp-orgbfd
20001101/2015.htm|
American Bum
Assiciation
in consultation
with ACS.
Guidelines
for
operations
ofburn centers.
2006
[cited
2008 Feb
9]. Avail-
able from:
httD://www.ameriburn.org/chapter
I 4.
pdf.
Hettiaratchy
S, Papini
R.
Initial
management
of a major
bum: I-
overview.
Br Med
J.2004
[cited
2008 Feb
7] 328:1555-57.
Available
from: http://bmj.com/cei/content/full/328/745
5/l 5
5
5
American
College
of Surgeons
Committee
on Trauma.
Advanced
trauma life
support for
doctors:
student course
manual
7th ed.
Chicago:
American
College
of Surgeons, 2004
Hudspith
J, Rayatt
S. First
aid and treatment
of minor
burns.
BMJ. 2004
[cited
2008
Feb
7] 328:1487-89.
Available
from:
http:
/
lbmi.
coml cei/
content/ fulll
328
7
4
5
4
/
I 487
@"n
9.
l0
ll
t2
13
224
Maj
Kedokt
Indon,
Volum:
58, Nomor:
6,
Juni 2008