82
Transcript of 82
SURVEI KONDISI FISIK BAGI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB)
NEW PELITA DI KABUPATEN SUKOHARJO SOLO TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh
Nama : ARIF WIBOWO
NIM : 6101401006
Jurusan : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi S1
Fakultas : Ilmu Keolahragaan
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
ii
SARI
ARIF WIBOWO (2005) : Survei Kondisi Fisik bagi Siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) New Pelita Solo di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005.
Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana tingkat kondisi fisik Siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) New Pelita Solo di Kabupaten Sukoharjo.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kondisi fisik setiap individu Siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) New Pelita Solo.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan teknik tes. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SSB New Pelita Solo di Kabupaten Sukoharjo yang berumur 12-13 tahun yang berjumlah 30 orang. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling
Untuk mengukur tingkat kondisi fisik Siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) New Pelita Solo adalah dengan mengunakan tes kondisi fisik dari Sistem Monitoring Evaluasi dan Pelaporan (SMEP) khusus cabang olahraga sepak bola yang meliputi pengukuran 1) Hand Dynamometer, 2) Back Dynamometer, 3) Leg Dynamometer, 4) Sit -Up, 5) Push-Up, 6) Lari 50 meter, 7) Shutle-run, 8) Flexometer, 9) Vertical Jump, 10) Lari 15 menit.
Data yang diperoleh peneliti dianalisis dengan menggunakan statistik dengan analisis deskriptif prosentase.
Perhitungan statistik dilakukan terhadap seluruh sampel setelah melakukan tes kondisi fisik. Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan deskriptif prosentase, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Kondisi fisik pemain dalam kategori sempurna, baik sekali dan baik tidak ada (0%), 2) Kondisi fisik para pemain dalam kategori cukup berjumlah 5 anak (16,7%), 3) Kondisi fisik pemain dalam kategori kurang berjumlah 25 anak (83,3%). Dari perolehan data diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik para siswa SSB New Pelita Solo yang mangikuti tes pengukuran termasuk dalam kategori kurang, 25 anak atau 83,3% dari seluruh anak yang mengikuti tes .
Berdasarkan hasil dari penelitian disarankan agar pelatih Sekolah Sepak Bola (SSB) New Pelita Solo meningkatkan kondisi fisik para pemainnya melalui program-program latihan teknik, taktik dan fisik yang terencana dan terprogram dengan baik supaya dapat meningkatkan kondisi fisik para pemainnya secara keseluruhan agar yang kurang baik menjadi lebih baik dan dapat berprestasi dalam cabang olahraga Sepak Bola.
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 25 Oktober 2005
Pukul : 11.00-13.00 WIB
Tempat : Ruang Ujian Skripsi
Ketua Panitia
Drs. Khomsin, M.Pd. NIP: 131469639
Sekretaris,
Drs.Harry Pramono, M.Si. NIP: 131469638
iv
Dewan Penguji :
1. Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd. (Penguji I) NIP : 131764027 2. Drs. Bambang Priyono, M.Pd. (Penguji II) NIP : 131571552 3. Drs. Tri Rustiadi, M. Kes. (Penguji III) NIP : 131876221
3
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO : 1. Engkau telah diberi ilmu, maka jangan kau kotori ilmumu dengan
kegelapan dosa-dosa sehingga engkau tetap dalam kegelapan disaat
para ahli ilmu diterangi oleh cahaya ilmu mereka (Ringkasan
Ihya’ulumuddin, 1986:6).
2. Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu (QS.
Al-Mu’min: 60).
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk :
4
1. Almarhum Ayahanda tercinta yang telah
memberikan bekal ilmu agama dan kasih
sayangnya kepada diriku dimasa hidupnya.
2. Keluarga besarku (Ibunda, Kakak, Adik,
keluarga Bapak Widodo) yang
memberikan doa restu dan dukungan
semangat kepada diriku.
3. Rekan-rekan dekat ( Eni, Isa, Lukito,
Kosim, Hamid )yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Rekan-rekan seperjuangan PJKR 2001
5. Almameter FIK UNNES
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmad, taufik, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1 untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi FIK Universitas Negeri Semarang.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk menempuh studi di Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan izin penelitian.
5
3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas
Negeri Semarang yang telah mengarahkan dan memberi motifasi dalam
penelitian ini.
4. Bapak Drs. Bambang Priyono, M.Pd selaku dosen pembimbing utama dan
Bapak Drs. Tri Rustiadi, M.Kes selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan hingga terlaksananya
penyusunan Skripsi ini.
5. Dosen jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas
Negeri Semarang yang telah mendidik bekal ilmu pengetahuan.
6. Bapak Agus Saparno selaku manajer dan Bapak Yitno selaku pelatih Sekolah
Sepak Bola (SSB) New Pelita Solo.
7. Siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) New Pelita Solo yang telah banyak
membantu penelitian ini
8. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu kelancaran proses penelitian
dan penulisan skripsi ini.
Semoga Allh SWT memberikan pahala yang sesuai atas kebaikan yang
telah mereka berikan selama ini. Amin.
Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penulisan skripsi ini dapat
memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pembinaan dan peningkatan
prestasi olah raga di masa yang akan datang.
6
Semarang, Agustus 2005
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................
SARI........................................................................................................
PENGESAHAN ......................................................................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..........................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Alasan Pemilihan Judul......................................................
1.2. Permasalahan ....................................................................
1.3. Penegasan Istilah................................................................
1.4. Tujuan Penelitian ..............................................................
1.5. Manfaat Penelitian .............................................................
BAB II : LANDASAN TEORI
2.1. Landasan Teori..................................................................
7
2.1.1. Survei ..................................................................
2.1.2. Kondisi Fisik ......................................................
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Fisik
.............................................................................
2.1.4. Komponen-komponen Kondisi Fisik ..................
2.1.5. Latihan Kondisi Fisik..........................................
2.1.6. Kondisi Fisik yang Dominan Dalam Sepak Bola
2.1.7. Pembagian Usia Dalam Sepak Bola....................
2.1.8. Sistem Enerji Dalam sepak Bola.........................
2.1.9. Hubungan Usia Dengan Kondisi Fisik................
2.1.10. Usia / Umur .........................................................
2.1.11. Sepak Bola ……………………………………..
2.1.11.1 Teknik Permainan Sepak Bola ………..
2.1.11.2 Taktik Permainan Sepak Bola…………
2.1.11.3 Strategi Permainan Sepak Bola………..
2.1.12. Hubungan Kondisi Fisik dalam Permainan
Sepak Bola .........................................................
2.1.13. Tujuan Orang Bermain Sepak Bola……….........
2.1.14. Sekolah Sepak Bola New Pelita Solo ..................
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1.................................................................................. Populasi
penelitian...........................................................................
3.2.................................................................................. Sampel
dan Teknik Sampling ........................................................
3.3.................................................................................. Variabel
Penelitian...........................................................................
3.4.................................................................................. Instrumen
Penelitian...........................................................................
3.5. Tes dan Pengukuran Kondisi Fisik .................................
3.6. Penilaian Kemampuan Kondisi Fisik..............................
8
3.6.1. Prosedur Pelaksanaan Tes Kemampuan Kondisi
Fisik Cabang Olahraga Sepak Bola .....................
3.7. Metode Pengumpulan Data .............................................
3.8. Analisis Data ...................................................................
3.9. Faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian ………….
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ...............................................................
4.1.1. Deskripsi Masing-masing Latihan .......................
4.1.2. Tingkat Kondisi Fisik Secara Keseluruhan...........
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian...........................................
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ...........................................................................
5.2. Saran..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
LAMPIRAN............................................................................................
DAFTAR TABEL Tabel Halaman
1. Tabel tahap-tahap mulai belajar, spesialisasi dan usia puncak………
2. Tabel konversi nilai kategori kondisi fisik..........................................
3. Tabel norma penilaian kondisi fisik cabang olahraga sepak bola dan
teknik pengukurannya serta kategori setiap komponennya ...............
4. Tabel status kondisi fisik.....................................................................
5. Tabel deskripsi masing-masing latihan kondisi fisik ..........................
6. Tabel analisis deskriptif prosentase siswa SSB New Pelita Solo........
7. Tabel hasil tes kondisi fisik pemain SSB New Pelita Solo .................
8. Tabel hasil kemampuan VO2 max......................................................
9
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Gambar Piramida Latihan Berdasarkan Usia ..................................... 25
2. Tes Pull and Push Dynamometer....................................................... 67
3. Tes Back and Leg Dynamometer ....................................................... 67
4. Tes Sit-Up........................................................................................... 68
5. Tes Push-Up....................................................................................... 68
6. Tes Lari 50 meter ............................................................................... 69
7. Tes Shuttle run 6x10 meter ................................................................ 69
8. Tes Flexsometer ................................................................................. 70
9. Tes Vertical Jump .............................................................................. 70
10
10. Tes Lari 15 menit ............................................................................... 71
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Tes Kondisi Fisik Pemain SSB New Pelita Solo……………. 72
2. Daftar Nama Petugas Pengambil Data…………………………….. 75
3. Surat Keputusan Pembimbing.…………………………………….. 76
4. Surat Ijin Penelitian dari Dekan……………………………………. 77
5. Surat Keterangan Penelitian dari SSB New Pelita Solo……………. 78
6. Surat Keterangan Hasil Pengujian Stop Watch…………………….. 79
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam upaya membina prestasi yang baik maka pembinaan harus dimulai
dari pembinaan usia muda dan atlet muda berbakat sangat menentukan menuju
tercapainya mutu prestasi optimal dalam cabang olahraga sepak bola. Bibit atlit
yang unggul perlu pengolahan dan proses kepelatihan secara ilmiah, barulah
muncul prestasi atlit semaksimal mungkin pada umur-umur tertentu. Atlit
berbakat umur muda dapat ditemukan di sekolah-sekolah, klub, organisasi
pemuda dan kampung-kampung.
Pembinaan pemain sepak bola memiliki empat aspek yaitu:
1. Pembinaan teknik (keterampilan)
2. Pembinaan fisik (kesegaran jasmani)
3. Pembinaan taktik.
4. Kematangan juara.
(Soekatamsi, 1988:11).
Dalam pembelajaran sepak bola, kita mengenal aspek-aspek yang perlu
dikembangkan. Seperti aspek psikomotor, yang meliputi kemampuan fisik dan
keterampilan. Unsur-unsur kondisi fisik yang dapat dikembangkan melalui
olahraga sepak bola seperti, kekuatan, kecepatan, kelincahan, daya tahan dan
12
lainnya. Sedangkan aspek skill, sepak bola tergolong pada jenis olahraga yang
memiliki keterampilan terbuka. Artinya kita dituntut untuk memanipulasi objek,
lingkungan, dalam situasi yang berubah-ubah dari tekanan lawan, ruang dan
waktu yang terbatas.
Dalam olahraga sepak bola dibutuhkan kondisi fisik yang baik, maka
untuk menuju kesana perlu dibuat program-program latihan yang baik serta
didukung dengan fasilitas dan tenaga pelatih yang profesioanl.
Kondisi fisik dan kesegaran jasmani sangat dipengaruhi faktor usia. Pada
anak-anak dan remaja kemampuan fisik akan meningkat sampai tercapai
maksimal sekitar umur 20-30 tahun, kemudian dengan bertambahnya umur akan
terjadi penurunan yang berangsur-angsur (Dangsina Moeloek, 1984:31).
Dengan melakukan latihan fisik yang teratur, yang sebaiknya sudah
dimulai sejak usia muda, sehingga penurunan kondisi fisik dapat diperlambat.
Untuk meningkatkan kondisi fisik biasanya pelatih memberikan tes yang
didalamnya mengandung beberapa aspek yang berhubungan dengan kondisi fisik
yang terdiri dari tes kelentukan, kecepatan, daya tahan, kelincahan dan kekuatan
yang kesemua tes tersebut bertujuan untuk mengetahui dan meningkatkan kondisi
tiap pemain. Karena, tanpa fisik yang bagus seorang pemain tidak akan dapat
mengembangkan permainannya. Biasanya pelatih setelah memberikan tes tersebut
pada para pemain, ia akan mengadakan evaluasi apakah tes yang diberikan
berhasil atau tidak didalam meningkatkan kondisi fisik para pemainnya. Evaluasi
itu biasanya bisa berupa uji coba dengan cara bertanding atau bermain. Karena
13
dengan cara tersebut pelatih dapat mengetahui tingkat kondisi fisik para
pemainnya.
Sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah, Solo juga dapat dikatakan
sebagai kota yang mendidik dan melahirkan bintang-bintang muda dalam kancah
sepak bola, seperti Indriyanto Nugroho, Agung Setyobudi, I Komang Putra dan
masih banyak bintang-bintang muda yang sekarang berada di klub-klub besar di
Indonesia. Tak heran jika di Solo banyak klub-klub sepak bola dari tingkat
perkotaan sampai tingkat pedesaan, salah satunya adalah SSB New Pelita Solo.
Untuk melakukan pembinaan klub-klub tersebut, Pemerintah Daerah bersama
KONI Daerah menyelenggarakan kompetisi antar klub se-Kabupaten Sukoharjo
Solo. Dengan diadakannya kompetisi ini Pemerintah Daerah dapat mencari bibit-
bibit muda yang berbakat. SSB New Pelita Solo mempunyai cukup banyak
anggota yang terbagi dalam beberapa kelompok usia, yaitu kelompok yunior usia
12 –19 tahun dan kelompok senior usia 20 tahun keatas dengan jadual latihan
seminggu tiga kali yaitu pada hari Rabu, Jumat dan Minggu.
Latihan teknik dan taktik di SSB New Pelita Solo dilakukan dengan
mengkombinasikan berbagai gerakan teknik dasar bermain sepak bola dengan
diselingi aktivitas fisik seperti melompat-lompat keatas dengan dua kaki rata-rata
paha, setelah itu anak berlari menuju bola yang berada didepannya dengan jarak
lima meter dan melakukan shooting bola kearah gawang, selain itu pemain
melakukan shooting bola ke arah gawang dengan menggunakan lima buah bola
dengan menembakkan bola satu persatu kearah gawang dengan jarak 20 m dengan
palaksanaan anak menembak bola pertama dengan cara berlari dari belakang bola
14
yang berjarak 10 m setelah itu anak kembali kegaris start, gerakan ini dilakukan
secara berulang-ulang.
Dengan kondisi fisik yang baik seorang pemain dalam suatu pertandingan
dapat menerapkan teknik, taktik, strategi dan cara bermain sepak bola yang baik
dan mampu bermain selama 2x45 menit. Didalam sepak bola adanya keterkaitan
antara satu komponen dengan komponen yang lain sangatlah penting dan hal
inilah yang kurang dimiliki oleh para pemain SSB New Pelita Solo. Karena
berdasarkan pengamatan di dalam setiap pertandingan para pemain SSB New
Pelita Solo bermain cukup bagus di menit-menit awal baik dari segi teknik, taktik,
maupun kematangan juara sudah dimiliki para pemain. Tetapi itu semua tidak
didukung oleh kondisi fisik para pemainnya sehingga di menit-menit terakhir
kondisi fisik para pemain banyak yang menurun dan keadaan seperti inilah yang
biasanya dimanfaatkan oleh pemain lawan untuk mencetak gol. Penurunan
kondisi fisik ini disebabkan karena tidak adanya program latihan fisik yang
dilakukan secara sistematis, terencana dan teratur. Untuk meningkatkan
kemampuan gerak dan kesegaran jasmani yang dibutuhkan dalam menunjang
aktivitas olah raga maka perlu disusun suatu program latihan fisik yang sistematis,
teratur dan terencana dengan baik.
Berdasarkan uraian pengamatan diatas latihan kondisi fisik secara khusus
sangat diperlukan bagi siswa SSB New Pelita Solo. Sebab latihan-latihan kondisi
fisik yang sudah dilakukan di SSB New Pelita Solo saat ini sangat kurang. Untuk
mendapatkan hasil kondisi fisik yang signifikan (berarti) terhadap aspek teknik
maka dibutuhkan pelatih khusus fisik. Hal inilah yang kurang menjadi perhatian
15
di SSB New Pelita Solo. Sebab di SSB New Pelita Solo, setiap kelompok umur
hanya dipegang oleh satu pelatih, dimana pelatih itu selain melatih fisik juga
melatih teknik dan taktik permainan sepak bola. Jadi untuk penekanan khusus
terhadap fisik sangat kurang. Dengan demikian secara tidak langsung terjadi
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Harapan yang diinginkan adalah
tercapainya kondisi fisik yang baik. Tetapi kenyataan yang ada di lapangan, untuk
mencapai kondisi fisik yang baik tidak disertai dengan penanganan yang baik
karena tidak adanya pelatih khusus fisik. Hal inilah yang menyebabkan
pencapaian terhadap prestasi di dalam pertandingan sepak bola sulit tercapai,
sehingga mulai saat ini kondisi fisik para pemain mulai dibenahi dan ditingkatkan
melalui latihan fisik yang terprogram.
Atas dasar uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian yaitu "Survei
kondisi fisik bagi siswa SSB New Pelita di Kabupaten Sukoharjo Solo".
Adapun alasan peneliti memilih judul penelitian diatas adalah sebagai
berikut:
SSB New Pelita Solo dalam melakukan beberapa pertandingan terakhir prestasi
dan kualitas pemainnya menurun.
Penurunan prestasi ini disebabkan karena kondisi fisik pemain yang mengalami
penurunan kualitas sehingga mempengaruhi hasil permainan.
Kondisi fisik yang menurun ini disebabkan karena kurangnya latihan fisik yang
terprogram dan tidak adanya pelatih fisik yang menangani secara khusus.
Latihan teknik dan taktik yang dikombinasikan dengan aktivitas gerak fisik dalam
setiap latihan belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
peningkatan kondisi fisik para pemainnya.
16
Untuk itu perlu diketahui seberapa jauh kondisi fisik para pemain SSB New Pelita
Solo.
1.2 Permasalahan
Dalam suatu penelitian mempunyai permasalahan yang perlu diteliti,
dianalisis dan dicari permasalahannya. Bagi pemain sepak bola faktor fisik sangat
menentukan dan mempengaruhi dalam permainan sepak bola.
Masalah penelitian adalah sebuah pernyataan yang merupakan perasan
atau simpulan dari uraian tentang situasi problematik (Ihalauw,2003). Menurut
Copper dan Emory (1995) masalah penelitian adalah satu atau dua kalimat yang
tidak dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak”, dan merupakan sebuah masalah
yang luas, akan diukur, digali dan diuji secara mendalam melalui hipotesis-
hipotesis yang dikembangkan.
Dalam penelitian ini permasalahan yang diambil oleh peneliti adalah :
Bagaimana tingkat kondisi fisik para siswa Sekolah Sepak Bola (SSB)
New Pelita di Kabupaten Sukoharjo Solo.
1.3 Penegasan Istilah
Guna menghindari perbedaan penafsiran tentang istilah-istilah pada judul
skripsi ini perlu diadakan penegasan istilah sebagai berikut:
1.3.1 Survei
Survei adalah salah satu jenis penelitian untuk mengetahui pendapat dari
informasi yang diperoleh dari penelitian, dapat dikumpulkan dari seluruh populasi
dan dapat pula dari sebagian dari populasi (Suharsimi Arikunto,1993:321).
17
Penelitian survei adalah “penelitian yang mengambil sampel dari suatu
populasi dan mengunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok.”(Masri Singarimbun dkk, 1987:3).
Pada penelitian ini survei diartikan sebagai alat atau metode dalam
memperoleh data dengan teknis tes.
1.3.2 Kondisi Fisik
Kondisi fisik ditinjau dari segi faalnya adalah kemampuan seseorang dapat
diketahui sampai sejauhmana kemampuannya sebagai pendukung aktivitas
menjalankan olahraga.
Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang
tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya
(M. Sajoto, 1995: 8).
1.3.3 Umur (12-13 tahun)
1.3.3.1 Periode Umur 12-13 Tahun
1. Memasuki periode transisi dari anak kepradewasa. Perempuan biasanya lebih
dewasa dari pada laki-laki akan tetapi anak laki-laki memiliki daya tahan dan
kekuatan yang lebih.
2. Pertumbuhan tubuh yang cepat, tetapi kurang teratur, sering mengakibatkan
keseimbangan tubuh terganggu, karena gerakan-gerakannya cenderung kaku.
3. Lebih mementingkan keberhasilan tim/kelompok dibanding individu dan lebih
menyenanggi permainan, pertandingan yang mengunakan peraturan resmi dan
lebih terorganisir, ingin diakui dan diterima sebagai anggota kelompok.
4. Adanya minat dalam aktivitas yang dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya, mulai adanya minat untuk latihan fisik.
5. Senang berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi aktif, perlu ada bimbingan dan
pengawasan dalam pergaulannya dengan lawan jenis.
18
(Garuda Mas, KONI 2000: 69-70)
Anak laki-laki menunjukkan perkembangan tinggi badan yang tak
seimbang dengan kemampuan fisiknya, terutama otot tungkai dan anggota badan
bagian atas. Karena itu pada puncak pertumbuhannya terjadi gangguan pada
keseimbangan sebagai contoh adalah anak sering sekali mudah terjatuh. Pada
masa ini pembinaan kekuatan yang sepadan tidaklah membahayakan, namun tetap
diingat penggunaan beban yang terlampau berat diluar batas toleransi dapat
berakibat negatif yang menyebabkan jaringan epipesis terhenti pertumbuhannya
(Rusli Lutan dkk, 2004: 50).
Pada anak usia SLTP misalnya, kondisi fisik mereka sudah mulai
berkembang pesat seperti kekuatan, kecepatan, dan daya tahan sehingga ia lebih
siap menerima beban latihan yang lebih berat.
1.3.4 Sepak Bola
Sepak bola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari
sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang (Sucipto dkk, 2000: 7).
Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai,
kecuali penjaga gawang yang diperbolehkan menggunakan lengannya di daerah
tendangan hukumannya. Dalam perkembangannya permainan ini dapat dimainkan
diluar ruangan (out door) dan didalam ruangan (in door).
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauhmana tingkat kondisi fisik setiap individu siswa Sekolah Sepak Bola (SSB)
New Pelita Solo.
19
1.5 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini manfaat yang dapat diperoleh yaitu:
Bagi peneliti sebagai bahan referensi dan media informasi tentang manfaat dan
kegunaan tes kondisi fisik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti pada
Sekolah Sepak Bola (SSB) didalam membina dan menciptakan calon bibit-
bibit pemain sepak bola yang profesional dan handal bagi perkembangan sepak
bola di Kabupaten Sukoharjo Solo.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Survei
Survei adalah salah satu jenis penelitian untuk mengetahui pendapat dari
informasi yang diperoleh dari penelitian yang dikumpulkan dari seluruh populasi
dan dapat pula dari sebagian populasi (Suharsimi Arikunto, 1993: 321).
Penelitian survei adalah “penelitian yang mengambil sampel dari suatu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok”(Masri Singarimbun dkk, 1987: 3).
Pada penelitian ini survei diartikan sebagai alat atau metode dalam memperoleh
data dengan teknik tes.
2.1.2 Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang
tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya
(M. Sajoto, 1995: 8), sedangkan menurut Sugiyanto (1993: 221), kemampuan
fisik adalah kemampuan memfungsikan organ-organ tubuh didalam melakukan
aktivitas fisik.
Kondisi fisik sangat penting untuk mendukung aktivitas psikomotor.
Gerakan yang terampil bisa dilakukan apabila kondisi fisiknya memadai.
Tubuh manusia pada garis besarnya terdiri dari unsur jasmani dan rohani.
Unsur jasmani dapat dilihat dari sudut pandang yaitu 1) dari segi wujudnya yang
21
dapat dilihat secara jelas seperti anatomi/antropometri, 2) dilihat dari kemampuan
atau kapasitas kerjanya yaitu dari segi faalnya. Dalam keadaan seperti ini, kondisi
fisik seseorang akan dapat diketahui sampai seberapa jauh kemampuannya dalam
mendukung aktivitas olahraganya. Keadaan tersebut tidak dapat dilihat secara
langsung seperti yang pertama, melainkan harus melalui suatu tes, baik
laboratorium maupun lapangan.
Komponen kondisi fisik (Bompa, 1990: 29) sebagai komponen kesegaran
biometrik dimana komponen kesegaran motorik terdiri dari dua kelompok
komponen, masing-masing adalah kelompok kesegaran jasmani yaitu:
1) kesegaran otot, 2) kesegaran kardiovaskuler, 3) kesegaran keseimbangan
jumlah dalam tubuh dan 4) kesegaran kelentukan. Kelompok komponen lain
dikatakan sebagai kelompok komponen kesegaran motorik yang terdiri dari:
1) koordinasi gerak, 2) keseimbangan, 3) kecepatan, 4) kelincahan, 5) daya ledak
otot.
Disamping itu ada dua komponen yang dapat dikategorikan sebagai
komponen kondisi fisik yaitu: 1) ketepatan dan 2) reaksi. Apabila komponen
koordinasi gerak digabung kedalam komponen kelincahan, maka ada 10
komponen yang masuk kategori kondisi fisik.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Fisik
Dalam meningkatkan kondisi fisik banyak faktor yang harus dimiliki
selain 10 komponen kondisi fisik. Faktor yang mempengaruhi kondisi fisik
adalah: 1) faktor latihan, 2) prinsip beban latihan, 3) faktor istirahat, 4) kebiasaan
hidup sehat dan 5) faktor lingkungan 6) faktor makanan.
22
2.1.3.1 Faktor latihan
Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan penambahan beban latihan atau
pekerjaan ( Harsono, 1988: 101).
Selain penambahan beban latihan frekuensi latihan juga harus diperhatikan
untuk meningkatkan prestasi atlit. Frekuensi latihan yang baik dilakukan tiga kali
dalam seminggu agar atlit tidak mengalami kelelahan yang kronis.
Dalam olahraga prestasi latihan harus mempunyai tujuan yang pasti,
mempunyai prinsip latihan serta berpengaruh terhadap cabang olahraga yang
diikutinya, bahwa ada pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan latihan
adalah peningkatan prestasi yang maksimal, peningkatan kesehatan dan
peningkatan kondisi fisik. Adapun tujuan latihan menurut penekanannya adalah
sebagai berikut:
1. Pembentukan kondisi fisik (physical build up)
Unsur yang dibentuk dan dikembangkan meliputi kekuatan, daya tahan, daya
otot, kecepatan, daya lentur, kelincahan, keseimbangan, ketepatan dan reaksi.
2. Pembentukan teknik (technical build up)
Pembentukan teknik harus dimulai dari teknik dasar ke teknik yang lebih
tinggi dan akhirnya menuju kepada gerakan-gerakan yang otomatis.
3. Pembentukan taktik (technical build up)
Pembentukan taktik meliputi pentahapan dan penyerangan termasuk
didalamnya penyusunan strategi, sistem dan pola.
23
4. Pembentukan mental (mental build up)
Pembentukan mental dan usur psikologis sesuai dengan cabang olahraga yang
diikuti.
5. Pembentukan kematangan juara
Akhir dari pembentukan harus menuju kematangan juara. Dengan bekal fisik,
teknik, taktik yang didukung mental bertanding yang merupakan keselarasan
yang matang antara tindakan dengan mental bertanding.
2.1.3.2 Prinsip-prinsip beban lebih (overload)
Dengan mengunakan prinsip overload maka kelompok otot akan
berkembang kekuatannnya secara efektif. Penggunaan beban secara overload akan
merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang mendorong meningkatkan
kekuatan otot (M. Sajoto, 1995: 30)
2.1.3.3 Faktor istirahat
Tubuh akan merasa lelah setelah melakukan aktivitas, hal ini disebabkan
karena pemakaian tenaga untuk aktivitas yang bersangkutan. Untuk
mengembalikan tenaga yang dipakai, diperlukan istirahat. Dengan istirahat tubuh
akan menyusun kembali tenaga yang hilang.
2.1.3.4 Faktor kebiasaan hidup sehat
Kondisi fisik yang baik harus didukung kesegaran jasmani yang baik pula.
Dengan kebiasaan hidup yang sehat maka seseorang akan jauh dari segala bibit
penyakit yang menyerang. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus memperhatikan
dan menerapkan cara hidup yang sehat antara lain:
1. Makan yang dikonsumsi harus mengandung empat sehat lima sempurna
2. Menghindari rokok dan minuman keras dan selalu menjaga kebersihan
lingkungan
24
2.1.3.5 Faktor lingkungan
Lingkungan adalah tempat dimana seseorang itu tinggal dalam waktu yang
lama, dalam hal ini menyangkut lingkungan fisik, serta sosial, mulai dari
lingkungan perumahan, lingkungan daerah tempat tinggal dan sebagainya.
Sebelum diterjunkan ke arena pertandingan, seorang pemain sudah berada
dalam kondisi dan tingkat kesegaran jasmani yang baik untuk menghadapi
intensitas kerja dan tekanan-tekanan yang akan timbul dalam pertandingan.
Proses pelatihan kondisi dalam olahraga adalah suatu proses yang harus
dilakukan dengan hati-hati, sabar dan penuh kewaspadaan terhadap atlit. Melalui
latihan yang dilakukan berulang-ulang, yang intensitas dan kompleksitasnya
sedikit demi sedikit bertambah, lama kelamaan seorang pemain akan berubah
menjadi orang yang lebih lincah, terampil dan lebih berhasil guna.
Setelah pemain mencapai tingkat kondisi yang baik untuk menghadapi
musim-musim berikutnya, latihan-latihan kondisi tersebut harus tetap dilanjutkan
selama musim dekat perlombaan, meskipun tidak seintensif seperti sebelumnya.
Maksudnya adalah tingkatan kondisi fisik dapat tetap dipertahankan selama
musim-musim tersebut.
2.1.3.6 Faktor makanan dan gizi
Untuk memperbaiki makanan seseorang atau atlit sesuai dengan tenaga
yang dibutuhkan selama latihan atau melakukan aktivitas. Untuk seorang atlit
membutuhkan 25-30% lemak, 15% protein, 50-60% hidrat arang dan vitamin
serta mineral lainnya. Jadi untuk pembinan kondisi fisik dibutuhkan banyak
makanan yang bergizi yang mengandung unsur-unsur protein, lemak, garam-
garam mineral, vitamin dan air.
25
2.1.4 Komponen-komponen kondisi fisik
2.1.4.1 Kekuatan (Strenght)
Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuan
dalam mempergunakan otot-otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M.
Sajoto, 1995: 8).
Kekuatan adalah kemampuan untuk membangkitkan keteganggan otot
terhadap suatu keadaan (Garuda Emas, 2000: 90). Kekuatan memegang peranan
yang penting, karena kekuatan adalah daya pengerak setiap aktifitas dan
merupakan persyaratan untuk meningkatkan prestasi.
2.1.4.2 Daya Tahan (Endurance)
Daya tahan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya
untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan
beban tertentu (M. Sojoto, 1995: 8)
Daya tahan adalah kemampuan untuk bekerja atau berlatih dalam waktu
yang lama, dan setelah berlatih dalam jangka waktu lama tidak mengalami
kelelahan yang berlebihan (Garuda Emas 2000: 89).
2.1.4.3 Daya Otot (Muscular Power)
Daya otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan
maksimum yang dikerjakan dalam waktu yang sependek-pendeknya (M.
Sajoto,1995:8)
Daya otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya
untuk berkontraksi secara teratur dalam waktu yang relatif lama dengan beban
tertentu (Uen Hartiawan, 2002:7).
26
2.1.4.4 Kecepatan (Speed)
Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya (M. Sajoto, 1995: 8).
Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya (Uen Hartiawan, 2002:7). Kecepatan dapat dibedakan antara kecepatan
gerak dan kecepatan eksplosif.
2.1.4.5 Daya Lentur (Flexibility)
Daya lentur adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk
segala aktivitas dengan pengukuran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah
ditandai dengan tingkat fleksibilitas persendian pada seluruh permukaan tubuh
(M. Sajoto, 19995: 9). Daya lentur adalah efektifitas seseorang dalam penyesuaian
diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas (Uen
Hartiawan,2002:7).
Daya lentur yang buruk juga mempengaruhi kecepatan dan daya tahan.
Karena, otot-otot harus bekerja keras untuk mengatasi tahanan menuju langkah
yang panjang.
2.1.4.6 Kelincahan (Agility)
Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu,
seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan
tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik (M. Sajoto,
1995: 9). Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dengan cepat pada
waktu bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuh
(Garuda Emas, 2000:88). Tes yang digunakan untuk mengukur kelincahan
seseorang yang sangat sederhana adalah shuttle-run dan dodging-run.
27
2.1.4.7 Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan organ-
organ syaraf otot (M.Sajoto, 1995:9).
2.1.4.8 Koordinasi (Coordination)
Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-
macam gerak yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif
(M.Sajoto, 1995:9). Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan
dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan dengan efisien dan penuh
ketepatan (PB.PASI, 1993: 75).
Seorang atlet dikatakan memiliki tingkat koordinasi yang baik bila ia
mampu melakukan skill dengan baik dan cepat dan dapat menyelesaikan tugas
latihan.
2.1.4.9 Ketepatan (Accuracy)
Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakan-
gerakan bebas terhadap suatu sasaran, sasaran ini dapat merupakan suatu jarak
atau mungkin suatu objek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bidang
tubuh (M. Sajoto, 1995:9).
2.1.4.10 Reaksi (Reaction)
Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya
dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indra, syaraf atau rasa
lainnya (M. Sajoto, 1995:10).
Status kondisi fisik seseorang dapat diketahui dengan cara penilaian
bentuk tes kemampuan (M.Sajoto, 1995:10). Reaksi dapat dibedakan menjadi tiga
macam tingkatan reaksi terhadap rangsang pandang, reaksi terhadap pendengaran,
reaksi terhadap rasa.
28
2.1.5 Latihan Kondisi Fisik
Dalam latihan kondisi fisik, dapat dibedakan menjadi dua macam program
latihan. Pertama program latihan peningkatan kondisi fisik baik perkomponen
maupun secara keseluruhan. Hal ini dilaksanakan bila berdasarkan tes awal
pemain yang bersangkutan belum berada dalam status kondisi fisik yang
diperlukan untuk pertandingan-pertandingan yang akan dilakukannya. Misalnya
pada saat tes seorang pemain sepak bola mempunyai VO2max 45 ml/kg/menit.
Sedang menurut kenyataan yang diperlukan, bagi pemain sepak bola dalam
kondisi puncak adalah (56-70) ml/kg/menit, maka seorang pelatih kemudian
menyusun program latihan endurance bagi pemain tersebut sedemikian rupa
sehingga pada saat turnamen berlangsung pemain yang dimaksud dengan status
VO2 max-nya sudah mencapai (56-70) ml/kg/menit dan sebagainya.
Kedua, program latihan mempertahankan kondisi fisik, yaitu suatu
program latihan yang disusun sedemikian rupa sehingga dengan program tersebut
diharapkan akan berada dalam status kondisi puncak sesuai dengan kondisi fisik
yang dibutuhkan untuk cabang olahraga yang bersangkutan dalam suatu turnamen
atau pertandingan tertentu (M. Sajoto, 1995:29)
2.1.6 Kondisi Fisik yang Dominan Dibutuhkan Dalam Sepak Bola
2.1.6.1 Kekuatan (Strength)
Kekuatan otot adalah kemampuan badan dalam mengunakan daya (PB
PASI, 1993:70). Sedangkan kekuatan adalah kemampuan memaksimalkan dari
satu atau lebih kelompok otot dalam menampilkan kekuatannya (Djanu Ismanto,
1991:77).
29
Kekuatan penting bagi setiap event baik untuk atlit pria atau wanita.
Serabut otot yang ada didalam otot akan memberi respon atau tanggapan bila
mendapatkan beban atau tahanan dalam latihan. Tanggapan atau respon ini
membuat otot lebih efisien dan mampu memberikan respon yang lebih baik
kepada sistem urat syaraf pusat.
Kekuatan dalam latihan fisik perlu diutamakan terutama pada persiapan fisik
tahap awal. Disamping itu kekuatan merupakan salah satu unsur yang penting,
dengan meningkatkan kekuatan akan memudahkan untuk meningkatkan unsur-
unsur lain seperti ketahanan, kecepatan, kelentukan dan tenaga.
2.1.6.2 Kecepatan (Speed)
Kecepatan adalah kemampuan untuk berjalan atau bergerak dengan sangat
cepat (PB. PASI, 1993:73). Kecepatan didefinisikan sebagai jarak per waktu.
Seperti semua kemampuan biomotor, kecepatan dapat dirinci menjadi beberapa
macam antara lain kecepatan yang melibatkan seluruh badan seperti kecepatan lari
maksimal (sprint), kecepatan lari optimal (seperti kecepatan yang terkontrol
dalam lari ancang-ancang pada event lompat) dan kecepatan yang melibatkan
anggota badan (seperti kaki menumpu pada event lompat). Faktor yang ikut
mempengaruhi kecepatan adalah daya ledak otot, tingkat kecepatan reaksi,
mobilitas syaraf, besarnya kekuatan rangsangan, kelentukan otot dan teknik.
Kecepatan meliputi pengembangan skill, karenanya gerakan yang dilakukan harus
dengan kecepatan tinggi. Kekuatan adalah faktor utama untuk kecepatan, dan
kecepatan itu sendiri merupakan kemampuan utama dalam olahraga.
30
2.1.6.3 Daya Tahan (Endurance)
Daya tahan pada prinsipnya ada dua yaitu daya tahan umum dan daya
tahan otot.
Daya tahan umum adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
kegiatan yang berintensitas sedang diseluruh tubuh dan sebagian besar otot untuk
periode waktu yang lama (M. Sajoto, 1995:8). Sedangkan daya tahan otot adalah
kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang berulang-
ulang untuk periode waktu yang lama (M. Sajoto, 1995:8).
Daya tahan mengacu pada kemampuan melakukan kerja yang ditentukan
intensitasnya dalam waktu tertentu, hal ini disebut dengan stamina. Seorang atlit
dapat dikatakan memiliki daya tahan yang baik bila dia tidak mudah lelah atau
terus bergerak dalam keadaan lelah.
2.1.6.4 Kelincahan (Agility)
Untuk dapat menguasai gerak dengan baik, dibutuhkan adanya kelincahan.
Kelincahan diperlukan dalam melakukan gerakan-gerakan, khususnya gerak
teknik seperti menendang bola, menggiring bola dan berlari.
Kelincahan melibatkan interaksi dari berbagai unsur lain seperti kecepatan
reaksi, kekuatan, kelentukan, keterampilan motorik dan sebagainya.
2.1.6.5 Daya Lentur (Flexibility)
Daya lentur adalah kemampuan untuk melakukan gerak persendian
malalui jangkauan gerak sendi yang luas (Rusli Lutan, 2000:75). Kebanyakan
latihan kelentukan dilakukan dengan melakukan penguluran otot terutama
didaerah persendian. Jangkauan gerak alami tiap sendi pada tubuh tergantung
31
pada pengaturan tendo-tendo, ligamen, jaringan penghubung dan otot.
Kemampuan melakukan fleksibilitas yang terbatas dapat menyebabkan
penguasaan teknik yang kurang baik.
2.1.7 Pembagian Usia Dalam Pembinaan Sepak Bola
Dalam sepak bola pentahapan usia diperlukan guna memudahkan didalam
pemberian latihan dengan program yang terancana dengan baik. Pentahapan itu
adalah sebagai berikut :
1. Anak usia 10-12 tahun (Merupakan permulaan berolah raga)
Pada usia ini pertumbuhan fungsi organ tubuh anak mulai berlangsung dalam
tempo yang cukup cepat, meskipun juga tergantung pada kesehatan anak.
Pembinaan pada usia ini bertujuan pada pemberian kesempatan tuk
memperkaya dan memantapkan penguasaan gerak dasar guna mengisi
program motorik yang menjadi pusat pemograman respon terhadap aneka
jenis stimulus yang datang dari luar tubuh. Pada usia ini fungsi pembinaan
lebih banyak bertujuan untuk merangsang pertumbhan fungsi psiko fisik dan
latihan yang memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keriangan
atau kesenangan.
2. Anak usia 11-13 tahun (Masa awal remaja)
Pada usia ini merupakan usia spesialisasi, spesialisasi adalah bagian pokok
yang dituntuk mencapai keberhasilan dalam olahraga. Spesialisasi yang
dimaksud adalah latihan yang kusus untuk salah satu cabang olahraga yang
mengarah pada perubahan morfologis dan fungsional dikaitkan dengan
spesifikasi cabang olahraga yang bersangkutan.
32
3. Anak usia 18-24 tahun (Usia prestasi puncak)
Atlet yang telah mencapai tahap prestasi puncak latihan yang diberikan dan
dilakukan tidak diragukan lagi sudah mencapai intensitas volume dan
persyaratan lain dalam tingkatan tertinggi yang diperlukan untuk
mempertahankan prestasi.
2.1.8 Sistem Energi Didalam Sepak Bola
Sistem energi yang diperlukan didalam sepak bola diantaranya adalah
system energi daya tahan Aerobik dan Anaerobik. Rincian sistem Aerobik dan
Anaerobik menujukan bagaimana atau betapa besar keterlibatan kedua system ini
dalam melekukan aktifitas tertentu yang berhubungan dengan aktifitas olah raga.
Rincian kedua system ini di tentukan dengan mengidentifikasikan berapa lama
dan berapa berat seorang atlet bekerja tanpa istirahat.
Sistem energi Aerobik berarti dengan oksigen artinya kerja otot dan gerak
otot yang dilakukan mengunakan oksigen guna melepas energi dari bahan-bahan
otot (PB. PASI 1993 : 22). Beban kerja latihan aerobik dapat secara terus-menerus
atau dirinci menjadi interval-interval antara lari kencang dan lari pelan. Latihan
aerobik yang betul akan memperbaiki produksi energi aerobik dalam otot dan
juga dapat menunjang meningkatkan kinerja jantung dan paru-paru.
Sedangkan sistem energi Anaerobik berarti tanpa oksigen artinya mampu
bekerja dengan intensitas tingkat tinggi (PB. PASI 1993:23). Latihan ringan
seperti jogging dapat digunakan untuk dapat meningkatkan dan melatih daya
tahan anaerobic.
33
Dalam keterkaitannya dengan cabang olah raga sepak bola kedua system
energi ini sama-sama memberi peranan yang penting dalam menunjang
melakukan gerak olah raga ini. Sistem aerobik dalam sepak bola digunakan untuk
melakukan gerakan-gerakan dalam intensitas yang cepat seperti sprint dalam
perebutan bola, memberi umpan atau dalam mencetak gool. Sedang system
anaerobik untuk melakukan gerakan dalam intensitas sedang atau lambat seperti
lari jogging.
2.1.9 Hubungan Usia Dengan Kondisi Fisik
Kondisi fisik yang baik akan mempengaruhi terhadap aspek kejiwaan yang
berupa peningkatan motifasi kerja, semangat kerja, rasa percaya diri, ketelitian
dan lain sebagainya. Dikemukakan oleh Harsono (1988: 153) dengan kondisi fisik
yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan system organisme tubuh seperti :
adanya peningkatan dalam hal kekuatan, kelentukan , stamina, dan komponen
kondisi fisik lainnya. Akan tetapi peningkatan dan pemberian latihan dalam hal
kondisi fisik tidak melihat atau tidak disesuaikan dengan karakteristik anak yang
akan diberi latihan fisik, maka aktifitas fisik yang diberikan tidak akan
berpengaruh positif terhadap perkembangan fisiknya salah-salah hasilnya akan
berlawanan dengan sasaran yang akan dicapai.
Untuk anak yang belum siap atau belum tepat untuk menerima beban
latihan fisik yang lebih berat akan berdampak pada pertumbuhan yang terhambat
dan bila dipaksakan hasilnya juga tidak dapat maksimal terhadap pencapaian
prestasi. Akan tetapi bila pembebanan latihan fisik diberikan pada anak yang
sudah berada pada fase yang siap untuk menerima latihan fisik ,hasil yang didapat
akan maksimal terhadap pencapaian prestasi.
34
Seseorang akan mencapai puncak prestasi yang maksimal pada umur 24
atau 25 tahun (PB.PASI, 1993 : 24). Setelah sampai fase puncak prestasi yang
maksimal, prestasi tidak dapat ditingkatkan lagi tetapi pretasi hanya dapat
dipertahankan, bahkan bila setelah mencapai puncak prestasi latihan terhadap
peningkatan kondisi fisik tidak dipertahankan dengan cara latihan yang teratur
dapat berakibat menurunnya kondisi fisik yang akan mempengaruhi terhadap
prestasi.
Dalam sepak bola, latihan fisik hendaknya didasarkan pada usia dan
karakteristik anak yang akan dilatih sehinga dapat memperoleh hasil yang
maksimal terhadap pencapaian prestasi dalam cabang yang di tekuni.
2.1.10 Umur (12-13 tahun)
Anak laki-laki menunjukkan perkembangan tinggi badan yang tak seimbang
dengan kemampuan fisiknya, terutama otot tungkai dan anggota badan bagian
atas. Karena itu pada puncak pertumbuhannya terjadi gangguan pada
keseimbangan. Anak sering mudah terjatuh, kondisi ini berakibat buruk bagi tugas
keseimbangan. Pada masa ini pembinaan kekuatan yang sepadan tidaklah
membahayakan, namun tetap diingat bahwa penggunaan beban yang terlampau
berat diluar batas toleransi dapat berakibat negatif yang menyebabkan jaringan
epipesis terhenti pertumbuhannya (Rusli Lutan dkk, 2004: 50). Pada anak usia
SLTP misalnya, kondisi fisik mereka sudah mulai berkembang pesat seperti
kekuatan, kecepatan, dan daya tahan sehinga ia lebih siap menerima beban latihan
yang lebih berat.
35
Cabang olahraga sepak bola memerlukan pentahapan didalam belajar,
spesialisasi dan usia puncak prestasi. Ada kecenderungan dari beberapa pelatih
yang kurang memperhatikan usia atlet dengan memberikan volume serta intensitas
latihan yang tinggi serta dengan spesialisasi yang tinggi pula. Pentahapan
dipandang sebagai suatu siklus yang terkait dengan sistem pembinaan, manajemen
pelatih dan identifikasi bakat. Pentahapan itu merupakan patokan umum yang
tentunya memiliki variasi.
Tabel 2.4 Tahap-tahap mulai belajar, spesialisasi dan usia puncak prestasi.
Cabang Olahraga Usia permulaan Olahraga
Usia Spesialisasi
Usia untuk Prestasi Puncak
Sepak Bola 10-12 Tahun 11-13 Tahun 18-24 Tahun
(Dasar-Dasar Kepelatihan.Rusli Lutan, 2000:24)
Dalam proses pembinaan perlu memahami tingkat kesiapan atlit muda yang
dibina, tentu saja berdasarkan kajian terhadap karakteristik peserta didik atau atlit
muda itu, pembinaan dapat meningkatkan program yang sesuai dengan beberapa
penekanan. Meskipun secara umum selalu dikemukakan para ahli, program itu
mencakup:
1. Program umum yang bertujuan mengembangkan seluruh aspek kemampuan
terutama kemampuan fisik dalam konsep pembinaan multilateral.
2. Pembinaan khusus yang dilanjutkan pada pembinaan cabang yang ditekuni
atlit yang bersangkutan (Rusli Rustan, 2000:48).
Kombinasi antara kedua progam itu menghasilkan perkembangan yang
pesat. Penjenjangan pelatihan itu disusun berdasarkan kematangan olahragawan
dan kerena itu, secara kualitatif penjenjangan itu dilukiskan dalam model model
piramida sebagai berikut:
36
Tingkat dewasa
Remaja akhir (15-19 tahun)
Awal rremaja (11-14 tahun)
Anak 10 tahun
Prestasi puncak
Latihan khusus beban
Variasi latihan
Jenjang pembinaan Orientasi pembinaan
Gerak dasar
Ke bawah menyenangkan
Gambar 2.1 Piramida latihan berdasar usia (Sharkeey, 1986).
2.1.11 Sepak Bola
Sepak bola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari
sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir
seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang
yang diperbolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya.
Dalam perkembangannya permainan ini dapat dimainkan diluar lapangan (out
door) dan didalam ruangan tertutup (in door). Lebih lanjut dikatakan bahwa sepak
bola adalah aktivitas jasmani atau latihan fisik, berisikan gerakan lari, lompat,
loncat, menendang, menghentakkan, dan menangkap bola bagi penjaga gawang.
Semua gerakan tersebut terangkai dalam suatu pola gerak yang diperlukan
pemain dalam menjalankan tugasnya bermain sepak bola.
37
Pengertian sepak bola dalam penelitian ini adalah sepak bola out door atau
sepak bola yang di mainkan diluar ruangan. Selain untuk mengenalkan bagaimana
cara-cara bermain sepak bola dengan teknik yang bagus, seorang pelatih juga
mengenalkan aturan-aturan yang tertuang dalam peraturan PSSI supaya seorang
pemain bisa mengenal peraturan yang ada.
Banyak cara dan usaha dalam meningkatkan prestasi olahraga seorang
pemain, yaitu dengan melaksanakan dan melakukan penerapan berbagai model
latihan, baik latihan fisik maupun teknik. Selain itu dapat juga melalui pendekatan
ilmiah dengan memanfaatkan ilmu penunjang olah raga seperti biomekanik,
fisiologi, dan ilmu faal lainnya.
Setiap cabang olahraga mempunyai tujuan dari permainannya. Tujuan
permainan sepak bola adalah pemain memasukkan bola sebanyak-banyaknya
kegawang lawannya dan berusaha menjaga gawangnya sendiri agar tidak
kemasukan. Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat
memasukan bola terbanyak kegawang lawannya, dan apabila sama, maka
permainan dinyatakan draw atau seri.
Sepak bola merupakan permainan tim maka perlu kerjasama yang baik
dalam tim, hal ini juga dituntut kemampuan masing-masing individu, sehingga
dalam suatu pertandingan bisa memenangkannya. Dengan demikian maka prestasi
sebuah tim akan semakin baik kalau didukung dangan kemampuan masing-
masing individu yang bermain dalam sebuah tim. Kemampuan individu meliputi
taktik, teknik dan fisik serta hal-hal lain yang perlu dibina dan dikembangkan.
Kalau tidak, ia tidak mungkin menjadi pemain yang baik seperti yang
diungkapkan Soekatamsi (1998:17), yaitu ”seorang pemain sepak bola yang tidak
menguasai teknik dan fisik dasar bermain sepak bola tidak akan mungkin menjadi
pemain yang baik dan terkemuka”.
38
2.1.11.1 Teknik Permainan Sepak bola
Teknik adalah cara pemain menguasai gerak tubuhnya dalam bermain,
yang dalam hal ini menyangkut cara berlari, cara melompat dan gerak tipu badan
(Remmy Muhchtar, 1992:28).
Untuk bermain sepak bola dengan baik, pemain dibekali dengan teknik
dasar yang baik. Pemain yang memiliki teknik dasar yang baik cenderung dapat
bermain sepak bola dengan baik pula. Beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki
pemain sepak bola adalah menendang (kicking), menghentikan (stopping),
menggiring (dribbling), menyundul (heading), merampas (tackling), lemparan
kedalam (throw-in), gerak tipu, dan menjaga gawang (goal keeping).
1. Menendang (Kicking)
Menendang bola merupakan salah satu karakteristik permainan sepak bola
yang paling dominan. Pemain yang memiliki teknik menendang dengan baik akan
dapat bermain secara efisien. Tujuan menendang bola adalah untuk mengumpan
(passing), menembak ke gawang (shooting at the goal), dan menyapu untuk
menggagalkan serangan lawan (sweeping).
Dilihat dari perkenaan bagian kaki ke bola, menendang dibedakan
beberapa macam, yaitu menendang dengan kaki bagian dalam (inside), kaki
bagian luar (outside), punggung kaki (instep), dan punggung kaki bagian dalam
(inside of the instep).
2. Menghentikan bola (stopping)
Menghentikan bola merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan
sepak bola yang penggunaannya bersamaan dengan teknik menendang bola.
39
Tujuan menghentikan bola adalah untuk mengontrol bola, yang didalam-nya
untuk mengatur tempo permainan, mengalihkan laju permainan, dan memudahkan
untuk passing. Dilihat dari perkenaan bagian badan, yang pada umumnya
digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki, paha, dan dada. Bagian kaki
yang biasa digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki bagian dalam, kaki
bagian luar, punggung kaki, dan telapak kaki.
3. Menggiring bola (dribbling)
Menggiring bola adalah menendang terputus-putus atau pelan-pelan, oleh
karena itu bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan
bagian kaki yang digunakan untuk menendang bola. Menggiring bola bertujuan
antara lain untuk mendekati jarak kesasaran, melewati lawan, dan menghambat
permainan. Pemain dapat terkenal karena memiliki kemampuan menggiring bola
yang baik, seperti Diago Armando Maradona dari Argentina.
Pada umumnya dribbling dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan kaki
bagian dalam, dengan kaki bagian luar, dan dengan punggung kaki
4. Menyundul bola (heading)
Menyundul bola pada hakekatnya memainkan bola dengan kepala. Tujuan
menyundul bola dalam permainan sepak bola adalah untuk menggumpan,
mencetak gol, dan untuk mematahkan serangan lawan atau membuang bola.
Ditinjau dari posisi tubuhnya, menyundul bola dapat dilakukan dengan berdiri,
melompat, dan sambil meloncat. Banyak gol tercipta dalam permainan sepak bola
dari hasil sundulan kepala.
40
5. Merampas bola (tackling)
Merampas bola merupakan upaya untuk merebut bola dari penguasaan
lawan. Merampas bola dapat dilakukan sambil berdiri (standing tackling) dan
sambil meluncur (sliding tackling).
6. Lemparan ke dalam (trow –in)
Lemparan kedalam merupakan satu-satunya teknik dalam permainan sepak
bola yang dimainkan dengan lengan dari luar lapangan permainan. Selain mudah
untuk memainkan bola, lemparan bola ke dalam off-side tidak berlaku. Lemparan
kedalam dapat dilakukan dengan atau tanpa awalan, baik dengan posisi kaki
sejajar maupun salah satu kaki ke depan.
7. Gerak tipu
Gerak tipu dalam sepak bola bertujuan untuk mengelabuhi lawan. Macam-
macam teknik gerak tipu diantaranya adalah tipuan dengan gerakan kaki, tipuan
dengan ayunan badan, tipuan dengan berhenti tiba-tiba.
8. Menjaga gawang (goal keeping)
Menjaga gawang merupakan pertahanan paling akhir dalam permainan
sepak bola. Teknik menjaga gawang meliputi menangkap bola, melempar bola,
menendang bola. Untuk menangkap bola dapat dibedakan berdasarkan arah
datangnya bola, ada yang datangnya bola masih dalam jangkauan penjaga gawang
(tidak meloncat) dan ada yang di luar jangkauan penjaga gawang (harus dengan
meloncat). Untuk melempar bola dapat dibedakan berdasarkan jauh dekatnya
sasaran. Untuk menendang bola dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tendangan
volley dan half-volley.
41
2.1.11.2 Taktik Permainan Sepak Bola.
Taktik adalah perencanaan setiap pemain dan kerjasama tim yang
bertujuan untuk memenagkan pertandingan (Imam Soejoedi, 1981:145).
Dalam menerapkan taktik dalam permainan dibutuhkan syarat-syarat
seperti kondisi fisik, kemampuan teknik, stabilitas mental, dan kecerdasan
pemain. Taktik diterapkan pada saat permainan sedang berlangsung. Berdasarkan
penggunaanya, taktik dibedakan menjadi taktik individu, unit, dan tim.
1. Taktik Individu
Taktik individu diterapkan oleh pemain dalam menghadapi situasi-situasi
dalam permainan, seperti:
1.1. Mengambil inisiatif kapan bola harus ditendang, dikontrol, dilindungi,
diumpan, digiring, dan dikeluarkan dalam lapangan permainan.
1.2. Menganbil inisiatif kemana bola akan diumpan pada saat dilakukannya
tendangan gawang, tendangan sudut, tendangan langsung atau tidak
langsung, dan lemparan kedalam.
2. Taktik Unit
Taktik unit diterapkan oleh tiap-tiap unit pemain (belakang, tengah, dan
depan) dalam menghadapi situasi-situasi permainan seperti:
2.1. Mengambil inisiatif dalam mengambil tendangan penjuru.
2.2. Mengambil inisiatif untuk menjebak off side pada lawan.
2.3. Mengambil inisiatif untuk melakukan tipuan-tipuan saat dilakukannya
tendangan bebas langsung atau tidak langsung.
42
3. Taktik Beregu
Taktik beregu diterapkan oleh tim/regu dalam menghadapi situasi-situasi
dalam permainan, seperti:
3.1. Mengambil inisiatif untuk memancing lawan supaya memperlambat tempo
permainan atau mempercepat tempo permainan.
3.2. Mengambil inisiatif untuk merubah pola permainan pada saat-saat unggul
atau pada saat ketinggalan skor.
2.1.11.3 Strategi Permainan Sepak Bola
Strategi merupakan suatu cara/siasat untuk memenangkan pertandinggan.
Dalam menerapkan strategi dalam permainan dibutuhkan juga syarat-syarat
seperti kondisi fisik, kemampuan teknik, stabilitas mental, dan kecerdasan
pemain. Strategi diterapkan jauh sebelum pertandingan dimulai.
2.1.12 Kondisi Fisik dalam Permainan Sepak Bola
Permainan sepak bola adalah olahraga permainan yang membutuhkan
kondisi fisik yang baik. Dalam hal ini dibutuhkan kekuatan dan ketahanan tubuh
yang prima. Teknik-teknik dalam sepak bola yang dilakukan melibatkan seluruh
bagian tubuh mula dari otot kaki, otot paha, otot punggung dan otot perut.
Dengan kondisi fisik yang baik, seorang pemain sepak bola dapat
mengikuti dan melaksanakan program-program latihan yang telah diberikan oleh
pelatih. Selain itu dengan kondisi fisik yang baik, seorang pemain dapat
menerapkan teknik, taktik, strategi dan cara bermain sepak bola dengan baik
didalam permainan.
43
Dari uraian diatas maka kondisi fisik sangat dibutuhkan bagi seorang
pemain sepak bola.
2.1.13. Tujuan Orang Bermain Sepak Bola
Tujuan olahraga setiap orang berbeda-beda, ada yang melakukan olahraga
untuk rekreasi, mengisi waktu luang, untuk menjaga kesehatan dan untuk
mencapai suatu prestasi yang diharapkan. Dalam olahraga sepak bola, setiap
orang memiliki tujuan yang berbeda. Apabila seseorang melakukan olahraga
sepak bola hanya untuk rekreasi maka orang itu melakukan sepak bola hanya
untuk mengisi waktu luang.
Dalam olahraga sepak bola memerlukan kondisi fisik yang baik, maka
untuk menuju kearah sana perlu dibuat program-program latihan yang baik serta
didukung dengan fasilitas dan tenaga pembina yang profesional. Dalam hal ini
adalah olahraga untuk mendapatkan suatu keadaan kondisi fisik yang baik, serta
menuju kearah prestasi yang diharapkan khususnya dalam olahraga sepak bola.
Jadi tujuan orang melakukan olahraga sepak bola itu berbeda-beda tergantung dari
sudut mana orang melihat olahraga tersebut.
2.1.14 SSB New Pelita Solo
SSB New Pelita Solo merupakan sekolah sepak bola yang membina dan
mencetak bibit-bibit pemain sepak bola yang profesional dengan moto Asah
(Mengasah anak supaya pandai dan terampil), Asih (Dengan penuh kasih dan
sayang), Asuh (Mengasuh, membina, memberi pelajaran untuk kemajuan anak).
SSB New Pelita Solo telah banyak menorehkan prestasi baik diliga
maupun non liga dan tak sedikit prestasi yang diraih anak-anak SSB New Pelita
44
Solo. Didalam menunjang latihan SSB New Pelita Solo menggunakan lapangan
sepak bola yang terletak di Stadion Malaga Sriwedari dengan sarana dan
prasarana yang mendukung seperti Lapangan yang berstandar nasional dengan
dilengkapi tempat duduk penonton yang melingkari lapangan, tempat ganti baju
para pemain, tempat duduk cadangan pemain, 25 buah bola, 4 buah gawang,
rompi latihan yang berwana, corong kerucut yang digunakan untuk penunjang
latihan yang berjumlah 20 buah dan ditambah lampu penerangan stadion yang
berjumlah 4 buah.
Di SSB New Pelita Solo yang bersekretariat di Purwonegoro No.2/VI
Sriwedari semua kegiatan disusun dengan organisasi yang baik dengan dipimpin
oleh Manajer, Pelatih, Bendahara, Sekretaris, Seksi perlengkapan dan Humas.
Didalam kegiatan latihan SSB New Pelita Solo tiap kelompok umur ditangani oleh
dua pelatih dengan jadwal latihan 3x dalam seminggu yaitu hari Minggu, Rabu
dan hari Jumat.
Khusus hari minggu digunakan untuk latihan fisik yang dimulai pada
pukul 07.00-selesai. Untuk program latihan fisik di SSB New Pelita Solo belum
bisa dikatakan memenuhi target kondisi fisik yang baik karena terbatasnya waktu
latihan yaitu latihan fisik hanya dilakukan seminggu sekali. Latihan–latihan fisik
yang sering dilakukan di SSB New Pelita Solo berupa latihan fisik, daya tahan,
kecepatan dan keterampilan seperti lari keliling lapangan, lari sprint 40 meter, lari
keatas trap-trap secepat mungkin, sit-up, push-up dan ditambah latihan shooting.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara atau teknik yang digunakan untuk
memecahkan suatu masalah dalam penelitian. Di samping itu, metode penelitian
juga merupakan syarat mutlak dalam suatu penelitian sebab baik atau tidaknya
penelitian tergantung dari pertanggungjawaban dari metode penelitian.
Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan mempergunakan teknik
serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik
memperhitumgkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari
situasi penyelidikan. (Winarno Surachmad, 1994:131).
Metode penelitian sebagaimana yang kita kenal sekarang memberikan
garis-garis yang tepat dan mengajukan syarat-syarat yang benar, maksudnya
adalah untuk menjaga agar pengetahuan dicapai dari suatu penelitian dapat
mempunyai harga yang ilmiah serta berkualitas tinggi. Penerapan metode
penelitian harus dapat mengarah pada tujuan penelitian sehingga hasil yang
diperoleh bisa sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Hal ini berarti populasi yang di gunakan dalam penelitian ini memenuhi
persyaratan karena memiliki sifat-sifat yang sama sebagai berikut:
3.1 Penentuan Populasi
Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat kaitannya dengan
masalah yang ingin diteliti, populasi adalah kseseluruhan subjek penelitian
46
(Suharsimi Arikunto, 1997:115). Menurut Sutrisno Hadi (1987:216), populasi
adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki, populasi dibatasi oleh
sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyi sifat yang sama.
Populasi adalah keseluruhan penduduk yang dimaksud untuk diteliti
disebut populasi atau universum. Berdasarkan pengertian diatas maka populasi
dalam penelitian ini adalah siswa SSB New Pelita Kabupaten Sukoharjo Solo
yang berjumlah 30 orang.
3.2 Sampel dan Teknik Sampling
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto, 1983:104), sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1995:221) sampel adalah
sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik total
sampling yaitu semua populasi siswa SSB New Pelita Solo yang berjumlah 30
orang.
Menurut Suharsimi Arikunto (1996:120), apabila subjeknya kurang dari
100, lebih baik populasi di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara
10-12 % atau 20-25% atau lebih, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 30
orang.
3.3 Variabel penelitian
Suharsimi Arikunto (1996: 101) menyebutkan bahwa variabel yang
mempenggaruhi disebut variabel bebas sedangkan variabel akibat disebut
variabel terikat.
47
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1997:99).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah kondisi fisik.
3.4 Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang relevan dan akurat maka diperlukan alat
pengukur data yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu alat ukur atau instrumen
penelitian yang valid dan reliabel, karena instrumen penelitian yang baik harus
memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel (Suharsimi Arikunto,
1996:135).
Instrumen merupakan alat dalam proses yang dilakukan untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. Keberhasilan penelitian banyak
ditentukan oleh instrumen yang digunakan sebab, data yang diperlukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan menguji data diperoleh melalui instrumen
yang dilakukan. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
obserfasi, wawancara dan tehnik tes dimana ketiga jenis instrumen ini digunakan
untuk mengetahui tingkat kondisi fisik para siswa SSB New Pelita Solo yang
berumur 12-13 tahun secara keseluruhan.
3.5 Tes dan Pengukuran Kondisi Fisik
Tingkat kondisi fisik seseorang dapat diketahui dengan mengadakan tes
kondisi fisik, dalam penelitian ini digunakan tes dan pengukuran kemampuan
kondisi fisik dengan mengukur komponen fisik dasar cabang olahraga sepak bola
48
dari SMEP yang meliputi: 1) kekuatan, 2) daya tahan otot, 3) kecepatan, 4)
kelincahan, 5) kelenturan, 6) daya ledak, 7) daya tahan.
Tes kondisi fisik ini dilakukan untuk pemain SSB New Pelita Solo dan
tidak dalam keadaan sakit atau cidera, sehingga mampu mengikuti tes yang
diselenggarakan. Setiap pemain diwajibkan mengikuti seluruh rangkaian tes
secara berurutan, pemain yang tidak mengikuti salah satu tes tersebut dianggap
gagal.
Macam tes dan pengukuran kemampuan fisik pemain sepak bola adalah sebagai
berikut :
1. Hand Dynamometer
2. Back Dynamometer
3. Leg Dynamometer
4. Sit up
5. Push up
6. Lari 50 meter
7. Shuttle run
8. Flexometer
9. Vertikal jump
10. Lari 15 menit
(SMEP KONI, 1999).
49
3.6 Penilaian Kemampuan Kondisi Fisik
Kriteria penilaian yang akan digunakan mengacu kepada norma-norma
yang telah dipakai untuk memberikan nilai-nilai dari setiap skor butir-butir,
dengan kategori (1) Sempurna, (2) Baik Sekali, (3) Baik, (4) Cukup, (5) Kurang.
Konversi nilai dari setiap kategori komponen kondisi fisik adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Konversi Nilai Kategori Kondisi Fsik
Kategori Konversi Nilai
Sempuma
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
10
8
6
4
2
(Sumber: SMEP KONI, 1999)
Norma utuk menilai hasil penilaian komponen kondisi fisik cabang
olahraga sepak bola dan teknik pengukurannya serta kategori setiap komponen
adalah sebagai berikut :
50
Tabel 3.2 Norma Penilaian Komponen Kondisi Fisik Cabang Olahraga Sepak Bola dan
Teknik Pengukurannya Serta Kategori Setiap Komponen Kategori No Komponen Teknik
Pengukurannya Kurang Cukup Baik Baik Sekali Sempurna1 Kekuatan:
- Otot Lengan & bahu
- Otot Punggung
- Otot Tungkai
Daya Tahan otot - Otot Perut - Otot Lengan
& bahu Speed Kelincahan Fleksibilitas Power: - Otot
Tungkai Daya tahan: Umum (Cardio Vascular)
Hand Dynamometer Back Dynamometer Leg Dynamometer Sit-up Push up Lari 50 meter Shuttle run Flexometer Vertical jumps Lari 15 menit (VO2 max)
23-29 59-79,5 77-145 0-29 4-11 9-8 17,7-17,2 1-5 38-45 <49
30-36 80-100,5
148-214
30-49 12-19
7,9-6,9
17,1-16,7
6-11
46-52
50-52
37-43
101-122
215-282
50-69 20-28
6,8-5,6
16,6-16,1
12-17
53-61
53-55
4,4-5,0
122,5-143
>283
70-89 29-37
5,7-4,7
16-15,6
18-23
62-69
56-58
>51 >143,5 - >90 >38 >4,6 <15,5 >24 >70 >59
(Sumber: SMEP KONI, 1999)
Untuk menentukan nilai secara keseluruhan kondisi fisik pemain, dilakukan
dengan cara:
1. Menjumlahkan konversi nilai skor dari setiap komponen kondisi fisik pemain
tersebut.
2. Hasil jumlah tersebut dalam butir di atas dibagi dengan banyaknya komponen
fisik dasar dari cabang olahraga yang bersangkutan.
3. Hasil ini kemudian dinotasikan kedalam tabel kategori status kondisi fisik
para pemain seperti tersebut dalam tabel berikut:
51
Tabel 3.3 Kategori Status Kondisi Fisik
Rentang Skor Kategori Kemampuan
9,6 – 10
8,0 – 9,5
6,0 – 7,9
4,0 – 5,9
2,0 – 3,9
Sempurna
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
(Sumber: SMEP KONI, 1999)
Untuk memperoleh data yang relevan dan akurat maka diperlukan alat
pengukur data yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu alat ukur atau instrumen
penelitian yang valid dan reliabel, karena instrumen penelitian yang baik harus
memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel (Suharsimi Arikunto,
1996:135).
Tes dan pengukuran yang dilakukan oleh masing-masing cabang olahraga
yang satu dengan olahraga yang lain berbeda, hal ini dikarenakan tes dan
pengukuran disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing cabang olahraga.
Walaupun tes tersebut belum dapat menggambarkan kebutuhan yang sebenarnya
atau secara keseluruhan, tetapi tes tersebut sudah dapat menggambarkan kondisi
fisik seorang pemain. Tes yang digunakan untuk mengukur tingkat kondisi fisik
seorang pemain sepak bola adalah dengan menggunakan Sistem Monitoring
Evaluasi dan Pelaporan (SMEP), khusus cabang olahraga sepak bola (KONI,
1999:35). Macam teknik pengukurannya adalah 1) Hand Dynamometer, 2) Back
Dynamometer, 3) Leg Dynamometer, 4) Sit -Up, 5) Push-Up, 6) Lari 50 meter,
7) Shutle-run, 8) Flexometer, 9) Vertical Jump, 10) Lari 15 menit.
52
Adapun prosedur pelaksanaan pengukuran tes kondisi fisik cabang
olahraga sepak bola sebagai berikut:
3.6.1 Pull and Push Dynamometer
Tujuan : Mengukur komponen kekuatan otot tungkai
Alat/Fasilitas : Hand Dynamometer
Pelaksanaan :
Testee mencoba menekan alat dengan kedua tangan secara bersama-sama
sekuat-kuatnya, kemudian alat tersebut akan menunjukkan besarnya
kemampuan menekan dari testee tersebut.
Testee berusaha menarik alat tersebut dengan kedua tangan dengan arah
berlawanan sekuat-kuatnya, pada alat tersebut dapat terlihat besarnya
kemampuan menarik dari testee tersebut.
Skor :
Skor kekuatan tarik atau kekuatan dorong terbaik dari tiga kali dicatat
sebagai skor dalam satuan kg, dengan tingkat ketelitian 0,5.
3.6.2 Back Dynamometer
Tujuan : Mengukur komponen kekuatan otot punggung
Alat/ Fasilitas : Back Dynamometer
Pelaksanaan :
Testee coba berdiri, panggul dirapatkan didinding, badan dibungkukkan
kedepan. Kedua tangan lurus memegang Dynamometer dengan kedua
tangan lurus. Kemudian testee berusaha sekuat-kuatnya mengangkat
badan ke atas, sehingga menuju pada sikap berdiri tegak. Alat tersebut
53
menunjukkan angka yang menyatakan besarnya kekuatan kontraksi dari
otot punggung tersebut.
Skor :
Besarnya kekuatan tarikan otot punggung testee dapat dilihat pada alat
pengukur setelah melakukan tes tersebut.
3.6.3 Leg dynamometer
Tujuan : Mengukur kekuatan otot tungkai
Alat/fasilitas : Leg dynamometer
Pelaksanaan :
Testee memakai pengikat pinggang, kemudian berdiri dengan
membengkokkan kedua lututnya hingga membentuk sudut ± 45°, lalu alat
alat pengikat pinggang tersebut dikaitkan pada leg dynamometer. Setelah
itu testee berusaha sekuat-kuatnya meluruskan kedua tungkainya. Setelah
testee itu meluruskan kedua tungkainya dengan maksimum, lalu kita lihat
jarum alat-alat tersebut menunjukkan angka berapa. Angka ini menyatakan
besarnya kekuatan otot tungkai testee itu.
Penilaian:
Skor terbaik dari tiga kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan kg,
dengan tingkat ketelitian 0,5 kg.
3.6.4 Sit up
Tujuan : Mengukur komponen daya tahan otot perut
Alat/fasilitas : Stop watch, bidang datar
Pelaksanaan :
54
Testee tidur terlentang, kedua tangan saling berkaitan di belakang kepala,
kedua kaki dilipat sehingga membentuk sudut 90°, orang pembantu
memegang erat-erat kedua pergelangan kaki testee lalu menekannya pada
saat testee bangun. Testee berusaha bangun sehingga berada dalam sikap
duduk dan kedua siku dikenakan pada kedua lutut dan kemudian dia
kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan ini secara berulang-ulang dan
kontinyu, perhatikan agar sikap tungkai selalu membentuk sudut 90° pada
waktu melakukan sit up.
Penilaian:
Tes dilakukan secara berulang-ulang dan sebanyak mungkin dalam waktu
1 menit. Jumlah berapa kali testee dapat melakukan tes tersebut dicatat
sebagai hasilnya (yang dicatat jumlah gerakan sit-up yang betul, yang
dapat dilakukan testee itu, tes gagal apabila pada waktu berusaha
mengangkat tubuh, salah satu siku tidak menyentuh paha atau lutut).
Peserta yang tidak mampu melakukan tes ini diberi angka nol.
3.6.5 Push up
Tujuan : Mengukur komponen daya tahan lokal otot lengan dan
bahu
Alat/fasilitas : Bidang yang datar, stop wacth
Pelaksanaan :
Testee berbaring dengan sikap telungkup, kedua tangan dilipat disamping
badan. Kedua tangan menekan lantai dan diluruskan, sehingga badan
terangkat, sedangkan sikap badan dan tungkai merupakan garis lurus.
55
Setelah itu, badan diturunkan dengan cara membengkokkan lengan pada
siku, sehingga dada menyentuh lantai. Lakukan gerakan tersebut berulang-
ulang dan kontinyu.
Penilaian:
Tes dilakukan secara berulang-ulang dan sebanyak mungkin dalam waktu
1 menit. Jumlah berapa kali testee dapat melakukan tes tersebut dicatat
sebagai hasilnya. (yang dicatat jumlah gerakan push-up yang betul, yang
dapat dilakukan testee itu, tes gagal apabila pada waktu berusaha
mengangkat tubuh, salah satu siku tidak menyentuh paha atau lutut).
Peserta yang tidak mampu melakukan tes ini diberi angka nol.
3.6.6 Lari 50 meter
Tujuan : Mengukur komponen kecepatan
Alat/fasilitas : Stop watch, lintasan 50 meter, bendera start
Pelaksanaan :
Testee berdiri dibelakang garis start, dengan sikap start melayang. Pada
aba-aba "ya" ia berusaha lari secepat mungkin mencapai finish.
Penilaian:
Jumlah waktu tempuh yang terbaik dari 2 x percobaan sebagai hasil tes
dalam satuan detik.
3.6.7 Shuttle run
Tujuan : Mengukur kelincahan dan koordinasi
Alat/fasilitas : Stop watch dan bidang datar
Pelaksanaan :
56
Testee berdiri di belakang garis start, dengan salah satu kaki diletakkan di
depan. Pada aba-aba "ya" diberikan, testee dengan segera dan secepat
mungkin lari ke depan menuju garis akhir dan menyentuh garis tersebut,
kemudian berputar lagi dan segera lari. Demikian seterusnya dilakukan
dengan lari sebanyak 6 x 10 m.
Penilaian:
Skor waktu terbaik dari dua kali kesempatan dicatat sebagai skor akhir
peserta tes (hasil yang dicatat sampai 1/10 detik)
3.6.8 Flexometer
Tujuan : Mengukur komponen fleksibilitas
Alat/fasilitas : Alat pengukur fleksi (flexometer)
Pelaksanaan :
Testee coba berdiri tegak di atas alat ukur dengan kedua kaki rapat dan
kedua ujung ibu jari kaki rata dengan pinggir alat ukur. Badan
dibungkukkan ke bawah, tangan lurus. Renggutkan badan ke bawah
perlahan-lahan sejauh mungkin, kedua tangan menelusuri alat ukur dan
berhenti pada jangkauan terjauh.
Penilaian:
Jarak jangkauan yang terjauh yang dapat dicapai oleh testee tersebut
diukur dalam cm.
3.6.9 Vertical jump
Tujuan : Mengukur komponen power otot tungkai
Alat/fasilitas : Papan skala, kapur
57
Pelaksanaan
Testee berdiri menghadap dinding dengan salah satu lengan
diluruskan ke atas. Lalu dicatat tinggi jangkauan tersebut. Kemudian testei
berdiri dengan bagian samping tubuhnya ke arah tembok, dan salah satu
lengan yang terdekat dengan tembok lurus ke atas, kemudian dia
mengambil sikap jongkok sehingga lututnya membentuk sudut ± 45°.
Setelah itu testee berusaha melompat ke atas setinggi mungkin. Pada saat
titik tertinggi dari lompatan itu, ia segera menyentuhkan ujung jari dari
salah satu tangannya pada papan ukuran kemudian mendarat dengan kedua
kaki.
Penilaian
Selisih yang terbesar antara tinggi jangkauan sesudah melompat dengan
tinggi jangkauan dalam satuan cm.
3.6.10 Lari 15 menit
Tujuan : Mengukur komponen daya tahan cardiovasculair
Alat/fasilitas : Stop watch, lintasan lari, peluit
Pelaksanaan :
Testee berdiri di belakang garis start. Pada aba-aba "ya" diberikan, testi
coba mulai berlari selama 15 menit, sampai ada waktu 15 menit telah
berakhir dan peluit dibunyikan.
Skor:
58
Jarak yang ditempuh oleh testee itu selama 15 menit, dicatat sampai dalam
satuan meter, untuk kemudian dimodifikasi menjadi skor sesuai dengan
label yang tersedia. Untuk menghitung V02 max digunakan rumus berikut:
VO2 max = ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −133
15meter X x 0,172 + 33,3
Keterangan :
VO2 max : Kapasitas aerobik (ml/kg.BB/menit)
X : Jarak yang ditempuh dalam meter
15 : Waktu 15 menit
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data juga merupakan faktor yang penting dalam
sebuah penelitian, karena berhubungan langsung dengan data yang diperoleh.
Untuk memperoleh data yang sesuai maka dalam penelitian ini menggunakan
metode survei dan teknik tes.
Metode ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data mengenai
kondisi fisik sepak bola dengan menggunakan teknik tes dan pengukuran kondisi
fisik.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data
antaralain:
3.7.1 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni tanggal 19, hari Minggu, dan
dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB sampai selesai.
59
3.7.2 Tempat dan lokasi
Tes dilakukan di Stadion Sriwedari Solo.
3.7.3 Petugas pengambil data berjumlah 10 orang.
3.8 Analisis Data
Analisis data atau penggolongan data merupakan satu langkah penting
dalam penelitian. Dalam pelaksanaannya terdapat dua jenis analisa data yang
dikatakan Sutrisno Hadi (1981: 221) bahwa dalam suatu penelitian seorang
peneliti dapat menggunakan dua jenis analisis yaitu analisis statistik dan non
statistik.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
perhitungan statistik menggunakan analisis deskriptif prosentase. Adapun rumus
yang digunakan:
DP = Nn x 100%
Keterangan :
n = jumlah nilai faktor faktual
N = jumlah seluruh nilai jawaban ideal
% = tingkat prosentase yang dicapai
(Mukhamad Ali 1993:186)
3.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian
Dalam penelitian ini telah diusahakan untuk menghindari adanya
kemungkinan kesalahan selama melakukan penelitian sehubungan dengan
60
pengambilan data, maka dibawah ini dikemukakan adanya variabel yang
dikendalikan meliputi beberapa faktor tersebut adalah :
3.9.1 Faktor kesungguhan hati
Kesungguhan hati setiap anak dalam melakukan kegiatan penelitian
tidaklah sama, sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Untuk
menghindarinya maka diupayakan agar anak bersungguh-sungguh dalam
melakukan tes dengan ditunggu pelatih sebanyak dua orang.
3.9.2 Faktor cuaca
Karena pelaksanaan tes dihalaman terbuka, maka faktor cuaca sangat
diperhitungkan, khususnya hujan yang dapat mengganggu jalannya penelitian.
Bila hal ini terjadi, maka proses penelitian hari itu diganti dengan hari lain.
3.9.3 Faktor peralatan
Faktor peralatan juga perlu diperhatikan, maka sebelum pelaksanaan tes
semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tes harus sudah tersedia,
sehingga pelaksanaan tes dapat berjalan dengan lancar.
3.9.4 Faktor tenaga penilai
Karena penelitian dalam tes ini membutuhkan kecermatan dan ketelitian
yang tinggi, maka faktor tenaga penilai harus diperhatikan. Dalam penelitian ini,
tenaga pembantu dalam pelaksanaan tes kondisi fisik harus dibekali tentang cara-
cara, proses penilaian dan segala peraturan dalam pelaksanaan kondisi fisik
sebelum tes dilaksanakan, sehingga dalam pelaksanaan pengambilan tes berjalan
dengan benar dan kesalahan dapat dikurangi sekecil mungkin.
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetehui sejauh mana kondisi fisik
pemain sepak bola SSB New Pelita Solo SSB New khususnya umur 12-13 tahun.
Penelitian ini dilakukan pada 30 orang siswa Pelita Solo.
Dalam sepek bola, dikenal adanya aspek-aspek yang perlu dikembangkan
seperti aspek psikomotor yang meliputi kemampuan fisik dan keterampilan.
Unsur-unsur fisik dalam olah raga sepak bola meliputi antara lain kekuatan,
kecepatan, kelincahan, kelenturan, daya tahan dan daya otot, sedangkan aspek
skill adalah kemampuan untuk melakukan tendangan dan dribble bola dengan
baik.
Penelitian ini menggunakan pengujian terhadap 11 aspek latihan fisik yang
digunakan untuk menunjang kemampuan fisik dan keterampilan bagi anggota
klub sepak bola. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji data dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif prosentase. Dimana hasil dari data
penelitian ini dihitung dalam jumlah proses berapa pemain yang dalam kategori
sempurna, baik sekali, baik, cukup dan kurang.
Pengukuran kondisi fisik akan sangat diperlukan untuk dapat memperoleh
gambaran umum mengenai kesiapan para pemain terutama apabila menghadapi
suatu turnamen atau event-event sepak bola yang penting lainnya.
4.1.1. Diskripsi Masing-Masing Latihan Fisik
Sebelum mengetahui kondisi fisik secara keseluruhan, terlebih dahulu
akan ditinjau kondisi hasil dari masing-masing latihan fisik sebagai berikut :
62
4.1.1.1. Pull Dynamometer.
Hasil penilaian tes pengukuran pull dynamometer terhadap 30 orang siswa
SSB New Pelita Solo adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil tes pengukuran pull dynamometer
Skor Jumlah Persentase Sempurna 0 0% Baik sekali 0 0% Baik 0 0% Cukup 0 0% Kurang 30 100% Jumlah 30 100%
Sumber: Data primer yang diolah
Dari hasil penelitian dari 30 anak maka 30 anak tersebut termasuk dalam kategori
kurang atau 100% anak kurang mampu dalam melakukan pull dynamometer.
4.1.1.2. Push Dynamometer
Hasil penilaian tes pengukuran push dynamometer terhadap 30 anak siswa
SSB New Pelita Solo adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil tes pengukuran push dynamometer
Skor Jumlah Persentase Sempurna 0 0% Baik sekali 0 0% Baik 0 0% Cukup 0 0% Kurang 30 100% Jumlah 30 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Dari hasil penelitian dari 30 anak maka 30 anak tersebut termasuk dalam
kategori kurang atau 100% anak kurang mampu dalam melakukan push
dynamometer.
63
4.1.1.3. Back Dynamometer
Hasil penilaian tes pengukuran back dynamometer terhadap 30 anak siswa
SSB New Pelita Solo adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil tes pengukuran back dynamometer
Skor Jumlah Persentase Sempurna 0 0% Baik sekali 0 0% Baik 0 0% Cukup 0 0% Kurang 30 100% Jumlah 30 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Dari hasil penelitian dari 30 anak maka 30 anak tersebut termasuk dalam
kategori kurang atau 100% anak kurang mampu dalam melakukan back
dynamometer.
4.1.1.4 Leg Dynamometer
Hasil penilaian tes pengukuran leg dynamometer terhadap 30 anak siswa
SSB New Pelita Solo adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil tes pengukuran leg dynamometer
Skor Jumlah Jumlah Sempurna 0 0 Baik sekali 0 0 Baik 0 0 Cukup 0 0 Kurang 30 100% Jumlah 30 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Dari hasil penelitian dari 30 anak maka 30 anak tersebut termasuk dalam
kategori kurang atau 100% anak kurang mampu dalam melakukan leg
dynamometer.
64
4.1.1.5 Sit-up.
Hasil penilaian tes pengukuran sit-up terhadap 30 anak siswa SSB New
Pelita Solo adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil tes pengukuran sit-up
Skor Jumlah Persentase Sempurna 0 0% Baik sekali 0 0% Baik 0 0% Cukup 5 16,7% Kurang 25 83,3% Jumlah 30 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Dari hasil penelitian 30 anak maka diperoleh sebagian besar termasuk dalam
kategori kurang sebanyak 25 anak atau 83,3% dari seluruh anak, sedangkan 5
anak (16,7%) lainnya termasuk dalam kategori cukup.
\4.1.1.6. Push-up.
Hasil penilaian tes pengukuran push-up terhadap 30 anak siswa SSB New
Pelita Solo adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil tes pengukuran push-up
Skor Jumlah Persentase Sempurna 0 0% Baik sekali 0 0% Baik 15 50% Cukup 15 50% Kurang 0 0% Jumlah 30 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Dari hasil penelitian 30 anak diperoleh sebagian besar termasuk dalam
kategori baik yaitu sebanyak 15 anak atau 50% dari seluruh anak, dan 15 anak
(50%) lainnya termasuk dalam kategori cukup.
65
4.1.1.7. Lari 50 m.
Hasil penilaian tes pengukuran lari 50 m terhadap 30 anak siswa SSB New
Pelita Solo adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil tes pengukuran lari 50 m
Skor Jumlah Persentase Sempurna 0 0% Baik sekali 3 10% Cukup 13 43,3% Kurang 14 46,7% Jumlah 30 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Dari hasil penelitian tes pengukuran lari 50 m dari 30 anak maka diperoleh
sebagian besar anak termasuk dalam kategori kurang yaitu 14 anak atau 46,7%
dari seluruh anak, 13 anak (43,3%) lainnya termasuk dalam kategori cukup dan 3
anak (10%) termasuk dalam kategori baik sekali.
4.1.1.8 Shuttle-run.
Hasil penilaian tes pengukuran shuttle-run terhadap 30 anak siswa SSB
New Pelita Solo adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil tes pengukuran shuttle-run
Skor Jumlah Persentase Sempurna 0 0% Baik sekali 8 26,7% Baik 14 46,7% Cukup 4 13,3% Kurang 4 13,3% Jumlah 30 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Hasil penelitian tes pengukuran shuttle-run dari 30 anak diperoleh sebagian
besar termasuk dalam kategori baik sekali yaitu 8 anak atau 26,7% dari seluruh
anak, 14 anak (46,7%) lainnya termasuk dalam kategori baik, 4 anak (13,3%)
66
termasuk dalam kategori cukup dan 4 anak (13,3%) termasuk dalam kategori
kurang.
4.1.1.9. Flexometer
Hasil penilaian tes pengukuran flexometer terhadap 30 anak siswa SSB New
Pelita Solo adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil tes pengukuran flexometer
Skor Jumlah Persentase Sempurna 0 0% Baik sekali 1 3,3% Baik 5 16,7% Cukup 9 30% Kurang 15 50% Jumlah 30 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Dari hasil penelitian tes pengukuran flexometer dari 30 anak diperoleh
sebagian besar termasuk dalam kategori kurang yaitu sebanyak 15 anak atau 50%
dari seluruh anak, 9 anak (30%) lainnya termasuk dalam kategori cukup, 5 anak
(13,3%) termasuk dalam kategori baik, dan 1 anak (3,3%) termasuk dalam
kategori baik sekali.
4.1.1.10. Vertical jump
Hasil penilaian tes pengukuran vertical jump terhadap 30 anak siswa SSB
New Pelita Solo adalah sebagai berikut
Tabel 4.10 Hasil tes pengukuran vertical jump
Skor Jumlah Persentase Sempurna 0 0% Baik Sekali 0 0% Baik 0 0% Cukup 3 10% Kurang 27 90% Jumlah 30 100%
Sumber : Data primer yang diolah
67
Dari hasil penelitian tes pengukuran vertical jump dari 30 anak diperoleh
sebagian besar anak termasuk dalam kategori kurang yaitu sebanyak 27 anak atau
90% dari seluruh anak dan 3 anak (10%) termasuk dalam kategori cukup.
4.1.4.11. Lari 15 menit
Hasil penilaian tes pengukuran lari 15 menit terhadap 30 anak siswa
SSB New Pelita Solo adalah sebagai berikut
Tabel 4.11 Hasil tes pengukuran lari 15 menit
Skor Jumlah Persentase Sempurna 0 0% Baik sekali 0 0% Baik 0 0% Cukup 0 0% Kurang 30 100% Jumlah 30 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Dari hasil penelitian tes pengukuran lari 15 menit dari 30 anak, seluruh
anak termasuk dalam kategori kurang atau dapat disimpulkan bahwa 100% anak
siswa SSB New Pelita Solo khususnya umur 12-13 tahun termasuk dalam kategori
kurang mampu untuk melakukan tes lari 15 menit.
4.1.2. Tingkat Kondisi Fisik Secara Keseluruhan
Dari data yang terkumpul disusun dan dianalisis dengan statistik dimana
hasil yang diperoleh dapat diuji kebenarannya. Metode pengumpulan data tes
digunakan sebagai metode pengumpulan data. Teknik analisis data yang
digunakan untuk menguji data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
prosentase. Dimana hasil dari data penelitian dihitung dalam jumlah prosentase
berapa anak yang dalam kategori sempurna, baik sekali, baik, cukup dan kurang.
Hasil data penelitian untuk siswa SSB New Pelita Solo telah dianalisis
dengan tabel deskriptif prosentase.
68
Tabel 4.12 Tabel Hasil Analisis Deskriptif Prosentase Siswa SSB New Pelita Solo
Rentang skor Kategori Frekuensi Prosentase 9,6-10 Sempurna 0 0% 8,0-9,5 Baik sekali 0 0% 6,0-7,9 Baik 0 0% 4,0-5,9 Cukup 5 16,7% 2,0-3,9 Kurang 25 83,3%
Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat Kondisi Fisik para siswa SSB New Pelita Solo yang masuk dalam
kategori cukup ada 5 anak atau sebanyak 16,7 %
2. Tingkat Kondisi Fisik para siswa SSB New Pelita Solo yang masuk dalam
kategori kurang ada 25 anak atau sebanyak 83,3 %.
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat kondisi fisik dari
masing-masing item tes sebagai berikut
4.2.1 Pull and Push Dynamometer.
Komponen yang berperan dalam melakukan gerakan Pull and Push
Dynamometer adalah kekuatan otot Deltoid yang cara bekerjanya dengan
mengangkat lengan, otot trapezius yang cara bekerjanya dengan mengangkat bahu
dan menarik kepala kebelakang, kekuatan otot bisep yang mempunyai
kemampuan memendek bila otot berkontraksi, otot trisep mempunyai kemampuan
memanjang bila otot berkontraksi. Otot bahu hanya meliputi sebuah sendi saja dan
membungkus tulang pangkal lengan.
Dalam olahraga sepak bola, kekuatan otot lengan dan bahu digunakan untuk
melakukan lemparan bola kedalam (trow-in) baik yang dilakukan oleh pemain
maupun oleh penjaga gawang.
69
Berdasarkan hasil penilaian tes pengukuran pull dynamometer terhadap 30
orang siswa SSB New Pelita Solo seluruh anak termasuk dalam kategori kurang.
Untuk mendapatkan hasil kekuatan otot lengan dan bahu yang maksimal,
pull and push dynamometer dapat dilatih dan ditingkatkan kekuatannnya dengan
latihan seperti push-up, mengangkat beban secara terlatih dan teratur.
Sedangkan alat yang digunakan untuk melatih kekuatan otot lengan dan
bahu adalah hand dynamometer.
4.2.2 Back Dynamometer
Komponen yang dibutuhkan dalam melakukan gerakan back dynamometer
adalah kekuatan otot punggung. Sedangkan otot punggung itu sendiri berperan
dalam menjaga agar postur tubuh senantiasa tetap tegap. Otot punggung
memberikan peran penting dalam melakukan gerak dalam cabang olahraga sepak
bola seperti gerak menendang, lari, melompat dan melempar.
Berdasarkan hasil penilaian tes pengukuran back dynamometer terhadap
30 anak siswa SSB New Pelita Solo seluruh anak termasuk dalam kategori kurang.
Untuk melatih kekuatan otot punggung digunakan alat back dynamometer.
4.2.3 Leg Dynamomete
Komponen yang berperan dalam melakukan gerakan leg dynamometer
adalah kekuatan otot tungkai. Sedangkan otot tungkai adalah kemampuan otot
aatau sekelompok otot tungkai untuk mengatasi beban (Budi Harjo, 2000:39).
Otot tungkai berperan dalam melakukan gerakan dalam cabang olahraga
sepak bola seperti gerakan menendang bola, menggiring bola, meloncat atau
melompat.
Berdasarkan hasil penilaian tes pengukuran Leg Dynamometer terhadap 30
anak siswa SSB New Pelita Solo seluruh anak termasuk dalam kategori kurang.
70
Untuk mendapatkan hasil kekuatan otot tungkai yang maksimal dapat dilatih
dengan melakukan pembebanan pada kaki.
4.2.4 Sit-up.
Komponen yang berperan dalam melakukan sit-up adalah daya tahan tahan
kekuatan otot perut. Sedangkan kekuatan otot perut adalah kemampuan
sekelompok otot perut untuk melakukan kontraksi secara berturut-turut atau
mampu mempertahankan suatu kontraksi statis dalam waktu yang lama (Budi
Harjo, 2000:39).
Pengukuran daya tahan otot perut melalui tes sit-up yang dilakukan
sebanyak mungkin sampai tidak mampu melakukan sit-up lagi sesuai dengan
ketentuan. Selain mengunakan teknik dasar menendang bola dan kekuatan otot
tungkai pada waktu menendang bola juga mengunakan daya tahan otot. Daya
tahan otot yang digunakan untuk menendang bola lambung adalah daya tahan otot
perut.
Berdasarkan hasil penilaian tes pengukuran sit-up terhadap 30 anak siswa
SSB New Pelita Solo, diperoleh sebagian besar siswa termasuk dalam kategori
kurang yaitu 25 anak atau 83,3% dari seluruh anak, sedangkan 5 anak (16,7%)
lainnya mendapat kategori cukup. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan maka
pelatih perlu menambah dan meningkatkan frekuensi latihan fisik secara bertahap,
teratur dan terprogram.
4.2.5 Push-up.
Komponen yang berperan dalam melakukan push-up adalah kekuatan otot
lengan dan bahu. Kekuatan otot lengan terdiri dari otot bisep (membengkokkan
lengan pada siku), otot trisep (melurueskan siku) dan otot ekstensor (meluruskan
pergelangan dan jari tangan). Kekuatan otot bahu terdiri dari otot deltoid yang
71
cara kerjannya dengan mengangkat lengan dan otot trapezius yang cara kerjanya
dengan mengangkat bahu dan menarik kepala kebelakang.
Dalam olahraga sepak bola, gerakan push-up digunakan iuntuk melatih
kekuatan otot lengan dan bahu yang berfungsi untuk melakukan gerak melempar
bola.
Berdasarkan hasil penilaian tes pengukuran push-up terhadap 30 anak
siswa SSB New Pelita Solo, diperoleh sebagian besar siswa termasuk dalam
kategori baik yaitu 15 anak atau 50% dari seluruh anak, dan 15 anak (50%)
lainnya termasuk dalam kategori cukup.
Tes push-up bertujuan untuk mengukur komponen daya tahan lokal otot
lengan dan bahu. dimana dalam permainan sepak bola, daya tahan lokal otot
lengan dan bahu berpengaruh terhadap teknik bermain sepak bola seperti body
contac, melakukan lemparan kedalam dan menangkap bola bagi penjaga gawang.
Untuk mendapatkan hasil kekuatan otot lengan dan bahu yang maksimal, pemain
harus melakukan gerakan push-up dengan terprogram dan terlatih.
4.2.6 Lari 50 m.
Lari cepat adalah lari yang dilakukan dengan kecepat penuh dalam
beberapa detik dengan jarak sekitar 50-60 meter (Djanu Ismanto , 1991:54).
Komponen yang berperan dalam melakukan lari adalah kekuatan otot
tungkai, kecepatan, otot lengan dan otot bahu. Kekuatan otot tungkai dapat
diartikan sebagai kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai untuk mengatasi
beban (Budi Harjo, 2000:39).
Lari cepat memiliki tujuan untuk mendapatkan waktu percepatan lari yang
lebih singkat dan meningkatkan jarak kecepatan penuh seorang atlit. Lari cepat
harus mengutamakan tenaga untuk bergerak cepat dalam waktu beberapa detik.
72
Menurut M. Sajoto bahwa kecepatan gerak terutama kecepatan menempuh suatu
jarak tertentu, lebih banyak dipengaruhi oleh faktor bawaan atau bakat.
Berdasarkan hasil penilaian tes pengukuran lari 50 m terhadap 30 anak
siswa SSB New Pelita Solo, diperoleh sebagian besar siswa termasuk dalam
kategori kurang yaitu 14 anak atau 46,7% dari seluruh anak, 13 anak (43,3%)
lainnya termasuk dalam kategori cukup dan 3 anak (10%) termasuk dalam
kategori baik sekali. Tes lari 50 meter bertujuan untuk mengukur komponen
kecepatan. dimana dalam permainan sepak bola lari merupakan penunjang dalam
permainan sepak bola misalnya untuk mengejar bola dan mengiring bola.
Latihan kecepatan yang masih bersifat umum diberikan dalam bentuk
latihan lari dan sekaligus dengan latihan reaksi. Hal yang perlu diperhatikan
dalamlatihan kecepatan adalah latihan kecepatan dilakukan pada awal dari suatu
unit latihan pada saat otot-otot masih segar, intensitas latihan berada pada tingkat
submaksimum atau maksimum, jarak antara 30-80 meter, jumlah pengulangan
antara 10 sampai 16 kali dan terdiri dari 3-4 seri. Agar latihan kecepatan lebih
efektif maka diperlukan rangsangan-rangsangan atau setimulasi luar seperti, tanda
dengan tepukan tangan, bunyi pluit atau suara sebagai komando untuk mulai.
4.2.7 Shuttle-run.
Komponen yang berperan dalam melakukan shuttle-run adalah kelincahan,
speed dan koordinasi. Kelincahan dapat diamati dalam situasi permainan. Sebagai
contoh, seorang pemain yang tergelincir dan terjatuh dilapangan, namun masih
mampu menguasai bola dan mengoperkan bola tersebut dengan tepat kepada
temannya. Dan sebaliknya, seorang pemain yang kurang lincah menguasai situasi
yang sama tidak saja tidak mampu menguasai bola, namun kemungkinan justru
mengalami cidera karena terjatuh.
73
Otot yang berperan dalam melakukan shuttle-run adalah otot Adductor
(menarik kedalam paha), otot Sartorius (membengkokkan lutut dan panggul dan
memutar paha keluar), otot Rectus Femoris (membengkokkan sendin pinggang
dan meluruskan lutut) dan otot Tendo Achilles.
Berdasarkan hasil penilaian tes pengukuran shuttle-run terhadap 30 anak
siswa SSB New Pelita Solo, diperoleh sebagian besar siswa termasuk dalam
kategori baik sekali yaitu 8 anak atau 26,7% dari seluruh anak, 14 anak (46,7%)
lainnya termasuk dalam kategori baik, 4 anak (13,3%) termasuk dalam kategori
cukup dan 4 anak (13,3%) termasuk dalam kategori kurang.
Beberapa bentuk latihan kelincahan adalah lari rintangan, lari berbelok-
belok (zig-zag) dan lari bolak-balik (shuttle-run).
4.2.8 Flexometer
Komponen dari flexometer adalah fleksibilitas, dimana gerakan
fleksibilitas ini bertujuan untuk memperbaikijangkauan gerak. Fleksibilitas adalah
bagian penting dari kesegaran otot dan memiliki peranan penting dalam mencegah
terjadinya cidera atau kecelakaan.
Kurangnya atau terbatasnya kelentukan, terutama dalam gerak yang
memerlukan luas gerak yang maksimal (dari persendian), adalah disebabkan
kurangnya daya kedang (extension) dari otot-otot yang berlawanan (antagonist).
Dan latihan kelentukan ini adalah latihan untuk meningkatkan daya elastis dari
ujung-ujung otot, urat (tendons), serta otot umumnya.
Kemampuan untuk melakukan gerak persendian secara luas,
memungkinkan atlit untuk melakukan dan menguasai motor-skill secara baik dan
benar. Dan karenanya akan memungkinkan atlit untuk mencapai tingkat optimal
dalam cabang olahraga yang ia pilih.
74
Harsono (1988) mengemukakan mamfaat dari kelentukan yang positif
terhadap seseorang seperti mengurangi kemungkinan terjadinya cidera pada otot
dan sendi, membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi dan
kelincahan, membantu mengembangkan prestasi, menghemat pengeluaran tenaga
(efisiensi) pada waktu melakukan gerakan-gerakan dan membantu memperbaiki
sikap tubuh.
Bila otot dalam keadaan tegang yang disebabkan karena kurangnya
pemanasan akan mengakibatkan terjadinya resiko sobek atau kerusakan pada otot
tersebut misalnya keteganggan pada otot-otot lutut (hamstring). Kelenturan dapat
dicapai dengan jalan latihan peregangan (starching) dalam berbagai cara. Latihan
ini mudah sebab hanya mengunakan energi dalam jumlah sedikit dan tidak
memerlukan peralatan khusus.
Berdasarkan hasil penilaian tes pengukuran flexometer terhadap 30 anak
siswa SSB New Pelita Solo, diperoleh sebagian besar siswa termasuk dalam
kategori kurang yaitu sebanyak 15 anak atau 50% dari seluruh anak, 9 anak (30%)
lainnya termasuk dalam kategori cukup, 5 anak (13,3%) termasuk dalam kategori
baik, dan 1 anak (3,3%) termasuk dalam kategori baik sekali.
4.2.9 Vertical jump
Jenson dkk (1984) menyatakan bahwa vertical jump tergantung pada
power otot-otot kaki. Selain itu vertical jump juga dipengaruhi oleh kelenturan
persendian. Selanjutnya dikatakan Radcliffe dan Forentinos (1983: 81) bahwa
salah satu alat ukur untuk mengetahui besarnya kemampuan daya eksplosif otot-
otot tungkai dan pinggul adalah dengan melakukan loncat tegak atau vertical
jump. Dalam gerak vertical jump, otot-otot pada lutut, pinggul dan pergelangan
kaki akan lebih banyak melakukan gerak ekstensi, sedangkan otot-otot jari kaki
lebih banyak melakukan gerakan fleksi.
75
Vertical jump bertujuan untuk mengukur komponen power otot tungkai.
Kemampuan otot tungkai berpengaruh terhadap jauh dekatnya atau keras tidaknya
tendangan.
Hasil penilaian tes pengukuran vertical jump terhadap 30 anak siswa SSB
New Pelita Solo diperoleh sebagian besar hanya masuk kedalam kategori kurang
yaitu sebanyak 27 anak atau 90% dari seluruh anak dan 3 anak (10%) masuk
kedalam kategori cukup. Tes vertical jump bertujuan untuk mengukur komponen
power otot tungkai. Otot tungkai ini digunakan untuk menendang dan melakukan
lompatan dalam perebutan bola di udara.
Untuk memperoleh kekuatan otot tungkai yang maksimal perlu adanya
program latihan yang teratur dengan menambah frekuensi latihan.
4.2.10 Lari 15 menit
Ada tiga sistem energi yang bekerja dalam tubuh yaitu sistem sistem
aerobik (sistem energi otot yang membutuhkan oksigen, misalnya pelari
marathon), sistem anaerobik alaktat (sistem penyimpanan dan permulaan yang
tidak memerlukan oksigan dan karenanya tidak menghasilkan asam laktat) dan
sistem anaerobic laktat (sistem ini tidak memerlukan oksigen tetapi menghasilkan
asam laktat). (PB PASI, 1993: 20).
Sistem aerobik digunakan dalam olahraga-olahraga yang memerlukan
daya tahan lama seperti pelari marathon. Otot yang berperan adalah otot lambat
yang memiliki daya tahan lebih baik bila dibandingkan dengan otot cepat. Daya
tahan aerobik dapat dikembangkan melalui latihan terus menerus atau semakin
panjang waktunya dari suatu event maka semakin penting daya aerobiknya.
Sitem Anaerobik digunakan dalam melakukan olahraga yang memerlukan
kecepatan seperti sprinter, pelompat dan pelempar. Otot yang berperan adalah
76
otot cepat, otot ini tidak dapat bertahan lama karena sifatnya berbeda dengan otot
lambat.
Dalam olahraga sepak bola memerlukan daya tahan otot aerobik maupun
otot anaerobik. Otot aerobik diperlukan bagi seorang pemain karena dengan daya
tahan otot aerobik yang baik, seorang pemain tidak akan cepat mengalami
kelelahan pada saat pertandingan. Sedangkan otot anaerobik diperlukan oleh
seorang pemain dalam melakukan gerakan-gerakan yang cepat dalam permainan
seperti lari cepat dalam merebut bola.
Berdasarkan hasil penilaian tes pengukuran lari 15 menit terhadap 30 anak
siswa SSB New Pelita Solo, seluruh anak termasuk dalam kategori kurang. Tes ini
bertujuan untuk mengukur komponen daya tahan cardiovasculair. Daya tahan
cardiovasculair memegang peranan yang sangat penting bagi setiap pemain,
sebab dengan daya tahan cardiovasculair yang bagus seorang pemain akan
mampu bermain dalam pertandingan selama 2x45 menit dengan kondisi fisik yang
prima.
Untuk dapat menghasilkan daya tahan aerobik dan anaerobik yang baik
dapat dikembangkan dengan latihan interval. Variabel dalam latihan interval
adalah intensitas (kecepatan dari pengulangan), lama waktu (panjang waktu atau
panjang jarak suatu ulangan, pemulihan (waktu interval antara pengulangan dan
set-set latihan), aktivitas pemulihan (berisi gerakan intensitas rendah seperti
jogging) dan pengulangan.
Berdasarkan uraian diatas bahwa kondisi fisik para siswa SSB New Pelita
Solo rata-rata dalam kategori kurang yaitu sebesar 25 anak atau jika dihitung
dalam prosentase 83,3%, sedangkan 5 anak atau 16,7% dikategorikan cukup. Data
tersebut diatas diperoleh dari hasil tes dan pengukuran yang dilakukan para siswa
77
SSB New Pelita Solo yang terdiri dari 11 komponen tes kondisi fisik cabang
olahraga sepak bola.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
dari 11 tes pengukuran kondisi fisik yang diberikan tes shuttle-run dan tes push-
up saja yang memiliki hasil kondisi yang baik, sedangkan pada tes kondisi fisik
yang lainnya diperoleh masih kurang dan pada kondisi yang kurang baik.
Kurangnya kondisi fisik para siswa SSB New Pelita Solo tersebut
dikarenakan frekuensi latihan yang belum maksimal yakni 3 kali per minggu dan
kurangnya latihan fisik yang terprogram dan faktor tersebut berdampak pada
menurunnya prestasi dalam permainan sepak bola.
78
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan,
bahwa tingkat kondisi fisik siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) New Pelita Solo
khususnya umur 12-13 tahun termasuk dalam kategori kurang.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disarankan agar pelatih
Sekolah Sepak Bola (SSB) New Pelita Solo meningkatkan kondisi fisik para
pemainnya melalui program-program latihan teknik, taktik dan fisik yang
terencana dan terprogram dengan baik supaya dapat meningkatkan kondisi fisik
para pemainnya secara keseluruhan agar yang kurang baik menjadi lebih baik dan
dapat berprestasi dalam cabang olahraga Sepak Bola.
79
DAFTAR PUSTAKA
Asmira Sutarto, 1970. Ilmu Gizi. Jakarta: Depdikbud.
Bompa,O.T. 1983. Theori and Metodology of training, Kendal: Hunt Publishing Company.
Budi Harjo, 2000. Hubungan Antara Ukuran Panjang, Tesis. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Dangsina Moeloek, 1984. Kesehatan dan Olahraga, Disertasi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Dirham, 1997. Metode Teknik Dasar Bermain Sepak Bola, Disertasi. Semarang: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.
Djanu Ismanto, 1991. Perbedaan Pengaruh Latihan Loncat Jongkok dan Loncat Mengangkat Lutut Terhadap Kemampuan Lari Cepat 50 Meter, Disertasi. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Airlangga.
Garuda Emas, 2000. Pemanduan dan Pembinaan Bakat Usia Dini. Jakarta: KONI.
Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta: Tambak Kusumo.
H. Sudrajad Prawira Saputra dkk, 2000. Dasar-dasar kepelatihan. Depdikbud: Dirjendikti.
Imam Soejoedi, 1979. Permainan Dan Metodik I. Jakarta: Depdikbud.
KONI Pusat, 1999. Sistem Monitoring Evaluasi dan Pelaporan (SMEP). 1999. KONI Pusat.
Mukhamad Ali, 1993. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
M. Sajoto, 1988. Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize.
PB. PASI, 1993. Pengenalan Kepada Teori Kepelatihan. PB. PASI.
Poerwadarminto, 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka.
Remmy Mochtar, 1992. Olahraga Pilihan Sepak Bola. Depdikbud: Dirjendikti Proyek Pembinaan Tenaga.
80
Rusli Lutan dkk, 2000. Dasar-dasar Kepelatihan. Depdikbud: Dirjendikti. Sucipto dkk, 2000. Sepak Bola. Depdikbud: Dirjendikti. Sugiyanto, Sudjarwo, 1991. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta:
Depdikbud. Soekamtasi, 1984. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Solo: Tiga SErangkai. Sudjana, 1996. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Suharsimi Arikunto, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta. Sutrisno Hadi, 1988. Statistik Jilid II. Yogyakarta: Andi offset Uen Hartiawan, 2002. Peningkatan dan Pembinan Kondisi Fisik. FIK UNNES.
81
DAFTAR NAMA PETUGAS PENGAMBIL DATA
NO NAMA KETERANGAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Arif Wibowo Eny Wijayanti Yeni Pamuji Rahayu Santoso Edijoko Eka Saputra Arif Hidayatuloh Aji Pamujo Lukas Alexsander Onaola Agus Saparno Suyitno
Peneliti Mahasiswa FIS UNNES Mahasiswa FIK UNNES Mahasiswa FIK UNNES Mahasiswa FIK UNNES Mahasiswa FIK UNNES Mahasiswa FIK UNNES Mahasiswa FIK UNNES Mahasiswa FIK UNNES Manager SSB New Pelita Solo Pelatih SSB New Pelita Solo
82
Tabel 4.11. Hasil Kemampuan VO2 max dari hasil lari 15 menit
NO NAMA LARI 15 MENIT Kemampuan VO2 max 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
DIMAS NAJIB DANIEL DEDI DIAN RISKI JOHAN HARIYO KHOLIK BAGUS NOVENDA GIVEN AGUNG YUSUF ROHMAD KURNIAWAN HERMANTO NURFAUZI STEFANUS NANDA FARIK MUSTOFA ALI AKBAR S. ARVON RAHARDIAN LUTFI HAKIM JAMAL ADI JOJO ADIT
2579 2579 2056 2579 2318 2318 1969 2579 2667 2230 2754 2579 2754 2143 2492 2492 2318 2056 2405 2405 1969 2318 2056 2056 2230 2405 2230 1969 2754 2405
40 40 34 40 37 37 33 40 41 36 42 40 42 35 39 39 37 34 38 38 33 37 34 34 36 38 36 33 42 38
Untuk menghitung VO2 max menggunakan rumus:
VO2 max = 172,013315
×⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
xmeter + 33,3
83
HASIL TES KONDISI FISIK
SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) NEW PELITA SOLO
TAHUN 2005 Tabel 4.1 sampai 4.11 Hasil Kondisi Fisik Per Aitem Tes
NILAI TES KONDISI FISIK NO NAMA UMUR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jumlah Kategori
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) 1 DIMAS 13 20
(2) 15 (2)
76,5 (2)
125,5 (2)
25 (2)
26 (6)
6,8 (6)
15,7 (8)
14,2 (6)
34 (2)
40 (2) 40 C
2 NAJIB 12 10 (2)
14 (2)
30,0 (2)
56,5 (2)
15 (2)
18 (4)
7,7 (4)
16,1 (6)
5,4 (2)
31 (2)
40 (2) 30 K
3 DANIEL 13 18 (2)
12 (2)
54,5 (2)
79,5 (2)
20 (2)
23 (6)
7,9 (4)
16,3 (6)
8,0 (4)
33 (2)
34 (2) 34 K
4 DEDI 12 10 (2)
14 (2)
30,0 (2)
56,5 (2)
15 (2)
18 (4)
7,7 (4)
16,1 (6)
5,4 (2)
33 (2)
40 (2) 30 K
5 DIAN 13 10 (2)
17 (2)
13,5 (2)
48,0 (2)
30 (4)
21 (6)
7,9 (4)
15,6 (8)
13,1 (6)
29 (2)
37 (2) 40 C
6 RISKI 12 10 (2)
13 (2)
51,0 (2)
77,0 (2)
20 (2)
14 (4)
8,2 (2)
17,1 (4)
8,0 (4)
24 (2)
37 (2) 28 K
7 JOHAN 13 10 (2)
15 (2)
34,5 (2)
94,0 (2)
30 (4)
20 (6)
6,7 (6)
15,6 (6)
16,9 (6)
36 (2)
33 (2) 40 C
8 HARIYO 12 10 (2)
12 (2)
24,0 (2)
32,0 (2)
25 (2)
12 (4)
7,9 (4)
16,2 (4)
8,0 (4)
23 (20
40 (2) 30 K
9 KHOLIK 13 12 (2)
18 (2)
45,0 (2)
95,0 (2)
33 (2)
15 (4)
7,5 (4)
16,4 (6)
5,9 (2)
42 (2)
41 (2) 30 K
10 BAGUS 12 18 (2)
17 (2)
30,0 (2)
39,0 (2)
15 (2)
14 (4)
7,8 (4)
16,8 (4)
7,1 (4)
33 (2)
36 (2) 30 K
11 NOVENDA 13 12 (2)
18 (2)
63,0 (2)
38,5 (2)
26 (2)
25 (6)
8,5 (2)
17,4 (2)
7,9 (4)
46 (4)
42 (2) 30 K
12 GIVEN 12 15 (2)
17 (2)
39,5 (2)
48,5 (2)
18 (2)
19 (4)
8,3 (2)
16,1 (6)
5,4 (2)
26 (2)
40 (2) 28 K
13 AGUNG 13 19 (2)
15 (2)
39,0 (2)
35,5 (2)
30 (4)
18 (4)
8,0 (2)
15,9 (8)
8,9 (4)
30 (2)
42 (2) 34 K
84
Tabel 4.1. Hasil tes pengukuran Pull Dynamometer.
Tabel 4.2. Hasil tes pengukuran Push Dynamometer.
Tabel 4.3. Hasil tes pengukuran Back Dynamometer.
Tabel 4.4. Hasil tes pengukuran Leg Dynamometer.
Tabel 4.5. Hasil tes pengukuran Sit-Up. Tabel 4.6. Hasil tes pengukuran Push- Up. Tabel 4.7. Hasil tes pengukuran Lari 50
meter. Tabel 4.8. Hasil tes pengukuran Shuttle –
Rune. Tabel 4.9. Hasil tes pengukuran
Flexsometer. Tabel 4.10. Hasil tes pengukuran Vertical
Jump. Tabel 4.11. Hasil tes pengukuran Lari 15
menit.
NILAI TES KONDISI FISIK NO NAMA UMUR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jumlah Kategori
14 YUSUF 12 18 (2)
16 (2)
34,5 (2)
30,5 (2)
18 (2)
17 (4)
8,8 (2)
15,9 (8)
5,8 (2)
28 (2)
35 (2) 30 K
15 RAHMAD 13 14 (2)
17 (2)
46,5 (2)
47,5 (2)
26 (2)
19 (4)
7,8 (4)
16,2 (6)
14,0 (6)
35 (2)
39 (2) 34 K
16 KURNIAWAN 12 15 (2)
13 (2)
36,5 (2)
27,5 (2)
30 (4)
23 (6)
6,8 (6)
16,1 (6)
13,5 (6)
21 (2)
39 (2) 40 C
17 HERMANTO 13 17 (2)
13 (2)
31,0 (2)
27,5 (2)
30 (4)
20 (6)
7,7 (4)
17,2 (2)
5,1 (2)
25 (2)
37 (2) 30 K
18 NURFAUZI 12 18 (2)
10 (2)
51,0 (2)
41,0 (2)
23 (2)
21 (6)
7,5 (4)
16,6 (6)
7,6 (4)
32 (2)
34 (2) 34 K
19 STEFANUS 13 10 (2)
16 (2)
38,0 (2)
75,0 (2)
28 (2)
25 (6)
8,0 (2)
15,8 (8)
5,9 (2)
28 (2)
38 (2) 32 K
20 NANDA 12 15 (2)
10 (2)
50,0 (2)
28,5 (2)
21 (2)
23 (6)
7,7 (4)
16,3 (6)
3,1 (2)
27 (2)
38 (2) 32 K
21 FARIK 13 15 (2)
18 (2)
31,0 (2)
24,0 (2)
26 (2)
25 (6)
8,6 (2)
16,3 (6)
5,8 (2)
38 (2)
33 (2) 30 K
22 MUSTOFA 12 15 (2)
16 (2)
29,0 (2)
20,0 (2)
15 (2)
21 (6)
8,0 (2)
17,8 (2)
5,6 (2)
24 (2)
37 (2) 26 K
23 ALI AKBAR S. 13 16 (2)
11 (2)
30,0 (2)
70,0 (2)
26 (2)
18 (4)
8,3 (2)
16,3 (6)
4,5 (2)
46 (2)
34 (2) 30 K
24 ARVON 12 13 (2)
15 (2)
34,5 (2)
71,5 (2)
25 (2)
14 (4)
7,8 (4)
15,7 (8)
2,8 (2)
46 (4)
34 (2) 34 K
25 RAHARDIAN 13 10 (2)
15 (2)
13,0 (2)
58,0 (2)
29 (2)
21 (6)
7,4 (4)
16,0 (8)
18,1 (8)
37 (2)
36 (2) 40 C
26 LUTFI HAKIM 12 10 (2)
10 (2)
34,0 (2)
24,5 (2)
17 (2)
16 (4)
8,4 (2)
18,7 (2)
7,5 (4)
23 (2)
38 (2) 26 K
27 JAMAL 13 14 (2)
18 (2)
33,5 (2)
45,0 (2)
19 (2)
20 (6)
8,3 (2)
16,9 (4)
8,1 (4)
35 (2)
36 (2) 30 K
28 ADI 12 17 (2)
14 (2)
50,0 (2)
27,5 (2)
13 (2)
19 (4)
7,5 (2)
16,1 (6)
3,0 (2)
26 (2)
33 (2) 28 K
29 JOJO 12 16 (2)
12 (2)
29,0 (2)
32,5 (2)
20 (2)
17 (4)
9,4 (2)
15,7 (8)
2,4 (2)
38 (2)
42 (2) 30 K
30 ADIT 12 15 (2)
15 (2)
76,0 (2)
63,5 (2)
26 (2)
23 (6)
9,0 (2)
16,5 (6)
3,2 (2)
23 (2)
38 (2) 30 K
Tabel 4.1. Hasil tes pengukuran Pull Dynamometer.
Tabel 4.2. Hasil tes pengukuran Push Dynamometer.
Tabel 4.3. Hasil tes pengukuran Back Dynamometer.
Tabel 4.4. Hasil tes pengukuran Leg Dynamometer.
Tabel 4.5. Hasil tes pengukuran Sit-Up. Tabel 4.6. Hasil tes pengukuran Push- Up. Tabel 4.7. Hasil tes pengukuran Lari 50
meter. Tabel 4.8. Hasil tes pengukuran Shuttle –
Rune. Tabel 4.9. Hasil tes pengukuran
Flexsometer. Tabel 4.10. Hasil tes pengukuran Vertical
Jump. Tabel 4.11. Hasil tes pengukuran Lari 15
menit.
85
86