80878172-Laporan-Akhir-Stase-Manajemen-RSUD.pdf
-
Upload
dian-elviana -
Category
Documents
-
view
119 -
download
4
Transcript of 80878172-Laporan-Akhir-Stase-Manajemen-RSUD.pdf
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menghadapi era globalisasi saat ini dimana masyarakat membutuhkan dan
menuntut pelayanan yang profesional dan memuaskan, maka dibutuhkan
tenaga yang mempunyai pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang
memadai serta memiliki semangat pengabdian yang tinggi sesuai dengan
bidang tugasnya masing-masing. (Surjawati, 2002).
Demikian juga halnya dengan pelayanan suatu rumah sakit. Rumah sakit
sebagai salah satu lembaga yang memberikan pelayanan kepada masyarakat
juga dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan
memuaskan. Untuk menjawab tantangan tersebut maka rumah sakit harus
menyiapkan tenaga-tenaga profesional dan melakukan penataan sedemikian
rupa agar tenaga-tenaga profesional tersebut dapat dimaksimalkan dalam
memberikan pelayanan. Salah satu tenaga profesional yang terpenting di
dalam suatu rumah sakit yaitu perawat.
Perawat disebutkan sebagai tenaga terpenting karena sebagian besar
pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Gillies (1994)
menyatakan bahwa 40 - 60% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan
keperawatan. Bahkan Huber (1996) menyatakan bahwa 90% pelayanan
rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Tidak ada satupun rumah sakit
yang tidak mempergunakan jasa perawat untuk memberikan pelayanan
1
-
kepada klien. Perawat bekerja dan selalu bertemu dengan klien (pasien)
selama 24 jam penuh dalam suatu siklus shift, karena itu perawat menjadi
ujung tombak bagi suatu rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
Sebagai ujung tombak di dalam memberikan pelayanan, maka
kebutuhan akan Sumber Daya Manusia (SDM) perawat menjadi prioritas
utama di dalam pengorganisasian ruang rawat. Seorang perawat anak
diharapkan memiliki kompetensi meliputi pengetahuan, ketrampilan, pribadi
yang menunjang sebagai perawat yang tercermin dari perilaku.
Begitu juga dengan perawat yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah
Cilacap (RSUD) khususnya ruang Cattleya seyogyanya dapat meningkatkan
pelayanan dengan meningkatkan kompetensi pengetahuan dan ketrampilan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dengan melaksanakan program profesi ners pada stase manajemen,
mahasiswa mampu meningkatkan pengembangan SDM yang dibutuhkan
bagi perawat untuk menunjang model asuhan keperawatan profesional
(MAKP).
2. Tujuan Khusus
Dengan melaksanakan kegiatan program profesi ners pada stase
manajemen, mahasiswa mampu :
2
-
a. Mengidentifikasi kebutuhan yang terkait dengan
pengembangan SDM yang dibutuhkan bagi perawat untuk menunjang
sesuai model asuhan keperawatan profesional (MAKP)
b. Menyusun tujuan dan rencana yang terkait dengan
pengembangan SDM yang dibutuhkan bagi perawat untuk menunjang
sesuai model asuhan keperawatan profesional (MAKP)
c. Menyiapkan kegiataan yang terkait dengan pengembangan
SDM yang dibutuhkan bagi perawat untuk menunjang sesuai model
asuhan keperawatan profesional (MAKP)
d. Mengevaluasi pelaksanaan kegiataan yang terkait dengan
pengembangan SDM yang dibutuhkan bagi perawat untuk menunjang
sesuai model asuhan keperawatan profesional (MAKP)
e. Merencanakan follow up dari hasil pelaksanaan kegiataan
yang terkait dengan pengembangan SDM yang dibutuhkan bagi perawat
untuk menunjang sesuai model asuhan keperawatan profesional
(MAKP)melalui kerjasama dengan unit terkait dengan pelayanan
keperawatan di ruang MAKP
C. MANFAAT
1. Bagi mahasiswa
Mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama
mengikuti perkuliahan pada tatanan nyata di Rumah Sakit, sehingga dapat
3
-
melengkapi pengetahuan dan meningkatkan wawasan di dalam penerapan
manajemen pelayanan keperawatan profesional.
2. Bagi program Studi
Untuk peningkatan kualitas proses belajar mengajar yang
melibatkan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan yang terkait melalui
peningkatan kemampuan mahasiswa dalam memprakarsai perubahan,
mempersiapkan pelayanan keperawatan dan meningkatkan pelayanan
keperawatan yang profesional dan berkualitas.
3. Bagi Rumah Sakit
Mahasiswa dapat membantu cara pendokumentasian proses
keperawatan dengan baik dan benar serta membantu mengadakan
kegiataan yang terkait dengan pengembangan SDM yang dibutuhkan bagi
perawat untuk menunjang sesuai model asuhan keperawatan profesional
(MAKP) .
4
-
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)
1. Pengertian dan Komponen Model Praktik Keperawatan (MAKP)
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu
sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &
Woods, 1996). Pengembangan MAKP merupakan upaya untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat.
MAKP terdiri dari lima komponen yaitu nilai-nilai profesional yang
merupakan inti dari MAKP, hubungan antar profesional, metode
pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam
perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan
penghargaan.
a. Nilai-nilai Profesional
Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama pada suatu
praktik keperawatan profesional. Nilai-nilai tentang penghargaan atas
otonomi klien, menghargai klien, melakukan yang terbaik bagi klien
dan tidak merugikan klien merupakan nilai-nilai yang harus terus
ditingkatkan pada suatu layanan profesional. Dalam
mengimplementasikan nilai-nilai tersebut diperlukan pemahaman dan
5
-
komitmen perawat yang tinggi terhadap tugas dan tanggung jawabnya.
Pemahaman dan komitmen ini dipelihara dan ditingkatkan dengan
adanya sikap perawat untuk terus belajar sehingga selalu dapat
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan perkembangan
ilmu dan teknologi.
b. Pendekatan Manajemen
Fenomena yang menjadi tanggung jawab keperawatan adalah 14
kebutuhan dasar manusia. Pemenuhan kebutuhan ini dilakukan
berdasarkan pendekatan penyelesaian masalah sehingga dapat
diidentifikasi berbagai tindakan keperawatan yang meliputi tindakan,
terapi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan kesehatan dan
tindakan kolaborasi. Luasnya cakupan tindakan ini untuk satu klien
selama 24 jam memerlukan pendekatan manajemen sehingga tugas
dan tanggung jawab setiap tenaga perawat serta kesinambungan
asuhan keperawatan dapat dilakukan secara maksimal.
c. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang
profesional, digunakan beberapa metode pemberian asuhan
keperawatan mulai dari metode kasus, metode fungsional, metode tim,
dan metode keperawatan primer serta manajemen kasus. Dalam
praktik keperawatan profesional, metode yang paling memungkinkan
pemberian asuhan keperawatan profesional adalah metode yang
menggunakan the breath of keperawatan primer
6
-
d. Hubungan Profesional
Pemberian asuhan keperawatan kepada klien di perlukan
kolaborasi yang baik daari semua dari semua anggota tim kesehatan
dan diperlukan kesepakatan tentang cara melakukan hubungan
kolaborasi tersebut.
e. Sistim Kompensasi dan Penghargaan
Kompensasi dan penghargaan yang diberikan pada MPKP dapat
disepakati di setiap institusi dengan mengacu pada kesepakatan bahwa
pelayanan keperawatan adalah pelayanan profesional.
Dengan pengembangan MPKP, diharapkan nilai profesional dapat
diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan
pelayanan keperawatan (Siswono, 2010). Pengembangan MAKP
terbukti memberi dampak yang positif bagi pemberian asuhan
keperawatan. Berdasarkan penelitian Pearson dan Baker (1992) pada
ruang MAKP, nilai rata-rata kepatuhan terhadap standar dokumentasi
keperawatan lebih tinggi dibandingkan dengan ruang rawat lainnya.
2. Karakteristik, Manfaat dan Tahapan MAKP
Salah satu karakteristik utama praktik profesional adalah praktik
yang didasarkan pada nilai-iailai profesional. Empat nilai profesional
penting menurut Watson dalam Kozier et at (1997) adalah komitmen
yang tinggi untuk melayani, penghargaan atas harkat dan martabat klien
sebagai manusia, komitmen terhadap pendidikan dan otonomi. Nilai-nilai
tersebut digunakan dalam kode etik keperawatan yang menjadi pedoman
7
-
dalam hubungan perawat dan klien, perawat dan paktik, perawat dan
masyarakat, perawat dan teman sejawat serta perawat dan profesi.
Perawat perlu pemahaman dan komitmen yang tinggi dalam
mengimplementasikan nilai-mlai di atas terhadap tugas dan tanggung
jawabnya, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
a. Karakteristik MAKP
1) Penetapan jumlah tenaga keperawatan
2) Penetapan jenis tenaga keperawatan
3) Penetapan standar rencana asuhan keperawatan
4) Penggunaan metode modifikasi keperawatan
b. Manfaat MAKP
1) Rumah sakit dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
2) Prinsip pemanfaatan dan penataan tenaga dapat
dioptimalkan
3) Lahan praktik yang baik untuk proses belajar mahasiswa
penerus generasi keperawatan
4) Menunjang pendidikan berkelanjutan bagi perawat
5) Lingkungan yang kondusif untuk melakukan penelitian
keperawatan.
c. Tahap Persiapan
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada persiapan
implementasi MAKP, antara lain :
8
-
1) Pembentukan tim MAKP
2) Penilaian mutu asuhan keperawatan
3) Presenatasi MAKP
4) Penetapan tempat/ruang MAKP
5) Identifikasi jumlah klien dan tingkat ketergantungan
6) Penetapan jumlah tenaga keperawatan
7) Penetapan tugas Karu, CCM, PP dan PA
8) Pengembangan SAK
9) Penetapan format dokumentasi
10) Identifikasi fasilitas
d. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MAKP dilakukan langkah-langkah berikut
ini :
1) Pelatihan MAKP
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam
melakukan konferensi
3) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde dengan
perawat asosiet (PA)
4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar
renpra
5) Memberi bimbingan kepda PP dalam membuat kontrak/orientasi
dengan klien/keluarga
9
-
6) Memberi bimbingan PP dalam melakukan presentasi kasus
dalam tim
7) Memberikan bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM)
dalam membimbing PP dan PA
8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi
keperawatan, seperti format pengkajian keperawatan, format
standar renpra, format implementasi tindakan keperawatan,
KARDEK (daftar obat, tekanan darah, nadi, suhu, dan
pemeriksaan laboratorium), format catatan perkembangan,
format daftar infus, format laporan pergantian dinas, dan resume
keperawatan.
e. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dilakukan dengan menggunakan instrumen
evaluasi MAKP oleh CCM. Evaluasi proses dilakukan oleh CCM
dua kali dalam seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk
mengidentifikasi secara dini masalah-masalah yang ditemukan dan
dapat segera diberi umpan balik atau bimbingan. Evaluasi hasil
(outcome) dapat dilakukan dengan :
1) Penilaian mutu asuhan keperawatan (angket kepuasan
pasien)
Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien/keluarga
untuk setiap klien pulang. Berdasarkan evaluasi ini, dapat
10
-
diketahui berapa persen klien yang dirawat setiap tim yang
mempunyai tingkat kepuasan, apakah kurang, cukup, atau baik.
2) Evaluasi kepatuhan perawat terhadap standar dokumentasi
Berdasarkan evaluasi ini dapat diketahui bagaimana
kepatuhan perawat terhadap standar dokumentasi apakah
kurang, cukup, atau baik.
3) Penilaian infeksi nasokomial
Penilaian angka infeksi nasokomial biasanya ditetapkan per
ruang rawat. Berdasarkan rata-rata angka infeksi nasokomial
setiap bulan dapat diketahui apakah setiap bulan ada penurunan.
4) Penilaian rata-rata lama hari rawat
Penilaian rata-rata lama hari rawat dapat diketahui setiap
bulan. Berdasarkan rata-rata lama hari rawat dapat diketahui
apakah ada penurunan.
3. Stuktur Ruang dan Ketenagaan Keperawatan MAKP
Pada ruang MAKP, metode pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer. Untuk MAKP
pemula jenis tenaga yang ada dalam suatu ruang rawat adalah kepala
ruang, clinical care manager (CCM), perawat primer (PP), dan perawat
asosiet (PA). Kepala ruang rawat adalah perawat dengan kemampuan
DIII keperawatan yang berpengalaman dan bertugas sesuai jam kerja
yaitu dinas pagi. CCM adalah SKp / Ners dengan pengalaman, bertugas
11
-
sesuai jam kerja yaitu dinas pagi dan sebaiknya CCM sudah mempelajari
pengalaman sebagai PP minimal 6 bulan.
PP adalah perawat lulusan DIII keperawatan dengan pengalaman
minimal 4 tahun. PP dapat bertugas pada pagi, sore dan malam hari,
namun sebaiknya pada pagi dan sore karena jlka bertugas malam hari, PP
akan libur beberapa bari sehingga sulit menilai perkembangan klien. Bila
PP bertugas sore hari maka PP harus didampingi oleh minimal I orang
PA dari timnya. Hal tersebut bertujuan agar pada sore hari PP
mempunyai waktu unluk menilai perkembangan semua kliennya dan ia
akan menjadi penanggung jawab pada shift tersebut. PA sebaiknya
adalah perawat dengan kemampuan DIII keperawatan. Namun pada
beberapa kondisi pendidikan SPK tetapi mempunyai pengalaman yang
sudah cukup lama di Rumah Sakit tersebut.
Kepala Ruang Rawat
CCM
Pagi PA PA PA
PA PA PA
Sore PA PA PA
12
PP1 PP2 PP3
-
PA PA PA
Malam PA PA PA
PA PA PA
Libur PA PA PA
PA PA PA
9-10 klien 9-10 klien 9-10 klien
Gambar 2.1 Struktur Ketenagaan Keperawatan pada MAKP
4. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Ruang, CCM, PP dan PA
a. Kepala Ruang
Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)
Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan
3) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di
ruangan
4) Membimbing siswa/mahasiswa (bekerjasama dengan
pembimbing klinik) dalam pemberian asuhan keperawatan di
ruangan, dengan mengikuti sistem MAKP yang sudah ada
5) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
6) Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran,
dan mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek di
13
-
ruangan (disepakati dengan CCM) dengan menggunakan format
orientasi
7) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis
dengan klien dan keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain
kepala ruang rawat mengingatkan kembali klien/keluarga tentang
perawat atau tim yang bertanggung jawab terhadap mereka di
ruangan yang bersangkutan
8) Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal
lima set setiap hari
9) Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal
implementasi MAKP termasuk sikap dan tingkah laku profesional
10) Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan
kepada PA senior (wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap di
bawah pengawasan kepala ruang dan CCM
11) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang
dibutuhkan di ruangan
12) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga
yang ada di ruangan, membuat DP3, dan usulan kenaikan pangkat
13) Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan
untuk membahas kebutuhan diruangan
14) Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan
keperawatan (bersama dengan CCM)
15) Manbuat peta resiko di ruang rawat
14
-
b. Tugas dan Tanggung Jawab CCM
1) Membimbing PP pada implementasi MAKP. Kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Bersama dengan PP memvalidasi setiap diagnosis
keperawatan yang sudah ditetapkan PP. CCM menganalisis
data klien berdasarkan dokumentasi, bila perlu CCM
melakukan pemeriksaan langsung kepada klien atau
bertemu dengan keluarga klien. Beberapa pertanyaan yang
perlu dipikirkan :
b) Apakah diagnosis sudah sesuai dengan kondisi kilen?
c) Apakah ada diagnosis yang belum diidentifikasi?
d) Apakah tindakan keperawatan yang diidentifikasi PP sudah
benar?
e) Baca setiap tindakan yang ada pada renpra terkait diagnosis
tersebut?
f) Apakah ada tindakan keperawatan tambahan? Hasil
penelitian?
2) Berdasarkan validasi, berikan masukan kepada PP, termasuk
pemberian penguatan misal pujian
3) Bila dalam dokumentasi klien belum ada renpra yang sudah
dievaluasi PP, maka bersama-sama PP menetapkan diagnosa
15
-
keperawatan yang sesuai kondisi klien, dengan menggunakan
standar renpra yang telah disepakati.
4) Membahas dengan PP, tentang pembagian tugas bagi PA.
Apakah penetapan sudah sesuai dengan panduan? Bila belum,
berikan masukan!
5) Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan
bimbingan yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik?
Beri masukan!
6) Memberi masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan
PA
7) Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan
keperawatan
8) Mengidentifikasi data dan temuan yang memerlukan
pembuktian
9) Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan
melakukan penelitian
10) Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberikan asuhan
keperawatan
11) Bekaja sama dengan kepala ruangan dalam hal: melakukan
evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan, mengkoordinasi,
mengarahkan dan mengevaluasi mahasiswa praktik, serta
mernbahas dan mengevaluasi tentang implementasi MAKP.
16
-
12) Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dalakukan PP dan
memberi masukan untuk perbaikan
13) Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi
atau penelitian tentang asuhan keperawatan
14) Mengevaluasi lmplementasi MAKP dengan menggunakan
instrumen evaluasi implementasi MAKP oleh CCM.
c. Tugas dan Tanggung Jawab PP
1) Melakukan kontrak dengan klien/keluarga pada awal masuk
ruangan sehingga tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini
dibina secara terus menerus pada saat melakukan
pengkajian/tindakan kepada klien/keluarga. Panduan orientasi
ini sebaiknya dilaminating dan digantung di kamar klien
sehingga setiap klien/keluarga dapat membaca kembali
2) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi
pengkajian yang sndah dilakukan PP pada sore, malam, atau hari
libur.
3) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis
standar renpra sesuai hasil pengkajian
4) Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA di bawah
tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat. (preconference)
5) Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien,
setiap kali giliran jaga (shif). Pambagian klien didasarkan pada
jumlah klien, tingkat ketergantungan klien, dan tempat tidur
17
-
yang berdekatan. Bila pada satu tugas jaga (shift) PP didampingi
oleh dua orang PA, maka semua klien dibagi pada semna PA
sebagai penanggung jawabnya PP akan membimbing dan
membantu PA dalam memberikan asuhan keperawatan. Bila PP
hanya didampingi satu orang PA pada satu tugas jaga maka
jumlah klien yang menjadi tanggung jawab PP adalah 20% dan
klien tersebut termasuk klien dangan tingkat ketergantungan
minimal serta klien lainnya menjadi tanggnng jawab PA.
Penetapan ini dimaksudkan agar PP memiliki waktu untuk
membimbing dan membantu PA dibawah tanggung jawabnya
dalam memberikan asuhan keperawatan.
6) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam
melakukan tindakan keperawatan. apakah sesuai dengan SOP?
7) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
8) Memantau dan menfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
9) Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi
keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat
dilakukan oleh PA.
10) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium.
11) Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah tanggung
jawabnya bersama dengan PA.
12) Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya.
Bila PP tidak ada, didampingi oleh PA sesuai timnya.
18
-
13) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan kilen setiap hari.
14) Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap 2
hari untuk membahas kondisi keperawatan klien (bergantung
pada kondisi klien).
15) Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang
telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruang rawat
atau CCM.
16) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga
17) Membuat perencanaan pulang
18) Bekerja sama dengan CCM dalam mengidentifikasi isu yang
membutuhkan pembuktian sehingga tercipta Evidence Based
Practice (EBP).
d. Tugas dan Tanggung Jawab PA
1) Membaca renpra yang telah ditetapkan PP
2) Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilanjutkan PP
3) Manerima klien baru (kontrak) dan mamberikan informasi
berdasarkan forrmat orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di
tempat.
4) Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasarkan
renpra.
19
-
5) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya
6) Mengikuti visite dokter bila PP tidak ada di tempat
7) Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan
8) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf
9) Mengkomunikasikan kepada PP/Pj dinas bila menemukan
masalah yang perlu diselesaikan
10) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,
pengobatan, dan tindakan
11) Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada
kilen/keluarga yang dilakukan oleh PP
12) Melakukan inventarisasi fasilitas yang takait dengan timnya
13) Membantu tim lain yang membutuhkan
14) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang
menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.
B. MOTIVASI KERJA
1. Pengertian Motivasi Kerja
Menurut para ahli (Suarli dan Bahtiar (2002); M.Asad (2001); dan
Stoner dan Freeman (1995)), motivasi adalah karakteristik psikologis
pada aktifitas manusia untuk memberi kontribusi berupa tingkat
komitmen seseorang termasuk faktor-faktor yang menyebabkan,
menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah
20
-
tekad tertentu untuk mencapai keinginan. Aktifitas yang dilakukan
adalah aktifitas yang bertujuan agar terpenuhi keinginan individu.
Motivasi kerja dapat dipandang sebagai suatu ciri yang ada pada calon
tenaga kerja ketika diterima masuk kerja di suatu perusahaan atau
organisasi. Hal ini sangat mendukung karena adanya defenisi motivasi
kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan,
mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan
lingkungan kerja (Mangkunegara 2000, Munandar 2001).
Menurut Siagian (2002), mendefenisikan motivasi kerja sebagai
daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang
sebesar-besarnya demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya,
dengan pengertian bahwa tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai
pula tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.
Sementara Robbins (2002) mengatakan motivasi kerja sebagai
kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah
tujuantujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya
tersebut untuk memenuhi suatu kebutuhan individu. Sedangkan
menurut Hasibuan (2008), motivasi kerja adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang, agar mau bekerja
sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya
untuk mencapai tujuan.
Motivasi kerja merupakan suatu modal dalam menggerakkan dan
mengarahkan para karyawan atau pekerja agar dapat melaksanakan
21
-
tugasnya masing masing dalam mencapai sasaran dengan penuh
kesadaran, kegairahan dan bertanggung jawab (Hasibuan, 2008).
Motivasi kerja dapat memberi energi yang menggerakkan segala
potensi yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi dan luhur, serta
meningkatkan kebersamaan. Ada dua aspek motivasi, yaitu segi pasif
dimana motivasi tampak sebagai kebutuhan dan sekaligus pendorong,
dan dari segi statis dimana motivasi tampak sebagai satu usaha positif
dalam menggerakkan daya dan potensi tenaga kerja agar secara
produktif berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
(Hasibuan,2008).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja
adalah suatu daya penggerak yang mampu menciptakan kegairahan
kerja dengan membangkitkan, mengarahkan, dan berperilaku kerja serta
mengeluarkan tingkat upaya untuk memberikan kontribusi yang sebesar
besarnya demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.
2. Faktor faktor Penggerak Motivasi Kerja
Menurut Herzberg dalam Siagian (2002), bahwa karyawan
termotivasi untuk bekerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
a. Faktor Intrinsik yaitu faktor daya dorong yang timbul dari dalam diri
masingmasing karyawan, berupa :
1) Pekerjaan itu sendiri (the work it self). Berat ringannya tantangan
yang dirasakan tenaga kerja dari pekerjaannya.
22
-
2) Kemajuan (advancement). Besar kecilnya kemungkinan tenaga
kerja berpeluang maju dalam pekerjaannya seperti naik pangkat.
3) Tanggung jawab (responsibility). Besar kecilnya yang dirasakan
terhadap tanggung jawab diberikan kepada seorang tenaga kerja.
4) Pengakuan (recognition). Besar kecilnya pengakuan yang
diberikan kepada tenaga kerja atas hasil kerja.
5) Pencapaian (achievement). Besar kecilnya kemungkinan tenaga
kerja mencapai prestasi kerja tinggi.
b. Faktor Ekstrinsik yaitu faktor pendorong yang datang dari luar diri
seseorang terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Faktor
ekstrinsik ini mencakup :
1) Administrasi dan kebijakan perusahaan. Tingkat kesesuaian yang
dirasakan tenaga kerja terhadap semua kebijakan dan peraturan
yang berlaku dalam perusahaan
2) Penyeliaan. Tingkat kewajaran penyelia dirasakan yang oleh
tenaga kerja.
3) Gaji. Tingkat kewajaran gaji yang diterima sebagai imbalan
terhadap tugas pekerjaan.
4) Hubungan antar pribadi. Tingkat kesesuaian yang dirasakan
dalam berinteraksi antar tenaga kerja lain.
5) Kondisi kerja. Tingkat kesesuaian kondisi kerja dengan proses
pelaksanaan tugas pekerjaanpekerjaannya.
23
-
Apabila faktor intrinsik tersebut ada, dapat memberi tingkat motivasi
yang kuat dan kepuasan dalam diri seseorang, namun jika faktor ini
tidak ada, maka menimbulkan rasa ketidak puasan. Sementara faktor
ekstrinsik tersebut ada, tidak perlu memberi motivasi, tetapi jika tidak
ada dapat menimbulkan tidak puas. Menurut Rowland dan Rowland
(1997) dalam Nursalam (2002), dalam meningkatkan kepuasan
karyawan didasarkan pada faktor faktor motivasi, yang meliputi :
a. Keinginan untuk peningkatan
b. Percaya bahwa gaji yang didapat sudah mencukupi
c. Memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilan dan nilainilai
yang diperlukan.
d. Umpan balik
e. Kesempatan untuk mencoba
f. Instrumen penampilan untuk promosi, kerjasama dan peningkatan
keberhasilan.
Seseorang memiliki suatu pekerjaan didasarkan pada kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki. Motivasi akan menjadi masalah, apabila
kemampuan yang dimiliki tidak dimanfaatkan dan dikembangkan dalam
melaksanakan tugasnya. Dalam keadaan ini, maka persepsi seseorang
memegang peranan penting sebelum melaksanakan atau memilih
pekerjaannya. Kondisi lingkungan juga memegang peranan penting dalam
motivasi (Nursalam, 2002), meliputi :
a. Komunikasi
24
-
1) Penghargaan terhadap usaha yang telah dilaksanakan
2) Pengetahuan tentang kegiatan organisasi
3) Rasa percaya diri berhubungan dengan manajemen organisasi
b. Potensial pertumbuhan
1) Kesempatan untuk berkembang, karir dan promosi
2) Dukungan untuk tumbuh dan berkembang : pelatihan, beasiswa
untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan manajemen bagi
karyawan yang dipromosikan.
c. Kebijaksanaan dalam mengakomodasi kebutuhan individu : jadwal,
liburan dan cuti sakit serta pembiayaannya.
1) Keamanan pekerjaan
2) Loyalitas organisasi
3) Menghargai staf berdasarkan beragam dan latarbelakang
4) Adil dan konsisten terhadap keputusan organisasi
d. Gaji/upah yang cukup untuk kebutuhan hidup
e. Kondisi kerja yang kondusif Berdasarkan yang telah dikemukakan para
ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor faktor penggerak
dari motivasi kerja seseorang terdiri dari faktor yang berasal dari dalam
diri individu tersebut atau disebut intrinsik dan faktor yang berasal dari
luar diri individu atau disebut juga faktor ekstrinsik.
3. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
25
-
Menurut Siagian (2002) faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
seseorang dapat diketahui berdasarkan karakteristik dari individu yang
bersifat khas yang terdiri dari delapan faktor yaitu :
a. Karakteristik Biografi yang meliputi :
1) Usia, hal ini penting karena usia mempunyai kaitan yang erat
dengan berbagai segi kehidupan organisasional. Misalnya kaitan
usia dengan tingkat kedewasaan teknis yaitu ketrampilan tugas.
2) Jenis Kelamin, karena jelas bahwa implikasi jenis kelamin para
pekerja merupakan hal yang perlu mendapat perhatian secara wajar
dengan demikian perlakuan terhadap merekapun dapat disesuaikan
sedemikian rupa sehingga mereka menjadi anggota organisasi yang
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
3) Status perkawinan, dengan status ini secara tidak langsung dapat
memberikan petunjuk cara, dan teknik motivasi yang cocok
digunakan bagi para pegawai yang telah menikah dibandingkan
dengan pegawai yang belum menikah.
4) Jumlah tanggungan, dalam hal ini jumlah tanggungan seorang
seorang pencari nafkah utama keluarga adalah semua orang yang
biaya hidupnya tergantung pada pencari nafkah utama tersebut,
tidak terbatas hanya pada istri atau suami dan anakanaknya.
5) Masa kerja, dalam organisasi perlu diketahui masa kerja seseorang
karena masa kerja seseorang merupakan satu indikator
kecenderungan para pekerja dalam berbagai segi organisasional
26
-
seperti ; produktivitas kerja dan daftar kehadiran. Karena semakin
lama seseorang bekerja ada kemungkinan untuk mereka mangkir
atau tidak masuk kerja disebabkan karena kejenuhan.
b. Kepribadian
Kepribadian seseorang juga dapat dipengaruhi motivasi kerja
seseorang karena kepribadian sebagai keseluruhan cara yang
digunakan oleh seseorang untuk bereaksi dan berinteraksi dengan
orang lain.
c. Persepsi
Interpretasi seseorang tentang kesan sensorinya mengenai
lingkungan sekitarnya akan sangat berpengaruh pada perilaku yang
pada gilirannya menentukan faktor faktor yang dipandangnya
sebagai faktor organisasional yang kuat.
d. Kemampuan belajar
Belajar adalah proses yang berlangsung seumur hidup dan tidak
terbatas pada pendidikan formal yang ditempuh seseorang diberbagai
tingkat lembaga pendidikan. Salah satu bentuk nyata dari telah
belajarnya seseorang adalah perubahan dalam persepsi, perubahan
dalam kemauan, dan perubahan dalam tindakan.
e. Nilai nilai yang dianut
27
-
Sistem nilai pribadi seseorang biasanya dikaitkan dengan sistem
nilai sosial yang berlaku di berbagai jenis masyarakat dimana
seseorang menjadi anggota
f. Sikap
Sikap merupakan suatu pernyataan evaluatif seseorang terhadap
objek tertentu, orang tertentu atau peristiwa tertentu. Artinya sikap
merupakan pencerminan perasaan seseorang terhadap sesuatu.
g. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang yang positif
terhadap kehidupan organisasionalnya.
h. Kemampuan
Kemampuan dapat digolongkan atas dua jenis yaitu kemampuan
fisik dan kemampuan intelektual. Kemampuan fisik meliputi
kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugastugas yang
bersifat teknis, mekanistik dan repetatif, sedangkan kemampuan
intelektual meliputi cara berfikir dalam menyelesaikan masalah.
4. CiriCiri Individu yang Memiliki Motivasi Kerja
28
-
Menurut Arep & Tanjung (2004), motivasi seorang pekerja untuk
bekerja biasanya merupakan hal yang rumit, ciriciri individu yang
motivasi kerja adalah:
a. Bekerja sesuai standar, dimana pekerjaan dapat diselesaikan dengan
tepat waktu dan dalam waktu yang sudah ditentukan.
b. Senang dalam bekerja, yaitu sesuatu yang dikerjakan karena ada
motivasi yang mendorongnya akan membuat ia senang untuk
mengerjakannya.
c. Merasa berharga, dimana seseorang akan merasa dihargai, karena
pekerjaannyaitu benar benar berharga bagi orang yang termotivasi.
d. Bekerja keras, yaitu seseorang akan bekerja keras karena dorongan
yang begitu tinggi untuk menghasilkan sesuai target yang mereka
tetapkan.
e. Sedikit pengawasan, yaitu kinerjanya akan dipantau oleh individu
yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak
pengawasan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa individu yang
memiliki motivasi kerja memiliki ciri ciri antara lain bekerja sesuai
standar, senang dalam bekerja, merasa berharga, bekerja keras, dan
sedikit pengawasan.
5. Bentuk bentuk Motivasi Kerja
Pada umumnya bentuk motivasi kerja yang sering dianut
perusahaan meliputi empat unsur utama (Sastrohadiwiryo, 2003) yaitu :
29
-
a. Kompensasi bentuk uang
Salah satu bentuk yang paling sering diberikan kepada tenaga kerja
adalah berupa kompensasi dan kompensasi yang sering diberikan
berbentuk uang. Pemberian kompensasi bentuk uang sebagai motivasi
kerja para pegawai memiliki dua pengaruh perilaku. Keanggotaan
adalah pengaruh yang paling luas, yang kedua adalah negatif dari
sudut pandang perusahaa adalah dan cenderung terbatas dan hanya
pada pekerja yang pendapatannya tidak lebih dari tingkat standar
kehidupan yang layak dan cenderung menganggap kompensasi
bentuk uang tidak seimbang.
b. Pengarahan dan pengendalian
Pengarahan maksudnya menetukan apa yang harus mereka
kerjakan atau tidak mereka kerjakan, sdangkan pengendalian
maksudnya menentukan bahwa tenaga kerja harus mengerjakan hal
hal yang telah diinstruksikan.
c. Penetapan pola kerja yang efektif
Pada umumna reaksi dari kebosanan kerja akan menghambat
produktivitas kerja untuk menanggapinya digunakan beberapa teknik :
1) Memperkaya pekerjaan yaitu penyesuaian tuntutan pekerjaan
dengan kemampuan tenaga kerja.
30
-
2) Manajemen partisipatif yaitu penggunaan berbagai cara untuk
melibatkan pekerja dalam mengambil keputusan yang
mempengaruhi pekerjaan mereka.
3) Mengalihkan perhatian pekerja dari pekerjaan yang
membosankan kepada instrumen (alat), waktu luang untuk
istirahat atau sarana lain yang lebih fantastis.
d. Kebajikan
Kebajikan dapat didefenisikan sebagai suatu tindakan yang diambil
dengan sengaja oleh manajemen untuk mempengaruhi sikap atau
perasaan tenaga kerja.
C. KEGAWATDARURATAN ANAK DAN BAYI
1. Pengertian Kegawatdaruratan Anak Dan Bayi
Kegawatdaruratan disebut juga critical care artinya adalah
pemberian asuhan keperawatan kepada klein /pasien anak dan bayi
yang mengalami keadaan gawat darurat melalui pendekatan proses
keperawatan dengan menerapkan peran dan fungsi perawat secara
profesional, atau suatu upaya melalui proses Keperawatan dengan
31
-
pemberian asuhan keperawatan klien/pasien yang mengalami keadaan
krisis / emergency untuk mencegah kematian dan atau kecacatan.
2. Konsep Airway, Breathing dan Circulating pada anak dan bayi
a. Airway ( Jalan Nafas )
Pada gangguan Airway atau jalan nafas yang pertama harus
dinilai adalah kelancaran jalan nafas. Ini meliputi pemeriksaan
adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing,
fraktur tulang wajah, fraktur mandibula ataupun maksila, fraktur
laring ataupun trakea. Usaha untuk membebaskan airway harus
melindungi vertebra servikal. Dalam hal ini dapatdimulai dengan
melakukan chin lift dan jaw thrust. Pada penderita yang dapat
berbicara dianggap bahwa jalan nafas bersih; walaupun demikian,
penilaian ulang terhadap airway harus tetap dilakukan.Pembunuh
yang tercepat pada penderita trauma adalah ketidakmampuan untuk
mengantarkan darah yang teroksigenisasi ke otak dan struktur vital
lainnya. Pencegahan hipoksemia memerlukan airway yang
terlindungi, terbuka dan ventilasi yang cukupmerupakan prioritas
yang harus didahulukan dibanding yang lainnya. Bagaimana
mungkin dapat memenuhi kebutuhan oksigen apabila jalan napasnya
tersumbat, apalagi jika mengalami sumbatan total. Semua penderita
trauma memerlukan oksigen. Oleh karena itu setiap gangguan pada
airway harus segera ditangani.
32
-
Gangguan pada airway dapat timbul secara mendadak atau
perlahan, dapat sebagian atau total. Penderita dengan penurunan
kesadaran mempunyai resiko tinggiterhadap sumbatan airway dan
sering kali memerlukan pemasangan airway definitif. Pada penderita
trauma terutama yang mengalami cedera kepala, menjaga
oksigenisasi dan mencegah hiperkarbia merupakan hal yang utama
Apabila airway penderita tersumbat total atau adanya distress
pernapasan maka usaha untuk pemasangan alat airway definitif
(intubasi) harus segera dilakukan.Tanda-tanda Obyektif Sumbatan
Airway.
1) Lihat ( Look )
Lihat (Look) apakah pasien mengalami agitasi, atau nampak
bodoh. Agitasi memberi kesan adanya hipoksia, dan nampak
bodoh memberi kesan adanya hiperkarbia. Sianosis
menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya
oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku-kuku dan
kulit di sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan penggunaan
otot-otot nafas tambahan yang menandakan adanya gangguan
airway
2) Dengar (Listen)
Dengar (Listen) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan
yang berbunyi, (suara nafas tambahan) adalah pernapasan yang
33
-
tersumbat. Suara mendengkur (snoring), berkumur(gurgling),
bersiul (crowing sound), dan ngorok (stridor) mungkin
berhubungan dengan sumbatan parsial pada faring/laring. Suara
parau ( hoarsness, dysphonia )
menunjukkan sumbatan pada laring. Penderita yang
melawan dan berkata-katakasar (gaduh gelisah) mungkin
mengalami hipoksia dan tidak boleh dianggapkarena
keracunan/mabuk.3.
3) Raba (Feel)
Raba (Feel) lokasi trakea dan dengan cepat tentukan apakah
terdapat deviasi
Untuk penanganan pada anak memiliki prinsip yang sama
dengan penanganan pada orang dewasa yang dibedakan hanyalah alat
yang lebih spesifik dan ukuran yang lebih kecil. Apabila menemukan
penderita yang mengalami penurunan kesadaran maka pangkal lidah
kemungkinanakan jatuh kebelakang dan menyumbat hipofaring.
Sumbatan seperti ini dapat segeradiatasi dengan melakukan
hiperekstensi (ditengadahkan), tetapi tindakan ini tidak diperbolehkan
pada penderita trauma yang dicurigai mengelami fraktur servikal
(patahtulang leher). pada penderita trauma dengan kecurigaan patah
tulang leher maka dapatdiatasi dengan melakukan pengangkatan dagu
(Chin lift maneuver) atau denganmendorong rahang bawah kearah
34
-
depan (jaw thrust maneuver). Airway (jalan napasselanjutnya dapat
dipertahankan dengan
1) oropharyngeal airway (atau di rumah sakitterkenan dengan gudel)
atau dengan menggunakan
2) nasopharyngeal airway
Tindakan-tindakan yang digunakan untuk membuka airway
dapat menyebabkan atau memperburuk cedera servikal dan spinal.
oleh karena itu selama melakukan tindakanharus selalu menjaga
kestabilan leher pada posisi segaris (In line immobilization) dengan
fikasasi kepala atau menggunakan Neck Collar (Bidai Leher). Berikut
teknik dalam penanganan airway :
1) Jaw Thrust
Penanganan sumbatan airway karena pangkal lidah pada
penderita dengan kemungkinan patah tulang leher dapat dilakukan
secara manual dengan tindakan chin liftdan jaw thrust.Tindakan
jaw thrust (mendorong rahang) dilakukan dengan cara memegang
sudut rahang bawah (angulus mandibulae) dan mendorong rahang
bawah kedepan. Keuntunga nmelakukan tindakan ini adalah dapat
sekaligus melakukan fiksasi kepala agar selalu padaposisi segaris
(in line), selain itu bila cara ini dilakukan sambil baging atau
memegang bag-valve dapat dicapai kerapatan yang baik dan
ventilasi yang adekuat.
2) Chin Lift
35
-
Membebaskan jalan napas pada penderita trauma yang dicurigai
mengalami patahtulang leher harus selalu menjaga posisi tubuh
penderita agar selalu segaris (in line). Pada tindakan membuka
jalan napas secara manual, tindakan mengekstensikan kepala harus
dihindari. Tindakan yang dapat dilakukan adalan dengan
melakukan chin lift atau jawtrust.Tindakan chin lift dilakukan
dengan cara jari jemari salah satu tangan diletakan dibawah rahang,
kemudian secara hati-hati diangkat keatas arah depan. Ibu jari
tangan yang sama, dengan ringan menekan bibir bawah untuk
membuka mulut. Ibu jari dapat juga diletakan dibelakang gigi seri
bawah dan secara bersamaan mengangkat dagu dengan hati-hati.
Manuver chin lift tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher,
terutama pada penderita trauma dengan kemungkinan mengalami
patah tulang leher yang ditandai dengan :
1) Adanya jejas atau perlukaan diatas klavikula
2) Adanya trauma kepala disertai penurunan kesadaran
3) Multiple trauma
4) Biomekanik mendukung
Penderita dengan GCS 8 biasanya memerlukan pemasangan
airway definitif.Adanya gerakan motorik tak bertujuan
mengindikasikan perlunya airway definitif. Airway pada anak
mempunyai kekhususan dari segi posisi laring serta ukurannya,
36
-
sehingga penanganan airway pada anak memerlukan pengetahuan
serta alat tersendiri. Selama memeriksa dan memperbaiki airway,
harus diperhatikan bahwa tidak diperbolehkan dilakukan ekstensi,
fleksi atau rotasi dari leher. Kecurigaan adanya kelainan vertebra
servikalis didasarkan pada riwayat perlukaan; pemeriksaan
neurologisyang didapatkan hasil normal, tidak dapat sepenuhnya
menyingkirkan adanya kelainan vertebra servikalis. Ketujuh vertebra
servikalis dan vertebra torakalis pertama, dapat dilihat dengan foto
lateral (foto cervical lateralcross table), meskipun tidak semua jenis
fraktur dapat dilihat dengan fotolateral ini. Dalam kadaan kecurigaan
fraktur servikal, harus dipakai alati mobilisasi. Jika alat imobilisasi ini
harus dibuka untuk sementara, maka harus dilakukan imobilisasi
manual terhadap kepala. Alat imobilisasi ini harus dipakai sampai
kemungkinan fraktur servikal dapat disingkirkan.Proteksi vertebra
servikalis (serta korda spinal) merupakan hal penting. Fotoservikal
dapat dilakukan setelah keadaan yang mengancam nyawa telah
dilakukan resusitasi. Ingat kita harus menganggap setiap penderita
multi trauma mengalami fraktur servikal, terlebih jika ada gangguan
kesadaran atau perlukaan di atas klavikula. Harus dilakukan segala
usaha untuk menjaga jalan nafas dan memasang airway definitif jika
diperlukan. Tidak kalah pentingnya adalah mengenali gangguan
airway yang dapat terjadi kemudian, dan ini hanya dapat dikenali
dengan re-evaluasiberulang terhadap airway ini.
37
-
Meskipun segala usaha telah dilakukan, terkadang pengelolaan
jalan nafas sangatsulit dan bahkan tidak tercapai. Hal ini dapat terjadi
karena gangguan alat, misal lampu laringoskop yang tiba-tiba mati,
atau tabung endotrakheal yang yang telah terpasang dengan susah
payah, ternyata balonnya (cuff) robek tergigit pasien.
Intubasi endotrakheal gagal setelah pemberian relaksan otot,
atau usaha krikotirotomi gagal karena pasien gemuk. Usaha intubasi
ternyata malah menyebabkan sumbatan total, karena tidak mengetahui
adanya fraktur laring, ataupun transeksi parsial laring; kedua keadaan
tersebut dapat terjadi tanpa gejala klinis. Kesulitan-kesulitan diatas
tidak selalu dapat dicegah, tapi kemungkinannya harusselalu
diantisipasi.
b. Breathing ( Pernafasan )
Penanganan breathing atau pernafasan merupakan suatu usaha
untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan
pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan
pengeluaran gas CO2. Tujuanya yaitu menjamin pertukaran udara di
paru-paru secara normal. Untuk menegakan diagnosis gangguan
breathing bila pada pemeriksaan dengan menggunakan metode
Look, Listen dan Feel (lihat kembali pengelolaan jalan nafas) tidak
ada pernafasan dan pengelolaan jalan nafas telah dilakukan (jalan
nafas aman). Tindakan pengana apabila tidak menggunakan alat
yaitu dengan memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut
38
-
atau dari mulut ke hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan awal dan
diselingi ekshalasi. Apabila ada alat dengan alat Ambu bag (self
inflating bag) yang dapat pula ditambahkan oksigen. Dapat juga
diberikan dengan menggunakan ventilator mekanik
(ventilator/respirator)
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk gangguan breathing
yaitu :
1) Look (Lihat)
Yang harus diperhatikan adalah yang pertama gerak dada,
gerak cuping hidung (flaring nostril), retraksi sela iga, gerak
dada, gerak cuping hidung (flaring nostril), retraksi sela iga
2) Listen (Dengar)
Yang harus diperhatikan adalah suara nafas, suara
tambahan
3) Feel ( Rasakan)
Yang harus diperhatikan adalah yang pertama udara nafas
keluar hidung-mulut
4) Palpasi
Yang harus diperhatikan adalah gerakan dada, apakah
simetris atau tidak.
5) Perkusi
39
-
6) Auskultasi (menggunakan stetoskop) : Suara nafas ada, Simetris,
Ronki atau whezing
7) Rontgen dada
Pemberian nafas buatan merupakan salah satu penanganan
caranya yaitu diberikan sebanyak 12-20 kali/menit sampai dada
nampak terangkat. Diberikan bila nafas abnormal, tidak usah
menunggu sampai apnea dulu Berikan tambahan oksigen bila
tersedia. Jika udara masuk ke dalam lambung, jangan dikeluarkan
dengan menekan lambung karena akan berisiko aspirasi. Nafas
buatan dilakukan dengan in-line immobilisation (fiksasi kepala-
leher) agar tulang leher tidak banyak bergerak.
Untuk memberikan bantuan pernafasan mulut ke mulut, jalan
nafas korban harus terbuka. Perhatikan kedua tangan penolong
pada gambar masih tetap melakukan teknik membuka jalan nafas
Chin lift. Hidung korban harus ditutup bisa dengan tangan atau
dengan menekankan pipi penolong pada hidung korban. Mulut
penolong mencakup seluruh mulut korban. Mata penolong melihat
ke arah dada korban untuk melihat pengembangan dada.
Pemberian pernafasan buatan secara efektif dapat diketahui dengan
melihat pengembangan dada korban.Berikan 1 kali pernafasan
selama 1 detik, berikan pernafasan biasa.kemudian berikan
pernafasan kedua selama 1 detik. Berikan nafas secara biasa untuk
mencegah penolong mengalami pusing atau berkunang-kunang.
40
-
Untuk bayi dan anak, nafas buatan yang diberikan lebih sedikit dari
orang dewasa, dengan tetap melihat pengembangan dada.Usahakan
hindari pemberian pernafasan yang terlalu kuat dan terlalu banyak
karena dapat menyebabkan kembung dan merusak paru-paru
korban. Konsentrasi oksigen melalui udara ekspirasi mulut sekitar
17 %.
Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke stoma (lubang
trakeostomi) dengan cara ini diberikan pada pasien trakeostomi.
Caranya sama dengan mulut ke mulut hanya saja lubang tempat
masuknya udara adalah lubang trakeostomi
Ambu bag terdiri dari bag yang berfungsi untuk memompa
oksigen udara bebas, valve/pipa berkatup dan masker yang
menutupi mulut dan hidung penderita. Penggunaan ambu bag atau
bagging sungkup memerlukan keterampilan tersendiri. Penolong
seorang diri dalam menggunakan amb bag harus dapat
mempertahankan terbukanya jalan nafas dengan mengangkat
rahang bawah, menekan sungkup ke muka korban dengan kuat dan
memompa udara dengan memeras bagging. Penolong harus dapat
melihat dengan jelas pergerakan dada korban pada setiap
pernafasan.
41
-
Ambu bag sangat efektif bila dilakukan oleh dua orang
penolong yang berpengalaman. Salah seorang penolong membuka
jalan nafas dan menempelkan sungkup wajah korban dan penolong
lain memeras bagging. Kedua penolong harus memperhatikan
pengembangan dada korban Ambu bag digunakan dengan satu
tangan penolong memegang bag sambil memompa udara
sedangkan tangan lainnya memegang dan memfiksasi masker.
Pada Tangan yang memegang masker, ibu jari dan jari telunjuk
memegang masker membentuk huruf C sedangkan jari-jari lainnya
memegang rahang bawah penderita sekaligus membuka jalan nafas
penderita dengan membentuk huruf E. Konsentrasi oksigen yang
dihasilkan dari ambu bag sekitar 20 %. Dapat ditingkatkan menjadi
100% dengan tambahan oksigen. Untuk kondisi yang mana
penderita mengalami henti nafas dan henti jantung, dilakukan
resusitasi jantung-paru-otak.
c. Circulating (Sirkulasi)
Penanganan gangguan circulating atau sirkulasi tmerupakan
indakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi
tubuh yang tadinya terhenti atau terganggu dengan tujuanagar
sirkulasi darah kembali berfungsi normal. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk menegakan diagnosis gangguan sirkulasi yang
mengancam jiwa terutama jika terjadi henti jantung dan syok
42
-
Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak adanya
denyut nadi karotis dalam waktu 5 10 detik. Henti jantung dapat
disebabkan kelainan jantung (primer) dan kelainan di luar jantung
(sekunder) yang harus segera dikoreksi. Diagnosis syok secara
cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi
radialis/nadi karotis, pasien tampak pucat, ekstermitas teraba
dingin,berkeringat dingin dan memanjangnya waktu pengisian
kapiler (capilary refill time > 2 detik).
Nadi carotis dapat diraba dengan menggunakan 2 atau 3 jari
menempel pada daerah kira-kira 2 cm dari garis tengah leher atau
jakun pada sisi yang paling dekat dengan pemeriksa. Waktu yang
tersedia untuk mengukur nadi carotis sekitar 5 10 detik. Tanda
klinis yang dapat dilihat pada penderita syok yaitu kulit telapak
tangan dingin, pucat, basah, capillary refill time kurang dari 2
detik, nafas cepat, nadi cepat lebih dari 100, tekanan darah sistole
kurang dari 90-100, kesadaran gelisah sampai dengan koma, pulse
pressure menyempit, JVP rendah, produksi urin < 0,5
ml/kgBB/jam.
Apabila gangguan sirkulasi berlanjut maka akan terjadi
keadaan syok , berikut jenis-jenis syok :
43
-
1) Syok hipovolemik
Penyebabnya yaitu muntah/diare yang sering; dehidrasi
karena berbagai sebab seperti heat stroke, terkena radiasi; luka
bakar grade II-III yang luas; trauma dengan perdarahan;
perdarahan masif oleh sebab lain seperti perdarahan ante natal,
perdarahan post partum, abortus, epistaksis,
melena/hematemesis.
Diagnosisnya perubahan pada perfusi ekstremitas (dingin,
basah, pucat), takikardi, pada keadaan lanjut : takipneu,
penurunan tekanan darah, penurunan produksi urin, pucat,
lemah dan apatis
Tindakannya yaitupemasangan 2 jalur intravena dengan
jarum besar dan diberikan infus cairan kristaloid (Ringer
Laktat/Ringer Asetat/NaCl 0,9 %) dengan jumlah cairan
melebihi dari cairan yang hilang. Untuk perdarahan dengan
syok kelas III-IV selain diberikan infus kritaloid sebaiknya
disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan
dihentikan.
2) Syok kardiogenik
44
-
Penyebabnya dapat terjadi pada keadaan-keadaan antara
lain kontusio jantung, tamponade jantung, tension
pneumotoraks.
Diagnosisnya yaitu hipotensi disertai gangguan irama
jantung (bisa berupa bradiaritmia seperti blok AV atau
takiaritmia seperti SVT, VT), mungkin terdapat peninggian
JVP, dapat disebabkan oleh tamponade jantung (bunyi jantung
menjauh atau redup dan tension pneumotoraks (hipersonor dan
pergeseran trakea)
Tindakanya yaitu pemasangan jalur intravena dengan cairan
kristaloid (batasi jumlah cairan), pada aritmia berikan obat-
obatan inotropik, perikardiosintesis untuk tamponade jantung
dengan monitoring EKG, pemasangan jarum torakosintesis
pada ICS II untuk tension pneumotoraks
3) Syok septik
Dapat disebabkan karena proses infeksi yang berlanjut,
Diagnosisnya yaitu fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi;
fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi. Tindakannya
yaitu ditujukan agar tekanan sistolik > 90-100 mmHg (Mean
Arterial Pressure 60 mmHg).
Tindakan awalnya dengan IVFD cairan kristaloid, beri
antibiotika, singkirkan sumber infeksi sedangkan tindakan
45
-
lanjutnya dengan penggunaan cairan koloid dikombinasi
dengan vasopresor seperti dopamine.
4) Syok anafilaksis
Dapat disebabkan karena reaksi anafilaksis berat, tanda-
tandanya yaitu tanda-tanda syok dengan riwayat adanya alergi
(makanan, sengatan binatang dan lain-lain) atau setelah
pemberian obat. Tindakannya dengan resusitasi cairan dan
pemberian epinefrin subcutan
Tidak semua kasus hipotensi adalah tanda-tanda syok, tapi
denyut nadi abnormal, irama jantung abnormal dan bradikardia
biasanya merupakan tanda hipotensi.
Penanganan pada gangguan sirkulasi yaitu dengan
mengendalikan perdarahan dengan posisi syok yaitu dengan cara
angkat kedua tungkai dengan menggunakan papan setinggi 450.
300 500 cc darah dari kaki pindah ke sirkulasi sentral.
Sedangkan untuk menghentikan perdarahan (prioritas utama)
yaitu dengan tekan sumber perdarahan, kemudian tekankan jari
pada arteri proksimal dari luka setelah itu bebat tekan pada seluruh
46
-
ekstremitas yang luka selanjutnya pasang tampon sub fasia (gauza
pack) dan hindari tourniquet (torniquet merupakan usaha terakhir)
Perdarahan permukaan tubuh ekstremitas lakukan penekanan,
gunakan sarung tangan atau plastik sebagai pelindung, Perdarahan
20 cc/menit = 1200 cc / jam. Kemudian dapat dilakukan dengan
pemasangan infus dan pergantian volume darah dengan
cairan/darah.
Perlu diperhatiakan menilai respon pada penggantian volume
adalah penting, bila respon mnmal kemungkinan adanya sumber
perdarahan aktif yang harus dihentikan, segera lakukan
pemeriksaan golongan darah dan cross matched, konsultasi dengan
ahli bedah, hentikan perdarahan luar yang tampak (misalnya pada
ekstremitas) Penggantian darah dapat digunakan darah lengkap
(WBC) atau komponen darah merah (PRC). Usahakan jangan
memberikan tranfusi yang dingin karena dapat menyebabkan
hipotermi.
47
-
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. ANALISIS SITUASI RUANGAN
Hasil analisa data tentang pengembangan sumber daya manusia Ruang
Catelya RSUD Cilacap
1. Motivasi
a. Tingkat pengetahuan
1) Untuk item pertanyaan motivasi dilakukan untuk mencapai
ketidakseimbangan dalam suatu pekerjaan 6 responden menjawab
tidak benar.
2) Untuk item pertanyaan hasil kerja seseorang tidak di pengaruhi oleh
motivasi 7 responden menjawab tidak benar.
b. Sikap
48
-
1) Untuk item pertanyaan Saya tidak memikirkan kualitas pekerjaan
yang saya lakukan, yang penting saya sudah menyelesaikan tugas
keperawatan saya 6 responden menjawab jarang, dan 1 responden
menjawab sering,berdasarkan hasil wawancara dari 5 responden, 4
responden mengatakan kadang kadang memikirkan, dan 1 orang
sering memikirkan.
2) Untuk item pertanyaan Karena jumlah pasien yang cukup banyak,
Saya jarang berkomunikasi dengan pasien maupun keluarganya
tentang masalah yang sedang dihadapi 7 responden menjawab
jarang, dan 1 responden menjawab sering, dan berdasarkan hasil
observasi dari 6 responden, 4 responden jarang melakukan
komunikasi, dan 2 responden sering melakukan komunkasi.
3) Untuk item pertanyaan Saya akan datang sebelum waktu pergantian
jaga karena itu memang kewajiban 2 responden menjawab sering, 2
responden menjawab jarang dan berdasarkan hasil observasi dari 5
responden, 3 responden sering datang tidak tepat waktu dan 2
responden selalu datang tepat waktu.
4) Untuk item pertanyaan Saya mudah menyerah apabila menghadapi
kesulitan dalam melaksanakan tugas saya sebagai perawat 10
responden menjawab jarang, 1 menjawab sering.
5) Untuk item pertanyaan Saya senang bertemu dengan rekan sejawat
dalam organisasi profesi karena dapat menambah pengalaman dan
49
-
pengetahuan baru yang mendukung profesi saya sebagai perawat 3
responden menjawab jarang, 1 responden menjawab tidak pernah,
berdasarkan hasil wawancara dari 6 responden semua mengatakan
senang bertemu teman sejawat.
6) Untuk item pertanyaan Karena rutinitas saya padat saya enggan
mengikuti seminar, pendidikan dan pelatihan 2 responden
menjawab jarang, 6 responden menjawab sering, 3 responden
menjawab selalu, berdasarkan hasil wawancara dari 4 responden, 2
responden mengatakan mau mengikuti seminar dan pelatihan, 2
responden enggan mengikuti seminar dan pelatihan.
c. Prilaku
1) Untuk item pertanyaan Karena pasien yang cukup banyak dalam
mencari data subyektif dan obyektif untuk proses pengkajian, cukup
dilakukan dengan sepintas lalu 3 responden menjawab jarang, dan 4
responden menjawab sering, dan berdasarkan hasil wawancara dari 6
responden, 4 responden jarang melakukan pencarian data subyektif
dan obyektif secara sepintas lalu, dan 2 responden sering melakukan
pencarian data subyektif dan obyektif secara sepintas lalu.
2) Untuk item pertanyaan Saya berkomunikasi dengan pasien maupun
keluarganya tentang masalah yang sedang dihadapi 1 responden
menjawab jarang, dan 7 responden menjawab sering, dan
berdasarkan hasil observasi dari 6 responden, 4 responden jarang
50
-
melakukan komunikasi, dan 2 responden sering melakukan
komunkasi.
3) Untuk item pertanyaan Saya selalu datang sebelum waktu
pergantian jaga karena itu memang kewajiban saya 2 responden
menjawab sering, 2 responden menjawab jarang dan berdasarkan
hasil observasi dari 5 responden, 3 responden sering datang tidak
tepat waktu dan 2 responden selalu datang tepat waktu.
4) Untuk item pertanyaan Saya telah melaksanakan asuhan
keperawatan berdasarkan proses keperawatan dengan penuh
tanggung jawab 5 responden menjawab sering, 2 responden
menjawab jarang dan berdasarkan hasil observasi dari 5 responden, 3
responden sering melakukan asuhan keperawatan berdasarkan proses
keperawatan dengan penuh tanggung jawab, dan 2 responden jarang.
2. Kegawatdaruratan
a. Pengetahuan
1) Untuk item pertanyaan Anak yang mengalami penurunan
kesadaran, tidak berespon terhadap orang, terus menerus menangis,
kebingungan, dan disorientasi termasuk dalam keadaan
kegawatdaruratan anak 3 responden menjawab tidak benar.
51
-
2) Untuk item pertanyaan Anak yang mengalami kaku leher dan sakit
kepala tidak termasuk dalam keadaan kegawatdaruratan anak 5
responden menjawab tidak benar.
3) Untuk item pertanyaan Anak yang secara terus menerus mengalami
sakit pada perut termasuk dalam keadaan kegawatdaruratan anak 6
responden menjawab tidak benar.
4) Untuk item pertanyaan Anak/ bayi yang mengalami luka di kepala
tidak termasuk dalam keadaan kegawatdaruratan anak 7 responden
menjawab tidak benar.
b. Sikap
1) Untuk item pertanyaan Saya akan melakukan manuver airway,
breathing, circulation pada pasien yang mengalami penurunan
kesadaran atau tidak berespon 2 responden menjawab sering, dan 1
responden menjawab jarang. Berdasarkan observasi dari 4
responden, 3 responden melakukan manuver ABC, dan 1 responden
tidak melakukan.
2) Untuk item pertanyaan Saya akan melakukan pemasangan
nasogatric tube (NGT) pada anak yang mengalami keracunan 3
responden menjawab jarang melakukan pemasangan nasogatric tube
(NGT) pada anak yang mengalami keracunan, dan 2 responden tidak
pernah.
52
-
3) Untuk item pertanyaan Saya akan melakukan fiksasi pada anak
yang mengalami kejang demam 7 responden menjawab sering, dan
2 responden selalu. Berdasarkan hasil observasi dari 3 responden, 2
responden melakukan fiksasi dan 1 responden tidak melakukan
fiksasi.
4) Untuk item pertanyaan Saya akan menghitung kebutuhan cairan
pada anak yang mengalami diare 1 responden menjawab jarang,
dan 2 responden menjawab tidak pernah, berdasarkan hasil observasi
terhadap 4 responden 3 responden jarang, dan 1 responden tidak
pernah.
5) Untuk item pertanyaan Saya akan melakukan kompres dingin pada
anak yang mengalami hipertermia 4 responden menjawab sering,
dan 4 orang menjawab jarang, berdasarkan hasil observasi terhadap
4 responden 3 responden sering, dan 1 responden jarang.
c. Prilaku
1) Untuk item pertanyaan Saya selalu melakukan pemasangan
nasogatric tube (NGT) pada anak yang mengalami keracunan 4
responden menjawab jarang melakukan pemasangan nasogatric tube
(NGT) pada anak yang mengalami keracunan, dan 2 responden tidak
pernah
2) Untuk item pertanyaan Saya selalu menghitung kebutuhan cairan
pada anak yang mengalami diare 3 responden menjawab jarang,
53
-
dan 4 responden menjawab tidak pernah, berdasarkan hasil
observasi terhadap 4 responden 3 responden jarang, dan 1 responden
tidak pernah.
3) Untuk item pertanyaan Saya selalu melakukan kompres dingin pada
anak yang sermengalami hipertermia 2 responden menjawab
sering, dan 4 orang menjawab jarang, berdasarkan hasil observasi
terhadap 4 responden 3 responden sering, dan 1 responden jarang..
4) Untuk item pertanyaan Pasien anak yang mengalami henti nafas
dan henti jantung saya selalu melakukan tindakan RJP dengan
menggunakan kedua telapak tangan yang bertumpu pada telapak
tangan di atas tulang dada ditengah sternum 8 responden menjawab
sering, dan 1 responden menjawab selalu. Berdasarkan observasi
terhadap 2 responden, semua responden tidak melakukan RJP.
3. Pelatihan yang diinginkan oleh perawat ruang Catelya
untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah:
a) Kegawat daruratan pada anak 8 responden.
b) Pemeriksaan fisik pada anak 1 responden.
c) Hipnotherapy pada anak 1 responden
B. ANALISA SWOT
1. Strength (Kekuatan)
54
-
a. Jumlah perawat di ruang Cateliya berjumlah 12 orang
b. Semangat perawat ruang Cateliya yang tinggi untuk menerapkan
MAKP
c. Perawat ruang Cateliya mendukung penerapan MAKP
d. Tersedianya tempat untuk ruang MAKP
e. Tersedianya bahan/alat untuk pembentukan ruang MAKP
f. Semangat perawat untuk mengikuti pelatihan motivasi dan seminar
dan pelatihan kegawatdaruratan anak dan bayi.
g. Mayoritas pendidikan perawatnya adalah D3 Keperawatan
2. Weakness (Kelemahan)
a. Keterbatasan jumlah perawat untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan ruang MAKP
b. Perawat ruang Cateliya belum mengetahui MAKP dan model
penugasan
c. Keterbatasan waktu bagi perawat untuk mendapatkan informasi
dan tambahan pengetahuan tentang ruang MAKP dan metode
penugasan
d. Perawat beresiko mendapat tambahan beban kerja untuk
pendokumentasian tindakan dengan penerapan ruang MAKP
55
-
e. Keterbatasan bagi perawat tentang pengetahuan, sikap, dan
perilaku dalam menghadapi kegawatdaruratan anak
f. Keterbatasan waktu bagi perawat untuk mendapatkan informasi
dan tambahan pengetahuan tentang ruang MAKP dan metode
penugasan
g. Keterbatasan sarana prasarana dalam mendukung pelaksanaan
tindakan keperawatan
3. Opportunity (Kesempatan)
a. Keberadaan mahasiswa untuk menerapkan ruang MAKP di ruang
Dahlia
b. Kesadaran seluruh pegawai RSUD Cilacap khususnya perawat
ruang Dahlia terhadap manfaat ruang MAKP
c. Manajemen dan Staff RSUD Cilacap mendukung penerapan ruang
MAKP
d. STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap sangat mendukung
kegiatan mahasiswa
e. Tersedianya sumber pustaka terkait dengan penerapan /aplikasi
ruang MAKP
4. Threatened (Ancaman)
56
-
a. Memungkinkan perawat ruang Cateliya lupa dengan pelaksanaan
ruang MAKP selepas mahasiswa selesai praktek
b. Memungkinkan tidak berlanjutnya pelaksanaan MAKP di ruang
Dahlia
c. Memungkinkan adanya mutasi perawat antar ruangan di
lingkungan RSUD Cilacap sehingga ada perawat baru yang belum
memahami ruang MAKP yang sudah berjalan, sehingga memerlukan
waktu untuk beradaptasi
C. PERUMUSAN MASALAH
Dari hasil analisa data dapat kami rumuskan permasalahan sebagai berikut
1. Motivasi
a. Tingkat pengetahuan perawat ruang Catelya tentang motivasi,
sebagian besar sudah baik.
b. Sikap perawat ruang Catelya tentang motivasi terhadap pelayanan
keperawatan di ruang catelya sebagian besar kurang termotivasi.
c. Prilaku perawat ruang Catelya tentang motivasi terhadap pelayanan
keperawatan di ruang catelya sebagian kurang termotivasi.
2. Kegawatdaruratan
a. Tingkat pengetahuan perawat ruang Catelya tentang kegawatdaruratan
anak sebagian cukup baik.
57
-
b. Sebagian besar sikap perawat ruang Catelya tentang kegawatdaruratan
anak terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan kurang
mendukung.
c. Sebagian besar prilaku perawat ruang Catelya dalam pelayanan
keperawatan kegawatdaruratan anak kurang optimal.
D. POA (PLANING OF ACTION)
NO Jenis Pelatihan Pelaksanaan PenanggungJawab
Tempat
1 Motivasi Jumat, 13 Januari 2012
Inderatmi., S.Kep
RSUD
2 Kegawatdaruratan pada anak dan bayi
Sabtu, 28 Minggu, 29 januari 2012
Sutiyanti., S.Kep Aula STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Ciacap
E. PENYELESAIAN MASALAH
Setelah dilakukan penyusunan POA (Planing Of Action) berdasarkan
kesepakatan antar perawat ruang cateliya dengan dilakukan 2 kegiatan utama
yaitu :
1. Mengadakan pelatihan motivasi kerja
2. Mengadakan seminar dan pelatihan kegawatdaruratan anak dan bayi
58
-
BAB III
PEMBAHASAN
A. KESENJANGAN TEORI DAN PENYELESAIAN
Berdasarkan teori yang disajikan, terdapat beberapa kesenjangan dengan
kenyataan yang ada di lapangan, antara lain:
1. Dalam penerapan MAKP pemula, masih ada beberapa komponen yang
perlu ditingkatkan lagi, seperti pembagian job disknya secara teori perawat
primer bertanggung jawab terhadap pasien selama 24 jam dari perawat
masuk dampai pasien pulang. Perawat primer bertugas mulai dari
melakukan pengkajian pasien atau keluarga pasien sampai perencanaan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul. Selanjutnya perawat primer mendelegasikan
pasien kepada perawat asosiate untuk melakukan implementasi sesuai
intervensi yang ditetapkan dan mendokumentasikannya pada kardek.
Namun karena masih dalam proses adaptasi dengan sistem menejemen
59
-
yang baru, perawat kurang memahami peran dan tugasnya atau karena rasa
kebersamaan yang tinggi antar perawat sehingga masih tterdapat tumapng
tindih peran dan tugasnya. Kadang kadang perawat primer melakukan
tugas perawat asosiat ataupun sebaliknya.
Perawat primer bertanggung jawab dan harus memahami kondisi
pasien kelolaannya selama dirawat meskipun tidak sedang bertugas
dengan cara perawat primer selalu mendapatkan informasi terbaru
mengenai perkembangan pasien kelolaannya. Namun pada kenyataannya
pernah dijumpai bahwa perawat perawat primer tidak memahami
pasiennya sehingga dalam keadaan darurat yang mengharuskan perawat
primer tersebut memberi penjelasan kondisi atau perkembangan pasien,
perawat tersebut merasa ragu dan kurang yakin dengan penjelasan yang ia
berikan.
2. Perawat asosiate secara teori bertugas sebagai perawat pelaksana yang
menjalankan tugas setelah mendapatkan pendelegasian dari perawat
primer. Namun, dilapangan dijumpai perawat asosiate masih kurang faham
akan tugasnya sebagai perawat pelaksana sehingga ketika perawat asosiate
melakukan tindakan ke pasien terkadang tidak mendokumentasikan hasil
tindakan keperawatannya pada lembar kardek dan tidak melaporkan hasil
tindakan keperawatannya kepada perawat primer yang telah
mendelegasikan pasien tersebut. Pada penulisan dokumentasi keperawatan
seperti implementasi dan evaluasi keperawatan, sudah menggunakan
format yang sesuai dengan pendokumentasian NANDA, NIC- NOC. Agar
60
-
pendokumentasian ini tetap berjalan sesuai yang diharapkan diperlukan
pemantauan, untuk itu mahasiswa mecoba mendampingi dalam
pendokumentasian NANDA, NIC-NOC.
3. Pengembangan MAKP merupakan upaya untuk meningkatkan mutu
asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat. MAKP terdiri dari
lima komponen yaitu nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari
MAKP, hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan
keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan
pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan. Namun
dilapangan ditemukan kurangnya motivasi perawat untuk menunjang
model asuhan keperawatan profesional (MAKP). Perawat sebagai salah
satu komponen penting dalam rumah sakit membutuhkan motivasi kerja
untuk menunjang model asuhan keperawatan profesional (MAKP) untuk
itu diperlukan pelatihan motivasi kerja sebagai daya dorong bagi perawat
untuk memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya demi keberhasilan
mencapai model asuhan keperawatan profesional (MAKP)
4. Perawat disebutkan sebagai tenaga terpenting karena sebagian besar
pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Gillies (1994)
menyatakan bahwa 40 - 60% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan
keperawatan. Bahkan Huber (1996) menyatakan bahwa 90% pelayanan
rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Tidak ada satupun rumah sakit
yang tidak mempergunakan jasa perawat untuk memberikan pelayanan
kepada klien. Perawat bekerja dan selalu bertemu dengan klien (pasien)
61
-
selama 24 jam penuh dalam suatu siklus shift, karena itu perawat menjadi
ujung tombak bagi suatu rumah sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Maka dari itu perawat ruang catelya sebagai
ruang anak yang akan menemukan berbagai kasus yang akan dihadapi
diruanagan salah satunya akan dihadapi adalah kasus kegawatdaruratan
anak. Namun dilapangan ditemukan kurangnya pengetahuan, sikap dan
perilaku dalam menghadapi keadaan kegawatdauratan anak dan bayi oleh
karenanya diadakan seminar dan pelatihan kegawatdaruratan anak dan
bayi
B. ANALISA SWOT
Dari hasil pengumpulan data yang diperoleh melalui angket, maka
selanjutnya dianalisa menggunakan pendekatan analisa Strength Weakness
Oppurtunity Treatned (SWOT) untuk mengetahui perlunya pengadaan
pelatihan dan pengadaan sarana prasarana guna menunjang keberhasilan
MAKP di Ruang Catelyia RSUD Cilacap sebagai berikut:
5. Kebutuhan Pelatihan
a. Strength (Kekuatan)
1) Jumlah perawat di ruang Catelyia berjumlah 12 orang
2) Semangat perawat ruang Dahlia yang tinggi untuk menerapkan
MAKP
3) Perawat ruang Catelyia mendukung penerapan MAKP
4) Tersedianya tempat untuk ruang MAKP
62
-
5) Adanya kebutuhan perawat ruang Catelyia terhadap pelatihan
untuk menambah pengetahuan dan menunjang keberhasilan
MAKP.
6) Mayoritas pendidikan perawatnya adalah D3 Keperawatan
7) Berdasarkan hasil penyebaran angket yang dilakukan mahasiswa
pada tanggal 4 dan 5 januari 2012 terhadap 11 orang perawat di
ruang Dahlia diperoleh data bahwa 100% perawat ruang Catelyia
mengatakan membutuhkan adanya pelatihan.
8) Dari hasil angket tersebut menunjukkan hasil bahwa jenis
ketrampilan pelatihan yang dibutuhkan oleh perawat ruang
Catelyia adalah sebagai berikut:
a) Pelatihan motivasi kerja 80 %
b) Pelatihan kegawat daruratan 100 %
b. Weakness (Kelemahan)
1) Keterbatasan waktu perawat dalam mengikuti pelatihan.
2) Kurangnya motivasi kerja
3) Keterbatasan bagi perawat tentang pengetahuan, sikap, dan
perilaku dalam menghadapi kegawatdaruratan anak
4) Keterbatasan waktu bagi perawat untuk mendapatkan informasi
dan tambahan pengetahuan tentang ruang MAKP dan metode
penugasan.
c. Opportunity (Kesempatan)
63
-
1) Adanya kerjasama lembaga pendidikan kesehatan STIKES Al-
Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap program Profesi Ners dengan
RSUD Cilacap.
2) Kesadaran perawat ruang Dahlia akan manfaat mengikuti
pelatihan.
d. Threatened (Ancaman)
1) Persaingan antar rumah sakit yang semakin kuat di wilayah
Cilacap.
2) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih professional.
3) Memungkinkan adanya mutasi perawat antar ruangan di
lingkungan RSUD Cilacap sehingga ada perawat baru yang belum
memahami pelatihan yang pernah diadakan, sehingga
memerlukan waktu untuk beradaptasi.
4) Sumber daya Rumah Sakit lain yang lebih profesional dalam
memberikan pelayanan yang disajikan.
64
-
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari identifikasi masalah berdasarkan analisa situasi dan rencana strategis
operasional di Ruang Cateliya RSUD Cilacap didapatkan rumusan masalah,
sebagai berikut :
1. Motivasi
a. Tingkat pengetahuan perawat ruang Catelya tentang motivasi,
sebagian besar sudah baik.
b. Sikap perawat ruang Catelya tentang motivasi terhadap pelayanan
keperawatan di ruang catelya sebagian besar kurang termotivasi.
c. Prilaku perawat ruang Catelya tentang motivasi terhadap pelayanan
keperawatan di ruang catelya sebagian kurang termotivasi.
2. Kegawatdaruratan
65
-
a. Tingkat pengetahuan perawat ruang Catelya tentang kegawatdaruratan
anak sebagian cukup baik.
b. Sebagian besar sikap perawat ruang Catelya tentang kegawatdaruratan
anak terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan kurang
mendukung.
c. Sebagian besar prilaku perawat ruang Catelya dalam pelayanan
keperawatan kegawatdaruratan anak kurang optimal.
Dari ketiga rumusan masalah diatas, mahasiswa program profesi ners
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah stase manajemen telah menawarkan dan
melaksanakan intervensi untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di
Ruang Cateliya RSUD Cilacap, kemudian dilakukan penyusunan POA
(Planing Of Action) berdasarkan kesepakatan antar perawat ruang cateliya
dengan dilakukan 2 kegiatan utama yaitu :
1. Mengadakan pelatihan motivasi kerja
2. Mengadakan seminar dan pelatihan kegawatdaruratan anak dan bayi
B. SARAN
Berdasarkan program dan kegiatan yang telah dilaksanankan oleh
kelompok I gelombang II program profesi ners STIKES Al-Irsyad Al-
Islamiyyah Cilacap stase manajemen, maka kami dapat memberikan saran :
1. Bagi manajemen RSUD Cilacap agar dapat terus melanjutkan dan
memfasilitasi kegiatan pembentukan ruang MAKP yang sudah dibentuk di
66
-
Ruang Cateliya atas kerjasama pihak RSUD Cilacap dan STIKES Al-
Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
2. Bagi perawat Ruang Cateliya agar dapat terus melaksanakan dengan
sungguh-sungguh metode penugasan MAKP Pemula dan dokumentasi
keperawatan NANDA, NIC, NOC yang sudah berjalan selama ini
3. Bagian keperawatan RSUD Cilacap hendaknya terus memantau
pelaksanaan metode penugasan MAKP Pemula dan pendokumentasiannya
yang telah berjalan di Ruang Bougenville dan memperjuangkan adanya
reward yang harus diterima oleh perawat di ruang yang melaksanakan
metode penugasan MAKP Pemula
4. Bagi STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap hendaknya dapat
meningkatkan bimbingannya dan memotivasi kelompok II mahasiswa
profesi ners stase manajemen untuk melanjutkan pelaksanaan MAKP dan
pelatihan-pelatihan yang belum terlaksana dan pemenuhan kebutuhan
sarpras bagi perawat Ruang Cateliya RSUD Cilacap
5. Bagi mahasiswa program profesi ners stase manajemen agar dapat
meningkatkan IPTEK di bidang manajemen keperawatan, meningkatkan
disiplin dan dapat menjadi role model bagi diri sendiri dan perawat lain
demi majunya profesi dan melanjutkan perjuangan kami kelompok I di
Ruang Cateliya RSUD Cilacap.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan sebagai laporan, segala
kekurangan yang terjadi kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan kami
67
-
ucapkan terima kasih kepada RSUD Cilacap khususnya perawat Ruang
Cateliya yang telah bekerjasama dengan baik.
68