80878172-Laporan-Akhir-Stase-Manajemen-RSUD.pdf

68
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menghadapi era globalisasi saat ini dimana masyarakat membutuhkan dan menuntut pelayanan yang profesional dan memuaskan, maka dibutuhkan tenaga yang mempunyai pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang memadai serta memiliki semangat pengabdian yang tinggi sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. (Surjawati, 2002). Demikian juga halnya dengan pelayanan suatu rumah sakit. Rumah sakit sebagai salah satu lembaga yang memberikan pelayanan kepada masyarakat juga dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan memuaskan. Untuk menjawab tantangan tersebut maka rumah sakit harus menyiapkan tenaga-tenaga profesional dan melakukan penataan sedemikian rupa agar tenaga-tenaga profesional tersebut dapat dimaksimalkan dalam memberikan pelayanan. Salah satu tenaga profesional yang terpenting di dalam suatu rumah sakit yaitu perawat. Perawat disebutkan sebagai tenaga terpenting karena sebagian besar pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Gillies (1994) menyatakan bahwa 40 - 60% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Bahkan Huber (1996) menyatakan bahwa 90% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Tidak ada satupun rumah sakit yang tidak mempergunakan jasa perawat untuk memberikan pelayanan 1

Transcript of 80878172-Laporan-Akhir-Stase-Manajemen-RSUD.pdf

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Menghadapi era globalisasi saat ini dimana masyarakat membutuhkan dan

    menuntut pelayanan yang profesional dan memuaskan, maka dibutuhkan

    tenaga yang mempunyai pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang

    memadai serta memiliki semangat pengabdian yang tinggi sesuai dengan

    bidang tugasnya masing-masing. (Surjawati, 2002).

    Demikian juga halnya dengan pelayanan suatu rumah sakit. Rumah sakit

    sebagai salah satu lembaga yang memberikan pelayanan kepada masyarakat

    juga dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan

    memuaskan. Untuk menjawab tantangan tersebut maka rumah sakit harus

    menyiapkan tenaga-tenaga profesional dan melakukan penataan sedemikian

    rupa agar tenaga-tenaga profesional tersebut dapat dimaksimalkan dalam

    memberikan pelayanan. Salah satu tenaga profesional yang terpenting di

    dalam suatu rumah sakit yaitu perawat.

    Perawat disebutkan sebagai tenaga terpenting karena sebagian besar

    pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Gillies (1994)

    menyatakan bahwa 40 - 60% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan

    keperawatan. Bahkan Huber (1996) menyatakan bahwa 90% pelayanan

    rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Tidak ada satupun rumah sakit

    yang tidak mempergunakan jasa perawat untuk memberikan pelayanan

    1

  • kepada klien. Perawat bekerja dan selalu bertemu dengan klien (pasien)

    selama 24 jam penuh dalam suatu siklus shift, karena itu perawat menjadi

    ujung tombak bagi suatu rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan

    kepada masyarakat.

    Sebagai ujung tombak di dalam memberikan pelayanan, maka

    kebutuhan akan Sumber Daya Manusia (SDM) perawat menjadi prioritas

    utama di dalam pengorganisasian ruang rawat. Seorang perawat anak

    diharapkan memiliki kompetensi meliputi pengetahuan, ketrampilan, pribadi

    yang menunjang sebagai perawat yang tercermin dari perilaku.

    Begitu juga dengan perawat yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah

    Cilacap (RSUD) khususnya ruang Cattleya seyogyanya dapat meningkatkan

    pelayanan dengan meningkatkan kompetensi pengetahuan dan ketrampilan.

    B. TUJUAN

    1. Tujuan Umum

    Dengan melaksanakan program profesi ners pada stase manajemen,

    mahasiswa mampu meningkatkan pengembangan SDM yang dibutuhkan

    bagi perawat untuk menunjang model asuhan keperawatan profesional

    (MAKP).

    2. Tujuan Khusus

    Dengan melaksanakan kegiatan program profesi ners pada stase

    manajemen, mahasiswa mampu :

    2

  • a. Mengidentifikasi kebutuhan yang terkait dengan

    pengembangan SDM yang dibutuhkan bagi perawat untuk menunjang

    sesuai model asuhan keperawatan profesional (MAKP)

    b. Menyusun tujuan dan rencana yang terkait dengan

    pengembangan SDM yang dibutuhkan bagi perawat untuk menunjang

    sesuai model asuhan keperawatan profesional (MAKP)

    c. Menyiapkan kegiataan yang terkait dengan pengembangan

    SDM yang dibutuhkan bagi perawat untuk menunjang sesuai model

    asuhan keperawatan profesional (MAKP)

    d. Mengevaluasi pelaksanaan kegiataan yang terkait dengan

    pengembangan SDM yang dibutuhkan bagi perawat untuk menunjang

    sesuai model asuhan keperawatan profesional (MAKP)

    e. Merencanakan follow up dari hasil pelaksanaan kegiataan

    yang terkait dengan pengembangan SDM yang dibutuhkan bagi perawat

    untuk menunjang sesuai model asuhan keperawatan profesional

    (MAKP)melalui kerjasama dengan unit terkait dengan pelayanan

    keperawatan di ruang MAKP

    C. MANFAAT

    1. Bagi mahasiswa

    Mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama

    mengikuti perkuliahan pada tatanan nyata di Rumah Sakit, sehingga dapat

    3

  • melengkapi pengetahuan dan meningkatkan wawasan di dalam penerapan

    manajemen pelayanan keperawatan profesional.

    2. Bagi program Studi

    Untuk peningkatan kualitas proses belajar mengajar yang

    melibatkan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan yang terkait melalui

    peningkatan kemampuan mahasiswa dalam memprakarsai perubahan,

    mempersiapkan pelayanan keperawatan dan meningkatkan pelayanan

    keperawatan yang profesional dan berkualitas.

    3. Bagi Rumah Sakit

    Mahasiswa dapat membantu cara pendokumentasian proses

    keperawatan dengan baik dan benar serta membantu mengadakan

    kegiataan yang terkait dengan pengembangan SDM yang dibutuhkan bagi

    perawat untuk menunjang sesuai model asuhan keperawatan profesional

    (MAKP) .

    4

  • BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)

    1. Pengertian dan Komponen Model Praktik Keperawatan (MAKP)

    Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu

    sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat

    profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk

    lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &

    Woods, 1996). Pengembangan MAKP merupakan upaya untuk

    meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat.

    MAKP terdiri dari lima komponen yaitu nilai-nilai profesional yang

    merupakan inti dari MAKP, hubungan antar profesional, metode

    pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam

    perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan

    penghargaan.

    a. Nilai-nilai Profesional

    Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama pada suatu

    praktik keperawatan profesional. Nilai-nilai tentang penghargaan atas

    otonomi klien, menghargai klien, melakukan yang terbaik bagi klien

    dan tidak merugikan klien merupakan nilai-nilai yang harus terus

    ditingkatkan pada suatu layanan profesional. Dalam

    mengimplementasikan nilai-nilai tersebut diperlukan pemahaman dan

    5

  • komitmen perawat yang tinggi terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

    Pemahaman dan komitmen ini dipelihara dan ditingkatkan dengan

    adanya sikap perawat untuk terus belajar sehingga selalu dapat

    memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan perkembangan

    ilmu dan teknologi.

    b. Pendekatan Manajemen

    Fenomena yang menjadi tanggung jawab keperawatan adalah 14

    kebutuhan dasar manusia. Pemenuhan kebutuhan ini dilakukan

    berdasarkan pendekatan penyelesaian masalah sehingga dapat

    diidentifikasi berbagai tindakan keperawatan yang meliputi tindakan,

    terapi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan kesehatan dan

    tindakan kolaborasi. Luasnya cakupan tindakan ini untuk satu klien

    selama 24 jam memerlukan pendekatan manajemen sehingga tugas

    dan tanggung jawab setiap tenaga perawat serta kesinambungan

    asuhan keperawatan dapat dilakukan secara maksimal.

    c. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

    Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang

    profesional, digunakan beberapa metode pemberian asuhan

    keperawatan mulai dari metode kasus, metode fungsional, metode tim,

    dan metode keperawatan primer serta manajemen kasus. Dalam

    praktik keperawatan profesional, metode yang paling memungkinkan

    pemberian asuhan keperawatan profesional adalah metode yang

    menggunakan the breath of keperawatan primer

    6

  • d. Hubungan Profesional

    Pemberian asuhan keperawatan kepada klien di perlukan

    kolaborasi yang baik daari semua dari semua anggota tim kesehatan

    dan diperlukan kesepakatan tentang cara melakukan hubungan

    kolaborasi tersebut.

    e. Sistim Kompensasi dan Penghargaan

    Kompensasi dan penghargaan yang diberikan pada MPKP dapat

    disepakati di setiap institusi dengan mengacu pada kesepakatan bahwa

    pelayanan keperawatan adalah pelayanan profesional.

    Dengan pengembangan MPKP, diharapkan nilai profesional dapat

    diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan

    pelayanan keperawatan (Siswono, 2010). Pengembangan MAKP

    terbukti memberi dampak yang positif bagi pemberian asuhan

    keperawatan. Berdasarkan penelitian Pearson dan Baker (1992) pada

    ruang MAKP, nilai rata-rata kepatuhan terhadap standar dokumentasi

    keperawatan lebih tinggi dibandingkan dengan ruang rawat lainnya.

    2. Karakteristik, Manfaat dan Tahapan MAKP

    Salah satu karakteristik utama praktik profesional adalah praktik

    yang didasarkan pada nilai-iailai profesional. Empat nilai profesional

    penting menurut Watson dalam Kozier et at (1997) adalah komitmen

    yang tinggi untuk melayani, penghargaan atas harkat dan martabat klien

    sebagai manusia, komitmen terhadap pendidikan dan otonomi. Nilai-nilai

    tersebut digunakan dalam kode etik keperawatan yang menjadi pedoman

    7

  • dalam hubungan perawat dan klien, perawat dan paktik, perawat dan

    masyarakat, perawat dan teman sejawat serta perawat dan profesi.

    Perawat perlu pemahaman dan komitmen yang tinggi dalam

    mengimplementasikan nilai-mlai di atas terhadap tugas dan tanggung

    jawabnya, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan

    sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

    a. Karakteristik MAKP

    1) Penetapan jumlah tenaga keperawatan

    2) Penetapan jenis tenaga keperawatan

    3) Penetapan standar rencana asuhan keperawatan

    4) Penggunaan metode modifikasi keperawatan

    b. Manfaat MAKP

    1) Rumah sakit dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan

    2) Prinsip pemanfaatan dan penataan tenaga dapat

    dioptimalkan

    3) Lahan praktik yang baik untuk proses belajar mahasiswa

    penerus generasi keperawatan

    4) Menunjang pendidikan berkelanjutan bagi perawat

    5) Lingkungan yang kondusif untuk melakukan penelitian

    keperawatan.

    c. Tahap Persiapan

    Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada persiapan

    implementasi MAKP, antara lain :

    8

  • 1) Pembentukan tim MAKP

    2) Penilaian mutu asuhan keperawatan

    3) Presenatasi MAKP

    4) Penetapan tempat/ruang MAKP

    5) Identifikasi jumlah klien dan tingkat ketergantungan

    6) Penetapan jumlah tenaga keperawatan

    7) Penetapan tugas Karu, CCM, PP dan PA

    8) Pengembangan SAK

    9) Penetapan format dokumentasi

    10) Identifikasi fasilitas

    d. Tahap Pelaksanaan

    Pada tahap pelaksanaan MAKP dilakukan langkah-langkah berikut

    ini :

    1) Pelatihan MAKP

    2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam

    melakukan konferensi

    3) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde dengan

    perawat asosiet (PA)

    4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar

    renpra

    5) Memberi bimbingan kepda PP dalam membuat kontrak/orientasi

    dengan klien/keluarga

    9

  • 6) Memberi bimbingan PP dalam melakukan presentasi kasus

    dalam tim

    7) Memberikan bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM)

    dalam membimbing PP dan PA

    8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi

    keperawatan, seperti format pengkajian keperawatan, format

    standar renpra, format implementasi tindakan keperawatan,

    KARDEK (daftar obat, tekanan darah, nadi, suhu, dan

    pemeriksaan laboratorium), format catatan perkembangan,

    format daftar infus, format laporan pergantian dinas, dan resume

    keperawatan.

    e. Tahap Evaluasi

    Evaluasi proses dilakukan dengan menggunakan instrumen

    evaluasi MAKP oleh CCM. Evaluasi proses dilakukan oleh CCM

    dua kali dalam seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk

    mengidentifikasi secara dini masalah-masalah yang ditemukan dan

    dapat segera diberi umpan balik atau bimbingan. Evaluasi hasil

    (outcome) dapat dilakukan dengan :

    1) Penilaian mutu asuhan keperawatan (angket kepuasan

    pasien)

    Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien/keluarga

    untuk setiap klien pulang. Berdasarkan evaluasi ini, dapat

    10

  • diketahui berapa persen klien yang dirawat setiap tim yang

    mempunyai tingkat kepuasan, apakah kurang, cukup, atau baik.

    2) Evaluasi kepatuhan perawat terhadap standar dokumentasi

    Berdasarkan evaluasi ini dapat diketahui bagaimana

    kepatuhan perawat terhadap standar dokumentasi apakah

    kurang, cukup, atau baik.

    3) Penilaian infeksi nasokomial

    Penilaian angka infeksi nasokomial biasanya ditetapkan per

    ruang rawat. Berdasarkan rata-rata angka infeksi nasokomial

    setiap bulan dapat diketahui apakah setiap bulan ada penurunan.

    4) Penilaian rata-rata lama hari rawat

    Penilaian rata-rata lama hari rawat dapat diketahui setiap

    bulan. Berdasarkan rata-rata lama hari rawat dapat diketahui

    apakah ada penurunan.

    3. Stuktur Ruang dan Ketenagaan Keperawatan MAKP

    Pada ruang MAKP, metode pemberian asuhan keperawatan yang

    digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer. Untuk MAKP

    pemula jenis tenaga yang ada dalam suatu ruang rawat adalah kepala

    ruang, clinical care manager (CCM), perawat primer (PP), dan perawat

    asosiet (PA). Kepala ruang rawat adalah perawat dengan kemampuan

    DIII keperawatan yang berpengalaman dan bertugas sesuai jam kerja

    yaitu dinas pagi. CCM adalah SKp / Ners dengan pengalaman, bertugas

    11

  • sesuai jam kerja yaitu dinas pagi dan sebaiknya CCM sudah mempelajari

    pengalaman sebagai PP minimal 6 bulan.

    PP adalah perawat lulusan DIII keperawatan dengan pengalaman

    minimal 4 tahun. PP dapat bertugas pada pagi, sore dan malam hari,

    namun sebaiknya pada pagi dan sore karena jlka bertugas malam hari, PP

    akan libur beberapa bari sehingga sulit menilai perkembangan klien. Bila

    PP bertugas sore hari maka PP harus didampingi oleh minimal I orang

    PA dari timnya. Hal tersebut bertujuan agar pada sore hari PP

    mempunyai waktu unluk menilai perkembangan semua kliennya dan ia

    akan menjadi penanggung jawab pada shift tersebut. PA sebaiknya

    adalah perawat dengan kemampuan DIII keperawatan. Namun pada

    beberapa kondisi pendidikan SPK tetapi mempunyai pengalaman yang

    sudah cukup lama di Rumah Sakit tersebut.

    Kepala Ruang Rawat

    CCM

    Pagi PA PA PA

    PA PA PA

    Sore PA PA PA

    12

    PP1 PP2 PP3

  • PA PA PA

    Malam PA PA PA

    PA PA PA

    Libur PA PA PA

    PA PA PA

    9-10 klien 9-10 klien 9-10 klien

    Gambar 2.1 Struktur Ketenagaan Keperawatan pada MAKP

    4. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Ruang, CCM, PP dan PA

    a. Kepala Ruang

    Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)

    Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan

    3) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di

    ruangan

    4) Membimbing siswa/mahasiswa (bekerjasama dengan

    pembimbing klinik) dalam pemberian asuhan keperawatan di

    ruangan, dengan mengikuti sistem MAKP yang sudah ada

    5) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat

    6) Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran,

    dan mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek di

    13

  • ruangan (disepakati dengan CCM) dengan menggunakan format

    orientasi

    7) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis

    dengan klien dan keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain

    kepala ruang rawat mengingatkan kembali klien/keluarga tentang

    perawat atau tim yang bertanggung jawab terhadap mereka di

    ruangan yang bersangkutan

    8) Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal

    lima set setiap hari

    9) Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal

    implementasi MAKP termasuk sikap dan tingkah laku profesional

    10) Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan

    kepada PA senior (wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap di

    bawah pengawasan kepala ruang dan CCM

    11) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang

    dibutuhkan di ruangan

    12) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga

    yang ada di ruangan, membuat DP3, dan usulan kenaikan pangkat

    13) Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan

    untuk membahas kebutuhan diruangan

    14) Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan

    keperawatan (bersama dengan CCM)

    15) Manbuat peta resiko di ruang rawat

    14

  • b. Tugas dan Tanggung Jawab CCM

    1) Membimbing PP pada implementasi MAKP. Kegiatan yang

    dilakukan adalah sebagai berikut :

    a) Bersama dengan PP memvalidasi setiap diagnosis

    keperawatan yang sudah ditetapkan PP. CCM menganalisis

    data klien berdasarkan dokumentasi, bila perlu CCM

    melakukan pemeriksaan langsung kepada klien atau

    bertemu dengan keluarga klien. Beberapa pertanyaan yang

    perlu dipikirkan :

    b) Apakah diagnosis sudah sesuai dengan kondisi kilen?

    c) Apakah ada diagnosis yang belum diidentifikasi?

    d) Apakah tindakan keperawatan yang diidentifikasi PP sudah

    benar?

    e) Baca setiap tindakan yang ada pada renpra terkait diagnosis

    tersebut?

    f) Apakah ada tindakan keperawatan tambahan? Hasil

    penelitian?

    2) Berdasarkan validasi, berikan masukan kepada PP, termasuk

    pemberian penguatan misal pujian

    3) Bila dalam dokumentasi klien belum ada renpra yang sudah

    dievaluasi PP, maka bersama-sama PP menetapkan diagnosa

    15

  • keperawatan yang sesuai kondisi klien, dengan menggunakan

    standar renpra yang telah disepakati.

    4) Membahas dengan PP, tentang pembagian tugas bagi PA.

    Apakah penetapan sudah sesuai dengan panduan? Bila belum,

    berikan masukan!

    5) Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan

    bimbingan yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik?

    Beri masukan!

    6) Memberi masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan

    PA

    7) Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan

    keperawatan

    8) Mengidentifikasi data dan temuan yang memerlukan

    pembuktian

    9) Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan

    melakukan penelitian

    10) Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberikan asuhan

    keperawatan

    11) Bekaja sama dengan kepala ruangan dalam hal: melakukan

    evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan, mengkoordinasi,

    mengarahkan dan mengevaluasi mahasiswa praktik, serta

    mernbahas dan mengevaluasi tentang implementasi MAKP.

    16

  • 12) Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dalakukan PP dan

    memberi masukan untuk perbaikan

    13) Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi

    atau penelitian tentang asuhan keperawatan

    14) Mengevaluasi lmplementasi MAKP dengan menggunakan

    instrumen evaluasi implementasi MAKP oleh CCM.

    c. Tugas dan Tanggung Jawab PP

    1) Melakukan kontrak dengan klien/keluarga pada awal masuk

    ruangan sehingga tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini

    dibina secara terus menerus pada saat melakukan

    pengkajian/tindakan kepada klien/keluarga. Panduan orientasi

    ini sebaiknya dilaminating dan digantung di kamar klien

    sehingga setiap klien/keluarga dapat membaca kembali

    2) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi

    pengkajian yang sndah dilakukan PP pada sore, malam, atau hari

    libur.

    3) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis

    standar renpra sesuai hasil pengkajian

    4) Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA di bawah

    tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat. (preconference)

    5) Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien,

    setiap kali giliran jaga (shif). Pambagian klien didasarkan pada

    jumlah klien, tingkat ketergantungan klien, dan tempat tidur

    17

  • yang berdekatan. Bila pada satu tugas jaga (shift) PP didampingi

    oleh dua orang PA, maka semua klien dibagi pada semna PA

    sebagai penanggung jawabnya PP akan membimbing dan

    membantu PA dalam memberikan asuhan keperawatan. Bila PP

    hanya didampingi satu orang PA pada satu tugas jaga maka

    jumlah klien yang menjadi tanggung jawab PP adalah 20% dan

    klien tersebut termasuk klien dangan tingkat ketergantungan

    minimal serta klien lainnya menjadi tanggnng jawab PA.

    Penetapan ini dimaksudkan agar PP memiliki waktu untuk

    membimbing dan membantu PA dibawah tanggung jawabnya

    dalam memberikan asuhan keperawatan.

    6) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam

    melakukan tindakan keperawatan. apakah sesuai dengan SOP?

    7) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA

    8) Memantau dan menfasilitasi terlaksananya kegiatan PA

    9) Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi

    keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat

    dilakukan oleh PA.

    10) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium.

    11) Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah tanggung

    jawabnya bersama dengan PA.

    12) Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya.

    Bila PP tidak ada, didampingi oleh PA sesuai timnya.

    18

  • 13) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan

    perkembangan kilen setiap hari.

    14) Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap 2

    hari untuk membahas kondisi keperawatan klien (bergantung

    pada kondisi klien).

    15) Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang

    telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruang rawat

    atau CCM.

    16) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga

    17) Membuat perencanaan pulang

    18) Bekerja sama dengan CCM dalam mengidentifikasi isu yang

    membutuhkan pembuktian sehingga tercipta Evidence Based

    Practice (EBP).

    d. Tugas dan Tanggung Jawab PA

    1) Membaca renpra yang telah ditetapkan PP

    2) Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga, sebagai

    lanjutan kontrak yang sudah dilanjutkan PP

    3) Manerima klien baru (kontrak) dan mamberikan informasi

    berdasarkan forrmat orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di

    tempat.

    4) Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasarkan

    renpra.

    19

  • 5) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan

    mendokumentasikannya

    6) Mengikuti visite dokter bila PP tidak ada di tempat

    7) Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan

    8) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf

    9) Mengkomunikasikan kepada PP/Pj dinas bila menemukan

    masalah yang perlu diselesaikan

    10) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,

    pengobatan, dan tindakan

    11) Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada

    kilen/keluarga yang dilakukan oleh PP

    12) Melakukan inventarisasi fasilitas yang takait dengan timnya

    13) Membantu tim lain yang membutuhkan

    14) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang

    menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.

    B. MOTIVASI KERJA

    1. Pengertian Motivasi Kerja

    Menurut para ahli (Suarli dan Bahtiar (2002); M.Asad (2001); dan

    Stoner dan Freeman (1995)), motivasi adalah karakteristik psikologis

    pada aktifitas manusia untuk memberi kontribusi berupa tingkat

    komitmen seseorang termasuk faktor-faktor yang menyebabkan,

    menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah

    20

  • tekad tertentu untuk mencapai keinginan. Aktifitas yang dilakukan

    adalah aktifitas yang bertujuan agar terpenuhi keinginan individu.

    Motivasi kerja dapat dipandang sebagai suatu ciri yang ada pada calon

    tenaga kerja ketika diterima masuk kerja di suatu perusahaan atau

    organisasi. Hal ini sangat mendukung karena adanya defenisi motivasi

    kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan,

    mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan

    lingkungan kerja (Mangkunegara 2000, Munandar 2001).

    Menurut Siagian (2002), mendefenisikan motivasi kerja sebagai

    daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang

    sebesar-besarnya demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya,

    dengan pengertian bahwa tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai

    pula tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.

    Sementara Robbins (2002) mengatakan motivasi kerja sebagai

    kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah

    tujuantujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya

    tersebut untuk memenuhi suatu kebutuhan individu. Sedangkan

    menurut Hasibuan (2008), motivasi kerja adalah pemberian daya

    penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang, agar mau bekerja

    sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya

    untuk mencapai tujuan.

    Motivasi kerja merupakan suatu modal dalam menggerakkan dan

    mengarahkan para karyawan atau pekerja agar dapat melaksanakan

    21

  • tugasnya masing masing dalam mencapai sasaran dengan penuh

    kesadaran, kegairahan dan bertanggung jawab (Hasibuan, 2008).

    Motivasi kerja dapat memberi energi yang menggerakkan segala

    potensi yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi dan luhur, serta

    meningkatkan kebersamaan. Ada dua aspek motivasi, yaitu segi pasif

    dimana motivasi tampak sebagai kebutuhan dan sekaligus pendorong,

    dan dari segi statis dimana motivasi tampak sebagai satu usaha positif

    dalam menggerakkan daya dan potensi tenaga kerja agar secara

    produktif berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

    (Hasibuan,2008).

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja

    adalah suatu daya penggerak yang mampu menciptakan kegairahan

    kerja dengan membangkitkan, mengarahkan, dan berperilaku kerja serta

    mengeluarkan tingkat upaya untuk memberikan kontribusi yang sebesar

    besarnya demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.

    2. Faktor faktor Penggerak Motivasi Kerja

    Menurut Herzberg dalam Siagian (2002), bahwa karyawan

    termotivasi untuk bekerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

    a. Faktor Intrinsik yaitu faktor daya dorong yang timbul dari dalam diri

    masingmasing karyawan, berupa :

    1) Pekerjaan itu sendiri (the work it self). Berat ringannya tantangan

    yang dirasakan tenaga kerja dari pekerjaannya.

    22

  • 2) Kemajuan (advancement). Besar kecilnya kemungkinan tenaga

    kerja berpeluang maju dalam pekerjaannya seperti naik pangkat.

    3) Tanggung jawab (responsibility). Besar kecilnya yang dirasakan

    terhadap tanggung jawab diberikan kepada seorang tenaga kerja.

    4) Pengakuan (recognition). Besar kecilnya pengakuan yang

    diberikan kepada tenaga kerja atas hasil kerja.

    5) Pencapaian (achievement). Besar kecilnya kemungkinan tenaga

    kerja mencapai prestasi kerja tinggi.

    b. Faktor Ekstrinsik yaitu faktor pendorong yang datang dari luar diri

    seseorang terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Faktor

    ekstrinsik ini mencakup :

    1) Administrasi dan kebijakan perusahaan. Tingkat kesesuaian yang

    dirasakan tenaga kerja terhadap semua kebijakan dan peraturan

    yang berlaku dalam perusahaan

    2) Penyeliaan. Tingkat kewajaran penyelia dirasakan yang oleh

    tenaga kerja.

    3) Gaji. Tingkat kewajaran gaji yang diterima sebagai imbalan

    terhadap tugas pekerjaan.

    4) Hubungan antar pribadi. Tingkat kesesuaian yang dirasakan

    dalam berinteraksi antar tenaga kerja lain.

    5) Kondisi kerja. Tingkat kesesuaian kondisi kerja dengan proses

    pelaksanaan tugas pekerjaanpekerjaannya.

    23

  • Apabila faktor intrinsik tersebut ada, dapat memberi tingkat motivasi

    yang kuat dan kepuasan dalam diri seseorang, namun jika faktor ini

    tidak ada, maka menimbulkan rasa ketidak puasan. Sementara faktor

    ekstrinsik tersebut ada, tidak perlu memberi motivasi, tetapi jika tidak

    ada dapat menimbulkan tidak puas. Menurut Rowland dan Rowland

    (1997) dalam Nursalam (2002), dalam meningkatkan kepuasan

    karyawan didasarkan pada faktor faktor motivasi, yang meliputi :

    a. Keinginan untuk peningkatan

    b. Percaya bahwa gaji yang didapat sudah mencukupi

    c. Memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilan dan nilainilai

    yang diperlukan.

    d. Umpan balik

    e. Kesempatan untuk mencoba

    f. Instrumen penampilan untuk promosi, kerjasama dan peningkatan

    keberhasilan.

    Seseorang memiliki suatu pekerjaan didasarkan pada kemampuan dan

    keterampilan yang dimiliki. Motivasi akan menjadi masalah, apabila

    kemampuan yang dimiliki tidak dimanfaatkan dan dikembangkan dalam

    melaksanakan tugasnya. Dalam keadaan ini, maka persepsi seseorang

    memegang peranan penting sebelum melaksanakan atau memilih

    pekerjaannya. Kondisi lingkungan juga memegang peranan penting dalam

    motivasi (Nursalam, 2002), meliputi :

    a. Komunikasi

    24

  • 1) Penghargaan terhadap usaha yang telah dilaksanakan

    2) Pengetahuan tentang kegiatan organisasi

    3) Rasa percaya diri berhubungan dengan manajemen organisasi

    b. Potensial pertumbuhan

    1) Kesempatan untuk berkembang, karir dan promosi

    2) Dukungan untuk tumbuh dan berkembang : pelatihan, beasiswa

    untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan manajemen bagi

    karyawan yang dipromosikan.

    c. Kebijaksanaan dalam mengakomodasi kebutuhan individu : jadwal,

    liburan dan cuti sakit serta pembiayaannya.

    1) Keamanan pekerjaan

    2) Loyalitas organisasi

    3) Menghargai staf berdasarkan beragam dan latarbelakang

    4) Adil dan konsisten terhadap keputusan organisasi

    d. Gaji/upah yang cukup untuk kebutuhan hidup

    e. Kondisi kerja yang kondusif Berdasarkan yang telah dikemukakan para

    ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor faktor penggerak

    dari motivasi kerja seseorang terdiri dari faktor yang berasal dari dalam

    diri individu tersebut atau disebut intrinsik dan faktor yang berasal dari

    luar diri individu atau disebut juga faktor ekstrinsik.

    3. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

    25

  • Menurut Siagian (2002) faktor yang mempengaruhi motivasi kerja

    seseorang dapat diketahui berdasarkan karakteristik dari individu yang

    bersifat khas yang terdiri dari delapan faktor yaitu :

    a. Karakteristik Biografi yang meliputi :

    1) Usia, hal ini penting karena usia mempunyai kaitan yang erat

    dengan berbagai segi kehidupan organisasional. Misalnya kaitan

    usia dengan tingkat kedewasaan teknis yaitu ketrampilan tugas.

    2) Jenis Kelamin, karena jelas bahwa implikasi jenis kelamin para

    pekerja merupakan hal yang perlu mendapat perhatian secara wajar

    dengan demikian perlakuan terhadap merekapun dapat disesuaikan

    sedemikian rupa sehingga mereka menjadi anggota organisasi yang

    bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.

    3) Status perkawinan, dengan status ini secara tidak langsung dapat

    memberikan petunjuk cara, dan teknik motivasi yang cocok

    digunakan bagi para pegawai yang telah menikah dibandingkan

    dengan pegawai yang belum menikah.

    4) Jumlah tanggungan, dalam hal ini jumlah tanggungan seorang

    seorang pencari nafkah utama keluarga adalah semua orang yang

    biaya hidupnya tergantung pada pencari nafkah utama tersebut,

    tidak terbatas hanya pada istri atau suami dan anakanaknya.

    5) Masa kerja, dalam organisasi perlu diketahui masa kerja seseorang

    karena masa kerja seseorang merupakan satu indikator

    kecenderungan para pekerja dalam berbagai segi organisasional

    26

  • seperti ; produktivitas kerja dan daftar kehadiran. Karena semakin

    lama seseorang bekerja ada kemungkinan untuk mereka mangkir

    atau tidak masuk kerja disebabkan karena kejenuhan.

    b. Kepribadian

    Kepribadian seseorang juga dapat dipengaruhi motivasi kerja

    seseorang karena kepribadian sebagai keseluruhan cara yang

    digunakan oleh seseorang untuk bereaksi dan berinteraksi dengan

    orang lain.

    c. Persepsi

    Interpretasi seseorang tentang kesan sensorinya mengenai

    lingkungan sekitarnya akan sangat berpengaruh pada perilaku yang

    pada gilirannya menentukan faktor faktor yang dipandangnya

    sebagai faktor organisasional yang kuat.

    d. Kemampuan belajar

    Belajar adalah proses yang berlangsung seumur hidup dan tidak

    terbatas pada pendidikan formal yang ditempuh seseorang diberbagai

    tingkat lembaga pendidikan. Salah satu bentuk nyata dari telah

    belajarnya seseorang adalah perubahan dalam persepsi, perubahan

    dalam kemauan, dan perubahan dalam tindakan.

    e. Nilai nilai yang dianut

    27

  • Sistem nilai pribadi seseorang biasanya dikaitkan dengan sistem

    nilai sosial yang berlaku di berbagai jenis masyarakat dimana

    seseorang menjadi anggota

    f. Sikap

    Sikap merupakan suatu pernyataan evaluatif seseorang terhadap

    objek tertentu, orang tertentu atau peristiwa tertentu. Artinya sikap

    merupakan pencerminan perasaan seseorang terhadap sesuatu.

    g. Kepuasan kerja

    Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang yang positif

    terhadap kehidupan organisasionalnya.

    h. Kemampuan

    Kemampuan dapat digolongkan atas dua jenis yaitu kemampuan

    fisik dan kemampuan intelektual. Kemampuan fisik meliputi

    kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugastugas yang

    bersifat teknis, mekanistik dan repetatif, sedangkan kemampuan

    intelektual meliputi cara berfikir dalam menyelesaikan masalah.

    4. CiriCiri Individu yang Memiliki Motivasi Kerja

    28

  • Menurut Arep & Tanjung (2004), motivasi seorang pekerja untuk

    bekerja biasanya merupakan hal yang rumit, ciriciri individu yang

    motivasi kerja adalah:

    a. Bekerja sesuai standar, dimana pekerjaan dapat diselesaikan dengan

    tepat waktu dan dalam waktu yang sudah ditentukan.

    b. Senang dalam bekerja, yaitu sesuatu yang dikerjakan karena ada

    motivasi yang mendorongnya akan membuat ia senang untuk

    mengerjakannya.

    c. Merasa berharga, dimana seseorang akan merasa dihargai, karena

    pekerjaannyaitu benar benar berharga bagi orang yang termotivasi.

    d. Bekerja keras, yaitu seseorang akan bekerja keras karena dorongan

    yang begitu tinggi untuk menghasilkan sesuai target yang mereka

    tetapkan.

    e. Sedikit pengawasan, yaitu kinerjanya akan dipantau oleh individu

    yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak

    pengawasan.

    Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa individu yang

    memiliki motivasi kerja memiliki ciri ciri antara lain bekerja sesuai

    standar, senang dalam bekerja, merasa berharga, bekerja keras, dan

    sedikit pengawasan.

    5. Bentuk bentuk Motivasi Kerja

    Pada umumnya bentuk motivasi kerja yang sering dianut

    perusahaan meliputi empat unsur utama (Sastrohadiwiryo, 2003) yaitu :

    29

  • a. Kompensasi bentuk uang

    Salah satu bentuk yang paling sering diberikan kepada tenaga kerja

    adalah berupa kompensasi dan kompensasi yang sering diberikan

    berbentuk uang. Pemberian kompensasi bentuk uang sebagai motivasi

    kerja para pegawai memiliki dua pengaruh perilaku. Keanggotaan

    adalah pengaruh yang paling luas, yang kedua adalah negatif dari

    sudut pandang perusahaa adalah dan cenderung terbatas dan hanya

    pada pekerja yang pendapatannya tidak lebih dari tingkat standar

    kehidupan yang layak dan cenderung menganggap kompensasi

    bentuk uang tidak seimbang.

    b. Pengarahan dan pengendalian

    Pengarahan maksudnya menetukan apa yang harus mereka

    kerjakan atau tidak mereka kerjakan, sdangkan pengendalian

    maksudnya menentukan bahwa tenaga kerja harus mengerjakan hal

    hal yang telah diinstruksikan.

    c. Penetapan pola kerja yang efektif

    Pada umumna reaksi dari kebosanan kerja akan menghambat

    produktivitas kerja untuk menanggapinya digunakan beberapa teknik :

    1) Memperkaya pekerjaan yaitu penyesuaian tuntutan pekerjaan

    dengan kemampuan tenaga kerja.

    30

  • 2) Manajemen partisipatif yaitu penggunaan berbagai cara untuk

    melibatkan pekerja dalam mengambil keputusan yang

    mempengaruhi pekerjaan mereka.

    3) Mengalihkan perhatian pekerja dari pekerjaan yang

    membosankan kepada instrumen (alat), waktu luang untuk

    istirahat atau sarana lain yang lebih fantastis.

    d. Kebajikan

    Kebajikan dapat didefenisikan sebagai suatu tindakan yang diambil

    dengan sengaja oleh manajemen untuk mempengaruhi sikap atau

    perasaan tenaga kerja.

    C. KEGAWATDARURATAN ANAK DAN BAYI

    1. Pengertian Kegawatdaruratan Anak Dan Bayi

    Kegawatdaruratan disebut juga critical care artinya adalah

    pemberian asuhan keperawatan kepada klein /pasien anak dan bayi

    yang mengalami keadaan gawat darurat melalui pendekatan proses

    keperawatan dengan menerapkan peran dan fungsi perawat secara

    profesional, atau suatu upaya melalui proses Keperawatan dengan

    31

  • pemberian asuhan keperawatan klien/pasien yang mengalami keadaan

    krisis / emergency untuk mencegah kematian dan atau kecacatan.

    2. Konsep Airway, Breathing dan Circulating pada anak dan bayi

    a. Airway ( Jalan Nafas )

    Pada gangguan Airway atau jalan nafas yang pertama harus

    dinilai adalah kelancaran jalan nafas. Ini meliputi pemeriksaan

    adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing,

    fraktur tulang wajah, fraktur mandibula ataupun maksila, fraktur

    laring ataupun trakea. Usaha untuk membebaskan airway harus

    melindungi vertebra servikal. Dalam hal ini dapatdimulai dengan

    melakukan chin lift dan jaw thrust. Pada penderita yang dapat

    berbicara dianggap bahwa jalan nafas bersih; walaupun demikian,

    penilaian ulang terhadap airway harus tetap dilakukan.Pembunuh

    yang tercepat pada penderita trauma adalah ketidakmampuan untuk

    mengantarkan darah yang teroksigenisasi ke otak dan struktur vital

    lainnya. Pencegahan hipoksemia memerlukan airway yang

    terlindungi, terbuka dan ventilasi yang cukupmerupakan prioritas

    yang harus didahulukan dibanding yang lainnya. Bagaimana

    mungkin dapat memenuhi kebutuhan oksigen apabila jalan napasnya

    tersumbat, apalagi jika mengalami sumbatan total. Semua penderita

    trauma memerlukan oksigen. Oleh karena itu setiap gangguan pada

    airway harus segera ditangani.

    32

  • Gangguan pada airway dapat timbul secara mendadak atau

    perlahan, dapat sebagian atau total. Penderita dengan penurunan

    kesadaran mempunyai resiko tinggiterhadap sumbatan airway dan

    sering kali memerlukan pemasangan airway definitif. Pada penderita

    trauma terutama yang mengalami cedera kepala, menjaga

    oksigenisasi dan mencegah hiperkarbia merupakan hal yang utama

    Apabila airway penderita tersumbat total atau adanya distress

    pernapasan maka usaha untuk pemasangan alat airway definitif

    (intubasi) harus segera dilakukan.Tanda-tanda Obyektif Sumbatan

    Airway.

    1) Lihat ( Look )

    Lihat (Look) apakah pasien mengalami agitasi, atau nampak

    bodoh. Agitasi memberi kesan adanya hipoksia, dan nampak

    bodoh memberi kesan adanya hiperkarbia. Sianosis

    menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya

    oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku-kuku dan

    kulit di sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan penggunaan

    otot-otot nafas tambahan yang menandakan adanya gangguan

    airway

    2) Dengar (Listen)

    Dengar (Listen) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan

    yang berbunyi, (suara nafas tambahan) adalah pernapasan yang

    33

  • tersumbat. Suara mendengkur (snoring), berkumur(gurgling),

    bersiul (crowing sound), dan ngorok (stridor) mungkin

    berhubungan dengan sumbatan parsial pada faring/laring. Suara

    parau ( hoarsness, dysphonia )

    menunjukkan sumbatan pada laring. Penderita yang

    melawan dan berkata-katakasar (gaduh gelisah) mungkin

    mengalami hipoksia dan tidak boleh dianggapkarena

    keracunan/mabuk.3.

    3) Raba (Feel)

    Raba (Feel) lokasi trakea dan dengan cepat tentukan apakah

    terdapat deviasi

    Untuk penanganan pada anak memiliki prinsip yang sama

    dengan penanganan pada orang dewasa yang dibedakan hanyalah alat

    yang lebih spesifik dan ukuran yang lebih kecil. Apabila menemukan

    penderita yang mengalami penurunan kesadaran maka pangkal lidah

    kemungkinanakan jatuh kebelakang dan menyumbat hipofaring.

    Sumbatan seperti ini dapat segeradiatasi dengan melakukan

    hiperekstensi (ditengadahkan), tetapi tindakan ini tidak diperbolehkan

    pada penderita trauma yang dicurigai mengelami fraktur servikal

    (patahtulang leher). pada penderita trauma dengan kecurigaan patah

    tulang leher maka dapatdiatasi dengan melakukan pengangkatan dagu

    (Chin lift maneuver) atau denganmendorong rahang bawah kearah

    34

  • depan (jaw thrust maneuver). Airway (jalan napasselanjutnya dapat

    dipertahankan dengan

    1) oropharyngeal airway (atau di rumah sakitterkenan dengan gudel)

    atau dengan menggunakan

    2) nasopharyngeal airway

    Tindakan-tindakan yang digunakan untuk membuka airway

    dapat menyebabkan atau memperburuk cedera servikal dan spinal.

    oleh karena itu selama melakukan tindakanharus selalu menjaga

    kestabilan leher pada posisi segaris (In line immobilization) dengan

    fikasasi kepala atau menggunakan Neck Collar (Bidai Leher). Berikut

    teknik dalam penanganan airway :

    1) Jaw Thrust

    Penanganan sumbatan airway karena pangkal lidah pada

    penderita dengan kemungkinan patah tulang leher dapat dilakukan

    secara manual dengan tindakan chin liftdan jaw thrust.Tindakan

    jaw thrust (mendorong rahang) dilakukan dengan cara memegang

    sudut rahang bawah (angulus mandibulae) dan mendorong rahang

    bawah kedepan. Keuntunga nmelakukan tindakan ini adalah dapat

    sekaligus melakukan fiksasi kepala agar selalu padaposisi segaris

    (in line), selain itu bila cara ini dilakukan sambil baging atau

    memegang bag-valve dapat dicapai kerapatan yang baik dan

    ventilasi yang adekuat.

    2) Chin Lift

    35

  • Membebaskan jalan napas pada penderita trauma yang dicurigai

    mengalami patahtulang leher harus selalu menjaga posisi tubuh

    penderita agar selalu segaris (in line). Pada tindakan membuka

    jalan napas secara manual, tindakan mengekstensikan kepala harus

    dihindari. Tindakan yang dapat dilakukan adalan dengan

    melakukan chin lift atau jawtrust.Tindakan chin lift dilakukan

    dengan cara jari jemari salah satu tangan diletakan dibawah rahang,

    kemudian secara hati-hati diangkat keatas arah depan. Ibu jari

    tangan yang sama, dengan ringan menekan bibir bawah untuk

    membuka mulut. Ibu jari dapat juga diletakan dibelakang gigi seri

    bawah dan secara bersamaan mengangkat dagu dengan hati-hati.

    Manuver chin lift tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher,

    terutama pada penderita trauma dengan kemungkinan mengalami

    patah tulang leher yang ditandai dengan :

    1) Adanya jejas atau perlukaan diatas klavikula

    2) Adanya trauma kepala disertai penurunan kesadaran

    3) Multiple trauma

    4) Biomekanik mendukung

    Penderita dengan GCS 8 biasanya memerlukan pemasangan

    airway definitif.Adanya gerakan motorik tak bertujuan

    mengindikasikan perlunya airway definitif. Airway pada anak

    mempunyai kekhususan dari segi posisi laring serta ukurannya,

    36

  • sehingga penanganan airway pada anak memerlukan pengetahuan

    serta alat tersendiri. Selama memeriksa dan memperbaiki airway,

    harus diperhatikan bahwa tidak diperbolehkan dilakukan ekstensi,

    fleksi atau rotasi dari leher. Kecurigaan adanya kelainan vertebra

    servikalis didasarkan pada riwayat perlukaan; pemeriksaan

    neurologisyang didapatkan hasil normal, tidak dapat sepenuhnya

    menyingkirkan adanya kelainan vertebra servikalis. Ketujuh vertebra

    servikalis dan vertebra torakalis pertama, dapat dilihat dengan foto

    lateral (foto cervical lateralcross table), meskipun tidak semua jenis

    fraktur dapat dilihat dengan fotolateral ini. Dalam kadaan kecurigaan

    fraktur servikal, harus dipakai alati mobilisasi. Jika alat imobilisasi ini

    harus dibuka untuk sementara, maka harus dilakukan imobilisasi

    manual terhadap kepala. Alat imobilisasi ini harus dipakai sampai

    kemungkinan fraktur servikal dapat disingkirkan.Proteksi vertebra

    servikalis (serta korda spinal) merupakan hal penting. Fotoservikal

    dapat dilakukan setelah keadaan yang mengancam nyawa telah

    dilakukan resusitasi. Ingat kita harus menganggap setiap penderita

    multi trauma mengalami fraktur servikal, terlebih jika ada gangguan

    kesadaran atau perlukaan di atas klavikula. Harus dilakukan segala

    usaha untuk menjaga jalan nafas dan memasang airway definitif jika

    diperlukan. Tidak kalah pentingnya adalah mengenali gangguan

    airway yang dapat terjadi kemudian, dan ini hanya dapat dikenali

    dengan re-evaluasiberulang terhadap airway ini.

    37

  • Meskipun segala usaha telah dilakukan, terkadang pengelolaan

    jalan nafas sangatsulit dan bahkan tidak tercapai. Hal ini dapat terjadi

    karena gangguan alat, misal lampu laringoskop yang tiba-tiba mati,

    atau tabung endotrakheal yang yang telah terpasang dengan susah

    payah, ternyata balonnya (cuff) robek tergigit pasien.

    Intubasi endotrakheal gagal setelah pemberian relaksan otot,

    atau usaha krikotirotomi gagal karena pasien gemuk. Usaha intubasi

    ternyata malah menyebabkan sumbatan total, karena tidak mengetahui

    adanya fraktur laring, ataupun transeksi parsial laring; kedua keadaan

    tersebut dapat terjadi tanpa gejala klinis. Kesulitan-kesulitan diatas

    tidak selalu dapat dicegah, tapi kemungkinannya harusselalu

    diantisipasi.

    b. Breathing ( Pernafasan )

    Penanganan breathing atau pernafasan merupakan suatu usaha

    untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan

    pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan

    pengeluaran gas CO2. Tujuanya yaitu menjamin pertukaran udara di

    paru-paru secara normal. Untuk menegakan diagnosis gangguan

    breathing bila pada pemeriksaan dengan menggunakan metode

    Look, Listen dan Feel (lihat kembali pengelolaan jalan nafas) tidak

    ada pernafasan dan pengelolaan jalan nafas telah dilakukan (jalan

    nafas aman). Tindakan pengana apabila tidak menggunakan alat

    yaitu dengan memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut

    38

  • atau dari mulut ke hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan awal dan

    diselingi ekshalasi. Apabila ada alat dengan alat Ambu bag (self

    inflating bag) yang dapat pula ditambahkan oksigen. Dapat juga

    diberikan dengan menggunakan ventilator mekanik

    (ventilator/respirator)

    Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk gangguan breathing

    yaitu :

    1) Look (Lihat)

    Yang harus diperhatikan adalah yang pertama gerak dada,

    gerak cuping hidung (flaring nostril), retraksi sela iga, gerak

    dada, gerak cuping hidung (flaring nostril), retraksi sela iga

    2) Listen (Dengar)

    Yang harus diperhatikan adalah suara nafas, suara

    tambahan

    3) Feel ( Rasakan)

    Yang harus diperhatikan adalah yang pertama udara nafas

    keluar hidung-mulut

    4) Palpasi

    Yang harus diperhatikan adalah gerakan dada, apakah

    simetris atau tidak.

    5) Perkusi

    39

  • 6) Auskultasi (menggunakan stetoskop) : Suara nafas ada, Simetris,

    Ronki atau whezing

    7) Rontgen dada

    Pemberian nafas buatan merupakan salah satu penanganan

    caranya yaitu diberikan sebanyak 12-20 kali/menit sampai dada

    nampak terangkat. Diberikan bila nafas abnormal, tidak usah

    menunggu sampai apnea dulu Berikan tambahan oksigen bila

    tersedia. Jika udara masuk ke dalam lambung, jangan dikeluarkan

    dengan menekan lambung karena akan berisiko aspirasi. Nafas

    buatan dilakukan dengan in-line immobilisation (fiksasi kepala-

    leher) agar tulang leher tidak banyak bergerak.

    Untuk memberikan bantuan pernafasan mulut ke mulut, jalan

    nafas korban harus terbuka. Perhatikan kedua tangan penolong

    pada gambar masih tetap melakukan teknik membuka jalan nafas

    Chin lift. Hidung korban harus ditutup bisa dengan tangan atau

    dengan menekankan pipi penolong pada hidung korban. Mulut

    penolong mencakup seluruh mulut korban. Mata penolong melihat

    ke arah dada korban untuk melihat pengembangan dada.

    Pemberian pernafasan buatan secara efektif dapat diketahui dengan

    melihat pengembangan dada korban.Berikan 1 kali pernafasan

    selama 1 detik, berikan pernafasan biasa.kemudian berikan

    pernafasan kedua selama 1 detik. Berikan nafas secara biasa untuk

    mencegah penolong mengalami pusing atau berkunang-kunang.

    40

  • Untuk bayi dan anak, nafas buatan yang diberikan lebih sedikit dari

    orang dewasa, dengan tetap melihat pengembangan dada.Usahakan

    hindari pemberian pernafasan yang terlalu kuat dan terlalu banyak

    karena dapat menyebabkan kembung dan merusak paru-paru

    korban. Konsentrasi oksigen melalui udara ekspirasi mulut sekitar

    17 %.

    Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke stoma (lubang

    trakeostomi) dengan cara ini diberikan pada pasien trakeostomi.

    Caranya sama dengan mulut ke mulut hanya saja lubang tempat

    masuknya udara adalah lubang trakeostomi

    Ambu bag terdiri dari bag yang berfungsi untuk memompa

    oksigen udara bebas, valve/pipa berkatup dan masker yang

    menutupi mulut dan hidung penderita. Penggunaan ambu bag atau

    bagging sungkup memerlukan keterampilan tersendiri. Penolong

    seorang diri dalam menggunakan amb bag harus dapat

    mempertahankan terbukanya jalan nafas dengan mengangkat

    rahang bawah, menekan sungkup ke muka korban dengan kuat dan

    memompa udara dengan memeras bagging. Penolong harus dapat

    melihat dengan jelas pergerakan dada korban pada setiap

    pernafasan.

    41

  • Ambu bag sangat efektif bila dilakukan oleh dua orang

    penolong yang berpengalaman. Salah seorang penolong membuka

    jalan nafas dan menempelkan sungkup wajah korban dan penolong

    lain memeras bagging. Kedua penolong harus memperhatikan

    pengembangan dada korban Ambu bag digunakan dengan satu

    tangan penolong memegang bag sambil memompa udara

    sedangkan tangan lainnya memegang dan memfiksasi masker.

    Pada Tangan yang memegang masker, ibu jari dan jari telunjuk

    memegang masker membentuk huruf C sedangkan jari-jari lainnya

    memegang rahang bawah penderita sekaligus membuka jalan nafas

    penderita dengan membentuk huruf E. Konsentrasi oksigen yang

    dihasilkan dari ambu bag sekitar 20 %. Dapat ditingkatkan menjadi

    100% dengan tambahan oksigen. Untuk kondisi yang mana

    penderita mengalami henti nafas dan henti jantung, dilakukan

    resusitasi jantung-paru-otak.

    c. Circulating (Sirkulasi)

    Penanganan gangguan circulating atau sirkulasi tmerupakan

    indakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi

    tubuh yang tadinya terhenti atau terganggu dengan tujuanagar

    sirkulasi darah kembali berfungsi normal. Pemeriksaan yang dapat

    dilakukan untuk menegakan diagnosis gangguan sirkulasi yang

    mengancam jiwa terutama jika terjadi henti jantung dan syok

    42

  • Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak adanya

    denyut nadi karotis dalam waktu 5 10 detik. Henti jantung dapat

    disebabkan kelainan jantung (primer) dan kelainan di luar jantung

    (sekunder) yang harus segera dikoreksi. Diagnosis syok secara

    cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi

    radialis/nadi karotis, pasien tampak pucat, ekstermitas teraba

    dingin,berkeringat dingin dan memanjangnya waktu pengisian

    kapiler (capilary refill time > 2 detik).

    Nadi carotis dapat diraba dengan menggunakan 2 atau 3 jari

    menempel pada daerah kira-kira 2 cm dari garis tengah leher atau

    jakun pada sisi yang paling dekat dengan pemeriksa. Waktu yang

    tersedia untuk mengukur nadi carotis sekitar 5 10 detik. Tanda

    klinis yang dapat dilihat pada penderita syok yaitu kulit telapak

    tangan dingin, pucat, basah, capillary refill time kurang dari 2

    detik, nafas cepat, nadi cepat lebih dari 100, tekanan darah sistole

    kurang dari 90-100, kesadaran gelisah sampai dengan koma, pulse

    pressure menyempit, JVP rendah, produksi urin < 0,5

    ml/kgBB/jam.

    Apabila gangguan sirkulasi berlanjut maka akan terjadi

    keadaan syok , berikut jenis-jenis syok :

    43

  • 1) Syok hipovolemik

    Penyebabnya yaitu muntah/diare yang sering; dehidrasi

    karena berbagai sebab seperti heat stroke, terkena radiasi; luka

    bakar grade II-III yang luas; trauma dengan perdarahan;

    perdarahan masif oleh sebab lain seperti perdarahan ante natal,

    perdarahan post partum, abortus, epistaksis,

    melena/hematemesis.

    Diagnosisnya perubahan pada perfusi ekstremitas (dingin,

    basah, pucat), takikardi, pada keadaan lanjut : takipneu,

    penurunan tekanan darah, penurunan produksi urin, pucat,

    lemah dan apatis

    Tindakannya yaitupemasangan 2 jalur intravena dengan

    jarum besar dan diberikan infus cairan kristaloid (Ringer

    Laktat/Ringer Asetat/NaCl 0,9 %) dengan jumlah cairan

    melebihi dari cairan yang hilang. Untuk perdarahan dengan

    syok kelas III-IV selain diberikan infus kritaloid sebaiknya

    disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan

    dihentikan.

    2) Syok kardiogenik

    44

  • Penyebabnya dapat terjadi pada keadaan-keadaan antara

    lain kontusio jantung, tamponade jantung, tension

    pneumotoraks.

    Diagnosisnya yaitu hipotensi disertai gangguan irama

    jantung (bisa berupa bradiaritmia seperti blok AV atau

    takiaritmia seperti SVT, VT), mungkin terdapat peninggian

    JVP, dapat disebabkan oleh tamponade jantung (bunyi jantung

    menjauh atau redup dan tension pneumotoraks (hipersonor dan

    pergeseran trakea)

    Tindakanya yaitu pemasangan jalur intravena dengan cairan

    kristaloid (batasi jumlah cairan), pada aritmia berikan obat-

    obatan inotropik, perikardiosintesis untuk tamponade jantung

    dengan monitoring EKG, pemasangan jarum torakosintesis

    pada ICS II untuk tension pneumotoraks

    3) Syok septik

    Dapat disebabkan karena proses infeksi yang berlanjut,

    Diagnosisnya yaitu fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi;

    fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi. Tindakannya

    yaitu ditujukan agar tekanan sistolik > 90-100 mmHg (Mean

    Arterial Pressure 60 mmHg).

    Tindakan awalnya dengan IVFD cairan kristaloid, beri

    antibiotika, singkirkan sumber infeksi sedangkan tindakan

    45

  • lanjutnya dengan penggunaan cairan koloid dikombinasi

    dengan vasopresor seperti dopamine.

    4) Syok anafilaksis

    Dapat disebabkan karena reaksi anafilaksis berat, tanda-

    tandanya yaitu tanda-tanda syok dengan riwayat adanya alergi

    (makanan, sengatan binatang dan lain-lain) atau setelah

    pemberian obat. Tindakannya dengan resusitasi cairan dan

    pemberian epinefrin subcutan

    Tidak semua kasus hipotensi adalah tanda-tanda syok, tapi

    denyut nadi abnormal, irama jantung abnormal dan bradikardia

    biasanya merupakan tanda hipotensi.

    Penanganan pada gangguan sirkulasi yaitu dengan

    mengendalikan perdarahan dengan posisi syok yaitu dengan cara

    angkat kedua tungkai dengan menggunakan papan setinggi 450.

    300 500 cc darah dari kaki pindah ke sirkulasi sentral.

    Sedangkan untuk menghentikan perdarahan (prioritas utama)

    yaitu dengan tekan sumber perdarahan, kemudian tekankan jari

    pada arteri proksimal dari luka setelah itu bebat tekan pada seluruh

    46

  • ekstremitas yang luka selanjutnya pasang tampon sub fasia (gauza

    pack) dan hindari tourniquet (torniquet merupakan usaha terakhir)

    Perdarahan permukaan tubuh ekstremitas lakukan penekanan,

    gunakan sarung tangan atau plastik sebagai pelindung, Perdarahan

    20 cc/menit = 1200 cc / jam. Kemudian dapat dilakukan dengan

    pemasangan infus dan pergantian volume darah dengan

    cairan/darah.

    Perlu diperhatiakan menilai respon pada penggantian volume

    adalah penting, bila respon mnmal kemungkinan adanya sumber

    perdarahan aktif yang harus dihentikan, segera lakukan

    pemeriksaan golongan darah dan cross matched, konsultasi dengan

    ahli bedah, hentikan perdarahan luar yang tampak (misalnya pada

    ekstremitas) Penggantian darah dapat digunakan darah lengkap

    (WBC) atau komponen darah merah (PRC). Usahakan jangan

    memberikan tranfusi yang dingin karena dapat menyebabkan

    hipotermi.

    47

  • BAB III

    TINJAUAN KASUS

    A. ANALISIS SITUASI RUANGAN

    Hasil analisa data tentang pengembangan sumber daya manusia Ruang

    Catelya RSUD Cilacap

    1. Motivasi

    a. Tingkat pengetahuan

    1) Untuk item pertanyaan motivasi dilakukan untuk mencapai

    ketidakseimbangan dalam suatu pekerjaan 6 responden menjawab

    tidak benar.

    2) Untuk item pertanyaan hasil kerja seseorang tidak di pengaruhi oleh

    motivasi 7 responden menjawab tidak benar.

    b. Sikap

    48

  • 1) Untuk item pertanyaan Saya tidak memikirkan kualitas pekerjaan

    yang saya lakukan, yang penting saya sudah menyelesaikan tugas

    keperawatan saya 6 responden menjawab jarang, dan 1 responden

    menjawab sering,berdasarkan hasil wawancara dari 5 responden, 4

    responden mengatakan kadang kadang memikirkan, dan 1 orang

    sering memikirkan.

    2) Untuk item pertanyaan Karena jumlah pasien yang cukup banyak,

    Saya jarang berkomunikasi dengan pasien maupun keluarganya

    tentang masalah yang sedang dihadapi 7 responden menjawab

    jarang, dan 1 responden menjawab sering, dan berdasarkan hasil

    observasi dari 6 responden, 4 responden jarang melakukan

    komunikasi, dan 2 responden sering melakukan komunkasi.

    3) Untuk item pertanyaan Saya akan datang sebelum waktu pergantian

    jaga karena itu memang kewajiban 2 responden menjawab sering, 2

    responden menjawab jarang dan berdasarkan hasil observasi dari 5

    responden, 3 responden sering datang tidak tepat waktu dan 2

    responden selalu datang tepat waktu.

    4) Untuk item pertanyaan Saya mudah menyerah apabila menghadapi

    kesulitan dalam melaksanakan tugas saya sebagai perawat 10

    responden menjawab jarang, 1 menjawab sering.

    5) Untuk item pertanyaan Saya senang bertemu dengan rekan sejawat

    dalam organisasi profesi karena dapat menambah pengalaman dan

    49

  • pengetahuan baru yang mendukung profesi saya sebagai perawat 3

    responden menjawab jarang, 1 responden menjawab tidak pernah,

    berdasarkan hasil wawancara dari 6 responden semua mengatakan

    senang bertemu teman sejawat.

    6) Untuk item pertanyaan Karena rutinitas saya padat saya enggan

    mengikuti seminar, pendidikan dan pelatihan 2 responden

    menjawab jarang, 6 responden menjawab sering, 3 responden

    menjawab selalu, berdasarkan hasil wawancara dari 4 responden, 2

    responden mengatakan mau mengikuti seminar dan pelatihan, 2

    responden enggan mengikuti seminar dan pelatihan.

    c. Prilaku

    1) Untuk item pertanyaan Karena pasien yang cukup banyak dalam

    mencari data subyektif dan obyektif untuk proses pengkajian, cukup

    dilakukan dengan sepintas lalu 3 responden menjawab jarang, dan 4

    responden menjawab sering, dan berdasarkan hasil wawancara dari 6

    responden, 4 responden jarang melakukan pencarian data subyektif

    dan obyektif secara sepintas lalu, dan 2 responden sering melakukan

    pencarian data subyektif dan obyektif secara sepintas lalu.

    2) Untuk item pertanyaan Saya berkomunikasi dengan pasien maupun

    keluarganya tentang masalah yang sedang dihadapi 1 responden

    menjawab jarang, dan 7 responden menjawab sering, dan

    berdasarkan hasil observasi dari 6 responden, 4 responden jarang

    50

  • melakukan komunikasi, dan 2 responden sering melakukan

    komunkasi.

    3) Untuk item pertanyaan Saya selalu datang sebelum waktu

    pergantian jaga karena itu memang kewajiban saya 2 responden

    menjawab sering, 2 responden menjawab jarang dan berdasarkan

    hasil observasi dari 5 responden, 3 responden sering datang tidak

    tepat waktu dan 2 responden selalu datang tepat waktu.

    4) Untuk item pertanyaan Saya telah melaksanakan asuhan

    keperawatan berdasarkan proses keperawatan dengan penuh

    tanggung jawab 5 responden menjawab sering, 2 responden

    menjawab jarang dan berdasarkan hasil observasi dari 5 responden, 3

    responden sering melakukan asuhan keperawatan berdasarkan proses

    keperawatan dengan penuh tanggung jawab, dan 2 responden jarang.

    2. Kegawatdaruratan

    a. Pengetahuan

    1) Untuk item pertanyaan Anak yang mengalami penurunan

    kesadaran, tidak berespon terhadap orang, terus menerus menangis,

    kebingungan, dan disorientasi termasuk dalam keadaan

    kegawatdaruratan anak 3 responden menjawab tidak benar.

    51

  • 2) Untuk item pertanyaan Anak yang mengalami kaku leher dan sakit

    kepala tidak termasuk dalam keadaan kegawatdaruratan anak 5

    responden menjawab tidak benar.

    3) Untuk item pertanyaan Anak yang secara terus menerus mengalami

    sakit pada perut termasuk dalam keadaan kegawatdaruratan anak 6

    responden menjawab tidak benar.

    4) Untuk item pertanyaan Anak/ bayi yang mengalami luka di kepala

    tidak termasuk dalam keadaan kegawatdaruratan anak 7 responden

    menjawab tidak benar.

    b. Sikap

    1) Untuk item pertanyaan Saya akan melakukan manuver airway,

    breathing, circulation pada pasien yang mengalami penurunan

    kesadaran atau tidak berespon 2 responden menjawab sering, dan 1

    responden menjawab jarang. Berdasarkan observasi dari 4

    responden, 3 responden melakukan manuver ABC, dan 1 responden

    tidak melakukan.

    2) Untuk item pertanyaan Saya akan melakukan pemasangan

    nasogatric tube (NGT) pada anak yang mengalami keracunan 3

    responden menjawab jarang melakukan pemasangan nasogatric tube

    (NGT) pada anak yang mengalami keracunan, dan 2 responden tidak

    pernah.

    52

  • 3) Untuk item pertanyaan Saya akan melakukan fiksasi pada anak

    yang mengalami kejang demam 7 responden menjawab sering, dan

    2 responden selalu. Berdasarkan hasil observasi dari 3 responden, 2

    responden melakukan fiksasi dan 1 responden tidak melakukan

    fiksasi.

    4) Untuk item pertanyaan Saya akan menghitung kebutuhan cairan

    pada anak yang mengalami diare 1 responden menjawab jarang,

    dan 2 responden menjawab tidak pernah, berdasarkan hasil observasi

    terhadap 4 responden 3 responden jarang, dan 1 responden tidak

    pernah.

    5) Untuk item pertanyaan Saya akan melakukan kompres dingin pada

    anak yang mengalami hipertermia 4 responden menjawab sering,

    dan 4 orang menjawab jarang, berdasarkan hasil observasi terhadap

    4 responden 3 responden sering, dan 1 responden jarang.

    c. Prilaku

    1) Untuk item pertanyaan Saya selalu melakukan pemasangan

    nasogatric tube (NGT) pada anak yang mengalami keracunan 4

    responden menjawab jarang melakukan pemasangan nasogatric tube

    (NGT) pada anak yang mengalami keracunan, dan 2 responden tidak

    pernah

    2) Untuk item pertanyaan Saya selalu menghitung kebutuhan cairan

    pada anak yang mengalami diare 3 responden menjawab jarang,

    53

  • dan 4 responden menjawab tidak pernah, berdasarkan hasil

    observasi terhadap 4 responden 3 responden jarang, dan 1 responden

    tidak pernah.

    3) Untuk item pertanyaan Saya selalu melakukan kompres dingin pada

    anak yang sermengalami hipertermia 2 responden menjawab

    sering, dan 4 orang menjawab jarang, berdasarkan hasil observasi

    terhadap 4 responden 3 responden sering, dan 1 responden jarang..

    4) Untuk item pertanyaan Pasien anak yang mengalami henti nafas

    dan henti jantung saya selalu melakukan tindakan RJP dengan

    menggunakan kedua telapak tangan yang bertumpu pada telapak

    tangan di atas tulang dada ditengah sternum 8 responden menjawab

    sering, dan 1 responden menjawab selalu. Berdasarkan observasi

    terhadap 2 responden, semua responden tidak melakukan RJP.

    3. Pelatihan yang diinginkan oleh perawat ruang Catelya

    untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah:

    a) Kegawat daruratan pada anak 8 responden.

    b) Pemeriksaan fisik pada anak 1 responden.

    c) Hipnotherapy pada anak 1 responden

    B. ANALISA SWOT

    1. Strength (Kekuatan)

    54

  • a. Jumlah perawat di ruang Cateliya berjumlah 12 orang

    b. Semangat perawat ruang Cateliya yang tinggi untuk menerapkan

    MAKP

    c. Perawat ruang Cateliya mendukung penerapan MAKP

    d. Tersedianya tempat untuk ruang MAKP

    e. Tersedianya bahan/alat untuk pembentukan ruang MAKP

    f. Semangat perawat untuk mengikuti pelatihan motivasi dan seminar

    dan pelatihan kegawatdaruratan anak dan bayi.

    g. Mayoritas pendidikan perawatnya adalah D3 Keperawatan

    2. Weakness (Kelemahan)

    a. Keterbatasan jumlah perawat untuk melakukan kegiatan sesuai

    dengan ruang MAKP

    b. Perawat ruang Cateliya belum mengetahui MAKP dan model

    penugasan

    c. Keterbatasan waktu bagi perawat untuk mendapatkan informasi

    dan tambahan pengetahuan tentang ruang MAKP dan metode

    penugasan

    d. Perawat beresiko mendapat tambahan beban kerja untuk

    pendokumentasian tindakan dengan penerapan ruang MAKP

    55

  • e. Keterbatasan bagi perawat tentang pengetahuan, sikap, dan

    perilaku dalam menghadapi kegawatdaruratan anak

    f. Keterbatasan waktu bagi perawat untuk mendapatkan informasi

    dan tambahan pengetahuan tentang ruang MAKP dan metode

    penugasan

    g. Keterbatasan sarana prasarana dalam mendukung pelaksanaan

    tindakan keperawatan

    3. Opportunity (Kesempatan)

    a. Keberadaan mahasiswa untuk menerapkan ruang MAKP di ruang

    Dahlia

    b. Kesadaran seluruh pegawai RSUD Cilacap khususnya perawat

    ruang Dahlia terhadap manfaat ruang MAKP

    c. Manajemen dan Staff RSUD Cilacap mendukung penerapan ruang

    MAKP

    d. STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap sangat mendukung

    kegiatan mahasiswa

    e. Tersedianya sumber pustaka terkait dengan penerapan /aplikasi

    ruang MAKP

    4. Threatened (Ancaman)

    56

  • a. Memungkinkan perawat ruang Cateliya lupa dengan pelaksanaan

    ruang MAKP selepas mahasiswa selesai praktek

    b. Memungkinkan tidak berlanjutnya pelaksanaan MAKP di ruang

    Dahlia

    c. Memungkinkan adanya mutasi perawat antar ruangan di

    lingkungan RSUD Cilacap sehingga ada perawat baru yang belum

    memahami ruang MAKP yang sudah berjalan, sehingga memerlukan

    waktu untuk beradaptasi

    C. PERUMUSAN MASALAH

    Dari hasil analisa data dapat kami rumuskan permasalahan sebagai berikut

    1. Motivasi

    a. Tingkat pengetahuan perawat ruang Catelya tentang motivasi,

    sebagian besar sudah baik.

    b. Sikap perawat ruang Catelya tentang motivasi terhadap pelayanan

    keperawatan di ruang catelya sebagian besar kurang termotivasi.

    c. Prilaku perawat ruang Catelya tentang motivasi terhadap pelayanan

    keperawatan di ruang catelya sebagian kurang termotivasi.

    2. Kegawatdaruratan

    a. Tingkat pengetahuan perawat ruang Catelya tentang kegawatdaruratan

    anak sebagian cukup baik.

    57

  • b. Sebagian besar sikap perawat ruang Catelya tentang kegawatdaruratan

    anak terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan kurang

    mendukung.

    c. Sebagian besar prilaku perawat ruang Catelya dalam pelayanan

    keperawatan kegawatdaruratan anak kurang optimal.

    D. POA (PLANING OF ACTION)

    NO Jenis Pelatihan Pelaksanaan PenanggungJawab

    Tempat

    1 Motivasi Jumat, 13 Januari 2012

    Inderatmi., S.Kep

    RSUD

    2 Kegawatdaruratan pada anak dan bayi

    Sabtu, 28 Minggu, 29 januari 2012

    Sutiyanti., S.Kep Aula STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Ciacap

    E. PENYELESAIAN MASALAH

    Setelah dilakukan penyusunan POA (Planing Of Action) berdasarkan

    kesepakatan antar perawat ruang cateliya dengan dilakukan 2 kegiatan utama

    yaitu :

    1. Mengadakan pelatihan motivasi kerja

    2. Mengadakan seminar dan pelatihan kegawatdaruratan anak dan bayi

    58

  • BAB III

    PEMBAHASAN

    A. KESENJANGAN TEORI DAN PENYELESAIAN

    Berdasarkan teori yang disajikan, terdapat beberapa kesenjangan dengan

    kenyataan yang ada di lapangan, antara lain:

    1. Dalam penerapan MAKP pemula, masih ada beberapa komponen yang

    perlu ditingkatkan lagi, seperti pembagian job disknya secara teori perawat

    primer bertanggung jawab terhadap pasien selama 24 jam dari perawat

    masuk dampai pasien pulang. Perawat primer bertugas mulai dari

    melakukan pengkajian pasien atau keluarga pasien sampai perencanaan

    tindakan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosa

    keperawatan yang muncul. Selanjutnya perawat primer mendelegasikan

    pasien kepada perawat asosiate untuk melakukan implementasi sesuai

    intervensi yang ditetapkan dan mendokumentasikannya pada kardek.

    Namun karena masih dalam proses adaptasi dengan sistem menejemen

    59

  • yang baru, perawat kurang memahami peran dan tugasnya atau karena rasa

    kebersamaan yang tinggi antar perawat sehingga masih tterdapat tumapng

    tindih peran dan tugasnya. Kadang kadang perawat primer melakukan

    tugas perawat asosiat ataupun sebaliknya.

    Perawat primer bertanggung jawab dan harus memahami kondisi

    pasien kelolaannya selama dirawat meskipun tidak sedang bertugas

    dengan cara perawat primer selalu mendapatkan informasi terbaru

    mengenai perkembangan pasien kelolaannya. Namun pada kenyataannya

    pernah dijumpai bahwa perawat perawat primer tidak memahami

    pasiennya sehingga dalam keadaan darurat yang mengharuskan perawat

    primer tersebut memberi penjelasan kondisi atau perkembangan pasien,

    perawat tersebut merasa ragu dan kurang yakin dengan penjelasan yang ia

    berikan.

    2. Perawat asosiate secara teori bertugas sebagai perawat pelaksana yang

    menjalankan tugas setelah mendapatkan pendelegasian dari perawat

    primer. Namun, dilapangan dijumpai perawat asosiate masih kurang faham

    akan tugasnya sebagai perawat pelaksana sehingga ketika perawat asosiate

    melakukan tindakan ke pasien terkadang tidak mendokumentasikan hasil

    tindakan keperawatannya pada lembar kardek dan tidak melaporkan hasil

    tindakan keperawatannya kepada perawat primer yang telah

    mendelegasikan pasien tersebut. Pada penulisan dokumentasi keperawatan

    seperti implementasi dan evaluasi keperawatan, sudah menggunakan

    format yang sesuai dengan pendokumentasian NANDA, NIC- NOC. Agar

    60

  • pendokumentasian ini tetap berjalan sesuai yang diharapkan diperlukan

    pemantauan, untuk itu mahasiswa mecoba mendampingi dalam

    pendokumentasian NANDA, NIC-NOC.

    3. Pengembangan MAKP merupakan upaya untuk meningkatkan mutu

    asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat. MAKP terdiri dari

    lima komponen yaitu nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari

    MAKP, hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan

    keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan

    pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan. Namun

    dilapangan ditemukan kurangnya motivasi perawat untuk menunjang

    model asuhan keperawatan profesional (MAKP). Perawat sebagai salah

    satu komponen penting dalam rumah sakit membutuhkan motivasi kerja

    untuk menunjang model asuhan keperawatan profesional (MAKP) untuk

    itu diperlukan pelatihan motivasi kerja sebagai daya dorong bagi perawat

    untuk memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya demi keberhasilan

    mencapai model asuhan keperawatan profesional (MAKP)

    4. Perawat disebutkan sebagai tenaga terpenting karena sebagian besar

    pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Gillies (1994)

    menyatakan bahwa 40 - 60% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan

    keperawatan. Bahkan Huber (1996) menyatakan bahwa 90% pelayanan

    rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Tidak ada satupun rumah sakit

    yang tidak mempergunakan jasa perawat untuk memberikan pelayanan

    kepada klien. Perawat bekerja dan selalu bertemu dengan klien (pasien)

    61

  • selama 24 jam penuh dalam suatu siklus shift, karena itu perawat menjadi

    ujung tombak bagi suatu rumah sakit dalam memberikan pelayanan

    kesehatan kepada masyarakat. Maka dari itu perawat ruang catelya sebagai

    ruang anak yang akan menemukan berbagai kasus yang akan dihadapi

    diruanagan salah satunya akan dihadapi adalah kasus kegawatdaruratan

    anak. Namun dilapangan ditemukan kurangnya pengetahuan, sikap dan

    perilaku dalam menghadapi keadaan kegawatdauratan anak dan bayi oleh

    karenanya diadakan seminar dan pelatihan kegawatdaruratan anak dan

    bayi

    B. ANALISA SWOT

    Dari hasil pengumpulan data yang diperoleh melalui angket, maka

    selanjutnya dianalisa menggunakan pendekatan analisa Strength Weakness

    Oppurtunity Treatned (SWOT) untuk mengetahui perlunya pengadaan

    pelatihan dan pengadaan sarana prasarana guna menunjang keberhasilan

    MAKP di Ruang Catelyia RSUD Cilacap sebagai berikut:

    5. Kebutuhan Pelatihan

    a. Strength (Kekuatan)

    1) Jumlah perawat di ruang Catelyia berjumlah 12 orang

    2) Semangat perawat ruang Dahlia yang tinggi untuk menerapkan

    MAKP

    3) Perawat ruang Catelyia mendukung penerapan MAKP

    4) Tersedianya tempat untuk ruang MAKP

    62

  • 5) Adanya kebutuhan perawat ruang Catelyia terhadap pelatihan

    untuk menambah pengetahuan dan menunjang keberhasilan

    MAKP.

    6) Mayoritas pendidikan perawatnya adalah D3 Keperawatan

    7) Berdasarkan hasil penyebaran angket yang dilakukan mahasiswa

    pada tanggal 4 dan 5 januari 2012 terhadap 11 orang perawat di

    ruang Dahlia diperoleh data bahwa 100% perawat ruang Catelyia

    mengatakan membutuhkan adanya pelatihan.

    8) Dari hasil angket tersebut menunjukkan hasil bahwa jenis

    ketrampilan pelatihan yang dibutuhkan oleh perawat ruang

    Catelyia adalah sebagai berikut:

    a) Pelatihan motivasi kerja 80 %

    b) Pelatihan kegawat daruratan 100 %

    b. Weakness (Kelemahan)

    1) Keterbatasan waktu perawat dalam mengikuti pelatihan.

    2) Kurangnya motivasi kerja

    3) Keterbatasan bagi perawat tentang pengetahuan, sikap, dan

    perilaku dalam menghadapi kegawatdaruratan anak

    4) Keterbatasan waktu bagi perawat untuk mendapatkan informasi

    dan tambahan pengetahuan tentang ruang MAKP dan metode

    penugasan.

    c. Opportunity (Kesempatan)

    63

  • 1) Adanya kerjasama lembaga pendidikan kesehatan STIKES Al-

    Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap program Profesi Ners dengan

    RSUD Cilacap.

    2) Kesadaran perawat ruang Dahlia akan manfaat mengikuti

    pelatihan.

    d. Threatened (Ancaman)

    1) Persaingan antar rumah sakit yang semakin kuat di wilayah

    Cilacap.

    2) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk

    mendapatkan pelayanan yang lebih professional.

    3) Memungkinkan adanya mutasi perawat antar ruangan di

    lingkungan RSUD Cilacap sehingga ada perawat baru yang belum

    memahami pelatihan yang pernah diadakan, sehingga

    memerlukan waktu untuk beradaptasi.

    4) Sumber daya Rumah Sakit lain yang lebih profesional dalam

    memberikan pelayanan yang disajikan.

    64

  • BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    Dari identifikasi masalah berdasarkan analisa situasi dan rencana strategis

    operasional di Ruang Cateliya RSUD Cilacap didapatkan rumusan masalah,

    sebagai berikut :

    1. Motivasi

    a. Tingkat pengetahuan perawat ruang Catelya tentang motivasi,

    sebagian besar sudah baik.

    b. Sikap perawat ruang Catelya tentang motivasi terhadap pelayanan

    keperawatan di ruang catelya sebagian besar kurang termotivasi.

    c. Prilaku perawat ruang Catelya tentang motivasi terhadap pelayanan

    keperawatan di ruang catelya sebagian kurang termotivasi.

    2. Kegawatdaruratan

    65

  • a. Tingkat pengetahuan perawat ruang Catelya tentang kegawatdaruratan

    anak sebagian cukup baik.

    b. Sebagian besar sikap perawat ruang Catelya tentang kegawatdaruratan

    anak terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan kurang

    mendukung.

    c. Sebagian besar prilaku perawat ruang Catelya dalam pelayanan

    keperawatan kegawatdaruratan anak kurang optimal.

    Dari ketiga rumusan masalah diatas, mahasiswa program profesi ners

    STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah stase manajemen telah menawarkan dan

    melaksanakan intervensi untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di

    Ruang Cateliya RSUD Cilacap, kemudian dilakukan penyusunan POA

    (Planing Of Action) berdasarkan kesepakatan antar perawat ruang cateliya

    dengan dilakukan 2 kegiatan utama yaitu :

    1. Mengadakan pelatihan motivasi kerja

    2. Mengadakan seminar dan pelatihan kegawatdaruratan anak dan bayi

    B. SARAN

    Berdasarkan program dan kegiatan yang telah dilaksanankan oleh

    kelompok I gelombang II program profesi ners STIKES Al-Irsyad Al-

    Islamiyyah Cilacap stase manajemen, maka kami dapat memberikan saran :

    1. Bagi manajemen RSUD Cilacap agar dapat terus melanjutkan dan

    memfasilitasi kegiatan pembentukan ruang MAKP yang sudah dibentuk di

    66

  • Ruang Cateliya atas kerjasama pihak RSUD Cilacap dan STIKES Al-

    Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

    2. Bagi perawat Ruang Cateliya agar dapat terus melaksanakan dengan

    sungguh-sungguh metode penugasan MAKP Pemula dan dokumentasi

    keperawatan NANDA, NIC, NOC yang sudah berjalan selama ini

    3. Bagian keperawatan RSUD Cilacap hendaknya terus memantau

    pelaksanaan metode penugasan MAKP Pemula dan pendokumentasiannya

    yang telah berjalan di Ruang Bougenville dan memperjuangkan adanya

    reward yang harus diterima oleh perawat di ruang yang melaksanakan

    metode penugasan MAKP Pemula

    4. Bagi STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap hendaknya dapat

    meningkatkan bimbingannya dan memotivasi kelompok II mahasiswa

    profesi ners stase manajemen untuk melanjutkan pelaksanaan MAKP dan

    pelatihan-pelatihan yang belum terlaksana dan pemenuhan kebutuhan

    sarpras bagi perawat Ruang Cateliya RSUD Cilacap

    5. Bagi mahasiswa program profesi ners stase manajemen agar dapat

    meningkatkan IPTEK di bidang manajemen keperawatan, meningkatkan

    disiplin dan dapat menjadi role model bagi diri sendiri dan perawat lain

    demi majunya profesi dan melanjutkan perjuangan kami kelompok I di

    Ruang Cateliya RSUD Cilacap.

    Demikian apa yang dapat kami sampaikan sebagai laporan, segala

    kekurangan yang terjadi kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan kami

    67

  • ucapkan terima kasih kepada RSUD Cilacap khususnya perawat Ruang

    Cateliya yang telah bekerjasama dengan baik.

    68