8 sso
-
Upload
rikayulianti14 -
Category
Documents
-
view
258 -
download
8
description
Transcript of 8 sso
LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK
Judul : SINTESIS PARA NITROASETANILIDA
Tujuan Percobaan : Mempelajari reaksi nitrasi senyawa aromatis.
Pendahuluan
Senyawa p-nitroasetanilida merupakan senyawa turunan asam karboksilat yang
termasuk dalam golongan amida sekunder (RCONHR’). Beberapa nama lain dari p-
nitroasetanilida antara lain N-(4-nitrofenil) asetamida, p-asetamidonitrobenzen, N-Asetil-4-
nitroanilin. Senyawa ini berbentuk kristal prisma yang berwarna kuning pucat. Dalam
industri, p-nitroasetanilida, digunakan sebagai bahan baku untuk mensistesis p-nitroanilina,
yang umum digunakan sebagai zat pewarna. Jika diamati struktur molekulnya, maka akan
terlihat bahwa gugus yang terikat pada atom N (R’) mengandung inti benzena. Sehingga
senyawa ini dapat juga dikategorikan kedalam senyawa benzena terdisubstitusi. Kedua
substituent pada senyawa ini adalah gugus –NO2 (gugus nitro) dan gugus –NHCOCH3 (gugus
asetilamina). Senyawa p-nitroasetanilida ini memiliki 2 buah isomer posisi, yaitu : o-
nitroasetanilida dan m-nitroasetanilida. Suatu isomer para (p) lebih simetris dan dapat
membentuk kisi kristal yang lebih teratur jika dibandingkan dengan kedua isomer lainnya
dalam keadaan padatan. Selain itu, kedua isomer tersebut lebih sulit terbentuk. Hal ini
menyebabkan isomer para lebih stabil dalam perolehannya (Indri, 2011).
Anilin tidak dapat di nitrasi dengan campuran nitrasi biasa (asam sulfat), karena
bersifat terbakar dan anilin akan teroksidasi. Namun, kesulitan ini dapat diatasi dengan
menggunakan kelebihan dari asam sulfat atau dengan melindungi gugus amino dari reaksi
asetilasi karena kelompok asetilamido, CH3CONH-. Asetilamido memiliki orto yang sama
dan para mengarahkan pengaruh sebagai NH2-. Asetanilidaa siap mengalami nitrasi dan
Paraf Asisten
memberikan warna p-nitroasetanilida yang pucat jika dicampur dengan kuning o-
nitroasetanilida. Rekristalisasi dari etanol mudah dilakukan karena senyawa orto lebih larut,
dan p-nitroasetanilida murni dihidrolisis untuk p-nitroanilin (Raheem, 2010).
Hidrokarbon aromatik dapat dinitrasi, yaitu atom hidrogennya diganti dengan gugus
nitro (NO2) menggunakan asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat. Asam sulfat yang
digunakan berfungsi untuk melengkapi medium asam secara kuat dan mengubah asam nitrat
menjadi ion nitrosonium yang sangat reaktif dan merupakan agen nitrasi. Mekanisme
substitusi aromatik melibatkan serangan elektrofil ion NO2+ terhadap inti aromatik untuk
menghasilkan ion karbonium (I): kemudian pemindahan proton ke ion bisulfat, zat yang
sangat basis dalam campuran reaksi. Nitrasi biasanya terjadi pada temperatur yang sangat
rendah. Pada temperatur tinggi dapat terjadi kehilangan bahan karena terjadi oksidasi oleh
asam nitrat. Nitrobenzena dapat diubah oleh campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat
menjadi kira-kira 90% m-dinitrobenzena dan sejumlah kecil isomer ortho dan para, kemudian
dieliminasi dengan proses rekristalisasi (Tim penyusun, 2014).
Mekanisme Reaksi
Tahap 1 : Pembentukan nitronilin
O
N+H
O
O
+ H O S
O
O
O HH
O-
H
N+
O
O
+ HSO4-
Tahap 2 :
NH
O
+ N+
O
O
NH
O
N+
O-
O
NH
O
N+
O-
O
+
+
NH
O
H
N+
O-
O
HSO4-
NH
O
N+
O-
O
Alat
Erlenmeyer 100 mL, batang pengaduk, beaker glass, penangas es, pipet tetes, gelas ukur 10
ml, corong Buchner, kertas saring, vacuum pump, corong biasa, cawan petri.
Bahan
Asetanilida, asam asetat glasial, asam sulfat pekat, asam nitrat pekat
Prosedur Kerja
a. Skema kerja
- dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 ml.
- ditambahkan ke dalamnya 4 ml asam asetat glasial dan 8 ml asam sulfat
pekat dan dinginkan labu dalam air es.
- dicampur hati-hati masing-masing 2 ml asam nitrat pekat dan asam sulfat
pekat dalam erlenmeyer yang lain kemudian dinginkan labu dalam air es.
- diteteskan campuran nitrasi ini tetes demi tetes ke dalam labu erlenmeyer
yang berisi asetanilid sambil diaduk dan dijaga temperatur agar tidak lebih
dari 10˚C.
- di keluarkan labu dari air es dan biarkan selama 1 jam.
- di itu tuangkan ke dalam gelas beker 250 ml yang berisi 100 ml air dan
beberapa potong es.
- diaduk perlahan-lahan kristal p-nitroasetanilid akan memisah dan biarkan
selama 15 menit.
- disaring kristal dengan corong buchner, cuci beberapa kali dengan air es
kemudian lakukan rekristalisasi dengan etanol.
- dikeringkan di oven pada temperatur 100oC, timbang dan tentukan titik
lelehnya.
b. Prosedur kerja
Masukkan 4 g asetanilid ke dalam labu erlenmeyer 100 ml. Tambahkan ke dalamnya
4 ml asam asetat glasial dan 8 ml asam sulfat pekat. Dinginkan labu dalam air es. Sementara
itu dalam labu erlenmeyer 100 ml lain yang terpisah, campur hati-hati masing-masing 2 ml
asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat kemudian dinginkan labu dalam air es.
Teteskan campuran nitrasi ini tetes demi tetes ke dalam labu erlenmeyer yang berisi
asetanilid sambil diaduk dan temperatur dijaga agar tidak lebih dari 10˚C. Apabila penetesan
telah selesai keluarkan labu dari air es dan biarkan selama 1 jam. Setelah itu tuangkan ke
dalam gelas beker 250 ml yang berisi 100 ml air dan beberapa potong es. Aduk perlahan-
lahan, kristal p-nitroasetanilid akan memisah dan biarkan selama 15 menit. Saring kristal
4 g Asetanilid
Hasil
dengan corong buchner, cuci beberapa kali dengan air es kemudian lakukan rekristalisasi
dengan etanol. Keringkan di oven pada temperatur 100oC, timbang dan tentukan titik
lelehnya.
Waktu yang dibutuhkan
No. Perlakuan Waktu
1. Persiapan alat dan bahan 15 menit
2. Proses refluks 30 menit
3. Pengadukan 10 menit
4. Penyaringan dan pengeringan 25 menit
5. Uji titik lebur 15 menit
6. Proses rekristalisasi 35 menit
7. Proses penyaringan kembali 10 menit
8. Pencucian endapan 5 menit
9. Pengeringan kristal 10 menit
10. Penimbangan 5 menit
11. Uji titik lebur 15 menit
Total 2 jam 55 menit
Data dan Perhitungan
No. Data Jumlah
1. Massa p-nitroasetanilida
yang diperoleh
0,9 gram
2. Titik leleh 209 oC
Perhitungan
Berat molekul asetanilida : 135,16 g/mol
Mol =
= 0,015 mol
Asetanilida p-nitroasetanilida + o-nitroasetanilida
M 0,015 - -
B 0,015 0,015 0,015
S 0 0,015 0,015
Berat molekul p-nitroasetanilida = 180,16 g/mol
Berat p-nitroasetanilida = 0,015 mol x 180,16 g/mol
= 2,70 gram
Berat p-nitroasetanilida yang diperoleh = 0,9 gram
Rendemen =
x 100% = 33.33 %
Hasil
NO. GAMBAR PERLAKUAN HASIL
1.
Pencampuran pertama Larutan berwarna
coklat
2.
Reaksi asam nitrat pekat
dan asam sulfat pekat
Larutan tidak berwarna
3.
Didinginkan
+ larutan campuran asam
+ nitrat pekat dan asam
sulfat pekat
+es
Larutan berwarna
kuning keruh terdapat
kristal putih
4.
Didiamkan 15 menit Terbentuk dua fasa :
Bagian atas :
kuning bening
Bagian bawah :
terbentuk endapan putih
kekuningan
5.
Hasil buncner pertama Kristal berwarna putih
6.
Rekristalisasi 1 Larut dalam etanol
7.
Filtrat rekristalisasi filtrat berwarna kuning
sedikit putih dan
sebagian membentuk
padatan
8.
Kristal hasil rekristalisasi Kristal berwarna putih
kekuningan
Pembahasan Hasil
Praktikum kali ini adalah untuk mensintesis senyawa p-nitroasetanilida dengan
menggunakan metode reaksi nitrasi senyawa aromatis. Pembuatan senyawa p-nitroasetanilida
ini menggunakan senyawa asetanilida.
Disebabkan karena asetanilida termasuk golongan amida, maka asetanilida mudah
terhidrolisis dalam larutan asam dan basa. Sehingga dalam reaksi pembentukan p-
nitroasetanilida, asetanilida dilarutkan dulu dalam asam asetat glasial, dimana senyawa ini
tidak mengandung air. Sehingga fungsi asam asetat glasial dalam reaksi ini adalah untuk
mencegah hidrolisis dari asetanilida. Selain termasuk golongan amida, asetanilida dapat pula
digolongkan ke dalam senyawa benzena tersubtitusi, dengan substituenya berupa gugus asetil
(-NHCOCH3). Penambahan asam asetat glasial ini juga diikuti oleh penembahan asam sulfat
pekat. Warna larutan yang dihasilkan adalah coklat tua. Fungsi penambahan asam sulfat
pekat ini adalah agar kelarutan semakin besar akibat interaksi molekul yang semakin cepat.
Kelarutan semakin cepat dikarenakan adanya panas yang dihasilkan dari asam sulfat tersebut.
Setelah itu dialkukan pendinginan. Tujuan dilakukannya pendinginan ini adalah agar tidak
terjadi reaksi oksidasi pada gugus karbonil sehingga struktur asetanilida tidak berubah. Hal
ini karena asetanilida akan di substitusi elektrofil, sehingga produk yang dihasilkan atau
molekul target yang diharapkan sesuai.
Dibuat dalam erlenmeyer lainnya yaitu campuran asam nitrat pekat dan asam sulfat
pekat kemudian didinginkan. Pembuatan campuran larutan ini adalah untuk membentuk
elektrofil ion nitronium. Perbandingan volume antara dua komponen ini adalah 1:1. Hal ini
dikarenakan jika senyawa asam sulfat berlebih direaksikan maka akan terjadi reaksi sulfonasi.
Selanjutnya adalah mereaksikan kedua larutan dalam erlenmeyer tersebut. Saat
pencampuran ini dilakukan maka reaksi yang terjadi ini disebut dengan reaksi nitrasi. Ion
nitronium (NO2+) menyerang cincin benzena dari asetanilida. Mekanisme penyerangan oleh
ion nitronium inilah yang dikenal sebagai reaksi nitrasi. Hasilnya berupa senyawa antara ion
benzonium dan pada akhir reaksi akan dihasilkan p-nitroasetanilida dan asam (H3O+). Selama
reaksi berlangsung antara campuran nitrasi dengan asetanilida, suhu harus benar-benar dijaga
tidak lebih dari 10oC. Hal ini dilakukan agar kemungkinan terbentuknya salah satu isomer
dari p-nitroasetanilida yaitu o-nitroasetanilida lebih kecil. Reaksi ini berjalan secara
eksotermis sehingga bila ada sedikit energi yang berupa panas, maka o-nitroasetanilida
kemungkinan terbentuknya lebih besar. Selain menjaga suhu, penambahan larutan nitrasi ke
dalam campuran yang berisi asetanilida juga harus dilakukan secara perlahan. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi dinitrasi dan terbentuknya p-nitroanilina. Setelah
dilakukan penetesan maka campuran larutan didiamkan selama 1 jam dan warna larutan tetap
coklat tua. Penambahan air dan es dilanjutkan setelah proses pendiaman tersebut sehingga
larutan berwarna kuning keruh dan terbentuk kristal putih. Perlakuan ini dilakukan karena
isomer orto dapat larut dalam air dingin, sedangkan isomer para tidak dapat larut dalam air
dingin (membentuk endapan berupa kristal). Selanjutnya dilakukan penyaringan
menggunakan corong Buchner. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kristal p-
nitroasetanilida. Kemudian dari hasil penyaringan diperoleh padatan (residu) berwarna putih
yang merupakan senyawa p-nitroasetanilida sedangkan filtrat merupakan senyawa o-
nitroasetanilida. Kristal atau endapan p-nitroasetanilida dicuci dengan air es beberapa kali
hingga asam hilang. Hal ini dimaksudkan untuk melarutkan isomer orto yang mungkin masih
terdapat pada kristal atau endapan.
Proses rekristalisasi terhadap residu yang diperoleh dilakukan pada tahap selanjutnya
yaitu dengan melarutkannya dalam etanol . Pemilihan etanol sebagai pelarut dalm proses
rekristalisasi ini didasarkan pada perbedaan sifat melarutkan dari etanol. Pada keadaan panas
etanol dapat melarutkan kristal p-nitroasetanilida, sedangkan pada keadaan dingin etanol tidak
dapat melarutka kristal p-nitroasetanilida. Sehingga pada keadaan dingin kristal akan terbentuk
kembali ( rekristalisasi ). Setelah dilarutkan maka dilakukan penyaringan dan filtrat yang
diperoleh dikeringkan dalam oven. Pengeringan ini dilakukan pada suhu yang sedikit tinggi
sehingga diperoleh massa kristal yaitu 0,9 gram dengan warna putih kekuningan dan titik
lelehnya adalah 209oC. Berdasarkan literatur, senyawa p-nitroasetanilida berwarna kuning pucat
dengan titik leleh 214oC-216oC. Perbedaan ini dapat terjadi disebabkan akibat adanya kontaminasi
dari kristal o-nitroanilina. Senyawa o-nitroanilina ini berwarna kuning dan terbentuk akibat
adanya atau terlalu banyaknya jumlah ion H+ yang menyebabkan terjadinya hidrolisis dari
nitroasetanilida dan senyawa o-nitroanilina ini tidak dapat dipisahkan dari p-nitroasetanilida
dengan rekristalisasi.
Kesimpulan
Sintesis senyawa p-nitroasetanilida dilakukan dengan prinsip reaksi nitrasi yang terjadi
pada cincin aromatis yaitu substitusi elektrofilik. Substitusi yang terjadi adalah atom H dengan
gugus nitro pada cincin aromatis. Substitusi ini terjadi karena adanya penyerangan oleh ion
nitronium yang dapat dibuat dari reaksi asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat terhadap cincin
benzene pada asetanilida, yang menghasilkan produk berupa campuran dari senyawa p-
nitroasetanilida dan o-nitroasetanilida. Pemisahan antara senyawa p-nitroasetanilida dan o-
nitroasetanilida. Dilakukan dengan metode rekristalisasi sehingga diperoleh massa p-
nitroasetanilida adalah 0,9 gram dengan titik leleh 209.
Referensi
Indri, Anietta. dan Windysari. 2011. Sintesis p-Nitroasetanilida. Makalah. Tidak
Dipublikasikan. Surabaya: Universitas Airlangga
Raheem, Dotsha J. 2010. Preparation of p-nitroaniline. Irak: Universitas Salahaddi
Tim penyusun petunjuk praktikum sintesis senyawa oraganik. 2013. Petunjuk Praktikum
Sintesis Senyawa Organik. Fmipa unej: Jember
Saran
Praktikum harus lebih dilakukan dengan teliti dan berhati-hati agar hasil penelitian dapat
signifikan.
Nama Praktikan
Rika Yulianti