8 Jurus Lingkaran Dewa

25
CHAPTER 1 RUNTUHNYA DINASTI YUAN, LAHIRNYA DINASTI MING Bab » 8 JURUS LINGKARAN DEWA » CHAPTER 1 RUNTUHNYA DINASTI YUAN, LAHIRNYA DINASTI MING Oleh Pahlawan Kapan 23 Maret 2007 9:25 Bacaa n 8 JURUS LINGKARAN DEWA Lihat 1.846 Dinasti Yuan (Boan) - 1279-1368 sudah berada berada di ambang kehancuran setelah mereka gagal memiliki pemimpin pandai. Keputusan diskriminatif yang diambil oleh Khubilai Khan berakibat panjang dan buruk bagi Dinasti Yuan. Pengganti-penggantinya yang larut dalam kesenangan kemuliaan dan mabok kenikmatan sex membuat dinasti ini menjadi dinasti yang paling dibenci di sepanjang sejarah Tiongkok. Dinasti Yuan membagi populasi orang Tiongguan menjadi empat kelas, dengan orang Mongol berada di atas. Kelas sosial kedua adalah orang asing yang berasal dari Asia Tengah seperti Uighurs and Turks. Di bawah orang asing ini adalah Hanren, orang-orang dari utara, Jurchen dan Khitans yang menduduki daerah-daerah yang dulunya diperintah oleh dinasti Jing. Kelas sosial terendah ditempati oleh Nanren (orang Han dari daerah Selatan) yang menduduki daerah-daerah yang dulunya diperintah oleh dinasti Song Utara. Orang Mongol selalu menggunakan dua istilah berbeda, yaitu kitad and nanggiyad, untuk menyatakan ini orang utara dan itu orang selatan Tionggoan. Orang Han selatan banyak menerima pelecehan dalam soal pemilihan wakil- wakil rakyat di daerah-daerah kecil. Ketika sistem seperti ini dirombak sedikit di tahun 1315, quota wakil-wakil rakyat di daerah-daerah kecil untuk orang bukan Han dari utara dan suku Han di selatan ditentukan seimbang, walaupun jumlah populasi di selatan berlipat-lipat lebih banyak daripada di Tionggoan sebelah utara. Lebih parah lagi, orang Mongol memakai serdadu-serdadu orang Utara untuk semua daerah di Selatan. Dinasti Yuan mempertajam permusuhan antara orang bukan Han di utara dan suku Han di selatan untuk kepentingan pemerintahannya. Situasi buruk ini semakin meruncing karena posisi penting di roda pemerintahan dipegang oleh orang Mongol bukan orang Han. Banyak orang Persia dan Asian tengah yang memeluk agama dari Timur Tengah duduk dalam birokrasi. Keadaan ini ditambah dengan keputusan pemerintah Yuan membuat Xuanzhengyuan (mengangkat para Lama dari Tibet menjadi pemimpin tertinggi agama Buddha di

Transcript of 8 Jurus Lingkaran Dewa

Page 1: 8 Jurus Lingkaran Dewa

CHAPTER 1 RUNTUHNYA DINASTI YUAN, LAHIRNYA DINASTI MING

Bab » 8 JURUS LINGKARAN DEWA » CHAPTER 1 RUNTUHNYA DINASTI YUAN, LAHIRNYA DINASTI MING

Oleh PahlawanKapan 23 Maret 2007 9:25Bacaan 8 JURUS LINGKARAN DEWA Lihat 1.846

Dinasti Yuan (Boan) - 1279-1368 sudah berada berada di ambang kehancuran setelah mereka gagal memiliki pemimpin pandai. Keputusan diskriminatif yang diambil oleh Khubilai Khan berakibat panjang dan buruk bagi Dinasti Yuan. Pengganti-penggantinya yang larut dalam kesenangan kemuliaan dan mabok kenikmatan sex membuat dinasti ini menjadi dinasti yang paling dibenci di sepanjang sejarah Tiongkok. Dinasti Yuan membagi populasi orang Tiongguan menjadi empat kelas, dengan orang Mongol berada di atas. Kelas sosial kedua adalah orang asing yang berasal dari Asia Tengah seperti Uighurs and Turks. Di bawah orang asing ini adalah Hanren, orang-orang dari utara, Jurchen dan Khitans yang menduduki daerah-daerah yang dulunya diperintah oleh dinasti Jing. Kelas sosial terendah ditempati oleh Nanren (orang Han dari daerah Selatan) yang menduduki daerah-daerah yang dulunya diperintah oleh dinasti Song Utara. Orang Mongol selalu menggunakan dua istilah berbeda, yaitu kitad and nanggiyad, untuk menyatakan ini orang utara dan itu orang selatan Tionggoan. Orang Han selatan banyak menerima pelecehan dalam soal pemilihan wakil-wakil rakyat di daerah-daerah kecil.

Ketika sistem seperti ini dirombak sedikit di tahun 1315, quota wakil-wakil rakyat di daerah-daerah kecil untuk orang bukan Han dari utara dan suku Han di selatan ditentukan seimbang, walaupun jumlah populasi di selatan berlipat-lipat lebih banyak daripada di Tionggoan sebelah utara. Lebih parah lagi, orang Mongol memakai serdadu-serdadu orang Utara untuk semua daerah di Selatan. Dinasti Yuan mempertajam permusuhan antara orang bukan Han di utara dan suku Han di selatan untuk kepentingan pemerintahannya.Situasi buruk ini semakin meruncing karena posisi penting di roda pemerintahan dipegang oleh orang Mongol bukan orang Han. Banyak orang Persia dan Asian tengah yang memeluk agama dari Timur Tengah duduk dalam birokrasi. Keadaan ini ditambah dengan keputusan pemerintah Yuan membuat Xuanzhengyuan (mengangkat para Lama dari Tibet menjadi pemimpin tertinggi agama Buddha di Tionggoan). Seorang kepala Lama yang beranama Wangli Lama memerintahkan membongkar kuburan keluarga raja-raja Sung, dan menggunakan harta dari kuburan itu untuk membangun kuil-kuil Buddha bagi kepentingan pendeta Lama.

Penempatan empat status social, pengangkatan para Lama dari Tibet menjadi pemimpin-pemimpin agama Buddha di seluruh Tionggoan, dan pembongkaran kuburan keluarga raja-raja dinasti Sung ini jelas-jelas memperlihatkan penghinaan yang luarbiasa terhadap suku Han. Di semua bidang kehidupan, dari pajak, militer, kepercayaan sampai soal ekonomi, orang Han mendapat perlakukan tidak lebih dari bangsa budak yang melayani kepentingan bangsa Mongol. Akibatnya, banyak pejabat-pejabat kerajaan dari kota besar sampai kecil mempraktekan politik perbudakan baik langsung ataupun tidak langsung. Orang-orang Selatan, terutama, dengan terang-terangan disebut sebagai masyarakat bawah yang kehilangan hak-haknya.

Meletuslah pembrontakan berdarah dan berskala besar dari kelompok pejuang rakyat, seperti organisasi rahasia Lotus Putih dan Turban Merah. Chu Yuan-Chang, pemimpin pembrontakan rakyat menungkalkan kaisar terakhir dinasti Mongol, Toghon Temur, yang dikenal sebagai kaisar Shun-ti.

Keberhasilan Chu Yuan-Chang, selain disebabkan semangat patriotisme suku Han bangkit secara hebat, sehingga ia bisa membentuk pasukan rakyat yang berani mati, ia juga diuntungkan oleh situasi alam di Tionggoan. Huang-ho (sungai kuning) menyebar bencana dimana-mana karena

Page 2: 8 Jurus Lingkaran Dewa

airnya meluap dan membawa banjir yang sangat dasyat. Banjir dari Huang-ho ini diperkuat dengan banjir hebat dari sungai-sungai Huai yang datang hampir bersamaan.

Kaisar Shun-ti (Toghon Temur) melarikan diri ke Mongolia dan mati di tahun 1370. Zhun Yuan-chang dan pasukan mendesak terus memasuki ibukota Peking, dan menghancurkan kekuasaan dinasti Yuan. Chu Yuan-chang mendirikan dinasti baru yang disebut dinasti Ming (Terang), dan ia menjadi kaisar pertama dengan gelar kaisar Hongwu (kepahlawan yang tidak berbatas)

Kaisar Hongwu membuat kota Nanjing yang berdekatan dengan sungai Yangzi sebagai ibukota dan memulihkan sistem birokrasi. Ia mencoba membangun pemerintahn yang baik namun dibawah satu kontrol dan satu kekuasaan tunggal yaitu kaisar. Semua pejabat sipil yang bekerja bagi dinasti Ming harus lulus ujian negara menurut ajaran Khong Hucu. Sekolah-sekolah rakyat dibangun dengan subsidi pemerintah.

Mulailah Tionggoan berada di bawah kekuasaan Tirani dari dinasti Ming. Kaisar Hongwu, membangun sistem militer yang kuat untuk terus menekan bangsa Mongol di utara yang mencoba banbgkit dan merebut kekuasaan. Ia merebut propinsi Yunnan dan menjadi daerah kekuasaan melebar luas dan dikenal sebagai Kemakmuran Tionggoan. I memerintahkan Song Li, seorang ahli bangunan, meneruskan pembangunan Kanal Besar.

Meniadakan jabatan perdana menteri, dan memulai sistem menteri kebiri (thaikam) adalah kesalahan terbesar dinasti Ming. Para thaikam ini menghuni sebagian gedung-gedung strategis di istana kerajaan. Kekuasaan mereka sangat besar dan sebagian besar menjadi sangat sewenang-wenang.

Setelah kaisar Hongwu meninggal, dan digantikan cucunya, kaisar Jianwen, mulailah Tionggoan berada dibawa kekuasaan diktator baru yang sangat kejam, para Thaikam.

Bab Sesudah: Chapter 2: Chin-shih lu (jalan batu dan tulang)

Chapter 2: Chin-shih lu (jalan batu dan tulang)

Bab » 8 JURUS LINGKARAN DEWA » Chapter 2: Chin-shih lu (jalan batu dan tulang)

Oleh PahlawanKapan 23 Maret 2007 9:35Bacaan 8 JURUS LINGKARAN DEWA Lihat 1.658

Bab Sebelum: CHAPTER 1 RUNTUHNYA DINASTI YUAN, LAHIRNYA DINASTI MING

Orang banyak berjubel-jubel mendatangi gedung pertunjukkan drama di kota Shian, propinsi Hubei, propinsi yang terletak di sebelah utara danau besar Dong Ting. Daerah ini terkenal sangat subur dan kaya hasil bumi. Dihuni oleh 95.6% suku Han, Tui Jia 3.7% dan Miao 0.4%.Tidak terlalu heran apabila orang datang dari pelbagai kota-kota kecil untuk nonton, sebab drama kali ini mempagelarkan karya seniman besar Wang Shifu (guru besar Wang). Drama yang diberi judul Hsi-hsiang chi (The Romance of the Western Chamber) mengisahkan percintaan antara seorang pemuda suku Han yang jatuh cinta kepada seorang gadis, yang rumahnya dekat kuil Budha, puteri keluarga kaya-raya. Ia berhasil menjalin cinta dengan dara itu melalui pengasuhnya. Pada saat mereka ketangkap basah sedang berdua di tepi sebuah kolam dekat kuil itu, orang tua si gadis menolak dengan tegas dan kasar hubungan cinta itu diteruskan. Mereka menuntut syarat si pemuda lulus ujian negara di bidang sastra yang diselenggarakan oleh pemerintah Yuan, baru diperkenankan mempersunting gadis itu. Banyak penonton dibuat trenyuh, namun juga tertantang untuk melihat sebuah kenyataan bahwa hidup adalah sebuah perjuangan.Di antara sekian banyak penonton, terdapat seorang kakek tua berambut putih dengan cucunya

Page 3: 8 Jurus Lingkaran Dewa

yang berumur sepuluh tahun, Zheng Yang Jing. Wajah kakek itu bersih, berwibawa karena matanya mengeluarkan sorot lembut yang menyejukkan hati. Perawakannya tinggi kurus dan mengenakan jubah sangat sederhana terbuat dari bahan katun. Sedangkan bocah itu memiliki bentuk kepala bulat telur, berdahi lebar gagah. Matanya bersinar lurus dan tajam menandahkan wataknya jujur, keras, dan penuh keberanian. Alisnya tebal membentuk golok. Perawakannya hampir sama dengan kakeknya, tetapi ia memiliki kelebihan yang cukup mencolok di bagian dada dan kakinya. Dadanya tegap dan serasi dengan bentuk kepalanya, dan diperlengkapi dengan jalinan tulang kaki yang tegap-lurus. Tidak ada yang istimewa dari kedua orang itu, mereka sangat sederhana, bersahaja, dan tidak memiliki apa-apa yang dibawah kecuali keranjang sayur."Mengapa Kong kong (kakek) memintaku melihat drama karya Wang Shifu?" Tanya si bocah kepada Kakeknya, Lie A Sang. "Jing Zhi (Anak Jing), Wang Shifu meninggalkan pesan rahasia dibalik karya seni yang ditulisnya di jaman dinasti Yuan (Boan/Mongol) itu. Perhatikanlah percakapan antara si pemuda dengan guru sastranya. Sang guru mengatakan, "Kata mengejar kalimat, kalimat merangkai syair. Di dalam syair tersembunyi udara, api, tanah, air, dan besi. Kadang-kadang lembut merayu, tetapi tidak jarang ia bergerak cepat dan dasyat, menyiram yang menyimpan ying. Mengatur keduanya, dan melepaskan bersama-sama seperti si Dewa Bongkok menanam sayur dan mencabut rumput."Jing Zhi, apkah kamu mengerti perkataan guru sastra itu? " Dahi si bocah nampak mengernyit, ia mencoba mengerti maksud perkataan itu. "Kongkong, Jing tidak bisa melihat sesuatu yang rahasia dalam perkataan itu. Sepertinya, Wang Shifu menjelaskan teori perpaduan unsur dari Zhu Xi, bahwa di dalam diri kita terdapat kekuatan dasyat yang melampaui keterbatan dan kelemahan kita." Jing Zhi, Zhu Xi mengajarkan kita bagaimana melatih kekuatan murni dari dalam, untuk mengubah kelemahan menjadi kekuatan, kelambatan menjadi kecepatan. Keduanya memang saling berhubungan, tetapi Wang Shifu membisikkan rahasia lain yang lebih dalam lagi, yaitu cara berjalan menurut Chin-shih lu (jalan batu dan tulang). Wang Shifu menulis karyanya dalam upaya menyadarkan bangsa Han untuk berjalan bersama-sama menggulingkan pemerintahan Yuan, namun di samping itu, ia menyelipkan sebuah rahasia yang ia peroleh dari kitab kecil tulisan seniwati sakti Zhao Ming Cheng, Chin-shih lu(Jalan batu dan tulang), sebelum ia mati terbunuh oleh pemerintahan Qin ratusan tahun yang lalu.Sambil berjalan meninggalkan tempat keramain itu, keduanya menuju sebuah kedai penjual bakmi di pinggir jalan kota Shian. Terdapat sepuluh meja dalam kedai itu. Mereka memilih duduk di pojok dekat jendela timur. Sambil menikmati bakmi pangsit, Lie A Sang kembali menjelaskan langkah rahasia Chin -shih lu. "Jing Zhi, jangan dikira Kongkongmu mengerti perkataan Wang Shifu setelah nonton drama itu." Kongkongmu ini menyelami rahasia itu karena mendiang Zhang Sanfeng Tai Shifu yang menjelaskan."Lie A Sang tidak menjelaskan lebih jauh, karena pada saat itu ia melihat delapan belas orang memasuki kedai. Mereka rata-rata membawa pedang di punggungnya dengan ronce kuning berbentuk bintang. Wajah mereka kotor dan penuh keringat, tampaknya mereka baru melakukan perjalanan panjang. Pelayan menyediakan sepuluh kati arak beruang putih yang dipesan mereka dan tigapuluh enam porsi bakmi."Ta Sheko, apakah Wudangpai mau menolong kita?" Aku benar-benar tidak yakin mengingat Chen ta shifu (guru besar chen) terkenal bertabiat sangat keras, dan tidak suka mengalah dalam hal apapun.

Bab Sesudah: Chapter 3: Lan Wu Po Huai Gu Ge (Halimun biru menghancurkan tulang)

Chapter 3: Lan Wu Po Huai Gu Ge (Halimun biru menghancurkan tulang)

Bab » 8 JURUS LINGKARAN DEWA » Chapter 3: Lan Wu Po Huai Gu Ge (Halimun biru menghancurkan tulang)

Oleh PahlawanKapan 28 Maret 2007 13:48Bacaan 8 JURUS LINGKARAN DEWA Lihat 1.560

Page 4: 8 Jurus Lingkaran Dewa

Bab Sebelum: Chapter 2: Chin-shih lu (jalan batu dan tulang)

Shi di (adik ke empat), “Chen ta shifu, ketua Wudangpai, memang beradat sangat keras, namun hatinya emas.” Perguruan kita mengharapkan pertolongannya, karena ia masih memiliki hubungan dekat dengan Shifu.

Siapakah delapan belas orang itu? Mengapa mereka sampai menempuh jarak yang begitu jauh dari utara untuk menjumpai Chen Sie Cin Ta Shifu, ketua Wudangpai? Ada peristiwa apakah di rimba persilatan?

Mereka adalah murid-murid perguruan Tien Shan Pai, dari gunung Tien San. Sebuah perguruan silat yang berada di dekat utara tembok besar, dekat kota Xinjiang, dekat perbatasan Turki. Banyak orang dari suku Uyghur. Pegunungan ini jauh menjulang ke atas membawa banyak misteri kehidupan. Bertentangga dekat dengan Kunlun Shan. Tien Shan Pai terkenal dengan kungfu tangan kosong dan tendangan Im dan Yang yang sangat termasyur di dunia persilatan pada masa itu.

Kungfu Tien Shan Pai menekankan alur harmoni antara kekuatan dan keluwesan dalam bergerak. Kombinasi pukulan tangan kosong dan tendangan, betul-betul telah mengguncangkan dunia persilatan. Apabila delapan belas orang itu bergerak bersama-sama, maka akan terbentuklah sebuah tin yang sukar dilawan. Setiap barisan mengandung satu unsur yang berbeda-beda. Inilah yang disebut lei bao bai dong di din (Barisan halilintar mengguncang bumi) ciptaan Shi De Yuan tai shifu (guru besar shi de yuan, bangzhu (ketua) Tien Shan Pai.

Mereka dipimpin oleh enam bersaudara, Shi Xing long, Shi Xing Lei, Shi De Qian, Shi Xing Zhang, Shi Xing Jian, dan Shi De Hu. Keenam bersaudara ini memiliki sifat-sifat kungfu yang berbeda-beda.

Tien Shan Pai sedang menghadapi malapetaka yang hebat. Tiga bulan sebelum perayaan musim semi, Shi De Yuan bangzhu didapati mati di depan lian bu thia. Tidak didapati bekas luka di tubuhnya. Tetapi yang mengherankan, Dari mata, hidung, dan telinga menguncurkan darah berwarnah biru tua. Isi dadanya ternyata hancur luluh dihantam oleh tenaga yang luar-biasa. Seseorang yang bisa membinasakan Shi Ta Shifu (guru besar Shi) dengan cara yang demikian, pasti memiliki kungfu yang sangat sukar diukur tinggi dan dalamnya. Dilihat dari permukaan lantai lian bu thia, yang kelihatan hanya dua pasang kaki yang bergerak menurut unsur sie ping ma (empat derajat kuda).

Shi Xing Long, murid utama Tien Shan Pai, berteriak,”Mei hoa quan … mei hoa quan … mei hoa quan (jurus membuka bunga mei hoa)!” Xing Long, berteriak dengan muka pucat pasi. Inilah jurus rahasia dan terakhir dari Tien Shan Pai. Mei hoa quan adalah sebuah jurus maut yang hanya dipergunakan apabila lawan diketahui memiliki kepandaian yang berlipat-lipat lebih tinggi. Membuka bunga berarti membuka jiwa, merenggut sukma. Diperkirakan Shi Bangzhu sadar bahwa lawannya kali ini memiliki kepandaian yang berlipat kali jauh lebih tinggi dari kungfunya. Maka ia mengambil keputusan menggunakan mei hoa quan dan menghendaki mati bersama-sama.

Keenam bersaudara itu menangis dengan hati yang hancur-luluh, “shifu …shifu…siapakah yang membunuhmu?” Shi De Hu yang paling dekat dengan gurunya, menjadi sangat penasaran dan marah. Sungguhpun demikian ia nampak berpikir dingin. Dengan teliti ia memperhatikan mayat gurunya. Tidak ada bekas luka memar, semuanya nampak bersih, Ia menjadi sangat penasaran. “Siapakah iblis itu? Gerakannya tidak meninggalkan bekas dan pukulannya seperti halimun meremukkan tulang…sungguh lihay.”Lan Wu Po Huai Gu Ge ….halimun biru penghancur tulang… sangat berbahaya.”

“Xing Long tako,” tanya De Qian. “Musuh Shifu kali ini adalah musuh yang sukar dilawan baik oleh Shifu sendiri apalagi oleh kita.” Apakah upaya kita untuk membalas dendam dan kepada

Page 5: 8 Jurus Lingkaran Dewa

siapa kita harus membalas dendam?” Xing Long hanya diam, karena ia tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Diantara sekian seratus delapan belas murid Tien Shan Pai, terdapat murid termuda. Ia berusia sepuluh tahun pada waktu Shi Bangzhu meninggal. Seorang dara yang lincah, cekatan, dan memiliki paras yang elok cemerlang. Tubuhnya tinggi lurus, dan dihiasi dengan bentuk pinggang yang ramping, gagah, dan nampak serasi dengan wajahnya yang segar. Dua buah kuncir selalu menjadi model rambutnya.

Hari ini ia nampak seperti sebuah pelita kehabisan minyak. Wajahnya pucat, dan air-mata mengucur deras tiada hentinya. “Kongkong …kongkong…kenapa meninggalkan Lie Sian?” Kongkong …jangan mati kongkong.” Kata-kata itu yang ia terus ucapkan sepanjang hari. Ia tidak pernah berpisah dari mayat Shi Banzhu barang sejenak. Seolah-olah ia ingin melengketkan tubuhnya dengan mayat itu.

Tengah malam, ketika para murid sudah banyak yang tertidur, Shi De Hu mendekati Coa Lie Sian. “Shimei, tidurlah … biarlah aku menjaga Shifu.” Tidak!... Lie Sian mau sama Kongkong! Shimei, apakah yang kamu lihat atau mendengar sesuatu sebelum Shifu meninggal?” “Hu koko (Kakak Hu) Kongkong berhadapan dengan seorang yang berdiri di luar itu dan mukanya menghadap kea rah tembok. Wajahnya tidak kelihatan.” Suaranya seperti burung hantu kelaparan. Ia mendesak Kongkong menyerahkan catatan Shen Ta lek ling quan (Gerakan Dewa memukul lonceng) milik laksamana Zhenghe (The Ho).” “Kongkong tampak terkejut, dan ia bertanya, “siapakah kamu?” Ia mendengus, “Lan Wu Po Huai Gu Ge, lan wu shen ling na qu lai (Halimun biru menghancurkan tulang, halimun biru merogoh sukma) …serahkan catatan itu! Tiba-tiba Kongkong bergerak sebanyak duabelas kali, sambil berteriak, “Tien shan shi er tui … zou xian fei chuei (dua belas tendangan Tien Shan … Bola baja terbang ke angkasa). Gerakan Shifu sangat cepat, dan aku tidak sanggup melihat gerakkan itu!” Tetapi, gerakan orang itu jauh lebih cepat lagi … tidak bersuara … berkelebat seperti halimun diterjang badai…dan dalam waktu sekejab mata, Kongkong sudah jatuh kembali di tempat semula, dengan telinga dan hidung mengalirkan darah biru.” Kongkong memintaku bersembunyi terus, apapun yang terjadi, ia melarangku keluar!”

Tiba-tiba aku mendengar lengkingan nyaring dari mulut Kongkong, “Mei hua quan …..!” Dan juga mendengar suara, shuut…des! Tubuh-tubuh Kongkong mencelat ke atas seperti sebuah piauw terbang yang jatuh dengan posisi bersilah.” Kongkong melancarkan satu gerakan terakhir, tapi orang itu sudah bergerak lebih dari dua belas jurus dalam tempo tidak kurang dari deheman kuda. Dan aku tidak melihat bayangan orang itu lagi.” Suasana menjadi hening. Aku mengigil sebab gerakan orang itu seperti setan halimun yang dingin dan cepat sekali.”

“Shimei, apakah kamu melihat ciri-ciri tubuh, suara, atau bau tertentu dari orang itu?” Tidak, Hu koko. Gerakannya ratusan kali lebih cepat dari gerakan Kongkong.” Lie Siang hanya mencium bau bunga siang. De Hu berpikir keras, namun ia tidak dapat memecahkan misteri kematian gurunya. Ia betul-betul terpukul dengan kenyataan ini. Shi Bangzhu adalah salah satu jago rimba persilatan yang sukar dicari tandingannya. Tetapi menghadapi setan misterius ini, hanya dalam satu gebrakan, gurunya sudah dapat dibinasakan. Begitu luar-biasa dan sangat mengerikan.

Kematian Bangzhu Tien Shan Pai ini dirahasiakan oleh para murid-muridnya. Mereka mengambil keputusan untuk melakukan penyelidikan. Maka berangkatlah mereka ke Selatan untuk melakukan penyelidikan.

Siapakah pembunuh misterius yang sangat lihai itu? Dan ada hubungan apa antara Shi De Yuan dengan laksamana ZhengHe. Rahasia apakah yang terdapat dibalik catatan Shen Ta lek ling quan? Mengapa Iblis biru itu sangat menghendaki catatan titipan laksaman ZhengHe (The Ho) itu?

Bab Sesudah: Chapter 3B: Telapak Tangan Buddha

Page 6: 8 Jurus Lingkaran Dewa

Chapter 3B: Telapak Tangan Buddha

Bab » 8 JURUS LINGKARAN DEWA » Chapter 3B: Telapak Tangan Buddha

Oleh PahlawanKapan 1 April 2007 11:39Bacaan 8 JURUS LINGKARAN DEWA Lihat 1.519

Bab Sebelum: Chapter 3: Lan Wu Po Huai Gu Ge (Halimun biru menghancurkan tulang)

Delapan belas pendekar Tien Shan makan bakmi tanpa banyak berbicara. Kemarahan, kesedihan, dan kegelisahan tampak jelas menghias wajah-wajah mereka. Kira-kira sepemanak nasi, Xing Long sudah berdiri dan mengajak para sidi (sute) nya berangkat. Tujuan mereka saat itu hanya satu, yaitu: Wudangpai.Selagi mereka hendak beranjak meninggalkan kedai itu, terdengar suara orang melantunkan syair dengan suara rendah dan nada penuh penyesalan. Suara itu begitu jelas sehingga dapat didengar oleh semua orang yang lagi makan bakmi.

Lahir dan tinggal di antara langit dan bumiMengasingkan diri jauh di UtaraMelatih Biao Bu Lian Huan Yuen Yiang TuiMerenungkan Xing Long guan Shandong QuanRahasia tetap bertapa di balik gunung, pengertian bersembunyi di balik awanBelum sempat menggunakan Leibao baidong di quanMei hua quan sudah mencurat ke depanSungguh sayang…sungguh sayang….Memeluk Shen Ta lek ling quan, jiwa dilepas melayang hilang

“Ha?! Syair itu … syair itu! Diakah pembunuh Shifu?”

Syair pendek yang diucapkan orang di luar pintu kedai itu selain menyebutkan ilmu rahasia Tien Shan Pai yang paling sulit, juga memberitahukan secara detail apa sesungguhnya yang terjadi di dalam tubuh partai Tien Shanpai. Biao Bu Lian Huan Yuen Yiang Tui adalah jurus tendangan berantai khas Tien Shan Pai. Memiliki daya serang yang mujijat, sebab ilmu ini didasarkan pada kekuatan hawa murni yang dipadukan dengan gerakan memeluk awan yang sangat masyur di jaman dinasti Han, Xing Long guan Shandong Quan (naga sakti membuka goa) lebih dasyat lagi. Jurus ini digerakkan dengan tubuh yang melengkung sejajar dengan bumi seperti naga terkurap. Kaki kanan dilonjorkan ke depan diikuti gerakan kedua tangan seperti Buddha menyembah. Kedua ilmu ini adalah ilmu pusaka peninggalan leluhur Shi De Yuan, ketua Tien Shan Pai. Kedua ilmu ini belum bisa dikuasai oleh Shi De Yuan, karena membutuhkan bakat yang luarbiasa hebat.

Wajah mereka diliputi keheranan besar mendengar nama ilmu pusaka perguruan disebut begitu rupa oleh orang luar. Selain itu mereka juga amat sangat terguncang, sebab syair itu dengan jelas sekali menjelaskan bahwa kematian Shi De Yuan Ta Shifu sudah tersebar di dunia persilatan. Bergegas mereka melompat keluar laksana rajawali mengejar mangsa. Dalam waktu sekejab mereka telah berdiri membentuk lei bao bai dong di din (Barisan halilintar mengguncang bumi).

“Silahkan tuan berbicara, kami delapanbelas pendekar Tien Shan mendengar!” seru Xing Long.

Mereka tidak menjumpai orang yang diharapkan pantas mengucapkan syair itu. Hanya seorang pengemis kotor sedang makan bakmi bersama seorang gadis cantik berusia limabelas tahun.

Shi Xing Lei, yang paling cepat naik darah berteriak, “Kalau tuan mempunyai urusan dengan kami, anak murid Tien Shan Pai, silahkan menampakkan diri, kami siap melayani!”

Page 7: 8 Jurus Lingkaran Dewa

“Menyombongkan diri hanya dengan mengandalkan barisan bebek, apa gunanya!” Tiba-tiba gadis itu berbicara. “Kamu benar cucuku, memang mereka tidak lebih dari tikus-tikus kecil yang hanya tahu dunianya sendiri! Gurunya saja tidak akan bersikap seperti itu dihadapanku, si pengemis kudisan!”

“Jahanam! Jadi kau yang mengucapkan syair itu untuk menghina Tien Shan Pai! Tanya Shi Xing Lei sengit. “Ho...ho…ho…apakah Din bebek ciptaan Shi De Yuan bisa bertahan dua jurus di hadapan pengemis kudisan! Hmm … ingin kulihat!”

“Jangan salahkan kami!” Xing Long menerjang kedepan. Namun sebelum kepalan tangannya kurang dua depah dari si pengemis itu, tubuh Xing Long sudah terlempar bagai dihempaskan angin topan.

“Hmm … Lau Fo Yikai Yun (Buddha Tua menghalau awan), siapakah pengemis ini” guman Lie A Sang. “Tenaga sinkangnya sudah mencapai taraf yang tinggi sekali!”

“Siapakah Lau qienbe (orang tua gagah), mengapakah engkau orang-tua menurunkan tangan jahat kepada kami!” Tanya De Hu penasaran, karena Shihing nya (kakak seperguruan) dijatuhkan hanya dengan segebrakan saja.

“Kalau ingin pergi dengan nyawa masih tinggal, serahkan Shen Ta lek ling quan kepada tuanmu! Ha … ha… ha…kalau tidak, ha…ha…ha… tuanmu akan sungkan untuk tidak mengambil nyawa tikusmu!”

“Shen Ta lek ling quan!” … Shen Ta lek ling quan!” … apakah yang dimaksud Shen Ta Lek Ling Quan peninggalan Shen Du, dari kuil Buddha Juesheng, utara ibukota Peking.” Jing Zhi, ingatkah kamu tentang cerita Shen Du menulis tigapuluhdua sutra pada Lonceng maha besar di kuil Buddha Juesheng?” Jing ingat Kongkong, Bukankah Shen Du tidak dapat meneruskan duabelas sutra yang menjelaskan tentang meditasi menghadap sang Buddha. Banyak orang-orang persilatan mencari catatan asli Shen Du untuk mendapatkan duabelas sutra yang hilang itu. Konon Shen Du mendapatkan teori menghimpun sinkang berdasarkan hukum suara yang diciptakan oleh Han Feizi dan dikembangkan oleh Li Si menjadi semacam chigong tingkat tinggi. Seratus tahun berikutnya, ilmu ini disempurnakan oleh Xunzi menjadi ilmu sejati yang disebut Jurus Dewa memukul lonceng, karena kekuatan pukulan itu mengalir seperti gelombang suara yang lembut tetapi mengeluarkan daya yang luarbiasa mujijat. Semacam perpaduan sinkang dan kiekhang yang disalurkan melalui suara. Suara itu bukan keluar dari mulutnya, tetapi dari gerakan tubuh, tangan, kaki, bahkan sekujur tubuhnya”

“Jing Zhi, apakah engkau memperhatikan gerakan tangan kanan pengemis tua itu menghantam dada pendekar Tien Shan tadi?” “Ya, kongkong. Itu Lau Fo Yikai Yun Ciptaan To Kak Siansu dari Bukit Menara Hijau di jaman dinasti Sung.” Tapi pengemis itu menggunakan gerakan kaki yang berbeda dari aslinya.”

“Kongkong, Jing ingat bahwa Zhang Shitai-gung (Mahaguru Tio Sam Hong) menyebutkan:

Langit terlihat seperti saljuAwan bergerak seperti danau apiTangan dewa bergerak memisahkan saljuKaki berputar membentuk sui lung shouzhang (kepalan naga air)

“Bagus! tepat sekali! Jing Zhi, engkau juga melihat itu. Gerakan kakinya seharusnya berlawanan dengan sifat hawa murni yang dikerahkan – ini yang dinamakan langit terlihat seperti salju. Apabila ia menggunakan biankun (tenaga lembek), maka gerakan kaki harus membentuk Yang shengshu (the vital principle of realising Yang) – Zhang Tai shifu menyebutkan sebagai awan bergerak seperti danau api. Apabila tangan kanannya membentuk Chun Tin Choi (kepalan mengarah ke langit), maka gerakan kaki harus membentuk Ying shengsu.”- Kaki berputar membentuk sui lung shouzhang.

Page 8: 8 Jurus Lingkaran Dewa

Delapanbelas pendekar Tien Shan telah bergerak membentuk lei bao bai dong di din mengurung si pengemis. Si pengemis hanya berdiri diam acuh-tak-acuh. Matanya masih tertuju kea rah bungkusan bakmi dan menikmatinya dengan sangat lahap. Si gadis yang berdiri di sampingnya juga menunjukkan sikap yang sama.

“Li Fong, cucuku, coba perhatikan kongkong mengalahkan delapanbelas tikus bandel ini hanya dengan satu jurus saja.! Coba terka, jurus apakah yang cocok untuk mengalahkan barisan bebek bandel ini!

Hmm …si gadis membalikkan kepalanya dan matanya ditujukan ke arah formasi barisan itu. Wajahnya yang putih bersih dihias dengan mata yang mencorong begitu tajam, berani, tapi juga nakal. Menandakan ia biasa memandang rendah orang lain. Rambutnya lebat itu terurai begitu saja tanpa perhiasan satupun menghias di kepalanya.

Tidak kurang dari sepeminuman the, ia tersenyum dan berkata kepada pengemis tua itu. “Kongkong, Fong yakin Shouzhang Fo qingchu Zhu (Telapak Buddha membersihkan bamboo) dapat memporak-porandakan formasi barisan itu dalam satu jurus!” Hore…betul khan Kongkong! Fong yakin…hi…hi..kali ini kongkong pasti akan memainkan Shouzhang Fo qingchu Zhu!”

“Li Fong, cucu sang raja, kecerdikanmu tidak kala dengan kecerdikan mendiang ibumu. Otakmu memang otak Qitien Dasheng (setara di surga, besar di tengah para dewa)!”

Setelah berkata begitu, tiba-tiba ia bergerak dengan kecepatan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata karena amat sangat cepat. Terdengar jeritan mengerikan keluar dari mulut delapan belas orang tersebut.

“Aduh…ouw…ahhh ai….!!! Tubuh delapanbelas orang itu beterbangan seperti daun kering kemudian jatuh dan menimbulkan suara gedebukan yang susul menyusul.

Tujuhbelas pendekar Tien Shan dalam waktu sekejab telah kehilangan lengan kanannya, kecuali lengan Shi De Hu. Dikutungi dengan tenaga yang dasyat seperti pisau belati. Darah mengucur deras dari masing-masing lengan yang kutung itu.

“Telapak tangan Buddha! Ilmu yang langkah dan luar-biasa! Siapakah pengemis ini? Hanya satu atau dua orang yang mampu menguasahi ilmu ini sampai tingkat tujuh. Konon ilmu ini diciptakan oleh Jan Teng Fo. Kungfu yang sangat powerful karena digerakkan oleh kekuatan tenaga murni yang terfocus pada satu titik. Daya tembusnya tidak kepalang tajamnya. Kedua buah telapak tangan membentuk sikap menyembah dan sambil melompat ke atas, tubuh berputar, dan ketika dekat dengan sasaran tiba-tiba kedua telapak tangan dikembangkan, yang satu menghantam, yang kedua menyerap hawa kekuatan lawannya. Konon, Jan Teng Fo melatihnya di dalam sebuah goa terletak di provinsi Guangdung, yang disebut Goa Seribu Buddha. Ia menuliskan seluruh teknik Telapak Tangan Buddha ini dalam selembar kertas kuno yang diselipkan menyatu dengan syair tulisan seorang pujangga yang hidup dijaman dinasti Sung. Para ahli wushu di dunia persilatan saling berebut ilmu hebat ini, namun sejauh ini tidak satu orangpun yang dapat menemukan tulisan asli Jan Teng Fo. Ilmu telapak Tangan Buddha yang pernah mengguncangkan dunia persilatan di jaman dinasti Sung itu bersumber dari Zhang Guolao dan Han Xianzi dari biara Shaolin di provinsi Fujian. Sebelum Jan Teng Fo mati, ia menggunakan jurus Telapak Tangan Buddha ini untuk menggempur Iblis Awan Api. Kemudian jurus ini dikabarkan hilang dari dunia persilatan.”

Siapakah pengemis tua ini? Ilmunya berasal dari aliran putih, namun mengapa ia memiliki jiwa yang begitu kejam dan jahat?” Sungguh sangat berbahaya!” Lie A Sang berpikir keras dan mencoba menerka identitas si pengemis sakti tapi ganas ini.

Page 9: 8 Jurus Lingkaran Dewa

“Shihing, kita harus mengadu jiwa dengan si keparat itu!” seru Shi Xing Lei penasaran. “Lei Ti, kita bukan tandingan orang itu. Ilmunya sangat dasyat” Guru kita pun tidak akan sanggup berbuat seperti itu. Kita tunggu saja perkembangannya, apa yang hendak ia lakukan terhadap kita.”

“Ayo, serahkan Shen Ta Lek Ling Quan! Kuhitung sampai sepuluh hitungan, jika tidak diserahkan, kalian harus menyerahkan nyawa tikusmu!”

“Kami tidak tahu menahu dengan Shen Ta Lek Ling Quan, apa yang harus kami serahkan! Kalau mau bunuh cepat bunuh, siapa takut mati!”

“Tunggu Kongkong, sekarang giliranku memberikan hajaran!” Hayo, tikus-tikus Tien Shan, majukan jagomu untuk melawanku, siapa saja. Jika ia menang dalam tiga jurus, maka kalian semua boleh pergi dengan dengan bebas, kalau tidak serahkan Shen Ta Lek Ling Quan atau mati! Seru Li Fong, gadis berumur limabelas tahun, dengan suara ketus.”

Lie A Sang berpikir, “Gadis ini masih sangat muda, tetapi ia telah memiliki kepercayaan diri yang besar dan memiliki gerakan mantap dan lincah. Ia pasti memiliki kepandaian yang tidak boleh dipandang enteng.”

Lie A Sang berkata lirih di telinga Yang Jing, “Jing Zhi, perhatikan gerakan gadis itu dengan baik, ingat baik-baik pula gerakan tangan dari Buddha menghalau Awan dan Shouzhang Fo qingchu Zhu (Telapak Buddha membersihkan bamboo), dari si pengemis tua itu, walaupun engkau tidak perlu menaruh perhatian mendalam pada gerakkan kakinya. Nanti waktu kita kembali ke Wudangshan, kita bicarakan dan membandingkan dengan catatan kecil Zhang Sanfeng Ta Shifu.”

Li Fong berdiri bertolak pinggang di hadapan delapan belas pendekar Tien shan. Matanya dimainkan nakal sambil cengar-cengir menggodah.“Ayo, majukan jagomu! Nonamu minta pelajaran, bisa satu, dua, tiga, atau semuanya maju, aku tidak peduli. Kujamin, dalam tiga jurus saja, jagomu keok!”

Delapan belas orang itu saling pandang satu sama lain. Xing Long berkata kepada De Hu: “Hu di, hanya kamu yang masih memiliki tangan lengkap, bersediakah kamu maju mewakili kita semua!” Baik, da shihing (Kakak seperguruan tertua)!”

Shi De Hu memiliki empat ilmu yang menjadi ciri khasnya:Tienshan Mizong Quan (Jurus mengacau awan dari Tienshan), Tien Shan Damo Quan (Gerakan bodishatva), yang ketiga adalah Paihu zhiu dui Quan (sembilan tendangan harimau putih), dan yang terakhir adalah Tienshan Luohanquan (Gerakan Lohan Tienshan). Sebenarnya, disamping Coa Lie Sian, cucu terkasih ketua Tien Shanpai, De Hu adalah murid yang paling pandai dan berbakat baik yang pernah dimiliki oleh Tien Shanpai. Ia telah menguasahi hampir semua kepandaian gurunya. Pemuda gagah, yang memiliki wajah seorang pahlawan tulen, jantan, dan tidak mengenal arti takut atau mundur terhadap siapapun.

Sekali lompat, ia telah berhadapan dengan Li Fong. “silahkan nona memulai,” katanya lirih. Li Fong memandang pemuda berusia delapanbelas tahun yang berdiri gagah di hadapannya, dengan pandangan memandang rendah tetapi juga kagum. “Apakah kamu akan maju seorang diri melawanku?” tanyanya.

“silahkan nona memulai, aku sudah siap!” kata De Hu dengan suara datar. “Jaga seranganku!” teriak Li Fong. Ia melancarkan jurus yang dilihat sangat aneh oleh De Hu. Kaki kanannya ditekuk seperti bangau, sedangkan kedua tangannya membentuk sikap seperti menyembah. Tubuhnya berdiri lurus membentuk sudut sembilanpuluh derajat dengan bumi.Belum habis suara teriakannya, De Hu sudah merasakan himpitan tenaga dasyat memancar keluar dari empat penjuru tubuh gadis dan mengarah ke bagian dadanya. De Hu mencoba menghindar dengan gerakan Tienshan luohanquan, sambil melancarkan pukulan balasan dengan tenaga sinkang sekuatnya. Tetapi kekuatan ilmu gadis itu telah menguasihi sembilan bagian pusat

Page 10: 8 Jurus Lingkaran Dewa

penggerak hawa murni di tubuhnya. Tiba-tiba ia merasakan tubuhnya menjadi tidak terkontrol lagi, dan hawa murninya menjadi buyar begitu saja. Tubuhnya terguncang hebat sekali, namun ia tidak mau menyerah begitu saja. Dalam saat yang kritis, ia cepat melepaskan seluruh sinkangnya, dan mengosongkan dirinya. Dalam waktu kurang dari tiga detik, De Hu sudah dapat menguasahi lagi sinkangnya dan dengan cepat ia melancarkan Paihu zhiu dui. Lagi-lagi serangannya berhenti di udara, karena secara tiba-tiba si gadis melompat tinggi, dan menukik dengan kedua kepalan dikembangkan untuk menghantam dirinya. Gerakannya cepat sekal, dan tenaga saktinya melabrak hawa murni di semua bagian tubuh De Hu. Karuan saja De Hu kelabakan, dan tubunya terbanting hampir delapan kali jauh dari hadapan Li Fong.

Yang Jing memperhatikan dengan seksama, “ Wow … inikah Fo wan yangliu (Buddha bermain yangliu), jurus ketujuh Telapak Tangan Buddha! Betul-betul lihai dan dasyat!” Nona itu jelas dapat sekali pukul mengambil nyawa De Hu, tapi ia sengaja tidak ingin menyudahi perkalian dengan darah. Hebat …hebat…!” Gumam Yang Jing berkali-kali.

“Fong Zhi, jangan main-main, habisi dia dengan cepat!” kata si pengemis tua itu.

Li Fong memandang De Hu sambil tersenyum seperti harimau mempermainkan kelinci dalam terkamannya. “Bagaimana, apakah kamu mau mengaku kalah?” “sebelum jiwa melayang meninggalkan tubuhku, jangan berharap aku akan mengaku kalah!” kata De Hu kalem.“Jaga seranganku, Nona! “ De hu bergerak dengan jurus Tienshan Mizong Quan di tangan kanan, Tien Shan Damo Quan di tangan kiri. Kedua ilmu murni peninggalan nenek moyang Tien Shanpai dimainkan dengan baik sekali oleh De Hu. Gerakan tangan kanannya mengeluarkan suara berciutan, sedangkan tangan kirinya membentuk lingkaran besar-kecil seolah tidak mengeluarkan tenaga, kosong. Tapi jangan dipikir tangan kiri itu lebih ringan dari tangan kanan, sebab justru tangan kiri inilah yang amat berbahaya. De Hu adalah satu-satunya orang Tien Shanpai yang bisa memainkan kedua jurus ini dalam saat yang bersamaan. Kelihaiannya tidak dapat diragukan lagi.

Li Fong sadar bahwa dirinya sedang dikepung oleh dua ilmu yang memiliki sifat berbeda. Satu bersifat menghancurkan, sedangkan yang lain meremukkan dari dalam. Serangan De Hu bergerak cepat dan bertubi-tubi. Serangannya ditujukan ke jalan darah terpenting di tubuh Li Fong. Li Fong sejenak terpanah oleh serangan ini. Tapi itu hanya dalam tempo sejenak, ia sudah bereaksi dengan jurus baru untuk mengatasi serangan De Hu, dan sekaligus melancarkan serangan balasan.

Kali ini ia bergerak seperti orang menari, sambil tangannya bergoyang membentuk segitiga. Begitu lembut dan nampak tidak memiliki bobot. Sambil menari begitu rupa, ia memapaki serangan De Gu, terdengar suara, “blaar!” yang memekakan telinga. Dan …tubuh De Hu terlempar hampir tujuh kaki dari tempat pertempuran. Tampak darah mengucur dari dari mulutnya. Ia terluka di bagian dalam tubuhnya karena guncangan hawa sakti yang membalik menghantam dirinya sendiri. Inilah keistimewaan ilmu gadis itu, menggunakan tenaga lembut dan kosong untuk membungkus tenaga lawan, setelah itu membalikkan seluruh tenaga itu ditambahkan dengan kecepatan dorongan yang menghasilkan tenaga sentripetal yang sulit dibendung oleh De Hu.

Tubuh De Hu terlempar jauh dekat tempat di mana Yang Jing berdiri bersama kongkongnya. Yang Jing memegang tangannya, sambil berbisik, “Ta Ko, serang bagian kaki kirinya dengan menggunakan Paihu zhiu dui Quan, jangan biarkan tubuhmu berdiri sejajar dengan lengannya, usahakan tekuk tubuhmu serendah mungkin sejajar dengan bumi. Gunakan tenaga mendorong dari Tien Shan Damo Quan di tangan kanan, kemudian jalankan jurus Tienshan Mizong Quan di tangan kiri, cuma jangan merubah pole bergerak. Biarlah ia menduga bahwa tangan kiri memiliki tenaga Tien Shan Damo Quan.”

De Hu menoleh ke arah Yang Jing sambil tersenyum, “terima kasih Siau ti (adik kecil).”Dengan darah masih meleleh dari mulutnya De Hu maju lagi ke depan. Ia menatap tajam mata Li Fong yang masih tersenyum-senyum. “Masih belum mengaku kalah?” De Hu berkata halus,

Page 11: 8 Jurus Lingkaran Dewa

“Nona, engkau sungguh sangat lihai. Kuakui dengan jujur bahwa aku bukan tandinganmu. Sungguhpun demikian, aku harus bisa bertahan sampai tiga jurus demi melepaskan jiwa saudara-saudaraku dari cengkraman tangan kakekmu. Aku berharap Nona tidak akan menjilat lagi ludah sendiri!” Lidahku tidak akan terlepas liar seperti seekor ular, sekali berbicara, tidak mungkin aku mengingkarinya!” Sekali ini, apabila engkau tidak menyerah kalah, jurus ketiga ini mungkin akan menamatkan riwayat hidupmu.” Kata Li Fong dengan suara dingin.

Sementara itu saudara seperguruan De Hu tampak cemas sekali melihat kedasyatan ilmu cucu pengemis tua itu. Xing Long menatap wajah adik seperguruan yang sangat ia kasihi dengan pandangan yang berkaca-kaca. Xing Long tidak pernah menangis dalam keadaan yang paling mengenaskan sekalipun. Tapi kali ini, ia merasa sangat kuatir akan nasib De Hu. “Hu di … oh Hu di.”“Mari Nona, aku sudah siap.” Li Fong berdiri tegak dengan tangan kiri menghadap ke langit, sedangkan tangan kanannya berada di dadanya dengan telapak tangan sejajar dengan telapak tangan kirinya. De Hu terpesona dengan cara bersilat Li Fong, begitu gagah seperti Lohan menerjang pintu penguji kungfu sejati.

“Awas serangan!” Li Fong mulai membuka serangannya. Terdengar suara bergulung-gulung mengarah tujuhpuluh dua titik li hua shuang jian (buah pear sepasang pedang), yaitu titik-titik jalan darah yang paling berbahaya di tubuh De Hu. Sekali tersentuh dengan ilmu serangan itu, tamatlah riwayat De Hu.

De Hu segera tidak berlaku ayal lagi, tubuhnya ditelungkupkan seperti seekor naga mengintai mangsanya, dan tiba-tiba melesat menyerang kaki sebelah kiri Li Fong. Tangan kanan bersilat Tien Shan Damo Quan, tangan kiri berkibar-kibar mengerahkan sinkang Tienshan Mizong Quan. “Aih…” Li Fong kelabakan ketika diserang secara demikian. Dia sangat terkejut, namun sudah sangat terlambat ketika tangan kanan De Hu yang berisi tenaga sakti Tien Shan Damo Quan kena menutul lutut kirinya. Karuan saja ia berteriak kesakitan, “Aduh …”

Seusai melancarkan serangan “aneh” itu, De Hu berteriak, “Sudah tiga jurus, silahkan nona beristirahat!” Li Fong berdiri dengan muka merah padam menahan hawa amarah dan malu yang mulai mewarnai wajahnya.

Tiba-tiba terdengar suara berciutan menerobos ke arah jantung De Hu. Karuan Li Fong berteriak dengan suara nyaring, “Kongkong jangan bunuh dia!”

Si Pengemis tua tidak menghentikan serangannya, suara berciutan seperti tikus tercepit itu berhenti. Ketika semua orang memandang ke arah De Hu, darah mengucur deras dari tangan kirinya. De Hu telah kehilangan tangan kirinya dalam waktu sekejab saja.

“Shouzhang fo xiao To shu (Jurus buddha memotong pohon To), Telapak tangan Buddha tingkat lima. Pengemis itu berdarah dingin, sangat kejam, tapi ilmunya memang sudah mencapai taraf yang tinggi sekali.” Lie A Sang bertanya dalam hatinya, “siapakah dia ini sesungguhnya?” Pakaiannya seperti pengemis, tapi sikapnya seperti pembesar di istana kaisar, sungguh mengherankan!”

Bab Sesudah: Chapter 3C: Pengemis Sakti Tangan Kilat

Chapter 3C: Pengemis Sakti Tangan Kilat

Bab » 8 JURUS LINGKARAN DEWA » Chapter 3C: Pengemis Sakti Tangan Kilat

Oleh PahlawanKapan 9 April 2007 11:52Bacaan 8 JURUS LINGKARAN DEWA Lihat 1.513

Page 12: 8 Jurus Lingkaran Dewa

Bab Sebelum: Chapter 3B: Telapak Tangan Buddha

“Kongkong, mari kita pergi!” kata Li Fong singkat. Wajahnya menunjukkan rasa sedih yang mendalam, dahinya berkernyit, entah apa yang sedang dipikirkannya dan perasaan apa yang bergejolak di hatinya. Tetapi terdapat sedikit keanehan pada sinar matanya. Sinarnya matanya menunjukkan perasaan sebentar sedih namun di satu saat yang lain terbersit perasaan gembira. Benar-benar gadis yang aneh.

Perlahan-lahan pengemis tua dan cucunya meninggalkan tempat itu. Suasana menjadi sunyi senyap, semuanya merasa sangat takjub dan gentar melihat kedasyatan ilmu pengemis tua dan cucunya itu.

“Jing Zhi, coba bagikan bubuk obat kita kepada delapanbelas pendekar Tien Shan itu, mudah-mudahan dapat menolong mengurangi rasa sakit dan mempercepat kesembuhan luka pada lengan mereka.” Lie A Sang mengeluarkan sebuah cepuk obat berwarna merah tua dan dibantu oleh Yang Jing menolong para pendekar yang terluka itu.

Yang Jing mendekati De Hu, “Hu Ta Ko, bagaimana lenganmu? Obat ini cukup baik untuk menghentikan aliran darah dan memunahkan racun.” Siau di (Adik kecil), terima kasih atas petunjuknya.” Wajah De Hu memperlihatkan rasa heran dan kagum melihat bocah berusia sepuluh tahun tapi mampu memberikan nasihat sebagai seorang ahli. “Bolehkah kutahu namamu?” “Zheng Yang Jing.” Jawabnya singkat.

Kelima saudara De Hu, Xing long, Xing Lei, De Qian, Xing Zhang, dan Xing Jian datang mendekati De Hu.“Hu di, kamu hebat sekali!” Jurusmu yang terakhir mengingatkanku pada cerita mendiang shifu tentang ilmu Xing Long guan Shandong Quan (naga sakti membuka goa) yang menurut cerita shifu harus dengan posisi tubuh yang melengkung sejajar dengan bumi bagai naga terkurap, seperti yang kamu perlihatkan tadi. Kemudian menurut legendanya, kaki kanan harus dilonjorkan ke depan diikuti gerakan kedua tangan seperti Buddha menyembah.”

“Hu Di, apakah itu jurus Xing Long Guan Shandong quan?” Dari siapakah kau mempelajarinya?”

De Hu menjadi sangat terheran-heran. Tiba-tiba pandangannya ditujukan kepada Yang Jing yang masih asyik menolong yang lain. Kelima saudaranya mengikuti arah pandangan mata Hu Di tertuju.

“Ada apakah dengan anak itu?” tanya De Qian. De Hu diam saja, tetapi bibirnya berbisik lirih, “anak itu yang memberi petunjuk bagaimana aku harus menyerang si nona lihai tadi.” Apakah ia menguasahi Xing Long Guan Shandong Quan? Sungguh mengherankan!” “Pada waktu aku terlembar karena hempasan tenaga sakti dari Nona itu, kebetulan aku jatuh di tempat ia berdiri di samping Kakeknya. Tangannya diulurkan dan menolongku berdiri. Saat itulah ia berbisik-bisik memberi petunjuk agar aku menyerang kaki kiri Nona itu dengan posisi, pukulan tangan kiri, dan kanan seperti yang kalian lihat tadi.”

Kelima saudara De Hu menjadi keheranan dan sukar mempercayai keterangannya. Di mata mereka semua. bocah itu tampak sederhana sekali, sopan, dan tampak baik hatinya, dan tidak ada yang istimewa. Memang jelas ia adalah bocah yang cerdas otaknya, namun sepandai-pandai seorang, ia tetap adalah seorang anak, bagaimana mungkin ia memberi nasihat gerakan silat yang nampak cocok dengan dongeng yang diceritakan oleh Guru Besar Shi Du Yuan, yaitu ilmu rahasia Tien Shanpai, Xing Long Guan Shandong Quan?” Siapakh gerangan anak kecil ini?” Apakah ia memiliki hubungan khusus dengan Tein Shanpai?” Banyak pertanyaan berkecamuk di dalam benak para murid Tien Shanpai.

Setelah selesai membubuhi obat pada tangan delapanbelas pendekar Tien Shan itu, Lie A Sang mendekati keenam saudara itu, “Kalau boleh tahu kemanakah tujuan saudara-saudara?” Kami

Page 13: 8 Jurus Lingkaran Dewa

hendak ke Wudangpai.” Kata Xing Zhang. Lie A Sang tidak bertanya maksud dan tujuan mereka ke Wudangpai, ia hanya bertanya, “Apakah saudara-saudara memiliki hubungan khusus dengan Wudangpai?” “Kami hendak memberitahukan sebuah peristiwa besar dan menyedihkan yang terjadi di dalam tubuh partai kami, Tien Shanpai, kepada ketua Wudangpai. Dapatkah paman menunjukkan jalan yang tercepat menuju ke sana mengingat keadaan kami yang perlu menyembuhkan luka-luka?”

Lie A Sang berpikir sejenak, kemudian ia berkata: “Marilah berangkat bersama kami, kebetulan kami hendak pulang, biren (aku yang rendah) dan cucuku berasal dari Wudangpai.”Sejenak mereka ragu-ragu. De Hu mendekati Lie A Sang, “Lie pek-pek, apakah kami sedang berhadapan dengan salah seorang shifu dan murid Wudangpai?” Lie A Sang tersenyum, “Shi De Hu ta shi (Pendekar besar shi De Hu), kami hanyalah penjaga kuburan keluarga Wudangpai, bukan seorang shifu.”

Siapakah gerangan pegemis tua yang lihai dan cucunya itu? Mengapa ia menginginkan Shen Ta lek ling quan, titipan laksana Zheng He itu?Pengemis tua ini bukan sembarang orang. Ia menjadi pengemis bukan karena ia miskin dan tidak memiliki apa-apa, sama sekali bukan kerena demikian. Apabila orang kangouw mengerti siapa sebenarnya pengemis lihai ini, banyak orang akan sangat terperanjat.Ia memiliki gedung besar di Yingtianfu atau Nanjing, di provinsi Jiangsu, dekat pantai Laut Kuning. Isi dalam gedungnya tidak kalah dengan istana kaisar sendiri. Sembilan puluh tujuh dayang bekerja di dalam gedung dan sembilan puluh tujuh bekerja di kebun, kantor-kantor, dan keamanan. Gedung ini milik seorang pembesar dinasti Ming, yaitu Hsing Ta Siung, putera tunggal pangeran Hsing Yi Tung. Pangeran ini masih paman dari kaisar Zheng Cu atau lebih dikenal dengan julukan kaisar Yong Le (artinya: kebahagiaan yang kekal).

Sebenarnya, walaupun orang tidak mengenal secara jelas asal-usul keluarga Hsing ini, namun setelah Kaisar Yongle memindahkan ibukota negara dari Yingtianfu (Nanjing) ke Jingshi (Peking), kota Nanjing berada dalam kekuasaan keluarga Hsing.Keberadaannya tidak begitu dikenal oleh orang banyak, karena ia lebih tertarik di bidang sastra daripada soal-soal politik. Koleksi kitab-kitab dari berbagai dinasti, penulis-penulis terkenal, dan dari berbagai macam ilmu menjadi pemandangan utama di ruangan khusus yang tidak pernah dimasuki oleh orang lain kecuali keluarganya.Tidak ada seorangpun yang mengetahui bahwa di antara koleksi kitab-kitabnya itu terdapat banyak salinan kitab yang ditulisnya sendiri, yang terdiri dari kitab-kitab ilmu silat tingkat tinggi. Kitab-kitab itu ia dapatkan dari seorang pujangga istana, Belharya Yong. Ia seorang Nepal yang sangat dalam pengetahuannya soal kitab-kitab kuno peninggalan dinasti Han, Tang, dan Sung. Pangeran Hsing Yi Tung inilah yang kita kenal sebagai pengemis tua lihai itu. Orang-orang pandai di dunia kangouw memberi julukan kepadanya sebagai Pengemis sakti tangan kilat.

Sejak usia limabelas tahun, Yi Tung telah bergaul akrab dengan kitab-kitab yang ia salin itu. Melatihnya di bawah petunjuk Belharya, sehingga tanpa sepengetahuan tokoh-tokoh dunia persilatan, ia telah menjatuhkan satu persatu tokoh-tokoh kenamaan dari golongan hitam dan putih. Kemunculannya bukan sebagai pangeran Hsing Yi Tung, tetapi sebagai pengemis aneh dengan ilmu tangan kosongnya yang sangat dasyat.

Pengemis sakti ini memiliki putera satu-satunya dari seorang istri keturunan Buthan, Pangeran Hsing Ta Siung. Ilmu silatnya lihai sekali, kerena ia mewarisi sebagian besar dari ilmu ayahnya. Tetapi bakatnya di bidang ilmu perang tidak bisa dipandang remeh. Pangeran inilah yang memberikan nasihat kepada Kaisar Yongle untuk mengadakan hubungan antar negara, sehingga mengutus Zhenghe (The Ho) menjadi laksamana angkatan laut untuk melakukan ekpedisi ke pelbagai negara. Mengubah fungsi para thaikam menjadi pejabat mata-mata yang bekerja untuk memberi informasi politik kepada kaisar. Ia seorang pejabat negara yang luarbiasa cerdik, ahli strategy dan siasat politik dan perang yang jempolan.Namun yang patut disayangkan ialah, ia memiliki ambisi yang tidak pernah padam untuk menjatuhkan kaisar Yongle dan menguasahi kekuasaan. Banyak datuk-datuk dunia persilatan bekerja dibawahnya, tetapi mereka tidak pernah mengenal dia.

Page 14: 8 Jurus Lingkaran Dewa

“Fong zhi, mengapa kamu nampak sedih setelah pertempuran di kota Shian. Apakah engkau masih mendendam kepada Shi De Hu? Kalau memang begitu, kita balik dan bunuh saja pemuda itu, ayo!” Pengemis ini segera menarik tangan Li Fong untuk balik ke arah Utara. “Fong tidak mau balik ke sana Kongkong! Fong juga tidak mau mengandalkan Kongkong untuk mengempur Shi De Hu.” “Lantas mengapa engkau tampak sering melamun dan bersedih hati?“

“Ilmu silat apakah yang dimainkan oleh dia waktu menjatuhkanku, Fong ingin tahu.” Gerakan gesit seperti naga yang mengintai mangsanya. Fong belum sempat berpikir, tahu-tahu cengkeraman jari-jari tangan kanannya telah membuyarkan sinkangku dan membuatku terjungkal!” “Sungguh penasaran … sungguh penasaran!” Kata Li Fong berkali-kali.“Fong zhi, kongkongmu ini sudah mengenal dengan baik ilmu silat gurunya, Shi De Yuan. Ilmu silatnya tinggi sekali, terutama, ilmu silat tangan kosongnya. Namun aku masih bisa menjatuhkan gurunya dalam waktu kurang dari tujuhpuluh jurus. Sedangkan jurus terakhir yang dipakai oleh pemuda itu tidak pernah kulihat. Gerakkannya lihai dan tidak bisa ditebak, sangat cepat, dan menyembunyikan gelombang tenaga yang bergulung-gulung.” Ilmu apakah itu, kongkongmu juga belum tahu persis.”

“Menurut catatan sejarah, dari kalangan partai Tien Shanpai, pernah muncul seorang pendekar yang sepak-terjangnya sangat luar-biasa. Konon ilmu silatnya seperti gerakan naga menggugah perut bumi. Pada waktu itu, tidak pernah didengar ada seorang yang dapat mengalahkannya. Konon juga, ilmu itu tiba-tiba menghilang dari dunia persilatan, dan tidak ada satu orangpun dari Tien Shanpai yang mewarisi ilmu pendekar itu.” Kongkongmu ini tidak yakin kalau Dehu bisa menguasahi ilmu pendekar Tien Shan itu.”

“Kongkong, apakah Shouzhang Fo kita tidak sanggup merobohkan ilmu itu?” Fong zhi, Shouzhang Fo itu berdasarkan pada ajaran Buddha, sedangkan ilmu murni Tien Shanpai bersumber dari agama Tao. Ilmu yang digunakan oleh De Hu itu, kalau kongkong tidak salah duga, bersumber dari pendekar Tien Shan yang dikabarkan telah musnah itu.” Kalau itu memang benar, maka ilmu itu juga bersumber dari ajaran Tao. Ajaran Buddha dan Tao tidak pernah saling bertentangan, namun saling melengkapi. Apabila kedua ilmu ini telah mencapai titik yang paling sempurna, dan kemudian disatukan, maka terciptalah sebuah ilmu yang susah dikalahkan. Namun apabila kedua ilmu ini dipertentangkan, maka keduanya akan saling memusnahkan.”

“Kongkong, bagaimana gabungan kedua ilmu ini bila dibandingkan dengan Shen Ta lek ling quan?” Tanya Li Fong. Shen ta lek ling quan memiliki sifat dan unsur yang sangat berbeda dengan kedua ilmu yang Kongkong sebutkan tadi. Shen ta lek ling quan diciptakan berdasarkan perpaduan antara sinkang dan kiekhang. Pada saat kita bertempur dengan ilmu ini, suara-suara yang keluar dari gerakan apa saja yang muncul dari ilmu silatmu, asal itu digerakkan oleh sinkang, akan menyatu dengan ilmu ini untuk kemudian bisa dipakai sebagai senjata untuk menaklukkan ilmu yang kau gunakan.” Ilmu yang disempurnakan tokoh dongeng, Xunzi, ini luarbiasa mujijat.” Kongkongmu tidak tahu bagaimana apabila ilmu pendekar Tien shan digabungkan dengan Shouzhang Fo akan dapat menaklukkan Shen ta lek ling quan! Hmm … aku betul-betul tidak tahu… akan sangat dasyat jadinya!” Pengemis sakti ini menengadakan kepalanya ke atas, seolah-olah ia bertanya kepada langit untuk mencari jawaban pertanyaan Hsing Li Fong itu.

“Sudahlah, Fong zhi, marilah kita cepat menuju kotaraja Peking, untuk bertemu dengan dan ibumu.” “Kongkong, Fong tidak ingin pulang ke Peking pada saat ini. Fong tidak suka kota raja Peking, dan Fong juga tidak menyukai pekerjaan Ayah!”“Fong zhi, ayah dan ibumu sangat merindukanmu, mereka memintaku untuk mengantarmu ke Peking di musim semi tahun ini.” Sudahlah, jangan banyak rewel mari kita berangkat!” Setelah mengantarmu, Kongkong mau pergi ke utara, ke markas Tien Shanpai.”“Kongkong, kalau kongkong ke utara, Fong harus ikut!” Mengapa begitu?” tanya si kakek. “Fong juga ingin ke Tien shanpai!” “aya…gadis kepala batu! Tidak anak, tidak cucu, sama saja!”

Hsing Yi Tung mengerti apabila cucunya sudah mengambil sikap demikian, biarpun kaisar sendiri yang berbicara, tidak akan ia mau mengalah.

Page 15: 8 Jurus Lingkaran Dewa

Wudang Shan (Butongsan) adalah sebuah gunung yang terletak di propinsi Hubei, selatan kota Shian Tiongkok Tengah. Memiliki banyak pegungan dengan sediment yang berbeda-beda. Dengan ketinggian 3061 meter dari permukaan air laut, gunung ini tampak sombong menjulang tinggi membawa kegaiban penuh misteri yang sulit ditembus oleh alam pikiran manusia.Wudangshan sangat kaya tanaman obat. Terdapat paling sedikit enamratus jenis tanaman obat tumbuh di sini. Hampir sepertiga bagian obat-obatan di Tiongguan ditemukan dengan mudah di Wudangshan, sehingga gunung ini seperti toko obat alam yang tidak pernah kehabisan daun, akar, buah, dan kulit pohon untuk obat.

Puncak-puncak gunung ini menjulang bagaikan bayangan dewa bermain di angkasa yang berjubah salju abadi. Puncak yang tertinggi mencapai 3000 meter dari permukaan air laut, ynag dikenal orang sebagai puncak Tianzhu. Ia berdiri menjulang seperti tuguh yang menopang langit, teguh, kokoh, dan tidak tersentuh tangan manusia. Terdapat banyak kuil-kuil agama Tao kuno yang dibangun oleh pelbagai dynasti. Pegunungan ini memiliki tujuhpuluh dua puncak, tigapuluh enam ngarai dari batu-batu, dan duapuluh empat aliran sungai.

Di salah satu puncaknya terdapat sebuah kelenteng kecil yang dibangun pada masa dinasti Yuan (Dinasti Boan). Banyak orang berpendapat bahwa itu adalah sebuah kuil biasa. Sesungguhya kuil kecil itu adalah sebuah makam pendiri Wudang Pai, Zhang Sanfeng (Tio Sam Hong).

Jika diperhatikan dengan lebih teliti, maka tampak bahwa kuburan itu seperti singgasana yang terletak persis di bagian tertinggi dan menghadap Timur laut. Sungai Kuning yang mengaliri kota Shansi sepertinya menjadi daerah kekuasaannya. Kuburannya terletak di sebelah Barat puncak Tianzhu. Ada lekukan batu pualam sebesar pintu istana raja terletak di bagian bawah kuburan itu. Di permukaan batu itu terdapat tulisan yang berbunyi: Beng Pao Heng Bi Juan dengan huruf-huruf gagah dan nampak mengkilat tertimpah sinar matahari. Orang-orang Wudangshan menduga bahwa si penulis adalah Zhang Sanfeng sendiri. Tulisan ini melukiskan element dasar yang menjiwai ilmu silat Zhang Sanfeng. Sedikit ahli silat yang dapat menyelami element Beng Pao Heng Bi Juan, termasuk murid-murid Zhang Sanfeng.Kuburannya menatap matahari terbit, sepertinya ia dibaringkan dengan posisi menghadap matahari dengan punggung bersandar pada puncak Wudangshan.Tempat dan posisi ini yang diminta oleh Zhang Sanfeng kepada murid-muridnya pada saat ia belum meninggal. Sebenarnya tempat ini adalah tempat pertapaan terakhir Zhang Sanfeng yang diubah menjadi kuburannya. Di bagian dalam masih tetap sama seperti sebelum ia meninggal, tetapi bagian luarnya dibangun pusara besar menyerupai kelenteng kecil untuk menandai makam pendiri Wudangshan tersebut. Ia memesan agar tubuhnya tidak diangkat dan tidak dipindahkan dari tempat dimana ia berbaring pada saat meninggal. Oleh sebab itulah, murid-muridnya hanya membangun semacam kuil kecil untuk menguburkannya.

Ditempat inilah Yang Jing, bocah berusia sepuluh tahun ini, dipelihara oleh Lie A Sang, penjaga kuburan tua pendiri Wudangpai.Sudah lebih dari lima tahun, setiap pagi, sebelum matahari terbit, Lie A Sang mengharuskan Yang Jing duduk bersilah telanjang bulat dengan posisi seperti Zhang Sanfeng berbaring di makamnya. Tiga jam setelah duduk bersilah seperti itu, Lie A Sang, menyuruh bocah itu mencabuti rumput-rumput yang tumbuh disekitar makam. Cara mencabutnya sangat aneh, ini di luar kebiasaan sebagaimana lazimnya. Yang Jing harus menggunakan dua jari kakinya untuk mendorong satu demi satu rumput-rumput liar itu tanpa mengeluarkan akarnya. Apabila ia bergerak ke arah timur laut, ia menggunakan jari kelingkingnya untuk mencongkel. Apabila ia bergerak ke arah barat laut, ia mencabut tanpa menyentuh daunnya.

Ada lima unsur yang disatukan dengan 147 gerakan yang memiliki kecepatan, perubahan dan tenaga yang berbeda-beda. Dilihat sepintas, gerakan mencabut rumput tanpa menggunakan tangan ini seperti langkah-langkah biasa. Dengan menggunakan mata yang tidak terlatih, orang tidak akan bisa melihat unsur keindahan dan keistimewaan langkah-langkah yang dimainkan Yang Jing.

Page 16: 8 Jurus Lingkaran Dewa

Sebentar-sebentar Lie A Sang berkata,” wu wei Yüeh ming bu sa ching (tidak bertindak, tidak memiliki seperti Candraprabhabodhisattva), biarkan kakimu bergerak menurut rahasia ketenangan, kekosongan namun bergerak seperti angin. Bocah itu bergerak mengikuti petunjuk itu. Dan lihat, ia seperti tetap di tempat semula (wu wei).“Kong men quan”! Seru si Kakek, “ arahkan pikiranmu ke pintu gerbang kekosongan, dan Yu men quan, ikutilah ke dalam inti gerakan di sekitarmu. Yangjing membuat gerakan seperti seekor belut di pusaran air, tubuhnya nampak diam, namun terdengar suara, “Wus…sst…wus…. Dalam waktu kurang dari 4 detik, ia telah melakukan 18 gerakan yang kecepatannya sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Waktu tubuhnya berhenti pada posisi tulang belakang mendongak ke langit, si Kakek melanjutkan dengan perkataan, “taiyi wuxing qinpu, ambil dan menyatulah dengan lima unsur terbesar yang bergerak di sekitarmu! Kali ini gerakan Yangjing terlihat lamban, kadang kaki kiri melebar ke belakang dan kaki kanan ditekuk sejajar dengan dengan tanah, sedangkan tubuhnya berada pada satu garis lurus dengan badannya, sehingga seperti seekor naga bertapa. Tiba-tiba ia melesat sejauh tiga tombak, dan bergerak membentuk bintang. Tubuhnya tetap dalam posisi seperti itu, tetapi kakinya bergerak ringan seperti kapas tertiup angin.

Lie A Sang menangguk-anggukkan kepalanya, tanda dia puas sekali. Tiba-tiba si Kakek berseru nyaring, “jiu gong shi ba tui, delapan belas tiang sembilan istana. Yangjing menatap matahari, kaki kanan diangkat , tiba-tiba tubuhnya melesat ke sembilan arah membentuk lingkaran-lingkaran kecil sebanyak sembilan kali. “Jing zhi, berhenti sejenak!” Jangan boroskan tenagamu untuk menahan gerakan kaki kanan, tapi salurkan kearah pinggul.” Demikian si Kakek menjelaskan.

Inilah intisari Beng Pao Heng Bi Juan ciptaan Zhang Sanfeng. Ilmu langkah ajaib ini menjadi unsur inti ilmu silat Zhang Sanfeng yang belum pernah muncul didunia persilatan, karena ia baru dapat menjiwai ilmu ini pada waktu usianya sudah sangat tua. Dengan ilmu ini, walaupun usianya sudah sangat tua, ia sanggup mendaki puncak Tian Zhu tanpa kesulitan yang berarti. Seratus empatpuluh tujuh langkah dewa ini disebut Shen De Bu Fu Tui Dong Yang atau Langkah Dewa Mendorong samudra.

Inti pokok ilmu ini terletak pada pemahaman bahwa apabila seseorang melepaskan diri dari gerakan, ia berada dalam posisi gerakan yang terpusat. Ia memiliki kemampuan untuk mengambil benefit dari segala sesuatu yang bergerak disekelilingnya. Mengambil perubahan gerakan untuk mencapai natural harmony. Zheng Yang Jing seolah tidak bergerak, pada saat menggunakan Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, diam di tempat, tetapi sesungguhnya ia telah bergerak secepat perubahan angin dan menyatu dengan perubahan lima unsur di sekitarnya. Menyatu dan harmoni dengan gerakan di sekitarnya.Jing zhil (anak Jing), demikian suatu pagi Lie A Sang berujar, setiap engkau melangkah menurut Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, ingatlah bahwa semua gerakan harus harmoni dan menyatu dengan gerakan di sekitarmu. Yang Jing memandang wajah Lie A Sang, matanya bersinar begitu terang menandakan ia memiliki otak yang luar-biasa cerdas. “Dengarkanlah apa yang dikatakan Zhang Sanfeng Tai shifu:”

Meletakkan tigapuluh jeruji menjadi rodaAda ruang kosong ditiap-tiap jeruji,kosong, diam, bersatu dengan gerakan angin yang dihempaskan roda-roda.Meletakkan tanah liat, membuat guci;Ada ruang kosong diantara tangan tukang guci dan guci.Kosong, diam, bersatu dengan gerakan angin membentuk guciShen de bu fu tui dong yang, langkah dewa mendorong samudraTidak bergerak, diam, kosong membuka samudraMembentuk lingkaran, mengejar ombakTujuhpuluh tiga memberi, tujuhpuluh empat menghisapLaksana naga mendekam, menjuluskan lidah, menggoyangkan ekornyaDemikian juga Shen de bu fu tui dong yang.

Page 17: 8 Jurus Lingkaran Dewa

“Jing zhi, mengertikah kamu?” Kongkong, “apakah artinya “Tidak bergerak, diam, kosong membuka samudra, membentuk lingkaran, mengejar ombak?"

“Seseorang yang ingin mencapai pengertian penuh Shen de bu fu tui dong yang, ia perlu mempelajari sifat-sifat roh! Ia bisa berada di dalam kobaran api, tetapi ia tidak merasa panas. Sungai-sungai di Tionggoan boleh membeku, tetapi ia tidak merasa dingin.” Engkau bergerak dalam keharmonbisan yang sempurna dengan lawan-lawanmu, sehingga menyatu dengan gerakan itu. Pada saat itulah engkau seolah diam dan kosong. Lawan-lawanmu hanya berada di dalam gerakan. Segala yang bergerak perlu disatukan dengan keberadaan yang kosong dan tidak bergerak. Jadi Shen De Bu Fu Tui Dong Yang adalah sebuah diskusi, diskusi antara dirimu sendiri dengan gerakan yang bergerak di luar dirimu, antara pikiranmu dan pikiran lawanmu, antara perubahan dan yang tidak berubah, antara yang disebut ada yang yang tidak ada.” Lie A Sang menjelaskan

Bab Sesudah: Chapter 4: Pertempuran di Wudangshan