8. Bab IV
-
Upload
fatimah-shellya-shahab -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of 8. Bab IV
![Page 1: 8. Bab IV](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082820/55cf8ad255034654898e1209/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB IV
ANALISIS KASUS
Tn.EI, laki-laki, berusia 26 tahun, dikonsulkan ke bagian poliklinik Psikiatri
RSMH Palembang dikarenakan sering mondar-mandir dan merasa bersalah
berlebihan sejak ± 1 minggu yang lalu. Wawancara dilakukan pada Jumat, 29 Mei
2015 pukul 09.00 s.d. 10.00 WIB di Poli Psikosomatis Rumah Sakit Mohammad
Hoesin Palembang. Pasien tampak diam dan kurang bersemangat. Pemeriksa dan
pasien berhadapan dengan posisi pasien duduk di kursi. Wawancara dilakukan
dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
± 2 tahun yang lalu, terdapat benjolan di leher os. Benjolan sering hilang timbul
di beberapa area leher. Os berobat dan keluhan mulai berkurang.
±1 tahun yang lalu, os menjalani terapi pembedahan untuk benjolan di lehernya.
Os juga mulai menggunakan shabu-shabu yang didapatkannya dari temannya yang
sama-sama bekerja di tempat karaoke. Os menggunakan sekitar 2-3 kali perminggu.
Os juga mengkonsumsi alkohol. Os minum hampir setiap hari sebanyak 1-2 gelas per
hari. Os mulai menunjukkan perubahan sikap. Os sering melamun dan terkadang
marah-marah dengan anggota keluarga. Os tidak pernah kontrol lagi sejak Desember
2014.
±2 bulan yang lalu, os mulai berhenti menggunakan shabu-shabu karena os
sudah tidak.mempunyai pekerjaan. Os juga mulai berkurang konsumsi alkohol sejak
2 bulan yang lalu karena os sudah tidak bekerja di tempat karaoke tersebut.
±1 bulan yang lalu, os merasa sakit telinga dan gatal-gatal di kulit. Os sering
melamun karena belum mendapat pekerjaan. Os sering mondar-mandir di rumah. Os
sering terlihat gelisah serta lebih mudah tersinggung dari biasanya. Os juga mengeluh
sulit tidur. Os sering berganti baju 3-4x/hari. Os juga sering sholat berulang kali. Os
sering meminta maaf kepada anggota keluarganya karena merasa bersalah belum
44
![Page 2: 8. Bab IV](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082820/55cf8ad255034654898e1209/html5/thumbnails/2.jpg)
mendapatkan pekerjaan dan sering marah-marah. Setiap selesai marah, os sering
menangis. Os masih bisa mengurus diri sendiri. Saat ini os hanya sekali-sekali
mengkonsumsi alkohol (2-3 kali perminggu).
Dari riwayat premorbid tidak ditemukan adanya kelainan, os lahir normal,
berinteraksi sosial dengan baik. Pada riwayat penyakit dahulu ditemukan os pernah
mengalami trauma kepala ketika berusia 2 tahun dan riwayat kejang demam saat os
masih kecil. Os juga merokok sejak SMA ±1 bungkus per hari. Os menggunakan
shabu-shabu sekitar 2-3 kali perminggu sejak 1 tahun yang lalu dan berhenti 2 bulan
yang lalu. Os juga mengkonsumsi alkohol setiap hari sebanyak 1-2 gelas per hari
sejak 1 tahun yang lalu dan sekarang sudah berkurang menjadi 2-3 kali per minggu.
Os tamat SMA dan bekerja berpindah-pindah. Mulanya os bekerja di tempat
karaoke sekitar 1 tahun yang lalu, sejak saat itu os mulai sering mengkonsumsi
alkohol dan obat-obatan terlarang. Sejak saat itu juga os mengalami perubahan sikap.
Kemudian os berhenti bekerja dan belum mendapat pekerjaan hingga sekarang
walaupun os sudah melamar ke beberapa tempat. Saat ini os mengisi waktu dengan
menjadi tukang ojek dan ikut menjadi kuli bangunan (bukan pekerjaan tetap). Os juga
berkeinginan menikah, namun belum menikah.
Dari autoanamnesis didapatkan kesadaran os kompos mentis dan tidak ada
tanda-tanda agresivitas. Os tampak sedih (depresi) dan menjawab pertanyaan
seadanya, namun emosinya masih stabil. Taraf pendidikan sesuai. Daya konsentrasi,
daya ingat, dan orientasi os terhadap waktu, tempat, dan orang masih baik.
Discriminative judgement dan insight os baik. Halusinasi, ilusi, dan waham disangkal
oleh os.
Melalui status internus didapatkan keadaan umum os baik, yaitu sensorium dan
vital sign semuanya dalam batas normal. Status neurologikus os juga dalam batas
normal. Kemudian pada status psikiatrikus os untuk keadaan umum masih dalam
batas normal, sedangkan untuk keadaan khusus ditemukan beberapa kelainan yaitu
mood os yang hipotimik (depresif), perasaan inferior ada, perasaan berdosa/bersalah
ada, hipobulia ada, cara berpakaian dan kebersihan os kurang. Pemeriksaan lain
45
![Page 3: 8. Bab IV](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082820/55cf8ad255034654898e1209/html5/thumbnails/3.jpg)
seperti elektroensefalogram, ct scan/radiologi, dan pemeriksaan lab atau penunjang
lain belum dilakukan.
Berdasarkan alloanamnesa didapatkan sebab utama os dibawa adalah sering
merasa bersalah berlebihan sejak ± 1 minggu yang lalu. Sedangkan jika menurut os,
keluhannya yaitu telinganya sakit dan badannya menderita alergi, dan os meyakinkan
bahwa hanya itulah alasan os dibawa ke rumah sakit. Melalui alloanamnesa
didapatkan os. Melalui alloanamnesa dijelaskan bahwa os mulai mengalami
perubahan sikap setelah terapi pembedahan dan sejak bekerja di tempat karaoke dan
menggunakan obat-obatan terlarang serta alkohol. Os mulai sering melamun dan
marah-marah. Os berobat dan kontrol teratur, namun os tidak kontrol lagi sejak
Desember 2014. Kemudian melalui alloanamnesa os melamun, marah-marah,
mondar-mandir, gelisah, dan mudah tersinggung karena belum mendapat pekerjaan,
melalui autoanamnesa awalnya os menyangkal, namun akhirnya os mengaku ingin
bekerja, menikah, namun tak kunjung mendapatkan pekerjaan dan hal tersebut
membuat os sedih.
Melalui alloanamnesa dan autoanamnesa juga didapatkan os sering menangis
(afek depresif), kehilangan minat dan kegembiraannya, mulai mudah lelah, lesu, dan
malas dalam melakukan aktivitas sehari-hari, menurun kepercayaan dirinya, merasa
bersalah berlebihan, sulit tidur, dan nafsu makannya menurun. Semua keluhan ini
dirasakan lebih dari 2 minggu. Hal ini cukup khas untuk penderita gangguan jiwa,
yaitu terutama gangguan suasana perasaan (afektif/mood).
Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma kapitis, penyakit neurologis lainnya,
dan tidak ada kondisi penyakit tertentu yang mengganggu fungsi otak sehingga
mendasari perubahan sikap dan gangguannya saat ini. Selain itu, usia pasien juga
masih muda sehingga gangguan akibat penuaan juga disingkirkan, sehingga diagnosis
gangguan mental organik dapat disingkirkan. Os juga tidak mengeluh adanya
halusinasi, ilusi, ataupun waham tertentu berarti os mengalami keluhan yang non
psikotik, sehingga gangguan psikotik dapat disingkirkan. Pada saat os menggunakan
obat-obatan terlarang dan alkohol, kemungkinan os dapat didiagnosis sebagai
46
![Page 4: 8. Bab IV](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082820/55cf8ad255034654898e1209/html5/thumbnails/4.jpg)
gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat, namun berbeda dengan kondisi
os saat ini, karena yang lebih dominan saat ini adalah afek depresif dari os. Akibat
penggunaan obat dan akibat stressor yang dialami os, os mengalami depresi.
Berdasarkan gejala-gejala depresinya, os mengalami 3 gejala utama depresi
yaitu afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi
yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja
sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Kemudian os mengalami 4 gejala lainnya
yaitu harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan
tidak berguna, tidur terganggu, dan nafsu makan berkurang, sedangkan untuk 3 gejala
lainnya os tidak mengalaminya. Os juga lebih malas untuk berinteraksi sosial dan
mengurus urusan lainnya. Keluhan ini berlangsung lebih dari 2 minggu. Maka
berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) di
diagnosa dengan Episode Depresif Sedang (F32.1).
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III),
gejala utama episode depresif adalah
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
- Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Depresi juga mempunyai gejala lainnya antara lain
- Konsentrasi dan perhatian berkurang;
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
- Gagasan dan perbuatan membahayakan diri atau bunuh iri;
- Tidur terganggu;
- Nafsu makan berkurang.
47
![Page 5: 8. Bab IV](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082820/55cf8ad255034654898e1209/html5/thumbnails/5.jpg)
Untuk aksis II, tidak ada gambaran ataupun gangguan kepribadian tertentu
sehingga dapat disimpulkan Tidak ada diagnosis aksis II (Z.03.2). Pada kondisi
medis umum penderita tidak didapatkan adanya kelainan yang berhubungan dengan
keluhan os, sehingga Tidak ada diagnosis aksis III. Pada aksis IV stressor
merupakan masalah pekerjaan karena os sudah melamar pekerjaan beberapa kali,
namun belum kunjung mendapatkan dan hal tersebut menjadi pikiran bagi os, selain
itu os juga memiliki masalah lingkungan sosial berupa teman-teman yang selalu
mengajak os untuk menggunakan obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi alkohol,
sehingga os sulit untuk berhenti. Kemudian pada aksis V kami menyimpulkan GAF
scale 70-61 karena os masih bisa melakukan pekerjaan sehari-hari, mengurus diri
sendiri, masih dapat berkomunikasi dengan baik, memiliki daya nilai yang baik,
namun os sudah mulai malas melakukan aktivitasnya sehari-hari, tidak nafsu makan,
dan sulit tidur dalam waktu yang cukup lama (menetap).
Depresi adalah keadaan emosional yang ditunjukkan dengan kesedihan, berkecil
hati, perasaan bersalah, penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan keputusasaan.
Depresi dapat disebabkan oleh berbagai stressor dan juga dapat disebabkan langsung
oleh penyalahgunaan zat, dalam hal ini shabu dan alkohol adalah zat yang digunakan
oleh os.
Nama shabu adalah nama julukan terhadap zat metamfetamin yang mempunyai
sifat stimulansia yang lebih kuat dibanding turunan amphetamine yang lain. Dalam
perdagangan gelap atau nama dalam kalangan pengguna metamfetamin dikenal
dengan sebutan meth, speed, ubas, as, sabu-sabu atau SS, dan mecin. Bentuk seperti
kristal putih mirip bumbu penyedap masakan, tidak berbau, mudah larut dalam air
dan alkohol serta rasanya menyengat. Setelah pemakaian shabu, pengguna akan
merasakan hal-hal sebagai berikut:
1. Merasa bersemangat karena kekuatan fisiknya meningkat
2. Kewaspadaan meningkat
3. Menambah daya konsentrasi
4. Menyebabkan rasa gembira luar biasa
48
![Page 6: 8. Bab IV](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082820/55cf8ad255034654898e1209/html5/thumbnails/6.jpg)
5. Kemampuan bersosialisasi meningkat
6. Insomnia, mengurangi nafsu makan
7. Penyalahgunaan pada saat hamil bisa menyebabkan komplikasi pralahir,
meningkatkan kelahiran prematureatau menyebabkan perilaku bayi yang tidak
normal.
Dalam pemakaian jangka panjang penggunaan shabu akan menimbulkan
gangguan serius pada kejiwaan dan mental, pembuluh darah rusak, rusaknya ujung
saraf dan otot, kehilangan berat badan, tekanan darah sistolik dan diastolik
meningkat, dan terjadi radang hati. Dalam hubungannya dengan depresi, pada
penelitian didapatkan bahwa shabu dapat menurunkan dopamin. Dopamin berfungsi
untuk mengatasi depresi, sehingga pada penderita yang menggunakan shabu akan
cenderung mengalami depresi.
Pada penggunaan oral, alkohol mempengaruhi SSP yaitu merangsang dan
kemudian menekan fungsi otak serta menyebabkan vasodilatasi. Bila diminum saat
perut kosong, alkohol menstimulasi produksi getah lambung. Minum sedikit alkohol
merangsang semangat, semua hambatan terlepas, dan berbicara banyak, sedangkan
bila diminum terlampau cepat dan banyak hati tidak dapat mengolahnya sehingga
menyebabkan mabuk dan pingsan. Overdosis dapat langsung mematikan dan pada
pemakaian secara teratur dan banyak dapat mengakibatkan terganggunya fungsi hati
dan akhirnya sel-selnya mengeras (cirrhosis).
Kadar Alkohol Darah (KAD) yang tinggi mengakibatkan berkurangnya daya
prestasi, daya kritik dan efisiensi, letargi, amnesia, supresi medulla dan pernafasan,
hipotermia, hipoglikemia, stupor, dan koma. Penggunaan dalam jangka waktu lama
akan meningkatkan kapasitas tubuh untuk metabolisasi alkohol dan menurun kembali
setelah abstinensia berminggu-minggu. Alkohol diserap dengan cepat dari usus halus
kedalam darah kemudian disebarkan melalui cairan tubuh. Kadarnya dalam darah
meningkat cepat karena absorpsinya lebih cepat dari pada penguraian dan ekskresinya
dari tubuh. Didalam hati sebagian besar zat ini diuraikan oleh alkoholdehidrogenase
menjadi asetaldehida. Penggunaan lama dalam jumlah berlebihan merusak banyak
49
![Page 7: 8. Bab IV](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082820/55cf8ad255034654898e1209/html5/thumbnails/7.jpg)
organ terutama hati, otak, jantung, gastritis dan perdarahan lambung. Mengkonsumsi
minuman beralkohol seperti bir, anggur, sherry, dan whisky sudah termasuk pada
pola hidup dan pergaulan sosial sehingga sudah diterima umum dan ketagihan
biasanya terjadi tanpa disadari. Seseorang yang minum alkohol untuk bersantai, dapat
berhenti minum tanpa kesulitan, namun apabila mulai tergantung pada alkohol
(alkoholisme) maka tidak dapat lagi berhenti tanpa merasakan akibat buruk secara
fisik maupun psikis. Gejala putus alkohol dapat berupa gemetaran, mual, muntah,
lelah, jantung berdebar lebih cepat, tekanan darah tinggi, depresi, halusinasi, dan
hipotensi ortostatik. Dalam kaitannya dengan depresi, alkohol juga mengacaukan
dopamin dalam tubuh yang berperan dalam memunculkan perasaan euforia, sehingga
dapat memudahkan pasien mengalami depresi.
Terapi yang diberikan pada pasien ini yaitu meliputi psikofarmaka dan
psikoterapi. Psikofarmaka berupa antidepresan dan antiansietas. Obat yang dipilih
biasanya adalah obat yang mempunyai tolerabilitas atau kemampuan obat itu diterima
oleh individu yang paling tinggi, hal ini disebabkan karena biasanya penggunaan obat
antidepresan yang cukup lama. Sindrom
depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa amenergic
neurotransmitter (NE, serotonin, dopamine) pada celah sinaps neuron di SSP
(khususnya sistem limbik) sehingga aktivitas reseptor serotonin menurun. Pada
pasien ini digunakan SSRI yaitu fluoxetine 1x20 mg. Dosis tersebut memang sesuai
untuk pasien depresi, dan dosis dinaikkan jika dalam beberapa minggu tidak ada
respon dengan dosis maksimal 60 mg/hari. Fluoxetin merupakan golongan SSRI yang
efek sampingnya sangat minimal (meningkatkan kepatuhan minum obat, bisa
digunakan pada beberapa kondisi medik), spektrum efek anti depresi luas dan gejala
putus obat sangat minimal, serta letal dose yang tinggi >6000 mg sehingga relatif
aman. Bila telah di berikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang
cukup (sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua yaitu golongan
trisiklik (amitriptiline) yang spektrum antidepresannya luas namun efek sampingnya
lebih berat. Antidepresan trisiklik dan SSRI memang lebih efektif dibanding kelas
50
![Page 8: 8. Bab IV](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082820/55cf8ad255034654898e1209/html5/thumbnails/8.jpg)
lainnya karena lebih kecil efek samping dan interaksi dengan obatnya dibanding tipe
lain. SSRI juga memiliki efek samping antimuskarinik yang lebih rendah dibanding
trisiklik yang merupakan obat generasi lama, dan juga memiliki efek kardiotoksik
yang lebih rendah apabila terjadi dosis berlebih.
Pasien juga mengalami kecemasan dan gelisah sehingga perlu diberikan
antiansietas. SSRI juga efektif untuk mengobati ansietas yang khas dan dalam kasus
ansietas yang kronik. Namun antiansietas juga tetap diperlukan namun hanya
diberikan untuk jangka pendek. Antiansietas yang biasa digunakan adalah
benzodiazepin atau buspiron, dan yang digunakan pada pasien ini adalah diazepam 5
mg 2x1/2, penggunaannya harus hati-hati.
Pada awal pengobatan antidepresan, terapi pasien sebaiknya dikaji ulang setiap
1-2 minggu. Pengobatan ini sebaiknya dilanjutkan minimal 4 minggu sebelum
mengambil keputusan untuk mengubah jenis antidepresan karena kurangnya efikasi.
Pada kasus dengan respon parsial, lanjutkan pengobatan selama 2 minggu. Setelah
remisi, pengobatan antidepresan sebaiknya dilanjutkan dengan dosis yang sama
selama 4-6 bulan. Pasien dengan riwayat depresi berulang sebaiknya melanjutkan
perawatan minimal selama tahun sampai seumur hidup.
Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap hasil terapi, dimana parameter yang
harus diperhatikan terkait keberhasilan terapi adalah hilangnya gejala depresi,
perbaikan fungsi sosial dan pekerjaan, ada tidaknya keinginan bunuh diri, efek
samping yang timbul dan pengatasannya. Pemantauan secara teratur harus tetap
dilakukan sampai beberapa bulan setelah terapi antidepresan dihentikan.
Psikoterapi berupa suportif, kognitif, keluarga, dan religius. Diantaranya yaitu
memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi masalah,
memotivasi pasien agar meminum obat secara teratur, menerangkan tentang gejala
penyakit pasien yang timbul akibat cara berpikir yang salah, mengatasi perasaan, dan
sikapnya terhadap masalah yang dihadapi, memberikan penyuluhan bersama dengan
pasien yang diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung kesembuhan
pasien, dan memotivasi pasien untuk rutin beribadah.
51
![Page 9: 8. Bab IV](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082820/55cf8ad255034654898e1209/html5/thumbnails/9.jpg)
KERANGKA KONSEP
52
Tatalaksana
Psikoterapi:1. Suportif2. Kognitif3. Keluarga4. Religius
Kriteria Diagnosis menurut PPDGJ-III:
Episode Depresif Sedang:
1. 3 Gejala Utama2. 4 Gejala Tambahan lainnya3. Berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu4. Adanya kesulitan nyata untuk meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga
Stressor:-Belum kunjung mendapat
pekerjaan-Lingkungan yang mengajak
os menggunakan shabu dan alkohol.
Alloa-auto-anamnesis:1. Afek depresif2. Kehilangan minat dan
kegembiraan3. Berkurangnya energi
(lelah, lesu, lemas)4. Percaya diri menurun5. Merasa bersalah6. Sulit tidur7. Nafsu makan berkurang
Tn. EI, laki-laki, 26 tahun
Psikofarmaka:1. Antidepresan
- Fluoxetine 1x20 mg2. Antiansietas
- Diazepam 1x1/2 mg
![Page 10: 8. Bab IV](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082820/55cf8ad255034654898e1209/html5/thumbnails/10.jpg)
53