8 BAB IV

39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Sejarah singkat RSU Anutapura Palu RSU Anutapura Palu merupakan rumah sakit milik pemerintah kota Palu yang berlokasi di jalan Kangkung No. 1 Palu kecamatan Palu Barat dengan luas bangunan 12.679,93 m 2 . RSU Anutapura Palu dibangun pada tanggal 22 Februari 1980, dan diresmikan pada tanggal 4 April 1981 dengan kategori rumah sakit tipe D. Kemudian RSU Anutapura palu berubah menjadi kategori type C sesuai keputusan menteri kesehatan RI Nomor 009-L/MENKES/I/1993 tanggal 9 Januari 1993, dan sekarang RSU Anutapura Palu di kategorikan sebagai rumah sakit tipe B sesuai

Transcript of 8 BAB IV

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Sejarah singkat RSU Anutapura Palu

RSU Anutapura Palu merupakan rumah sakit milik pemerintah kota

Palu yang berlokasi di jalan Kangkung No. 1 Palu kecamatan Palu Barat

dengan luas bangunan 12.679,93 m2.

RSU Anutapura Palu dibangun pada tanggal 22 Februari 1980, dan

diresmikan pada tanggal 4 April 1981 dengan kategori rumah sakit tipe

D. Kemudian RSU Anutapura palu berubah menjadi kategori type C

sesuai keputusan menteri kesehatan RI Nomor 009-L/MENKES/I/1993

tanggal 9 Januari 1993, dan sekarang RSU Anutapura Palu di

kategorikan sebagai rumah sakit tipe B sesuai dengan keputusan menteri

kesehatan nomor 733/MENKES/SK/2007.

b. Visi dan Misi RSU Anutapura Palu

1) VISI

Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan terjangkau

48

2) MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut diatas RSU Anutapura Palu

merumuskan misinya, yaitu :

(a) Menyediakan sarana dan prasarana rumah sakit yang

representatif

(b) Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional, ramah

dan beretika serta bertanggung jawab

(c) Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia

(d) Menjadi rumah sakit rujukan

2. Karakteristik Umum Responden

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan terhadap 54 orang

responden penelitian, diperoleh gambaran umum karakteristik responden yang

dominan antara lain; yang terbanyak terdapat pada golongan kelompok usia

47-51 tahun dan > 67 tahun yaitu masing-masing sebanyak 13 orang (24,1%)

sedangkan yang terendah berusia 37-41 tahun dan 42-46 tahun yaitu masing-

masing sebanyak 3 orang (5,6%), pada karakteristik berdasarkan jenis kelamin

di dapatkan hasil yaitu perempuan sebanyak 25 orang (46,3%) sedangkan laki-

laki sebanyak 29 orang (53,7%), yang terbanyak berpendidikan S1 sebanyak

22 orang (40,7%) sedangkan yang terendah berpendidikan SMP sebanyak 5

orang (9,3%), pada karakteristik pekerjaan responden didapatkan hasil yaitu

responden terbanyak merupakan Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 14

49

orang (25,9%) sedangkan yang responden yang bekerja sebagai wartawan

merupakan responden yang paling sedikit yaitu sebanyak 1 orang (1,9%).

24.07%

14.81%

18.52%

24.07%

5.56%

5.56%

7.41%

>62 tahun57-61 tahun52-56 tahun47-51 tahun42-46 tahun37-41 tahun32-36 tahun

Gambar 4.1 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Kelompok Usia

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan gambar 4.1 didapatkan frekuensi dari responden terbanyak

terdapat pada golongan kelompok usia 47-51 tahun dan > 62 tahun yaitu masing-

masing sebanyak 13 orang (24,1%) sedangkan yang terendah berusia 37-41 tahun

dan 42-46 tahun yaitu masing-masing sebanyak 3 orang (5,6%).

50

46.30%53.70%

perempuanlaki-laki

Gambar 4.2 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan gambar 4.2 didapatkan frekuensi dari responden terbanyak

terdapat pada karakterstik jenis kelamin di dapatkan hasil yaitu perempuan

sebanyak 25 orang (46,3%) sedangkan laki-laki sebanyak 29 orang (53,7%)

9.26%

22.22%

25.93%

42.59%

SMPSMASDSarjana

Gambar 4.3 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Sumber : Data Primer 2013

51

Berdasarkan gambar 4.3 didapatkan frekuensi dari responden terbanyak

terdapat pada responden yang berpendidikan Sarjana/Diploma, yaitu sebanyak 22

orang (40,7%) sedangkan yang terendah berpendidikan SMP sebanyak 5 orang

(9,3%)

1.85%

5.56%

20.37%

20.37% 25.93%

16.67%

9.26%

WartawanTaniPNSPensiunanIRTDagangBuruh

Gambar 4.4 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Pekerjaan

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan gambar 4.4 didapatkan hasil yaitu responden terbanyak

merupakan Ibu Rumah Tangga (IRT), sebanyak 14 orang (25,9%) sedangkan

responden yang bekerja sebagai wartawan merupakan responden dengan jumlah

paling sedikit yaitu sebanyak 1 orang (1,9%).

3. Hasil Analisis Univariat

Berdasarkan hasil tabulasi data, dapat diperoleh gambaran data tiap variabel.

Dari keseluruhan sampel yang mengalami UKD di RSU Anutapura Palu sebanyak

29 orang dan non UKD sebanyak 25 orang. Distribusi masing - masing variabel

52

faktor risiko risiko Ulkus Kaki Diabetik (UKD) yakni usia, lama menderita DM,

merokok, hipertensi, hiperlipidemia, hiperglikemia, dan obesitas pada sampel

penelitian akan disajikan pada gambar berikut:

87.04%

12.96%

25-65 tahun> 65 tahun

Gambar 4.5 Distribusi Faktor Risiko UKD Berdasarkan Umur Pada Sampel Penelitian

Sumber : Data Primer 2013

Pada gambar 4.5 variabel faktor risiko usia didapatkan kelompok usia yang

terbanyak yaitu kelompok usia 25-65 tahun, sebanyak 47 orang (87.03%) pada

golongan usia >65 tahun didapatkan sampel sebanyak 7 orang (12.96%).

53

77.78%

22.22%

<10 Tahun>10 Tahun

Gambar 4.6 Distribusi Faktor Risiko UKD Berdasarkan Lama Menderita DM Pada Sampel Penelitian

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan gambar 4.6 pada variabel faktor pada lama menderita DM <10

tahun hasil didapatkan hasil terbanyak yaitu 42 orang (77.8%). lama menderita

DM >10 tahun sebanyak 12 orang (22.22%)

33.33%

66.67%

tidak ada riwayat hipertensi

ada riwayat hipertensi

Gambar 4.7 Distribusi Faktor Risiko UKD Berdasarkan Riwayat Hipertensi Pada Sampel Penelitian

Sumber : Data Primer 2013

54

Selanjutnya pada gambar 4.7 distribusi berdasarkan hipertensi, didapatkan

jumlah sampel dengan riwayat hipertensi terbanyak yaitu sejumlah 36 orang

(66.67%) dan 18 orang (33.3%) tanpa riwayat hipertensi.

29.63%

70.37%

kadar GDS <140 mg/dLkadar GDS >140 mg/dL

Gambar 4.8 Distribusi Faktor Risiko UKD berdasarkan hiperglikemia pada sampel penelitian

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan gambar 4.8, pada variabel faktor hiperglikemia ditemukan

sampel terbanyak dengan GDS >140 mg/dL sebanyak 38 orang ( 70.37%) dan

selebihnya sebanyak 16 orang (29.63%) dengan GDS <140 mg/dL.

51.85% 48.15%

IMT <27IMT >27

Gambar 4.9 Distribusi Faktor Risiko UKD Berdasarkan Obesitas Pada Sampel Penelitian

Sumber : Data Primer 2013

55

Berdasarkan gambar 4.9 variabel faktor obesitas, ditemukan jumlah terbanyak

yaitu 28 orang (51.85%) dengan IMT <27 dan selebihnya sebanyak 26 orang

(48.15%) dengan IMT >27 dan sebanyak.

61.11%

38.89%

tidak mempunyai riwayat merokok

mempunyai riwayat merokok

Gambar 4.10 Distribusi Faktor Risiko UKD Berdasarkan Riwayat Merokok Pada Sampel Penelitian

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan gambar 4.10 variabel faktor riwayat merokok, didapatkan

jumlah sampel terbanyak yaitu sebanyak 33 orang (61.1%) tanpa riwayat

merokok. Selebihnya dengan riwayat merokok sebanyak 21 orang (38.9%).

Tabel 4.1 Distribusi Faktor Risiko UKD Berdasarkan Hiperlipidemia Pada Sampel Penelitian

Hiperlipidemia Kejadian %

MengalamiTidak Mengalami

--

- -

56

TOTAL - -

Secara keseluruhan, kejadian hiperlipidemia tidak ditemukan dalam sampel

dikarenakan ketidaklengkapan hasil pemeriksaan pada rekam medis pada kejadian

UKD maupun non UKD sehingga variabel hiperlipidemia tidak dapat dianalisis

dalam SPSS.

Jika diamati dari tiap variabel faktor risiko terjadinya kejadian UKD, dapat

disimpulkan bahwa jumlah usia merupakan faktor risiko UKD yang dominan

dialami pada kejadian UKD yakni jumlah usia pada golongan usia 25-65 tahun di

temukan sebanyak 47 orang (87.03%). Selanjutnya variabel faktor lama menderita

DM <10 tahun sebanyak 42 orang (77.8%), variabel faktor hiperglikemia dengan

GDS >140 mg/dL sebanyak 38 orang ( 70.37%), faktor hipertensi dengan riwayat

hipertensi sebanyak 36 orang (66.67%), kemudian variabel faktor merokok

dengan riwayat merokok sebanyak 33 orang (61.1%) dan terakhir pada variabel

obesitas dengan IMT <27 sebanyak 28 orang (51.85%).

4. Hasil Analisis Bivariat

a. Faktor Usia

Hubungan antara usia dengan kejadian UKD pada pasien DM

ditunjukkan pada Tabel 4.2.

57

Tabel 4.2 Hubungan Usia Dengan Kejadian UKD Pada Pasien DM

Usia

UKD Total

Nilai α

Nilai p

UKD Non UKD

N N N

Kelompok usia >65 tahun

7 0 7

0,05 0,012 Kelompok usia 25-65 tahun

22 25 47

Total 29 25 54

Sumber : Data Primer 2013

Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat dengan uji

Fisher’s Exact Test antara variabel umur dengan kejadian UKD pada pasien

DM keduanya memiliki hubungan bermakna secara statistik dimana nilai p

atau nilai signifikansi (Exact. Sig. (2-sided)) diperoleh sebesar 0,012 (jika

faktor peluang kurang dari 5 % atau p value < nilai α ; α =0,05 maka hasil

tersebut bermakna ), sehingga faktor usia berhubungan dengan kejadian UKD

atau dengan kata lain hipotesis alternatif (H1) dapat diterima.

b. Faktor Lama Menderita DM

Hubungan antara faktor lama menderita DM dengan kejadian UKD

pada pasien DM ditunjukkan pada Tabel 4.3

58

Tabel 4.3 Hubungan Lama Menderita DM Dengan Kejadian UKD Pada Pasien

DM

Lama Menderita DM

UKD Total

Nilai α Nilai p UKD Non UKD

N N N

> 10 tahun

< 10 tahun

Total

10

19

29

2

23

25

12

42

54

0,05 0,020

Sumber : Data Primer (Kuesioner) 2013

Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat uji Chi-square

antara variabel lama menderita DM dengan kejadian UKD keduanya

bermakna secara statistik dimana nilai p (Asymp. Sig. (2-sided)) yang

diperoleh ada sebesar 0,020 dimana nilai p < 0,05, maka, hipotesis alternatif

H1 dapat diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel faktor

lama menderita DM mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian

UKD pada pasien DM.

c. Faktor Hipertensi

Hubungan antara faktor hipertensi dengan kejadian Ulkus Kaki

Diabetik (UKD) pada pasien DM ditunjukkan pada Tabel 4.4

59

Tabel 4.4 Hubungan Hipertensi Dengan Kejadian UKD Pada Pasien DM

Hipertensi

UKD

Total Nilai α Nilai p

UKD Non

UKD

N N N

Mempunyai Riwayat

Tidak Mempunyai Riwayat

Total

24

5

29

12

13

25

36

18

54

0,05 0,007

Sumber : Data Primer (Kuesioner) 2013

Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat dengan uji

Chi-square antara hipertensi dengan kejadian UKD keduannya bermakna

secara statistik yakni nilai p atau nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-sided))

yang diperoleh sebesar 0,007. Telah diketahui bahwa jika diperoleh faktor

peluang atau nilai p kurang dari nilai α yakni 5 % atau p value < nilai α ; α

=0,05 maka hasil tersebut bermakna. Dapat disimpulkan bahwa faktor jumlah

hipertensi memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian UKD pada

pasien DM di RSU Anutapura Palu atau dengan kata lain hipotesis alternatif

(H1) dapat diterima.

d. Faktor Hiperglikemia

Hubungan antara faktor hiperglikemia dengan Ulkus Kaki Diabetik

(UKD) pada pasien DMditunjukkan pada Tabel 4.5.

60

Tabel 4.5 Hubungan Hiperglikemia Dengan Kejadian UKD Pada Pasien DM

Hiperglikemia

UKD Total

Nilai α Nilai p UKD

Non UKD

N N N Kadar GDS >140

mg/dL 25 13 38

0,05 0,006 Kadar GDS <140 mg/dL

4 12 15

Total 29 25 54

Sumber : Data Sekunder 2013

Pada table 4.5 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat dengan Chi-

square Test antara variabel hiperglikemia dengan kejadian UKD keduannya

bermakna secara statistik karena faktor peluang atau nilai signifikansi yang

diperoleh kurang dari 5 % atau 0,05 (diperoleh nilai p = 0,006 ; p < 0,05),

sehingga faktor hiperglikemia berhubungan dengan kejadian UKD pada

pasien DM di RSU Anutapura Palu atau dengan kata lain hipotesis alternatif

diterima.

e. Faktor Obesitas

Hubungan antara faktor obesitas dengan kejadian UKD pada pasien

DM ditunjukkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hubungan Obesitas Dengan Kejadian UKD Pada Pasien DM

61

Obesitas

UKD

Total Nilai α Nilai p

UKD

Non UKD

N N N

IMT >27 18 8 26

0,05 0,027IMT <27 11 17 28

Total 29 25 54

Sumber : Data Primer, 2013.

Pada table 4.6 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat dengan Chi-

square Test antara variabel obesitas dengan kejadian UKD menunjukkan

keduannya bermakna secara statistik (diperoleh nilai p= 0,027 ; p < 0,05),

sehingga faktor obesitas berhubungan dengan kejadian UKD.

f. Faktor Merokok

Hubungan antara merokok dengan kejadian Ulkus Kaki Diabetik

(UKD) pada pasien DM ditunjukkan pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Hubungan Merokok Dengan Kejadian UKD Pada Pasien DM

62

Merokok

UKD T

otal Nilai α Nilai p

UUKD

Non UKD

N N N

Mempunyai riwayat merokok

15 6 21

0,05 0,037Tidak mempunyai riwayat merokok

14 19 33

Total 29 25 54

Sumber : Data Primer, 2013

Pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil analisis bivariat dengan uji

Chi-square antara variabel merokok dengan kejadian UKD keduannya

bermakna secara statistik yakni nilai p atau nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-

sided)) yang diperoleh sebesar 0,037. Telah diketahui bahwa jika diperoleh

faktor peluang atau nilai p kurang dari nilai α yakni 5 %, maka hasil tersebut

bermakna. Dapat disimpulkan bahwa faktor merokok memiliki hubungan

yang bermakna dengan kejadian UKD pada pasien DM di RSU Anutapura

Palu atau dengan kata lain hipotesis alternatif (H1) dapat diterima.

5. Hasil Analisis Multivariat

Sebelum dilakukan analisis multivariat, terlebih dahulu telah dilakukan uji

chi-square. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa semua faktor risiko yang

terbukti memiliki hubungan signifikan atau bermakna dengan kejadian UKD pada

pasien DM di RSU Anutapura Palu yakni usia, lama menderita DM, hipertensi,

hiperglikemia, obesitas, dan merokok. Dari analisis bivariat, hasil dari semua

63

variable memiliki nilai signifikansi atau p kurang dari 0.25 dan hal tersebut dapat

dikatakan layak untuk dilanjutkan dalam analisis multivariat regresi logistik ganda

dengan metode backward wald.

Adapun untuk hasil analisis multivariat dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Logistik Ganda Dengan Metode Backward Wald Semua Variabel Yang Berhubungan Dengan Kejadian UKD

Variabel Koefisien Regresi (B) Nilai Wald Signifikansi (Sig)

Usia

Hipertensi

Hiperglikemia

Lama Menderita DM

Merokok

Obesitas

-20,157

-1,330

-1,454

-1,267

-0,726

-0,726

0,000

3,061

3,313

1,328

1,752

1,074

0,999

0,080

0,069

0,249

0,186

0, 300

Nilai B atau Koefisien regresi menunjukkan arah hubungan elastisitas antar

kedua variabel. Dari hasil analisis di atas, nilai B dari semua variabel tidak ada

yang memiliki nilai positif yang menunjukkan terdapat pengaruh yang searah

antara variabel bebas dengan variabel terikat dimana apabila terdapat nilai positif

berarti peningkatan faktor risiko tersebut dapat meningkatkan kemungkinan atau

peluang untuk terjadinya UKD pada pasien DM sedangkan nilai B dari semua

faktor resiko diatas bernilai negatif yang artinya semua peningkatan faktor resiko

tidak memiliki pengaruh yang searah.

64

Selanjutnya nilai signifikansi (sig) menunjukkan probabilitas atau peluang

kesalahan yang ditetapkan peneliti dalam mengambil keputusan untuk menolak

atau mendukung hipotesis nol, atau dapat diartikan juga sebagai tingkat kesalahan

yang ditolerir oleh peneliti, yang diakibatkan oleh kemungkinan adanya kesalahan

dalam pengambilan sampel. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5 % (α =

0.05).

Dari analisis multivariat dengan regresi logistik ganda dengan metode

backward wald diperoleh nilai signifikansi masing-masing variabel yakni usia (sig

= 0,999), hipertensi (0.080), hiperglikemia (0.069), dan lama menderita DM

(0,249). Secara keseluruhan diperoleh nilai sig di atas dari tingkat signifikansi (>

0.05) yang bermakna bahwa faktor risiko usia, hipertensi, hiperglikemia dan lama

menderita DM tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian UKD

pada pasien DM atau dengan kata lain hipotesis alternatif ditolak.

Selanjutnya nilai wald merupakan nilai penting dalam uji regresi logistik

dimana nilai ini digunakan untuk menguji tingkat signifikansi secara statistik dari

tiap-tiap parameter. Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai wald dari masing-

masing variabel yakni risiko usia (0,000), hipertensi (3,061), hiperglikemia

(3,313), lama menderita DM (1,328), merokok (1,752), dan obesitas (1,074).

B. Pembahasan

65

Pada analisis bivariat, variabel faktor hiperglikemia dilakukan uji Chi-Square

didapatkan hasil p sebesar 0,006 lebih kecil dari nilai α 0,05 (0,006<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis alternatif atau H1 diterima yakni terdapat

hubungan antara hiperglikemia dengan kejadian UKD pada pasien DM di RSU

Anutapura.

Hasil analisis multivariat didapatkan hasil bahwa hiperglikemia sebagai

variabel independen, tidak bermakna atau signifikan dalam mempengaruhi

variabel dependen dilihat dari nilai sig yang lebih tinggi dari nilai α

( 0,080 > 0,05) sehingga H1 ditolak, atau tidak terdapat hubungan pada faktor

hiperglikemia dengan kejadian ulkus kaki diabetik. nilai koefisien regresi yang

diperoleh bernilai negatif (B= -1,454), yang berarti peningkatan 1 unit variabel

hiperglikemia, menurunkan kejadian ulkus kaki diabetik sebesar 1,454 unit.

Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Nanda (2011) dimana

hiperglikemia merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian

UKD dan tidak sejalan dengan Priyanto (2010) yang juga mempunyai hasil yaitu

hiperglikemia cukup berpengaruh terhadap kejadian UKD. Hiperglikemia kronik

menyebabkan perubahan-perubahan metabolik, yaitu: 1) perubahan pelepasan

oksigen dari sel darah merah. 2) perubahan pola aliran darah mikrovaskuler.

3) perubahan pada mikrovaskuler itu sendiri. Secara keseluruhan menyebabkan

mikrohipoksia endoneuron yang mempengaruhi perubahan-perubahan struktural

dan fungsional pada serabut-serabut saraf. Kurangnya aliran darah pada penderita

DM disertai penurunan oksigen endoneural yang akan menurunkan kecepatan

66

saraf, kandungan mioinositol, transport aksoplasmik, aktivitas Na-K-ATP ase dan

konsumsi oksigen yang menyebabkan kerusakan saraf.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Purwanti (2013) dimana dalam

penelitiannya didapatkan hasil OR 6,326 yang berarti terdapat hubungan antara

pengendalian gula darah yang buruk mempunyai memudahkan terjadinya ulkus

kaki diabetik.

Hal ini terjadi kemungkinan untuk pasien rawat jalan, pemeriksaan lab yang

dilakukan tidak terlalu sering, sehingga data kadar gula di rekam medis

kebanyakan yang sudah lewat beberapa hari sebelumnya dan juga karena waktu

sebelum memeriksa kadar gula telah meminum obat diabetes, sehingga

mempengaruhi hasil pemeriksaan lab, sehingga mempengaruhi data penelitian.

Pada analisis bivariat, variabel faktor hipertensi dilakukan uji Chi-Square

didapatkan hasil p sebesar 0,007 lebih kecil dari nilai α 0,05 (0,007<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis alternatif atau H1 diterima yakni terdapat

hubungan antara hipertensi dengan kejadian UKD pada pasien DM di RSU

Anutapura.

Dari analisis multivariat didapatkan hasil bahwa hipertensi sebagai variabel

independen, tidak bermakna dalam mempengaruhi variabel dependen dilihat dari

nilai signifikan yang lebih tinggi dari nilai α ( 0,080 > 0,05) yang berarti H1

ditolak. Selain itu, nilai koefisien regresi yang diperoleh bernilai negatif

(B= -1,330), yang peningkatan 1 unit variabel hipertensi, menurunkan kejadian

ulkus kaki diabetik sebesar 1,330 unit pada pasien DM di RSU Anutapura Palu.

67

Hasil ini tidak sejalan dengan teori, yaitu menurut O’Neals 2008, hipertensi

merupakan salah satu faktor risiko mayor pada ulkus kaki diabetik. Hipertensi

pada penderita diabetes mellitus terdapat viskositas darah yang tinggi akan

berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu

hipertensi yang tekanan darah lebih dari 130/80 mm Hg dapat merusak atau

mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan pada endotel akan berpengaruh

terhadap makroangiopati melalui proses adhesi dan agregasi trombosit yang

berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang

akan mengakibatkan terjadinya ulkus. (Misnadiarly dalam Hastuti, 2008).

Namun hasil ini sejalan dengan penelitian Hastuti (2008), dimana hipertensi

tidak terbukti sebagai faktor risiko terjadinya ulkus kaki diabetik karena

dipengaruhi oleh variabel yang lebih kuat pada waktu di analisis bersama-sama.

Pada variabel faktor risiko usia tidak dapat dilakukan uji Chi-Square

dikarenakan terdapat 2 cells yang mempunyai expected count kurang dari 5,

sehingga digunakan uji alternatif yaitu Fisher’s Exact. Hasil analisis dengan

Fisher’s Exact Test untuk hubungan antara umur dengan kejadian UKD pada

pasien DM di RSU Anutapura Palu, didapatkan hasil p sebesar 0,012 lebih kecil

dari nilai α 0,05 (0,012<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis alternatif

atau H1 diterima yakni terdapat hubungan antara usia dengan kejadian UKD pada

pasien DM di RSU Anutapura.

Dari analisis multivariat didapatkan hasil bahwa usia sebagai variabel

independen yang tidak bermakna atau signifikan dalam mempengaruhi variabel

68

dependen dilihat dari nilai sig yang lebih tinggi dari nilai α ( 0.999 > 0.05) dengan

wald sebesar 0,000 yang berarti bahwa H1 ditolak. Selain nilai itu, nilai koefisien

regresi yang diperoleh bernilai negatif (B= -20,157), yang berarti peningkatan 1

unit variabel usia, menurunkan kejadian ulkus kaki diabetik sebesar 20,157 unit

pada pasien DM di RSU Anutapura.

Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya dimana pada penelitian Hastuti

(2008), pada hasil analisis multivariat didapatkan hasil bahwa umur 55-59 tahun

tidak terbukti sebagai faktor risiko terjadinya ulkus diabetika (p=0,675) Hal ini

disebabkan karena pengaruh dari variabel lain yang lebih kuat dalam analisis

penelitian tersebut.

Hasil ini berbeda jika dibandingkan secara teori, dimana diabetes mellitus

dengan komplikasi ulkus kaki diabetik merupakan penyakit degeneratif yang

berkaitan dengan penurunan fungsi tubuh secara fisiologis yang diakibatkan oleh

proses aging sehingga menyebabkan penurunan sekresi atau resistensi insulin

sehingga menyebabkan kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa

darah yang tinggi kurang optimal. (Rochmah 2006 dalam Hastuti, 2008).

Hasil ini tidak sejalan dengan teori, kemungkinan terjadi karena sampel pada

penelitian kali ini, khususnya pada responden > 67 tahun sangat sedikit, yaitu

hanya 7 orang. Hal ini yang mungkin menyebabkan secara keseluruhan usia

memiliki nilai skor dan nilai sig yang kecil, sehingga hubungan secara signifikansi

juga kecil.

69

Pada variabel faktor lama menderita DM dilakukan uji Chi-Square didapatkan

hasil p sebesar 0,020 lebih kecil dari nilai α 0,05 (0,020<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis alternatif atau H1 diterima yakni terdapat

hubungan antara lama menderita DM dengan kejadian UKD pada pasien DM di

RSU Anutapura.

Dari analisis multivariat didapatkan hasil bahwa lama menderita DM sebagai

variabel independen, tidak bermakna atau signifikan dalam mempengaruhi

variabel dependen dilihat dari nilai sig yang lebih tinggi dari nilai α ( 0,249 >

0,05) dengan nilai wald sebesar 1,328 atau dengan arti kata lain H1 ditolak. Selain

itu, nilai koefisien regresi yang diperoleh bernilai negatif (B= -1,267), yang berarti

peningkatan 1 unit variabel lama menderita DM, menurunkan kejadian ulkus kaki

diabetik sebesar 1,267 unit pada pasien DM di RSU Anutapura.

Hasil ini kemungkinan terjadi karena sampel pada penelitian kali ini yang

sedikit, juga diakibatkan karena ketidaktahuan pasien tentang waktu pasti

perjalanannya penyakitnya, sehingga mereka hanya memperkirakan waktu

mengidap penyakitnya.

Hasil ini juga tidak sejalan dengan penelitian Hastuti (2008) dimana lama DM

>10 tahun merupakan faktor risiko terjadinya ulkus kaki diabetik. penderita ulkus

kaki diabetik, terutama terjadi pada penderita yang telah menderita >10 tahum

atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan muncul komplikasi

berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami maroangiopati-mikroangiopati

yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya

70

sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki penderita yang tidak dirasakan.

(Hastuti, 2008).

Dari analisis multivariat, hasil ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan

oleh Boyko et al (1999) dimana dari analisis multivariat lama menderita diabetes

mellitus (11,4 tahun) tidak ditemukan hubugan dengan kejadian ulkus kaki

diabetik. Hal ini dikarenakan sulitnya sampel penelitian menentukan durasi dari

penyakit diabetes mellitus yang mereka alami.

Hasil yang didapatkan berbeda jika dibandingkan secara teori, dimana lama

DM berhubungan dengan hiperglikemia yang berkepanjangan, yang akan

menyebabkan terbentuknya advance glycosilation endproducts (AGE). AGE

sangat toksik dan merusak semua protein tubuh, termasuk sel saraf. Terbentuknya

AGEs dan sorbitol menyebabkan sintesis fungsi nitric oxide (NO) akan menurun,

dan bersama rendahnya mionositol dalam sel saraf, dan mengakibatkan neuropati

diabetik (Qilsi dan Ardiansyah, 2010). Pada suatu kondisi yang jinak, gangren

berkembang dalam 10 tahun (O’Neals 2008).

Pada analisis bivariat, variabel faktor obesitas dilakukan uji Chi-Square

didapatkan hasil p sebesar 0,027 lebih kecil dari nilai α 0,05 (0,027<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis alternatif atau H1 diterima yakni terdapat

hubungan antara obesitas dengan kejadian UKD pada pasien DM di RSU

Anutapura.

Hasil analisis multivariat didapatkan hasil bahwa obesitas sebagai variabel

independen, tidak bermakna atau signifikan dalam mempengaruhi variabel

dependen dilihat dari nilai sig yang lebih tinggi dari nilai α ( 0,300 > 0,05) yang

71

berarti bahwa hipotesis alternatif (H1) ditolak. Dengan nilai koefisien regresi

(B)= -0,726 yang berarti bahwa yang berarti peningkatan 1 unit variabel obesitas,

menurunkan kejadian ulkus kaki diabetik sebesar 0,726 unit pada pasien DM di

RSU Anutapura.

Hal ini tidak sejalan dengan teori. Menurut Morison (2004), obesitas termasuk

dalam salah satu faktor risiko UKD pada pasien DM. Obesitas merupakan salah

satu faktor utama dalam kejadian ulkus kaki diabetik karena secara mekanis,

orang yang mengalami obesitas, berat badan yang berlebih cenderung menambah

tekanan plantar (O’Neals, 2008). Orang yang obesitas cenderung mengalami

diabetik, hal ini terjadi karena terjadi penurunan sensitivitas terhadap insulin

(resistensi insulin) atau akibat penurunan produksi insulin. Keterbatasan

kemampuan sel beta pulau langerhans memproduksi insulin secara kuantitas

maupun kualitasnya mengakibatkan peningkatan gula darah pada golongan orang

dengan obesitas. Dengan IMT normal dimungkinkan adanya keseimbangan antara

insulin yang diproduksi dengan jumlah gula darah yang beredar. Gula darah yang

normal akan merupakan suasana kondusif bagi viskositas darah, perfusi oksigen

dan nutrisi serta imunitas ke dalam sel otot, hati dan lemak. Keadaan ini akan

mendukung proses penyembuhan luka yang bisa dibuktikan dengan tumbuhnya

granulasi dan epithelisasi luka (Supriyatin et al, 2007).

Ketidaksesuaian hasil ini dikarenakan pada saat dilakukan penelitian, kondisi

responden banyak yang telah mengalami penurunan badan pada saat dirawat.

Namun kebanyakan pasien mengakui bahwa mereka pernah mengalami

kegemukan. Namun pada saat terkena penyakit DM perlahan-lahan berat badan

72

mereka menurun. Sehingga, pada saat dilakukan penelitian sampel dengan IMT

yang berlebih hanya sedikit, sehingga mempengaruhi nilai signifikan.

Pada analisis bivariat, variabel faktor merokok dilakukan uji Chi-Square

didapatkan hasil p sebesar 0,037 lebih kecil dari nilai α 0,05 (0,037<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis alternatif atau H1 diterima yakni terdapat

hubungan antara hipertensi dengan kejadian UKD pada pasien DM di RSU

Anutapura.

Hasil analisis multivariat didapatkan hasil bahwa merokok sebagai variabel

independen, tidak bermakna atau signifikan dalam mempengaruhi variabel

dependen dilihat dari nilai sig yang lebih tinggi dari nilai α ( 0,378 > 0,05) dapat

dikatakan bahwa hipotesis alternatif (H1) ditolak. Nilai koefisien regresi yang

diperoleh bernilai negatif (B= -0,972), yang berarti yang berarti peningkatan 1

unit variabel merokok, menurunkan kejadian ulkus kaki diabetik sebesar 0,972

unit pada pasien DM di RSU Anutapura.

Dari hasil yang didapatkan sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh

Boyko et al (1999) dimana dari analisis multivariat, hasil variabel merokok tidak

ditemukan nilai yang signifikan dalam pengaruh variabel dalam kejadian ulkus

kaki diabetik. Hal ini disebabkan oleh bias dalam pengisian kuesioner.

Hasil multivariat tidak sesuai dengan teori dimana O’Neals (2008)

memasukkan merokok pada faktor yang sangat berpengaruh dikarenakan efek

konstriksi pembuluh darah yang sangat cepat, namun juga karena adanya

pengembangan atherosclerosis, penyembuhan yang lama akibat adanya

73

karbonmonoksida yang berikatan dengan hemoglobin yang normalnya

mengangkut oksigen.

Ketidaksesuaian hasil data ini kemungkinan diakibatkan jumlah sampel yang

sedikit, juga dipengaruhi oleh ketidakterbukaannya responden dalam menjawab

pertanyaan kuesioner. Pada saat mewawancarai pasien, terdapat beberapa

responden yang menyangkal bahwa mereka merokok, khususnya pada responden

wanita. Namun setelah dikonfirmasi kembali pada keluarga pasien yang

menemani, responden ternyata memiliki riwayat merokok. Hal itu mungkin juga

terjadi pada responden yang datang tanpa pengantar, sehingga peneliti tidak dapat

mengkonfirmasi kembali jawaban yang telah responden berikan.