77938819-terapi-cairan-anestesi

download 77938819-terapi-cairan-anestesi

of 13

Transcript of 77938819-terapi-cairan-anestesi

  • 7/29/2019 77938819-terapi-cairan-anestesi

    1/13

    Deri Arara|Terapi Cairan 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Fisiologi Cairan Tubuh

    Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, presentasenya dapat berubah tergantung pada

    umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi usia < 1 tahun,cairan tubuh adalah

    sekitar 80-85% berat badan, dan pada bayi usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75%. Seiring

    dengan pertumbuhan, presentase jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun,

    yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan, pada wanita dewasa 50% berat badan.Seluruh

    cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan kompartemen ekstraselular.

    1.2 Proses Pergerakan Cairan Tubuh

    Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan mekanisme transpor pasif

    dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energy sedangkan mekanisme transpor

    aktif membutuhkan energi. Difusi, filtrasi dan osmosis adalah mekanisme transpor pasif. Sedangkan

    mekanisme transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP.

    Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara:

    a. OsmosisOsmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel(permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi

    hingga kadarnya sama.1 Tekanan osmotik mencegah perembesan atau difusi cairan melalui

    membran semipermeabel ke dalam cairan yang memiliki konsentrasi lebih tinggi. Tekanan

    osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan isotonik, yaitu larutan yang memiliki

    tekanan osmotik sesuai plasma adalah NaCl 0,9 %, Dextrosa 5 %, dan Ringer laktat.

    b. DifusiDifusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari

    konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik pembuluh

    darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut. Jadi difusi

    tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.

    c. Pompa Natrium KaliumPompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar

    melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam.

    Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah keadaan hiperosmolar di dalam

    sel.

  • 7/29/2019 77938819-terapi-cairan-anestesi

    2/13

    Deri Arara|Terapi Cairan 2

    1.3 Patofisiologi keseimbangan cairan

    Perubahan cairan tubuh yaitu :

    Perubahan volume

    a. Defisit volume ( dehidrasi )Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan tubuh yang paling umum

    terjadi pada pasien bedah.

    1) Dehidrasi Isotonis (isonatremik130-150 mEq/L) terjadi ketika kehilangan cairanhampir sama dengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan

    natrium besarnya relatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun

    kompartemen ekstravaskular.5

    2) Dehidrasi hipotonis (hiponatremik150 mEq/L) secara garis besar terjadikehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar

    natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular berpindah ke kompartemenintravaskular, sehingga meminimalkan penurunan volume intravaskular.

    Yang dinilai

    SKOR 1 2 3

    Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, lemas,

    mengantuk hingga syok

    Mata Biasa Cekung Sangat cekung

    Mulut Biasa Kering Sangat kering

    Pernapasan < 30 x/menit 30-40 x/menit > 40 x/menit

    Turgor Baik Kurang Jelek

    Nadi < 120 x/menit 120-140 x/menit > 140 x/menit

    Interpretasi :

    Skor: 6 : tanpa dehidrasi 7 12 : dehidrasi ringan-sedang 13 : dehidrasi berat

  • 7/29/2019 77938819-terapi-cairan-anestesi

    3/13

    Deri Arara|Terapi Cairan 3

    Derajat Dehidrasi Dewasa Anak anak

    Ringan 4 % 4 % - 5 %

    Sedang 6 % 5 % - 10 %

    Berat 8 % 10% 15 %

    Cara rehidrasi :

    A. Nilai status rehidrasi (sesuai tabel di atas), banyak cairan yang diberikan (D) = derajatdehidrasi (%) x BB x 1000 cc

    B. Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukanC. Pemberian cairan :

    a. 6 jam I = D + M atau 8 jam I = D + Mb. 18 jam II = D + M atau 16 jam II = D + M 11Berat badan Kcal/hari atau

    mL/hari Kcal/jam atau mL/jam

    Kebutuhan Cairan per jam

    Berat badan Kebutuhan cairan per jam

    0 10 kg 4 ml/kgBB/jam

    10 20 kg 2 ml/kgBB/jam

    > 20 kg 1 ml/kgBB/jam

    b. Kelebihan volume ( overhidrasi )Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenic

    (pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan NaCl

    ataupun pemberian cairan intravena glukosa yang menyebabkan kelebihan air) ataupun

    dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR),sirosis, ataupun gagal jantung

    kongestif.

    Gejala overhidrasi:

    Nadi tak teratur Edema (menetap) di ekstremitas bawah Tensi meningkat Edema disekitar periorbital Meningkatnya BB Sesak nafas Penurunan Hb dan Hematokrit Moist cracles Rhonki

  • 7/29/2019 77938819-terapi-cairan-anestesi

    4/13

    Deri Arara|Terapi Cairan 4

    Gejala tambahan lainnya yang banyak ditemukan saat pemeriksaan pasien adalah level

    kesadaran yang menurun, bingung (karena oksigenasi ke otak berkurang), kelemahan otot

    rangka, dan peningkatan bising usus.

  • 7/29/2019 77938819-terapi-cairan-anestesi

    5/13

    Deri Arara|Terapi Cairan 5

    BAB II

    Tinjauan Pustaka

    2.1 Terapi Cairan Perioperatif

    Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-batas fisiologis

    dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara intravena. Tujuan

    utama terapi cairan perioperatif adalah untuk menyediakan jumlah cairan yang cukup untuk

    mempertahankan volume intravaskuler yang adekuat agar system kardiovaskuler dalam keadaan

    optimal.

    Gangguan dalam keseimbangan cairan oleh kombinasi dari faktor faktor preoperatif, perioperatif

    dan postoperatif.

    Faktor-faktor preoperatif :

    1) Kondisi yang telah adaDiabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi renal dapat diperburuk oleh stres akibat

    operasi.

    2) Prosedur diagnostikArteriogram atau pyelogram intravena yang memerlukan marker intravena dapat menyebabkan

    ekskresi cairan dan elektrolit urin yang tidak normal karena efek diuresis osmotik.

    3)

    Pemberian obatPemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi eksresi air dan elektrolit.

    4) Preparasi bedahEnema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan air dan elekrolit dari traktus

    gastrointestinal.

    5) Restriksi cairan preoperativeSelama periode 6 jam restriksi cairan, pasien dewasa yang sehat kehilangan cairan sekitar 300-

    500 mL. Kehilangan cairan dapat meningkat jika pasien menderita demam atau adanya

    kehilangan abnormal cairan.

    6) Defisit cairan yang telah ada sebelumnyaHarus dikoreksi sebelum operasi untuk meminimalkan efek dari anestesi.

    Faktor Perioperatif:

    1) Induksi anestesi.Dapat menyebabkan terjadinya hipotensi pada pasien dengan hipovolemia preoperatif karena

    hilangnya mekanisme kompensasi seperti takikardia dan vasokonstriksi.

    2) Kehilangan darah yang abnormal

  • 7/29/2019 77938819-terapi-cairan-anestesi

    6/13

    Deri Arara|Terapi Cairan 6

    3) Kehilangan abnormal cairan ekstraselular ke third space4) Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasiFaktor postoperatif:

    1) Stres akibat operasi dan nyeri pasca operasi2) Peningkatan katabolisme jaringan3) Penurunan volume sirkulasi yang efektif4) Risiko atau adanya ileus postoperative

    2.2 Dasar-Dasar Terapi Cairan Perioperatif

    Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan dalam pemberian cairan

    perioperatif, yaitu :

    1) Kebutuhan normal cairan harian.Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan Secara umum

    kebutuhan cairan rumatan dapat dilihat table Holliday. Kebutuhan tersebut merupakan

    pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat

    (lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water losses.

    2) Defisit cairan pra bedahHal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada bedah elektif (sektar 6-

    12 jam), kehilangan cairan abnormal yang seringkali menyertai penyakit bedahnya(perdarahan, muntah, diare, diuresis berlebihan, translokasi cairan pada penderita dengan

    trauma), kemungkinan meningkatnya insensible water loss akibat hiperventilasi, demam dan

    berkeringat banyak.

    3) Kehilangan cairan saat pembedahanPerdarahan, dapat diukur dari :

    a. Botol penampung darah yang disambung dengan pipa penghisap darah (suctionpump).

    b. Dengan cara menimbang kasa yang digunakan sebelum dan setelah pembedahan.Kasa yang penuh darah (ukuran 4x4 cm) mengandung 10 ml darah, sedangkan

    tampon besar (laparatomy pads) dapat menyerap darah 100-10 ml.

    4) Jumlah perdarahan bisa ditentukan berdasarkan kepada taksiran dan keadaan klinispenderita yang kadang-kadang dibantu dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dan

    hematokrit berulang-ulang (serial).

  • 7/29/2019 77938819-terapi-cairan-anestesi

    7/13

    Deri Arara|Terapi Cairan 7

    Derajat perdarahan

    DERAJAT I II III IV

    BLOOD LOSS (ml) 2000

    BLOOD LOSS (%EBV)

    < 15% 15 30 % 30 40 % > 40%

    NADI (x/mnt) < 100 > 100 > 120 weak > 140

    TD 118/72 110 / 80 70- 90/50 -60 Sistol < 50/60

    CRT N + + +

    RESPIRASI 14 - 20 20 30 30 - 40 > 40

    DIURESIS (ml/hr) >30 20 - 30 10 20 0 10

    MENTAL STATUS N/gelisah gelisah/anxiety somnolen somnolen/coma

    FLUID THERAPY Crystalloid/RL 2,5

    L or Colloid 1 L

    Crystalloid/RL+

    Colloid 1 L

    Crystalloid +

    blood/RL 1L +

    Colloid 0,5 L +

    Blood 1-1,5 L or

    PRC 0,5- 0,75 L

    Crystalloid +

    Blood/RL 1L +

    Colloid 1 L + Blood

    2 L or PRC 1

    L+Colloid 1 L

    Menifestasi klinis syok hipovolemik

    Agitasi

    Akral dingin

    Penurunan konsentrasi

    Penurunan kesadaran

    Penurunan atau tidak ada keluaran urine

    Lemah

    Warna kulit pucat

    Napas cepat

    Berkeringat

    Pada setiap pembedahan selalu terjadi kehilangan cairan yang lebih menonjol dibandingkan

    perdarahan sebagai akibat adanya evaporasi dan translokasi cairan internal. Kehilangan cairan akibat

    penguapan (evaporasi) akan lebih banyak pada pembedahan dengan luka pembedahan yang luas

    dan lama. Jaringan yang mengalami trauma, inflamasi atau infeksi dapat mengakibatkan sequestrasi

    sejumlah cairan interstitial dan perpindahan cairan ke ruangan serosa (ascites) atau ke lumen usus.

    Pada organ ginjal pembedahan dan anestesia dapat mengakibatkan:

  • 7/29/2019 77938819-terapi-cairan-anestesi

    8/13

    Deri Arara|Terapi Cairan 8

    Laju Filtrasi Glomerular (GFR = Glomerular Filtration Rate) menurun. Reabsorbsi Na+ di tubulus meningkat yang sebagian disebabkan oleh meningkatnya kadar

    aldosteron.

    Meningkatnya kadar hormon anti diuretik (ADH) menyebabkan terjadinya retensi air danreabsorpsi Na+ di duktus koligentes (collecting tubules) meningkat.

    Ginjal tidak mampu mengekskresikan free water atau menghasilkan urin hipotonis.

    2.3 Terapi Cairan

    I. Pengganti defisit Pra bedah

    Defisit cairan karena persiapan pembedahan dan anestesi (puasa, lavement) harus diperhitungkan

    dan sedapat mungkin segera diganti pada masa pra-bedah sebelum induksi. Kehilangan cairan di

    ruang ECF ini cukup diganti dengan cairan hipotonis seperti garam fisiologis, ringer laktat dan

    dextrose. Pedoman koreksinya adalah :

    Hitung kebutuhan cairan perhari ( perjam )

    Hitung deficit puasa ( lama puasa ) atau derajat dehidrasi

    Pada jam I berikan 50 % deficit + cairan pemeliharaan/jam

    Pada jam II berikan 25 % deficit + cairan pemeliharaan/jam

    Pada jam III berikan 25 % deficit + cairan pemeliharaan/jam

    II. Terapi cairan selama pembedahan

    Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung berdasarkan kebutuhan dasar ditambah

    dengan kehilangan cairan akibat pembedahan (perdarahan, translokasi cairan dan penguapan atau

    evaporasi). Jenis cairan tergantung kepada prosedur pembedahannya dan jumlah darah yang hilang.

    1) Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis misalnya bedah mata (ekstrasi,katarak) diberikan cairan rumatan saja selama pembedahan.

    2) Pembedahan dengan trauma ringan misalnya: appendektomi dapat diberikan cairansebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 4 ml/kgBB/jam untuk pengganti

    akibat trauma pembedahan.

    3) Pembedahan dengan trauma sedang berat diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam untukkebutuhan dasar ditambah 8 ml/kgBB/jam untuk pembedahannya.

  • 7/29/2019 77938819-terapi-cairan-anestesi

    9/13

    Deri Arara|Terapi Cairan 9

    Kebutuhan cairan tambahanan berdasar derajat trauma :

    Perubahan cairan Contoh operasiRata rata (

    kristaloid )

    KecilPerbaikan Tendon

    0 2 ml/kg/hrTimpanoplasti

    SedangHisterektomi

    2 4 ml/kg/hrhernia Inguinal

    BesarPeritonitis

    4 8 ml/kg/hrLaparatomi dengan memotong usus

    4) Penggantian darah yang hilangKehilangan darah sampai sekitar 20% EBV (EBV = Estimated Blood Volume = taksiran volume

    darah), akan menimbulkan gejala hipotensi, takikardi dan penurunan tekanan vena sentral.

    Kompensasi tubuh ini akan menurun pada seseorang yang akan mengalami pembiusan

    (anestesi) karena depresi komponen vasoaktif. Perkiraan volume darah:

    Usia Volume darah

    NeonatusPrematur 90 ml/kgBB

    Full term 85 ml/kgBB

    Bayi 80 ml/kgBB

    DewasaLaki-laki 75 ml/kgBB

    Wanita 65 ml/kgBB

    Volume cairan intravaskuler dapat dipertahankan dengan larutan kristaloid ( 2 3x jumlah

    perdarahan), koloid ( jumlahnya sama dengan perkiraan jumlah perdarahan), pemberian transfusi

    darah tetap harus menjadi bahan pertimbangan berdasarkan:

    a) Keadaan umum penderita ( kadar Hb dan hematokrit) sebelum pembedahan

    b) Jumlah/penaksiran perdarahan yang terjadi

    c) Sumber perdarahan yang telah teratasi atau belum.

    d) Keadaan hemodinamik (tensi dan nadi)

    e) Jumlah cairan kristaloid dan koloid yang telah diberikan

    f) Kalau mungkin hasil serial pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit.

    g) Usia penderita

  • 7/29/2019 77938819-terapi-cairan-anestesi

    10/13

    Deri Arara|Terapi Cairan 10

    III. Terapi Cairan Pasca Bedah

    Terapi cairan pasca bedah ditujukan terutama pada hal-hal di bawah ini:

    1) Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi. Kebutuhan air untukpenderita di daerah tropis dalam keadaan basal sekitar 50 ml/kgBB/24jam. Pada hari pertama

    pasca bedah tidak dianjurkan pemberian kalium karena adanya pelepasan kalium dari

    sel/jaringan yang rusak, proses katabolisme dan transfusi darah. Akibat stress pembedahan,

    akan dilepaskan aldosteron dan ADH yang cenderung menimbulkan retensi air dan natrium.

    Oleh sebab itu, pada 2-3 hari pasca bedah tidak perlu pemberian natrium. Penderita dengan

    keadaan umum baik dan trauma pembedahan minimum, pemberian karbohidrat 100-150

    mg/hari cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan kalori dan dapat menekan pemecahan

    protein sampai 50% kadar albumin harus dipertahankan melebihi 3,5 gr%. Penggantian cairan

    pasca bedah cukup dengan cairan hipotonis dan bila perlu larutan garam isotonis. Terapi cairan

    ini berlangsung sampai penderita dapat minum dan makan.

    2) Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah:a. Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar 15% setiap kenaikan 1C suhu tubuhb. Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau muntah.c. Penderita dengan hiperventilasi atau pernapasan melalui trakeostomi dan humidifikasi.

    3) Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama pembedahan yang belumselesai. Bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr%, sebaiknya diberikan transfusi darah untukmemperbaiki daya angkut oksigen.

    4) Koreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi cairan. Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara seksama meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, diuresis, tingkat

    kesadaran, diameter pupil, jalan nafas, frekuensi nafas, suhu tubuh dan warna kulit.

    2.5 Jenis Cairan

    1) Cairan KristaloidCairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES = CEF). Indikasi penggunaan

    antara lain untuk resusitasi defisit cairan di ruang interstitiel pada pasien syok hipovolemik,

    kasus kasus perdarahan memerlukan cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4

    kali jumlah darah yang hilang ) ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk

    mengatasi defisit volume intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler

    sekitar 20-30 menit.

    Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, mudah di dapat, tidak perlu dilakukan cross

    match, tidak menimbulkan alergi, menurunkan viskositas darah, penyimpanan sederhana dan

  • 7/29/2019 77938819-terapi-cairan-anestesi

    11/13

    Deri Arara|Terapi Cairan 11

    dapat disimpan lama. Efek samping pemberian sejumlah cairan kristaloid dapat mengakibatkan

    timbulnya edema perifer dan edema paru. Selain itu, pemberian cairan kristaloid berlebihan juga

    dapat menyebabkan edema otak dan meningkatnya tekanan intra kranial.

    Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak digunakan untuk resusitasi

    cairan walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir menyerupai cairan intravaskuler.

    Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami metabolisme di hati menjadi

    bikarbonat.

    2) Cairan KoloidDisebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma substitute atau

    plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat molekul

    tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama

    (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler. Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk

    resusitasi cairan secara cepat terutama pada syok hipovolemik/hermorhagik atau pada

    penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein yang banyak (misal luka

    bakar). Kerugian dari plasma expander yaitu mahal dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik

    (walau jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada cross match. Berdasarkan

    pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:

    a) Koloid alamiYaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5 dan 2,5 % ). Dibuat dengan caramemanaskan plasma atau plasenta 60C selama 10 jam untuk membunuh virus hepatitis

    dan virus lainnya. Fraksi protein plasma selain mengandung albumin (83%) juga

    mengandung alfa globulin dan beta globulin. Prekallikrein activators (Hagemans factor

    fragments) seringkali terdapat dalam fraksi protein plasma dibandingkan dalam albumin.

    Oleh sebab itu pemberian infuse dengan fraksi protein plasma seringkali menimbulkan

    hipotensi dan kolaps kardiovaskuler.

    b) Koloid sintesis yaitu:A. Dextran:

    Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70

    (Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000 diproduksi oleh bakteri

    Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media sukrosa. Walaupun

    Dextran 70 merupakan volume expander yang lebih baik dibandingkan dengan

    Dextran 40, tetapi Dextran 40 mampu memperbaiki aliran darah lewat sirkulasi

    mikro karena dapat menurunkan kekentalan (viskositas) darah. Selain itu Dextran

    mempunyai efek anti trombotik yang dapat mengurangi platelet adhesiveness,

  • 7/29/2019 77938819-terapi-cairan-anestesi

    12/13

    Deri Arara|Terapi Cairan 12

    menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran

    darah. Pemberian Dextran melebihi 20 ml/kgBB/hari dapat mengganggu cross

    match, waktu perdarahan memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran dapat

    menimbulkan reaksi anafilaktik yang dapat dicegah yaitu dengan memberikan

    Dextran 1 (Promit) terlebih dahulu.1

    B. Hydroxylethyl Starch (HES)Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000 1.000.000, rata-rata

    71.000, osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik 30 mmHg. Pemberian 500 ml

    larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat urin dalam waktu 2 hari

    dan sisanya 64% dalam waktu 8 hari. Larutan koloid ini juga dapat menimbulkan

    reaksi anafilaktik dan dapat meningkatkan kadar serum amilase ( walau jarang). Low

    molecullar weight Hydroxylethyl starch (Penta-Starch) mirip Heta starch, mampu

    mengembangkan volume plasma hingga 1,5 kali volume yang diberikan dan

    berlangsung selama 12 jam. Karena potensinya sebagai plasma volume expander

    yang besar dengan toksisitas yang rendah dan tidak mengganggu koagulasi maka

    Penta starch dipilih sebagai koloid untuk resusitasi cairan pada penderita gawat.

    C. GelatinLarutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat molekul rata-rata

    35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang. Ada 3 macam gelatin, yaitu:a. Modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell)b. Urea linked gelatinc. Oxypoly gelatin

    Merupakan plasma expanders dan banyak digunakan pada penderita gawat.

    Walaupun dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (jarang) terutama dari golongan

    urea linked gelatin. Keuntungan gelatin tidak terlalu mahal, dapat disimpan 2 3

    tahun pada suhu ruangan, dampak pada system koagulasi tidak terlalu menonjol,

    aman bagi fungsi ginjal. Kerugian gelatin cepat diekskresi melalui urin, meningkatkan

    viskositas darah dan memudahkan agregasi eritrosit, terjadi reaksi anafilaksis.

  • 7/29/2019 77938819-terapi-cairan-anestesi

    13/13

    Deri Arara|Terapi Cairan 13

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Tutuko, bambang. Dkk, Panduan Tatalaksana Terapi Cairan Perioperatif, Perhimpunan DokterSpesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia, 2009

    2. Senaphati, tjokorda. dkk, Buku Ajar Anestesi dan Reanimasi , indeks Jakarta. 2010.3. Latief S, Kartini, Dachlan. (editor). Terapi Cairan Pada pembedahan. Dalam : Petunjuk Praktis

    Anestesiologi. Edisi II. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. 2002.

    4. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [ serial online ] 2006 Mar [dikutip 6 Okt 2007].Tersedia dari: URL: http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm.

    5. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th ed. New york: McGraw-Hill;1999

    6. Fatimah Nur, D. syok hipovolemik 2010. Tersedia dari URL :http://www.gogle.com/syokhipovolemik.htm

    7. PT. Otsuka Indonesia. Overhidrasi. 2008. http/www.google.com/overhidrasi