76769800-ISI-BARU

24
Makalah Keperawatan Medikal Bedah “Hematothorax” 1 MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I TENTANG HEMATOTHORAXDISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 A.HUMAIDI A.SYAIFUDIN DONDI DENTA ARDILA SARI 08 600 02 LULU IKA RIZKIKA 08 600 031 MAR’ATUS SILMI 08 600 034 TITIN HIDAYATI 08600053 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Transcript of 76769800-ISI-BARU

Page 1: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

1

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

TENTANG

“HEMATOTHORAX”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

A.HUMAIDI

A.SYAIFUDIN

DONDI

DENTA ARDILA SARI 08 600 02

LULU IKA RIZKIKA 08 600 031

MAR’ATUS SILMI 08 600 034

TITIN HIDAYATI 08600053

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Page 2: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

2

2010

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puja dan puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medilak Bedah I tentang

“Hematothorax” ini tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

mendukung dan membantu kami dalam proses penyelesaian makalah ini, hingga dapat

diselesaikan dan dikumpulkan tepat pada waktunya.

Kami juga mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya, apabila dalam penyusunan dan

penulisan makalah ini terdapat kesalahan yang disengaja maupun tidak. Untuk itu kritik dan

saran yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah yang kami susun

ini. Karena sesungguhnya kebenaran dan kesempurnaan itu hanya datang dari Allah SWT

dan kesalahan itu datang dari diri kami pribadi. Tidak ada manusia yang sempurna di bumi

ini.

Demikian dari kami, semoga apa yang kami susun dan tulis dalam makalah ini dapat

berguna bagi kita semua, terutama para pembaca. Amin.

Surabaya, Oktober 2010

Penyusun

Page 3: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

3

DAFTAR ISI

COVER MAKALAH…………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR……...………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI……………….....………………………………………………………. iii

Bab 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………...........……...………..…………………………..…... 2

1.2 Rumusan Masalah…....…….............….………………………….…...............

1.3 Tujuan…………..…………….…….........……………….………..… 3

Bab 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hematothorax.....................................................................

2.2 Etiologi Hematothorax.........................................................................

2.3 Patofisiologi Hematothorax.................................................................

2.4 Manifestasi Klinis Hematothorax........................................................

2.5 Diagnosis Hematothorax.....................................................................

2.6 Pemeriksaan Penunjang Hematothorax...............................................

2.7 Penanganan Hematothorax..................................................................

2.8 Komplikasi Hematothorax...................................................................

2.9 Asuhan Keperawatan pada Kasus Hematothorax...............................

2.10 Contoh Kasus Hematothorax............................................................

Bab 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………….……….......

3.2 Saran……..........………………………………………………............

Page 4: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akumulasi darah dalam dada , atau hematothorax adalah masalah yang relatif umum ,

paling sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur atau dinding dada . hematothorax

tidak berhubungan dengan trauma adalah kurang umum dan dapat disebabkan oleh berbagai

penyebab . Identifikasi dan pengobatan traumatik gematothorax adalah bagian penting dari

perawatan pasien yang terluka . Dalam kasus hematothorax tidak berhubungan dengan

trauma , penyelidikan yang hati – hati untuk sumber yang mendasari harus dilakukan ketika

perawatan terjadi .

Hematothorax mengacu pada koleksi darah dalam rongga pleura . Walaupun beberapa

penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya 50 % diperlukan untuk

mendefinisikan hematothorax ( dibandingkan dengan berdarah efusi pleura ) . Sebagian besar

tidak setuju pada perbedaan tertentu . Meskipun etiologi paling umum adalah hematothorax

tumpul atau trauma tembus , itu juga dapat hasil dari sejumlah nontraumatic menyebabkan

atau dapat terjadi secara spontan .

Pentingnya evakuasi awal darah melalui luka dada yang ada dan pada saat yang sama ,

menyatakan bahwa jika perdarahan dari dada tetap , luka harus ditutup dengan harapan

bahwa ada tekanan intrathoracic akan menghentikan perdarahan jika efek yang diinginkan

tercapai , menyarankan agar luka dibuka kembali beberapa hari kemudian untuk evakuasi

tetap beku darah atau cairan serosa .

Mengukur frekuansi hematothorax dalam populasi umum sulit . Hematothorax yang

sangat kecil dapat dikaitkan dengan satu patah tulang rusuk dan mungkin tak terdeteksi atau

tidak memerlukan pengobatan . karena sebagian besar terkait dengan hematothorax trauma ,

perkiraan kasar terjadinya mereka dapat dikumpulkan dari trauma statistik .

Oleh sebab itu, penulis mengangkat judul asuhan keperawatan tentang hematothoraks

untuk dibahas lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian dari hematothorax?

1.2.2 Bagaimana etiologi terjadinya hematothorax?

1.2.3 Bagamanakah patofisiologi dari hematothorax?

1.2.4 Bagaiamana manifestasi klinis dari hematothorax?

Page 5: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

5

1.2.5 Bagaiamana pemeriksaan diagnostik dari hematothorax ?

1.2.6 Bagaimana penanganan untuk kasus hematothorax?

1.2.7 Apa komplikasi yang muncul dari hematothorax?

1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan dari kasus hematothorax?

1.2.9 Seperti apa contoh kasus hematothorax?

1.3 Tujuan

1.3.1 Menjelaskan pengertian dari hematothorax

1.3.2 Menjelaskan etiologi terjadinya hematothorax

1.3.3 Menjelaskan patofisiologi dari hematothorax

1.3.4 Menjelaskan manifestasi klinis dari hematothorax

1.3.5 Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dari hematothorax

1.3.6 Menjelaskan penanganan untuk kasus hematothorax

1.3.7 Menjelaskan komplikasi yang muncul dari hematothorax

1.3.8 Menjelaskan asuhan keperawatan dari kasus hematothorax

1.3.9 Menjelaskan contoh kasus hematothorax

Page 6: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

6

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hematothoraks

Hematothorax adalah adanya kumpulan darah di dalam ruang antara dinding dada dan

paru-paru (rongga pleura). Sumber darah mungkin dari dinding dada, parenkim paru–paru,

jantung atau pembuluh darah besar. Kondisi biasanya merupakan akibat dari trauma tumpul

atau tajam. Ini juga mungkin merupakan komplikasi dari beberapa penyakit. (Puponegoro,

1995).

Hemathothoraks (hemotoraks) adalah terakumulasinya darah pada rongga thoraks

akibat trauma tumpul atau tembus pada dada. Hemathothoraks biasanya terjadi karena cedera

di dada. Penyebab lainnya adalah pecahnya sebuah pembuluh darah atau kebocoran

aneurisma aorta yang kemudian mengalirkan darahnya ke rongga pleura.

2.2 Etiologi Hematothorax

Hemathothoraks dapat dibagi berdasarkan penyebabnya :

1. Hemathothoraks Spontan, Oleh karena : primer (ruptur blep ), sekunder (infeksi

keganasan), neonatal,.

2. Hemathothoraks Yang Didapat, Oleh karena: iatrogenik, barotrauma, trauma.

Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada. Trauma misalnya :

Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada

Trauma tumpul dada kadang-kadang dapat mengakibatkan lecet hemothorax oleh

pembuluh internal.

Diathesis perdarahan seperti penyakit hemoragik bayi baru lahir atau purpura Henoch-

Schönlein dapat menyebabkan spontan hemotoraks. Adenomatoid malformasi kongenital

kistik: malformasi ini kadang-kadang mengalami komplikasi, seperti hemothorax.

Penyebab dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah

intercostal atau arteri mammaria internal yang disebabkan oleh cedera tajam atau cedera

tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebrata torakal juga dapat menyebabkan hemotoraks.

Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi.

Hematothorax dapat juga terjadi pada pasien yang memiliki:

Sebuah cacat pembekuan darah

Trauma tumpul dada

Page 7: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

7

Kematian jaringan paru-paru (paru-paru infark )

Kanker paru-paru atau pleura

Menusuk dada ( ketika senjata seperti pisau atau memotong peluru paru-paru )

Penempatan dari kateter vena sentral

Operasi jantung

Tuberkulosis

Hematoraks masif adalah terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1500 cc dalam

rongga pleura. Penyebabnya adalah luka tembus yang merusak pembuluh darah sistemik atau

pembuluh darah pada hilus paru. Selain itu juga dapat disebabkan cedera benda tumpul.

Kehilangan darah dapat menyebabkan hipoksia.

2.3 Patofisiologi Hematothorax

Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri,

menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru yang

menembus paru-paru, mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau

menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya darah ke

dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.

2.4 Gambaran Klinis Hematothorax

· Gangguan pengembangan dada

· Perubahan kedalaman pernapasan

· Sesak napas mendadak

· Perkusi dada pekak

· Nyeri dada

· Perdarahan nyata (massif)

· Sianosis

· Hipoksia

· Takikardi

· Hipotensi

2.5 Pemeriksaan diagnostik dari hematothorax

Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara atau cairan pada area pleura, dapat

menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)

GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruh, gangguan mekanik

pernapasan dan kemampuan mengkompensasi Pa CO2 kadang-kadang meningkat. Pa

CO2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.

Page 8: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

8

2.6 Penanganan Hematothorax

Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan pendarahan, dan

menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura.

Penanganan pada hemotoraks adalah:

MEDIS

1. Resusitasi cairan.

Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang dilakukan

bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus cairan kristaloid secara

cepat dengan jarum besar dan kemudian pemnberian darah dengan golongan spesifik

secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok

untuk autotranfusi, bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest tube ( WSD ).

2. Pemasangan WSD ( water sealed drainage )

WSD Adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan water seal untuk mengalirkan

udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura) TUJUANNYA : • Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan

tekanan negatif rongga tersebut • Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit

cairan pleura / lubrican.

Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi

Atmosfir 760 760 760

Intrapulmoner 760 757 763

Intrapleural 756 750 756

Perubahan Tekanan Rongga Pleura INDIKASI PEMASANGAN WSD : • Hemotoraks, efusi pleura • Pneumotoraks ( > 25 % ) • Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk • Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator KONTRA INDIKASI PEMASANGAN : • Infeksi pada tempat pemasangan • Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol. CARA PEMASANGAN WSD

1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksillaris

anterior dan media. 2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan. 3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus

interkostalis.

Page 9: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

9

4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru.

5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps

6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding dada 7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan. 8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.

ADA BEBERAPA MACAM WSD : 1. WSD dengan satu botol

• Merupakan sistem drainage yang sangat sederhana • Botol berfungsi selain sebagai water seal juga berfungsi sebagai botol penampung. • Drainage berdasarkan adanya grafitasi. • Umumnya digunakan pada pneumotoraks

2. WSD dengan dua botol

• Botol pertama sebagai penampung / drainase • Botol kedua sebagai water seal • Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level. • Dapat dihubungkan sengan suction control

3. WSD dengan 3 botol

• Botol pertama sebagai penampung / drainase • Botol kedua sebagai water seal • Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer.

Page 10: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

10

KOMPLIKASI Trauma Thorax • Laserasi, mencederai organ ( hepar, lien ) • Perdarahan • Empisema subkutis. • Tube terlepas • Infeksi • Tube tersumbat. Perawatan yang perlu dilakukan : • Fiksasi chest tube pada dinding dada dan fiksasi semua sambungan selang dengan baik. • Awasi chest tube supaya tidak terlipat atau tertekuk • Catat tanggal dan waktu pemasangan WSD dan jenis WSD yang digunakan. • Cek level water seal chamber dan suction control chamber •Perhatikan gelembung udara pada water seal. • Monitor tanda – tanda vital dan status pernafasan. • Perhatikan dan catat cairan drainase yang keluar, jumlah dan konsistensinya. • Rawat luka drainase.

Tranfusi darah diperlukan selam aada indikasi untuk torakotomi. Selama penderita

dilakukan resusitasi, volume darah awal yang dikeluarkan dengan chest tube dan kehilangan

darah selanjutnya harus ditambahkan ke dalam cairan pengganti yang akan diberikan. Warna

darah ( artery / vena ) bukan merupakan indikator yang baik untuk di pakai sebagai dasar

dilakukannya torakotomi.

Torakotomi sayatan yang dapat dilakukan di samping, di bawah lengan (aksilaris

torakotomi); di bagian depan, melalui dada (rata-rata sternotomy); miring dari belakang ke

samping (posterolateral torakotomi); atau di bawah payudara (anterolateral torakotomi) .

Dalam beberapa kasus, dokter dapat membuat sayatan antara tulang rusuk (interkostal disebut

pendekatan) untuk meminimalkan memotong tulang, saraf, dan otot. Sayatan dapat berkisar

dari hanya di bawah 12.7 cm hingga 25 cm.

KEPERAWATAN

Mengurangi sesak napas

Page 11: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

11

Mengurangi kecemasan

Mencegah komplikasi

Meningkatkan kenyamanan klien

2.7 Komplikasi Hematothorax

Komplikasi dapat berupa :

1. Kegagalan pernafasan

2. Kematian

3. Fibrosis atau parut dari membran pleura

4. Syok

Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan diafragma (otot besar di

dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam

rongga dada berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang mengumpul di

rongga menempatkan pasien pada risiko infeksi dan mengurangi fungsi paru-paru, atau

bahkan kehancuran (disebut pneumotoraks ).

2. 8 Asuhan Keperawatan Pada Hematothorax

a. Pengkajian

Pengumpulan Data

Hal yang penting dalam riwayat keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Identitas

1. Umur : Biasanya terjadi usia 18 – 30 tahun.

2. Alergi terhadap obat atau makanan tertentu.

3. Pengobatan terakhir.

4. Pengalaman pembedahan.

5. Riwayat penyakit dahulu.

6. Riwayat penyakit sekarang.

7. Dan Keluhan.

2. Data subyektif

· Klien mengeluh sesak napas

· Klien mengungkapkan nyeri dada

· Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya

· Klien meminta informasi tentang tindakan yang dilakukan

3Data obyektif :

· Perubahan kedalaman pernapasan

Page 12: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

12

· Gangguan pengembangan dada

· Takikardia

· Gelisah

· Sianosis

· Kontur nadi kecil dan lemah

· Perkusi dada pekak berbatas

· Klien tampak gelisah

· Ekspresi wajah meringis

3. Pemeriksaan fisik

1. Sistem Pernapasan :

Sesak napas, Nyeri, batuk-batuk, terdapat retraksi pada klavikula atau dada.

Pengambangan paru tidak simetris. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.

Pada perkusi ditemukan adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks (redup). Pada

asukultasi, suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang . Pekak dengan

batas seperti, garis miring/tidak jelas. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. Gerakan

dada tidak sama waktu bernapas.

2. Sistem Kardiovaskuler :

Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk. Takhikardia lemah, Pucat, Hb turu

normal, dan hipotensi.

3. Sistem Persyarafan :

Tidak ada kelainan.

4. Sistem Perkemihan.

Tidak ada kelainan.

5. Sistem Pencernaan :

Tidak ada kelainan.

6. Sistem Muskuloskeletal – Integumen.

Kemampuan sendi terbatas. Ada luka bekas tusukan benda tajam.

Terdapat kelemahan .Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.

7. Sistem Endokrine :

Terjadi peningkatan metabolisme. Kelemahan.

8. Sistem Sosial / Interaksi.

Tidak ada hambatan.

9. Spiritual :

Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

Page 13: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

13

10. Pemeriksaan Diagnostik :

Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural. Pa Co2 kadang–

kadang menurun. Pa O2 normal/menurun. Saturasi O2 menurun (biasanya). Hb mungkin

menurun (kehilangan darah). Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.

b. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimal

karena akumulasi udara/cairan.

2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan

penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek

spasme otot sekunder.

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan

untuk ambulasi dengan alat eksternal.

5. Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum.

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow

drainage.

7. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder

terhadap trauma.

c. Intevensi Keperawatan :

1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal

karena trauma.

Tujuan : Pola pernapasan efektif.

Kriteria hasil: Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif, mengalami perbaikan

pertukaran gas-gas pada paru, adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

Intervensi :

1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke

sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi

yang tidak sakit.

2. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-

tanda vital.

R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress

fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan

hipoksia.

Page 14: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

14

3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.

R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan

kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.

R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap

rencana teraupetik.

5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan

pernapasan lebih lambat dan dalam.

R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan

sebagai ketakutan/ansietas.

6. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1–2 jam :

1) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.

R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang

meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.

2) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan.

R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir

masuk ke area pleural.

3) Observasi gelembung udara botol penempung.

R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari

penumotoraks/kerja yang diharapkan. Gelembung biasanya menurun seiring dengan

ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan

ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.

4) Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat,

atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi

dranase bila perlu.

R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah

tekanan negative yang diinginkan.

5) Catat karakter/jumlah drainage selang dada.

R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang

memerlukan upaya intervensi.

7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yaitu dengan dokter, radiologi dan fisioterapi

dalam pemberian antibiotika, pemberian analgetika, fisioterapi dada, dan konsul photo

toraks.

R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

Page 15: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

15

2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan

penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

Tujuan : Jalan napas lancar/normal

Kriteria hasil : Menunjukkan batuk yang efektif, tidak ada lagi penumpukan sekret di saluran

pernapasan, dan klien merasa nyaman.

Intervensi :

1) Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan

sekret di saluran pernapasan.

R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien

terhadap rencana teraupetik.

2) Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, dapat menyebabkan

frustasi.

a. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin

R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

b. Lakukan pernapasan diafragma

R/ Pernapasan diafragma menurunkan frekuensi napas dan meningkatkan ventilasi

alveolar.

c. Tahan napas selama 3 – 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak

mungkin melalui mulut.

d. Lakukan napas ke dua, tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk

pendek dan kuat

R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi

sekret.

e. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.

3) Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi

yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000-1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.

R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang

mengarah pada atelektasis.

4) Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.

R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.

Page 16: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

16

5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yaitu dengan dokter, radiologi dan fisioterapi

dalam pemberian expectoran, pemberian antibiotika, fisioterapi dada, dan konsul photo

toraks.

R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan mengevaluasi perbaikan

kondisi klien atas pengembangan parunya.

3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek

spasme otot sekunder.

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.

Kriteria hasil : Nyeri berkurang/dapat diadaptasi, dapat mengindentifikasi aktivitas yang

meningkatkan/menurunkan nyeri, Pasien tidak gelisah.

Intervensi :

1) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.

R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah

menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

a) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang

dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.

R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan

terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.

b) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.

R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.

2) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ;

misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.

R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.

3) Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama

nyeri akan berlangsung.

R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat

membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.

R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.

5) Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat

analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 – 2 jam setelah tindakan

perawatan selama 1 – 2 hari.

R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk

mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat

Page 17: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

17

2.9 Contoh kasus dengan hematothorax

Tn.X, usia 30 tahun dengan hematothorax. Pasien semenjak kecelakaan 24 jam lalu

mengeluh tidak bisa tidur karena menahan nyeri dada dan merasa sesak.pasien terlihat

ekspresi wajahnya meringis kesakitan dan tampak gelisah dan lemah.

1.PENGKAJIAN

1.1 Identitas Pasien :

Nama Tn.X

Umur 30 thn

Agama Islam

Suku/Bangsa Jawa / Indonesia

Alamat Sleko 13 Muntilan

1.2 Anamnesis ( pada tanggal 8 Mei 2010)

1. Keluhan Utama

Nyeri dada setelah kecelakaan

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Tanggal 7 mei 2010 siang, pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, pasien pengendara

sepeda motor. Pasien jatuh sendiri karena pepetan. Saat jatuh pasien mengeluh nyeri di

tangan kiri dan terasa sulit digerakkan. Setelah kecelakaan pasien langsung dibawa ke RS

Muntilan. Di RS muntilan pasien di pasang rangsel verband. Pasien merasa sesak dan

kesakitan di dada sebelah kiri sehingga pasien dirujuk ke RS Tidar kota Magelang.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Asma : Disangkal

Hipertensi : Disangkal

Jantung : Disangkal

DM : Disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Asma : Disangkal

Hipertensi : Disangkal

Jantung : Disangkal

DM : Disangkal

1.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak lemah

Page 18: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

18

Kesadaran : Compos Mentis

1. Vital Sign : TD : 100/70 mmhg S : 370 C

N : 80 X / mnt P : 28X / mnt

2. Kepala : Mesosephal

Kulit : Akral dingin

Mata : Conjunctiva anemis ( - ), sclera tidak ikterik

Telinga : Secret ( - )

Hidung : Secret ( - )

3. Thorax

Inspeksi : memar

- Pulmo

Inspeksi : Retraksi ( - ), ketinggalan gerak ( + )

Palpasi : Krepitasi ( + ), ketinggalan gerak ( + )

Perkusi : Redup pada bagian basal paru kiri

Auskultasi : Vesikuler, ronkhi ( + ), Wheezing (-/-)

- Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak

Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS IV

Perkusi : Redup

Auskultasi : Regular, bising ( - )

4. Abdomen

Inspeksi : Perut sejajar dada.

Palpasi : Hepar / lien tidak teraba, NT ( - )

Perkusi : Pekak alih ( - )

Auskultasi : Peristaltik norm 18x/menit

5. Ekstremitas : Akral dingin

I.4. Hasil Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium

Darah Rutin :

WBC : 11,34

HGB : 13,9

PLT : 229

Kimia Darah :

GDS : 119,1

Page 19: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

19

GD puasa : 104,2

Ureum : 52,6

Creatinin : 0,91

SGOT : 40,0

SGPT : 26,3

2) Pemeriksaan Radiologi

Hematothorax sinistra

1.5 PENANGANAN

Infus RL 20 tpm

Lapicef 3x1

Lapixim 3x1

Bonesco 3x1

Fetanin

2. DIAGNOSA

1. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma thoraks akibat

kecelakaan

2. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak

maksimal karena trauma.

3. INTERVENSI

1. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma thoraks akibat

kecelakaan

Tujuan : Nyeri akut pasien dapat berkurang/hilang dalam waktu 1x3 jam setelah perawatan

Kriteria hasil : - K/U tenang

- Nyeri berkurangdapat

- Pasien mampu mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan

nyeri.

Intervensi :

1) Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat

analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 – 2 jam setelah tindakan

perawatan selama 1 – 2 hari.

R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk

mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat

Page 20: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

20

2) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ;

misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.

R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.

3) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.

R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.

4) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.

R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah

menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

5) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang

dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.

R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan

terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.

6) Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama

nyeri akan berlangsung.

R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat

membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.

R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.

2. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal

karena trauma.

Tujuan : Pola pernapasan pasien dapat kembali efektive/normal (16-24x/menit) dalam 6 jam

setelah perawatan

Kriteria hasil: - K/U tenang

- Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif (16-24x/menit)

-Pasien mampu melaksanakan anjuran yang telah diberikan

-Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

Intervensi :

1) Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke

sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi

yang tidak sakit.

2) Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-

tanda vital.

Page 21: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

21

R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress

fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan

hipoksia.

3) Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.

R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan

kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

4) Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.

R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap

rencana teraupetik.

5) Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan

pernapasan lebih lambat dan dalam.

R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan

sebagai ketakutan/ansietas.

6) Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1–2 jam :

a. Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.

R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang

meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.

b. Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan.

R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir

masuk ke area pleural.

c. Observasi gelembung udara botol penempung.

R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari

penumotoraks/kerja yang diharapkan. Gelembung biasanya menurun seiring dengan

ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan

ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.

d. Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat,

atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi

dranase bila perlu.

R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah

tekanan negative yang diinginkan.

e. Catat karakter/jumlah drainage selang dada.

R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang

memerlukan upaya intervensi.

Page 22: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

22

7) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yaitu dengan dokter, radiologi dan fisioterapi

dalam pemberian antibiotika, pemberian analgetika, fisioterapi dada, dan konsul photo

toraks.

R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

BAB 3

PENUTUP

Page 23: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

23

3.1 Kesimpulan

Hemathothoraks (hemotoraks) adalah terakumulasinya darah pada rongga thoraks

akibat trauma tumpul atau tembus pada dada. Hemathothoraks biasanya terjadi karena cedera

di dada. Penyebab lainnya adalah pecahnya sebuah pembuluh darah atau kebocoran

aneurisma aorta yang kemudian mengalirkan darahnya ke rongga pleura.

Hemathothoraks dapat dibagi berdasarkan penyebabnya :

1. Hemathothoraks Spontan, Oleh karena : primer (ruptur blep ), sekunder (infeksi

keganasan), neonatal,.

2. Hemathothoraks Yang Didapat, Oleh karena: iatrogenik, barotrauma, trauma.

Penanganan Hematothorax,Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien,

menghentikan pendarahan, dan menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura. Penanganan

pada hemotoraks adalah:Medis : Resusitasi cairan, Pemasangan chest tube ( WSD ),

Thoracotomy, keperawatan : · Mengurangi sesak napas

· Mengurangi kecemasan

· Mencegah komplikasi

· Meningkatkan kenyamanan klien

3.2 Saran

Berdasarkan makalah diatas, penulis menyarankan kepada para pembaca agar lebih

memperhatikan kemungkinan resiko penyebab terjadinya hematothoraks sehingga akan

mengurangi angka kejadiannya dan apabila ditemukan kasus seperti di atas maka sebaiknya

dilakukan penanganan sedini mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan,

Page 24: 76769800-ISI-BARU

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

“Hematothorax”

24

pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.

Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta.

Sri Lestari. 2010. Hematothorax. http://www.srilestari.blogspot.com. 11102010

Ghandi. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Hematothorax. http://ghandi.blogspot.com.

Diakses pada tanggal 11 oktober 2010 pukul 19.10