734-1167-1-SM.pdf

8
PROSIDING 2012© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6 TG9 - 1 PETROLOGI FASIES SENTRAL BATUAN GUNUNG API PARE-PARE Ulva Ria Irfan & Budiman Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea Makassar, 90245 Telp./Fax: 0411-580202 e-mail : [email protected] Abstrak Pada Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, terdapat penyebaran batuan vulkanik di Sulawesi Selatan yang berarah Utara ke Selatan. Penjajaran gunung api dikontrol oleh sesar Walanae. Salah satu produk dari aktivitas vulkanik adalah batuan yang berstruktur aliran dan breksi piroklastik yang merupakan ciri dari Formasi Batuan Gunungapi Pare-Pare, Batuan gunungapi Pare-Pare menyusun Kotamadya Pare-Pare, bagian Utara Kabupaten Pinrang, bagian Timur Kabupaten sidrap dan Bagian Selatan Kabupaten Barru. Penyebaran batuan vulkanik di daerah Lumpue terdiri dari batuan agglomerate dan Batuan trakit memperlihatkan struktur columnar joint, shetting joint, vesicular dan scoria. Kehadiran agglomerate dengan fragmen yang berbentuk globular dan sortasi yang sangat jelek menunjukkan bahwa terbentuknya di dekat volcanic vent. Batuan trakit porfiri membentuk struktur flow banding yang semi rectangular dan dapat diinterpretasikan menyusun kubah lava. Batuan autoklastik tersingkap pada bagian atas, juga menunjukkan produk vulkanik yang serupa dengan batuan agglomerate dan trakit. Berdasarkan himpunan batuan agglomerate, trakit dan breksi autoklastik serta struktur dan tekstur yang menunjukkan bahwa daerah Lumpue merupakan fasies sentral gunung api Pare- Pare. Kata kunci: petrologi, fasies sentral, gunung api Pare-Pare PENDAHULUAN Penyebaran batuan produk gunung api di Sulawesi Selatan tersingkap berarah utara selatan. Berdasarkan seri batuan vulkanik dapat dibedakan dari selatan ke utara yaitu vulkanik Baturape, Lompobattang, Cindako, Camba (fasies vulkanik), Soppeng dan Pare-Pare (Yuwono, et.al., 1987). Arah penyebaran batuan vulkanik dikontrol oleh sistem sesar Walanae Barat dan Walanae Timur (van Leeuwen, 1981). Pada Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat (Sukamto, 1982), terdapat penyebaran batuan gunung api Pare-Pare (Tppv). Penyebaran batuan gunung api Pare-Pare menutupi Kotamadya Pare-Pare, bagian Utara Kabupaten Pinrang, bagian Timur Kabupaten sidrap dan Bagian Selatan Kabupaten Barru (Kaharuddin, 2009). Batuan gunung api yang tersebar pada kelompok batuan gunung api Pare-Pare berupa aliran dan lava dan breksi piroklastik yang terdiri dari tufa lapilli, breksi vulkanik, setempat terdapat sisipan lava yang bersifat trakit-andesit (Sukamto, 1982; Yuwono, et.al., 1987). Gunung api merupakan tempat keluarnya magma dan gas di permukaan bumi dengan melontarkan material vulkanik dan membentuk morfologi suatu bukit atau gunung. Morfologi gunung api pada umumnya berbentuk kerucut, lereng yang simetris dan mengecil ke arah kaki gunung. Di daerah Pare-Pare dan sekitarnya tidak ditemukan lagi bentuk morfologi gunung api, meskipun batuan yang menyusun daerah Pare-Pare adalah produk dari letusan gunung api. Menurut Vessel (2001), gunung api yang bentuknya tidak ideal disebut gunung api purba yang telah mengalami ledakan yang besar dan proses erosi. Ledakan yang besar biasanya menghasilkan suatu kaldera yang bentuknya melingkar. Namun di daerah Pare-Pare dan sekitarnya juga belum ditemukan lokasi kalderanya. Beberapa metode dapat dilakukan untuk menentukan lokasi kaldera yaitu dengan analisis geomorfologi, stratigrafi batuan gunung api, vulkanologi fisik, struktur geologi serta petrologi-geokimia (Bronto, 2006) dan data seismik (Nemmeth et.al., 2001). Petrologi pada zona sentral merupakan bagian dari riset paleovulkanik Pare-Pare yang difokuskan pada analisis petrologi fisik dan analisis petrografis. Pengamatan dan pengambilan sampel batuan dilakukan di sepanjang tebing pantai Lumpue yang terdapat singkapan batuan vulkanik Pare-Pare. Analisis petrologi meliputi identifikasi faktor-faktor geologi dan hubungannya dengan pembentukan batuan-batuan pada fasies sentral. Identifikasi dan

Transcript of 734-1167-1-SM.pdf

Page 1: 734-1167-1-SM.pdf

PROS ID ING 2 0 12 © HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6

TG9 - 1

PETROLOGI FASIES SENTRAL BATUAN GUNUNG API PARE-PARE

Ulva Ria Irfan & Budiman

Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea – Makassar, 90245

Telp./Fax: 0411-580202

e-mail : [email protected]

Abstrak Pada Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, terdapat penyebaran

batuan vulkanik di Sulawesi Selatan yang berarah Utara ke Selatan. Penjajaran gunung api

dikontrol oleh sesar Walanae. Salah satu produk dari aktivitas vulkanik adalah batuan yang

berstruktur aliran dan breksi piroklastik yang merupakan ciri dari Formasi Batuan

Gunungapi Pare-Pare, Batuan gunungapi Pare-Pare menyusun Kotamadya Pare-Pare,

bagian Utara Kabupaten Pinrang, bagian Timur Kabupaten sidrap dan Bagian Selatan

Kabupaten Barru. Penyebaran batuan vulkanik di daerah Lumpue terdiri dari batuan

agglomerate dan Batuan trakit memperlihatkan struktur columnar joint, shetting joint,

vesicular dan scoria. Kehadiran agglomerate dengan fragmen yang berbentuk globular dan

sortasi yang sangat jelek menunjukkan bahwa terbentuknya di dekat volcanic vent. Batuan

trakit porfiri membentuk struktur flow banding yang semi rectangular dan dapat

diinterpretasikan menyusun kubah lava. Batuan autoklastik tersingkap pada bagian atas, juga

menunjukkan produk vulkanik yang serupa dengan batuan agglomerate dan trakit.

Berdasarkan himpunan batuan agglomerate, trakit dan breksi autoklastik serta struktur dan

tekstur yang menunjukkan bahwa daerah Lumpue merupakan fasies sentral gunung api Pare-

Pare.

Kata kunci: petrologi, fasies sentral, gunung api Pare-Pare

PENDAHULUAN

Penyebaran batuan produk gunung api di Sulawesi Selatan tersingkap berarah utara – selatan. Berdasarkan seri

batuan vulkanik dapat dibedakan dari selatan ke utara yaitu vulkanik Baturape, Lompobattang, Cindako, Camba

(fasies vulkanik), Soppeng dan Pare-Pare (Yuwono, et.al., 1987). Arah penyebaran batuan vulkanik dikontrol oleh

sistem sesar Walanae Barat dan Walanae Timur (van Leeuwen, 1981). Pada Peta Geologi Lembar Pangkajene

dan Watampone Bagian Barat (Sukamto, 1982), terdapat penyebaran batuan gunung api Pare-Pare (Tppv).

Penyebaran batuan gunung api Pare-Pare menutupi Kotamadya Pare-Pare, bagian Utara Kabupaten Pinrang,

bagian Timur Kabupaten sidrap dan Bagian Selatan Kabupaten Barru (Kaharuddin, 2009). Batuan gunung api

yang tersebar pada kelompok batuan gunung api Pare-Pare berupa aliran dan lava dan breksi piroklastik yang

terdiri dari tufa lapilli, breksi vulkanik, setempat terdapat sisipan lava yang bersifat trakit-andesit (Sukamto,

1982; Yuwono, et.al., 1987).

Gunung api merupakan tempat keluarnya magma dan gas di permukaan bumi dengan melontarkan material

vulkanik dan membentuk morfologi suatu bukit atau gunung. Morfologi gunung api pada umumnya berbentuk

kerucut, lereng yang simetris dan mengecil ke arah kaki gunung. Di daerah Pare-Pare dan sekitarnya tidak

ditemukan lagi bentuk morfologi gunung api, meskipun batuan yang menyusun daerah Pare-Pare adalah produk

dari letusan gunung api. Menurut Vessel (2001), gunung api yang bentuknya tidak ideal disebut gunung api purba

yang telah mengalami ledakan yang besar dan proses erosi. Ledakan yang besar biasanya menghasilkan suatu

kaldera yang bentuknya melingkar. Namun di daerah Pare-Pare dan sekitarnya juga belum ditemukan lokasi

kalderanya. Beberapa metode dapat dilakukan untuk menentukan lokasi kaldera yaitu dengan analisis

geomorfologi, stratigrafi batuan gunung api, vulkanologi fisik, struktur geologi serta petrologi-geokimia

(Bronto, 2006) dan data seismik (Nemmeth et.al., 2001).

Petrologi pada zona sentral merupakan bagian dari riset paleovulkanik Pare-Pare yang difokuskan pada analisis

petrologi fisik dan analisis petrografis. Pengamatan dan pengambilan sampel batuan dilakukan di sepanjang

tebing pantai Lumpue yang terdapat singkapan batuan vulkanik Pare-Pare. Analisis petrologi meliputi identifikasi

faktor-faktor geologi dan hubungannya dengan pembentukan batuan-batuan pada fasies sentral. Identifikasi dan

Page 2: 734-1167-1-SM.pdf

Petrologi Fasies Sentral Batuan … Ulva Ria Irfan & Budiman

Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Geologi Volume 6 : Desember 2012

TG9 - 2

analisis ciri fisik dan struktur batuan dapat menuntun ke arah pemahaman tentang proses vulkanisme yang

membentuk Gunung api Pare-Pare.

LOKASI DAERAH PENELITIAN

Lokasi penelitian secara administratif termasuk dalam wilayah Daerah Lumpue Kecamatan Bacukiki Barat

Kotamadya Pare-Pare Propinsi Sulawesi Selatan (Gambar 1). Letak secara geografis pada koordinat 119° 36'

50" - 119° 37' 50" Bujur Timur dan 03° 3' 40" – 04° 02' 40" Lintang Selatan (LS). Daerah penelitian termasuk

dalam Lembar Pare - Pare , nomor 2011 – 63 Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000 edisi I tahun 1991.

Daerah Lumpue dapat dicapai dengan menggunakan transportasi darat dari Makassar menuju Kotamadya Pare -

Pare menggunakan kendaraan beroda empat yang ditempuh sekitar 3,5 jam perjalanan.

Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mencakup analisis citra landsat, geomorfologi dan petrologi batuan gunung api berdasarkan data

lapangan dan data laboratorium. Lokasi penelitian lapangan dilakukan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya

yaitu pada pantai Lumpue. Analisis geologi dan litologi dilakukan pada batuan yang tersingkap. Pada setiap

batuan yang tersingkap dilakukan identifikasi karakteristik fisik, pengukuran ketebalan lapisan batuan,

pengukuran arah dan kemiringan batuan. Selain itu dilakukan pula pengukuran data untuk menentukan struktur

geologi dan menganalisis aspek geomorfologi.

Pada setiap lapisan batuan dilakukan pengambilan contoh batuan yang dikhususkan pada batuan yang masih

segar. Jika terdapat struktur dan tekstur tertentu, maka dilakukan pengambilan contoh dengan mengikuti pola

struktur dan tekstur tersebut.

Sampel batuan yang telah diperoleh dari lapangan kemudian dipreparasi dalam bentuk sayatan tipis (thin section)

yang akan digunakan untuk menganalis batuan secara mikroskopis atau petrografis. Preparasi dan analisis

petrografis dilakukan pada Laboratorium Petrografi Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin. Analisis

petrografis bertujuan untuk mengidentifikasi mineral penyusun batuan dan menganalisis tekstur batuan. Jenis

litologi yang didapatkan kemudian dikelompokkan berdasarkan hubungan antara analisis petrologi di lapangan

dan analisis petrografis.

BATUAN VULKANIK LUMPUE

Analisis petrologi produk aktivitas vulkanik Pare-Pare membedakan batuan berdasarkan sifat fisik dan struktur

batuan di lapangan. Berdasarkan analisis petrologi di daerah Lumpue terdiri dari batuan Agglomerat, Trakit dan

Page 3: 734-1167-1-SM.pdf

PROS ID ING 2 0 12 © HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6

TG9 - 3

Breksi autoklastik. Penyebaran batuan tersingkap di sepanjang Pantai Lumpue yang berarah utara – Selatan pada

morfologi pedataran dan tebing pantai.

Agglomerat

Batuan agglomerat tersingkap setempat mendasari pantai Lumpue sepanjang ± 100 m. Akumulasi material

vulkanik yang dominan oleh blok dan bomb membentuk fragmen dan matriks pada batuan aglomerat. Fragmen

dan matriks agglomerat berupa monolitologi yang tersusun oleh lava bersifat trakitik. Aliran lava melingkupi

fragmen dan matriks dan berlaku sebagai semen. Ukuran butir fragmen antara 5 – 75 cm yang menunjukkan

bahwa tingkat sortasi yang jelek. Bentuk butiran fragmen globular (Gambar 2a) yang disebabkan oleh viskositas

magma yang relatif besar. Matriks berukuran 1 – 4 cm dengan bentuk butir rounded – subangular dan bersifat

trakitik.

Gambar 2. a. Fragmen Batuan Agglomerate berbentuk Globular

b. Batuan Agglomerate Terbreksiasi akibat Pengaruh Struktur

Pengaruh struktur sesar juga terlihat pada singkapan agglomerate yang dicirikan oleh berubahnya ukuran fragmen

menjadi lebih halus (2 – 5 cm) dan sortasi yang seragam (Gambar 2b). Pada fragmen yang berukuran besar

terdapat struktur slickenslide yang diakibatkan adanya pergeseran batuan. Bentuk fragmen yang globular dan

sortasi yang jelek dapat menggambarkan bahwa tempat terendapkannya tidak jauh dari pusat erupsi.

Terendapkannya batuan agglomerat menunjukan bahwa pembentukannya dekat atau pada volcanic vent.

Trakit Porfiri

Batuan trakit porfiri memperlihatkan pola penyebaran setempat membentuk bukit kecil dengan ketinggian sekitar

25 mdpl. Kondisi singkapan batuan trakit porfiri sudah mengalami pelapukan atau perubahan bentuk fisik

diakibatkan pengaruh dari abrasi air laut.

Kenampakan lapangan batuan trakit porfiri berwarna abu - abu dan dalam keadaan lapuk abu – abu kecoklatan.

Tekstur tersusun oleh mineral yang berukuran besar (0,5 – 1,5 cm) yang tertanam pada massa dasar. Fenokris

berupa mineral feldspar dengan bentuk eu-subhedral. Struktur batuan massif yang berselingan batuan yang

berstruktur vesicular. Trakit berstruktur scoriaceous mempunyai lubang akibat keluarnya gas yang diameternya

berukuran hingga 30 cm.

Batuan beku trakit yang tersingkap pada daerah Lumpue ini merupakan tipe batuan vulkanik dan termasuk dalam

batuan beku ekstrusif. Proses pembentukan singkapan batuan trakit ini berupa lelehan, sehingga menyebabkan

lava yang keluar dan membeku memperlihatkan adanya kesan perlapisan pada singkapan batuan beku trakit pada

daerah penelitian.

Pada proses pembentukannya, batuan beku trakit pada daerah Lumpue ini juga mempunyai hubungan dengan

pembentukan singkapan batuan lain yang proses pembentukannya masih dipengaruhi oleh lava yang membentuk

batuan trakit pada daerah Lumpue ini. Lava yang keluar membentuk batuan Autoklastik, dimana material yang

membentuk batuan ini merupakan hasil dari lava, Biasanya dijumpai sebagai breksi vulkanik autoklastik yaitu

bentuk fragmentasi padat karena letusan gas-gas yang ada di dalamnya karena oleh penghancuran lava. Jadi

material ini merupakan gesekan penghancuran lava sebagai hasil dari perkembangan lanjut dari pembekuan.

Page 4: 734-1167-1-SM.pdf

Petrologi Fasies Sentral Batuan … Ulva Ria Irfan & Budiman

Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Geologi Volume 6 : Desember 2012

TG9 - 4

Trakit porfiri vesicular, lava trakit mempunyai viskositas yang tinggi, sehingga penyebarannya tidak begitu luas

dibandingkan dengan lava basalt. Ditemukan setempat-setempat, tersusun oleh sanidin yang menunjukkan tipe

alkalin. Bentuk yang membundar menunjukkan sinter silicious, batuan pumish.

Gambar 3. Kenampakan Lapangan Batuan Trakit Porfiri yang Berstruktur Flow-

Banded Rebah (a), Flow-Banded Tegak (b), Vesicular (c) dan

Scoriacous (d)

Breksi Autoklastik

Penyebaran batuan breksi autoklastik tersingkap pada daerah Lumpue, Pekkae dan Tonrangeng. Kedudukan

batuan secara umum berarah relatif barat laut – selatan menenggara. Kenampakan lapangan batuan berwarna

coklat keabu-abuan, warna lapuk hitam kecoklatan, memiliki tekstur klastik kasar, ukuran butir bongkah hingga

pasir kasar, dengan bentuk material angular - subangular, bersortasi buruk, dengan kemas terbuka. Batuan ini

tersusun oleh komponen yang terdiri atas fragmen, matriks, dan semen berupa ash vulkanik (Gambar 4).

Gambar 4. Kenampakan Singkapan Breksi Autoklstik

ANALISIS PETROGRAFIS

Berdasarkan analisis petrografis batuan vulkanik berwarna coklat dengan warna interferensi abu - abu kehitaman.

Tekstur kristalinitas hipokristalin, hal ini dapat dilihat dari kenampakan mikroskopis batuan yang tersusun atas

sebagian kristal dan sebagian lainnya berupa massa dasar, granularitas porfiritik (porfiroafanitik) yang dapat

dilihat dari kenampakan sayatan tipis yang memperlihatkan adanya mineral sulung atau fenokris terdapat pada

massa dasar yang afanitik. Fabric yang terdiri dari bentuk subhedral – anhedral yang terlihat dari bidang batas

kristal yang bervariasi, kombinasi dari bentuk baik sampai bidang batas jelek tidak teratur. Relasi inequigranular

a b

c d

Page 5: 734-1167-1-SM.pdf

PROS ID ING 2 0 12 © HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6

TG9 - 5

yang dapat dilihat dari ukuran butir dari kristal-kristal penyusun batuan yang tidak sama besar, ukuran mineral

0,06 mm – 0.5 mm. Komposisi mineral dari batuan ini yaitu Mineral orthoklas (10 - 20%), sanidin (10 - 20%),

biotit (7 - 25%), kuarsa (5 - 10%) dan massa dasar gelas (20 - 50%).

Gambar 5. Fotomikroskopis Batuan Trakit Porfiri Massif (a) dan Trakit Vesicular (b)

Diinterpretasikan bahwa proses pembentukannya batuan ini diawali dari proses naiknya magma dari perut bumi

yakni dari dapur magma akibat adanya arus konveksi. Sebelum mencapai permukaan bumi, magma mengalami

berbagai macam proses yang dimulai dari proses pemisahan magma homogen dalam fraksi-fraksi dengan

komposisi yang berbeda. Adapun proses pemisahan magma yang terjadi terbagi menjadi dua yaitu diferensiasi

kristalisasi yang melibatkan pemisahan kristal yang terbentuk lebih awal dengan cairan magma dan diferensiasi

gravitasi yakni pemisahan antara magma yang memiliki kandungan silika rendah (magma basa) dengan magma

yang tinggi kandungan silikanya (magma asam), kemudian terjadi proses asimilasi yang menyebabkan komposisi

magma cenderung bersifat asam dan dilanjutkan dengan proses kristalisasi magma membentuk mineral-mineral

sesuai dengan bowen’s reaction series yang diawali dengan pembentukan mineral Hornblende pada suhu 800-

900˚C kemudian dilanjutkan dengan pembentukan mineral plagioklas yaitu jenis Oligoklas 700-800˚C. Setelah

itu, pada suhu kira-kira 600-700˚C terbentuklah mineral K-Feldspar yaitu jenis ortoklas dan Sanidin. Seiring

berlangsungnya proses kristalisasi mineral, suhu magma-pun kian menurun. Ketika suhu magma mencapai 500-

600˚C maka terbentuk mineral Kuarsa pada suhu 375 ˚C. Selanjutnya, pada fase terakhir terjadi perubahan suhu

magma yang relatif sangat cepat sehingga tidak memungkinkan untuk membentuk kristal yang sempurna, maka

terbentuklah massa dasar gelas. Proses kristalisasi mineral yang berlangsung dalam kondisi temperatur dan waktu

yang relatif cepat ini menyebabkan tekstur bersifat porfiroafanitik.

DISKUSI

Aliran magma yang tidak homogen menyebabkan terbentuknya struktur aliran lava yang berlapis. Dalam

perjalanannya ke permukaan terjadi perbedaan komposisi, kandungan volatile, kekentatalan dan kristalisasi.

Magma yang kandungan volatilnya kecil dan tingkat kristalisasi yang besar membentuk batuan trakit yang

berstruktur massif, sedangkan yang kandungan volatilnya tinggi membentuk struktur yang vesicular. Trakit yang

berstruktur massif dicirikan oleh tekstur porfiritik dengan fenokris yang berukuran besar (1,5 – 2 mm) dan

memperlihatkan kesejajaran. Mineral yang terbentuk pada tahap awal kristalisasi membentuk fenokris yang terdiri

dari mineral sanidin dan biotit, sedangkan massa dasar berbentuk glass. Mineral biotit pada umumnya berbentuk

sub-anhedral yang disebabkan oleh korosi massa dasar dan proses sekunder oleh larutan hidrotermal yang

dicirikan oleh terbentuknya mineral klorit pada bagian belahan dari mineral biotit. Mineral sanidin berbentuk

subhedral dengan kembaran polisintetik tidak sempurna, sebagian terdapat eksolusi dengan mineral kuarsa. Pada

mineral sanidin terlihat pula tekstur yang khas pada batuan vulkanik yaitu ophitic. Mineral feldspar yang

berukuran kecil dan terbentuk pada tahap awal kristalisasi dilingkupi oleh mineral sanidin yang berukuran besar.

analisis petrografi juga memperlihatkan tingkat pelapukan ± 25 % dan yang mengalami pelapukan pada tahap

awal adalah mineral biotit. Trakit yang berstruktur vesicular didominasi oleh mineral biotit yang berukuran kecil

(0,2 – 0,5 mm) dan memperlihatkan kesejajaran dengan aliran lava.

Batuan Gunung api Parepare terdiri dari tufa lapilli dan breksi volkanik, setempat dengan sisipan lava bersifat

trakit-andesit. Pengamatan petrografi menunjukkan tufa bersifat tufa gelas, pumice dan litik. Struktur silang siur

dan sisa tumbuhan (arang), sedang di bagian selatan (Barru utara) ditemukan struktur slumping dan convolute

lamination. Di beberapa tempat terutama di bagian selatan terdapat endapan pumice dalam bentuk tras. Dan di

daerah pantai Lumpue ditemukan bekas kaldera yang tersusun oleh lava dan breksi volkanik trakitik. Kedudukan

Page 6: 734-1167-1-SM.pdf

Petrologi Fasies Sentral Batuan … Ulva Ria Irfan & Budiman

Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Geologi Volume 6 : Desember 2012

TG9 - 6

lapisan batuan gunung api Parepare sudah tidak teratur yaitu arah utara – selatan, barat – timur dengan kemiringan

antara 5 - 15o. Umur batuan gunung api Parepare yaitu Pliosen.

Pada fasies sentral ini terdapat lava bercampur dengan ignimbrite, breksi autoklastik dan volcanic neck. Lava

trakitik terdapat di sekitar ketiga volcanic neck, kebanyakan menunjukkan perlapisan atau layer akibat

pendinginan (gambar 2) dan pelepasan gas – gas secara bertahap. Bentuk layer – layer ini sudah tidak teratur

arahnya akibat pengaruh dinamika letusan. Pada bagian atas aliran lava, sebagian tertutupi oleh endapan

ignimbrite dengan berbagai ukuran fragmen kasar dan halus dan umumnya tersusun oleh fragmen pumis.

Ignimbrite menutupi seluruh daerah fasies sentral. Di beberapa tempat terdapat gejala altrasi seperti di daerah

Alitta dan Massepe serta endapan gypsum di daerah Allekuang sebagai akibat pengaruh altrasi hidrotemal.

Fasies sentral dicirikan antara lain adanya kubah lava, intrusi dangkal berupa vulkanik neck, radial dike, sill,

crypto dome, tubuh pluton bertekstur glass, porfiritik, hingga faneritik halus, batuan alterasi hidrotermal, batuan

meta sedimen-metamorf, dan breksi autoklastik. Menurut Yuwono, et.al., 1987, batuan vulkanik pare-pare berasal

dari stratovulkanik yang tersusun oleh lava flow dan breksi piroklastik. Karakteristik petrologi batuan vulkanik

dapat menggambarkan bahwa erupsi vulkanik Pare-Pare termasuk dalam erupsi yang high-explosive, hal ini juga

digambarkan oleh Nemmeth at.al., 2001, bahwa erupsi yang termasuk high explosive dapat menyebabkan

lontaran material besar dan kekosongan dapur magma, yang akhirnya membentuk kaldera runtuhan. Menurut

Yuwono, et.al., 1987, batuan vulkanik Pare-Pare berasal dari stratovulkanik yang tersusun oleh lava flow dan

breksi piroklastik. Komposisi kimia lava bersifat intermedit hingga asam yang berbantuk dike dan plug.

Berdasarkan K-Ar dating menunjukkan umur 6.50-4.25 ma atau Miosen – Pliosen. Menurut Yuwono et.al., 1987,

vulkanik Pare-Pare terbentuk akibat metasomatisme mantel atas dari subduksi pra-Miosen Tengah yang ditandai

dengan hadirnya vulkanik kaya potassium. Mineral yang kaya potassium seperti biotit ditemukan pada batuan

trakit porfiri yang berstruktur massif, bahkan sebagai penyusun utama pada batuan trakit yang berstruktur

vesicular.

SIMPULAN

1. Batuan gunung api Pare-Pare pada facies sentral terdiri dari agglomerate, trakit porfiri dan breksi autoklastik

yang terbentuk dari aliran lava dan breksi piroklastik.

2. Struktur batuan menunjukkan fasies sentral yaitu flow-banded, flow laminated, vesicular dan scoriacous.

3. Komposisi magma yang bersifat trakitik membentuk fragmen batuan trakit pada aglomerat dan breksi

dengan bentuk yang globular menunjukkan bahwa terendapkan pada daerah dekat dengan vent-volcanic.

DAFTAR PUSTAKA

Best, M.,G., & Christiansen, E.,H., (2001), Igneous Petrology, Department of Geology Bringham Young

University, USA, Blackwell Science: 271-275.

Bronto, S., (2006), Fasies Gunungapi dan Aplikasinya, Jurnal Geologi Indonesia, Volume 1,

http:/www.bgl.esdm.go.id/dmdocuments/Jurnal 20060201.pdf.

Djuri, dkk., (1998), Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Palopo, Sulawesi Selatan, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi, Direktorat Jendral Pertambangan Umum dan Energi, Bandung.

Fisher, R.,V., & H.,U., Schmincke, (1984), Pyroclastic Rocks, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, Germany.

Hatch, F.,H., Wells, A.,K., & Wells, M..K., (1983), Petrology of the Igneous Rocks, Rewritten Thirteenth Edition,

Boston, Sydney, Wellington, London Allen & Unwin: 247-253.

Isnawan, D., & Bronto, S., (1997), Penentuan Sumber Erupsi Batuan Gunungapi Tersier dan Implikasinya

terhadap Bahan Tambang, Prosiding PIT IAGI XXVI, Jakarta.

Kaharuddin, (2009), Studi Litofasies Batuan Gunungapi Parepare, Prosiding Hasil Penelitian Fakultas Teknik,

Fakultas Tekinik UNHAS, Makassar.

Mcphie, J., dkk., (1993), Volcanic Textures, Centre for Ore Deposit and Exploration Studies, University of

Tasmania.

Priadi, B., Bellon, H., Maury, R.C., Volve, M., Soeria-Atmadja, R., & Philppet, J.,C., (1994), Magmatic Evolution

in Sulawesi in Light of New 40K – 40Ar Age Data, Makalah PIT IAGI XXIII, Jakarta.

Page 7: 734-1167-1-SM.pdf

PROS ID ING 2 0 12 © HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6

TG9 - 7

Priadi, B., Soeria-Atmadja, R., Maury, R.,C., Bellon, H., & Volve, M., (1997), The Occurrence of Back Arc

Magmatism in Sulawesi : Geochemical Constraints on Geodynamic Reconstruction, Prosiding PIT IAGI

XXVI, Jakarta.

Pribadi, A., dkk., (2007), Mekanisme Erupsi Ignimbrit Kaldera Meninjau, Sumatera Barat, Jurnal Geologi

Indonesia, Volume 2 No 1 Maret 2007.

Sirajuddin, H., dkk., (2011), Menguak Keberadaan Kaldera Gunungapi Tersier Kota Pangkajene Kabupaten

Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan, Prosiding PIT IAGI XXXVI 2011, Makassar.

Williams, H., Turner, F & Gilbert C.,M., (1982), Petrography an Introduction to the Study of Rocks in Thin

Section, Second Edition, W.H. Freeman and Company, New York 267-271.

Yuwono, S.,Y., (1994), Produk Volkanik Pare-Pare (Sulawesi Selatan), Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Bandung.

Page 8: 734-1167-1-SM.pdf

Petrologi Fasies Sentral Batuan … Ulva Ria Irfan & Budiman

Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Geologi Volume 6 : Desember 2012

TG9 - 8