71904485-1-Pengukuran-Faktor-Abiotik
-
Upload
aldha-rizki-utami -
Category
Documents
-
view
125 -
download
1
Transcript of 71904485-1-Pengukuran-Faktor-Abiotik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan yang hidup yang saling memengaruhi. Di dalam ekosistem terdapat makhluk
hidup dan lingkungannya. Makhluk hidup disebut biotik yang meliputi manusia, hewan, dan
tumbuhan. Sedangkan lingkungan disebut abiotik, meliputi cahaya, tanah, air, dan udara.
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari ekosistem. Pembahasan ekologi tidak
lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu abiotik dan
biotik. Komponen abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi,
sedangkan komponen biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan
organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling
memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Ekosistem berada di
atas komunitas dalam hierarki kehidupan. Ekosistem merupakan kesatuan dari komunitas
dengan lingkungannya. Untuk mendapatkan energi dan materi yang diperlukan untuk
hidupnya semua komunitas bergantung pada lingkungan abiotik (Zoer’aini, 2007).
Mengapa pohon mangrove hanya dapat tumbuh di perairan payau sedangkan pohon
pinus tidak dapat tumbuh di perairan payau? Untuk menjawab hal itu dan memahami
peristiwa-peristiwa lainnya yang terjadi di alam ini kita harus mengetahui terlebih dahulu
faktor abiotik yang ada, hal ini dikarenakan faktor abiotik sangat berpengaruh terhadap faktor
biotik.
Salah satu komponen abiotik di lingkungan yang penting adalah tanah, karena tanah
merupakan tempat manusia, hewan, dan tumbuhan hidup, selain itu tanah berperan sebagai
media tumbuh. Agar dapat menumbuhkan tanaman secara baik, maka kita harus
memerhatikan kondisi tanah, yaitu memerhatikan faktor abiotik dari tanah, seperti
kelembaban tanah, bobot isi tanah, pH tanah, kandungan organik dan anorganik (mineral)
tanah. Kondisi tanah pun, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor abiotik tanah, intensitas
cahaya dan temperatur udara pun memengaruhi kondisi tanah. Kandungan air dalam tanah
pun memengaruhi tingkat kesuburan tanah.
Untuk mengetahui faktor-faktor abiotik, kita harus melakukan pengukuran yang
meliputi aspek fisika dan kimia dari lingkungan. Saat ini telah dikembangkan banyak sekali
model alat yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur faktor-faktor abiotik. Agar pengukuran
1
yang didapatkan itu akurat, kita sebaiknya mengetahui kegunaan dan cara penggunaan alat-
alat pengukuran faktor abiotik.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah:
1. Mengetahui sumber dan faktor abiotik
2. Mengetahui alat-alat pengukuran fisika dan kimia dari faktor abiotik, kegunaan
beserta cara penggunaannya.
3. Mengetahui teknik sederhana untuk mempelajari faktor abiotik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di alam terdapat organisme hidup (makhluk hidup) dengan lingkungannya yang tidak
hidup saling berinteraksi berhubungan erat tak terpisahkan dan saling pengaruh memengaruhi
satu sama lain yang merupakan suatu sistem. Dalam hal ini makhluk hidup lazim disebut
dengan biotik, dari asal kata bi berarti hidup. Lingkungan yang tidak hidup disebut abiotik
dari asal kata a dan bi berarti tidak hidup (Zoer’aini, 2007).
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar makhluk hidup. Lingkungan
bagi seorang manusia diantaranya faktor-faktor suhu, makanan, dan manusia lainnya. Suatu
lingkungan tanaman bisa terdiri dari tanah, sinar matahari, dan binatang yang akan memakan
tanaman. Lingkungan abiotik diantaranya adalah suhu, air, udara, dan sinar matahari.
Lingkungan biotik diantaranya ganggang dan makanan. Keduanya biotik dan abiotik
membentuk keselurahan lingkungan dari makhluk hidup maupun no hidup. Lingkungan
abiotik dapat dilihat dari dua hal, yakni komponen atau sumber daya abiotik dan faktor
abiotik. Sumber daya abiotik merupakan suatu lingkungan abiotik yang diperlukan oleh
organisme dan ketersediannya akan berkurang jika oleh organisme, misalnya air, udara,
tanah, dan sebagainya (Odum, 1983). Faktor abiotik adalah jenis parameter abiotik selain
sumber daya, misalnya suhu, pH, kadar air tanah, kelembaban air tanah, salinitas, dan
sebagainya. Seringkali batasan atas sumber daya dan faktor abiotik menjadi kabur. Faktor
abiotik tersebut menentukan keberadaan atau ketersediaan organisme di suatu habitat maka
faktor tersebut disebut faktor pembatas yang menentukan distribusi dan sebaran suatu
organisme. Suhu dan kelembaban merupakan dua faktor abiotik yang sangat penting dalam
mempengaruhi interaksi organisme dengan lingkungannya.
Dalam kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai wilayah darat dimana di atasnya
dapat digunakan untuk berbagai usaha misalnya pertanian, peternakan, mendirikan bangunan
dan lain-lain. Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya
tanaman darat. Tanah berasal dari pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan
organik dan organisme (vegetasi dan hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain
itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air (Sarwono, 2007).
Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap
ke tempat lain. Disamping pencampuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam
3
proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horison-horison
(Sarwono, 2007).
Ekosistem terestrial meliputi komponen biotik dan abiotik, faktor-faktor abiotik ini
secara garis besar dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain
suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah, sedangkan faktor kimia antara lain salinitas, pH,
kadar organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah. Sifat fisika tanah merujuk pada perilaku
mekanik termal, optik, koloidal, dan hidrologi tanah. Perilaku ini menghadirkan sejumlah
parameter yang dapat diamati dan diukur. Sifat kimia tanah meliputi keasaman dan senyawa
organik tanah. Keasaman bersumber dari sejumlah senyawa. Air adalah sumber kecil ion H
karena disosiasi molekul H2O lemah. Faktor abiotik lainnya adalah iklim mikro. Iklim mikro
adalah variasi iklim pada skala beberapa kilometer, meter atau bahkan centimeter, biasanya
diukur dalam waktu yang terlalu pendek. Iklim mikro memengaruhi bentuk permukaan yang
meliputi ketinggian, vegetasi, warna tanah, topografi dan temperatur. Adanya pepohonan
mempengaruhi struktur tanah dan erosi, sehingga mempengaruhi pengadaan air dalam tanah.
Tajuk pohon dan serasah mencegah jatuhnya air hujan langsung pada permukaan tanah
sehingga mencegah erosi, sedangkan humus memperbesar daya serap tanah terhadap air.
Faktor Abiotik Terestrial:
1. Mikroklimat
Mikroklimat adalah kondisi udara yang berpengaruh atau berhubungan langsung dengan
tumbuhan. Walaupun hanya dalam daerah yang sangat kecil, mikroklimat dapat
menyebabkan adaya variasi dalam tipe dan komposisi tumbuhan. Komponen mikroklimat
tersebut antara lain temperatur udara, kelembaban, dan intensitas cahaya.
- Suhu Udara
Suhu udara berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang
diperlukan organisme untuk hidup (Amin, 2007). Pengukuran suhu udara dapat
dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran kuantitatif dinyatakan dalam
satuan kalori. Sedangkan pengukuran kualitatif dinyatakan dalam satuan derajat
Celcius. Pengukuran secara kualitatif dilakukan dengan termometer.
- Kelembaban Udara
Kelembaban udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di udara atau
atmosfer, biasanya dinyatakan dalam berat uap air untuk setiap voleme udara tertentu
yang disebut kelembaban absolut. Kelembaban yang umum digunakan adalag
4
kelembaban udara relatif yaitu berdasarkan perbandingan tekanan uap air di udara
pada waktu pengukuran dengan tekanan uap air jenuh pada suhu yang bersamaan.
Alat yang digunanakan untuk mengukur kelembaban relatif adalah Sling
psychrometer. Alat ini menggunakan dua termometer. Termomerter pertama
digunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan yang kedua digunakan untuk
mengukur suhu udara jenuh karena pada bagian bawah termometer dilengkapi dengan
kain yang dibasahi air. Berdasarkan bacaan dari kedua termometer tersebut, nilai
kelembaba relatif dapat ditentukan dengan menggunakan tabel konversi tertentu,
misalnya tabel dari Taylor.
- Intensitas Cahaya
Intensitas dan lamanya radiasi sinar matahari tidak hanya memengaruhi variabel
atmosfer seperti suhu, kelembaban, dan angin, tetapi juga memengaruhi jumlah
energi untuk produksi bagi hewna dan tumbuhan. Perubahan intensitas cahaya sangat
memengaruhi kegidupan tumbuhan. Untuk dapat memperoleh energi bagi
pertumbuhan dan perkembangannya, tumbuhan memerlukan sejumlah cahaya
minimal. Dibandingkan tumbuhan, hewan relatif tidak membutuhkan energi matahari
secara absolut (Amin, 2007). Pengukuran intensitas cahaya dapat dilakukan dengan
menggunakan Light meter atau Lux meter.
2. Tanah
Tanah (soil) adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam,
terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media
untuk tumbuhnya tanaman (Sarwono, 2007).
- Profil Tanah
Profil tanah merupakan gambaaran tanah secara verikal. Profil tanah umumnya terdiri
dari beberapa horison. Horison O terdiri dari material organik segar atau belum
terdekomposisi secara sempurna. Horison A atau topsoil mengandung material
organik yang tinggi bercampur dengan partikel mineral. Horison B atau zona
penumpukan merupakan tempat terkumpulnya mineral dan humus akibat proses
pencucian/pelindingan dari horison A. horison C berisi batuan Induk.
- Kandungan Air atau Kelembaban Tanah
5
Kandungan air tanah secara kuantitatif dapat ditentukan dengan menghitung jumlah
air yang terkandung di dalam tanah dengan berat segar tertentu. Kandungan air dapat
dinyatakan sebagai persentase air terhadap berat segar tanah.
- Kandungan Organik dan Anorganik (mineral) total Tanah
Zat organik umumnya berasal dari proses pelapukan/penguraian serasah pada lapisan
teratas tanah. Penentuan kandungan organik dan anorganik tanah yang paling
sederhana adalah dengan cara pengabuan.
Bahan organik dan mineral tanah terutama berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara bagi tanaman dan biota tanah. Bahan mineral melalui bentuk partikel-partikelnya
merupakan penyusun ruang pori tanah yang tidak saja berfungsi sebagai gudang udara
dan air, tetapi juga sebagai ruang untuk akar berpenetrasi, makin sedikit ruang pori ini
akan makin tidak berkembang sistem perakaran tanaman. Bahan organik merupakan
sumber energi, karbon, dan hara bagi biota heterotrofik (pengguna senyawa organik),
sehingga keberadaan BOT (Bahan Organik Tanah) akan sangat menentukan populasi
dan aktivitasnya dalam membebaskan hara-hara tersedia yang dikandung BOT
tersebut (Kemas, 2007).
- pH Tanah
pH tanah adalah faktor kimia tanah penting yang menggambarkan sifat asam atau
basa tanah. Besarnya nilai pH tanah dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya jenis
batuan induk, tipe vegetasi, dan aktivitas pemupukan. pH tanah menentukan kelarutan
unsusr-unsur hara dalam larutan tanah, sehingga pH akan memengaruhi ketersediaan
unsur-unsur hara bagi tumbuhan. Tanah berkeasaman tinggi (pH rendah) mengandung
kation-kation besi dan aluminium bebas dalam takaran banyak yang mampu
menyerap ion fosfat sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Pada pH tinggi, kation
mangan juga akan menyerap ion fosfat sehingga tidak tersedia bagi tanaman
(Poewowidodo, 1992). Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan pH-meter
elektronik, soil tester, dan kertas pH universal.
- Suhu Tanah
Suhu tanah merupakan suatun ukuran intensitas panas. Suhu ini berpengaruh langsung
pada fungsi-fungsi fotosintesis, respirasi, permeabilitas dinding sel, serapan air dan
hara, transpirasi, aktivitas enzim dan koagulasi protein (Poewowidodo,1992).
Pengukuran suhu tanah dapat dilakukan dengan alat Weksler, dimana termometer
pada alat ini disimpan dalam tabung kayu yang ujungnya berupa logam meruncing,
6
antara logam dengan termometer terdapat serbuk logam yang menutupi ujung
termometer dan terdapat pada bagian atas logam runcing tadi. Pengukuran suhu juga
dapat menggunakan termometer udara biasa, namun harus dilakukan dengan hati-hati.
- Tekstur Tanah
Tekstur adalah proporsi relatif dari partikel untama pembentuk tanah, yaitu pasir
(sand), debu (silt), dan liat (clay). Jenis partikel utama tanah dibedakan berdasarkan
ukurannya:
Pasir ukuran partikel > 0,05 mm
Debu ukuran partikel antara 0,002 – 0,05 mm
Liat ukuran partikel 1< 0,002 mm
Tekstur tanah menentukan sifat dari tanah tersebut, baik sifat fisika maupun sifat
kimia. Pergerakan air baik vertikal maupun horisontal, persentase sistem kapiler, dan
kadar air tanah akan berlainan pada keadaan tanah yang teksturnya tidak sama.
Demikian pula derajat kesuburan tanah akan sangat tergantung pada tekturnya ini.
- Bobot Isi (bulk density)
Bobot isi adalah perbandingan antara massa tanah pada keadaan kering konstan
dengan volumenya. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat
suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau
ditembus akar tanaman (Sarwono, 2007). Nilai bobot isi bervariasi, bergantung pada
kelembaban dan tekstur tanah. Cara pencuplikan tanah untuk menentukan nilai bobot
isi menggunakan core sampler (cincin pencuplik). Alat ini berupa silinder tanpa alas
dan tutup dengan tinggi dan diameter tertentu. Bisa terbuat dari paralon, pipa besi atau
stainless steel. Bibir silinder bagian bawah dibuat runcing untuk memudahkan dalam
melakukan pencuplikan.
- Purositas
Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara
atau air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan halus. Pori-
pori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedang pori-pori halus berisi air atau kapiler
udara (Poewowidodo, 2007). Total porositas dihitung dari bulk density dan particle
density. Particle density atau kepadatan partikel tanah mineral berkisar antara 2,6-2,7
gcm-1. pada tanah yang tidak atau sedikit mengandung zat organik, kepadatan
partikelnya 2,7 gcm-1, tanah dengan kandungan organik sedang 2,65 gcm-1 , dan tanah
dengan kandungan organik tinggi kepadatan partikelnya lebih rendah dari 2,6 gcm-1.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Praktikum Ekologi dengan judul Pengukuran “Faktor Lingkungan Abiotik Terestrial”
dilaksanakan pada tanggal 15-18 Maret 2011, di dalam dan di taman sekitar Laboratorium
Pusat Terpadu, UIN Syarif Hidayatulullah Jakarta.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain peralatan tulis, penggaris, lux
meter, sling psychrometer, termometer, soil tester, core sampler, dan beberapa alat lainnya
yang menunjang kelancaran praktikum. Sedangkan bahan yang digunakan adalah aquades
dan tanah.
3.3 Cara Kerja
Persiapan yang dilakukan sebelum praktikum adalah mempersiapkan alat-alat yang
diperlukan. Kemudian dilakukan pengukuran faktor abiotik yang meliputi intensitas cahaya,
kelembaban udara, kelembaban tanah, pH tanah, suhu tanah, bobot isi, kandungan organik
dan anorganik total tanah.
- Pengukuran intensitas cahaya
Lux meter digunakan untuk mengukur intensitas cahaya dengan cara penggunaan: 1)
ditekan tombol on/off untuk menyalakan alat, 2) sebelum digunakan, dilakukan
kalibrasi yang (tergantung tipe alat) terlebih dahulu dengan cara: dibiarkan sensor
cahaya tetap tertutup kemudian dipilih range pengukuran melalui tombol “range
switch”, setelah itu ditekan tombol “zero” sehingga layar menunjukkan nilai 0, penutup
sensor cahaya kemudian dibuka untuk melakukan pengukuran, 3) pengukuran
dilakukan dengan menghadapkan sensor pada sumber cahaya yang akan diukur
kemudian nilai intensitas cahayanya adalah bacaan yang tertera pada layar.
- Pengukuran kelembaban udara
8
Sling psychrometer digunakan untuk menentukan kelembaban udara relatif, dengan cara
penggunaan: 1) dengan aquades dibasahi kain yang terdapat pada salah satu bagian
termometer, 2) diputar sling selama 3 menit dengan posisi jauh dari tubuh, 3) dibaca
hasil pengukuran pada kedua termometer sebagai suhu kering dan suhu basah, 4)
dimasukkan nilai suhu kering dan selisih antara suhu basah dan suhu kering tersebut
kedalam tabel, 5) dicatat nilai kelembaban relatif yang terdapat dalam tabel.
- Pengukuran kelembaban dan pH tanah
Soil tester digunakan untuk megukur kelembaban dan pH tanah, dengan cara
penggunaannya adalah dengan cara menancapkan keseluruhan sensor (probe) dari soil
tester ke dalam tanah. Untuk pengukuran kelembaban tanah, tombol yang berada di
bagian atas soil tester ditekan selama kurang lebih 1 menit kemudian dibaca
kelembaban tanahnya. Sedangkan untuk penguuran pH tanah, tombol pada soil tester
tidak perlu ditekan, hanya tunggu sektar 3 menit kemudian dibaca pH tanah.
- Pengukuran suhu tanah
Termomete udara biasa dapat pula digunakan untuk mengukur suhu tanah dengan cara
penggunaan: 1) dibuat lubang pada tanah berdiamater sama dengan termometer, 2)
dimasukkan termometer ke dalam lubang tersebut, 3) dibiarkan termometer berada di
tanah selama kurang lebih 15 menit sebelum suhunya dicatat.
- Pengukuran bobot isi
Core sampler merupakan alat yang digunakan dalam pencuplikan tanah. Pencuplikan
tanah dan pengukuran bobot isi dilakukan dengan cara: 1) dibersihkan permukaan tanah
dari rumput dan serasah, 2) core sampler diletakkan di atas tanah , duat lingkaran
dengan pusat sama dengan core sampler dan jari-jarinya dua kali jari-jari core sampler,
3) dibuat lubang pada lingkaran tersebut mengelilingi core sampler sedalam 10 cm, 4)
core sampler iletakkan dengan hati-hatidan tetap dalam posisi vertikal. 5) Tanah di
sebelah bawah core sampler dipotong dengan sekop atau pisau , 6) diratatakan tanah
sejajar mulut core sampler dengan pisau tipis atau benang nilon, 7) disimpan dalam
kotak agar tanah tidak hancur, 8) diukur tinggi tanah di dalam core sampler, 9)
ditimbang berat bersih dengan timbangan analitik, 10) dioven pada suhu 105 oC selama
48 jam, 11) ditimbang berat kering dengan timbangan analitik.
- Pengukuran kandungan air tanah (kelembaban tanah)
9
1) 10 gr tanah dimasukkan ke dalam cawan porselen, 2) dimasukkan ke dalam oven
dengan suhu 105 oC selama 24 jam, 3) ditimbang berat kering dari tanah dengan
timbangan analitik, 4) dilakukan penimbangan kandungan air.
- Pengukuran kandungan organik dan anorganik tanah
1) tanah yang sudah kering ditimbang 5 gr, 2) dimasukkan ke dalam cawan porselen
yang diketahui beratnya, 3) dilakukan pengabuan degan memasukkan tanah tersebut ke
dalam oven bersuhu 900 oC.
3.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan perhitungan secara matematis untuk kandungan air
tanah, kandungan organik dan anorganik tanah, bulk density, total porositas, dengan rumus:
- Kandungan air tanah (%) = berat segar tanah – berat kering tanah x 100 %
berat segar tanah
- Kandungan organik tanah (%) = berat kering tanah – berat abu tanah x 100 %
berat kering tanah
- Kandungan anorganik tanah (%) = berat abu tanah x 100 %
berat kering tanah
- Bulk density = berat kering tanah
volme core sampler
- Total porositas (%) = 1 – [ bulk density ] x 100 %
particle density
Sedangkan untuk intensitas cahaya, kelembaban udara, kelembaban tanah, pH tanah,
dan suhu tanah dapat dilihat langsung saat praktikum, tidak ada perhitungan matematis untuk
mendapatkan hasilnya.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan faktor abiotik di kawasan UIN Syarif Hidayatullah dilakukan di dalam
dan di taman samping Laboratorium Pusat Terpadu, UIN Syarif Hidayatlullah Jakarta.
Faktor-faktor abiotik yang diamati adalah intensitas cahaya, kelembaban udara, kelembaban
tanah, pH tanah, suhu tanah, kandungan air tanah, kandungan organik tanah, kandungan
anorganik tanah, bobot isi tanah, dan porositas tanah.
4.1 Intensitas Cahaya dan Temperatur Cahaya
Hasil pengamatan intensitas cahaya di taman sekitar laboratorium didapati 3 nilai
yang berbeda karena dilakukan 3 kali pengujian menggunakan Lux meter. Intensitas cahaya
rata-rata yang didapati sebesar 25.333 lux dengan temperatur cahaya 31 oC.
Adanya perbedaan intensitas cahaya walau dalam waktu yang tidak berbeda jauh dan
di tempat yang sama disebabkan dikarenakan adanya pergerakan awan yang dapat menutup
dan membuka sumber cahaya (matahari), namun perbedaan intensitas cahayanya pun tidak
jauh berbeda. Intensitas cahaya dan temperatur cahaya memiliki hubungan berbanding lurus,
yang artinya semakin tinggi intensitas cahaya yang diterima maka temperatur cahaya yang
dihasilkan pun akan semakin tinggi.
Intensitas cahaya dan temperatur cahaya yang cukup tinggi yang didapati dalam
pengamatan disebabkan oleh wilayah yang kami gunakan sebagai tempat pengamatan
merupakan tempat yang tidak ditutupi oleh naungan pohon, sehingga cahaya matahari yang
jatuh tidak terhalang apapun. Pengamatan ini dilakukan pada pagi hari, kemungkinan pada
siang hari intensitas cahaya dan temperatur cahaya pun akan bertambah tinggi.
4.2 Kelembaban Udara
Dari hasil pengamatan dan perhitungan serta pencocokan dengan tabel, didapati
bahwa kelembaban udara relatif di taman sekitar Laboratorium adalah 57%.
Kelembaban udara relatif yang kecil ini disebabkan oleh perbandingan suhu kering
dan basah yang kecil pula. Hal ini menunjukkan semakin tinggi suhu kering dan basah yang
diterima maka kelembaban udara relatif yang dihasilkan pun akan semakin meningkat. Selain
11
itu, kelembaban udara relatif yang rendah ini dikarenakan oleh intensitas cahaya dan
temperatur cahaya yang cukup tinggi. Karena, semakin tinggi intensitas cahaya dan
temperatur cahaya otomatis menyebabkan kadar air yang terdapat di udara menjadi rendah
yang mengakibatkan kelembaban udara relatif yang rendah pula.
4.3 Kelembaban tanah
Dari hasil pengamatan didapati kelembaban tanah sebesar 1,5. Kelembaban tanah ini
cukup rendah mengingat bahwa intensitas cahaya yang masuk ke dalam tanah cukup tinggi.
Selain itu, kandungan air yang terdapat di dalam tanah pun rendah. Hal ini tentunya
berpengaruh pada kelembaban tanah.
4.4 pH tanah
pH tanah di taman sekitar Laboratorium sebesar 7 (netral). Hal ini disebabkan oleh
tidak adanya aktivitas pemupukan tanah yang berlebihan di taman sekitar Laboratorium.
Karena, pemupukan yang berlebihan itu dapat menyebabkan perubahan pH tanah oleh unsur-
unsur organik maupun anorganik yang terkandung di dalam pupuk. Pupuk anorganik dapat
memberikan unsur hara yang cepat, namun apabila hal ini dilakukan terus menerus akan
mengakibatkan kerusakan tanah, salah satunya yaitu perubahan pH. Hal ini pun berlaku pada
unsur-unsur organik, selain memberikan dampak positif, unsur-unsur organik pun dapat
menyebabkan dampak negatif.
pH tanah yang netral ini ternyata merupakan tempat yang baik pertumbuhan rumput
gajah. Karena rumput gajah tampak tumbuh baik di wilayah tersebut. Karena, pH tanah
memengaruhi pertumbuhan tanaman, jika tidak cocok dengan pH tanah di tempatnya berada,
maka tanaman tidak akan tumbuh dengan baik bahkan ada pula yang mati.
4.5 Suhu tanah
Suhu tanah yang didapati di wilayah taman sekitar Laboratorium dengan
menggunakan termometer udara adalah sebesar 27 oC. Tampak adanya perbedaan antara suhu
udara dan suhu tanah, karena sebelumnya diketahui bahwa suhu udara adalah 31 oC. Hal ini
dapat dikarenakan oleh, intensitas cahaya yang terdapat di udara tidak masuk semua ke dalam
tanah, selain itu karena adanya air yang terdapat di dalam tanah sehingga menyebabkan
suhuya tidak lebih tinggi dari suhu udara.
4.6 Kandungan air tanah
12
Dari hasil pengamatan dan perhitungan, didapati kandungan organik tanah di taman
sekitar Laboratorium sebesar 31,126%.
Kandungan air tanah yang rendah ini disebabkan intensitas cahaya dan temperatur
cahaya yang tinggi. Dimana hal ini menyebabkan terjadinya penguapan air dari tanah ke
udara yang menyebabkan kandungan air tanah pun berkurang. Selain itu tidak adanya
aktivitas penyiraman secara berkala di taman sekitar Laboratorium menyebabkan tanah
kekurangan air.
4.7 Kandungan organik dan anorganik (mineral) tanah
Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapati kandungan organik tanah dan
kandungan anorganik tanah di taman sekitar Laboratorium masing-masing sebesar 13,556%
dan 86,444%.
Kandungan organik tanah yang rendah ini disebabkan tidak adanya aktivitas
pemupukan (pupuk kandang dan kompos), karena pupuk mengandung unsur-unsur organik
yang dibutuhkan oleh kesuburan tanah. Selain itu, kurangnya proses pelapukan/penguraian
serasah pada lapisan teratas tanah, dikarenakan di sekitar wilayah yang kami teliti tidak
terdapat pohon berdaun lebat, dimana daun tersebut dapat menjadi bahan hara tanah (bahan
organik). Akan tetapi, kandungan organik yang rendah ini dapat diterima oleh rumput gajah
yang tumbuh baik di wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan rumput gajah merupakan tanaman
yang dapat hidup tanpa persyaratan yang tinggi.
Kandungan anorganik dalam tanah yang besar ini dapat disebabkan oleh
kemungkinan adanya aktivitas pemupukan dengan pupuk buatan yang mengandung unsur-
unsur anorganik. Selain itu, terdapatnya batuan-batuan di dalam tanah tersebut menyebabkan
kandungan anorganik tanah cukup tinggi karena adanya pelapukan batuan yang mengandung
unsur-unsur anorganik. Akan tetapi tingginya kandungan anorganik tanah ini tidak
menghambat pertumbuhan rumput gajah. Hal ini dikarenakan rumput gajah merupakan
tanaman yang dapat mentolerir kandungan anorganik.
4.8 Bobot Isi
Dari hasil pengamatan dan perhitungan, bobot isi tanah di taman sekitar Laboratorium
sebesar 1,122 gr/cm3.
Besarnya nilai bobot isi tanah ini bergantung oleh kandungan air yang terdapat di
dalam tanah. Semakin tinggi kandungan air di dalam tanah, maka bobot isinya semakin besar.
Nilai bobot isi tanah pun bergantung pada pemadatan, komposisi bahan botani penyusunnya,
13
tingkat dekomposisi, serta kandungan mineral saat pengambilan sampel. Jika begitu, wajar
saja jika bobot isi tanah di taman sekitar Laboratorium besar, hal ini disebabkan oleh struktur
tanah tersebut yang padat (kurangnya pori-pori udara) dan tidak adanya aktivitas penyiraman
yang menyediakan air bagi tanah .
4.9 Porositas
Total porositas tanah di taman sekitar Laboratorium hasil pengamatan dan
perhitungan sebesar 56,66%.
Nilai porositas ini dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan
tekstur tanah. Kandungan organik yang rendah (hasil pengamatan dan perhitungan
sebelumnya), struktur tanah yang berupa tanah liat, dan tekstur tanah yang merupakan
gumpalan-gumpalan tanah liat yang begitu padat menyebabkan nilai porositas tanah cukup
rendah. Wajar jika rumput mampu tumbuh dengan baik di tanah yang porositasnya cukup
rendah, hal ini dikarenakan strukturnya akarnya yang serabut, kecil, dan panjang. Struktur
akar yang seperti ini mampu mencari celah dalam padatnya tanah untuk mencari air dan
unsur hara.
14
BAB V
KESIMPULAN
Lux meter digunakan untuk mengukur intensitas cahaya, dengan cara penggunaan
diletakkanya sensor Lux meter ke arah datangnya cahaya matahari. Kelembaban udara relatif
diukur dengan menggunakan Sling psychrometer, dengan cara membandingkan suhu kering
dan basah. Pengukuran kelembaban dan pH tanah menggunakan Soil tester yang ditancapkan
secara hati-hati ke dalam tanah. Termometer udara dapat pula digunakan untuk mengukur
suhu tanah, dengan cara ditancapkan termometer selama beberapa menit di dalam tanah.
Selain dengan menggunakan Soil tester, kelembaban tanah/kandungan air tanah dapat dicari
dengan perhitungan matematis, yaitu berat sear tanah dikurangi berat kering tanah dibagi
kemudian dibagi berat segar tanah lalu dikali seratus persen. Kandungan organik tanah
dihitung menggunakan rumus matematis, yaitu berat kering tanah dikurangi berat abu tanah
kemudian dibagi berat kering tanah dan dikali seratus persen. Kandungan anorganik tanah
dihitung menggunakan rumus matematis, yaitu berat abu tanah dibagi berat kering tanah
kemuudian dikali seratus persen. Bobot isi dicari mula-mula dengan proses pencuplikan tanah
menggunakan core sampler, kemudian dihitung denganrumus matematis yaitu, berat kering
tanah dibagi volume core sampler. Porositas dihitung dengan perhitungan matematis yaitu,
satu dikurangi bulk density yang dibagi particle density, lalu dikali seratus persen.
Komponen abiotik adalah segala sesutu yang tidak bernyawa seperti air, tanah, udara,
suhu, kelembaban, dan cahaya. Komponen abiotik sangat berpengaruh akan keberlangsungan
komponen biotik. Tanah merupakan merupakan komponen yang penting karena tanah
ditempati oleh komponen biotik. Temperatur udara merupakan komponen penting yang
memepengaruhi aktivitas komponen biotik. Intensitas cahaya berperan dalam proses
fotosintesis tumbuhan sebagai produsen. Air juga sangat dibutuhkan oleh komponen biotik,
karena air merupakan pelarut dalam sitoplasma dan menjaga sel dari kekeringan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Kemas. 2007. Dasar-Dasar Ilmu tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hardjowigeno, Sarwono. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Irwan, Zoer’aini. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi Dan Organisasi Ekosistem, Komunitas,
dan ingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Leksono, Amin. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Jatim: Bayumedia
Publishing.
Poewowidodo, Poewowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Bandung: Angkasa.
Muslihat, Lili. 2003. Teknik Pengukuran Bobot Isi Tanah Gambut di Lapangan dn di
Laboratorium. Buletin Teknik Pertanian Vol. 8 No. 2.
Odum, E.P. 1983. Basic Ecology. Saunders College Publishing. United States America.
Widiastuti., Tohari., Endang. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar Daminosida
Terhadap Iklim Miro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan Dalam Pot. Ilmu Pertanian
Vol. 11 No.2.
16
LAMPIRAN
Data Mentah:
- Intensitas cahaya
24000 lux + 26500 lux + 25.500 lux = 25.333 lux
3
- Kelembaban udara
Suhu basah = 25 oC Selisih suhu : (32-25) oC = 7 oC
Suhu kering = 32 oC Kelembaban udara di tabel : 57 %
- Kandungan air tanah
Kandungan air tanah (%) = berat segar tanah – berat kering tanah x 100 %
berat segar tanah
= 10,0000 gr – 6,8874 gr x 100 %
10,0000 gr
= 31,126 %
- Kandungan organik dan anorganik (mineral) tanah
Kandungan organik tanah (%) = berat kering tanah – berat abu tanah x 100 %
berat kering tanah
= 5,0000 gr – 4,3222 gr x 100 %
5,0000 gr
= 13, 556 %
Kandungan anorganik tanah (%) = berat abu tanah x 100 %
berat kering tanah
= 4,3222 gr x 100 %
5 gr
= 86,444 %
- Bobot Isi
17
Bulk density = berat kering tanah *Volume core sampler
volme core sampler = v r2 t
= 129,3848 gr = 3,14 x (2,71 cm) 2 x 5 cm
115,3024 cm3 = 115,3024 cm3
= 1,122 gr/cm3
- Porositas
Total porositas (%) = 1 – [ bulk density ] x 100 %
particle density
= 1 – [ 1,122 gr/cm 3 ] x 100 %
2,65 gcm-1
= 57,66 %
18