70233080-KONSEP-PROFESI-KEGURUAN

13
KONSEP PROFESI KEGURUAN A. Pengertian dan Syarat-Syarat Profesi. Kebanyakan kita mengatakan bahwa mengajar adalah suatu profesi. Apakah yang dimaksud dengan profesi, dan syarat-syarat serta kriteria yang harus dipenuhi agar suatu jabatan dapat disebut suatu profesi. Ornstein dan Levine (1984) menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini : 1. Pengertian Profesi a) Melayani masyarakat b) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai. c) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori praktek. d) Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang. e) Terkendali berdasarkan lisesnsi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya). f) Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu. 1

Transcript of 70233080-KONSEP-PROFESI-KEGURUAN

Page 1: 70233080-KONSEP-PROFESI-KEGURUAN

KONSEP PROFESI KEGURUAN

A. Pengertian dan Syarat-Syarat Profesi.

Kebanyakan kita mengatakan bahwa mengajar adalah suatu profesi. Apakah

yang dimaksud dengan profesi, dan syarat-syarat serta kriteria yang harus dipenuhi

agar suatu jabatan dapat disebut suatu profesi. Ornstein dan Levine (1984)

menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi

di bawah ini :

1. Pengertian Profesi

a) Melayani masyarakat

b) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan

khalayak ramai.

c) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori praktek.

d) Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.

e) Terkendali berdasarkan lisesnsi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk

(untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada

persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya).

f) Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu.

g) Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja

yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.

h) Mempunyai komitmen terhadap jabatan klien, dengan penekanan terhadap

layanan yang akan diberikan.

i) Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya, relatif bebas dari

supervisi dalam jabatan.

j) Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.

k) Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘Elit’ untuk mengetahui dan

mengakui keberhasilan anggotannya.

l) Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau

menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.

1

Page 2: 70233080-KONSEP-PROFESI-KEGURUAN

m) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri

setiap anggotanya.

n) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi.

Tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri di atas, Sanusi et al. (1991),

mengutarakan ciri-ciri utama suatu profesi itu sebagai berikut :

a) Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan

(crusial).

b) Jabatan yang menuntut keterampilan / keahlian tertentu.

c) Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan

masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

d) Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik,

eksplisit, yang bukan hanya sekadar pendapat khalayak umum.

e) Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang

cukup lama.

f) Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-

nilai profesional itu sendiri.

g) Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang

teguh kepada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.

h) Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement

terhadap permasalahan yang dihadapinya.

i) Dalam prakeknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari

campur tangan orang luar.

j) Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan oleh

karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.

2. Pengertian dan Syarat-Syarat Profesi Keguruan.

Khusus untuk jabatan gru, sebenarnya juga sudah ada yang mencoba

menyusun kriterianya. Misalnya National Education Asociation (NEA) (1948)

menyarankan kriteria berikut :

2

Page 3: 70233080-KONSEP-PROFESI-KEGURUAN

a) Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.

b) Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

c) Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.

d) Jabatan yang memerlukan “latihan dalam Jabatan” yang bersinambungan.

e) Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.

f) Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.

g) Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.

h) Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

a. Jabatan yang Melibatkan Kegiatan Intelektual

Jelas sekali bahwa jabatan guru mempengaruhi kriteria ini, karena mengajar

melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual.

b. Jabatan yang Menggeluti Batang Tubuh Ilmu yang Khusus

Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota

mereka dari orang awam, dan memungkinkan mereka mengadakan pengawasan

tentang jabatannya.

Kelompok pertama percaya bahwa mengajar adalah suatu sains (science),

sementara kelompok kedua mengatakan bahwa mengajar adalah suatu kiat (art)

(Stinnett dan Huggett, 1963).

c. Jabatan yang Memerlukan Persiapan Latihan yang Lama

Lagi-lagi terdapat perselisihan pendapat mengenai hal ini. yang membedakan

jabatan profesional dengan non-profesional antara lain adalah dalam penyelisihan

pendidikan melalui kurikulum, yaitu ada yang diatur universitas/institut atau melalui

pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah.

d. Jabatan yang Memerlukan Latihan dalam Jabatan yang Sinambung.

Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang kuat sebagai jabatan

profesional, sebab hampir tiap tahun guru melakukan sebagai kegiatan latihan

profesional, baik yang mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa kredit.

3

Page 4: 70233080-KONSEP-PROFESI-KEGURUAN

e. Jabatan yang Menjanjikan Karier Hidup dan Keanggotaan yang Permanen

Di luar negeri barangkali syarat jabatan guru sebagai karier permanen

merupakan titik yang paling lemah dalam menuntut bahwa mengajar adalah jabatan

profesional.

f. Jabatan yang Menentukan Bakunya Sendiri

Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk

jabatan guru ini sering tidak diciptakan oleh anggota profesi sendiri, terutama di

negara kita.

g. Jabatan yang Mementingkan Layanan di Atas Keuntungan Pribadi.

Jabatan mengejar adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial yang tinggi,

tidak perlu diragukan lagi. Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu

jabatan yang anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk membantu orang lain,

bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi atau keurangan.

h. Jabatan yang Mempunyai Organisasi Profesional yang Kuat dan Terjalin Rapat.

Dalam beberapa hal, jabatan guru telah memenuhi kriteria ini dan dalam hal

lain belum dapat dicapai. Di Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru

mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah.

3. Perkembangan Profesi Keguruan

Dalam sejarah pendidikan guru di Indonesia, guru pernah mempunyai status

yang sangat tinggi dalam masyarakat, mempunyai wibawa yang sangat tinggi, dan

dianggap sebagai orang serba tahu. Peranan guru pada saat itu tidak hanya mendidik

anak di depan kelas, tetapi mendidik masyarakat, tempat bagi masyarakat untuk

bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi ataupun masalah sosial. Namun,

kewibawaan guru memudar sejalan dengan kemajuan zamn, perkembangan ilmu dan

teknologi, dan kepedulian guru yang mengikat tentang imbalan dan jasa.

4

Page 5: 70233080-KONSEP-PROFESI-KEGURUAN

B. Kode Etik Profesi Keguruan

1. Pengertian Kode Etik

a) Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian.

Pasal 28 Undang-Undang ini dengan jelas menyatakan bahwa “Pegawai

Negeri Sipil mempunyai Kode Etik sebagai Pedoman sikap, tingkah laku dan

perbuatan di dalam dan di luar kedinasan.”

2. Tujuan Kode Etik

Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah

untuk kepentingan organisasi profesi itu sendiri.

Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (R.

Hermawan S, 1979) :

a) Untuk Menjunjung Tinggi Martabat Profesi

Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau

masyarakat, agar mereka jangan samapi memandang rendah atau remeh terhadap

profesi yang bersangkutan. Oleh karenanya, setiap kode etik suatu profesi akan

melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atau kelakuan anggota profesi. Yang

dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari segi ini, kode

etik juga seringkali disebut kode kehormatan.

b) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.

Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir (atau

material) maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental). Dalam hal

kesejahteraan lahir pada anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan-

larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang

merugikan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-

tarif minimum bagi honorarium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya,

sehingga siapa-siapa yang mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap

tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin para

5

Page 6: 70233080-KONSEP-PROFESI-KEGURUAN

anggota profesi, kode etik pada umumnya memberi petunjuk-petunjuk kepada

para anggotanya untuk melaksanakan profesinya.

Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan

membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota

profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.

c) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

Tujuan lain kode etik juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian

profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui

tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh

karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang pelu dilakukan para

anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

d) Untuk Meningkatkan Mutu Profesi

Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan

anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu

pengabdian para anggotannya.

e) Untuk Meningkatkan Mutu Organisasi profesi

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap

anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan

kegiatan-kegiatan yang dirancang organsiasi.

3. Penetapan Kode Etik

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku

dan mengikat para anggotanya. Penerapan kode etik lazim dilakukan pada suatu

kongres organisasi profesi.

6

Page 7: 70233080-KONSEP-PROFESI-KEGURUAN

4. Sanksi Pelanggaran Kode Etik

Pada umumnya karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan

pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode

etik adalah sanksi moral.

5. Kode Etik Guru Indonesia

Kode etik guru indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan

norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu

sistem yang utuh dan bulat. Fungsi kode etik guru indonesia adalah sebagai landasan

moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas

pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah.

7

Page 8: 70233080-KONSEP-PROFESI-KEGURUAN

KODE ETIK GURU INDONESIA

Guru indonesia yang berjiwa Pancasila dan setiap pada Undang-Undang

Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamsasi

Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru Indonesia

terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai

berikut :

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia

seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan

melakukan bimbingan dan pembinaan.

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya

proses belajar mengajar.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat

sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap

pendidikan.

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu

dan martabat profesinya.

7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan

kesetiakawanan sosial.

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI

sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

8