6.Aas
-
Upload
putri-desty-amelia -
Category
Documents
-
view
54 -
download
0
description
Transcript of 6.Aas
ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETER (AAS)
PENGANTAR
Pada spektrofotometer UV/Vis, absorpsi radiasi dilakukan oleh molekul.
Pada AAS absorpsi radiasi dilakukan oleh atom-atom bebas.
Sampel diumpankan dalam fase cair.
Sampel padat dipreparasi agar menjadi larutan kemudian harus diuapkan diikuti dengan disosiasi molekul untuk menghasilkan atom bebas.
Cara kerja AAS pada prinsipnya sama dengan kerja spektrofotometer UV/Vis.
AA-6200 Atomic Absorption Spectrophotometer SHIMADZU
Schematic of an atomic-absorption experiment
Skema analisis dengan AAS
Guna AAS
Menganalisis kandungan logam-logam dalam suatu sampel.
Hampir semua jenis logam bisa dianalisis dengan AAS.
Group
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Period
11
H2
He
23
Li4
Be5
B6
C7
N8
O9
F10
Ne
311
Na12
Mg13
Al14
Si15
P16
S17
Cl18
Ar
419
K20
Ca21
Sc22
Ti23
V24
Cr25
Mn26
Fe27
Co28
Ni29
Cu30
Zn31
Ga32
Ge33
As34
Se35
Br36
Kr
537
Rb38
Sr39
Y40
Zr41
Nb42
Mo43
Tc44
Ru45
Rh46
Pd47
Ag48
Cd49
In50
Sn51
Sb52
Te53
I54
Xe
655
Cs56
Ba *71
Lu72
Hf73
Ta74
W75
Re76
Os77
Ir78
Pt79
Au80
Hg81
Tl82
Pb83
Bi84
Po85
At86
Rn
787
Fr88
Ra **103
Lr104
Rf105
Db106
Sg107
Bh108
Hs109
Mt110
Ds111
Rg112
Uub113
Uut114
Uuq115
Uup116
Uuh117
Uus118
Uuo
ATOMISASI
Cara mengatomkan unsur logam umumnya dengan energi panas. Ada 2 cara yang bisa dipakai yaitu:
Flame atomization
Graphite furnace atomization
Untuk menghasilkan uap teratomisasi yang optimum maka suhu harus diatur dengan baik.
Bila suhu terlalu tinggi maka sebagian atom terion sehingga tidak bisa menyerap panjang gelombang yang diharapkan.
Flame Atomization
Bahan bakar gas asetilen (C2H2) dan udara (pengoksidasi). T (suhu) maksimal sekitar 2400oC.
T lebih tinggi udara diganti dengan N2O. Suhu yang dicapai adalah antara 2800 – 3000oC.
Cara kerja:
Bahan bakar + pengoksidasi dimasukkan ke mixing chamber melalui beberapa baffle (supaya pencampuran sempurna)
Larutan sampel disuntikkan ke mixing chamber dengan air jet, lalu sampai pada nyala api di burner akan mengalami pengatoman
Kelemahan:Kira-kira hanya 10% sampel yang teratomiosasi, sebagian besar keluar melalui drain (di bagian bawah mixing chamber). Waktu tinggal atom dalam nyala kira-kira hanya 10-5 – 10-4 detik.Untuk analisis perlu sampel ± 20 mL.Tidak cocok untuk trace element (elemen dengan jumlah sangat sedikit dalam suatu sampel).Tidak cocok untuk unsur-unsur yang volatil (contoh Hg) dan metalloid (Contoh: Te, Se, As, Sb).
Fuel/oxidant Temperature, oC Velocity, cm/sec
CH4/air
CH4/O2
H2/air
C2H2/air
C2H2/O2
C2H2/N2O
1700 – 19002700 – 28002000 – 21002100 – 24003050 – 31502600 – 2800
39 – 43370 – 390300 – 440158 – 2661100 – 2480285
Type of flame
Pada 1700 – 2400oC, hanya sampel yang mudah terdekomposisi yang dapat teratomkan. Pada umumnya dekomposisi sampel perlu temperatur yang lebih tinggi.
Kecepatan pembakaran (burning velocity) penting, karena nyala yang stabil hanya diperoleh pada gas flame rate tertentu. Kecepatan aliran gas harus mencapai kecepatan pembakaran.
Graphite Furnace AtomizationSebagai tempat sampel digunakan tabung graphit dengan diameter beberapa mm dan panjang kira-kira 1 cm.Di bagian atas tabung ada lubang untuk memasukkan sampel. Tabung dipanaskan dalam furnace dengan arus listrik. Kuat arus yang digunakan ± 300 A dengan 10 V. Untuk mencapai suhu 3000oC perlu 3 kW.
Keuntungan graphite furnace atomization antara lain:Semua sampel teratomisasiWaktu tinggal 10-3 – 10-2 detik Sensitivitas pembacaan konsentrasi 1000x dari sensitivitas pada sistem flame.Volume sampel hanya beberapa mikroliterDapat untuk trace element, juga untuk unsur-unsur volatil.
Batas terkecil kemampuan pembacaan konsentrasi sampel untuk logam-logam tertentu
LogamCara pengatoman
Timbal(Pb)
Tembaga
(Cu)
Arsen(As)
Flame 0,10 mg/L 0,04 mg/L
0,4 mg/L
Graphite furnace
0,07 0,09 0,26Lg / Lg / Lg /
Sumber radiasi
Hollow cathode lamp yang terdiri atas sebuah tabung gelas/kwarsa dengan 2 buah elektrode.
Lampu tabung katode tersedia untuk masing-masing unsur logam.
Schematic of a hollow-cathode lamp
Pengukuran konsentrasi dengan AAS
Metode kurva kalibrasi
Metode penambahan/addisi standard
Metode pembacaan konsentrasi secara langsung (pemakaian kurva kalibrasi)
Metode kurva kalibrasi
Kurva kalibrasi diperlukan untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi dan absorbansi yang dibaca pada AAS. Cara ini paling banyak digunakan.
Langkah-langkah:
1. Membuat larutan standard yang konsentrasinya diketahui dengan pasti dengan cara mengencerkan larutan standard pekat (titrisol/spektrosol) menggunakan DDW (deionized distilled water) serta menyiapkan sampel.
2. Mengukur absorbansi larutan standar dan sampel dengan AAS.
3. Membuat grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi (kurva kalibrasi)
4. Membaca konsentrasi sampel pada kurva kalibrasi yang sudah dibuat.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Conc / mg/l
Ab
s
Gambar 1. Kurva kalibrasi (hubungan antara konsentrasi dengan Absorbansi
Perlu diperhatikan:Kurva standard harus linierKonsentrasi sampel terletak pada kisaran kurva standard.Kurva kalibrasi minimal 4 atau 5 titik.Komposisi larutan standard sama dengan komposisi sampel.
Contoh: larutan standard Cu dalam air, sampel mengandung Cu, Pb, Ca dalam air. Pb dan Ca menyebabkan terjadinya kesalahan pengukuran akibat adanya interferensi.
Cara mencegah:
Pisahkan unsur yang akan ditentukan konsentrasinya
Hilangkan unsur-unsur yang dapat menyebabkan interferensi.
Jika unsur yang dapat menekan interferensi sudah diketahui, maka tambahkan zat tersebut pada larutan.
Contoh:
Ca diinterferensi oleh adanya fosfat. Dengan menambahkan LaCl3 akan membentuk kompleks lanthanum fosfat yang stabil, kalsiumnya dapat direduksi menjadi atom Ca.
Metode penambahan standard/addisi standardMetode ini dapat mengurangi kesalahan hasil pengukuran karena adanya perbedaan komposisi antara larutan standard dan sampel.
Langkah-langkah penyiapan sampel:
Siapkan 5 buah labu takar dengan volume tertentu. Isilah masing-masing labu dengan sampel dengan volume yang sama.Ke dalam 4 buah labu ditambahkan larutan standard dengan volume yang berbeda. Tambahkan DDW ke dalam semua labu sampai tanda garis, lalu dikocok sampai homogen.Ukurlah absorbansi masing-masing dengan AAS.Buat kurva hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi.
Kurva ini berupa garis lurus yang tidak melalui titik nol. Nilai konsentrasi larutan yang diukur terletak pada sumbu x positif dan negatif dengan skala yang sama. Nilai absorbansi dicantumkan pada sumbu y. Buatlah kurva linier, lalu perpanjang kurva sampai memotong nilai absorbansi sama dengan 0. Titik potong garis dengan sumbu x, menunjukkan konsentrasi larutan sampel (setelah dikalikan dengan banyaknya pengenceran).
Yang perlu diperhatikan:
Kurva kalibrasi harus lurus
Konsentrasi larutan standard harus dekat dengan sampel
Metode pembacaan konsentrasi secara langsungLangkah-langkah:
Membuat satu set larutan standard
Mengukur absorbansi masing-masing larutan standard
Nilai absorbansi untuk masing-masing larutan standard diset pada nilai konsentrasinya.
Jika AAS digunakan untuk mengukur absorbansi sampel, maka nilai absorbansi dapat langsung diubah ke bentuk konsentrasi (yang terbaca langsung konsentrasi).
Yang perlu diperhatikan:
Hanya untuk daerah kurva kalibrasi yang lurus
SoalKandungan Fe dalam sampel air akan ditentukan dengan AAS memakai cara Adisi Standard untuk meminimalkan adanya interferensi oleh unsur logam lain. Langkah yang dilakukan adalah menyediakan 5 buah labu takar yang volumenya 50 mL. Ke dalam masing-masing labu takar ditambahkan sampel air sebanyak 10 mL. Ke dalam labu I ditambahkan DDW (deionized distilled water) sampai tanda garis. Ke dalam labu II, III, IV, dan V berturut-turut dimasukkan 1 mL, 5 mL, 10 mL, dan 20 mL larutan standard Fe 100 ppm dan selanjutnya ditambahkan DDW sampai tanda garis. Setelah dikocok sampai homogen, masing-masing larutan dalam labu ditentukan absorbansinya pada panjang gelombang 248,3 nm. Hasil pembacaan dengan AAS adalah sebagai berikut:
Berapakah konsentrasi Fe dalam sampel itu? (gambarkan grafik konsentrasi vs abosrbansi).
Labu no. Absorbansi
IIIIIIIVV
0,020,040,120,220,42
Penyiapan sampel
Bila sampel hasil percobaan berbentuk padat, maka sampel harus disiapkan agar bisa dianalisis dengan AAS.
Cara yang dapat digunakan untuk menyiapkan sampel a.l:
Pelarutan asam
Peleburan
Pelarutan bertekanan
Pengabuan kering
Pelarutan dengan oven microwave
Pelarutan dengan asam
Jenis asam yang digunakan tergantung pada logam yang akan dilarutkan.
Logam Jenis asamSebagian besar logam
HCl, HNO3, air raja (HCl:HNO3=3:1)
Sampel biologi Asam perkhlorat, H2SO4
Ikatan silikat pada sampel geologi
HCl
Pelarut grade analar sudah cukup baik. Pelarutan dalam gelas pyrex, tetapi jika asam fluorida sebagai pelarut, maka harus digunakan wadah yang berlapis teflon atau platina.
Peleburan
Sampel + flux dilebur dalam krus dengan nyala pada suhu tinggi. Flux untuk menghindari terbentuknya oksida logam.
Leburan diekstrak dengan air atau asam.
Flux : - Na2CO3 untuk sampel dengan kadar S tinggi
- Natrium tetraborat/ lithium metaborat untuk sampel
yang mengandung banyak silikon.
- Natrium bifluorida
- Yang banyak dipakai yaitu Natrium peroxida
Cara ini sering digabung dengan pelarutan dengan asam.
Kelemahan : mungkin terbentuk garam yang dapat mengganggu pengukuran dengan AAS.
Pelarutan bertekananUntuk sampel yang mudah menguap. Sampel ditutup rapat dalam parr bomb bersama dengan asam, lalu diset pada 150oC pada tekanan tinggi selama 1 malam. Biasanya untuk Hg dan silikon.
Pengabuan keringUntuk sampel dengan kadar C tinggi (batubara, resin).Sampel dipanaskan dalam oven sampai senyawa organiknya terbakar. Untuk menghindari hilangnya senyawa volatil sering ditambah magnesium nitrat. Residu dilarutkan dalam HCl atau HNO3.
Pelarutan dengan oven microwave
Waktu singkat.
Sampel dimasukkan wadah polikarbonat/ teflon ditutup rapat lalu masukkan di microwave.
Beberapa faktor yang berpengaruh pada besar kecilnya absorbansi pada pengukuran dg flame atomization AAS
1. Panjang gelombang sinar2. Kuat arus lampu Kepekaan absorbansi berkurang dengan meningkatnya
kuat arus lampu. Kuat arus yang rendah akan memperpanjang umur lampu, karena itu sebaiknya pengukuran dilakukan pada kuat arus rendah.
3. Kondisi nyala burner
Suhu nyala burner dapat diatur dengan memilih kombinasi bahan bakar dengan oksidan yang sesuai dengan suhu atomisasi unsur yang akan diukur.
4. Laju alir bahan bakar
Untuk beberapa unsur:
kecepatan aliran gas C2H2 > kepekaan pengukuran >, tetapi ada juga kecepatan aliran gas C2H2 < kepekaan pengukuran >.
5. Ketinggian burner juga mempengaruhi kepekaan pembacaan absorbansi. Perlu dipilih tinggi burner optimum agar kepekaan pembacaan absorbansi tinggi.
6. Posisi sudut burner head terhadap arah lintasan sinar dari lampu
Jika burner head diputar 90o terhadap arah lintasan sinar, kepekaan berkurang 1/10 atau 1/20 tergantung unsur yang dianalisis.
Kepekaan pembacaan absorbansi pada analisis dengan metode flame dapat ditingkatkan dengan STAT (slotted Tube Atom Trap)
Contoh: Batas deteksi kadar Pb tanpa STAT 0,1 mg/L dan dengan STAT 7,35 . Lg /