68edb72d83c705e1

download 68edb72d83c705e1

of 120

Transcript of 68edb72d83c705e1

  • i

    HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN KECERDASAN

    EMOSIONAL SERTA KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN PRESTASI

    BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER 1 SMP N 2

    TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2011/ 2012

    SKRIPSI

    Nita Yulianti Rohana Saputri

    NPM. 07310343

    PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

    IKIP PGRI SEMARANG

    2011

  • ii

    HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN KECERDASAN

    EMOSIONAL SERTA KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN PRESTASI

    BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER 1 SMP N 2

    TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2011/ 2012

    SKRIPSI

    Diajukan kepada IKIP PGRI Semarang guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan

    dalam Menyelesaikan Program Strata 1 Sarjana Pendidikan Matematika

    Oleh:

    Nita Yulianti Rohana Saputri

    NPM. 07310343

    PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

    IKIP PGRI SEMARANG

    2011

  • iii

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Kami selaku Pembimbing I dan Pembimbing II dari mahasiswa IKIP PGRI

    Semarang :

    Nama : Nita Yulianti Rohana Spaputri

    NPM : 07310343

    Fakultas/Jurusan : Pendidikan Matematika

    Judul Skripsi : Hubungan antara Minat Belajar dan Kecerdasan

    Emosional serta Kemampuan Spasial dengan Prestasi

    Belajar Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 2

    Tawangsari Tahun Ajaran 2011/ 2012.

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang dibuat oleh mahasiswa tersebut di

    atas telah selesai dan siap diujikan.

    Semarang, 31 Oktober 2011

    Pembimbing I

    Prof. Dr. Sunandar, M.Pd NIP. 19620815 198703 1 002

    Pembimbing II

    Drs. Djoko Purnomo, M.M NIP. 19560727 198303 1 006

  • iv

    LEMBAR PENGESAHAN

    Judul Skripsi Hubungan antara Minat Belajar dan Kecerdasan Emosional serta Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 2 Tawangsari Tahun Ajaran 2011/ 2012, yang disusun:

    Nama : Nita Yulianti Rohana Saputri

    NPM : 07310343

    Jurusan : Pendidikan Matematika

    Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi jurusan Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang.

    Pada :.................................

    Tanggal : ... November 2011

    Panitia Ujian Skripsi

    Ketua, Sekretaris,

    Drs. Nizaruddin, M.Si Drs. Rasiman, M. Pd NIP 19680325 199403 1 004 NIP 19560218 198603 1 001

    Dosen Penguji:

    1. Prof. Dr. Sunandar, M.Pd (.......................................) NIP 19620815 198703 1 002

    2. Drs. Djoko Purnomo, M.M (.......................................) NIP 19560727 198303 1 006

    3. Drs. Rasiman, M. Pd (.......................................) NIP 19560218 198603 1 001

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    Sesungguhnya sesudah kesukaran itu ada kemudahan, maka kerjakanlah

    suatu urusan dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah SWT

    hendaknya kamu berharap

    (QS. An Nasr: 6-8)

    Jangan biarkan kedua orang tuamu menangis karena kegagalanmu, tapi

    biarkanlah kedua orang tuamu menangis karena keberhasilanmu

    Jangan sia-siakan waktu yang masih senggang hanya untuk bersantai,

    karena itu hanya akan merepotkan dirimu sendiri pada waktunya nanti

    Selalu semangat dan optimis dalam menjalani hidup karena kesuksesan

    telah menanti di depan

    PERSEMBAHAN

    Segala pikiran dan dzikir kucurahkan demi karya kecil

    ini sebagai wujud bakti yang akan kupersembahalkan

    untuk:

    Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan

    kasih sayang yang tulus, doa, dukungan, dan

    bimbingan demi kebahagiaanku

    Rekan-rekan seperjuanganku yang selalu

    mendukung dalam penyelesaian skripsi ini

    Sahabat yang senantiasa memberikan dukungan dan

    doa demi kelancaran menyelesaikan skripsi ini

    Almamaterku IKIP PGRI Semarang

  • vi

    ABSTRAKSI

    Penelitian skripsi ini berjudul Hubungan antara Minat Belajar dan Kecerdasan Emosional serta Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 2 Tawangsari Tahun Ajaran 2011/ 2012. Judul ini diangkat karena dilatarbelakangi persoalan yang berkaitan dengan matematika, terutama rendahnya nilai matematika karena faktor minat siswa dalam belajar matematika, emosi, dan kemampuan siswa dalam berfikir spasial.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan minat belajar matematika, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.

    Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012 yang berjumlah 216 siswa yang terdiri dari 6 kelas. Diperoleh kelas sampel sebanyak 36 siswa dengan menggunakan teknik proportional stratified random sampling.

    Dari analisis data yang diujikan diperoleh analisis awal, untuk uji normalitas didapat Lo = 0,1286, dimana diketahui = 5%, didapat Ltabel = 0,1477. Karena Lo < Ltabel maka hasil belajar berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

    Kemudian dari hasil analisis korelasi diperoleh untuk minat belajar matematika ry1 > rtabel yaitu 0,688 > 0,329 dengan persamaan regresi = 1,547 X1 39,388, untuk kecerdaasan emosional ry2 > rtabel yaitu 0,7845 > 0,329 dengan persamaan regresi = 2,443 X2 14,587, untuk kemampuan spasial ry3 > rtabel yaitu 0,336 > 0,329 dengan persamaaan regresi = 42,3004 + 1,77572X3, dan nilai Ry.123hitung > rtabel yaitu 0,786 > 0,329 dengan persamaan regresi ganda = 0,557 X1 + 0,788 X2 + 0,312 X3 34,011, nilai ini akan digunakan untuk menguji keberartian korelasi. Dari nilai koefisien korelasi tersebut dapat diketahui adanya korelasi yang signifikan antara minat belajar matematika, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika. Sedangkan indeks determinasi antara minat belajar matematika, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika sebesar 0,61 yang artinya meningkat atau menurunnya prestasi belajar matematika dipengaruhi 61% oleh minat belajar, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial.

    Oleh karena itu peneliti menyarankan agar minat belajar matematika, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial untuk lebih ditingkatkan agar bisa mencapai prestasi yang diinginkan.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

    melimpahkan hidayah-Nya sehingga dalam penyusunan skripsi ini dapat

    terselesaikan dengan baik.

    Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan

    dalam menyelesaikan program sarjana pendidikan matematika di IKIP PGRI

    Semarang.

    Dalam menyusun skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan serta

    motivasi, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, baik yang dari lembaga

    maupun perorangan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

    yang terhormat;

    1. Muhdi, S. H, M. Hum selaku Rektor IKIP PGRI Semarang.

    2. Drs. Nizaruddin, M. Si selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Semarang.

    3. Drs. Rasiman, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

    IKIP PGRI Semarang.

    4. Prof. Dr. Sunandar, M. Pd selaku dan Dosen Pembimbing I yang telah ikhlas

    mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu penulis dalam

    penyusunan skripsi ini.

    5. Drs. Djoko Purnomo, M. M selaku Dosen Pembimbing II yang telah ikhlas

    mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu penulis dalam

    menyusun skripsi ini.

    6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI

    Semarang yang telah memberikan bekal penulis dalam penyusunan skripsi

    ini.

    7. Bapak Surono, S. Pd selaku kepala sekolah SMP N 2 Tawangsari yang telah

    berkenan memberikan ijin penelitian.

    8. Bapak Jujuk Slamet Wiyana, S. Pd selaku guru mata pelajaran Matematika

    kelas VIII SMP N 2 Tawangsari.

  • viii

    9. Siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari yang telah bersedia membantu penulis

    dalam proses penelitian ini.

    10. Kedua orang tua yang tanpa henti-hentinya menyemangati selama proses

    pembuatan skripsi

    11. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini.

    Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat

    dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat

    bagi para pembaca yang budiman.

    Semarang, 31 Oktober 2011

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

    LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii

    LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v

    ABSTRAKSI ............. ................................................................................. . vi

    KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

    DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

    B. Penegasan Istilah ........................................................................... 5

    C. Permasalahan ............................................................................... 7

    D. Tujuan ........................................................................................... 8

    E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9

    F. Sistematika Skripsi ....................................................................... 10

    BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

    A. Landasan Teori .............................................................................. 11

    B. Tinjauan Materi ............................................................................. 32

    C. Kerangka Berfikir ......................................................................... 33

    D. Hipotesis ...................................................................................... 35

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Populasi ........................................................................................ 38

    B. Sampel ......................................................................................... 38

    C. Variabel Penelitian ....................................................................... 39

    D. Desain Penelitian ........................................................................... 40

    E. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 41

    F. Uji Instrumen Penelitian ................................................................. 43

  • x

    G. Metode Analisis Data ..................................................................... 50

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Persiapan Penelitian ...................................................................... 62

    B. Uji Coba Penelitian ....................................................................... 63

    C. Hasil Penelitian ............................................................................. 75

    D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 98

    BAB V PENUTUP

    A. Simpulan ...................................................................................... 105

    B. Saran ........................................................................................... 106

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    REKAPITULASI BIMBINGAN

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN SKRIPSI

    1. Lampiran 1 : Kisi-kisi uji coba angket minat belajar

    2. Lampiran 2 : Kisi-kisi uji coba tes kecerdasan emosional

    3. Lampiran 3 : Kisi-kisi uji coba tes kemampuan spasial

    4. Lampiran 4 : Kisi-kisi uji coba tes prestasi belajar

    5. Lampiran 5 : Instrumen uji coba (angket minat belajar, tes

    kecerdasan

    emisional, dan tes kemampuan spasial)

    6. Lampiran 6 : Instrumen uji coba tes prestasi belajar

    7. Lampiran 7 : Kriteria pensekoran dan penilaian minat belajar

    8. Lampiran 8 : Kriteria pensekoran dan penilaian tingkat kecerdasan

    emosional

    9. Lampiran 9 : Kunci jawaban dan penilaian tes kemampuan spasial

    10. Lampiran 10: Kunci jawaban dan penilaian instrumen prestasi belajar

    11. Lampiran 11: Daftar nama-nama siswa kelas VIII A, VIIIB, dan VIII C

    SMP N 2 Tawangasari semester 1 tahun ajaran 2011/ 2012

    12. Lampiran 12: Daftar nama-nama siswa kelas uji coba

    13. Lampiran 13: Daftar sampel penelitian

    14. Lampiran 14: Tabel analisis validitas dan reabilitas angket minat belajar

    kelas uji coba

    15. Lampiran 15: Tabel analisis validitas dan reabilitas tes kecerdasan

    emosional kelas uji coba

    16. Lampiran 16: Tabel analisis validitas dan reabilitas tes kemampuan

  • xii

    spasial kelas uji coba

    17. Lampiran 17: Tabel analisis validitas dan reabilitas tes prestasi belajar

    matematika kelas uji coba

    18. Lampiran 18: Kisi-kisi angket minat belajar, tes kecerdasan emosional,

    dan tes kemampuan spasial kelas korelasi

    19. Lampiran 19: Kisi-kisi butir soal prestasi belajar kelas korelasi

    20. Lampiran 20: Instrumen uji korelasi

    21. Lampiran 21: Instrumen tes prestasi belajar kelas korelasi

    22. Lampiran 22: Kriteria pensekoran dan penilaian angket minat belajar dan

    tes kecerdasan emosional kelas korelasi

    23. Lampiran 23: Kunci jawaban tes kemampuan spasial kelas korelasi

    24. Lampiran 24: Kunci jawaban dan penilaian tes prestasi belajar

    25. Lampiran 25: Daftar hasil ulangan siswa sebelum penelitian

    26. Lampiran 26: Tabel perhitungan normalitas sampel kelas

    27. Lampiran 27: Data hasil penelitian tes prestasi belajar

    28. Lampiran 28: Data penelitian angket minat belajar

    29. Lampiran 29: Uji linieritas dan uji independent X1 dan Y

    30. Lampiran 30: Data penelitian kecerdasan emosional

    31. Lampiran 31: Uji linieritas dan uji independent X2 dan Y

    32. Lampiran 32: Data penelitian kemampuan spasial

    33. Lampiran 33: Uji linieritas dan uji independent X3 dan Y

    34. Lampiran 34: Tabel perhitungan korelasi

    35. Lampiran 35 40 : Analisis perhitungan korelasi sederhana

  • xiii

    36. Lampiran 41: Analisis perhitungan korelasi parsial dan ganda

    37. Lampiran 42: Tabel perhitungan regresi linier

    38. Lampiran 43: Analisis perhitungan regresi linier sederhana

    39. Lampiran 44: Tabel perhitungan regresi linier ganda

    40. Lampiran 45: Analisis perhitungan persamaan regresi

    41. Lampiran 46: Analisis perhitungan indeks determinasi

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN TABEL

    1. Tabel Nilai-Nilai r Product Moment

    2. Tabel 2 (Chi-Kuadrat)

    3. Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors

    4. Tabel Distribusi F

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Matematika adalah salah satu bidang studi yang diberikan kepada

    siswa semenjak duduk di pendidikan Sekolah Dasar (SD). Pendidikan

    matematika pada jenjang dasar mengutamakan keterampilan berhitung dan

    hafalan. Sedangkan pendidikan pada jenjang menengah, ditekankan pada

    penalaran, pemikiran logis dan rasional. Di samping itu juga pendidikan

    matematika di sekolah lanjutan bertujuan agar siswa dapat memahami

    pengertian-pengertian matematika, maksudnya kemampuan keterampilan

    dalam mempelajari matematika bukanlah hanya menghafal yang merupakan

    proses mekanis tetapi keterampilan yang merupakan penerapan dari

    pengertian yang ada.

    Hambatan-hambatan yang mungkin dialami siswa dalam

    mempelajari matematika adalah lemahnya penguasaan siswa dalam

    melakukan operasi hitung, kurangnya kemampuan siswa dalam

    mengklarifikasikan apa yang harus ia tempuh jika dihadapkan pada soal serta

    kekurangtepatan dalam menerapkan rumus. Dengan mengetahui kelemahan-

    kelemahan siswa, diharapkan guru mampu meningkatkan penguasaan siswa

    terhadap setiap pokok bahasan demi tercapainya keberhasilan proses belajar

    mengajar.

  • 2

    Keberhasilan seorang siswa dalam mempelajari matematika ditandai

    dengan prestasi belajar. Prestasi belajar seorang siswa akan dipengaruhi oleh

    banyak faktor, baik dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Salah

    satu faktor dari dalam diri siswa adalah minat belajar, apabila seseorang

    merasa tidak memiliki minat untuk menguasai ilmu, maka tidak dapat

    diharapkan siswa mampu belajar secara tekun dan berhasil. Sebaliknya

    seseorang yang berminat terhadap sesuatu, maka ia akan mampu belajar

    secara tekun dan tentu hasilnya akan jauh lebih baik. Di samping adanya

    faktor minat belajar dari siswa, prestasi belajar yang diperoleh seorang siswa

    juga dipengaruhi oleh faktor kecerdasan emosional serta faktor intelegensi,

    misalnya kemampuan spasial.

    Munculnya karya Goleman, Emotional Intelligence: why it can

    matter more than IQ pada tahun 1995, telah membangkitkan minat sangat

    besar mengenai peran kecerdasan emosional dalam kehidupan manusia. Sejak

    saat itu kecerdasan emosional mulai mendapat perhatian dan mulai

    diperhitungkan oleh para pendidik, perilaku bisnis, dan media.

    Kecerdasan emosional tampak seperti baru karena sebelumnya selalu

    tersingkir oleh obsesi abad ke-20 yang menggunakan data ilmiah dan

    rasionalisme, sehingga banyak orang yang beranggapan bahwa bila seseorang

    mempunyai kecerdasan yang tinggi maka ia akan sukses dalam hidup. Namun

    dalam kenyatannya sekarang ini, dapat dilihat bahwa orang yang mempunyai

    kecerdasan tinggi belum tentu sukses dan hidup bahagia. Kecerdasan emosi

    mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi,

  • 3

    dengan kecerdasan akademik (academic intelligence), yaitu kemampuan

    kognitif murni yang diukur drengan IQ. Meskipun IQ tinggi, tetapi bila

    kecerdasan emosi rendah tidak banyak membantu. Banyak orang cerdas,

    dalam arti terpelajar, tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi, ternyata

    bekerja menjadi bawahan orang yang IQ-nya lebih rendah tetapi unggul

    dalam ketrampilan kecerdasan emosi. Dan orang yang mempunyai IQ tinggi

    tetapi karena emosionalnya tidak stabil dan mudah marah, sering kali keliru

    dalam menentukan serta memecahkan persoalan hidup karena tidak bisa

    berkonsentrasi. Emosional yang tidak berkembang dan tidak terkuasai

    mengakibatkan tidak konsisten dalam menghadapi permasalahan hidup dan

    bersikap kurang baik terhadap orang lain sehingga berakibat banyak timbul

    konflik. Misalkan dalam sebuah forum diskusi kelas ada siswa yang tidak

    terima jika pendapatnya kurang memperoleh respon teman-temannya. Karena

    siswa tersebut tidak mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi

    mengakibatkan ia bersitegang dengan temannya yang pendapatnya lebih bisa

    diterima.

    Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional rendah maka

    cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah

    frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi

    lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Dan ini akan

    berpengaruh terhadap poses belajar mereka. Kecerdasan emosional pada diri

    siswa merupakan faktor penting untuk meraih prestasi akademik.

  • 4

    Faktor intelegensi juga berpengaruh terhadap prestasi siswa yang

    salah satunya adalah kemampuan spasial. Dalam kemampuan spasial

    diperlukan adanya pemahaman kiri-kanan, pemahaman perspektif, bentuk-

    bentuk geometris, menghubungkan konsep spasial dengan angka dan

    kemampuan dalam transformasi mental dari bayangan visual. Pemahaman

    tersebut diperlukan dalam belajar matematika.

    Sebagian besar siswa yang mengalami penurunan prestasi di sekolah,

    mereka mengeluhkan sulitnya memahami pelajaran matematika dan

    memperoleh nilai matematika yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai

    mata pelajaran lainnya. Nampaknya faktor kemampuan spasial kurang

    diperhitungkan sebagai kemungkinan salah satu faktor penyebab.

    Pada anak usia sekolah kemampuan spasial ini sangat penting karena

    kemampuan spasial erat hubungannya dengan aspek kognitif secara umum.

    Pemahaman pengetahuan spasial dapat mempengaruhi kinerja yang

    berhubungan dengan tugas-tugas akademik terutama matematika. Di dalam

    memecahkan soal cerita matematika juga dibutuhkan kemampuan dalam

    berfikir spasial. Oleh karena itu, kemampuan spasial memegang peran

    penting dalam mempelajari serta menyelesaikan suatu permasalahan

    matematika.

    SMP N 2 Tawangsari merupakan sekolah negeri menengah pertama

    yang berada di kecamatan Tawangsari, kabupaten Sukoharjo. Terdapat 3

    tingkatan kelas dan setiap tingkatan terdiri dari 6 kelas yang rata-rata setiap

    kelas terdapat 36 siswa. Setiap siswa memiliki minat belajar, kecerdasan

  • 5

    emosional, serta kemampuan spasial yang berbeda sehingga prestasi belajar

    mereka juga bervariasi. Oleh karena itu berdasarkan uraian yang tersebut,

    peneliti mencoba mengadakan penelitian dengan judul HUBUNGAN

    ANTARA MINAT BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL SERTA

    KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR

    MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER 1 SMP N 2

    TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2011/ 2012.

    B. Penegasan Istilah

    Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari adanya

    perbedaan pandangan, penafsiran, serta menghindarkan kekaburan dan

    kesamaan arti dalam istilah-istilah yang ada dalam judul ini, maka perlu

    ditegaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan rencana skripsi ini:

    1. Hubungan

    Hubungan adalah ikatan atau pertalian antara subjek dan objek

    (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 409).

    Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya

    ikatan atau pertalian minat belajar, kecerdasan emosional dan kemampuan

    spasial dengan hasil belajar matematika.

    2. Minat Belajar

    Menurut Slameto (2003: 57), minat adalah kecenderungan jiwa

    yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau

    kegiatan.

  • 6

    Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses

    usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

    tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

    sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

    Minat belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    kemampuan umum yang dimiliki siswa untuk melakukan perubahan demi

    mencapai hasil belajar optimal yang dapat ditunjukkan dengan kegiatan

    belajar.

    3. Kecerdasan Emosional

    Kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan pribadi,

    emosi dan sosial yang mempengaruhi seseorang untuk berhasil dalam

    mengatasi hambatan dan tekanan lingkungan. (http://www.masbow.com/

    2009/08/kecerdasan-emosional.html)

    Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    kemampuan siswa untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri

    dan orang lain sehingga mampu mengatasi permasalahan yang ada.

    4. Kemampuan Spasial

    Sutanto (2009: 185) berpendapat bahwa kemampuan spasial

    adalah kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam bentuk

    gambar.

    Kemampuan spasial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah yang

    berkaitan dengan matematika.

  • 7

    5. Prestasi Belajar

    Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau

    kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai

    dengan bobot yang dicapainya. (http://www.wploan.com/2011/05/

    pengertian-prestasi-belajar)

    Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ukuran

    keberhasilan siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari setelah menempuh

    proses belajar di sekolah.

    6. Menyederhanakan Bentuk Pecahan

    Pada penilitian ini untuk mengukur tingkat prestasi siswa, peniliti

    menggunakan sub bahasan Menyederhanakan Bentuk Pecahan yang

    merupakan salah satu sub bahasan mata pelajaran matematika dan

    diajarkan pada siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari

    Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2011/ 2012.

    C. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan,

    permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:

    1. Apakah terdapat hubungan antara minat belajar, kecerdasan emosional,

    dan kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika siswa kelas

    VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012?

    2. Apakah terdapat hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar

    matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun

    ajaran 2011/ 2012?

  • 8

    3. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi

    belajar matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari

    tahun ajaran 2011/ 2012?

    4. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan spasial dengan prestasi

    belajar matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari

    tahun ajaran 2011/ 2012?

    D. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui hubungan antara minat belajar dan kecerdasan

    emosional serta kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika

    siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/

    2012.

    2. Untuk mengetahui hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar

    matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun

    ajaran 2011/ 2012.

    3. Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasaan emosional dengan

    prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2

    Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.

    4. Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan spasial dengan prestasi

    belajar matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari

    tahun ajaran 2011/ 2012.

  • 9

    E. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

    1. Bagi Guru

    Sebagai bahan masukan guru terhadap keadaan para siswanya dimana

    siswanya memiliki minat belajar, kecerdasan emosional, dan kemampuan

    spasial yang berbeda-beda sehingga perbedaan tersebut tidak

    mengahambat kegiatan belajar mengajar.

    2. Bagi Siswa

    a. Diharapkan siswa mampu meningkatkan minat belajarnya tanpa

    terpengaruh anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang

    sulit dan membingungkan.

    b. Diharapkan siswa mampu mengontrol keadaan emosinya sehingga

    mampu menciptakan kondisi belajar yang kreatif serta mampu

    mengendalikan sikap yang dapat meningkatkan kualitas belajarnya.

    c. Diharapkan siswa mampu mengasah kemampuan spasialnya

    sehingga siswa dapat lebih mudah dalam memahami pelajaran

    matematika.

    3. Bagi Peneliti

    Peneliti bisa mengetahui gambaran seberapa besar hubungan antara

    minat belajar, kecerdasan emosional dan kemampuan spasial dengan

    prestasi belajar siswa, sehingga bisa mempersiapkan diri lebih awal

    sebagai calon guru nantinya.

  • 10

    F. Sistematika Skripsi

    Sistematika dalam skripsi ini terbagi atas tiga bagian yaitu bagian

    awal, bagian isi dan bagian akhir.

    Bagian awal skripsi tentang halaman judul, halaman persetujuan,

    halaman pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar

    isi, daftar lampiran.

    Bagian isi terdiri dari pendahuluan, landasan teori dan hipotesis,

    metode panelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan. Dengan

    rincian sebagai berikut:

    1. Bab I Pendahuluan berisi tentang: latar belakang masalah, penegasan

    istilah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

    sistematika skripsi.

    2. Bab II Landasan Teori dan Hipotesis berisi tentang: kajian pustaka,

    kerangka berpikir, dan hipotesis.

    3. Bab III Metode Penelitian berisi tentang: subyek penelitian, variabel

    penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, uji instrumen

    penelititan, metode analisis data.

    4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang: hasil penelitian,

    analisis data, pembahasan.

    5. Bab V Penutup berisi tentang: simpulan dan saran

    Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka yang memberikan informasi

    tentang buku sumber dan literatur yang digunkan serta lampiran-lampiran.

  • 11

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

    A. Landasan Teori

    1. Minat Belajar

    a. Pengertian Minat Belajar

    Minat berperan penting dalam kehidupan peserta didik dan

    mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku. Siswa

    yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras

    dibandingkan siswa yang kurang berminat.

    Menurut Slameto (2003: 57) minat adalah kecenderungan yang

    tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

    Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai

    rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat

    adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,

    tanpa ada yang menyuruh.

    Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik

    pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek (Sumadi, 1998:

    109). Minat adalah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja

    yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat

    dan lingkungan.

    Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

    minat adalah kecenderungan tertarik pada sesuatu yang relatif tetap

    11

  • 12

    untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus yang

    diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai

    tujuan pembelajaran.

    Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu

    proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

    perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

    pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

    Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa

    yang dipelajari dapat dipahami. Sehingga siswa dapat melakukan

    sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu

    perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi seluruh pribadi

    siswa; baik kognitip, psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan

    minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk

    kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan

    secara berkelompok.

    Dari uraian di atas yang dimaksud minat belajar dalam

    penelitian ini adalah kemampuan umum yang dimiliki siswa untuk

    melakukan perubahan demi mencapai hasil belajar yang optimal yang

    dapat ditunjukkan dengan kegiatan belajar.

    b. Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar

    Menurut Slameto (2003: 58) siswa yang berminat dalam

    belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  • 13

    1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

    mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

    2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

    3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang

    diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang

    diminati.

    4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang

    lainnya.

    5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

    Ciri-ciri siswa yang mempunyai minat dalam belajar di atas

    dapat dimiliki siswa apabila siswa menmpunyai ketertarikan terhadap

    suatu mata pelajaran. Minat belajar siswa dapat tumbuh karena

    ketertarikan siswa tersebut pada mata pelajaran yang ia sukai, akan

    tetapi terkadang minat belajar tumbuh karena pembawaan guru mata

    pelajaran yang menyenangkan dalam mengajar.

    c. Membangkitkan Minat Belajar Siswa di Sekolah

    Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena

    apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat,

    siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya.

    Siswa akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari

    pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah

    dipelajari sehingga dapat mingkatkan prestasi belajar.

  • 14

    Minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan yang hakiki untuk

    dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat

    akan membantu seseorang mempelajarinya. Membangkitkan minat

    terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat

    bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari

    dengan diri sendiri sebagai individu.

    Menurut Slameto (2003: 180) proses ini berarti menunjukkan

    pada siswa bagaimana penetahuan atau kecakapan tertentu

    mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan

    kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar

    merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang dianggap penting,

    dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajar akan

    membawa kemajuan pada dirinya, ia akan lebih berminat untuk

    mempelajarinya.

    Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu

    hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat

    atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.

    Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar dapat

    diusahakan agar mempunyai minat yang lebih besar dengan cara

    menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya serta

    berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan dengan materi yang

    dipelajari. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

    menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal

  • 15

    lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu

    aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu

    cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap

    subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh

    kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya

    serta mempengaruhi minat-minat baru. Menurut ilmuwan pendidikan

    cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat belajar pada siswa

    adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada dan

    membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai

    dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan

    antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan

    pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa yang

    akan datang. Minat dapat dibangkitkan dengan cara menghubungkan

    materi pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui

    kebanyakan siswa.

    Indikator-indikator minat belajar siswa terdiri dari: adanya

    perhatian, adanya ketertarikan, dan rasa senang. Indikator adanya

    perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: perhatian terhadap

    bahan pelajaran, memahami materi pelajaran dan menyelesaikan soal-

    soal pelajaran. Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan terhadap

    bahan pelajaran dan untuk menyelesaikan soal-soal pelajaran. Rasa

    senang meliputi rasa senang mengetahui bahan belajar, memahami

    bahan belajar, dan kemampuan menyelesaikan soal-soal.

  • 16

    Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa minat belajar

    merupakan kemampuan umum yang dimiliki siswa untuk melakukan

    perubahan demi mencapai hasil belajar yang optimal yang dapat

    ditunjukkan dengan kegiatan belajar. Setiap siswa memiliki minat belajar

    yang berbeda. Pembentukan minat belajar siswa dipengaruhi beberapa

    faktor terutama faktor intern, yaitu dari diri siswa sendiri. Adanya minat

    dalam belajar akan sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa nantinya.

    Maka dari itu perlu diadakannya kesadaran diri yang tinggi dalam

    meningkatkan minat belajar.

    2. Kecerdasan Emosional

    a. Pengertian Emosi

    Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere yang

    berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa

    kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut

    Goleman (2002: 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran

    yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian

    kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan

    untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap

    rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi

    gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara

    fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku

    menangis.

  • 17

    Goleman (2002: 411) mengemukakan beberapa macam emosi,

    yaitu: amarah (beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati),

    kesedihan (pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,

    putus asa), rasa takut (cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut

    sekali, waspada, tidak tenang, ngeri), kenikmatan (bahagia, gembira,

    riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga), cinta (penerimaan,

    persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,

    kemesraan, kasih), terkejut (terkesiap, terkejut), jengkel (hina, jijik,

    muak, mual, tidak suka), malu (malu hati, kesal).

    Terdapat lima dimensi dalam kecerdasan emosional,

    diantaranya adalah: mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi diri,

    memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina

    hubungan dengan orang lain. Tentu kemampuan orang berbeda-beda

    dalam setiap wilayah ini, beberapa orang misalnya sangat terampil

    menangani kecemasan dirinya sendiri, tetapi agak kerepotan dalam

    meredam kemarahan orang lain. Kekurangan-kekurangan dalam

    ketrampilan emosional dapat diperbaiki dengan menampilkan bentuk

    kebiasaan dan respon yang tepat untuk setiap kondisi yang berbeda-

    beda.

    Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi

    menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi

    berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan

    respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.

  • 18

    Menurut Mayer (dalam Goleman, 2002: 65) orang cenderung

    menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi

    mereka, yaitu: sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah.

    Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki

    kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak

    menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.

    Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi

    adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon

    atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam

    maupun dari luar dirinya.

    b. Pengertian Kecerdasan Emosional

    Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada

    tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan

    John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan

    kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.

    Salovey dan Mayer (dalam Shapiro, 1998: 8) mendefinisikan

    kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan

    bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau

    perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-

    milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing

    pikiran dan tindakan.

    Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan,

    tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu

  • 19

    peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat

    mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.

    Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau

    keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis,

    baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ

    tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. (Shapiro, 1998: 10).

    Kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan pribadi,

    emosi dan sosial yang mempengaruhi seseorang untuk berhasil dalam

    mengatasi hambatan dan tekanan lingkungan. (http://www.masbow.

    com/ 2009/08/kecerdasan-emosional.html)

    Menurut Goleman (2002: 512), kecerdasan emosional adalah

    kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan

    inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga

    keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of

    emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri,

    pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

    emosional merupakan kemampuan siswa untuk memantau dan

    mengendalikan perasaan sendiri serta orang lain sehingga mampu

    mengatasi permasalahan yang ada.

    c. Faktor Kecerdasan Emosional

    Goleman mengutip Salovey (2002: 58-59) menempatkan

    menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang

  • 20

    kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas

    kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :

    1) Mengenali Emosi Diri

    Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan

    untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan

    ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi

    menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran

    seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002:

    64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun

    pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu

    menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.

    Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun

    merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi

    sehingga individu mudah menguasai emosi.

    2) Mengelola Emosi

    Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam

    menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,

    sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar

    emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju

    kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan

    intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman,

    2002: 77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk

    menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau

  • 21

    ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta

    kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

    3) Memotivasi Diri Sendiri

    Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam

    diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri

    terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta

    mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme,

    gairah, optimis dan keyakinan diri.

    4) Mengenali Emosi Orang Lain

    Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga

    empati. Menurut Goleman (2002: 57) kemampuan seseorang untuk

    mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati

    seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu

    menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan

    apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu

    menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang

    lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

    Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-

    orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih

    mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih

    mudah beraul, dan lebih peka (Goleman, 2002: 136). Nowicki, ahli

    psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu

    membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus

  • 22

    menerus merasa frustasi (Goleman, 2002: 172). Seseorang yang

    mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri

    yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu

    mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut

    mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

    5) Membina Hubungan

    Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu

    keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan

    keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002: 59). Keterampilan dalam

    berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan

    membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang

    diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan

    orang lain.

    Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina

    hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil

    dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada

    orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan

    menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya

    berkomunikasi (Goleman, 2002: 59). Ramah tamah, baik hati,

    hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif

    bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain.

    Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya

    hubungan interpersonal yang dilakukannya.

  • 23

    Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

    memiliki kecerdasan emosional sangatlah penting demi tercapainya

    hasil yang memuaskan serta menambah kepercayaan diri. Terdapat

    beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional yaitu

    kemampuan dalam: mengenali emosi diri, mengelola emosi,

    memotivasi diri sendiri, membina hubungan, dan mengenali emosi

    orang lain.

    3. Kemampuan Spasial

    Salah satu aspek dari kognisi adalah kemampuan spasial. Piaget

    dan Inhelder (dalam Tambunan 2006: 28) menyebutkan bahwa

    kemampuan spasial sebagai konsep abstrak yang di dalamnya meliputi

    hubungan spasial (kemampuan untuk mengamati hubungan posisi objek

    dalam ruang), kerangka acuan (tanda yang dipakai sebagai patokan untuk

    menentukan posisi objek dalam ruang), hubungan proyektif (kemampuan

    untuk melihat objek dari berbagai sudut pandang), konservasi jarak

    (kemampuan untuk memperkirakan jarak antara dua titik), representasi

    spasial (kemampuan untuk merepresentasikan hubungan spasial dengan

    memanipulasi secara kognitif), rotasi mental (membayangkan perputaran

    objek dalam ruang).

    Sutanto (2009: 185) berpendapat bahwa kemampuan spasial

    adalah kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam bentuk

    gambar. Kemampuan spasial merupakan kemampuan yang hampir boleh

    dikatakan bebas dari pengaruh budaya. Sutanto (2009: 185) juga

  • 24

    menyebutkan bahwa kemampuan spasial dapat dilihat dari kemampuan

    menemukan gambar, membedakan gambar, bayangan cermin dan

    membentuk bangun tiga dimensi.

    Kemampuan spasial bisa mempengaruhi proses belajar anak di

    sekolah. Salah satunya, membantu anak memahami soal cerita

    matematika. Dalam kemampuan spasial diperlukan adanya pemahaman

    kiri-kanan, pemahaman perspektif, bentuk-bentuk geometris,

    menghubungkan konsep spasial dengan angka, kemampuan dalam

    mentransformasi mental dari bayangan visual. Faktor-faktor tersebut juga

    diperlukan dalam belajar matematika. Pada anak usia sekolah kemampuan

    spasial ini sangat penting karena kemampuan spasial erat hubungannya

    dengan aspek kognitif secara umum.

    Studi dari Shermann (dalam Tambunan 2006: 29) menemukan

    bahwa matematika dan berpikir spasial mempunyai korelasi yang positif

    pada anak usia sekolah, baik pada kecerdasan visual-spasial taraf rendah

    maupun taraf tinggi. McGee (dalam Tambunan 2006: 28) menemukan

    bahwa perbedaan dalam memecahkan soal-soal matematika antara anak

    laki-laki dan anak perempuan disebabkan oleh perbedaan dalam

    kemampuan spasial mereka. Kemampuan spasial anak laki-laki lebih baik

    daripada anak perempuan.

    Kemampuan spasial diperoleh anak secara bertahap, dimulai dari

    pengenalan objek melalui persepsi dan aktivitas anak di lingkungannya.

    Pada awalnya, kemampuan spasial anak belum menunjukkan pengetahuan

  • 25

    konseptual dari hubungan spasial. Dalam menentukan letak posisi objek

    dan orientasi dalam ruang, anak masih menggunakan patokan diri. Dengan

    bertambahnya usia, patokan tersebut berkembang menjadi patokan orang

    dan patokan objek. Mulai dari orientasi yang sifatnya egosentris yaitu

    menekankan pada dirinya sebagai patokan dalam melihat hubungan

    spasial, arah kiri-kanan dari dirinya, berkembang menjadi kerangka acuan

    objek pada salib sumbu pasangan titik yaitu salib sumbu utara-selatan dan

    timur-barat.

    Penggunaan contoh spasial seperti membuat bagan, dapat

    membantu anak menguasai konsep matematika. Metode pengajaran

    matematika yang memasukkan berpikir spasial seperti bentuk-bentuk

    geometris, mainan (puzzle) yang menghubungkan konsep spasial dengan

    angka, menggunakan tugas-tugas spasial dapat membantu terhadap

    pemecahan masalah dalam matematika (Newman dalam Tambunan 2006:

    29). Demikian pula pengertian terhadap konsep pembagian, proporsi

    tergantung dari pengalaman spasial yang mendahuluinya (Clements dalam

    Tambunan 2006: 29). Penelitian oleh Tambunan pada tahun 2003 yang

    dilakukan terhadap 220 anak usia sekolah, berusia 7-11 tahun dengan

    memberikan tes kecerdasan visual-spasial yang terdiri dari hubungan

    spasial topologi, proyektif, euclidis dan tes matematika. Hasil

    menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan visual-spasial

    total, topologi dan euclidis dengan prestasi belajar matematika (Tambunan

    2006: 30).

  • 26

    Menurut Tambunan (2006: 30) alat yang digunakan untuk

    mengukur variabel penelitian:

    a. Tes Kemampuan spasial yang terdiri dari tiga subtes yaitu topologi,

    koordinasi perspektif dan euclidis.

    1) Subtes topologi terdiri dari :

    a) meniru gambar, yaitu meniru garis vertikal atau horisontal

    yang mengukur kemampuan persepsi hubungan spasial.

    b) posisi spasial yang mengukur kemampuan persepsi posisi

    spasial (arah).

    2) Subtes koordinasi perspektif yang mengukur kemampuan

    mengkoordinasikan sejumlah sudut pandang yang berbeda.

    3) Subtes euclidis terdiri dari :

    a) Salib sumbu horisontal-vertikal yang mengukur kemampuan

    mengkoordinasikan salib sumbu pasangan titik.

    b) Rotasi mental yang mengukur kemampuan rotasi gambar

    geometrik dua dimensi.

    b. Tes matematika

    Tes ini merupakan adaptasi dari Green level of Stanford Diagnostic

    Mathematics Test (SDMT) dari Beatty dkk (1976). Tes ini terdiri dari

    tiga bagian :

    1) Bagian pertama adalah sistem Angka dan Penjumlahan, berisikan

    seluruh sistem angka dan nilai desimal yaitu membilang, membaca

  • 27

    dan menafsirkan angka, membandingkan dan mengurut angka,

    serta memperkirakan angka.

    2) Bagian kedua adalah penghitungan. Soal terdiri dari penjumlahan,

    pengurangan, perkalian dan pembagian.

    3) Bagian ketiga adalah Aplikasi. Soal terdiri dari pemecahan soal

    sederhana, menguraikan soal dalam istilah matematika, membaca

    dan menafsirkan tabel dan grafik, pengertian geometri dengan

    mengidentifikasikan serta mengkualifkasikan bentuk-bentuk

    geometri, pengukuran mengenai satuan ukuran, waktu.

    Jadi, di dalam mengujikan tes kemampuan spasial terdapat tiga

    subtes yaitu topologi, koordinasi perspektif dan euclidis. Dalam

    mengujikan tes kemampuan spasial ini juga harus ditunjang dengan tes

    mata pelajaran yang di sini adalah matematika, sesuai materi yang telah

    diajarkan.

    Dalam penelitian ini yang dimaksud kemampuan spasial adalah

    kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah yang

    berkaitan dengan matematika. Dan dari uraian di atas dapat disimpulkan

    bahwa kemampuan spasial sangat diperlukan dalam memecahkan masalah

    yang berkaitan dengan matematika terutama pada pokok bahasan

    geometri. Selain itu kemampuan spasial juga diperlukan dalam

    pemahaman serta pemecahan masalah soal cerita matematika.

  • 28

    4. Prestasi Belajar

    a. Pengertian Prestasi Belajar

    Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar,

    terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi

    berarti hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan

    dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 787).

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa

    yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan

    atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

    ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

    Menurut Nasution (1996: 17) prestasi belajar adalah

    kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan

    berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga

    aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan

    prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi

    target dalam ketiga kriteria tersebut.

    Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau

    kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya

    sesuai dengan bobot yang dicapainya. (http://www.wploan.com/2011/

    05/pengertian-prestasi-belajar.html)

    Menurut Purwadarrninto (1987: 767), prestasi belajar adalah

    hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada

    waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan.

  • 29

    Jadi, prestasi belajar adalah ukuran belajar yang telah dicapai

    menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan

    perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang

    diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat

    dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Dan yang

    dimaksud prestasi belajar dalam penelitian ini adalah ukuran

    keberhasilan siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari setelah menempuh

    proses belajar di sekolah.

    b. Faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi

    Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada

    faktorfaktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong

    maupun yang menghambat. Menurut Ahmad (1998: 72 ), faktor yang

    mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut :

    1) Faktor internal

    Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri

    siswa. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :

    a) Faktor lntelegensi

    Intelegensi dalarn arti sempit adalah kemampuan untuk

    mencapai prestasi di sekolah yang didalamnya berpikir perasaan.

    Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi

    prestasi belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi

    dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan

    perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak

  • 30

    membutuhkan berpikir rasiologi untuk rnata pelajaran

    matematika.

    b) Faktor Minat

    Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek

    untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang

    beminat dalam pelajaran tertentu akan rnenghambat dalam

    belajar.

    c) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis

    Keadaan fisik rnenunjukkan pada tahap pertumbuhan,

    kesehatan jasmani, keadaan alat alat indera dan lain sebagainya.

    Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas mental siswa,

    karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif

    terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.

    2) Faktor Eksternal

    Faktor eksternal adalah faktor dan luar diri siswa yang

    mempengaruhi prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi

    rnenjadi beberapa bagian, yaitu :

    a) Faktor Guru

    Guru sebagai tenaga berpendidikan rnemiliki tugas

    menyelenggarakan kegiatan belajar rnengajar, rnembimbing,

    melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta

    memberikan pelalaran teknik karena itu setiap guru harus

  • 31

    memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian

    dan kemasyarakatan.

    Guru juga rnenunjukkan flexibilitas yang tinggi yaitu

    pendekatan didaktif dan gaya memirnpin kelas yang selalu

    disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran,

    sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi siswa semaksimal

    mungkin.

    b) Faktor Lingkungan Keluarga

    Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan

    hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang

    sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan

    di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti

    kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang

    perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya

    belajar.

    c) Faktor Sumber-sumber Belajar

    Salah satu faktor yang rnenunjang keberhasilan dalam

    proses belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai.

    Sumber belajar itu dapat berupa media/ alat bantu belajar serta

    bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat

    yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan

    perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi

  • 32

    konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil

    yang lebih bermakna.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

    merupakan ukuran keberhasilan seseorang setelah menempuh proses

    balajar. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

    diantaranya faktor internal dan faktor eksternal seperti yang tertera di

    atas. Yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah minat

    belajar yang termasuk dalam faktor minat, kecerdasan emosional dan

    kemampuan spasial yang termasuk dalam faktor intelegensi tergolong

    faktor internal.

    5. Tinjauan Materi

    Menyederhanakan pecahan aljabar

    Pecahan dikatakan sederhana jika pembilang dan penyebut pecahan

    tersebut tidak lagi memiliki faktor persekutuan, kecuali 1. Dengan kata

    lain, jika pembilang dan penyebut suatu pecahan memiliki faktor yang

    sama kecuali 1 maka pecahan tersebut dapat disederhanakan. Hal ini juga

    berlaku pada pecahan bentuk aljabar.

    Menyederhanakan pecahan bentuk aljabar dapar dilakukan dengan

    memfaktorka pembilang dan penyebutnya terlebih dahulu, kemudian

    dibagi dengan faktor sekutu dari pembilang dan penyebut tersebut.

    Contoh:

    Sederhanakan pecahan aljabar berikut!

  • 33

    Penyelesaian:

    =

    =

    (Nurhaini, 2008: 26-27)

    6. Kerangka Berpikir

    Dari beberapa teori dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

    yang kuat antara minat belajar, kecerdasan emosional, serta kemampuan

    spasial dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester 1

    SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/2012. Sehingga dengan demikian

    peneliti berpendapat bahwa keberhasilan siswa dalam belajar disebabkan

    oleh variabel minat belajar, variabel kecerdasan emosional, serta variabel

    kemampuan spasial. Maka kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan

    sebagai berikut :

    Prestasi Belajar

    Minat Belajar

    Kecerdasan Emosional

    Kemampuan spasial

    1

    2

    3

    4

  • 34

    Maksud dari gambar di atas adalah :

    a. Hubungan antara minat belajar dan kecerdasan emosional serta

    kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika.

    Apabila seorang siswa berada dalam kondisi mempunyai minat belajar

    matematika dan kecerdasan emosional yang tinggi, serta mempunyai

    kemampuan spasial yang bagus maka proses belajar matematikanya

    akan bagus pula, sehingga prestasi belajarnya akan meningkat.

    Dengan demikian, diduga adanya hubungan yang positif antara minat

    belajar, kecerdasan emosional dan kemampuan spasial dengan prestasi

    belajar matematika.

    b. Hubungan minat belajar dengan prestasi belajar matematika.

    Semakin tinggi tingkat minat belajar semakin giat pula siswa tersebut

    belajar matematika, sehingga prestasi belajar matematikanya akan

    bagus. Dengan demikian diduga ada hubungan antara minat belajar

    dengan prestasi belajar matematika.

    c. Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar matematika.

    Semakin cerdas mengelola emosi semakin cerdas pula siswa tersebut

    memotivasi dirinya menguasai permasalahan yang ada dalam

    matematika, sehingga prestasi belajar matematikanya akan bagus.

    Dengan demikian diduga ada hubungan antara kecerdasan emosional

    dengan prestasi belajar matematika.

    d. Hubungan kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika.

  • 35

    Semakin mampu berfikir spasial semakin mampu pula siswa tersebut

    memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematka, sehingga

    prestasi belajar matematikanya akan meningkat. Dengan demikian

    diduga ada hubungan antara kemampuan spasial dengan prestasi

    belajar matematika.

    7. Hipotesis

    Dari paparan teoritis di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai

    berikut:

    a. Hipotesis Mayor

    Ha : Terdapat hubungan antara minat belajar dan kecerdasan

    emosional serta kemampuan spasial dengan prestasi belajar

    matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari

    tahun ajaran 2011/ 2012.

    b. Hipotesis Minor

    Ha1 : Terdapat hubungan antara minat belajar dan prestasi belajar

    matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari

    tahun ajaran 2011/ 2012.

    Ha2 : Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi

    belajar matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2

    Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.

    Ha3 : Terdapat hubungan antara kemampuan spasial dan prestasi belajar

    matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari

    tahun ajaran 2011/ 2012.

  • 36

    Untuk keperluan uji, hipotesis diatas diubah menjadi hipotesis

    nol (Ho), yaitu:

    a. Hipotesis Mayor

    Ho : Tidak terdapat hubungan antara minat belajar dan kecerdasan

    emosional serta kemampuan spasial dengan prestasi belajar

    matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari

    tahun ajaran 2011/ 2012.

    b. Hipotesis Minor

    Ho1 : Tidak terdapat hubungan antara minat belajar dan prestasi belajar

    matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari

    tahun ajaran 2011/ 2012.

    Ho2 : Tidak terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan

    prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2

    Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.

    Ho3 : Tidak terdapat hubungan antara kemampuan spasial dengan

    prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2

    Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.

    Adapun hipotesis statistiknya sebagai berikut:

    a. Hipotesis Mayor

    H0 : = 0

    H1 : 0

    b. Hipotesis Minor

  • 37

    1. H0 : = 0

    H1 : 0

    2. H0 : = 0

    H1 : 0

    3. H0 : = 0

    H1 : 0

    Di mana x1 untuk minat belajar, x2 untuk kecerdasan

    emosional, x3 untuk kemampuan spasial, dan y untuk prestasi belajr

    matematika. Sementara .

  • 38

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Subyek Penelitian

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:

    130). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2

    Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012 yang berjumlah 216 siswa. Adapun

    rinciannya adalah kelas VIII A terdapat 36 siswa, kelas VIII B terdapat

    36 siswa, kelas VIII C terdapat 36 siswa, kelas VIII D terdapat 36 siswa,

    kelas VIII E terdapat 36 siswa, dan kelas VIII F terdapat 36 siswa.

    Seluruh kelas ini dipandang sebagai satu kesatuan populasi,

    karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut :

    a) Siswa yang terdapat dalam populasi tersebut adalah siswa yang

    berada pada kelas dan semester yang sama yaitu kelas VIII dan

    semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.

    b) Seluruh siswa tersebut memperoleh materi pelajaran matematika

    dengan silabi yang sama.

    2. Sampel

    Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

    (Arikunto, 2006: 131). Dalam penelitian ini terdapat 3 kelas yang

    masing-masing kelas terdiri atas 36 siswa, yaitu kelas VIII A, VIII B, dan

    VIII C. Atau dengan kata lain, dalam penelitian ini terdapat 108 siswa.

    38

  • 39

    Ketiga kelas tersebut digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu

    kelompok uji coba (VIII C) dan kelompok korelasi (VIII A dan VIII B).

    Menurut Arikunto (2006: 134), jika objeknya lebih dari 100

    dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Di sini

    peneliti mengambil sampel 100% untuk kelompok uji coba dan 50%

    untuk kelompok korelasi. Pada kelompok uji coba peneliti mengambil

    sampel 100% karena jumlah siswa 36 orang dan 50% untuk kelompok

    korelasi karena jumlah siswa 92 orang dari dua kelas.

    Pengambilan data dilakukan secara random yaitu satu kelas

    sebagai kelompok uji coba dan dua kelas sebagai kelompok korelasi.

    Dari kelompok korelasi karena terdiri atas 92 siswa, maka sampelnya

    adalah 50% dari 92 yaitu 36 siswa. Dari 36 siswa tersebut, setiap kelas

    diambil 18 siswa yaitu: 6 dari siswa yang mendapat nilai baik, 6 dari

    siswa yang mendapat nilai sedang, dan 6 dari siswa yang mendapat nilai

    kurang. Pengambilan sampel dengan teknik ini juga disebut penelitian

    dengan teknik Proportional Stratified Random Sampling.

    B. Variabel Penelitian

    Variabel adalah gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin,

    karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki dan perempuan, berat

    badan dan sebagainya (Hadi dalam Arikunto, 2006: 53). Adapun variabel-

    variabel dalam penelitin ini adalah :

    a. Variabel bebas (X) yaitu variabel yang mempengaruhi/ variabel penyebab

    (Arikunto, 2006: 119).

  • 40

    Terdapat tiga variabel bebas pada penelitian ini yaitu minat belajar (X1),

    kecerdasan kecerdasan emosional (X2), dan kemampuan spasial (X3).

    b. Variabel terikat (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi/ variabel akibat

    (Arikunto, 2006:119).

    Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika.

    C. Desain Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penulis mencoba

    meneliti sejauh mana hubungan antara minat belajar dan kecerdaan emosional

    serta kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII

    semester 1 SMP N 2 Tawangsari Tahun Ajaran 2011/ 2012. Dari penjelasan

    mengenai variabel diatas, dapat ditunjukan mengenai hubungan antar variabel

    bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dalam desain penelitian sebagai berikut:

    Keterangan:

    X1 : Minat Belajar

    X2 : Kecerdasan Emosional

    X3 : Kemampuan Spasial

    Y : Prestasi Belajar Matematika

    Y

    X1

    X2

    X3

  • 41

    D. Metode Pengumpulan Data

    Ada dua macam data yang mendukung penelitian ini yaitu data

    yang berasal dari veriabel bebas dan data yang berasal dari variabel terikat.

    Data ini diperoleh menggunakan :

    a. Metode dokumenter

    Metode ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama siswa kelas VIII

    semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.

    b. Metode angket

    Metode ini digunakan untuk memperoleh kondisi minat belajar siswa

    terhadap pelajaran matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2

    Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.

    Langkah-langkah penysunan angket adalah sebagai berikut:

    1) Menentukan indikator

    2) Menyusun angket

    Angket yang digunakan adalah berbentuk soal pilihan ganda untuk

    mengetahui seberapa minat belajar siswa dengan 4 alternatif jawaban

    dengan ketentuan sebagai berikut :

    a) Item Positif

    (1) Jika siswa memberikan jawaban sangat setuju maka diberi

    skor 4.

    (2) Jika siswa memberikan jawaban setuju maka diberi skor 3.

    (3) Jika siswa memberikan jawaban tidak setuju maka diberi

    skor 2.

  • 42

    (4) Jika siswa memberikan jawaban sangat tidak setuju maka

    diberi skor 1.

    b) Item Negatif

    (1) Jika siswa memberikan jawaban sangat setuju maka diberi

    skor 1.

    (2) Jika siswa memberikan jawaban setuju maka diberi skor 2.

    (3) Jika siswa memberikan jawaban tidak setuju maka diberi

    skor 3.

    (4) Jika siswa memberikan jawaban sangat tidak setuju maka

    diberi skor 4.

    Setelah item angket tersusun langkah berikutnya adalah

    mengujicobakan item tersebut untuk memperoleh item yang valid

    dan reliabel. Item yang di ujicobakan sebanyak 25 item kemudian di

    analisa mengenai validitas dan reliabilitasnya.

    c. Metode tes

    Metode ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kemampuan

    spasial dan kecerdasan emosional yang masing-masing terdiri dari 20

    soal pilihan ganda. Selain itu untuk mengetahui prestasi belajar siswa

    terdapat 5 soal uraian untuk siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2

    Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.

    E. Uji Instrumen Penelitian

    Untuk mengukur minat belajar siswa akan digunakan angket.

    Sedangkan untuk mengukur kecerdasan emosional, kemampuan spasial, dan

  • 43

    prestasi belajar matematika digunakan tes. Tes kecerdasan emosional dan

    kemampuan spasial berbentuk Skala Pilihan Ganda, yaitu skala yang

    bentuknya pilihan ganda dimana suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah

    alternatif pendapat. Sementara untuk tes prestasi belajar berbeutuk uraian.

    Sebelum angket dan tes digunakan untuk pengambilan data, maka

    angket dan tes tersebut diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa untuk

    mengetahui validitas dan reliabilitas angket, daya pembeda butir soal, dan

    tingkat kesukaran soalnya. Suatu angket bisa dikatakan baik bila memenuhi

    persyaratan validitas dan reliabilitas. Sedangkan soal tes dikatakan baik bila

    memenuhi validitas, reliabilitas, daya pembeda butir soal, dan tingkat

    kesukaran soal.

    a. Uji instrumen angket

    1) Validitas

    Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-

    tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006:

    168). Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi.

    Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiuliki validitas

    yang rendah.

    Untuk menghitung validitas digunakan rumus korelasi

    product moment, yaitu : (Arikunto, 2006: 170)

    ))()()(( 2222 iiii

    iiiixy

    YYnXXn

    YXYXnr

    Keterangan:

  • 44

    xyr = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

    n = jumlah subyek

    iX = jumlah skor angket

    iY = jumlah skor total

    2iX = jumlah kuadrat skor angket

    2iY = jumlah kuadrat skor total

    iiYX = jumlah perkalian skor angket (X) dan skor total(Y)

    Interpretasi mengenai besarnya koefisiensi korelasi adalah:

    0,00 sampai 0,20 korelasi hampir tidak ada

    0,21 sampai 0,40 korelasi rendah

    0,41 sampai 0,60 korelasi sedang

    0,61 sampai 0,80 korelasi tinggi

    0,81 sampai 1,00 korelasi sempurna

    (Arikunto, 2006: 72)

    2) Reliabilitas

    Sebuah instrument dikatakan reliabel apabila instrument

    tersebut mempunyai atau dapat memberikan hasil yang tetap dan

    dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.

    Adapun untuk mengukur reliabilitas instrumen yang skornya

    bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian digunakan

    rumus Alpha.

  • 45

    22

    11 11 t

    b

    kkr

    (Arikunto, 2006: 196)

    Keterangan :

    11r = reliabilitas instrumen

    k = banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal

    2b = jumlah varian skor tiap-tiap butir 2

    t = varian total

    Sama halnya dengan angket, instrumen buitr soal juga perlu

    diuji terlebih dahulu.

    Klasifikasi reliabilitas soal adalah sebagai berikut :

    0.800 1.000 = tinggi

    0,600 0,799 = cukup

    0,400 0,599 = agak rendah

    0,200 0,399 = rendah

    0,000 0,199 = sangat rendah

    (Arikunto, 2007: 75)

    b. Uji instrumen tes

    1) Validitas

    Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

    kevalidan suatu instrumen. Rumus yang digunakan untuk

  • 46

    mengetahui kesejajaran ( valid7tidak instrumen) adalah rumus

    korelasi product moment, yang dikemukakan oleh Pearson.

    ))()()(( 2222 iiii

    iiiixy

    YYnXXn

    YXYXnr

    Keterangan:

    xyr = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

    n = jumlah subyek

    iX = jumlah skor soal

    iY = jumlah skor total

    2iX = jumlah kuadrat skor soal

    2iY = jumlah kuadrat skor total

    iiYX = jumlah perkalian skor angket (X) dan skor total(Y)

    Selanjutnya harga xyr yang diperoleh dari tiap-tiap butir soal

    dikonsultasikan dengan tabelr product moment. Harga xyr

    menunjukkan indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan.

    Setiap nilai korelasi mengandung 3 makna, yaitu:

    a) Ada tidaknya korelasi, ditunjukkan oleh besarnya angka yang

    terdapat dibelakang koma. Jika angkanya terlalu kecil sampai

    empat angka dibelakang koma, maka angka korelasi diabaikan.

    Artinya tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y.

  • 47

    b) Arah korelasi, yaitu arah yang menunjukkan kesejajaran antara

    nilai variabel X dan nilai variabel Y. Jika tandanya plus (+),

    maka arah korelasinya positif, sedang kalau minus (-), maka

    arah korelasinya negatif.

    c) Besarnya korelasi, yaitu besarnya angka yang menunjukkan kuat

    tidaknya, atau mantap tidaknya kesejajaran antara dua variabel

    yang diukur korelasinya.

    Butir instrumen dikatakan valid apabila mempunyai korelasi

    lebih besar atau sama dengan nilai tabelr taraf signifikansi 5%. Jika

    xyr < tabelr maka butir angket tidak valid.

    Interpretasi mengenai besarnya koefisiensi korelasi adalah:

    0,00 sampai 0,20 korelasi hampir tidak ada

    0,21 sampai 0,40 korelasi rendah

    0,41 sampai 0,60 korelasi sedang

    0,61 sampai 0,80 korelasi tinggi

    0,81 sampai 1,00 korelasi sempurna

    (Arikunto, 2006: 72)

    2) Reliabilitas

    Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu

    instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

    pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. (Arikunto,

    1998: 170).

  • 48

    Untuk menguji reliabilitas tes akan digunakan rumus Alpha

    yaitu:

    22

    11 11 tb

    kkr

    Keterangan:

    11r = reliabilitas instrumen

    k = banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal

    2b = jumlah varian skor tiap-tiap butir 2

    t = varian total

    Rumus varian butir soal:

    22

    2b

    Setelah diperoleh 11r kemudian dikonsultasikan dengan harga

    r product moment. Instrumen dikatakan reliabel jika tabelrr 11 .

    Klasifikasi reliabilitas:

    0,81 11r 1,00 = sangat tinggi

    0,61 11r 0,80 = tinggi

    0,41 11r 0,60 = cukup

    0,21 11r 0,40 = rendah

    0,01 11r 0,20 = sangat rendah

    (Arikunto, 2006: 75)

  • 49

    3) Tingkat Kesukaran Soal

    Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan

    tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa

    untuk mempertinggi usaha memecahkannya. sebaliknya soal yang

    terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak

    mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar

    jangkauannya.

    Rumus yang digunakan adalah:

    JBBP

    Keterangan:

    P = Indeks kesukaran

    B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

    JB = Jumlah seluruh siswa peserta tes

    Dengan klasifikasi:

    Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

    Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang

    Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

    (Arikunto, 2006: 207)

    4) Daya Pembeda

    Daya pembeda soal, adalah kemampuan suatu soal untuk

    membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)

  • 50

    dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk

    menentukan daya pembeda untuk tes yang berbentuk uraian

    menggunakan rumor uji t.

    1

    22

    21

    ii

    LH

    nnxx

    MMt

    Keterangan :

    t : Uji t

    MH : Mean kelompok atas

    ML : Mean kelompok bawah

    x12

    : Jumlah deviasi skor kelompok atas

    x12 : Jumlah deviasi skor kelompok bawah

    Ni : Jumlah responden pada kelompok atas atau bawah

    (27% x N)

    Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan ttabel, dengan taraf

    signifikan 5% dan dk = n1 + n2 2. Jika thitung > ttabel maka daya

    pembeda soal tersebut signifikan (Arifin, 1991: 141).

    F. Metode Analisis Data

    Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

    analisis awal dengan uji homogenitas sampel dan uji normalitas dan

    dilanjutkan dengan analisis akhir menggunakan uji regresi linier dan uji

    korelasi.

    a. Tahap analisis awal

  • 51

    1) Uji normalitas

    Uji normalitas yang digunakan adalah menggunakan uji lillifors

    sebagai berikut :

    a) Hipotesis

    Ho = sampel dari populasi berdistribusi normal

    Ha = sampel tidak dari populasi berdistribusi normal

    b) Prosedur

    (1) Pengamatan 1x , 2x , ..., nx dijadikan bilangan baku 1z , 2z ,

    ..., nz dengan rumus :

    sxx

    z ii

    ( x dan s merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)

    (2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar

    distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang

    ii zzPzF

    (3) Selanjutnya dihitung proporsi 1z , 2z , ..., nz yang iz .

    Jika proporsi ini dinyatakan oleh izS , maka :

    n

    zyangzzzzS ini

    ..... 21

    (4) Menghitung selisih ii zSzF , kemudian tentukan harga

    mutlaknya.

    (5) Mengambil harga yang paling besar di antara harga-harga

    mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini oL .

  • 52

    Untuk menerima atau menolak Ho, kita bandingkan Lo dengan

    nilai kritis L untuk taraf nyata = 5%. Dengan kriteria terima

    Ho jika Lo < Ltabel dan tolak Ho jika Lo > Ltabel (Sudjana, 2005:

    466-467).

    2) Uji homogenitas

    Untuk mengetahui seragam tidaknya variasi sampel-sampel yang

    diambil dari populasi yang sama, maka perlu melakukan pengujian

    terhadap kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel. Untuk

    menguji homogenitas sampel digunakan Uji Bartlett, yang

    bentuknya sebagai berikut:

    Sampel ke Dk dk1 Si2 Log Si2 dk log Si2

    1

    2

    .

    .

    K

    n1 1

    n2 1

    nk 1

    11

    1 n

    11

    2 n

    11kn

    S12

    S22

    Sk2

    Log S12

    Log S22

    Log Sk2

    (n1 1) Log S12

    (n2 1) Log S22

    (nk 1) Log Sk2

    Jml 1in

    11

    in - -

    2)1( ki LogSn

    Di daftar tersebut kita hitung harga-harga yang diperlukan yaitu:

  • 53

    a)

    11 22

    i

    ii

    nSn

    S

    b) Harga satuan B dengan rumus:

    B = 12 inSLog

    Ternyata untuk uji Bartlett digunakan statistika chi kuadrat:

    22 110ln ii SLognB

    Dengan ln 10 = 2,3026, disebut logaritma asli dari pada bilangan 10.

    Dengan kriteria jika 2 hitung < 2 tabel, dengan taraf signifikansi 5%,

    maka dapat dikatakan homogen (Sudjana, 2002: 261).

    3) Uji Linieritas

    Uji linieritas digunakan untuk menguji kelinieran regresi, adapun

    yang diuji dalam penelitian ini adalah:

    Ho = hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah

    tidak linier.

    Ha = hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah

    linier.

    Berikut adalah daftar analisis varians yang digunakan untuk menguji

    kelinieran regresi. Hipotesisnya adalah:

    Ho = model regresi tidak signifikan

    Ha = model regresi signifikan

    Sumber

    Variansi dk

    Jumlah kuadrat

    (JK) KT F

  • 54

    Total N Yi2 Yi2 -

    Regresi (a)

    Regresi (b | a)

    Residu

    1

    1

    n-2

    nY 2i

    abJKJKreg

    2ires YYJK

    nY 2i

    abJKS2reg

    2nYY

    S2

    i2res

    2res

    2reg

    SS

    Tuna cocok

    Kekeliruan

    k-2

    n-k

    JK (TC)

    JK(E)

    knJK

    S

    2kJK

    S

    TC2E

    TC2TC

    2E

    2TC

    SS

    Dari daftar diatas didapatkan dua hasil yaitu :

    2res

    2reg

    SS

    F untuk uji independen

    2E

    2TC

    SS

    F yang akan dipakai untuk menguji tuna cocok regresi linier.

    Dalam hal ini, kita tolak hipotesis model regresi linier jika F F(1

    )(k 2, n k). Untuk distribusi F yang digunakan diambil dk pembilang

    = (k 2) dan dk penyebut = (n k). (Sudjana, 2005: 331-332)

    b. Uji Deskripsi

    Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil perhitungan

    ketiga variabel beserta hasil belajarnya dengan menggunakan rata-rata

  • 55

    (mean), median, modus, serta dibuat diagramnya dengan histogram dan

    poligon.

    Sebelum mencari rata-rata, median, dan modus diperlukan tabel

    distribusi frekuensi guna memudahkan dalam perhitungan. Pertama,

    menentukan rata-ratanya dengan menggunakan rumus:

    i

    ii

    fxf

    x

    Dimana:

    x = rata-rata (mean)

    if = jumlah frekuensi

    ii xf = jumlah dari perkalian antara frekuensi dengan nilai tengah

    Selanjutnya menghitung median (nilai tengah) dengan rumus:

    f

    FnpbM e

    )(21

    Keterangan:

    Me = median

    b = batas bawah kelas median

    p = panjang kelas median

    n = banyak data

    F = frekuensi komulatif sebelum kelas median

    f = frekuensi kelas median

  • 56

    Kemudian menentukan modus (data terbanyak) dengan menggunakan

    rumus:

    21

    1

    bbb

    pbM o

    Keterangan:

    Mo = modus

    b = batas bawah kelas modus

    p = panjang kelas

    b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya

    b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya

    Dari hasil perhitungan ketiganya kemudian dideskripsikan sehingga

    menghasilkan penjabaran yang jelas.

    c. Analisis akhir

    1) Koefisien korelasi

    Dengan kriteria pengujian Ho diterima pada taraf signifikan = 5%

    dan dk = n 1, apabila rhitung < rtabel. Langkah-langkah menetukan

    koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

    a) Menentukan hubungan antara satu variabel bebas (Xi) dengan

    variabel terikat (Y).

    2222 )()()(( YYnXXn

    YXYXnr

    ii

    iixy

    Misal:

  • 57

    Menentukan hubungan antara minat belajar (X1) dengan prestasi

    belajar matematika siswa (Y) atau .

    2221

    21

    11

    )()()(( YYnXXn

    YXYXnrxy

    Dengan cara yang sama, kita dapat menetukan pula hubungan

    antara kecerdasan emosional (X2) dengan prestasi belajar

    matematika (Y) atau , hubungan antara kemampuan spasial

    (X3) dengan prestasi belajar matematika (Y) atau .

    b) Menentukan hubungan antara satu variabel bebas dengan satu

    variabel bebas yang lain

    Yaitu hubungan antara minat belajar (X1) dengan kecerdasan

    emosional (X2) atau , hubungan antara minat belajar (X1)

    dengan kemampuan spasial (X3) atau , dan hubungan antara

    kecerdasan emosional (X2) dengan kemampuan spasial (X3) atau

    .

    Misal :

    ))()()(( 212

    12

    22

    2

    121212

    XXnXXn

    XXXXnr

    Dengan cara yang sama, kita dapat menetukan pula dan .

    c) Menentukan hubungan minat belajar, kecerdasan emosional dan

    kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika siswa.

    Sebelum menentukan hubungan antara Y, X1, X2, dan X3

  • 58

    ditentukan nilai koefisien korelasi parsial dengan variabel-

    variabel berikut :

    (1) Untuk variabel Y, X1 , dan X2

    Misalkan menentukan korelasi parsial antara Y dan X1

    dengan menganggap X2 tetap, maka dinyatakan dengan ry1.2

    dan koefisien korelasi parsial antara antara Y dan X2 apabila

    X1 dianggap tetap dinyatakan dengan ry2.1, yaitu :

    21.22y21.2y2y1

    y1.2r1r1

    rrrr

    21.22y11.2y1y2

    y2.1r1r1

    rrrr

    Dengan cara yang sama akan didapatkan ry13 dan ry23

    (2) Untuk variabel Y, X1, X2, dan X3

    Misalkan menetukan koefisien korelasi parsial antara Y

    dengan X3 dan menganggap X1 dan X3 tetap, maka

    dinyatakan dengan ry1.23, yaitu :

    213.22y3.213.2y3.2y1.2

    y1.23r1r1

    rrrr

    Dengan demikian dapat dikemukakan hubungan antara koefisien

    korelasi, koefisien korelasi ganda, dan korelasi korelasi parsial

    variabel Y dengan X1 , X2 , dan X3, yaitu :

    2Y3.122Y2.12y12y12.3 r1r1r1R1

    (Sudjana, 2005: 386)

  • 59

    2) Persamaan regresi

    a) Regresi linier sederhana atau tunggal

    Regre