64089967 2011 Ped Tek an Tata Air Mikro Di Lahan Rawa 2011

download 64089967 2011 Ped Tek an Tata Air Mikro Di Lahan Rawa 2011

of 39

description

PEdoman Teknis Tata Air mikro

Transcript of 64089967 2011 Ped Tek an Tata Air Mikro Di Lahan Rawa 2011

  • PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TATA AIR MIKRO DI LAHAN RAWA PASANG SURUT

    DAN LEBAK

    PT - PSP C.3.2 - 2011

    DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011

  • KATA PENGANTAR

    Dalam pemanfaatan lahan rawa kendala yang ditemui antara

    lain tingkat produktivitas rendah yang diakibatkan oleh adanya

    zat-zat / senyawa beracun (pirit) karena drainase yang buruk.

    Salah satu teknologi untuk mengatasi hal ini adalah dengan

    pengaturan tata air tingkat usahatani, yang lebih dikenal

    dengan teknologi Tata Air Mikro" (TAM).

    Untuk memberikan petunjuk secara teknis kepada daerah di

    dalam pelaksanaannya, maka Pedoman Teknis ini diberikan

    dalam rangka arahan dan acuan pengembangan lahan rawa di

    daerah.

    Kami menyadari bahwa buku Pedoman Teknis ini masih jauh

    dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

    membangun dari para pembaca akan sangat kami hargai.

    Akhirnya kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat.

    Jakarta, Januari 2011 Direktur Pengelolaan Air Irigasi

    Ir. Prasetyo Nuchsin, MM

    NIP.19570903 198503 1001

  • RINGKASAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TATA AIR MIKRO (TAM) 2011

    Ringkasan Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro (TAM) dilaksanakan dalam upaya peningkatan fungsi, kondisi dan layanan irigasi melalaui pembangunan/peningkatan jaringan dengan rincian sebagai berikut : No Pengembangan TAM 1. Lokasi Daerah rawa pasang surut atau lebak

    yang memiliki jaringan utama (makro)

    2. Kegiatan a. Pembuatan/perbaikan saluran

    tersier atau sub tersier/kuarter

    b. Pemasangan gorong-gorong yang menghubungkan saluran tersier ke sub tersier /kuarter

    c. Pembuatan tanggul keliling

    d. Pembuatan pintu air air atau box bagi bila diperlukan

    3. Pelaksana Kelompok tani 4. Tahap

    pelaksanaan kegiatan

    a. SID

    b. Konstruksi

    5. Biaya Rp. 1.000.000,-/ Ha

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    RINGKASAN

    DAFTAR LAMPIRAN

    I. PENDAHULUAN 1

    A. Latar Belakang 1

    B. Tujuan dan Sasaran 3

    C.

    D.

    Kebijakan

    Istilah

    5

    7

    II. INDIKATOR KINERJA 11

    A. Keluaran (Output) 11

    B. Hasil (Outcome) 11

    C. Manfaat (Benefit) 12

    D. Dampak (Impact) 12

    III. PELAKSANAAN 13

    A. Organisasi 13

    B. Pemilihan/Penentuan Petani dan Lokasi 14

    C. Konstruksi 19

    D. Partisipasi 21

  • IV PENGENDALIAN

    A. Analisa Resiko 22

    B. Penanganan Resiko 23

    IV. MONITORING DAN EVALUASI 24

    A. Monitoring 24

    B. Evaluasi 25

    C. Perkembangan Realisasi Pelaksanaan

    Kegiatan Fisik dan Keuangan

    25

    V. PELAPORAN 27

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan

    TAM TA. 2011

    2. Contoh Daftar Resiko

    30

    31

    3. Contoh Daftar Penanganan Resiko

    4. Check List Pengendalian Pengembangan TAM

    5. Form Laporan Realisasi fisik dan keuangan

    Kegiatan Ditjen PLA TA. 2011 (form PLA 01)

    6. Form Laporan Realisasi fisik & keuangan

    Kegiatan Ditjen PLA TA. 2011 (form PLA 02)

    7. Laporan manfaat kegiatan Ditjen PLA

    TA. 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 (form

    PLA 03)

    33

    37

    42

    43

    44

    8. Rekapitulasi Laporan manfaat kegiatan Ditjen

    PLA TA. 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010

    (form PLA 04)

    45

    9. Rekapitulasi Rencana Usulan

    Kelompok/Rencana Usulan Bersama

    46

    10. Outline Laporan Akhir 47

    11. Ketentuan Teknis 48

    12. Alokasi Kegiatan TAM TA. 2011 69

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Khusus untuk produksi padi/beras, yang merupakan

    bahan pangan paling strategis, Pemerintah khususnya

    Departemen Pertanian sejak tahun 2006 telah

    mentargetkan kenaikan produksi padi sebesar 5 % per

    tahun. Untuk mencapai upaya peningkatan produksi

    beras nasional telah disusun beberapa program, antara

    lain subsidi benih, pengembangan padi hibrida, sarana

    produksi, subsidi bunga, pembangunan / perbaikan

    infrastruktur pertanian seperti Rehab JITUT, JIDES,

    dan pengembangan TAM.

    Dengan berbagai program dan kegiatan tersebut

    produksi beras telah berhasil ditingkatkan pada tahun

    2008 sebesar 60,325 juta ton, sedangkan pada tahun

    2009 produksi padi sebesar 64,4 juta ton yang berarti

    terjadi peningkatan sebesar 6,8 %. Dan pada tahun

    2010 berdasarkan ARAM II BPS produksi padi adalah

    sebesar 65,15 juta ton.

    Meskipun produksi beras telah berhasil ditingkatkan,

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    2

    namun tantangan ke depan masih cukup berat seperti

    pertambahan penduduk, adanya alih fungsi lahan yang

    cukup besar, perubahan iklim dan bencana alam

    lainnya yang menjadi ancaman terhadap produksi

    beras nasional.

    Salah satu peluang untuk peningkatan produksi pangan

    adalah dengan memanfaatkan lahan rawa, baik rawa

    pasang surut maupun rawa lebak. Potensi lahan rawa

    cukup besar, yaitu sekitar 33,4 juta hektar, dimana

    yang potensial untuk pengembangan pertanian sebesar

    11,04 juta hektar. Sampai saat ini telah diusahakan

    lebih kurang seluas 1.676.786 hektar, terdiri dari lahan

    rawa pasang surut seluas 801.322 hektar, rawa lebak

    seluas 757.072 hektar dan tambak seluas 118.392

    hektar.

    Disadari sepenuhnya bahwa lahan rawa bukanlah lahan

    yang terbaik untuk usaha pertanian dibandingkan lahan

    pertanian lainnya. Dalam pemanfaatan lahan rawa

    untuk usahatani tanaman pangan banyak ditemui

    kendala. Kendala utama adalah adanya lapisan pirit

    pada tanah sulfat masam dan sifat kering tak balik

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    3

    pada tanah organik/gambut. Penanganan yang salah

    terhadap tanah organik dan tanah sulfat masam

    dengan lapisan piritnya akan dapat menyebabkan

    tanah menjadi sangat masam sehingga tidak dapat lagi

    untuk budidaya pertanian pada lahan tersebut.

    Salah satu teknologi yang sederhana, mudah dalam

    perawatan dan pemeliharaan serta relatif murah, yaitu

    dengan teknologi (TAM), dengan memanfaatkan pola

    pergerakan pasang surutnya air di lahan rawa pasang

    surut dan pengelolaan air dengan sistem polder di lahan

    rawa lebak.

    Besarnya potensi lahan rawa untuk peningkatan produksi

    pangan, mengakibatkan kegiatan pengembangan TAM

    menjadi salah satu kegiatan utama Departemen

    Pertanian dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan

    Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian .

    B. Tujuan dan Sasaran

    1. Tujuan

    Kegiatan Pengembangan TAM di lahan rawa

    bertujuan sebagai berikut :

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    4

    a. Meningkatkan Luas Tanam melalui Penambahan

    Indeks Pertanaman (IP) dan Penambahan Baku

    Lahan (PBL).

    b. Meningkatkan produktivitas lahan.

    c. Membangun rasa memiliki petani terhadap

    jaringan TAM yang sudah dibangun.

    2. Sasaran

    Sasaran yang akan dicapai dengan

    dilaksanakannya kegiatan ini antara lain :

    a. Terbangunnya tata air mikro seluas 45.419 Ha

    di 13 propinsi, 51 kabupaten.

    b. Meningkatnya luas tanam melalui

    Penambahan Indeks Pertanaman (IP) lebih

    dari 50 % dan Penambahan Baku Lahan

    (PBL).

    c. Meningkatnya produktivitas usahatani lebih

    dari 20 %.

    d. Terciptanya rasa memiliki petani terhadap

    jaringan TAM yang sudah dibangun.

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    5

    C. Kebijakan

    Direktorat Pengelolaan Air Irigasi mengeluarkan

    kebijakan teknis untuk dijadikan pedoman dalam

    pelaksanaan kegiatan pengembangan yaitu :

    1. Kegiatan pengembangan tata air mikro dilakukan

    pada lahan rawa pasang surut dan rawa lebak yang

    telah dimanfaatkan untuk usahatani dan benar benar

    memerlukan tata air mikro sehingga dapat

    memberikan dampak yang nyata.

    2. Dalam keadaan memaksa dan sangat dibutuhkan

    dana tata air mikro dapat dipergunakan untuk

    memperbaiki jaringan reklamasi rawa pada tingkat

    sekunder dengan berkoordinasi dengan Dinas

    Pengairan setempat.

    3. Pelaksanaan konstruksi Pengembangan TAM harus

    sesuai dengan desain.

    4. Pelaksanaan pengembangan TAM dilaksanakan

    melalui partisipasi masyarakat petani dalam kelompok

    ( bantuan sosial).

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    6

    5. Prosedur Administrasi bantuan sosial mengacu pada

    Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial yang

    dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan

    Sarana Pertanian.

    6. Kegiatan Pengembangan TAM sekaligus dalam rangka

    pemberdayaan kelembagaan petani.

    7. Biaya yang tersedia dalam mata anggaran belanja

    sosial lainnya dipergunakan untuk kegiatan fisik

    Pengembangan TAM dengan mengacu pada pedoman

    umum Bansos Ditjen PSP. Sedangkan untuk kegiatan

    sosialisasi, pembinaan, monitoring dan evaluasi

    dibiayai dari dana pendukung/sharing yang berasal

    dari APBD Propinsi atau APBD Kabupaten/kota.

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    7

    D. Istilah

    Beberapa istilah yang dipergunakan dalam buku

    pedoman ini mempunyai pengertian sebagai berikut :

    1. Enclove adalah : Keadaan sebidang lahan yang

    karena satu dan lain hal tidak termasuk dalam

    pengembangan TAM, tetapi masuk dalam lokasi

    pengembangan.

    2. Gorong-Gorong adalah : Bangunan fisik yang

    dibangun memotong jalan / galengan yang

    berfungsi untuk penyaluran air.

    3. Indeks Pertanaman/IP (Croping Intensity)

    adalah: Suatu ukuran pemanfaatan lahan atau

    frekuensi tanam dalam luasan tertentu dalam

    kurun waktu satu tahun.

    4. Lahan Rawa Lebak adalah: lahan rawa yang

    tergenang air hujan dalam kurun waktu relatif

    lama.

    5. Lahan Rawa Pasang Surut adalah : Lahan rawa

    yang dipengaruhi oleh pasang naik dan pasang

    surut air laut secara nyata.

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    8

    6. Padat Karya Pertanian adalah : suatu kegiatan

    padat karya yang melibatkan atau mempekerjakan

    petani, buruh tani atau warga perdesaan miskin

    lainnya pada kegiatan pembangunan infrastruktur

    pengelolaan lahan dan air untuk tujuan produktif di

    sektor pertanian.

    7. Peta Kepemilikan Lahan adalah : gambaran

    situasi dalam SID yang mencantumkan luas lahan

    dan nama pemilik yang terkena kegiatan TAM.

    8. Pintu Air adalah : Bangunan fisik yang dapat

    mengatur keluar masuk air pasang atau surut

    sesuai dengan kebutuhan tanaman yang

    diusahakan.

    9. Produktivitas adalah : Tingkat hasil atau

    produksi yang didapatkan per hektar tanam dalam

    satu kali penanaman.

    10. Rehabilitasi adalah : Perbaikan infrastruktur yang

    sudah pernah ada yang karena sesuatu dan lain

    hal keadaannya kurang berfungsi.

    11. Saluran Cacing adalah : saluran menyilang dan

    membujur di petakan sawah

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    9

    12. Saluran Keliling Petakan adalah : saluran air

    yang dibuat mengelilingi petakan sawah dalam

    luasan maximum 1 ha.

    13. Saluran Kuarter adalah: saluran air yang

    menghubungkan saluran sub tersier ke saluran

    keliling.

    14. Saluran Sub Tersier adalah : saluran air yang

    menghubungkan saluran tersier ke kuarter.

    15. Sosialisasi adalah : Pemberitahuan sesuatu

    rencana kegiatan dalam hal ini TAM kepada semua

    pihak terkait secara runut, transparan, dalam

    bentuk urun rembuk, diskusi mulai dari

    perencanaan sampai dengan pelaksanaan.

    16. Stimulan adalah : Bantuan dalam bentuk

    rangsangan pengadaan bahan dan alat untuk

    mempercepat,mempermudah,menyempurnakan

    kegiatan fisik TAM.

    17. Survei Investigasi Desain (SID) adalah :

    Penentuan / penetapan lokasi dan jenis, spesifikasi

    infrastruktur, perhitungan RAB yang akan

    dilaksanakan pembangunannya.

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    10

    18. Swakelola adalah : Pelaksanaan pekerjaan yang

    direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri, yang

    dapat dilaksanakan oleh pengguna barang/jasa,

    instansi pemerintah, kelompok masyarakat dan

    LSM.

    19. Tata Air Makro adalah : Penguasaan air di

    tingkat kawasan / areal reklamasi yang bertujuan

    mengelola berfungsinya jaringan drainase irigasi

    seperti navigasi, sekunder, tersier, kawasan

    retarder, dan sepadan sungai atau laut, saluran

    intersepsi dan kawasan tampung hujan.

    20. Tata Air Mikro adalah : Pengaturan atau

    penguasaan air di tingkat usaha tani yang

    berfungsi untuk mencukupi kebutuhan evaporasi

    tanaman, mencegah / mengurangi pertumbuhan

    gulma dan kadar zat beracun, mengatur tinggi

    muka air melalui pengaturan pintu air dan

    menjaga kualitas air.

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    11

    II. INDIKATOR KINERJA

    Indikator kinerja dari kegiatan ini meliputi: keluaran, hasil,

    manfaat dan dampak. Uraian rinci dari indikator kinerja

    disajikan sebagai berikut :

    A. Keluaran (Output)

    Keluaran dari kegiatan Pengembangan TAM ini adalah :

    1. Terbangunnya jaringan TAM sesuai dengan target

    yaitu seluas 45.419 Ha di 13 Propinsi.

    2. Meningkatnya rasa memiliki petani terhadap

    jaringan TAM yang sudah dibangun / direhab.

    B. Hasil (Outcome)

    Hasil dari kegiatan Pengembangan TAM ini adalah :

    1. Berfungsinya jaringan TAM untuk mendukung

    pengembangan pertanian.

    2. Bertambahnya pengetahuan dan keterampilan

    petugas dan petani di daerah dalam pengelolaan

    TAM.

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    12

    C. Manfaat (Benefit)

    Manfaat dari kegiatan Pengembangan TAM ini adalah :

    1. Meningkatnya luas tanam akibat penambahan

    Indeks Pertanaman dan Penambahan Baku Lahan.

    2. Meningkatnya kualitas lahan dan air serta

    produktivitas usahatani.

    D. Dampak (Impact)

    Dampak dari kegiatan ini adalah meningkatnya

    pendapatan petani di lokasi Pengembangan TAM.

    Disadari sepenuhnya bahwa pencapaian indikator

    kinerja ini merupakan sistem yang saling terkait yang

    ditentukan oleh banyak faktor penentu lainnya, yang

    berjalan secara proses dan membutuhkan waktu.

    Namun demikian hendaknya indikator ini dijadikan

    patokan dalam melakukan penilaian terhadap hasil

    kinerja, sehingga seluruh proses kegiatan harus

    mengacu pada sasaran indikator tersebut.

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    13

    III. PELAKSANAAN

    Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian didalam

    pelaksanaan pengembangan (TAM) adalah: (a) Organisasi

    (b) Kebijakan, (c) Lokasi (d) SID dan Penyusunan RUKK/RAB,

    (e) Konstruksi (f) Partisipasi petani (g) Pengawasan dan (h)

    Pembiayaan.

    A. Organisasi

    Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengembangan tata

    air mikro, Kuasa Pengguna Anggaran/ Pejabat Pembuat

    Komitmen membentuk Tim Pelaksana yang terdiri dari Tim

    Teknis dan Koordinator Lapangan. Pembentukan Stuktur

    organisasi Tim Teknis dan Koordinator Lapangan

    disesuaikan dengan struktur organisasi Dinas Pertanian

    yang menangani kegiatan pengembangan tata air mikro.

    Penunjukan petugas pelaksana selaku Tim Teknis dan

    Koordinator Lapangan kegiatan pengembangan tata air

    mikro harus mempertimbangkan kompetensi personil

    dalam melaksanakan kegiatan yang akan diemban.

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    14

    Penunjukan personil didasarkan pada kriteria sebagai

    berikut :

    1. Petugas Tim Teknis pengembangan tata air mikro

    harus memahami aspek teknis tata air mikro dan

    administrasi Bansos.

    2. Petugas Koordinator Lapangan pada kegiatan

    pengembangan tata air mikro harus menguasai teknis

    kegiatan pengembangan tata air mikro dan

    pengadministrasian Bansos

    3. Kelompok tani/ P3A pelaksana kegiatan harus

    menguasai pengadministrasian Bansos.

    B. Pemilihan/Penentuan Petani dan Lokasi

    Kegiatan pengembangan (TAM) dilaksanakan pada

    lokasi yang memerlukan pengaturan di daerah

    reklamasi rawa pasang surut atau rawa non pasang

    surut (lebak) dimana jaringan utama (primer dan

    sekunder) berfungsi dengan baik.

    Beberapa hal yang harus diperhatikan :

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    15

    1. Syarat Calon Lokasi (CL)

    Lokasi yang dinyatakan layak untuk diikutkan dalam

    program pengembangan TAM adalah lokasi yang

    memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    a. Sistem Tata Air Makro (saluran primer dan

    sekunder) berfungsi dengan baik, khusus untuk

    tipologi lahan rawa pasang surut.

    b. Sistem Tata Air Makro tidak harus ada, khusus

    untuk tipologi lahan rawa non pasang surut

    (lebak).

    c. Lokasi pengembangan adalah rawa pasang surut

    atau non pasang surut/lebak yang telah

    dikembangkan oleh Departemen Pekerjaan

    Umum atau merupakan lokasi yang telah

    dikembangkan oleh desa/dusun.

    d. Potensi untuk dapat meningkatkan IP.

    e. Transportasi dari dan ke lokasi relatif lancar.

    f. Lokasi terletak pada satu hamparan blok tersier,

    dan tidak ada enclove.

    g. Di lokasi pilihan tersedia petani penggarap, dan

    atau pemilik penggarap dengan standar

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    16

    kepemilikan maksimum 2 ha/ KK.

    h. Lokasi yang diusulkan tidak terkena banjir yang

    dapat mengancam keberhasilan pertanaman.

    i. Lokasi harus didelinasi dengan menunjukan

    posisi koordinatnya (LU/LS BT/BB)

    2. Syarat Calon Petani (CP)

    Petani yang dinyatakan layak untuk diikutkan dalam

    program pengembangan TAM adalah petani yang

    memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    a. Diutamakan telah terbentuk Kelompok Tani/P3A,

    apabila belum ada agar segera membentuknya

    sebelum penetapan lokasi.

    b. Mempunyai keyakinan bahwa TAM bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas dan indeks

    pertanaman.

    c. Bersedia membangun saluran kemalir dan saluran cacing di lahan masing-masing atas biaya

    masing-masing.

    d. Membutuhkan dan mau membangun serta memelihara TAM.

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    17

    e. Sanggup mengusahakan lahan minimal 2 kali tanam dalam 1 tahun.

    f. Kelompok Tani/P3A terpilih belum pernah mendapat bantuan sejenis.

    g. Diutamakan kelompok yang mempunyai semangat parsipasif.

    3. Survey, Investigasi dan Desain

    Kegiatan Survey, Investigasi dan Desain (SID)

    dilaksanakan meliputi Survey Investigasi, dan Desain

    (pengukuran, penggambaran dan penyusunan RAB).

    a. Survey Investigasi

    1) Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan

    data detail kondisi lahan yang akan

    dikembangkan jaringan tata air mikro, seperti

    kedalaman lapisan pirit, kedalaman gambut,

    topografi, batas kepemilikan lahan, jaringan

    dan bangunan tata air mikro yang sudah ada,

    kedalaman genangan dan sebagainya.

    2) Pelaksanaan kegiatan SI ini dilakukan secara

    swakelola oleh petugas Dinas Pertanian.

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    18

    3) Berdasarkan survey investigasi, akan

    didapatkan kebutuhan, tata letak dan

    spesifikasi jaringan dan bangunan tata air

    mikro yang diperlukan.

    b. Desain (rancangan teknis)

    1) Rancangan teknis atau desain sederhana dilaksanakan setelah lokasi ditetapkan dan

    survey investigasi dilakukan.

    2) Rancangan atau desain sederhana dapat dilaksanakan secara swakelola (sesuai

    ketentuan yang berlaku).

    3) Hasil rancangan/desain sederhana ini berupa sket lokasi, gambar rancangan teknis

    sederhana kegiatan pembangunan TAM,

    perkiraan kebutuhan bahan, peralatan dan

    biaya.

    4. Penyusunan RUKK

    Penyusunan RUKK dilaksanakan dengan

    musyawarah kelompok dengan bimbingan tim

    teknis atau koordinator lapangan. RUKK disusun

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    19

    berdasarkan kebutuhan bahan dari hasil SID

    dan harga setempat. RUKK sekurang-kurangnya

    memuat rencana kebutuhan bahan, tenaga

    kerja, biaya, sumber biaya dan waktu

    pelaksanaan. RUKK yang telah disusun harus

    diketahui oleh Koordinator Lapangan dan Tim

    teknis dan mendapat persetujuan dari

    KPA/PPK. Contoh RUKK dapat dilihat pada

    Lampiran 9.

    C. Konstruksi

    Pelaksanaan konstruksi pengembangan TAM dilaksanakan

    secara swakelola oleh kelompok tani/P3A, secara

    bergotong royong dengan memanfaatkan tenaga kerja

    anggotanya. Kepada anggota kelompok yang

    berperanserta/berpartisipasi dalam kegiatan

    pengembangan TAM diberikan insentif yang besarannya

    ditentukan berdasarkan musyawarah kelompok dan

    tertuang dalam RUKK.

    Pelaksanaan Kegiatan pengembangan TAM yang akan

    dilaksanakan pada lahan rawa pasang surut dan non

    pasang surut (lebak) antara lain meliputi :

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    20

    1. Membuat atau melengkapi saluran sub tersier, kuarter

    dan sub kuarter.

    2. Membuat saluran sudetan (drainase).

    3. Membuat tanggul keliling yang dilengkapi pintu-pintu

    air.

    4. Membuat bangunan bagi, pintu air (stoplog), gorong-

    gorong dan siphon.

    Pintu air dibangun untuk menghubungkan air dari

    saluran tersier ke sub tersier/kuarter, dan dari sub

    tersier/kuarter ke petakan sawah. Jumlah dan

    spesifikasinya disesuaikan dengan keadaan lokasi.

    a. Bahan pintu diusahakan dari bahan yang cukup

    tahan terhadap air masam dan berkadar garam

    tinggi. Pintu air tersebut diletakkan pada dudukan

    yang permanen dan kuat (dicor/disemen).

    b. Gorong-gorong dibangun untuk menghubungkan

    saluran tersier ke sub tersier/kuarter.

    c. Dapat menggunakan bahan yang mudah didapat,

    murah dan tahan lama, antara lain pipa pralon

    (PVC), bis beton.

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    21

    d. Dalam membangun gorong-gorong dan pintu air

    dimungkinkan digabung agar dapat menghemat

    biaya.

    5. Membuat area water retensi (area penyimpanan air)

    terutama pada lebak pematang dan lebak tengahan,

    sehingga pada musim kemarau airnya dapat

    dimanfaatkan.

    6. Pemasangan pompa-pompa air yang berfungsi untuk

    mengeluarkan air lebih di musim hujan dan

    memasukkan air di musim kemarau. Sistem

    pengelolaan air ini dikenal dengan sistem Polder.

    Ketentuan teknis pelaksanaan pengembangan TAM

    dapat dilihat pada lampiran 11.

    D. Partisipasi

    Kelompok tani/P3A diwajibkan untuk berpartisipasi dalam

    kegiatan ini sejak dari proses perencanaan sampai dengan

    pelaksanaan. Partisipasi tersebut dapat diwujudkan dalam

    bentuk tenaga kerja, bahan bangunan, dana dan sebagainya.

    Tata cara penggunaan dana belanja sosial lainnya untuk

    pengembangan TAM mengacu pada pedoman umum Bansos

    Ditjen PSP.

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    22

    IV. PENGENDALIAN

    Kepala Dinas/ Kepala satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna

    Anggaran dan penanggung jawab kegiatan pengembangan

    TAM harus melakukan pengawasan / pengendalian atas

    pelaksanaan kegiatan pengembangan TAM. Pengawasan /

    Pengendalian dapat dilakukan dengan membentuk Satuan

    Pelaksana Pengendalian Internal, yang bertugas melakukan

    pengendalian dan review atas kinerja pelaksanaan kegiatan

    pengembangan TAM sehingga pelaksanaan kegiatan dapat

    mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dengan efektif,

    efisien, ekonomis, tertib dan akuntabel. Secara singkat

    pengawasan / pengendalian dapat dilakukan dengan tahapan

    sebagai berikut :

    A. Analisa Resiko

    Dalam pelaksanaan pengembangan TAM dilakukan analisa

    bagianbagian atau dalam tahapan mana yang memiliki

    resiko dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan

    kegiatan. Dilakukan analisis titik-titik kritis pelaksanaan

    kegiatan, penyebab dan dampak/resiko yang

    ditimbulkannya. Resiko dapat terjadi pada setiap tahapan

    kegiatan pengembangan TAM baik pada tahap

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    23

    perencanaan, pelaksanaan, pemantauan evaluasi, serta

    tahap pelaporan dan tindak lanjut. Resiko yang tidak

    dapat terdeteksi atau tidak dapat dikelola dengan baik

    akan mengakibatkan tujuan dari kegiatan pengembangan

    TAM yang telah ditetapkan tidak tercapai atau

    pencapaiannya tidak optimal.

    B. Penanganan Resiko

    Dengan telah diketahui titik-titik kritis dalam pelaksanaan

    kegiatan pengembangan TAM penyebab dan dampaknya

    terhadap pencapaian tujuan, maka dilakukan perumusan/

    upaya penanganan atau pembinaan sehingga tidak terjadi

    kesalahan kesalahan yang mungkin terjadi pada titik-

    titik atau tahapan kritis tersebut. Pembinaan dan atau

    pengawasan perlu dilakukan lebih intensif pada titik-titik

    kritis tersebut.

    Untuk memudahkan pelaksanaan pengendalian dapat

    dilakukan dengan menggunakan/ membuat daftar analisa

    resiko, penanganan resiko dan ceklist seperti contoh pada

    Lampiran 4.

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    24

    V. MONITORING DAN EVALUASI

    A. Monitoring

    Monitoring dilakukan terhadap pelaksanaan

    pengembangan TAM TA. 2011.

    1. Monitoring dititikberatkan pada pelaksanaan

    rehab/penggalian saluran tersier, sub tersier,

    kwarter, saluran keliling, saluran cacing, JUT,

    gorong-gorong, pintu air dengan menggunakan

    Form Laporan Perkembangan Kegiatan

    Pengembangan TAM TA. 2011 pada lampiran 3.

    2. Monitoring tersebut dilakukan oleh Dinas Pertanian

    Kabupaten/Kota dan Propinsi sesuai dengan tahapan

    pelaksanaan kegiatan di masing-masing lokasi.

    Tahapan kegiatan ini mengacu pada jadwal

    pelaksanaan kegiatan dan ceklist analisa penanganan

    resiko. Sebagai contoh diberikan jadwal pelaksanaan

    kegiatan Pengembangan TAM TA. 2011 (lampiran 1).

    3. Hasil Monitoring dilaporkan ke Dinas Pertanian

    Propinsi, dengan tembusan ke Ditjen PSP dan

    Direktorat Pengelolaan Air Irigasi (PAI) via fax

    nomor : 021 7823975.

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    25

    4. Dinas Pertanian Propinsi menyampaikan rekapitulasi

    hasil monitoring Kabupaten/kota ke Ditjen PSP dan

    tembusan ke Direktorat Pengelolaan Air Irigasi (PAI)

    setiap 1 bulan sekali.

    B. Evaluasi

    Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan

    pengembangan TAM TA. 2006, TA. 2007, TA. 2008,

    TA. 2009 dan TA.2010. Untuk kegiatan TA. 2011

    evaluasi tersebut dilakukan pada akhir TA. 2011.

    Selanjutnya hasil monitoring dan evaluasi dibahas

    secara berjenjang, mulai dari tingkat provinsi sampai

    tingkat nasional.

    C. Perkembangan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan

    Fisik dan Keuangan

    Dalam melakukan penilaian/ pembobotan kemajuan

    pelaksanaan pekerjaan fisik dan keuangan dapat dilihat

    pada tabel berikut ini dengan mengacu pada Jadwal

    Pelaksanaan Kegiatan TAM (lampiran 1).

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    26

    Tabel 1. Tahapan Kegiatan dan Pembobotan Pelaksanaan Kegiatan Fisik dan Keuangan

    NO. KEGIATANBobot(%)

    A Persiapan 201 CPCL 22 DESAIN 53 RUKK 44 SKSK 25 PEMBUKAANREKENING 46 TRANSFERDANA 3

    B PELAKSANAAN 801 KONSTRUKSI 80

    TOTAL 100Ket:PembobotandilakukanberdasarkanjumlahpencairandanakerekeningkelompoksesuaidenganRUKK(RancanganUsulanKegiatanKelompok)

    Contoh: Tahap1: 20% 20/100*80 =16 Tahap2: 80% 80/100*80 =64

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    27

    IV. PELAPORAN

    Dinas pertanian kabupaten/kota selaku pelaksana kegiatan

    wajib menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan

    pengembangan TAM. Terdapat 3 ( tiga) jenis laporan yang

    harus disusun oleh pelaksana kegiatan pengembangan TAM,

    yaitu :

    - Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan

    Pengembangan TAM tahun berjalan ( 2011 ) dilakukan

    sejak mulai dilaksanakan persiapan sampai dengan

    selesainya kegiatan/ tahun anggaran dengan format

    laporan form PSP 01 (lampiran 5) untuk kabupaten/kota,

    PSP 02 (lampiran 6) untuk propinsi.

    - Laporan Akhir kegiatan pengembangan TAM harus

    disusun setelah kegiatan selesai dilaksanakan. Laporan

    akhir dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi pada

    kondisi tahapan pelaksanaan pekerjaan ( awal, 50 % dan

    setelah pekerjaan selesai). Format laporan mengacu pada

    Lampiran 10.

    - Laporan perkembangan / dampak/ manfaat kegiatan

    pengembangan TAM tahun sebelumnya disusun dengan

    format laporan form PSP 03 (lampiran 7) untuk

    kabupaten/kota dan PSP 04 (lampiran 8) untuk propinsi.

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    28

    a) Alur pelaporan

    Kepala Dinas yang membidangi Tanaman Pangan

    Kabupaten/ Kota/ Satker Pembinaan dan Pengembangan

    Tanaman Pangan di Kabupaten/ Kota yang mendapat

    alokasi kegiatan pengembangan TAM mengirimkan

    laporan laporan ( PSP 01, PSP 03 dan Laporan Akhir )

    tersebut ke propinsi dengan tembusan ke Direktorat

    Jenderal Prasarana dan Sarana, dengan alamat Ditjen PSP

    cq. Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus

    Kementerian Pertanian Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM

    No. 3 Ragunan, Jaksel, via Fax : 021 7816086 atau E-

    mail : [email protected].

    Kepala Dinas yang membidangi Pembinaan dan

    Pengembangan Tanaman Pangan Propinsi mengirimkan

    laporan form PSP 02 dan PSP 04 ke Direktorat Jenderal

    Prasarana dan Sarana Pertanian, dengan alamat Ditjen

    PSP cq. Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus

    Kementerian Pertanian Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM

    No. 3 Ragunan, Jaksel, via Fax : 021 7816086 atau E-

    mail : [email protected].

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    29

    b) Frekuensi pelaporan

    Laporan kegiatan dilakukan melalui tahapan sebagai

    berikut:

    - Laporan bulanan adalah laporan perkembangan

    pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan (sesuai form

    laporan PSP 01 dan 03) harus disusun dan dikirim ke

    Propinsi dan Pusat selambat-lambatnya tanggal 5 bulan

    berikutnya. Sedangkan laporan Form PSP 02 dan PSP 04

    selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.

    - Laporan akhir tahun. Laporan seluruh pelaksanaan

    kegiatan fisik dan keuangan yang dilengkapi dengan

    foto - foto dokumentasi pada kondisi awal pekerjaan,

    sedang dalam pelaksanaan 50 % dan setelah pekerjaan

    selesai 100% selambat-lambatnya satu bulan setelah

    berakhirnya tahun anggaran.

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    30

    Lampiran 1

    JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN TAM TA. 2011

    No. Komponen Kegiatan

    I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IVA. Persiapan

    1 Pembuatan SK-SK2 Juklak diterima dari Provinsi3 Pembuatan Juknis oleh Kab/Kota4 Koordinasi dengan Instansi terkait5 Sosialisasi6 Survey Investigasi (CP/CL)7 Pembuatan Desain Sederhana8 Penyusunan RUKK9 Pembuatan Rekening Kelompok

    10 Transfer dana

    B. Pelaksanaan1 Konstruksi

    a. Penyediaan bahan/materialb. Pelaksanaan fisikc. Pemeliharaan

    2 Monitoring3 Evaluasi 4 Laporan Bulanan5 Laporan Akhir

    JanuariMinggu ke

    BulanNopember DesemberMei Juni Juli Agustus September Oktober

    Minggu ke Minggu ke Minggu kePebruari Maret April

    Minggu ke Minggu ke Minggu keMinggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu keMinggu ke

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    31

    CONTOH DAFTAR RESIKO UNIT KERJA : NAMA PIMPINAN : NIP : KEGIATAN : Pengembangan Tata Air Mikro TUJUAN : ........................

    No Resiko Penyebab Dampak 1. Persiapan

    Lokasi kurang sesuai dengan kriteria teknis

    Petugas kurang pemahami pedoman

    teknis/juklak/juknis pelaksanaan CPCL

    Pencapaian tujuan kegiatan tidak

    optimal Bangunan tidak sesuai kondisi/

    kebutuhan Lapangan Petugas/ petani kurang memahami

    2. Penyusunan Desain Desain tidak sesuai kondisi

    lapangan

    Petugas kurang memahami prosedur SID

    3. Material Rencana kebutuhan material

    dan tenaga kerja tidak sesuai Kebutuhan dana tidak sesuai/

    melebihi kebutuhan nyata Spesifikasi bangunan tidak

    sesuai

    Kesalahan dalam menganalisa kebutuhan

    bahan, material dan tenaga kerja Penghitungan Kebutuhan material tidak tepat,

    Penyusunan satuan harga material tidak berdasarkan harga pasaran, penyusunan RAB masih memperhitungkan pajak dan keuntungan

    Pembelian /penggunan bahan/material tidak sesuai kebutuhan dalam RAB (kurang)

    Satuan harga mahal, sasaran tidak

    tercapai, dan bangunan cepat rusak

    Lampiran2

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    32

    4. Tahap Konstruksi Pembayaran tenaga kerja

    sesuai pasar setempat (tidak ada partisipasi petani)

    Tenaga kerja petani tidak sesuai dengan bukti ( terdapat petani yang tidak bekerja tetapi di bayar).

    Pelaksanaan diborongkan ke tukang

    Bangunan Rehabilitasi tidak sesuai dengan rencana/ Desain Konstruksi melewati tahun anggaran

    Dalam POK tidak dirinci kesalahan

    penyusunan RAB Kontrol oleh petugas kurang Keterlambatan Penetapan pengelola, Revisi Kegiatan

    Tujuan kegiatan secara partisipatif

    tidak tercapai sasaran fisik tidak tercapai

    Sasaran kegiatan tidak tercapai

    5. Operasi dan Pemeliharaan Jaringan tidak berfungsi optimal

    Operasi dan pemeliharaan tidak berjalan Jaringan tidak berfungsi optimal

    Disetujui Tanggal

    Dibuat Tanggal

    Pimpinan Unit Kerja/Direktur,

    Penyusun,

    (........................................) (.................................................)

    NIP.

    NIP.

    Diperiksa Tanggal :

    Pemeriksa,

    ..........................

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    33

    CONTOH DAFTAR PENANGANAN RESIKO

    UNIT KERJA : ............................................. NAMA PIMPINAN : ................................................ NIP : ............................................... KEGIATAN : Pengembangan Tata Air Mikro TUJUAN : ........................

    No Risiko Penyebab Dampak Penanganan

    1 Persiapan Lokasi kurang sesuai dengan

    kriteria teknis

    Petugas kurang pemahami

    pedoman teknis/juklak/juknis pelaksanaan CPCL

    Pencapaian tujuan kegiatan

    tidak optimal Bangunan tidak sesuai

    kondisi/ kebutuhan Lapangan Petugas/ petani kurang

    memahami

    Bimbingan dan

    pelatihan

    2 Penyusunan Desain Desain tidak sesuai kondisi

    lapangan

    Petugas kurang memahami

    prosedur SID

    Desain tidak sesuai kondisi

    lapangan Bimbingan dan

    pelatihan

    Lampiran3

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    34

    3. Material Rencana kebutuhan material

    dan tenaga kerja tidak sesuai Kebutuhan dana tidak sesuai/

    melebihi kebutuhan nyata Spesifikasi bangunan tidak

    sesuai

    Kesalahan dalam menganalisa

    kebutuhan bahan, material dan tenaga kerja

    Penghitungan Kebutuhan material tidak tepat, Penyusunan satuan harga material tidak berdasarkan harga pasaran, penyusunan RAB masih memperhitungkan pajak dan keuntungan

    Pembelian /penggunan bahan/material tidak sesuai kebutuhan dalam RAB (kurang)

    Satuan harga mahal, sasaran

    tidak tercapai, dan bangunan cepat rusak

    CPCL dilaksanakan dan dilaporkan sesuai dengan kondisi di lapangan

    4.

    Tahap Konstruksi Pembayaran tenaga kerja

    sesuai pasar setempat (tidak ada partisipasi petani)

    Tenaga kerja petani tidak sesuai dengan bukti (terdapat petani yang tidak bekerja tetapi di bayar).

    Pelaksanaan diborongkan ke tukang

    Bangunan Rehabilitasi tidak sesuai dengan rencana/ Desain Konstruksi melewati tahun anggaran

    Dalam POK tidak dirinci

    kesalahan penyusunan RAB Kontrol oleh petugas kurang Keterlambatan Penetapan

    pengelola, Revisi Kegiatan

    Tujuan kegiatan secara

    partisipatif tidak tercapai sasaran fisik tidak tercapai

    Sasaran kegiatan tidak tercapai

    Bimbingan dan

    pelatihan

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    35

    5. Operasi dan Pemeliharaan Jaringan tidak berfungsi optimal

    Operasi dan pemeliharaan

    tidak berjalan

    Jaringan tidak berfungsi optimal Penyuluhan dan

    bimbingan kepada petani

    Disetujui Tanggal Dibuat Tanggal Pimpinan unit kerja/Direktur,

    Penyusun,

    (.......................................................) (......................................................)

    NIP. NIP.

    Diperiksa Tanggal :

    Pemeriksa,

    ............................

    Disetujui Tanggal Dibuat Tanggal

    Pimpinan unit kerja/Direktur,

    Penyusun,

    (.......................................................) (......................................................)

    NIP.

    NIP.

    Diperiksa Tanggal

    Pemeriksa,

    ............................

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    36

    Lampiran 4

    CHECK LIST PENGENDALIAN PENGEMBANGAN TAM

    No. Uraian Kegiatan Keterangan

    A. PERSIAPAN

    1. Pedoman Teknis Ada/tidak

    2. Petunjuk Pelaksanaan Ada/tidak

    3. Petunjuk Teknis Ada/tidak

    4. Organisasi/kelembagaan Ada/tidak

    5. SID

    5.1. Calon Lokasi

    a. Apakah lokasi masuk dalam kategori rawa pasang surut/lebak pasang surut/lebak

    b. Apakah terdapat potensi peningkatan IP ya/tidak

    c. Apakah terdapat potensi peningkatan produktivitas ya/tidak

    d. Apakah calon lokasi mudah diakses ya/tidak

    e. Apakah calon lokasi dilengkapi dengan titik koordinat ya/tidak

    f. Apakah di calon lokasi terdapat kelompok tani yang bersedia ya/tidak

    melaksanakan pembangunan TAM

    g. Apakah calon lokasi dilengkapi dengan titik koordinat ya/tidak

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    37

    h. Apakah di calon lokasi sering terjadi banjir ya/tidak

    5.2. Calon Petani

    a. Apakah telah terbentuk kelompok tani Sudah/Belum

    b. Apakah calon petani bersedia membangun saluran kemalir ya/tidak

    dan saluran cacing

    c. Apakah calon petani bersedia memelihara jaringan TAM ya/tidak

    d. Apakah calon petani bersedia mengusahakan lahan minimal ya/tidak

    dua kali dalam setahun

    e. apakah ada proposal dari kelompok tani/P3A Ada/tidak

    5.3. Desain

    a. Apakah ada peta situasi (skala 1:1000) Ada/tidak

    b. apakah ada peta kedalaman lapisan pirit/ kedalaman gambut Ada/tidak

    c. Apakah ada peta topografi Ada/tidak

    d. Apakah ada peta desain sederhana Ada/tidak

    e. Siapakah yang membuat desain sederhana dinas/petani/konsultan

    f. Apakah desain sesuai keadaan lapangan Sesuai/tidak

    g. Apakah ada daftar kepemilikan lahan anggota kelompok tani/P3A Ada/tidak

    5.4. RAB

    a. Apakah ada RAB Ada/tidak

    b. Apakah dalam RAB dibuat perhitungan kebutuhan material dan tenaga ya/tidak

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    38

    c. Apakah RAB dilengkapi dengan rincian biaya sesuai tahapan pekerjaan ya/tidak

    d. Apakah RAB memperhitungkan pajak-pajak dan keuntungan ya/tidak

    e. Apakah RAB sudah dilegalisir oleh Kadis. Kab./Kota Sudah/Belum

    f. Apakah sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan sosialisasi ya/tidak

    g. Apakah penetapan lokasi dan kelompok tani dengan SK ya/tidak

    h. Apakah penyusunan RUKK dilaksanakan melalui musyawarah kelompok ya/tidak

    i. Apakah RUKK sudah dilegalisir oleh Kadis Kab/Kota Sudah/Belum

    j. Apakah rekening kelompok tani melalui kontra sign antara ya/tidak

    KPA/PPK dan Ketua kelompok tani

    k. Apakah perjanjian kerjasama sudah ditandatangani para pihak Sudah/Belum

    B. ORGANISASI

    1. SK KPA, PPK, Bendahara Pengeluaran Ada/tidak

    2. SK Tim Teknis Ada/tidak

    3. SK Penetapan lokasi dan Kelompok Tani Ada/tidak

    4. SK Panitia Pengadaan (bila dilaksanakan oleh pihak ketiga/ rekanan) Ada/tidak

    5. Pembagian Tugas Kelompok Ada/tidak

    6. Kegiatan Kelompok Ada/tidak

    7. Pembentukan Kelompok Ada/tidak

    8. AD/ART Kelompok Ada/tidak

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    39

    C. PELAKSANAAN ( per lokasi kegiatan)

    1. Apakah pengadaan material sesuai RUKK Sesuai/tidak

    2. Apakah penggunaan insentif sesuai dengan rencana / RAB Sesuai/tidak

    (lakukan uji petik kebeberapa petani).

    3. Apakah pembersihan/penggalian dilakukan oleh anggota ya/tidak

    Kelompok Tani (uji petik)

    4. Apakah pengerjaan konstruksi jaringan TAM dilakukan ya/tidak

    oleh anggota KT (uji petik)

    5. Apakah bangunan jaringan TAM sesuai dengan rencana/ desain

    a. Pintu-pintu air sesuai/ lebih/kurang

    b. Gorong-gorong sesuai/ lebih/kurang

    c. Saluran tersier sesuai/ lebih/kurang

    d. Saluran kuater sesuai/ lebih/kurang

    e. Saluran keliling/saluran cacing sesuai/ lebih/kurang

    f. JUT sesuai/ lebih/kurang

    g. dsb

    6. Apakah penarikan/pencairan dana dilakukan bertahap, sesuai RUKK sekali/bertahap

    7. Apakah seluruh dana dimanfaatkan untuk pengembangan TAM ya/tidak

    D. OPERASI DAN PEMELIHARAAN ( perlokasi kegiatan)

    1. Apakah jaringan TAM yang telah dibangun dilakukan pemeliharaan ya/tidak

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    40

    2. Siapa yang melakukan pemeliharaan petani/KT/pemerintah

    E. MONITORING DAN EVALUASI

    1. Monitoring

    a. Apakah sudah dibuat Jadual monitoring Sudah/Belum

    b. Apakah sudah dibuat Tim/petugas monitoring Sudah/Belum

    c. Apakah sudah dibuat Pedoman monitoring Sudah/Belum

    d. Apakah sudah dibuat Laporan monitoring Sudah/Belum

    2. Evaluasi

    a. Apakah sudah dibuat Jadual evaluasi/supervisi Sudah/Belum

    b. Apakah sudah dibuat Tim/petugas evaluasi Sudah/Belum

    c. Apakah sudah dibuat Pedoman evaluasi Sudah/Belum

    d. Apakah sudah dibuat Laporan evaluasi Sudah/Belum

    F. PELAPORAN

    1. Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana dari kelompok tani

    a. Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana tahap I Sudah/Belum

    b. Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana tahap II Sudah/Belum

    c. Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana tahap III Sudah/Belum

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    41

    d. Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana tahap IV Sudah/Belum

    2. Apakah sudah dibuat Pedoman Laporan akhir Sudah/Belum

    3. Apakah sudah dibuat Pedoman Pelaporan Sudah/Belum

    G. PERTANGGUNG JAWABAN ( per lokasi kegiatan)

    1. Apakah sudah dibuat Berita Acara Penyelesaian pekerjaan Sudah/Belum

    2. Apakah sudah dibuat Berita Acara Penyerahan Pengelolaan Sudah/Belum

    3. Dokumentasi

    a. Apakah dibuat dokumentasi sebelum konstruksi Sudah/Belum

    b. Apakah dibuat dokumentasi pada saat sedang dikerjakan Sudah/Belum

    c. Apakah dibuat dokumentasi pasca konstruksi Sudah/Belum

    d. Apakah dibuat dokumen bukti pembelanjaan Sudah/Belum

    e. Apakah dibuat Pembukuan Sudah/Belum

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    42

    Lampiran 5

    Form PLA.01

    Dinas : ..Kabupaten : ..Provinsi : ..Subsektor : ..Program : ..Bulan : ..

    Keuangan Fisik Nama Desa/ Koordinat(Rp) (Ha) (Rp) (%) Konstruksi (Ha) Tanam (Ha) Kelompok Kecamatan

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13A. Pengelolaan Air 1. JITUT

    2. JIDES3. TAM 4. dst

    B. Pengelolaan Lahan 1. JUT 2. Optimasi Lahan3. Reklamasi Lahan 4. dst ..

    C. Perluasan Areal) 1. SID (TP/Horti/Bun/Nak*) 2.Konstruksi

    3. Pengadaan Saprodi4. dst ..

    Catatan :1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PSP Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Kementan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected] 3. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan) 4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll*) Coret yang tidak perlu

    ., .... 2011

    JUMLAH

    Penanggung jawab kegiatan Kabupaten

    LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGANKEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR

    T.A. 2011

    Pagu DIPA KeteranganRealisasi KeuanganNo. Aspek Kegiatan Lokasi Kegiatan Fisik

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    43

    Lampiran 6

    Form PLA.02

    Dinas : .. Propinsi : .. Subsektor : .. Program : .. Bulan : ..

    Keuangan Fisik(Rp) (Ha) (Rp) (%) Konstruksi (Ha) Tanam (Ha)

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 Dinas.*) Pengelolaan Air 1. JITUT

    Kab/Kota 2. JIDES3. TAM 4. dst

    Pengelolaan Lahan 1. JUT 2. Optimasi Lahan3. Reklamasi Lahan4. dst ..

    Perluasan Areal) 1. SID(TP/Horti/Bun/Nak**) 2.Konstruksi

    3. Pengadaan Saprodi

    2 Dinas.*)Kab/Kota

    3 Dinas.*)Kab/Kota

    1. JITUT2. JIDES3. TAM 4. JUT 5. Optimasi Lahan6. Reklamasi Lahan7. Perluasan Areal8. dst

    Ctt: 1. Laporan dikirim ke Ditjen PSP Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bag Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Kementan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel. Fax : 021 7816086 atau E-mail : [email protected]

    3. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan) 4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll*) Diisi nama Dinas Kabupaten/Kota yang melaksanakan kegiatan PSP. **) Coret yang tidak perlu ., .... 2011

    JUMLAH

    Aspek

    LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGANKEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA 2011

    No. Dinas Kabupaten/Kota*) Kegiatan Pagu DIPA Realisasi KeteranganKeuangan Fisik

    Penanggung jawab kegiatan Propinsi

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    44

    Form PLA.03

    Dinas : ..Kabupaten : ..Provinsi : ..Subsektor : ..Tahun : ..

    1 3 5

    A. Aspek Pengelolaan Air 1 JITUT 2 JIDES 3 TAM 4 dst

    B. Aspek Pengelolaan Lahan1 JUT 2 Pengembangan Jalan Produksi3 Optimasi Lahan4 dst

    C. Aspek Perluasan Areal1 Cetak Sawah2 Perluasan Areal Hortikultura3 Perluasan Areal Perkebunan 4 dst

    Catatan :1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PSP Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Kementan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected]. Manfaat harus terukur, contoh :

    Kegiatan JITUT/JIDES dengan kenaikan IP 30 % , peningkatan produktivitas 0,5 ton/Ha (produktifitas awal 5 ton/ Ha) maka : - Peningkatan produksi akibat penambahan produktifitas (500 Ha X 0,5 Ton) = 250 ton, - Peningkatan produksi akibat kenaikan IP (500 Ha x 0,3 X 5,5 Ton) = 825 Ton Maka total peningkatan produksi adalah sebesar 250 Ton + 825 Ton = 1075 Ton

    . . 2011

    Penanggungjawab Kegiatan Kabupaten

    2 4

    LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006, TA. 2007, 2008 ,TA.2009 DAN TA.2010

    No. Kegiatan Target Fisik DIPA

    Realisasi Fisik Manfaat

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    45

    Lampiran 8

    Form PLA.04

    Dinas : ..

    Provinsi : ..

    Subsektor : ..

    1 3 7

    A. Aspek Pengelolaan Air 1 JITUT 2 JIDES3 TAM 4 dst

    B. Aspek Pengelolaan Lahan1 JUT 2 Pengembangan Jalan Produksi 3 Optimasi Lahan4 dst

    C. Aspek Perluasan Areal1 Cetak Sawah2 Perluasan Areal Hortikultura3 Perluasan Areal Perkebunan 4 dst

    Catatan :1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : [email protected] Manfaat harus terukur, contoh :

    Kegiatan JITUT/JIDES dengan kenaikan IP 30 % , peningkatan produktivitas 0,5 ton/Ha (produktifitas awal 5 ton/ Ha) maka : - Peningkatan produksi akibat penambahan produktifitas (500 Ha X 0,5 Ton) = 250 ton, - Peningkatan produksi akibat kenaikan IP (500 Ha x 0,3 X 5,5 Ton) = 825 Ton Maka total peningkatan produksi adalah sebesar 250 Ton + 825 Ton = 1075 Ton

    . .. 2010

    Penanggungjawab Kegiatan Propinsi

    2 4

    REKAPITULASI LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006, TA. 2007, 2008,2010 DAN TA.2011

    No. Kegiatan Target Fisik Realisasi Fisik Manfaat

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    46

    Lampiran 9

    Kelompok : ............................. Desa/Kelurahan : ............................. Kecamatan : ............................. Kab./Kota : ............................. Provinsi : .............................

    REKAPITULASI RENCANA USULAN KEGIATAN KELOMPOK/RENCANA USULAN BERSAMA ......................,..................................... Kepada Yth : Kuasa Pengguna Anggaran ........................ Kab/Kota .....................................................

    Sesuai dengan Surat Keputusan *)......No......tanggal...........tentang penetapan kelompok sasaran kegiatan....................dengan ini kami mengajukan permohonan Dana Bantuan Sosial kepada petani sebesar Rp................(terbilang................) sesuai Rencana Usulan Kelompok (RUK) /Rencana Usulan Bersama (RUB) terlampir dengan rekapitulasi kegiatan sbb :

    No. Kegiatan

    Biaya (rupiah)

    Pemerintah

    Partisipasi Masyarakat

    (Rp)

    Jumlah

    (Rp)

    APBN (Rp)

    APBD (Rp)

    1 2 3 4 5 6 A. Bahan/Material

    1................................ 2.................................. B. Tenaga Kerja C. Dst...

    Jumlah

    Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama Nomor..................tanggal................., Dana Bantuan Sosial kelompok tersebut agar dipindahbukukan ke rekening petani/kelompok......................No. Rekening...........pada cabang/unit Bank...................di..................... MENYETUJUI Ketua Tim Teknis, Ketua kelompok, Penangung Jawab .................................. ................................ NIP

    MENGETAHUI/MENYETUJUI Pejabat Pembuat Komitmen

    Kabupaten/Kota..............

    .................................... NIP

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    47

    *) Bupati/Walikota atau Kepala Dinas lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk **) Format ini dapat disesuaikan untuk kegiatan pada DIPA Pusat dan DIPA Propinsi

    Lampiran 10

    OUTLINE LAPORAN AKHIR

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    B. Tujuan dan Sasaran

    II. PELAKSANAAN

    A. Masukan

    B. Lokasi

    C. Tahap Pelaksanaan

    D. Permasalahan

    E. Pemecahan Masalah

    III. HASIL

    IV. MANFAAT

    V. DAMPAK

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    48

    Lampiran 11

    KETENTUAN TEKNIS

    A. Survei Investigasi Desain (SID)

    SID adalah rangkaian kegiatan yang meliputi :

    1. Survei

    Survei meliputi observasi, inventarisasi/pengumpulan

    data CPCL dan pembuatan peta. Kegiatan ini dilakukan

    dengan cara meninjau dan mencatat data/informasi

    CPCL, wawancara dan diskusi dengan CP, dengan

    menggunakan kuisioner dan formulir yang sudah

    disiapkan lebih dulu. Kuisioner dan formulir berisikan

    data sebagai berikut :

    a. Nama-nama kelompok tani, jumlah petani, desa dan

    kecamatan.

    b. Tata letak lokasi dengan posisi koordinat (LS/LU,

    BB/BT)

    c. Prasarana usahatani seperti jalan, jembatan, gorong-

    gorong dll.

    d. Iklim dan tipe luapan air pasang/surut.

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    49

    e. Kelembagaan tani

    f. Potensi lahan usahatani (luas, pola tanam, jenis

    tanaman, produktivitas, IP dll)

    g. Sosial ekonomi (pemasaran hasil, harga, pemilikan

    lahan.

    Pembuatan peta bila dana memungkinkan antara lain : peta

    situasi dan peta jasira (skala 1 : 10.000), peta petak tersier

    (1 : 5.000), peta rancangan TAM (1 : 2.000). Apabila dana

    tidak memungkinkan, dapat dibuat peta sederhana namun

    semua dimensi terukur sehingga dapat dijadikan dasar

    pelaksanaan konstruksi dan penyusunan RAB.

    Hasil survei perlu dilengkapi dengan data sekunder antara

    lain : data iklim, jumlah penduduk, harga bahan/upah

    setempat dan data potensi desa/kecamatan.

    2. Investigasi

    Investigasi adalah menyelidiki atau meneliti lebih dalam

    karakteristik lahan pasang surut / lebak meliputi :

    a. Keadaan agroklimat

    b. Jenis dan sifat-sifat fisik dan kimia tanah, khususnya

    kandungan pirit (FeS2)

    c. Kualitas air, untuk mengetahui salinitas air.

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    50

    d. Hidrotopografy, untuk mengetahui tipe luapan air

    pada lahan pasang surut / lebak.

    e. Kondisi lahan usahatani, untuk mengetahui jenis

    vegetasi pada lahan yang akan dikembangkan.

    3. Desain TAM a. Penataan Lahan

    Penataan lahan perlu dilakukan agar lahan dapat

    sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan

    dikembangkan. Dalam melakukan penataan lahan

    perlu diperhatikan hubungan antara tipologi lahan,

    type luapan dan pola pemanfaatannya. Penataan

    lahan untuk berbagai tipe luapan dapat dilihat pada

    Tabel 1.

    Sistem Surjan adalah salah satu contoh usaha

    penataan lahan untuk melakukan diversifikasi

    tanaman dilahan rawa. Bila pada tanah gambut

    lapisan dibawahnya berpasir atau pasir kuarsa dan

    atau lapisan mengandung pirit maka tanah gambut

    tersebut jangan disurjan atau dibuat sawah, tetapi

    sebaiknya gambut dipertahankan untuk tanaman padi

    gogo dan palawija, sayuran, buah-buahan, dan

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    51

    perkebunan.

    Tabel 1. Penataan dan pola pemanfaatan lahan yang dianjurkan pada setiap tipologi lahan dan tipe luapan air di pasang surut.

    Sumber : Widjaja-Adhi (1995)

    Tipologi Lahan Tipe luapan air Kode Tipologi A B C D

    SMP-1 Aluvial bersulfida dangkal

    Sawah Sawah Sawah -

    SMP-2 Aluvial bersulfida dalam

    Sawah Sawah/surjan

    Sawah/ surjan

    Sawah/ tegalan /kebun

    SMP-3/A

    Aluvial bersulfida sangat dalam

    - Sawah/surjan

    Sawah/ tegalan/kebun

    Tegalan /Kebun

    SMA-1 Aluvial bersulfat 1

    - Sawah/surjan

    Sawah/ surjan

    Sawah /tegalan /kebun

    SMA-2 Aluvial bersulfat 2

    - Sawah/surjan

    Sawah/ surjan

    Sawah/ tegalan /kebun

    SMA-3 Alluvial bersulfat 3

    - - Sawah/ kebun

    Tegalan /Kebun

    HSM Aluvial bersulfida dangkal bergambut

    - Sawah Sawah/ tegalan

    Tegalan/ Kebun

    G-1 Gambut dangkal

    - Sawah Sawah/ tegalan

    Tegalan/ Kebun

    G-2 Gambut sedang

    - - Kebun/ kebun

    Kehutanan

    G-3 Gambut dalam

    - - Kebun/ kebun

    Konservasi

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    52

    b. Desain Sistem Pengairan/drainase Saluran tersier

    Pengelolaan air tingkat tersier ditujukan untuk

    mengatur saluran tersier agar berfungsi :

    - Memasukkan air irigasi

    - Mengatur tinggi muka air di saluran dan secara

    tidak langsung di petakan lahan

    - Mengatur kualitas air dengan membuang bahan

    beracun yang terbentuk di petakan lahan serta

    mencegah masuknya air asin ke petakan lahan.

    Sistem pengelolaan air di tingkat tersier dan mikro

    tergantung kepada tipe luapan air pasang.

    Penataan air pada tingkat ini dapat dilakukan

    dengan 2 sistem yaitu sistim aliran satu arah

    (one-way flow system) dan sistim aliran dua arah

    (two-way flow system). Hal yang perlu mendapat

    perhatian dalam pemilihan sistim adalah

    sinkronisasi antara tata air makro dan .

    1) Sistem aliran satu arah

    Pada sistem aliran satu arah, saluran irigasi

    dan saluran drainase dibuat secara terpisah.

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    53

    Pintu klep dipasang berlawanan arah. Pada

    saluran irigasi pintu klep membuka ke arah

    dalam sedang pada saluran drainase pintu

    klep membuka ke arah luar sehingga

    pencucian lahan dapat berlangsung dengan

    efektif.

    2) Sistem aliran dua arah

    Pada sistem air dua arah, saluran tersier yang

    dibuat berfungsi sebagai saluran irigasi dan

    drainase. Oleh karena saluran berfungsi

    sebagai saluran irigasi dan saluran drainase,

    pada dua saluran ini dipasang pintu-pintu.

    Untu menjaga agar tidak terjadi over drain,

    pada pintu-pintu perlu dipasang over flow/

    stoplog.

    c. Saluran Kuarter dan Drainase

    Sistem Pengelolaan mencakup pengaturan dan

    pengelolaan tata air di saluran kuarter dan petakan

    lahan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan

    sekaligus memperlancar pencucian bahan beracun.

    Saluran kuarter biasanya dibuat di setiap batas

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    54

    pemilikan lahan, sedangkan di dalam petakan lahan

    dibuat saluran cacing dengan interval 3 12 meter

    dan disekeliling petakan lahan tergantung pada

    kondisi lahannya. Semakin tinggi tingkat masalah

    keracunan, semakin rapat pula jarak antar saluran

    cacing tersebut. Usaha pencucian ini akan berjalan

    baik apabila terdapat cukup air segar, baik dari hujan

    maupun dari air pasang. Oleh Karena itu, air di

    petakan lahan perlu diganti setiap dua minggu pada

    saat pasang besar.

    1) Bentuk dan Ukuran Saluran

    Gambar yang harus disiapkan adalah saluran

    drainase dan rancangan bangunan pelengkap

    seperti: jalan, gorong-gorong dan jembatan

    penyeberangan bila ada.

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    55

    Gambar penampang melintang saluran dapat dilihat pada

    Tabel 2 di bawah ini :

    No GambarPenampangMelintangSaluranKemilir

    Lbr.Atas Lbr.Bawah Tinggi

    1

    0,30m 0,25m 0,25m

    2 SaluranKeliling

    Lbr.Atas Lbr.Bawah Tinggi

    0,30m 0,25m 0,40m

    3 SaluranSubTersier

    Lbr.Atas Lbr.Bawah Tinggi

    0,80m 0,60m 0,80m

    4 SaluranKuarterpadalahanPotensial

    Lbr.Atas Lbr.Bawah Tinggi

    0,60m 0,40m 0,60m

    5 SaluranKuarterpadalahanSulfatMasam

    Lbr.Atas Lbr.Bawah Tinggi

    0,60m 0,40m 0,50m

    6 SaluranKolektor

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    56

    Lbr.Atas Lbr.Bawah Tinggi

    0,80m 0,60m 0,60m

    2) Rancangan Pintu Air Tersier

    Pintu air untuk saluran tersier sebaiknya

    dibuat kombinasi antara flapgate dan

    stoplog terutama untuk daerah yang bertipe

    luapan A/B, sedangkan untuk saluran

    kuarter dengan pintu flapgate.

    Untuk tipe luapan C/D pada saluran tersier

    sebaiknya dibuat pintu stoplog, jangan

    dengan pintu ulir seperti dilakukan di

    daerah irigasi, untuk saluran kuarter dibuat

    pintu stoplog yang ketinggiannya bisa

    diatur menurut kebutuhan. Pintu flapgate

    dan stoplog sudah banyak dikembangkan

    oleh Departemen Pekerjaan Umum dan

    sekarang ada pintu stoplog yang dibuat dari

    fiber.

    d. Kriteria Model Desain TAM

    Rencana yang akan diterapkan dalam pembinaan/

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    57

    pengembangan model pembuatan TAM disusun

    berdasarkan kriteria berikut :

    1) Jarak antara 2 saluran tersier tidak lebih dari 200 m, kalau lebih dari 200 m perlu dibuat saluran

    sub-tersier pada bagian tengahnya (efek kuarter

    tidak lebih 100 m).

    2) Ujung saluran tersier dalam kondisi buntu, maka harus dihubungkan dengan saluran sekunder

    yang terdekat (dalam kondisi buntu, pengaturan

    air di ujung saluran tersier adalah sangat

    penting).

    3) Aliran satu arah di saluran tersier direkomendasikan untuk penggelontoran air

    asam (bisa satu arah dari SPD ke SDU kalau

    tidak ada pintu sekunder, dan apabila ada pintu

    di SPD maka aliran satu arah dari SDU ke SPD).

    4) Operasi pintu sorong harus rutin, untuk keperluan ini maka pembuatan pintu air perlu

    diletakkan dekat pemukiman. Hal ini

    dimaksudkan untuk memudahkan dalam

    menjangkau lokasi pintu tersebut. Operasi

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    58

    ditujukan untuk suplai (memasukkan air) pada

    air pasang.

    5) Ditinjau dari tipologi lahan pada daerah rawa pasang surut, penerapan pengembangan model

    pembangunan jaringan TAM, dibedakan :

    a) Lahan dengan luapan A/B

    Untuk tanaman padi pada musim hujan dan

    pada musim kemarau, harus dibantu dengan

    pompanisasi khususnya pada tipe luapan B.

    Jika pada lahan tipe luapan A/B belum ada pintu, maka dibiarkan terbuka

    tanpa ada pintu (one-way flow system)

    untuk keperluan drainase dan suplai.

    Apabila sudah ada saluran sub tersier, maka perlu dibuat gorong-gorong

    terbuka (tanpa pintu).

    Apabila tidak ada pintu air di saluran sekunder (SPD) maka saluran tersier

    perlu dibuat pintu sorong pada saluran

    penghubungnya. Jika ada pintu pintu air

    di saluran sekunder maka gorong-

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    59

    gorong pada saluran tersier dapat

    dibuka atau dipasang stoplog.

    Bila saluran tersier dihubungkan dengan sekunder (SDU) maka hanya dibuat

    gorong-gorong (dengan pipa) untuk

    keperluan aliran satu arah dari SPD ke

    SDU.

    b) Lahan dengan tipe luapan C/D

    Lahan ini dapat digunakan untuk penanaman

    padi pada musim hujan dan palawija pada

    musim kemarau. Pengembangan model di

    lahan dengan tipe luapan C/D ini

    dimaksudkan untuk meningkatkan potensi

    drainase untuk keperluan penanaman

    palawija di musim kemarau.

    Untuk itu, sub tersier dihubungkan dengan

    sekunder SDU perlu dibuat gorong-gorong

    (dengan pipa) yang dilengkapi dengan

    stoplog. Bila dihubungkan dengan saluran

    SPD hanya perlu gorong-gorong.

    Bila tidak ada pintu air di saluran sekunder

    (SPD), maka pada saluran tersier perlu

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    60

    dibuat pintu sorong di ujung saluran

    penghubung. Jika saluran tersier sudah

    dihubungkan dengan SPD maka tidak perlu

    dibuat pintu air atau hanya perbaikan pintu

    yang ada.

    Bila ada pintu air di saluran sekunder (SPD)

    maka pada penghubung hanya dibuat

    gorong-gorong saja, atau perbaikan pintu

    yang sudah ada di tersier.

    Pada saluran sekunder (SDU) pada saluran

    penghubung (pada tersier) dibuat gorong-

    gorong dengan pipa dan stoplog. Bila saluran

    sudah ada pintu maka hanya perbaikan saja.

    Saluran kuarter dapat dibuat pada batas

    kepemilikan lahan saja, tetapi jika terdapat

    lapisan pirit (pada sub-soil) atau untuk

    tanaman palawija maka saluran kuarter

    dapat dibuat lebih intensif dengan jarak 50 m

    untuk keperluan pencucian sulfat masam

    atau untuk drainase pada penanaman

    palawija.

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    61

    e. Pelaksanaan Pekerjaan Jaringan

    1) Pembersihan Lapangan

    Untuk memperlancar pekerjaan galian maupun

    timbunan tanah, di posisi jalur saluran dilakukan

    pembersihan lapangan terlebih dahulu sehingga

    diperoleh ruang kerja yang leluasa untuk

    melaksanakan pekerjaan galian dan timbunan.

    Khususnya untuk pekerjaan timbunan, bahan

    timbunan adalah tanah asli setempat yang tidak

    tercampur dengan unsur yang lainnya.

    Pekerjaan pembersihan lapangan ini dapat tidak

    dilakukan selama kondisi lapangannya

    mendukung, maksudnya sepanjang jalur rencana

    saluran kondisinya terbuka, tidak ada penghalang

    baik berupa semak atau hal lainnya sehingga

    dipastikan dapat langsung mengerjakan pekerjaan

    galian atau timbunan. Demikian juga untuk

    saluran keliling dan kemalir yang posisinya ada di

    dalam lahan usahatani tidak memerlukan

    pembersihan lapangan.

    2) Pemasangan Patok Ajir/Bouwplank

    Khususnya untuk saluran sub tersier, kolektor dan

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    62

    kuarter, untuk mendapatkan kelurusan arah

    saluran maka berdasarkan patok-patok bantu

    pada pekerjaan uitzet, dipasang patok ajir yang

    menunjukkan ujung kiri/ kanan dari lebar atas/

    bawah saluran dan pematang/ tanggul dan

    dipasang papan bouwplank untuk menunjukkan

    ketinggian timbunan. Baik patok ajir maupun

    papan bouwplank di pasang pada jalur rencana

    saluran per 25 m. Karena tanah asli bahan

    timbunan akan mengalami penyusutan maka

    untuk ketinggian, ukurannya harus djilebihkan

    antara 5 10 cm dari tinggi rencana. Demikian

    pula dengan kedalaman galian saluran, untuk

    mencapai kestabilan lereng/ talud saluran yang

    dibuat baru maka setelah pembentukan saluran

    dan dioperasikan nantinya akan mengalami

    pengendapan sehingga kedalaman galian saluran

    juga harus dilebihkan antara 5 10 cm dari

    kedalaman rencana. Baik tinggi timbunan maupun

    kedalaman galian diukur dari permukaan tanah

    asli.

    3) Pekerjaan Galian

    Setelah patok dan papan bouwplank terpasang

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    63

    berjarak 25 m antara satu dengan yang lainnya,

    maka untuk mendapatkan kelurusan saluran,

    diantara 2 patok ajir (yang berjarak 25 m) yang

    menunjukkan ujung kiri/ kanan lebar atas saluran

    ditarik garis bantu (bisa berupa tali plastik).

    Berpatokan kepada garis bantu tersebut

    pekerjaan galian dapat dilakukan dan untuk

    mendapatkan bentuk dan kedalaman galian,

    dibuat dari bahan kayu ukuran 3/5 rangka

    bouwplank berbentuk penampang saluran (segi

    empat/trapezium) dengan catatan untuk tingginya

    sudah ditambahkan.

    4) Biasanya untuk keperluan timbunan tanggul/ pematang menggunakan bahan hasil galian

    (dengan memperhatikan faktor susut tanah 20 %) sehingga tanah hasil galian diletakkan pada

    kedua sisi galian dengan memperhatikan jarak

    sempadan saluran secara merata.

    5) Pekerjaan Timbunan

    6) Pembentukan timbunan tanggul/ pematang dapat memanfaatkan bahan hasil galian, akan tetapi jika

    tidak mencukupi maka bahan timbunan diambil

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    64

    dari galian di sisi sebelah luar rencana saluran.

    Untuk mendapatkan tinggi timbunan yang

    diinginkan ditarik garis bantu dari antara 2 patok

    ajir (yang berjarak 25 m) yang menunjukkan

    ujung kiri/ kanan lebar atas timbunan yang

    diinginkan ditarik garis bantu dari antara 2 patok

    ajir ( yang berjarak 25 m ) yang menunjukkan

    ujung kiri/ kanan lebar bawah timbunan tanggul/

    pematang. Untuk mendapatkan bentuk timbunan

    yang diinginkan, dapat juga dilakukan dengan

    membuat rangka bouwplank dari bahan kayu

    ukuran 3/5 berbentuk penampang timbunan

    tanggul/pematang (segi empat/trapesium).

    7) Pekerjaan Perapihan

    Pekerjaan perapihan dilakukan selama masa

    kontrak kerja sampai masa pemeliharaan selesai.

    Maksud perapihan disini adalah untuk

    mempertahankan ukuran penampang galian

    maupun timbunan sesuai dengan yang

    ditentukan, misalnya pada waktu pekerjaan galian

    dilakukan ternyata peletakan tanah timbunannya

    belum membentuk seperti yang ditentukan, ada

    longsoran di lereng/ talud galian maupun

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    65

    timbunan, karena kering maka terjadi retakan-

    retakan di timbunan tanggul/ pematang maka

    harus dilakukan pembentukan kembali

    penampang galian atau timbunan

    tanggul/pematang.

    8) Untuk dapat memberikan fungsi yang optimal, jaringan memerlukan sarana penunjang yang

    secara langsung/ tidak langsung mempengaruhi

    fungsi dalam satu kawasan/hamparan lahan

    usahatani.

    Sarana pendukung tersebut terdiri dari :

    Jalan Usaha Tani Konstruksi jalan usaha tani berupa timbunan

    tanah yang dipadatkan dengan ukuran

    tertentu yang sudah ditetapkan dalam

    perencanaan (desain). Untuk memperkokoh

    konstruksi, dapat juga di kedua sisi jalan

    usaha tani dibuat konstruksi siring (dinding

    penahan) dari kayu. Sebagai bangunan

    pelengkap jalan usahatani adalah jembatan

    yang dapat berupa konstruksi kayu atau

    pasangan batu/beton.

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    66

    Bangunan air Jenis bangunan air yang diperlukan untuk

    melengkapi jaringan TAM adalah: Pintu

    Sorong, Pintu Stoplog, Pintu Klep dan Gorong-

    gorong.

    Secara garis besar pekerjaan sarana

    penunjang ini meliputi pekerjaan tanah (galian

    dan timbunan dan pemadatan), konstruksi

    kayu, pasangan batu bata, pasangan beton.

    B. Pemeliharaan Jaringan

    1. Pemeliharaan Jaringan Drainase

    Jaringan drainse perlu dipelihara, agar ; (1) sarana

    dan prasarana hidrolik yang telah dibangun tetap

    berfungsi sehingga dapat bermanfaat secara

    berkelanjutan, dan (2) untuk mengurangi biaya

    perbaikan yang lebih tinggi pada masa yang akan

    datang.

    Kerusakan bangunan air di lahan rawa lebih besar

    dibandingkan dengan dilahan sawah irigasi.

    Beberapa factor yang menyebabkan kerusakan

    pada jaringan drainase adalah : (1) adanya erosi,

    (2) tumbuhnya vegetasi rawa, dan (3) akibat

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    67

    terjadinya banjir.

    Pemeliharaan saluran harus dilakukan secara rutin.

    Pemeliharaan rutin menyangkut pemeliharaan

    bangunan pintu air, pembersihan dari kotoran,

    pemotongan rumput dan perbaikan tanggul

    saluran. Pemeliharaan insidentil mencakup

    kegiatan-kegiatan yang sebelumnya tidak

    diperkirakan atau ditaksir kuantitasnya, antara lain

    perbaikan longsor tepi dan tanggul saluran,

    endapan lumpur, dan perbaikan saluran yang

    rusak. Sedangkan pemeliharaan darurat adalah

    pemeliharaan terhadap kerusakan yang sifatnya

    mendadak sehingga diperlukan perbaikan segera,

    seperti kerusakan akibat bencana alam, banjir.

    2. Pemeliharaan saluran Tersier

    Pemeliharaan saluran tersier meliputi kegiatan

    sebagai berikut :

    a. Pemotongan rumput pada lereng dan tanggul

    saluran.

    b. Pembersihan saluran meliputi pengangkatan

    kotoran atau rumput ditengah saluran.

  • Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    68

    Kegiatan ini sebaiknya dilakukan bersamaan

    dengan pemotongan rumput ditepi saluran.

    c. Pembentukan dan perapihan tanggul saluran

    tersier. Hal ini dilakukan bila terjadi kerusakan

    tanggul akibat retakan/longsoran. Selain

    memelihara saluran tersier bangunan yang

    ada di saluran seperti pintu air yang

    dipelihara. Pemeliharaan yang harus dilakukan

    adalah :

    Penimbunan dan pemadatan timbunan pada bangunan tersier.

    Penambahan cerucuk gelam pada sayap bangunan tersier untuk menahan benturan

    langsung pada bagian sayap dan

    memperkokoh bangunan tersier.

    Penanaman rumput pada lereng bangunan yang berfungsi sebagai pengaman lereng

    dari erosi/ longsor.

    Pembersihan rutin sekat blok dan papan

    duga. Selanjutnya pengecetan, pelumasan

    dan pembersihan pintu ayun dan

    sponeng.

    Pedoman Teknis Pengembangan Tata Air Mikro di Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak TA. 2011

    69

    Lampiran 12

    ALOKASI TAM TA.

    2011

    Komoditas

    2 3 4 TOTAL KABUPATEN (TP)

    1 Prop. Sumatra Utara 4.000 1 Kab. Labuhan Batu TP 10002 Kab. Langkat TP 10003 Kab. Deli Serdang TP 10004 Kab. Labuhan Batu Utara TP 1000

    2 Prop. Riau 5.493 5 Kab. Bengkalis TP 10006 Kab. Indragiri Hilir TP 10007 Kab. Indragiri Hulu TP 10008 Kab. Pelalawan TP 13439 Kab. Rokan Hilir TP 1000

    10 Kab. Meranti TP 1503 Prop. Jambi 3.400

    11 Kab.TanjungJabungBarat (TP) TP 1.000 Bun 1000

    12 Kab.TanjungJabungTimur (TP) TP 1.000 Bun 400

    4 Prop. Sumatera Selatan 4.879 13 Kab. Musi Banyuasin (TP) TP 1.760

    Bun 40014 Kab. Ogan Komering Ilir TP 156015 Kab. Banyuasin (TP) TP 850

    Bun 916 Kab. Ogan Ilir TP 300

    5 Prop. Lampung 1.437 17 Kab. Tulang Bawang TP 100018 Kab Mesuji TP 437

    6 Prop. Bengkulu 2.000 19 Kab. Muko-muko TP 2000

    7 Prop. Kalimantan Barat 5.910 20 Kab. Kubu Raya TP 25021 Kota Singkawang TP 130022 Kab. Pontianak TP 150023 Kab.Sambas TP 150024 Kab. Kayong Utara TP 1360

    8 Prop. Kalimantan Tengah 4.860 25 Kab. Kota Waringin Timur TP 500

    Bun 20026 Kab. Kapuas TP 206027 Kab. Pulang Pisau TP 130028 Kab. Katingan TP 70029 Kab. Kobar TP 100

    9 Prop.Kalimantan Selatan 5.620 30 Kab. Banjar TP 206031 Kab. Tapin TP 70032 Kab. Barito Kuala TP 156033 Kab. Tanah Laut TP 50034 Kab. Kota baru TP 800

    10 Prop. Kalimantan Timur 2.900 35 Kab. Pasir TP 30036 Kab. PPU TP 50037 Kab. Bulungan TP 60038 Kab. Kutai Timur TP 50039 Kab. Berau TP 50040 Kab Kutai Kertanegara TP 500

    11 Prop. Sulawesi Tenggara 1.700 41 Kab. Kolaka TP 40042 Kab. Konawe TP 40043 Kab. Konawe Selatan TP 40044 Kab Konawe Utara TP 20045 Kab. Bombana TP 20046 Kota Kendari TP 100

    12 Prop. Sulawesi Tengah 2.920 47 Kab. Poso TP 100048 Kab. Morowali TP 100049 Kab. Donggala TP 56050 Kab. Parigi Moutong TP 360

    13 Prop. Papua 300 51 Kab. Merauke TP 300

    45.419 JUMLAH SELURUH INDONESIA

    Prop/Kab/KotaNo Alokasi DIPA TA. 2011

    1

    cover.pdfKP.pdfDI.pdfISI.pdfLamp 1-8.pdfLamp 9-12.pdf