[6] Penentuan Asam Urat Dalam Darah by Jhs[7]
-
Upload
riiena-arinda -
Category
Documents
-
view
61 -
download
3
description
Transcript of [6] Penentuan Asam Urat Dalam Darah by Jhs[7]
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEPERAWATAN
PEMERIKSAAN ASAM URAT DARAH
Kelompok VI
Ema Dessy Naediwati I1B109006
Desy Ratna Sari I1B109013
Enny Zahratunnisa I1B109018
Elfanizar Yusandi I1B109201
Muhlisoh I1B109206
Adi Sucipto I1B109215
Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
BANJARBARU
April, 2010
JUDUL PRAKTIKUM :
“ pemeriksaan asam urat darah “
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan praktikum kali ini antara lain adalah sebagai berikut :
Memahami prinsip pemeriksaan asam urat dalam darah.
METODE PRAKTIKUM
A. Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Spektrofotometer atau filterfotometer
B. Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Reagen pewarna fosfotungstat
2. Reagen untuk membuat FBP cara Folin Wu
3. Larutan Natrium Karbonat 14%
4. Serum sampel
C. Cara Praktikum
Teknik pemeriksaan asam urat di laboratorium
1. Tiap-tiap kelompok menyiapkan darah dari probandus yang sudah
ditentukan. Kemudian darah di sentrifuge untuk mendapatkan serum
sampel untuk proses penelitian.
2. Menyiapkan 3 buah tabung reaksi dn memberi tanda pada masing-masing
tabung yaitu blanko, standar, dan sampel.
3. Pada tabung reaksi blanko, di isi aquadest sebanyak 2 ml, larutan Natrium
Karbonat sebanyak 0,75 ml dan reagen Fosfotungstat sebanyak 1 ml.
4. Pada tabung reaksi standar, di isi FBP standar sebanyak 2 ml, larutan
Natrium Karbonat sebanyak 0,75 ml dan reagen Fosfotungstat sebanyak 1
ml.
5. Pada tabung reaksi sampel, di isi FBP sampel sebanyak 2 ml, larutan
Natrium Karbonat sebanyak 0,75 ml dan reagen Fosfotungstat sebanyak 1
ml.
6. Setelah itu, masing-masing tabung reaksi di koncang agar semua bahan
tercampur secara merata. Diamkan masing-masing tabung selama 15 menit
pada temperatur kamar, lalu baca dengan spektrofotometer pada 680 nm
dengan menggunakan rumus, C= As/Ast x Cst.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
Dari hasil praktikum, diperoleh data sebagai berikut:
As = 0,015 mg/dl
Ast = 0,008 mg/dl
Cst = 0,04 mg/dl
C ???
Jawab :
C = As x Cst
Ast
= 0,015 x 0,04
0,008
= 0,075 mg/dl
B. Pembahasan
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin dalam tubuh.
Jika sampel berupa darah, harga normal asam urat pada laki-laki adalah 3 – 5,9
mg/dl dengan rata-rata 4,5 mg, sedangkan bila berupa serum harga normal asam
urat sedikit lebih rendah. Hasil ini diperoleh jika menggunakan alat yang teliti
yaitu good colorimetric analiysis. Jika menggunakan spektrofotometer biasa nilai
normalnya 3,3 – 7 mg/dl pada laki-laki, dan biasanya lebih rendah 0,5-1 mg/dl
pada wanita. Pada umumnya laboratorium klinik menggunakan spektrofotometer
biasa dengan nilai normal 3 – 7 mg/dl. Jika lebih dari 7 mg/dl disebut
hiperurisemia. Dua faktor penyebab hiperurisemia yaitu :[1]
1. Sintesis meningkat yang bersifat metabolis
a. Asupan atau diet yang kaya dengan nukleosida purin
b. Penghancuran sel yang meningkat seperti leukemia
c. Hiperaktif enzim, seperti pada gout
d. pH darah yang asam seperti laktat asidosis, ketoasidosis
2. Faktor ekskresi oleh tubuli ginjal. Jika ginjal gagal dalam membuang asam
urat ke urine, kadar asam urat darah akan naik.
Pemeriksaan asam urat di laboratorium menggunakan filtrate bebas protein
seperti pada pemeriksaan kreatinin. Pemeriksaan berdasarkan sifat mereduksi dari
asam urat terhadap reagen pewarna fosfotungstat disebut dengan Carraway atau
folin. Pada reaksi antara asam urat dengan reagen fosfotungstat akan terbentuk
warna biru yang sebanding dengan konsentrasi asam urat. Dengan
membandingkan standar atau serum, control kadar sampel dapat dikalkulasikan.
[1]
Xantin dimetabolisme lebih lanjut oleh xantin oksidase menjadi asam urat,
hasil akhir katabolisme purin. Asam urat sukar larut dan di ekskresi dalam urin,
larut dalam air yang banyak. Bila kadar asam urat plasma sangat tinggi
( hiperurikemia ), asam urat dapat mengendap dalam jaringan dalam bentuk
Kristal natrium urat. Pada pengambilan kristal, makrofag menimbulkan respon
peradangan yang mengakibatkan sindroma yang dikenal dengan nama gout.
Hiperurisemia, pada banyak kasus disebabkan oleh percepatan pembentukan asam
urat, sekunder akibat degradasi purin yang jumlahnya sangat banyak.[2]
Pada manusia dan mamalia, nukleotida purin disintesis untuk memenuhi
kebutuhan organisme akan precursor monomer asam nukleat dan untuk fungsi-
fungsi lain. Pada beberapa organisme (burung, amfibi, dan reptile), sintesis
nukleotida purin mempunyai fungsi tambahan untuk berfungsi sebagai wahana
kimia mengekskresi produk sisa nitrogen sebagai asam urat.[3]
Pada manusia, katabolit akhir (produk akhir) dari purin adalah asam urat.
Pertimbangan dari pengamatan yang dilakukan pada manusia dengan
defisiensienzim herediter, nyata bahwa lebih dari 99% asam urat berasal dari
substrat untuk purin nukleosida fosforilase. Produk purin dari purin nukleosida
fosforilase, guanin dan hipoxantin, dikonversi menjadi asam urat melalui xantin
dalam reaksi yang dikatalisis oleh enzim guanase dan xantin oksidase. Xantin
oksidase sangat aktif dalam hati, usus halus, dan ginjal, dan tanpa kehadirannya
asam urat tak dibentuk.[3]
Kelainan-kelainan metabolism purin, aktivitas xantin oksidase adalah
tempat penting untuk intervensi farmakologik para pasien dengan hiperurikemia
dan gout. Pada primata yang lebih rendah dan mamalia lain, enzim urikae
bertanggung jawab untuk hidrolisis asam urat menjadi alantoin, produk akhir
katabolisme purin yang sangat larut dalam air pada hewan-hewan ini
mengekskresi asam urat dan guanin sebagai produk akhir metabolism purin
maupun metabolism nitrogen (protein).[3]
Organisme yang membentuk asam urat sebagai produk sisa nitrogen utama
disebut urikotelik. Metabolisme asam urat pada manusia telah dipelajari dengan
penggunaan asam urat berlabel isotop sebagaimana prekursornya, glisin dan
format. Dosis tunggal N15 asam urat disuntikan intra vena ke dalam tubuh manusia
normal dan pasien yang menderita gout, penyakit yang ditandai dengan
penimbunan asam urat dan natrium urat yang meningkat. Penatalaksanaan natrium
urat, garam dari asam urat, oleh ginjal mamalia telah banyak diselidiki. Nyata dari
penyelidikan terbaru bahwa natrium urat difiltrasi bebas oleh glomerulus
mamalia, direabsorpsi banyak dan sebagian disekresi dalam tubulus proksimal,
disekresi lebih lanjut dalam lengkung Henle, dan mungkin direabsorpsi lagi
sebagian dalam tubuli kontorti distal. Ekskresi bersih asam urat total pada
manusia normal adalah 400-600 mg/24 jam. Banyak senyawa farmakologi dan
alamiah mempengaruhi absorpsi dan sekresi natrium urat oleh ginjal. Aspirin
dalam dosis tinggi secara kompetitif menghambat ekskresi dan reabsorpsi urat.[3]
Pada hiperurisemia, kadar urat serum melebihi batas kelarutanmya.
Kristalisasi natrium urat yang terjadi di dalam jaringan lunak dan persendian akan
membentuk endapan yang dinamakan tofus. Proses ini menyebabkan suati reaksi
peradangan akut, yaitu artritis gout akut, yang dapat berlanjut menjadi artritis gout
kronis.[4]
GOUT atau penyakit asam urat, suatu penyakit yang sudah dikenal sejak
masa Hippocrates, sering dinamakan sebagai "penyakit para raja dan raja dari
penyakit" karena sering muncul pada kelompok masyarakat dengan kemampuan
sosial-ekonomi tinggi sehingga dapat sering mengonsumsi daging (yaitu keluarga
kerajaan pada zaman dahulu) serta karena menimbulkan rasa sakit yang teramat
sangat. Gout sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu gutta (tetesan) karena
kepercayaan kuno bahwa penyakit ini disebabkan oleh luka yang jatuh tetes demi
tetes ke dalam sendi.[5]
Gout adalah penyakit di mana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh
secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui
ginjal yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout
terjadi ketika cairan tubuh sangat jenuh akan asam urat karena kadarnya yang
tinggi. Gout ditandai dengan serangan berulang dari arthritis (peradangan sendi)
yang akut, kadang-kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang
dinamakan tophus, deformitas (kerusakan) sendi secara kronis, dan cedera pada
ginjal. Gout secara tradisional dibagi menjadi bentuk primer (90 persen) dan
sekunder (10 persen). Gout primer adalah kasus gout di mana penyebabnya tidak
diketahui atau akibat kelainan proses metabolisme dalam tubuh. Gout sekunder
adalah kasus di mana penyebabnya dapat diketahui. Sekitar 90 persen pasien gout
primer adalah laki-laki yang umumnya berusia lebih dari 30 tahun, sementara gout
pada wanita umumnya terjadi setelah menopause. Diperkirakan bahwa gout
terjadi pada 840 orang setiap 100.000 orang. Gout sangat terkait dengan obesitas,
hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus.[5]
Penetapan diagnosis gout
Berdasarkan subkomite The American Rheumatism Association yang menetapkan
kriteria diagnostik untuk gout adalah:[5]
A. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
B. Thopus terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi
dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.
1. Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut
2. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari
3. Oligoarthritis (jumlah sendi yang meradang kurang dari
4. Kemerahan di sekitar sendi yang meradang
5. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau
membengkak
6. Serangan unilateral (satu sisi) pada sendi metatarsophalangeal pertama
7. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)
8. Tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago
artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi
9. Hiperuricemia (kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dL)
10. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja)
11. Serangan arthritis akut berhenti secara menyeluruh.
Diagnosis gout ditetapkan ketika didapatkan kriteria A dan/atau kriteria B
dan/atau 6 hal atau lebih dari kriteria C.[5]
Ketika terjadi serangan arthritis akut, penderita diberikan terapi untuk
mengurangi peradangannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan obat
analgesik/NSAID, kortikosteroid, tirah baring, atau dengan pemberian kolkisin.
Setelah serangan akut berakhir, terapi ditujukan untuk menurunkan kadar asam
urat dalam tubuh. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan kolkisin atau obat
yang memacu pembuangan asam urat lewat ginjal (misal probenesid) atau obat
yang menghambat pembentukan asam urat (misal allopurinol). Pasien gout juga
harus menghindari penggunaan obat yang dapat menaikkan kadar asam urat dalam
darah. Contoh dari obat tersebut adalah diuretik, aspirin, dan niasin.[5] Oleh : dr
Juandy Jo Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada)
Berbagai penelitian menjelaskan bahwa penyakit asam urat termasuk
dalam golongan penyakit rematik (artitis gout). Penyakit ini disebabkan oleh
penumpukan asam urat (monosodium urat) yang masuk ke dalam rongga sendi.
Asam urat terbentuk jika tubuh mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung purin. Purin yang terdapat dalam bahan pangan,terdapat dalam asam
nukleat berupa nukleoprotein. Ketika di konsumsi, di dalam usus, asam nukleat ini
akan dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim pencernaan. Selanjutnya, asam
nukleat dipecah lebih lanjut menjadi purin dan pirimidin. Purin teroksidasi
menjadi asam urat.[6]
Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang
berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk hidup
terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut, maka zat
purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan
juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang
terjadi secara normal atau karena penyakit tertentu.[7]
Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dalam tubuh melalui feses
(kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat
yang ada menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain yang dapat
meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan
makanan yang mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya
akan terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.
[7]
Penderita asam urat setelah menjalani pengobatan yang tepat dapat diobati
sehingga kadar asam urat dalam tubuhnya kembali normal. Tapi karena dalam
tubuhnya ada potensi penumpukan asam urat, maka disarankan agar mengontrol
makanan yang dikonsumsi sehingga dapat menghindari makanan yang banyak
mengandung purin.[7]
Gejala Asam Urat
Kesemutan dan linu
Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan
nyeri luar biasa pada malam dan pagi.[7]
Solusi Mengatasi Asam Urat
Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali normal. Kadar
normalnya adalah 2.4 hingga 6 untuk wanita dan 3.0 hingga 7 untuk pria.
Kontrol makanan yang dikonsumsi.
Banyak minum air putih. Dengan banyak minum air putih, kita dapat
membantu membuang purin yang ada dalam tubuh.[7]
Makanan yang Dihindari (mengandung banyak purin)
Lauk pauk seperti jeroan, hati, ginjal, limpa, babat, usus, paru dan otak.
Makanan laut seperti udang, kerang, cumi, kepiting.
Makanan kaleng seperi kornet dan sarden.
Daging, telur, kaldu atau kuah daging yang kental.
Kacang-kacangan seperti kacang kedelai (termasuk hasil olahannya seperti
tempe, tauco, oncom, susu kedelai), kacang tanah, kacang hijau, tauge,
melinjo, emping.
Sayuran seperti daun bayam, kangkung, daun singkong, asparagus,
kembang kol, buncis.
Buah-buahan seperti durian, alpukat, nanas, air kelapa.
Minuman dan makanan yang mengandung alkohol seperti bir, wiski,
anggur, tape, tuak.[7]
Sebenarnya yang dimaksud dengan asam urat adalah asam yang berbentuk
kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan
nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti
sel-sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada
semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-
kacangan) atau pun hewan (daging, jeroan, ikan sarden). Jadi asam urat
merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih.
Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme
normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah makanan dan senyawa
lain yang banyak mengandung purin. Sebetulnya, tubuh menyediakan 85 persen
senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari
makanan hanya sekitar 15 persen. Penyakit asam urat digolongkan menjadi
penyakit gout primer dan penyakit gout sekunder.[8]
Pada penyakit gout primer, 99 persen penyebabnya belum diketahui
(idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor
hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya
pengeluaran asam urat dari tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain
karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi
makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa
organic yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein.[8]
Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit
sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin
B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis),
kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol
dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan
metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan
menyebabkan asam urat juga ikut meninggi. Umumnya yang terserang asam urat
adalah para pria, sedangkan pada perempuan persentasenya kecil dan baru muncul
setelah menopause.[8]
Kadar asam urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan
peningkatan usia. Pada wanita, peningkatan itu dimulai sejak masa menopause.
Mengapa asam urat cenderung dialami pria? Ini karena perempuan mempunyai
hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine.
Sementara pada pria, asam uratnya cenderung lebih tinggi daripada perempuan
karena tidak memiliki hormon estrogen tersbut. Jadi selama seorang perempuan
mempunyai hormon estrogen, maka pembuangan asam uratnya ikut terkontrol.[8]
Ketika sudah tidak mempunyai estrogen, seperti saat menopause, barulah
perempuan terkena asam urat. Kalau peningkatan asam urat ini melewati ambang
batas yang bisa ditolerir, persoalan akan timbul pertama pada ginjal, sendi, dan
saluran kemih. Pemeriksaan asam urat di laboratorium dilakukan dengan dua cara,
Enzimatik dan Teknik Biasa. Kadar asam urat normal menurut tes Enzimatik
maksimum 7 mg/dl. Sedangkan pada Teknik Biasa, nilai normalnya maksimum 8
mg/dl. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan kadar asam urat melampaui standar
normal itu, penderita dimungkinkan mengalami hiperurisemia. Kadar asam urat
normal pada pria dan perempuan berbeda. Kadar asam urat normal pada pria
berkisar 3,5 – 7 mg/dl dan pada perempuan 2,6 – 6 mg/dl. Kadar asam urat diatas
normal disebut hiperurisemia. Perjalanan penyakit yang klasik biasanya dimulai
dengan suatu serangan atau seseorang memiliki riwayat pernah cek asam uratnya
tinggi di atas 7 mg/dl, dan makin lama makin tinggi.[8]
Gejala khas dari serangan artritis gout adalah serangan akut biasanya
bersifat monoartikular (menyerang satu sendi saja) dengan gejala pembengkakan,
kemerahan, nyeri hebat, panas dan gangguan gerak dari sendi yang terserang yang
terjadi mendadak (akut) yang mencapai puncaknya kurang dari 24 jam. Lokasi
yang paling sering pada serangan pertama adalah sendi pangkal ibu jari kaki.
Hampir pada semua kasus, lokasi artritis terutama pada sendi perifer dan jarang
pada sendi sentral.[8]
Serangan yang terjadi mendadak maksudnya tiba-tiba. Karena itu bisa saja
terjadi, siang hari sampai menjelang tidur tidak ada keluhan, tetapi pada tengah
malam penderita mendadak terbangun karena rasa sakit yang amat sangat. Kalau
serangan ini datang, penderita akan merasakan sangat kesakitan walau tubuhnya
hanya terkena selimut atau bahkan hembusan angin. Perjalanan penyakit gout
sangat khas dan mempunyai 3 tahapan. Tahap pertama disebut tahap artritis gout
akut. Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan
serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 – 7 hari.
Karena cepat menghilang, maka sering penderita menduga kakinya keseleo atau
kena infeksi sehingga tidak menduga terkena penyakit gout dan tidak melakukan
pemeriksaan lanjutan.[8]
Bahkan, dokter yang mengobati kadang-kadang tidak menduga penderita
terserang penyakit gout. Karena serangan pertama kali ini singkat waktunya dan
sembuh sendiri, sering penderita berobat ke tukang urut dan waktu sembuh
menyangka hal itu disebabkan hasil urutan/pijatan. Padahal, tanpa diobati atau
diurut pun serangan pertama kali ini akan hilang sendiri.[8]
Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada gout interkritikal.
Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu tertentu.
Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu
tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun.
Panjangnya jangka waktu tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah
menderita serangan artritis gout atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak
ada hubungannya dengan penyakit gout.[8]
Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten. Setelah
melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita
akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya
penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan
yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan
makin lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak.[8]
Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap ini
terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap
ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang
disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti
kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki
bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat
menggunakan sepatu lagi. Faktor risiko yang menyebabkan orang terserang
penyakit asam urat adalah pola makan, kegemukan, dan suku bangsa.[8]
Jika pola makan tidak dirubah, kadar asam urat dalam darah yang
berlebihan akan menimbulkan menumpuknya kristal asam urat. Apabila kristal
terbentuk dalam cairan sendi, maka akan terjadi penyakit gout (asam urat). Lebih
parah lagi jika penimbunan ini terjadi dalam ginjal, tidak menutup kemungkinan
akan menumpuk dan menjadi batu asam urat (batu ginjal). Agar terhindar dari
penyakit gout, salah satu caranya adalah menjaga kadar asam urat dalam darah di
posisi normal, yaitu 5-7 mg%. Batasan tertinggi untuk pria adalah 6,5 mg%
sedangkan untuk wanita 5,5 mg%. Di atas batas ini, biasanya akan terjadi
pengkristalan.[8]
Dalam kondisi normal sebenarnya asam urat bisa dikeluarkan tubuh
melalui ari seni dan keringat. Namun asam urat akan tergangu pengelurannya jika
fungsi kerja ginjal tergangu atau tubuh sedang sakit diabetes, kelainan genetik
(kelainan enzim), obesitas dan konsumsi makanan tinggi purin secara berlebihan.
Diet normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari. Namun bagi
penderita gout, asupan purin harus dibatasi sekitar 100-150 mg purin per hari.
Kita susah menghilangkan sama sekali asupan purin ke dalam tubuh karena
hampir semua bahan pangan terutama sumber protein mengandung purin. Namun
kita bisa mengontrol asupan purin dengan cara memilih bahan pangan yang
rendah kandungan purinnya.[6]
Senyawa asam urat mendapatkan perhatian sangat luas di kalangan
biomedis dan bioanalisis karena peranannya yang sangat penting dalam proses
metabolisme dalam tubuh (Zara et al, 2006). Telah diketahui secara luas bahwa
konsentrasi senyawa ini yang abnormal di tubuh menunjukkan adanya gejala
beberapa penyakit seperti diabetes, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi,
penyakit ginjal dan penyakit hati. Bahkan beberapa penelitian epidemologi
menunjukkan bahwa kenaikan level asam urat dapat menyebabkan kenaikan
resiko terkena penyakit kardiovaskular (Chen et al, 2005). Penyakit-penyakit yang
lain, seperti leukemia dan pneumonia juga diduga berkaitan dengan meningkatnya
asam urat (Miland et al, 1996). Metode penentuan kadar asam urat yang biasa
dilakukan dalam bidang biomedis adalah dengan menggunakan asam
fosfotungstat atau dengan menggunakan enzim uricase (Chen et al, 2005),
kemudian dianalisis secara spektrofotometri.[9]
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum, maka dapat ditarik
simpulan sebagai berikut :
1. Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin dalam tubuh.
2. Kadar asam urat normalnya 3,3 – 7 mg/dl pada laki-laki, dan biasanya
lebih rendah 0,5-1 mg/dl pada wanita.
3. Jika lebih dari 7 mg/dl disebut hiperurisemia.
4. Gout adalah penyakit di mana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh
secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya
melalui ginjal yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan
kaya purin.
B. Saran
Saat melakukan praktikum tentang pemeriksaan asam urat darah,
praktikan diharapkan memperhatikan prosedur yang ada dalam buku petunjuk
praktikum. Hal ini dapat berpengaruh besar terhadap hasil yang didapatkan pada
praktikum. Oleh sebab itu, pemahaman dari prosedur yang dijalankan dapat
mengurangi kesalahan pada hasil praktikum yang didapat. Ketelitian, kerapian
praktikan, dan kebersihan alat-alat laboratorium dalam mengerjakan percobaan ini
juga sangat mempengaruhi hasil praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1) Staf Pengajar Biokimia Keperawatan. 2009. Modul Praktikum Biokimia
Keperawatan Edisi I. Banjarbaru : Bagian Biokimia Kedokteran Fk Unlam.
2) Colby, Diane S. 1988. Ringkasan Biokimia. Jakarta : EGC
3) Martin, David W. Jr et al. 1987. Bikomia ( Harper’s Review of Biochemistry )
Edisi 20. Jakarta : EGC
4) Murray, Robert K et al. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : EGC
5) Oleh : dr Juandy Jo Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada)
6) Diet Tepat Untuk Penderita Asam Urat Submitted by gsmadmin on Sat, 11/15/2008 - 06:11
7) http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/64-asam-urat.html
8) Copyright © 2009 www.DechaCare.com. All Rights Reserved.
9) /Top / Unair Research / Exacta / Mathematics and Natural Science / 2006 /
gdlhub-gdl-res-2007-khasanahmi-4023
Banjarbaru, 13 Mei 2009
Ketua Kelompok Dosen Praktikum
Herry Setiawan Dra. Fujiati, M.Si
NIM. I1B108227 NIP. 132092888