6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63666/BAB...

12
6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN MANFAAT LAINNYA DI HUTAN KERANGAS A. Pendahuluan Hutan kerangas sebagai suatu komunitas tumbuhan yang berkembang pada kondisi tapak yang terbatas sangat mudah terdegradasi. Bila sekali mengalami degradasi maka akan berkembang menjadi savana terbuka yang disebut sebagai ―Padang‖ (Bruenig 1995) Hutan kerangas yang telah mengalami gangguan akan sukar untuk pulih kembali. IUCN (The International Union for The Conservation of Nature) mengkategorikan hutan kerangas dengan status vulnerable (rawan). Hutan terdapat di Desa Guntung Ujung Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan merupakan salah satu contoh tipe hutan kerangas yang telah mengalami degradasi. Struktur hutannya telah berubah menjadi savana terbuka dan terfragmentasi menjadi kumpulan tegakan hutan berupa asosiasi dua jenis pohon (Combretocarpus rotundatus dan Melaleuca cajuputi), bahkan sekarang mengarah pada hutan murni untuk tingkat tiang dan pohon (Combretocarpus rotundatus). Sikap konservasi terhadap hutan kerangas yang tidak terbentuk pada individu masyarakat dan pengelola menjadi pemicu terdegrasinya hutan kerangas. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, diperlukan suatu pendekatan stimulus dalam memunculkan ketertarikan dan membangun sikap dan aksi konservasi. Membangun stimulus dapat dimulai dari nilai manfaat sehingga penerapan konservasi terhadap hutan kerangas dapat dilakukan. Diharapkan dari stimulus manfaat atau pemanfaatan ini selanjutnya akan mendorong pemaknaan kembali secara komprehensif stimulus alam bagi para pihak yang selanjutnya akan berkembang menjadi stimulus kerelaan untuk aktifitas konservasi di hutan kerangas. Penggunaan biodiversitas tumbuhan sebagai bahan pengobatan merupakan salah satu alternatif untuk menemukan nilai manfaat dari hutan kerangas. Hutan kerangas sebagai suatu komunitas tumbuhan spesifik yang tumbuh dan berkembang pada habitat tanah yang kesuburannya sangat terbatas merupakan kawasan yang menjadi sumber keanekaragaman tumbuhan dengan potensi besar dalam menghasilkan metabolit sekunder. Secara alami komunitas tumbuhan yang tumbuh pada kondisi tapak ekstrim atau terbatas potensial menghasilkan metabolit sekunder yang menjadi sumber bioaktivitas tertentu.

Transcript of 6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63666/BAB...

Page 1: 6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63666/BAB VI... · 83 Tabel 6.1 Daftar jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan

80

6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN MANFAAT LAINNYA DI HUTAN KERANGAS

A. Pendahuluan

Hutan kerangas sebagai suatu komunitas tumbuhan yang berkembang

pada kondisi tapak yang terbatas sangat mudah terdegradasi. Bila sekali

mengalami degradasi maka akan berkembang menjadi savana terbuka yang

disebut sebagai ―Padang‖ (Bruenig 1995) Hutan kerangas yang telah mengalami

gangguan akan sukar untuk pulih kembali. IUCN (The International Union for

The Conservation of Nature) mengkategorikan hutan kerangas dengan status

vulnerable (rawan).

Hutan terdapat di Desa Guntung Ujung Kecamatan Gambut Kabupaten

Banjar Kalimantan Selatan merupakan salah satu contoh tipe hutan kerangas

yang telah mengalami degradasi. Struktur hutannya telah berubah menjadi

savana terbuka dan terfragmentasi menjadi kumpulan tegakan hutan berupa

asosiasi dua jenis pohon (Combretocarpus rotundatus dan Melaleuca cajuputi),

bahkan sekarang mengarah pada hutan murni untuk tingkat tiang dan pohon

(Combretocarpus rotundatus).

Sikap konservasi terhadap hutan kerangas yang tidak terbentuk pada

individu masyarakat dan pengelola menjadi pemicu terdegrasinya hutan

kerangas. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, diperlukan suatu pendekatan

stimulus dalam memunculkan ketertarikan dan membangun sikap dan aksi

konservasi. Membangun stimulus dapat dimulai dari nilai manfaat sehingga

penerapan konservasi terhadap hutan kerangas dapat dilakukan. Diharapkan

dari stimulus manfaat atau pemanfaatan ini selanjutnya akan mendorong

pemaknaan kembali secara komprehensif stimulus alam bagi para pihak yang

selanjutnya akan berkembang menjadi stimulus kerelaan untuk aktifitas

konservasi di hutan kerangas.

Penggunaan biodiversitas tumbuhan sebagai bahan pengobatan

merupakan salah satu alternatif untuk menemukan nilai manfaat dari hutan

kerangas. Hutan kerangas sebagai suatu komunitas tumbuhan spesifik yang

tumbuh dan berkembang pada habitat tanah yang kesuburannya sangat terbatas

merupakan kawasan yang menjadi sumber keanekaragaman tumbuhan dengan

potensi besar dalam menghasilkan metabolit sekunder. Secara alami komunitas

tumbuhan yang tumbuh pada kondisi tapak ekstrim atau terbatas potensial

menghasilkan metabolit sekunder yang menjadi sumber bioaktivitas tertentu.

Page 2: 6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63666/BAB VI... · 83 Tabel 6.1 Daftar jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan

81

Proses fisiologis dalam menghasilkan metabolit sekunder dapat dipicu oleh

tekanan atau stress lingkungan (Croteau et al. 2000). Hutan kerangas

merupakan komunitas tumbuhan spesifik, hanya beberapa tumbuhan tertentu

yang mampu beradaptasi. Kemampuan adaptasi tumbuhan berpotensi

menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang menjadi dasar penggunaan

tumbuhan sebagai bahan pengobatan.

Permasalahan yang terjadi adalah belum ditemukan atau terbatasnya

informasi mengenai penggunaan hutan kerangas sebagai sumber bahan

tumbuhan untuk pengobatan. Keterbatasan tersebut mengakibatkan upaya

konservasi berbasiskan nilai manfaat yang berkelanjutan dari jenis-jenis

tumbuhan dari komunitas tumbuhan kerangas secara keseluruhan belum dapat

dilakukan.

Hasil penelitian etnobotani tentang penggunaan tumbuhan dari hutan

kerangas masih relatif terbatas dan merupakan bagian kecil dari laporan-laporan

penelitian ekologi dengan komunitas tumbuhan maupun penelitian ekologi

mengenai satu spesies khusus. Hartini (2007) dalam penelitian ekologi

melaporkan dalam penelitian keragaman tumbuhan di hutan kerangas bahwa

terdapat beberapa tumbuhan yang berkhasiat obat. Beberapa tumbuhan dari

hutan kerangas yang dikenal masyarakat untuk pengobatan yang didapat dari

penelitian ekologis di antaranya seperti: Jungrahab (Baeckea frutescens L),

Kantong semar (Nepenthes spp.), Tabat Barito (Ficus deltoidea), Senduduk

(Melastoma malabathricum)

Penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasikan potensi tumbuhan obat di

hutan kerangas melalui pendekatan pengetahuan etnobotani masyarakat lokal.

Secara khusus juga diidentifikasikan perkembangan pemanfaatan N.gracilis

maupun potensi biodiversitas tumbuhan lainnya yang berasal dari hutan

kerangas. Informasi ini diharapkan dapat menjadi masukan penting sebagai

stimulus untuk aksi konservasi di hutan kerangas.

B. Metode Penelitian

1) Obyek dan Lokasi Penelitian

Obyek penelitian adalah masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar hutan

kerangas. Lokasi pengumpulan data adalah di desa Guntung Ujung yang secara

administratif terletak di Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Kalimantan

Selatan. Lokasi referensi adalah hutan kerangas Pasir putih-Lenggana

Kabupaten Kotawaringin Timur, Arboretum Nyaru Menteng Palangkaraya

Page 3: 6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63666/BAB VI... · 83 Tabel 6.1 Daftar jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan

82

Kalimantan Tengah, dan Tanjung-Muara Kelanis (Kalimantan Selatan-

Kalimantan Tengah).

2) Prosedur Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data tentang penggunaan tumbuhan dari hutan

kerangas sebagai bahan pengobatan dan pemanfaatan lainnya melalui metode

wawancara semi terstruktur terhadap masyarakat lokal di lapangan (Rahayu et

al. 2008). Responden yang dipilih untuk studi etnobotani ini sebanyak 20 orang.

Responden yang dipilih adalah penduduk lokal dengan umur di atas 15 tahun

dan memiliki pengetahuan tentang pengobatan dari hutan kerangas.

Penelurusan literatur dilakukan untuk melengkapi data potensi penggunaan

tumbuhan dari hutan kerangas.

3) Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan mempresentasikan hasil

data dan informasi yang dikumpulkan tentang potensi tumbuhan obat dan

penggunaan lainnya dari tumbuhan hutan kerangas.

C. Hasil dan Pembahasan

1) Potensi Tumbuhan Obat dari Hutan Kerangas

Berdasarkan hasil studi etnobotany dari masyarakat di dalam dan sekitar

hutan kerangas yang dilengkapi dengan hasil tinjauan literatur, beberapa potensi

tumbuhan obat dari hutan kerangas diuraikan dalam Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Daftar jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan dari hutan kerangas

No Nama Jenis Penggunaan untuk pengobatan Bagian yg digunakan

1 Agatis (Agathis borneensis) Malaria daun

2 Akasia (Acacia mangium) berpotensi tetapi belum tereksplorasi belum tereksplorasi

3 Alaban (Vitex pubescens) obat sakit perut, demam, hypertensi, malaria

daun dan kulit kayu

4 Alang-alang (Imperata cylindrical) batu ginjal, hypertensi, panas dalam akar

5 Alau (Dacrydium beccarii) kencing batu/ginjal akar dan daun, buahnya dimakan

6 Anggrek tanah (Dipodium poludosum) melancarkan peredaran darah batang dan akar

7 Bakah kuning (Arcangelisia flava) kencing manis, kencing batu, sariawan, lever

batang dan akar

8 Bati-bati (Adina minutiflora) Sakit perut daun

9 Belangiran (Shorea belangeran) malaria, diabetes, diare, pewarna Kulit batang

10 Bungur (Lagerstromia speciosa) antidiabetes daun

11 Galam (Melaleuca cajuputi) obat sakit perut, luka, penahan sakit daun dan buah

12 Gelagah (Phragmites karka) darah tinggi (hypertensi) akar

13 Gumisi (Syzigium tetrapterum) berpotensi obat tapi belum tereksplorasi

belum tereksplorasi

14 Jangang (Gleichenia linearis) diare, sakit kepala dan luka semua bagian tumbuhan

Page 4: 6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63666/BAB VI... · 83 Tabel 6.1 Daftar jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan

83

Tabel 6.1 Daftar jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan dari hutan kerangas (lanjutan)

No Nama Lokal Penggunaan untuk pengobatan Bagian yang digunakan

15 Jambuan (Syzygium sp.) obat sakit perut, batuk daun dan kulit

16 Kapur naga (Callophylum lowii) pengurang rasa sakit, korengan kulit, daun

17 Kramuntingkodok (Melastoma malabathricum) obat sakit perut, luka, cegah ubanan, berak darah, sakit pinggang

daun, kulit batang

18 Kramunting buah (Rhodomyrtus tomentosa) obat sakit perut, luka daun, buahnya dimakan

19 Kariwaya (Ficus sp.) disentri, diare,demam, obat luka akar, daun

20 Kelalakai (Stenochlaena palustris) penambah darah, demam daun, batang

21 Kerinyu (Eupatorium palescens) obat luka, bisul, kurap daun

22 Ketapi hutan (Sandoricum beccarianum) ambien buah dan kayu

23 Kujajing (Pterospernum javanicum) gatalan dan disentri daun dan kulit

24 Kantong semar (Nepenthes spp.) batuk, asma, tetes mata, diabetes, diare, pinggang, kebugaran,

daun, batang, akar, air dlm kantung

25 Mali-mali (Leea indica) Luka, sakit kepala Daun, kulit

26 Mahang (Macaranga costulata) sariawan, tetes mata getah batang

27 Manggis hutan (Garcinia sp.) malaria, mag, persalinan kulit, daun

28 Mengkudu hutan (Morinda sp.) obat batuk batang dan daun

29 Merapat (Combretocarpus rotundatus) berpotensi obat tapi belum tereksplorasi

belum tereksplorasi

30 Mesisin (Ficus delteodea) mag, jamu wanita, diabetes daun, batang

31 Nipa/Irat (Cratoxylon arborescens) demam, batuk, sakit perut, diare, luka, pewarna pakaian

daun, kulit

32 Palawan (Tristaniopsis obovata) obat sakit perut, lever, mag, penguat stamina

daun, kulit, akar dan air dari batang

33 Pandan Rasau (Pandanus atrocarpus) Berpotensi tetapi belum tereksplorasi belum tereksplorasi

34 Pulantan (Alstonia pneumatophora) disentri dan diare, maag, dan sakit perut, malaria

daun dan kulit

35 Rambuhatap (Baeckea frutescens) sakit perut, analgesik, campuran bedak jerawat

daun

36 Rukam (Flacourtia rukam) diare dan disentri buah mudanya untuk obat

37 Simpur (Dilenia eximia) obat mata, luka daun, buah muda

38 Suling naga (Dianella nemerosa) panas dalam, persalinan, bisulan, diare, bedak jerawat

semua bagian tumbuhan

39 Uwar (Syzygium sp.) sakit perut kulit batang, daun

Tabel 6.1 merupakan hasil pengolahan data yang didapat dari 4 lokasi

penelitian (1 lokasi utama dan 3 lokasi referensi). Terdapat 39 jenis tumbuhan

dari hutan kerangas yang teridentifikasi di lokasi penelitian, 35 diantaranya telah

digunakan sebagai bahan pengobatan oleh masyarakat. Berdasarkan tinjauan

literatur dan hasil analisis laboratorium, 4 jenis tumbuhan yang masih belum

tereksplorasi melalui pengetahuan masyarakat lokal memiliki bioaktivitas sebagai

bahan pengobatan (Tabel 6.2).

Page 5: 6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63666/BAB VI... · 83 Tabel 6.1 Daftar jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan

84

Tabel 6.2 Bioaktivitas beberapa jenis tumbuhan dari hutan kerangas

Nama Jenis Bioaktivitas Keterangan

Merapat (Combretocarpus rotundatus)

Antioksidan dan antibakteri Hasil analisis laboratorium

Akasia (Acacia mangium) Antibakteri Hasil analisis laboratorium Pandan (Pandanus atrocarpus)

Antibakteri Hasil analisis laboratorium

Gumisi (Syzygium tetrapterum)

Analogi terhadap spesies lain dari genus sama dan memiliki bioaktivitas tertentu

Referensi literatur dan hasil survey etnobotany terhadap genus yang sama

Ekstrak methanol daun merapat (C.rotundatus) berdasarkan analisis

invitro yang dilakukan memiliki kapasitas antioksidan terhadap 1,1-diphenyl-2-

picrylhydrazyl (DPPH) dengan nilai IC50 sebesar. Ekstrak methanol daun

merapat juga memiliki kapasitas antibakteri. Pemberian ekstrak methanol daun

merapat pada konsentrasi 62,5 ppm memiliki daya hambat minimal (MIC)

terhadap bakteri S.aureus dan MIC terhadap E.coli pada konsentrasi 250 ppm.

Ekstrak methanol daun akasia (A.mangium) memiliki kapasitas antibakteri.

Pemberian ekstrak methanol kulit akasia mempunyai nilai MIC terhadap bakteri

S.aureus pada konsentrasi 1000 ppm dan MIC terhadap E.coli pada konsentrasi

500 ppm. Mihara et al. (2005) menemukan bahwa ekstrak dari batang kayu

akasia memiliki kapasitas antioksidan. Tumbuhan bawah pandan rasau

(P.atrocarpus) secara in vitro juga memiliki kapasitas antibakteri. Pemberian

ekstrak methanol daun pandan rasau pada konsentrasi 2000 ppm menunjukkan

daya hambat terhadap jenis bakteri E.coli dan MIC bakteri S.aureus pada

konsentrasi 500 ppm. Gumisi (S.tetrapterum) apabila dianalogikan dengan jenis

Syzigium spp. lainnya diduga memiliki potensi bioaktivitas. Nahar et al. (2005)

telah mendapatkan kapasitas antidiabetes dari jenis Syzygium cumini.

Penelitian lainnya juga mendukung khasiat dari beberapa jenis tumbuhan

hutan kerangas. Cratoxylon arborescens dan Dianella nemerosa digunakan

masyarakat untuk pengobatan (Uji 2003; Rahayu et al. 2007). Chew YL. (2011)

juga mengungkapkan bahwa Acacia auriculiformis mempunyai potensi antibakteri

dan antioksidan. Tinjauan referensi ini memperkaya khasanah pengetahuan

potensi pengobatan dari hutan kerangas.

Beberapa penjelasan yang telah dikemukakan merupakan pembuktian

bagaimana hutan kerangas dapat menghasilkan potensi tumbuhan obat. Secara

umum bioaktivitas yang didapat dari tumbuhan merupakan dampak dari faktor

internal tumbuhan dan faktor eksternal dari habitat kerangas yang kandungan

hara tanahnya sangat terbatas.

Page 6: 6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63666/BAB VI... · 83 Tabel 6.1 Daftar jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan

85

2) Perkembangan pemanfaatan N.gracilis dan potensi biodiversitas tumbuhan lainnya di hutan kerangas

Berdasarkan hasil studi etnobotani yang dilakukan, perkembangan

pemanfaatan N. gracilis di lokasi penelitian utama dan referensi ditampilkan

dalam Tabel 6.3.

Tabel 6.3 Perkembangan pemanfaatan N.gracilis

Lokasi Nama Lokal Keterangan Penggunaan Terkini

Desa Guntung Ujung Kab.Banjar Kalsel

(Lokasi utama)

Ontong-ontong

Kampil warik

Cairan dari kantong tertutup masih digunakan hingga sekarang oleh sebagian kecil masyarakat untuk pengobatan batuk dan tetes mata.

Sebagian kecil dari penduduk masih menggunakan cairan kantong tertutup sebagai campuran untuk pengobatan batu ginjal. Sebagai bahan antaran dan hiasan pengantin (sudah ditinggalkan)

Kantongnya digunakan untuk memasak nasi tapi sudah mulai ditinggalkan

Tumbuhan hias (berlangsung sementara)

Tanjung-Pasar Panas-Muara Kelanis Kalsel-Kalteng

Lanjung datu Hambinan warik

Gintuwung

Sebagian anggota masyarakat masih menggunakan akar N.gracilis untuk pengobatan diabetes.

Sebagian anggota masyarakat masih menggunakan tumbuhan N.gracilis untuk pengobatan sakit pinggang

Cairannya yang tertutup digunakan untuk asma

Tempat memasak nasi (insidentil)

Nyaru Menteng Kota Palangkaraya Kalteng

Kantong Bakei Kusak kameluh

Akar N.gracilis direbus untuk kebugaran badan dan sakit urat tulang (supaya berigas biti an hapan tatamba pehe uhat kahang), obat awet muda

kantongnya untuk memasak nasi/ketan (insidentil)

Tumbuhan hias (berlangsung sementara)

Pasir putih-Lenggana Kab.Kotim Kalteng

Telep umang Tebiku

Cairan dalam kantongnya sebagai bahan obat sakit perut (pehe kena-i)

Akar N.gracilis dan batang dibakar dulu, kemudian direbus dan digunakan untuk penyakit beri-beri

Kantongnya digunakan untuk memasak nasi atau ketan (berlangsung insidentil)

Pemanfaatan N.gracilis sebagai bahan pengobatan secara umum lebih

banyak dikuasai oleh masyarakat yang berada di lokasi penelitian referensi.

Relatif terbatas penduduk yang mengetahui potensi N.gracilis sebagai bahan

pengobatan di lokasi utama. Nilai sosial dan nilai religius juga lebih

teridentifikasikan oleh masyarakat yang berada di lokasi penelitian referensi

dibandingkan lokasi penelitian utama. Pemanfaatan N.gracilis sebagai tempat

menanak nasi (lontong) hampir dikuasai oleh sebagian besar masyarakat baik di

lokasi penelitian utama maupun referensi.

Page 7: 6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63666/BAB VI... · 83 Tabel 6.1 Daftar jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan

86

Penamaan lokal dari masyarakat, N.gracilis memiliki nilai sosial budaya

terutama dari masyarakat Tanjung-Muara Kelanis (lanjung datu), Nyaru Menteng

(kusak kameluh), dan Desa Muara Penyang (telep umang). Lanjung datu

memiliki makna lanjung (sejenis bakul tempat membawa barang yang dibawa

dipunggung), dan datu (dari orang halus/orang ghaib). Masyarakat dari suku

Dayak Kahayan (Nyaru Menteng) menamai kantong semar dengan sebutan

kusak kameluh yang memiliki makna kusak (bakul) dan kameluh (uluh huran,

bawi kuwu atau bidadari). Suku Dayak Siang (Kotawaringin Timur) memberikan

sebutan telep umang untuk kantong semar yang memiliki makna telep (wadah)

dan umang (orang yang ada di khayangan).

Menurut keyakinan masyarakat dayak Siang, menyebarnya tebiku atau

telep umang di berbagai tempat adalah sebagai hasil tumbuhan dari suku Ud

Danum yang membawa telep umang sebagai persediaan air dengan

mengikatkannya dipinggang. Telep umang yang telah diminum kemudian

ditanam diberbagai lokasi yang menjadi rute perjalanan dari suku Ud Danum.

Telep umang atau tebiku dulunya merupakan tempat menaruh anakan/peluru

sipet (sumpit) yang merupakan senjata dan alat berburu masyarakat suku Dayak

pada umumnya. Berbagai penjelasan historikal dari kantong semar memberikan

gambaran bahwa Nepenthes memiliki nilai sosial budaya bagi masyarakat lokal.

Perkembangan penggunaan biodiversitas tumbuhan lainnya dari hutan

kerangas Desa Guntung Ujung (Lokasi Utama) yang dilakukan oleh masyarakat

lokal adalah seperti tertera dalam Tabel berikut:

Tabel 6.4 Pemanfaatan tumbuhan di lokasi penelitian utama

Jenis tumbuhan Bahan obat Pangan Nilai jual langsung

Religius Penggunaan lain

Keterangan

Akasia √ (kayu) Nilai jual kayu dan masih berlangsung

Alaban √ √ (daun, kulit)

√ (kayu bakar/arang)

Daun muda, kulit untuk membuat teh

Alang-alang √ Masih berlangsung

Anggrek √ √ (tumbuhan hias)

Penggunaan tumbuhan masih dilakukan

Bati-bati √ √ (buah) √ (kayu bakar)

Sudah tidak ditemukan tingkat pohon/tiang

Belangiran √ (kayu) Kayu dari log yang tertimbun tanah

Galam √ √ (kayu, buah)

√ (kayu bakar/arang)

Masih berlangsung

Page 8: 6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63666/BAB VI... · 83 Tabel 6.1 Daftar jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan

87

Tabel 6.4 Pemanfaatan tumbuhan di lokasi penelitian utama (lanjutan)

Jenis tumbuhan

Bahan pengobatan

Pangan Nilai jual langsung

Religius Penggunaan lain

Keterangan

Jangang √ Tali untuk kerajinan

Tidak digunakan lagi utk kerajinan

Jejambuan √ Masih berlangsung

Kantong semar √ √ Masih berlangsung

Kapurnaga √ sebelumnya pernah punya nilai jual kayu

Karamunting kodok √ √ (buah) Pangan dari buah

Karamunting buah √ √ (buah) Pangan dari buah

Kelalakai √ √ (sayuran) Pangan sayuran

Kerinyu √ Jarang digunakan

Merapat √ (kayu) nilai jual langsung kayu

Nipa √ sebelumnya pernah punya nilai jual kayu

Palawan √ √ Pertahanan & penangkal dari kekuatan jahat

Pulantan √ Jarang digunakan

Rambuhatap √ √ (daun) Penjualan masih berlangsung

Suling naga √ Masih berlangsung

Berdasarkan hasil yang tertera pada Tabel 6.4 terdapat 21 jenis tumbuhan

yang dimanfaatkan masyarakat di lokasi penelitian utama untuk berbagai

kepentingan. 18 jenis tumbuhan digunakan sebagai bahan pengobatan, 4 jenis

yang sampai sekarang masih merupakan sumber kayu bangunan, 4 jenis

sebagai sumber pangan, 1 jenis bernilai religius, 3 jenis sebagai sumber kayu

bakar dan 1 jenis tumbuhan dimanfaatkan sebagai tumbuhan hias.

Jenis alaban (V.pubescens), alang-alang (I.cylindrica), galam (M.cajuputi),

karamunting kodok (Melastoma malabathricum), karamunting buah

(Rhodomyrtus tomentosa) merupakan jenis tumbuhan yang paling banyak

dikenal masyarakat sebagai bahan pengobatan. Jenis merapat (C.rotundatus)

akasia (A.mangium) dan galam (M.cajuputi) merupakan tumbuhan yang tegakan

berdirinya masih diproduksi masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan kayu

bangunan. Pemenuhan kebutuhan kayu bangunan, selain dipenuhi dari tegakan

berdiri juga didapatkan dari sisa log yang tertimbun dalam tanah (jenis merapat,

dan belangeran). Sebelum tegakan hutan di areal ini rusak, jenis pohon lain

Page 9: 6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63666/BAB VI... · 83 Tabel 6.1 Daftar jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan

88

sebagai penghasil kayu bangunan adalah nipa (C.arborescens), kapurnaga

(C.lowii), jejambuan (Syzygium sp.), bati-bati (A.minutiflora) dan palawan

(T.obovata). Pemenuhan kayu bakar yang dominan masih dimanfaatkan adalah

jenis galam (M.cajuputi). Penggunaan pohon sebagai sumber kayu bangunan

maupun kayu bakar mengarah kepada pemenuhan kebutuhan sendiri.

Penggunaan sebagai sumber pangan yang masih tetap bertahan hingga

sekarang adalah kelakai (S.palustris) sebagai panganan dalam bentuk sayuran.

Penggunaan tumbuhan hias masih insidentil dan relatif jarang dilakukan oleh

masyarakat setempat. Penggunaan tumbuhan untuk kepentingan religius dan

kerajinan relatif sudah ditinggalkan.

Daun rambuhatap (B.frutescens) dan buah galam (M.cajuputi) merupakan

jenis tumbuhan yang sampai sekarang memberikan manfaat ekonomi langsung

bagi masyarakat. Nilai jual yang relatif murah dari bahan kering dari buah galam

sebesar Rp 6000/kg dan daun kering jenis rambuhatap sebesar Rp 2500/kg

(hasil wawancara, 2012). Pengerjaan mengumpulkan kedua jenis tumbuhan ini

merupakan mata pencaharian tambahan di luar pekerjaan utama sebagai petani.

Pemungutan daun rambuhatap (B.frustescens) dan buah galam (M.cajuputi)

merupakan hasil permintaan pasar yang berasal dari industri jamu di luar

Kalimantan.

Perbandingan diperlukan untuk memperluas pengetahuan tentang

pemanfaatan biodiversitas hutan kerangas. Pemanfaatan tumbuhan dari hutan

kerangas untuk berbagai kepentingan dari semua lokasi penelitian ditunjukkan

dalam Tabel 6.5.

Tabel 6.5 Pemanfaatan biodiversitas tumbuhan (selain N.gracilis) di lokasi penelitian referensi

Jenis tumbuhan Bahan

pengobatan Pangan

Nilai jual langsung

Religius Penggunaan

lain Keterangan

Agathis √ √ (kayu) kayu tidak diproduksi

Akasia √ (kayu) kayu masih diproduksi

Alaban √ √ (kayu bakar/arang)

Alang-alang √

Alau √ √ (kayu) kayu jarang diproduksi

Anggrek √ √ (tumbuhan hias)

tan.hias sifatnya insidentil (2 jenis)

Bakah kuning √

Belangiran √ √ (kayu) √ (pewarna) kayu masih diproduksi

Page 10: 6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63666/BAB VI... · 83 Tabel 6.1 Daftar jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan

89

Tabel 6.5 Pemanfaatan biodiversitas tumbuhan (selain N.gracilis) di lokasi penelitian referensi (lanjutan)

Jenis tumbuhan Bahan obat

Pangan Nilai jual langsung

Religius Penggunaan

lain Keterangan

Bungur √ √ (kayu bakar)

Galam √ √ (kayu) √ (kayu bakar, turus)

kayu masih diproduksi

Gelagah √

Gumisi √ (kayu bakar)

Jangang √ √ (tali utk kerajinan)

Jejambuan √ √ (kayu) √ (kayu bakar) kayu jarang diproduksi

Kapurnaga √ √ (kayu) kayu jarang diproduksi

Karamunting kodok √ √ (buah)

Karamunting buah √ √ (buah)

Kariwaya √ √ hunian orang ghaib

Kelalakai √ √ (sayur) sayuran

Kerinyu √

Ketapi hutan √ √ (buah) √ (kayu) kayu jarang diproduksi

Kujajing √ √ (buah) √ (kayu) kayu jarang diproduksi

Mahang √ √ (kayu bakar)

Manggis hutan √ √ (buah) √ (kayu) kayu jarang diproduksi

Mengkudu hutan √

Merapat (tumih) √ (kayu)

Mesisin √

Irat/Gerunggang √ √ (kayu) kayu masih diproduksi

Palawan √ √ (kayu) √

Pulantan √ √ (kerajinan dan tutup

botol)

pengunaan kayu sudah jarang dilakukan

Rukam √ √ (buah)

Simpur √ √ (kayu)

Suling naga √

Uwar √ √ (buah) √ (kayu) √ (pewarna) kayu jarang diproduksi

Mali-mali √ √ (kayu) √ (kayu bakar)

Terdapat 35 jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dari hutan kerangas

di lokasi referensi penelitian. 32 jenis di antaranya berpotensi sebagai tumbuhan

obat, 8 jenis tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber pangan (7 jenis tumbuhan

penghasil buah dan 1 jenis sebagai sumber sayuran), 16 jenis tumbuhan sebagai

sumber kayu bangunan, 7 jenis sebagai kayu energi (kayu bakar/arang), 2 jenis

sebagai bahan pewarna, 2 jenis dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan, 2 jenis

untuk kepentingan religius dan 2 jenis sebagai tumbuhan hias.

Penguasaan pengetahuan pengobatan yang berasal dari sebagian besar

tumbuhan hutan kerangas terbatas pada sebagian kecil anggota masyarakat.

Hanya sedikit jenis tumbuhan yang dikenal masyarakat secara luas sebagai

Page 11: 6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63666/BAB VI... · 83 Tabel 6.1 Daftar jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan

90

bahan pengobatan. Jenis-jenis tumbuhan yang umum dikenal masyarakat

secara luas di antaranya adalah jenis alaban (V.pubescens), alang-alang

(I.cylindrica), bakah kuning (A.plava), galam (M.cajuputi), karamunting kodok (M.

malabathricum), karamunting buah (R.tomentosa), kelakai (S.palustris), mesisin

(F.delteodea), palawan (T.obovata), dan jejambuan (Syzygium sp.).

Pemanfaatan hutan kerangas sebagai penghasil kayu sampai saat ini lebih

banyak dilakukan di lokasi referensi. Terdapat 4 jenis kayu yang masih dipanen

yaitu merapat, galam, belangiran dan irat. Pemanenan rambuhatap dan buah

galam tidak dilakukan oleh masyarakat di sekitar hutan kerangas dari lokasi

referensi. Secara keseluruhan, belum terbentuk pasar untuk penjualan jenis-jenis

tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan di lokasi penelitian

referensi.

Berdasarkan hasil pengamatan, pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan

di hutan kerangas oleh masyarakat lebih mengarah kepada pemanfaatan kayu

yang memiliki nilai manfaat ekonomi langsung. Pemanfaatan tumbuhan lainnya

baik sebagai bahan obat, pangan, pewarna lebih menjadi hal yang sifatnya minor

dan hanya untuk pemenuhan kebutuhan sendiri. Penguasaan pengetahuan

tentang manfaat tumbuhan dari hutan kerangas untuk kebutuhan selain kayu

relatif terbatas pada orang-orang tertentu dengan kaderisasi keilmuwan yang

kurang berjalan dengan baik. Lemahnya kaderisasi keilmuwan diindikasikan

dengan relatif sedikitnya penduduk usia muda yang memahami penggunaan

bahan tumbuhan dari hutan kerangas sebagai bahan pengobatan atau keperluan

lainnya.

Temuan ini menjadi tantangan yang harus disikapi agar potensi

biodiversitas tumbuhan hutan kerangas sebagai bahan obat dapat terus

dipertahankan dan dipergunakan secara berkelanjutan. Potensi tumbuhan obat

dari hutan kerangas yang vegetasinya yang tumbuh pada habitat terbatas

kesuburannya sangat mendukung peran hutan kerangas sebagai sumber bahan

obat penting. Sosialisasi diperlukan agar diskonektivitas keilmuwan tentang

penggunaan tumbuhan untuk obat tetap terpelihara dan dipertahankan untuk

kegiatan konservasi berbasis pemanfaatan berkelanjutan dan mendukung

program kesehatan mandiri di dalam dan sekitar kawasan hutan kerangas.

Page 12: 6. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63666/BAB VI... · 83 Tabel 6.1 Daftar jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan

91

D. Simpulan

Hutan kerangas yang menjadi lokasi penelitian sangat potensial menjadi

sumber plasma nutfah untuk obat. Ditemukan 92,31% jenis tumbuhan (jenis

tumbuhan 35 jenis dari 39 jenis tumbuhan) yang berpotensi sebagai sumber

bahan obat. Potensi tumbuhan obat dari hutan kerangas yang vegetasinya

tumbuh pada habitat terbatas sangat mendukung peran hutan kerangas sebagai

sumber pengobatan. Selain itu, hutan kerangas masih digunakan masyarakat

sebagai sumber kayu bangunan, sumber pangan (buah dan sayuran), sumber

kayu energi, sumber bahan untuk kerajinan, sumber pewarna, tumbuhan hias

dan tumbuhan dengan nilai religius. Secara khusus pemanfaatan N.gracilis

sebagai bahan pengobatan lebih banyak dikuasai oleh masyarakat yang berada

di lokasi penelitian referensi. Nilai sosial dan nilai religius juga lebih

teridentifikasikan oleh masyarakat yang berada di lokasi penelitian referensi

dibandingkan lokasi penelitian utama. Penguasaan pengetahuan tentang

manfaat tumbuhan dari hutan kerangas untuk kebutuhan selain kayu relatif

terbatas dengan kaderisasi keilmuwan yang kurang berjalan dengan baik.

Sosialisasi dan dokumentasi penelitian tentang manfaat tumbuhan hutan

kerangas perlu dilakukan agar kearifan pengetahuan lokal tentang tumbuhan

dapat terus terjaga dan berlangsung antar generasi. Pembuktian melalui

mekanisme penelitian modern dapat dilakukan untuk memperkuat pengetahuan

tradisional masyarakat yang berkaitan dengan penggunaan tumbuhan hutan

kerangas.