6. BAB III

11
BAB III DESAIN RUMAH PABRIKASI 3.1 Preliminary Desain

description

6. BAB III

Transcript of 6. BAB III

Page 1: 6. BAB III

BAB III

DESAIN RUMAH PABRIKASI

3.1 Preliminary Desain

Page 2: 6. BAB III
Page 3: 6. BAB III
Page 4: 6. BAB III

3.2 Permodelan struktur rumah pabrikasi

3.3 Analisa kinerja struktur rumah pabrikasi

3.4 Desain komponen, desain material penyusun, metode pembuatan

komponen

Page 5: 6. BAB III

3.5 Desain sistem sambungan antar komponen, termasuk sambungan

terhadap pondasi

3.6 Metode dan waktu pelaksanaan rumah pabrikasi

3.6.1 Penjelasan metodologi pelaksanaan yang digunakan

3.6.2 Perhitungan produktivitas pekerjaan

3.6.3 Time Schedule

3.7 Rencana anggaran biaya

3.7.1 Biaya Produksi Komponen Modular Pracetak

3.7.2 Biaya Pembuatan Rumah Pabrikasi (harga komponen modular pracetak

adalah sebesar biaya produksi komponen)

3.8 SOP Pembuatan komponen, SOP Pemasangan, dan Rencana K3LH

Standard Operating Procedure (SOP) terdiri dari SOP pembuatan

komponen dan SOP pemasangan komponen rumah pabrikasi.

SOP pembuatan komponen

1. Membuat cetakan beton

2. Merangkai tulangan

3. Membuat template dan angkur

4. Memasukkan tulangan dan template dan angkur pada cetakan

5. Mengecor beton

6. Uji coba memasangkan komponen-komponen

SOP pemasangan komponen

1. Memposisikan pondasi

2. Memasang tie beam

3. Memasang kolom

4. Memasang dinding

5. Memasang ring ballok

6. Memasang atap

K3LH adalah kesehatan dan keseluruhan kerja dan lingkungan hidup

harus diperhatikan. K3LH diperhatikan tidak saja pada waktu pembuatan dan

perakitan rumah pabrikasi, tetapi juga pada rumah model

Untuk menjaga K3LH perlu diperhatikan:

1. Setiap peserta memakai perlengkapan K3

Page 6: 6. BAB III

2. Prosedur kerja harus sesuai dengan K3

Perlengkapan (K3) Keselamatan dan Kesehatan Kerja berfungsi untuk

melindungi diri agar tidak mengalami cedera akibat kerja. Perlengkapan badan

yang harus digunakan pada pekerjaan konstruksi adalah sebagai berikut:

Sabuk Pengaman

Helm

Sarung Tangan

Sepatu Kerja

Penutup Hidung (Masker)

Kacamata

Pelindung Telinga

3.9 Konsep rumah tumbuh (perencanaan tahap lanjut)

3.10 Fleksibilitas desain (kemungkinan berubah fungsi ruangan) dan Tingkat

Fungsional ruangan

1. bagaimana konsep dasar sebuah rumah tumbuh yang nyaman? Konsep dasar rumah, baik itu bertumbuh atau tidak pada dasarnya sama, yaitu harus menjadi rumah yang nyaman dan fungsional. Untuk rumah tumbuh, memang agak berbeda dari rumah yang biasa dibangun. Rumah tumbuh harus memperhatikan berbagai faktor seperti kemungkinan perluasan bangunan, menambah lantai, dan faktor konstruksi yang mendukung. Dari awal, rencanakan rumah dengan denah lengkap, dan kira-kira sejauh mana rumah ini dapat dibangun dengan tetap memperhatikan kesehatan bangunan. 

Biasanya konsep rumah tumbuh dibuat bila pemilik rumah merasa perlu mempersiapkan rumah untuk tahap pembangunan selanjutnya, misalnya karena diperkirakan anggota keluarga bertambah. Masalah yang sering terjadi adalah; kurangnya perencanaan sejak dini, sehingga rumah yang dibangun kemudian kurang memenuhi standar kesehatan, struktur dan sebagainya, karena langsung saja ditambah-tambah ruangannya, dengan menghilangkan fungsi taman. Masalah ini dapat kita atasi dengan membuat perencanaan matang sejak dini. Rumah tumbuh dapat dibangun dengan semua denah ruang direncanakan dulu, namun baru sebagian luas rumah yang dibangun, ini artinya di masa depan, bisa ditambahkan ruang-ruang lain seperti ruang tidur, ruang keluarga, dan sebagainya. Bangunan dapat dibangun satu lantai dulu, baru setelah ada dana, dapat dibangun lagi dengan diperluas atau ditingkat. Prinsip utama dari rumah tumbuh adalah, setelah bertumbuh atau bertambah bagian-bagian bangunannya, tetap menjadi rumah yang sehat, dan secara struktural juga kuat.

2. apa yang perlu dimulai untuk membangun rumah demikian? bagaimana dengan fondasinya? apakah fondasinya tetap dibangun sesuai dengan ukuran total tanah, meskipun badan rumah yang dibangun setengah dari luas tanah, misalnya?

Pondasi rumah tumbuh, sama seperti pondasi rumah biasa, hanya perlu diperhatikan bahwa

Page 7: 6. BAB III

pondasi ini harus dapat menunjang, bila nantinya rumah dikembangkan, atau ditingkat. Dengan kata lain; strukturnya, tidak hanya pondasi saja, harus disiapkan agar dapat menerima beban dari keseluruhan bangunan yang rencananya akan dikembangkan. Misalnya, bila kita berencana membuat rumah dua lantai, tapi baru satu lantai dulu yang ditingkat, maka kita membuat pondasi, kolom dan balok-balok yang menunjang untuk dua lantai, sejak pertama kali kita membangun. Bekerjasamalah dengan arsitek/ perencana bangunan Anda untuk mendapatkan gambaran bagaimana struktur dibuat agar dapat menunjang dua atau tiga lantai rumah Anda. 

3. ruang mana yang perlu diprioritaskan lebih dulu untuk dibangun? dan ruang mana yang paling terakhir untuk dibangun? bisa dibeberkan satu-persatu ruangan tersebut?Biasanya, kebutuhan ruang-ruang utama sebuah rumah adalah ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur secukupnya, kamar mandi dan dapur. Ruang-ruang ini biasanya selalu ada dan dibutuhkan dalam kebanyakan rumah-rumah dewasa ini di Indonesia. Maka kita perlu memenuhi kebutuhan ruang-ruang primer ini dulu. 

Penataan ruang juga perlu dibuat sedemikian rupa, misalnya perencanaan dimana letak tangga, letak toilet, letak taman, letak tandon, dan sebagainya. Memang dalam hal ini faktor desain awal sangat menentukan. Setelah rumah inti dibangun, maka selanjutnya pengembangan rumah dapat dilakukan. 

4. bagaimana konsep interiornya? bisa dijelaskan secara lebih mendetail, interior ruang demi ruang? Konsep interior bisa mengikuti konsep bertumbuh eksteriornya. Dalam arti; penataan interior ruangan lebih fleksibel, dan dapat diganti, dirubah dan ditata dengan mudah. Interior rumah tumbuh, sama seperti interior rumah biasa, dapat disesuaikan dengan fungsi ruang yang ada, misalnya ruang duduk, diisi dengan perabot untuk duduk, membaca, dan sebagainya. 

5. bagaimana dengan konsep rumah bertingkat? Konsep rumah bertingkat dalam konteks rumah bertumbuh termasuk konsep yang paling sering dibuat, karena seringnya keterbatasan lahan. Bila rumah tumbuh dibangun di lahan yang luasnya memadai, maka tidak perlu ditingkat. Bila dibangun diatas lahan yang luasnya terbatas, maka yang terbaik adalah membangun dengan konsep bertingkat. Dalam hal ini, seringkali rumah dibangun dengan atap datar (dak beton), yang dapat disambung dengan membangun tembok dan atap lantai atas. Saran untuk model bertingkat dan bertumbuh ini, usahakan agar tampilan rumah tidak terlihat canggung atau kurang menarik sebelum ditingkat lebih lanjut. 

6. dalam konteks rumah tumbuh, bagaimana kita memanfaatkan ruang kosong secara baik? apakah ruang kosong itu bisa dibuat taman? atau garasi? Betul, ruang-ruang kosong dapat dipakai sementara untuk taman, setidaknya gunakanlah dengan baik sehingga rumah terlihat indah dan tidak seperti rumah yang belum jadi. Pikirkanlah tentang penggunaan lahan dalam tahun-tahun kedepan, dengan menyesuaikan tanaman apa yang cocok untuk ditanam di lahan yang nantinya dibangun. Garasi sebaiknya dibuat secara terintegrasi dengan rumah induk dan rencana keseluruhan rumah tumbuh, jangan sampai nantinya garasi hanya akan menjadi semacam tempelan saat rumah selesai dibangun semuanya.

rumah tumbuh adalah pola pembangunan secara bertahap. Tahap 1 yang dibangun adalah rumah induk dulu, lalu tahap 2 ruangan tambahan yang bersifat service area seperti carport, ruang cuci jemur, pembantu, dapur ,

Page 8: 6. BAB III

teras

Nah, tinggal di tentukan pola struktur yang aman, hingga saat berhenti di tahap 1, rumah sudah bisa berfungsi dan beroperasional secara baik dan benar. 

Tahap 2 tentu memakan biaya yang lumayan besar. Karena secara pekerjaan ia merupakan area tersendiri yang membutuhkan kekuatan struktur dan finishing arsitektural. Untuk itulah saya biasanya meletakkan zona area service pada tahap ke 2.

Tahap 1 biasanya saya kategorikan sebagai ruang hunian. Ia berupa ruang tidur, kamar mandi, ruang keluarga, ruang makan (dapur bisa saja dimasukkan ke ruang makan untuk sementara) dan yang terakhir ruang tamu.

Jadi rumah tumbuh adalah pola pembangunan yang tidak langsung jadi. Intinya untuk menghemat cash flow. Seperti beli mobil tapi tanpa ac, tanpa pelek racing, tanpa tape recorder dan tanpa spoiler sport. 

Untuk mobil bisa dengan mudah ditentukan. Karena produknya terlihat di depan mata. Sementara untuk rumah tinggal agak sulit. Karena desainnya customise. Sangat bergantung dengan kondisi lapangan dan keinginan pemilik serta ketersediaan dana. Untuk itulah saya sebagai arsitek memandu konsep ini. Hingga dana yang ada menjadi cukup dan tidak salah bangun.

Tahap pembangunan bisa saja dibuat hingga 3 atau 4 tahap. Namun yang umum digunakan 2 tahap. Kemudian pola ruang yang dibangun secara prioritas juga bergantung dari diskusi arsitek dan pemilik rumah.

tahap 1Contoh di atas adalah pola rumah tumbuh dengan mengutamakan bagian depan rumah. Bagian belakang belum dibangun semua. Hingga rumah tetap terlihat tingkat 2 secara utuh. Bagian belakang dibangun belakangan.

Page 9: 6. BAB III

tahap 2Pada tahap 2 bagian belakang sudah dibangun semua. Dengan cara seperti ini tentu ada penghematan besar – besaran dari sisi cash flow dana. Hingga pembangunan masih tetap dapat dilaksanakan. Namun tetap terukur dan terarah.Hingga diskusi yang baik antara arsitek dan pemilik rumah sangat dibutuhkan. Arsitek meninjau dari sisi teknis dan estetika. Pemilik rumah melihat dari sisi kebutuhan keluarga dan prioritas dana. Jadi desain rumah sebenarnya akan terwujud dengan baik jika ada kerjasama yang baik pula antara arsitek dan owne