6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 ...
-
Upload
truongcong -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 ...
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Keuangan
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Akuntansi berfungsi memberikan informasi yang menyangkut aktivitas
ekonomi perusahaan, maka hasil dari akuntansi adalah laporan keuangan. Laporan
keuangan dibuat secara periodik untuk mengetahui posisi aktiva, kewajiban dan
kepemilikan modal pada saat tertentu, keuntungan atau kerugian yang dicapai
serta arus dana pada suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir
dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip yang berlaku umum.
Menurut Arrens (2000:12) definisi akuntansi adalah :
“Accounting is the process of recording, classifying and summarizing of
economical event in logical manner for the purpose of providing financial
information for decision making.”
Jika diterjemahkan akuntansi merupakan proses pencatatan,
pengelompokkan, dan pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk
yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang
dibutuhkan untuk pengambilan keputusan.
Terdapat beberapa pengertian mengenai laporan keuangan, yaitu :
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:5) :
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang disajikan dalam berbagai
cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas, catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian intregral dari laporan
keuangan.”
Menurut Harahap (2004:133) :
“Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu jangka waktu tertentu.”
7
Sedangkan menurut Sugiono dan Edy Untung (2008:3) :
“Laporan keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir dari kegiatan
akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan kondisi keuangan dan
hasil operasi perusahaan.”
Dari definisi di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa laporan
keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dirancang untuk para
pembuat keputusan baik di dalam maupun di luar perusahaan, mengenai posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan tersebut.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK 1) Tahun 2009, yaitu :
“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan.”
Laporan keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi perusahaan saat
ini dan untuk memperkirakan hasil operasi serta arus kas masa depan. Dari
pengertian di atas tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban
serta modal suatu perusahaan.
Ikatan Akuntansi Indonesia (2004:3) mengemukakan bahwa tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, serta kinerja suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut Warren, Reeve dan Fess (2005:21)
“Financial statements are used to evaluate the current financial condition
of a business and to predict its future operating, results, and cash flows.”
Jadi tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang
posisi, kinerja perusahaan dan alat evaluasi keadaan keuangan perusahaan saat ini
8
sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan
perusahaan di masa mendatang.
2.1.3 Komponen Laporan Keuangan
Pada waktu tertentu manajemen suatu perusahaan harus menyusun dan
menyajikan laporan keuangan guna memenuhi kebutuhan para pihak yang
berkepentingan atas suatu perusahaan. Mengenai laporan keuangan yang disajikan
dan disusun oleh manajemen sesuai Ikatan Akuntan Indonesia (2007:2)
menyatakan bahwa laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-
komponen berikut ini: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
A. Neraca (Balance Sheet)
Pendapat Skousen (2001:42) yang dimaksud dengan neraca adalah laporan
sumber-sumber dari suatu perusahaan (harta), kewajiban perusahaan (hutang), dan
perbedaan antara yang dimiliki (harta) dan apa yang dipinjam (hutang) yang
disebut ekuitas.
Menurut Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston (2008:27) :
“Neraca menunjukkan posisi keuangan aktiva, utang, dan ekuitas
pemegang saham suatu perusahaan pada tanggal tertentu.”
B. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang
dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau yang didapat
dalam suatu periode.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) :
“Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut yaitu pendapatan,
laba rugi usaha, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan
afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas,
beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar
biasa, hak minoritas, dan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.”
9
C. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan modal adalah ringkasan tentang perubahan modal yang
terjadi dalam suatu periode tertentu. Maka dapat diketahui bahwa laporan
perubahan ekuitas memberikan informasi mengenai tambahan atau pengurangan
ekuitas selama periode tertentu. Penambahan ekuitas berasal dari investasi dan
laba sedangkan pengurangan ekuitas biasanya karena kerugian atau pengambilan
pribadi.
Modal menggambarkan bagian pemilik perusahaan atau kekayaan
perusahaan yang diukur dengan menghitung selisih antara aktiva dikurangi
hutang. Menurut Munawir (2004:19) “Modal merupakan hak atau bagian yang
dimiliki oleh perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham),
surplus dan laba yang ditahan.”
D. Laporan Arus Kas
Dalam laporan ini yang dicantumkan semua transaksi dan keterjadian
perusahaan yang mempunyai konsekuensi kas. Laporan arus kas memberikan
informasi tentang arus kas masuk dan keluar dari kegiatan operasi, pendanaan,
dan investasi selama suatu periode akuntansi.
E. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan
perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan
komitmen.
2.1.4 Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik
kualitatif pokok Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004), yaitu :
a. Dapat Dipahami
b. Relevan
c. Keandalan
d. Dapat diperbandingkan
10
Adapun penjelasan dari empat karakteristik kualitatif pokok di atas adalah
sebagai berikut :
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai, maksudnya pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketentuan yang wajar.
b. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi mempunyai
kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini/
masa depan, mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
c. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus handal (reliable). Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan material
dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar
perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan secara relatif.
2.1.5 Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang telah disusun dapat digunakan untuk berbagai
tujuan yang dapat dipakai oleh berbagai pihak. Pihak-pihak yang sering
menggunakan laporan keuangan tersebut biasanya untuk kepentingan
pengambilan keputusan. Menurut Deanta (2009) pihak-pihak yang sering
menggunakan laporan keuangan adalah :
11
a) Investor
b) Kreditor
c) Pemasok
d) Pelanggan
e) Pemerintah
f) Karyawan
Adapun penjelasan mengenai pihak-pihak yang terkait dengan laporan
keuangan adalah sebagai berikut :
a) Dari laporan keuangan investor dapat menilai apakah aktiva yang telah
ditanamkan pada perusahaan tersebut dapat memberikan nilai lebih,
misalnya dalam bentuk deviden. Dari laporan keuangan pula dapat
digunakan sebagai salah satu dasar untuk menentukan apakah calon
investor akan menempatkan investasinya pada perusahaan tersebut.
b) Kreditor merupakan pemberi pinjaman bagi perusahaan. Kreditor juga
mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan, sehingga dapat
menilai apakah perusahaan mampu membayar kewajibannya atau tidak.
c) Bagi pemasok, laporan keuangan dapat digunakan untuk menentukan
apakah penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan terjamin
keamanannya atau tidak. (Kemampuan membayar pada saat jatuh
tempo).
d) Laporan keuangan dapat digunakan oleh pelanggan untuk menentukan
berbagai bentuk kerjasama dengan perusahaan.
e) Pemerintah. Laporan keuangan digunakan pemerintah untuk berbagai
tujuan dalam menentukan kebijakan ekonomi misalnya pajak, bantuan
dan lain-lain.
f) Karyawan. Laporan keuangan digunakan karyawan untuk melihat
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan stabilitas usahanya
guna menggantungkan hidupnya.
12
2.1.6 Keterbatasan Laporan Keuangan
Setiap laporan keuangan yang disusun pasti memiliki keterbatasan
tertentu. Menurut Kasmir (2010) tentang keterbatasan yang dimiliki laporan
keuangan diantaranya :
1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), di
mana data-data yang diambil dari data masa lalu.
2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan
hanya untuk pihak tertentu saja.
3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi
ketidakpastian. Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak
menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan
pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling rendah.
5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang
ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan
kepada sifat formalnya.
Keterbatasan laporan keuangan tidak akan mengurangi arti nilai keuangan
secara langsung karena hal ini memang harus dilakukan agar dapat menunjukkan
kejadian yang mendekati sebenarnya, meskipun perubahan berbagai kondisi dari
berbagai sektor terus terjadi. Artinya selama laporan keuangan disusun sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan, maka inilah yang dianggap telah memenuhi
syarat sebagai suatu laporan keuangan.
2.2 Tinjauan Tentang Asimetri Informasi dan Teori Bid-Ask Spread
2.2.1 Asimetri informasi
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki
akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar
perusahaan. Menurut Scott (2006:7): Asimetri informasi yaitu Beberapa pihak
yang terlibat dalam transaksi mungkin memiliki keunggulan informasi melebihi
yang lain.
13
Jensen dan Meckling (1976) menambahkan bahwa jika kedua kelompok
(agen dan prinsipal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan
utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak
akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal.
Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi
agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang
menyimpang. Ada dua tipe asimetri informasi : adverse selection dan moral
hazard.
1) Adverse selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak
atau lebih yang melangsungkan/akan melangsungkan suatu transaksi
usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-
pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer
perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui
kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor
luar.
2) Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau
lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha
atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka
dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak
lainnya tidak.
Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan
pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
2.2.2 Teori bid-ask spread
Menurut Cohen (1986) dalam Rahmawati et al. (2007) menyatakan bahwa
peneliti yang melakukan penelitian terhadap bid-ask spread membedakannya
antara spread pasar dan spread dealer. Ia menjelaskan bahwa spread dealer
untuk suatu saham merupakan perbedaan harga bid dan ask yang ditentukan
oleh dealer secara individual, ketika ia hendak memperdagangkan saham
14
tersebut. Sedangkan spread pasar untuk suatu saham merupakan perbedaan
harga bid tertinggi dan ask terendah diantara beberapa dealer atau pedagang
saham. Di Bursa Efek Indonesia, spread dealer adalah spread yang tidak
dapat diobservasi karena dealer juga beroperasi ganda sebagai pialang
(broker). Maka sebaiknya penelitian yang berkaitan dengan bid-ask spread
menggunakan spread pasar market (market spread).
Penelitian Eisenhardt (1989) dalam Mardiyah (2001) menyatakan bahwa
teori keagenan menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu:
1) Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self-interest).
2) Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa datang
(bounded-rationality).
3) Manusia selalu menghindari risiko (risk averse).
Masalah keagenan dihadapi pula oleh partisipan pasar modal. Salah satu
partisipan pasar modal adalah dealer atau market makers. Ketidakpastian yang
dihadapi dealer disebabkan karena adanya ketidakseimbangan informasi
(information asymmetry). Untuk mengurangi ketidakpastian tersebut dealer
membutuhkan informasi. Untuk mendapatkan informasi dibutuhkan biaya.
Besarnya ketidakseimbangan informasi yang dihadapi dealer akan
tercermin pada spread yang ditentukannya. Dealer selalu berusaha menentukan
spread secara wajar dengan memperhatikan kejadian tertentu atau kondisi atau
informasi apa saja yang memberikan sinyal mengenai surat berharga yang
dimilikinya.
Bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi dengan harga jual terendah
saham trader. Stoll (1989) dalam Mardiyah (2001) menyatakan bahwa bid ask
spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari: 1)
pemilikan saham (inventory holding); 2) pemrosesan pesanan (order processing);
3) informasi asimetri. Biaya pemilikan menunjukkan trade off antara memiliki
terlalu banyak saham dan memiliki terlalu sedikit saham. Atas biaya pemilikan
saham tersebut akan menimbulkan opportunity cost. Biaya pemrosesan pesanan
meliputi biaya administrasi, pelaporan, proses komputer, telepon, dan lainnya.
15
Sedangkan biaya informasi asimetri lahir karena adanya dua pihak trader
yang tidak sama dalam memiliki dan mengakses informasi. Pihak pertama adalah
informed trader yang memiliki informasi superior dan pihak lainnya yaitu
uninformed trader yang tidak memiliki informasi. Ketidakseimbangan informasi
tersebut menyebabkan munculnya perilaku adverse selection dan moral hazard
dalam perdagangan saham antar trader. Jika kedua belah pihak bertransaksi, maka
uninformed trader menghadapi risiko rugi jika bertransaksi dengan informed
trader. Upaya mengurangi risiko rugi tersebut tercermin dalam bid ask spread.
Literatur mikrostruktur dalam penelitian Rahmawati dkk (2006) mengenai
bid-ask spread menyatakan bahwa terdapat suatu komponen spread yang turut
memberikan kontribusi terhadap kerugian yang dialami dealer ketika bertransaksi
dengan pedagang terinformasi tersebut adalah sebagai berikut :
1) Biaya pemrosesan pesanan (order processing cost), terdiri dari biaya yang
dibebankan oleh pedagang sekuritas (efek) atas kesiapannya
mempertemukan pesanan pembelian dan penjualan, dan kompensasi untuk
waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas guna menyelesaikan
transaksi.
2) Biaya penyimpanan persediaan (inventory holding cost), yaitu biaya yang
ditanggung oleh pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham
agar dapat diperdagangkan sesuai dengan permintaan.
3) Adverse selection component, menggambarkan suatu upah (reward) yang
diberikan kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika
berhadapan dengan investor yang memiliki informasi superior. Komponen
ini terkait erat dengan arus informasi di pasar modal. Berkaitan dengan
bid-ask spread, fokus perhatian akuntan adalah pada komponen adverse
selection karena berhubungan dengan penyediaan informasi ke pasar
modal.
Pembahasan lebih lanjut mengenai spread dikemukakan oleh Cohen, dkk (1986).
Cohen, dkk. (1986) menekankan bahwa riset mengenai kos transaksi/kos
kesegeraan (immediacy cost) harus membedakan antara spread dealer dan spread
pasar. Cohen, dkk. (1986) menjelaskan bahwa spread dealer untuk suatu saham
16
merupakan perbedaan harga bid dan ask yang ditentukan oleh dealer secara
individual ketika dealer hendak memperdagangkan saham tersebut, sedangkan
spread pasar untuk suatu saham merupakan perbedaan harga bid tertinggi dan ask
terendah diantara beberapa dealer yang sama-sama melakukan transaksi untuk
saham tersebut. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka spread pasar dapat lebih
kecil dibandingkan dengan spread dealer.
2.3 Manajemen Laba
2.3.1 Pengertian manajemen laba
Scott (2000) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua.
Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk
memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak
utang dan political costs (oportunistic Earnings Management). Kedua, dengan
memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient
Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu
fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi
kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat
dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham
perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba
(income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa definisi manajemen laba
mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap
pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya
judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di
masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur
ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang
ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset. Disamping itu manajer
memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan metode
biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai
kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses
terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.
17
Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba
merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan
keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat
mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil
rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Na’im, 2000).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
laba adalah intervensi manajemn terhadap laporan keuangan, yang berupa pilihan
yang dilakukan oleh manajemen terhadap kebijakan-kebijakan akuntansi, yang
diperkenankan dalam proses pelaporan keuangan eksternal untuk mencapai
tujuan/maksud tertentu, sehinggga dapat mengurangi kredibilitas laporan
keuangan.
2.3.2 Faktor-faktor pendorong manajemen laba
Positive accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi
terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu:
1) Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metoda akuntansi yang memaksimalkan
utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan
bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metoda
akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
2) Debt Covenant Hypothesi
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit
cenderung memilih metoda akuntansi yang memiliki dampak
meningkatkan laba (Sweeney, 1994). Hal ini untuk menjaga reputasi
mereka dalam pandangan pihak eksternal.
3) Political Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan
tersebut memilih metoda akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut
dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil
tindakan, misalnya : mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak
pendapatan perusahaan, dan lain-lain.
18
Scott (2000: 302) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba :
1) Bonus Purposes
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara oportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan
memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985).
2) Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada
perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang
dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah
menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3) Taxation Motivations
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Berbagai metoda akuntansi digunakan dengan tujuan
penghematan pajak pendapatan.
4) Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan
pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja
perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak
diberhentikan.
5) Initital Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan
menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan
manajemen laba dalam prospektus mereka dengan harapan dapat
menaikkan harga saham perusahaan.
6) Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor
sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa
perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
19
2.3.3 Teknik manajemen laba
Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000)
dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:
1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan)
terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak
tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi
aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.
2) Mengubah metoda akuntansi
Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu
transaksi, contoh : merubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda
depresiasi angka tahun ke metoda depresiasi garis lurus.
3) Menggeser perioda biaya atau pendapatan.
Contoh rekayasa perioda biaya atau pendapatan antara lain
mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan
sampai pada perioda akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda
pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda
pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap
yang sudah tak dipakai.
2.3.4 Kondisi untuk praktik manajemen laba
Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa earnings atau laba telah
dijadikan sebagai suatu target dalam proses penilaian pretasi usaha suatu
departemen secara khusus (manajer) atau perusahaan (organisasi) secara umum
(Gumanti, 2000). Laba dan tingkat keuntungan juga merupakan alat untuk
mengurangi biaya keagenan (agency costs), dari sisi teori keagenan. Misalnya,
pada saat keuntungan dijadikan sebagai patokan dalam pemberian bonus, hal ini
akan menciptakan dorongan kepada manajer untuk memanipulasi data keuangan
agar dapat menerima bonus seperti yang diinginkannya. Selain itu, mengingat
akan pentingnya keuntungan atau perolehan secara akuntansi (accounting income)
untuk pembuatan keputusan oleh banyak pihak, misalnya investor.
20
Richardson (1998) menunjukkan bukti hubungan antara
ketidakseimbangan informasi dengan manajemen laba. Hipotesis yang diajukan
adalah bahwa tingkat ketidakseimbangan informasi akan mempengaruhi tingkat
manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Hasil penelitian
Richardson menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara ukuran
ketidakseimbangan informasi (bid-ask spreads dan analyst’ forecast dispersion)
dan manajemen laba setelah mengendalikan faktor lain yang dapat mempengaruhi
manajemen laba, seperti variabilitas aliran kas, ukuran, risiko, dan pengungkapan
keuangan perusahaan.
2.3.5 Pola manajemen laba
Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dapat dilakukan dengan cara:
1) Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan
dapat meningkatkan laba di masa datang.
2) Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang
tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun
drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
3) Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization
bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus
yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan
pelanggaran perjanjian hutang.
4) Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada
umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
21
2.3.6 Pendeteksian Manajemen Laba
Discretionary accrual merupakan kebijakan akuntansi yang memberikan
keleluasaan kepada manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara
fleksibel, atau dengan kata lain, metode discretionary accrual memberikan
peluang kepada manajer untuk memperbaiki profit laba sesuai dengan
keinginannya (Friedlan 1994) dalam Sulisyanto dan Wibisosno (2003:133).
Contoh: pada akhir tahun buku perusahaaan mengetahui bahwa suatu piutang
tertentu tidak dapat ditagih. Perusahaan dapat melakukan pencatatan kapan
piutang tersebut dihapuskan, pada periode buku sekarang atau pada tahun buku
berikutnya.
Sedang non discretionary accrual adalah sebaliknya, pengakuan akrual
laba yang wajar yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang
berlaku umum, contoh: satu fakta yang sama dapat dilaporkan dengan cara yang
berbeda, mesin yang sama dapat didepresiasikan dengan dua metode yang berbeda
(metode depresiasi garis lurus atau saldo menurun) atau dengan dua estimasi umur
ekonomis yang berbeda. Perbedaan umur atau perbedaan estimasi tersbut akan
menghasilkan nilai akhir (laba) yang sedikit berbeda. Oleh karena non
discretionary accrual merupakan akrual yang wajar, dan apabila dilanggar akan
mempengruhi kualitas laporan keuangan (tidak wajar) maka non discretionary ini
tidak relevan dalam objek penelitian ini. Oleh karena itu bentuk akrual yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah bentuk discretionary accrual yang
merupakan akrual tidak normal dan merupakan pilihan kebijakan manajemen
dalam pemilihan metode akuntansi.
Discretionary accrual digunakan sebagai indikator adanya praktik
manajemen laba karena, manajemen laba lebih menekankan kepada keleluasaan
atau kebijakan yang tersedia dalam memilih dan menerapkan prinsip-prinsip
akuntansi untuk mencapai hasil akhir, dan dijalankan dalam kerangka praktik
yang berlaku secara umum yang masih dapat diperdebatkan (Berstein and Wild,
1998).
22
Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan pendekatan
Friedlan (1994) dalam Gumanti (2001,172), discretionary accrual merupakan
perbedaan antara total accruals pada periode yang diuji yang distandarisasi
dengan penjualan pada periode yang diuji dan total accruals pada periode dasar
yang distandarisasi dengan penjualan pada periode dasar.
Secara sistematis, total accruals itu sendiri merupakan selisih antara laba
bersih operasi (net operating income) dengan aliran kas dari aktivitas operasi
(cash flow operating activities).
2.4 Saham
2.4.1 Pengertian Saham
Dalam memperoleh tambahan dana untuk keperluan operasional
perusahaan maupun perluasan usaha, Suatu perusahaan dapat menjual
kepemilikannya dalam bentuk saham (Stock) Menurut Eduardus Tandelilin
(2001:6):
“Saham merupakan surat bukti atas kepemilikan asset-aset perusahaan
yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham perusahaan, maka
investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan
perushaan setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban
perusahaan.”
Dipergunakannya saham sebagai salah satu alat untuk mencari tambahan
dana menyebabkan kajian dan analisis tentang saham begitu berkembang baik
secara fundamental dan teknikal.
Ada banyak pihak yang terlibat dalam bermain di pasar saham, secara
umum ada tiga yaitu investor, spekulan dan government. Ketiga pihak yang
terlibat ini sama-sama memiliki tujuan dan kepentingannya masing-masing.
Definisi saham menurut Irham dan Yovi (2009:107) adalah sebagai
berikut:
a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan
23
b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan di
ikuti dengan hak dan kewajibannya yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya.
c. Persediaan yang siap untuk dijual
Menurut Rusdin (2006: 68) mendefinisikan saham sebagai berikut:
“Saham adalah sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan atas suatu
perusahaan, dan pemegang saham memiliki klaim atas penghasilan dan
aktiva perusahaan.”
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa saham merupakan
penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan dan sebagai bukti kepemilikan atas
perusahaan tersebut.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
pemilik perusahaan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan
di perusahaan tersebut.
2.4.2 Jenis-Jenis Saham
Saham yang beredar di masyarakat terdapat dalam berbagai jenis. Adapun
maksud pembagian ini adalah hanya untuk membedakan dari karakteristik saham
itu sendiri. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007: 367-368), saham dapat
dibedakan menjadi:
1. Blue chips, yaitu saham unggulan dalam suatu dan mempunyai pengalaman
yang panjang dan stabil dalam laba dan deviden.
2. Income stock, yaitu saham yang memiliki pengalaman yang panjang dan
berkelanjutan dalam pembayaran di atas rata-rata regular.
3. Growth stock, yaitu saham yang mengalami laju pertumbuhan yang tinggi
secara konsisten dalam operasi dan laba.
4. Speculative stock, yaitu saham yang menawarkan harapan bahwa harganya
akan naik. Saham tidak mengalami pengalaman sukses hasilnya tidak pasti
dan tidak stabil, sering mengalami fluktuasi harga yang besar dan umumnya
membayar deviden yang kecil atau tidak sama sekali.
24
5. Cyclical stock, adalah saham yang penghasilannya berhubungan erat dengan
kegiatan usaha umum. Harga saham ini mencerminkan keadaan ekonomi
secara umum, dan naik/turun seperti dalam konjungtur.
6. Defensive stock, adalah saham yang harganya tetap stabil (atau bahkan
meningkat) bila kegiatan ekonomi menurun.
Harga saham di bursa dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif, antara lain pengaruh peraturan perdagangan saham,
ketat tidaknya pengawasan atas pelanggaran oleh pelaku bursa, psikologi pemodal
secara masal yang berubah-ubah antara pesimistis dan optimistis, dan lain-lain.
2.4.3 Harga Saham
2.4.3.1 Pengertian Harga Saham
Saham biasanya diperdagangkan dilantai bursa dengan harga saham yang
akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan berkaitan dengan nilai
dari suatu saham tersebut. Pengertian harga saham menurut Jogiyanto (2000:8 ),
adalah :“Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang
ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran
saham yang bersangkutan dipasar modal.
2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Nilai pasar saham ini dipengaruhi oleh faktor yang langsung dan tidak
langsung. Nilai saham dapat berubah setiap saat, tergantung kondisi pasar,
persepsi investor terhadap perusahaan, informasi yang berkembang atau isu lain
yang menerpa pasar modal. Disamping itu, harga saham pada dasarnya sangat
terkait dengan kesehatan keuangan perusahaan. Ketika penghasilan perusahaan
naik, keyakinan investor juga akan tinggi, maka harga sahampun biasanya naik.
Jika perusahaan mengalami kerugian atau tidak mencapai target yang diharapkan
harga saham biasanya jatuh.
Kemudian menurut Martono dan Agus Harjito (2007: 373):
25
”Harga saham sebagai komoditas perdagangan, tentu dipengaruhi oleh
penawaran dan permintaan. Pada gilirannya, permintaan dan penawaran
merupakan manifestasi dari kondisi psikologi pemodal.”
Faktor-faktor yang menentukan perubahan harga saham sangat beragam.
Namun yang paling utama adalah kekuatan pasar itu sendiri yaitu permintaan dan
penawaran akan saham itu sendiri. Sesuai dengan hukum ekonomi, semakin tinggi
permintaan akan saham tersebut maka harga saham akan naik.
2.4.5 Nilai Saham
Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan yang go
public. Nilai saham ditentukan oleh perkembangan perusahaan penerbitnya. Jika
perusahaan penerbit mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi, perusahaan
tersebut akan dapat menyisihkan bagian keuntungan sebagai deviden dalam
jumlah yang tinggi pula. Pemberian deviden yang tinggi akan menarik minat
investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini mengakibatkan permintaan atas
saham yang bersangkutan akan meningkat yang pada akhirnya akan mendorong
naiknya nilai saham. Menurut Mustopo Ali Sasongko (2008) nilai dari suatu
saham terbagi atas:
1. Nilai Intrinsik, yaitu harga yang diharapkan dari saham pada setiap akhir
tahun pertama dari saham hari ini sebagaimana dilihat oleh investor
tertentu pada waktu melakukan analisis.
2. Nilai Par (Par value), digunakan untuk menunjukkan nilai mominal, yakni
nilai akuntansi yang menjadi dasar penilaian kewajiban hukum pemegang
saham.
3. Nilai Buku (Book Value), menunjukkan besarnya penyertaan pemegang
saham (stockholder’s equity) di perusahaan. Nilai buku perlembar saham
diperoleh dengan membagi nilai buku ekuitas dengan jumlah lembar
saham yang ada.
26
4. Nilai Pasar (Market Value), yaitu harga pasar yang berlaku dari suatu
emisi saham, dan merupakan petunjuk bagaimana para pelaku pasar secara
keseluruhan mengukur nilai dari saham itu.
Nilai sebuah saham sesungguhnya ditentukan oleh kondisi fundamental
suatu perusahaan. Investor membuat keputusan menanam uangnya dengan
membeli saham setelah mempertimbangkan laba emiten, pertumbuhan penjualan,
dan aktiva selama kurun waktu tertentu. Disamping itu, prospek perusahaan ini
dimasa yang akan datang sangat penting untuk dipertimbangkan.
2.4.6 Pendekatan Analisis Saham
Terdapat dua pendekatan dasar di dalam melakukan analisis dari pemilihan
saham yaitu dengan menggunakan analisis teknikal dan analisis fundamental.
Menurut Wijaya (2006: 64) Analisis teknikal adalah:
”Analisis Teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
(kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham (kondisi pasar)
di waktu yang lalu.”
Menurut Sulistiawan dan Liliana (2007: 8) Analisis Fundamental adalah:
”Analisis Fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa
yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental
yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan
menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham.”
Sama halnya menurut Kamarudin Ahmad (2004:81) :
”Analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung nilai
intrinsik saham biasa (common stock) dengan menggunakan data keuangan
perusahaan”
Jadi dapat disimpulkan untuk melakukan analisis dan memilih saham
terdapat dua pendekatan dasar yaitu:
1. Analisis Teknikal (Technical Analysis)
Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data
atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusahaan mengakses
27
permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara
keseluruhan. Penawaran analisis menggunakan data pasar yang
dipublikasikan, seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga
saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis.
Sasaran yang ingin dicapai pada pendekatan ini adalah ketepatan waktu
dalam memprediksi pergerakan harga (price movement) jangka pendek
suatu saham maupun suatu indikator pasar. Para analisis teknikal lebih
menekankan perhatian dan perubahan harga daripada tingkat bungan. Oleh
sebab itu analisis ini lebih ditekankan untuk meramal trend perubahan
harga tersebut.
Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan analisis teknikal adalah
sebagai berikut:
1) Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan
2) Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu. Penekanannya hanya
pada perubahan harga
3) Teknikal analisis berfokus pada faktor-faktor internal melalui analisis
pergerakan di dalam pasar dan/atau suatu saham.
4) Para analisis teknikal cenderung lebih berkonsentrasi pada jangka
pendek, teknik-teknik analisis teknikal dirancang untuk mendeteksi
pergerakan harga saham dalam jangka waktu yang relative pendek.
2. Analisis Fundamental (Fundamental Analysis)
Pendekatan ini dasarkan pada suatu anggaran bahwa setiap saham
memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasikan oleh para
pemodal atau analis. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-
variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu
return yang diharapkan dan suatu risiko yang melekat pada saham
tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan
harga pasar sekarang (current market price). Harga pasar suatu saham
merupakan refleksi dari rata-rata nilai intrinsiknya.
Ada 2 pendekatan fundamental yang umum digunakan dalam melakukan
penilaian saham, yaitu:
28
1) Pendekatan Laba (Price Earning Ratio)
Pendekatan ini paling banyak digunakan oleh pemodal dan analis
sekuritas. Pendekatan ini didasarkan hasil yang diharapkan pada
perkiraan laba atau saham di masa yang akan datang sehingga dapat
diketahui berapa lama investasi saham akan kembali.
Ukuran formula yang digunakan untuk menentukan harga saham yang
wajar berlaku sebagai berikut:
Dimana:
: Harga saham sekarang
: Dividen yang diharapkan per lembar saham
: Harga saham yang diharapkan pada akhir tahun
Return : Return yang diharapkan
2) Pendekatan Nilai Sekarang (Present Value)
Dalam pendekatan ini, nilai suatu saham diestimasikan dengan cara
mengkapitalisasikan pendapatan. Oleh sebab itu, maka disebut
capitalization income method. Nilai sekarang suatu saham adalah sama
dengan nilai sekarang dari arus kas di masa yang akan datang yang
pemodal harapkan diterima dari investasi pada saham tersebut.
Secara matematis, formula untuk nilai intrinsic sebagai berikut:
∑
Dimana:
K : Tingkat return yang diharapkan (risk free rate of
return+ risk premium)
3) Pendekatan Portofolio Modern
Terlepas dari pendekatan fundamental mana yang digunakan, bila
seorang pemodal atau analis ingin menggunakan analisis secara
cermat, maka dia memerlukan kerangka kerja (frame work). Kerangka
29
kerja tersebut berupa tahapan analisis yang harus dilakukan secara
sistematik. Tahapan analisis diantaranya:
a) Analisis Ekonomik
Analisis ekonomik bertujuan untuk mengetahui jenis serta prospek
suatu perusahaan. Aktivitas ekonomik akan mempengaruhi laba
perusahaan. Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara
rendah, pada umumnya tingkat laba yang dicapai oleh suatu negara
tertentu rendah. Jadi, lingkungan ekonomi yang sehat akan sangat
mendukung perkembangan perusahaan.
b) Analisis Industri
Dalam analisis industri perlu diketahui kelemahan dan kekuatan
jenis industri perusahaan yang bersangkutan. Pengetahun yang
memadai mengenai sektor utama aktivitas ekonomi perusahaan.
Hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan para pemodal dan
analisis saham. Misalnya seperti penjualan dan laba perusahaan,
permanen industri, sikap dan kebijakan pemerintah terhadap
industri, kondisi persaingan dan harga saham perusahaan sejenis.
c) Analisis Perusahaan
Analisis perusahaan untuk mengetahui kinerja perusahaan, para
penanam modal memerlukan informasi tentang perusahaan yang
relevan sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Informasi
tersebut termasuk baik informasi intern maupun ekstern
perusahaan. Informasi tersebut antara lain tentang laporan
keuangan periode tertentu. Di samping itu, dapat pula dianalisis
mengenai solvabilitas, rentabilitas atau profitabilitas, dan likuiditas
perusahaan. Informasi yang penting lagi adalah informasi yang
bersifat ekspektasi yaitu informasi tentang proyeksi keuangan atau
forecasting. Hal itu mengingat bahwa kebutuhan informasi
didasarkan pertimbangan bahwa harga saham ditentukan oleh
kinerja perusahaan di masa lalu dan ekspektasi di masa mendatang.
30
Berdasarkan keterangan di atas, maka para investor dalam melakukan
investasi di pasar modal harus menggunakan dua pendekatan analisis tersebut
supaya tidak mengalami kerugian ataupun melepaskan keuntungan yang mungkin
akan didapat. Analisis saham menganjurkan atau merekomendasikan permintaan
dan penawaran saham sesuai dengan harapan pemodal. Analis saham mempunyai
misi untuk membuat penanam modal menginvestasikan dalam saham yang wajar.
2.5 Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk melihat hubungan antara
asimetri informasi dan manajemen laba dengan perubahan harga saham. Hasil
penelitian terdahulu yang berjudul Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Hubungan Asimetri Informasi Dengan Praktik Manajemen Laba yang dilakukan
oleh Adhika Wisnumurti (2009) menunjukkan bahwa ukuran komite audit (UKA)
merupakan variabel moderating antara asimetri informasi terhadap manajemen
laba. Keberadaan komite audit mempunyai pengaruh negatif terhadap manajemen
laba yang berarti semakin banyak UKA maka kemungkinan adanya manajemen
laba yang semakin rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Ketut (2011) dengan judul Pengaruh
Asimerti Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktik Manajemen Laba di
Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, menunjukkan hasil
bahwa perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba, karena
perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan
manajemen laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan besar
dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar.
Penelitian dari Yacob Suparno, Rahmawati, dan Nurul Qomariah dengan
judul Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada
Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, menunjukkan
hasil bahwa variabel independen asimetri informasi berpengaruh secara signifikan
dan mampu menjelaskan variabel dependen manajemen laba.
Youngki Santoso melakukan penelitian tentang Pengaruh Asimetri
Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di
31
Bursa Efek Indonesia. Dari penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa asimetri
informasi mempunyai pengaruh positif terhadap manajemen laba, maksudnya
semakin tinggi tingkat asimetri informasi maka tingkat manajemen laba akan
semakin tinggi. Semakin tinggi kesenjangan informasi antara manajer dan pemilik
akan berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini dikarenakan mempunyai
informasi yang lebih tinggi dibandingkan pemilik (stakeholder), sehingga manajer
lebih leluasa untuk mempengaruhi laporan keuangan khususnya laba yang
digunakan untuk memaksimalkan kepentingan atau nilai perusahaan.
Sedangkan Muh. Arief Ujiyantho dalam penelitian Pengaruh Asimetri
Informasi dan Manajemen Laba Terhadap Suatu Tinjauan dalam Hubungan
Keagenan, menunjukkan hasil bahwa asimetri informasi terjadi karena manajer
superior lebih dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (pemilik atau
pemegang saham), sehingga dengan adanya asimetri informasi antara manajemen
laba dengan pemilik memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan
manajemen laba dalam rangka memaksimumkan utilitynya.
Hasil penelitian Regina Reizky Ifonie yang berjudul Pengaruh Asimetri
Informasi Dan Manajemen Laba Terhadap Cost Of Equity Capital Pada
perusahaan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia menunjukkan
asimetri informasi dan manajemen laba menghasilkan arah positif tidak signifikan
terhadap cost of equity capital.
Penelitian yang dilakukan Suteja berjudul Pengungkapan laporan keuangan
sebagai upaya mengatasi asimetri informasi, yang menujukkan asimetri informasi
berpengaruh secara positif signifikan dan mampu menjelaskan variabel dependen
manajemen laba.
2.6 Kerangka Pemikiran
Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri
informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah
pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer
lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan
datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Dikaitkan dengan
32
peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna
memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan
melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi.
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Dalam penyusunan laporan
keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan
kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun disisi lain penggunaan dasar
akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih
metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih
oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba
atau earnings management.
Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen
laba. Richardson (1998) berpendapat bahwa terdapat hubungan yang sistimatis
antara magnitut asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Fleksibilitas
manajemen untuk memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan
informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan
mencerminkan tingkat manajemen laba. Sehingga dapat dianalisis yang
menggambarkan mengenai jumlah keuntungan yang akan diperoleh untuk setiap
lembar sahamnya.
Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat dalam gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran
Perubahan Harga Saham
Close price
Asimetri informasi:
Relative bid-ask spread
Manajemen laba
discretionary accruals
33
2.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
2.7.1 Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Harga Saham
Supriyono (2000) dalam Atiqah (2008) menjelaskan asimetri informasi
sebagai situasi yang terbentuk karena principal (pemegang saham) tidak memiliki
informasi yang cukup mengenai kinerja agen (manajer) sehingga prinsipal tidak
pernah dapat menentukan kontribusi usaha-usaha agen terhadap hasil-hasil
perusahaan yang sesungguhnya. Asimetri informasi dapat diatasi dengan
mengharuskan manajemen melakukan pengungkapan penuh atas kondisi
perusahaan dalam laporan keuangan.
Selain itu Jensen dan Meckling (1976) dalam Lafond dan Watts (2006)
juga menjelaskan bahwa semakin besar asimetri informasi akan akan
memperbesar kesempatan manajer memanipulasi laporan keuangan. Upaya
manipulasi laporan keuangan ini juga menimbulkan biaya agensi yang diciptakan
oleh manajer sendiri dengan tujuan untuk memindahkan kekayaan pemegang
saham melalaui keuntungan dari penjualan saham perusahaan. Manajer akan
memanipulasi informasi yang mereka berikan kepada investor dengan tujuan
untuk meningkatkan harga saham. Peningkatan harga saham tersebut memberikan
keuntungan kepada manajer karena semakin besar pendapatan dari penjualan
saham yang mereka dapatkan. Keadaan seperti ini memberikan keuntungan
kepada manajer dan menimbulkan kerugian kepada investor, karena investor
harus mengeluar sejumlah uang untuk membeli saham namun mereka tidak
mendepatkan keuntungan.
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah di paparkan di atas, penulis
merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1: Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara asimetri informasi
terhadap perubahan harga saham
34
2.7.2 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Harga Saham
Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,
informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau
pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu
pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang
akan datang. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba ini disadari oleh
manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi
tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang (dysfunctional
behaviour), yang salah satu bentuknya adalah earnings management.
Perusahaan atau pun manajer yang melakukan praktek manajemen laba
dengan menggunakan metode akrual dapat melakukan perekayasaan laporan
keuangan yang dapat meningkatkan laba, dan laba yang tinggi diharapkan akan
dihargai tinggi oleh investor berupa harga penawaran yang tinggi. Dengan asumsi
demikian, diperkirakan bahwa praktek manajemen laba yang dilakukan pada saat
penawaran saham perdana diharapkan mampu mendongkrak harga saham
perdana. Dengan nilai laba yang tinggi yang diterima perusahaan pada saat
penawaran saham perdana dan pertumbuhan perusahaan yang sangat menjanjikan
dengan cara penerapan manajemen laba dapat meningkatkan daya tarik
perusahaan untuk menyerap modal dari para investor.
H2 : Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara manajemen laba
terhadap perubahan harga saham