5_perbandingan Penggunaan Facebook Dan Google Plus Sebagai Media Pembelajaran Jarak Jauh_rev02

download 5_perbandingan Penggunaan Facebook Dan Google Plus Sebagai Media Pembelajaran Jarak Jauh_rev02

of 25

description

tugas penelitian

Transcript of 5_perbandingan Penggunaan Facebook Dan Google Plus Sebagai Media Pembelajaran Jarak Jauh_rev02

  • PERBANDINGAN PENGGUNAAN FACEBOOK DAN GOOGLE PLUS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN JARAK JAUH

    Disusun oleh :

    Rochmad Handoko Aji 11/313730/PA/13749 Muchlis Arifudin 11/314108/PA/13761 Debbi Nurwenda Yhudantara 11/313625/PA/13727 Ikhsan Permadi Kusumah 10/300853/PA/13389 Taufik Eko Cahyono 11/313643/PA/13735 Saiful Bakhri 11/316654/PA/13789

    JURUSAN ILMU KOMPUTER DAN ELEKTRONIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

    2014

  • ii

    DAFTAR ISI DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii

    DAFTAR TABLE ..........................................................................................................................iii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

    1.1. LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 1

    1.2. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 3

    BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................................... 4

    2.1. Pengertian Situs Jaringan Sosial ................................................................................ 6

    2.2. Pengertian Belajar ..................................................................................................... 7

    2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar ................................................... 7

    2.3.1. Faktor intern. .................................................................................................... 8

    2.3.2. Faktor Ekstern. .................................................................................................. 8

    2.3.3. Faktor tehnik atau pendekatan belajar. ............................................................ 8

    2.4. Strategi Pembangunan Pendidikan ......................................................................... 11

    BAB III STUDI PUSTAKA ........................................................................................................... 12

    BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................................................. 16

    4.1. Studi Literatur ......................................................................................................... 16

    4.2. Analisis .................................................................................................................... 16

    4.3. Implementasi .......................................................................................................... 16

    4.3.1. Ujicoba ............................................................................................................ 16

    4.3.2. Interview ......................................................................................................... 16

    4.3.3. Penyebaran kuesioner .................................................................................... 16

    4.4. Pengujian data dan penarikan kesimpulan ............................................................. 16

    BAB V JADWAL PENELITIAN .................................................................................................... 17

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 18

  • iii

    DAFTAR TABLE

    Table 5.1 Jadwal Penelitian ..................................................................................................... 17

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Semakin berkembangnya teknologi informasi, semakin meningkat pula

    kebutuhan masyarakat. Hal itu membuat pola hidup masyarakat berubah pesat. Setyani

    (Setyani, 2013) mengatakan bahwa kehadiran media social telah membawa pengaruh

    tersendiri terhadap kegiatan yang dilakukan manusia saat ini.Banyak di kalangan

    masyarakat yang menjalani aktifitas menggunakan teknologi informasi. Kian

    berkembangnya teknologi informasi, membuat seseorang tidak harus pergi jauh untuk

    menyelesaikan pekerjaan di tempat yang berbeda. Hal ini mempermudah dan

    menghemat suatu aktifitas dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

    Dewasa ini, teknologi informasi seperti jejaring sosial sudah sangat banyak

    penggunannya. Dengan jejaring sosial inilah masyarakat biasa menggunakan untuk

    berkomunikasi dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Budi dan Nurjayanti (Budi &

    Nurjayanti, 2012) bependapat bahwa seiring dengan semakin pesatnya perkembangan

    teknologi informasi, penyebaran ilmu pengetahuan terutama di kalangan akademisi

    pun menjadi semakin cepat. Misalnya jejaring sosial seperti facebook,google plus dan

    skype biasa di gunakan untuk belajar dan mengajar. Menurut Moore (1973) pendidikan

    jarak jauh adalah sekumpulan metoda pengajaran dimana aktivitas pengajaran

    dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Misalnya seorang dosen berada di

    beda negara dengan mahasiswanya, kemudian kegiatan belajar mengajarpun dapat

    dilakukan dengan jejaring sosial melalui video conference dan semacamnya.

    Pembelajaran jarak jauh sudah lama dikenal masyarakat. Menurut Ni'am dan

    Kustijono (2013) proses belajar mengajar disekolah yang kurang optimal, yang

    disebabkan oleh proses belajar yang hanya berpusat pada guru yang membuat siswa

    cenderung bosan dan kurang menyukai materi yang di ajarkan. Karena itulah saat ini

  • 2

    banyak inovasi pembelajaran berbasis Teknologi Informasi. Diantaranya

    memanfaatkan perkembangan jejaring sosial.

    Menurut Amy (2012) pertumbuhan social network atau jejaring sosial di

    Indonesia meningkat secara signifikan. Hal ini terlihat dari jumlah penggunaan yang

    terus bertambah. Pada pertengahan tahun 2009, terhitung ada 897.040 pengguna situs

    tersebut yang berasal dari Indonesia, sehingga menempatkan Indonesia sebagai Negara

    dengan jumlah pengguna Facebook terbanyak ke-13 sedunia(Burcher, 2009).

    Bahkan menurut Imam (2013), Indonesia tercatat sebagai pengguna Facebook

    terbesar peringkat ketiga setelah Amerika Serikat dan India. Penetrasi pengguna

    Facebook mencapai 19,56% dibandingkan jumlah penduduk dan 158,41% jika

    dihubungkan dengan pengguna internet di Indonesia. Tidak hanya Facebook, seperti

    halnya google plus, twitter dan jejaring sosial lainnya, kian hari semakin pesat

    perkembangannya. Dengan adanya jejaring sosial ini, kegiatan pembelajaran dapat

    dilakukan kapanpun dan di mana pun selama jejaring sosial itu dapat digunakan.

    Tony Karrer (2007) berpendapat bahwa ada tiga hal yang menjadikan Facebook

    sebagai situs jejaring sosial yang bermanfaat. Pertama, banyak orang yang memiliki

    akun di situs tersebut. Kedua, pengembang Facebook membuka kesempatan bagi

    siapapun untuk membuat dan mengembangkan aplikasi yang dapat diintegrasikan

    langsung ke situs tersebut, bahkan tersedia situs terpisah untuk melakukannya. Hal

    tersebut tentunya merupakan kesempatan yang besar bagi institusi-institusi pendidikan

    untuk mengembangkan aplikasi yang setidaknya dapat membantu peserta didiknya.

    Ketiga, situs Facebook dapat dijadikan media untuk belajar. Di dalam situs ini

    dapat dibuat berbagai macam grup untuk media diskusi. Mengingat pengguna

    Facebook cukup banyak dan terus bertambah, tentunya hal ini akan bermanfaat bagi

    para pendidik dan para peserta didik untuk dapat tetap membahas apa yang menjadi

    bahan ajar mereka walaupun berada di luar kelas.

    Menurut Ewolf Community (2012: 70), facebook merupakan situs jejaring

    sosial (sosial networking) atau disebut juga layanan ringan sosial secara online, yang

  • 3

    memungkinkan penggunannya saling berinteraksi dan berbagi di seluruh dunia. Maka

    dari itu facebook dapat di manfaatkan untuk media pembelajaran jarak jauh.

    Selain facebook, ada juga google plus. Sebuah jejaring sosial yang hampir mirip

    facebook akan tetapi mempunyai keunggulan tersendiri. Menurut Imam (2013) Google

    melakukan beberapa strategi yang bertujuan untuk mempermudah penerimaan

    teknologi dan menumbuhkan niat. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempertinggi

    tingkat login pengguna da aktivitas di Google Plus sehingga rata-rata waktu

    penggunaan Google Plus meningkat. Google Plus juga dapat digunakan sebagai media

    pembelajaran jarak jauh, karena kemampuan video callnya dapat dijalankan secara

    grup. Hal ini yang sering di gunakan masyarakat untuk mempermudah pekerjaan

    terutama proses belajar mengajar.

    1.2. RUMUSAN MASALAH

    1. Kenapa menggunakan facebook untuk media pembelajaran?

    2. Kenapa menggunakan google plus untuk media pembelajaran?

    3. A pa kelebihan dan kekurangan masing-masing untuk media pembelajaran?

  • 4

    BAB II LANDASAN TEORI

    Pada saat ini teknologi berkembang sangat pesat. Terutama teknologi yang

    berbasis web dengan menggunakan jaringan internet. Kemajuan teknologi ini jangan

    sampai digunakan untuk hal yang sifatnya sia-sia belaka. Salah satu pemanfaatan yang

    baik ialah mengkolaborasikannya dengan pendidikan. Dengan pengkolaborasikannya,

    pelajar dapat melakukan proses pembelajaran dimana saja dan kapan saja. Seperti

    halnya yang dikatakan oleh Lenhart, et all. (2001) Research by the Pew Internet &

    American Life Project shows that teenagers use the Internet as an essential study aid

    outside the classroom and that the Internet increasingly has a place inside the

    classroom.

    Penggunaan media pembelajaran membantu guru dalam menyampaikan materi

    yang mungkin tidak dapat disampaikan hanya dengan lisan, sehingga dapat

    meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru

    (Rohmawatidan Sukanti, 2012). Dalam kolaborasi teknologi informasi ini tentunya

    dibutuhkan juga kemampuan penggunaanya. Keberhasilan pemanfaatan teknologi

    informasi dan komunikasi untuk keperluan pembelajaran dipengaruhi oleh kemampuan

    guru menggunakannya, kesiapan siswa belajar dengan bantuan teknologi itu, serta

    sikap masyarakat dan lingkungan terhadap teknologi tersebut (Wijaya, 2007). Juga

    metode penyampaian dipilih sesuai dengan materinya dan kondisinya (Krismanto,

    2003). Dari hasil supervise dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru

    dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang

    bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu

    sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan

    keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran (Sudrajat, 2008).

    Menurut pemikiran orang-orang tua dulu yang namanya belajar itu di sekolah.

    Selain di sekolah maka mereka tidak menganggapnya sebagai aktivitas belajar. Seperti

  • 5

    yang diungkapkan oleh Santoso (2008) bahwa dulu mungkin kita berpikir bahwa

    kegiatan belajar mengajar harus dalam ruang kelas. Dengan kondisi dimana guru atau

    dosen mengajar di depan kelas sambil sesekali menulis materi pelajaran di papan tulis.

    Beberapa puluh tahun yang lalu pun juga telah dikenal pendidikan jarak jauh.

    Walaupun dengan mekanisme yang boleh dibilang cukup sederhana untuk ukuran

    sekarang, tetapi saat itu metode tersebut sudah dapat membantu orang-orang yang

    butuh belajar atau mengenyam pendidikan tanpa terhalang kendala geografis. Memang

    kita akui, sejak ditemukannya teknologi Internet, hampir segalanya menjadi

    mungkin. Kini kita dapat belajar tak hanya anywhere, tetapi sekaligus anytime dengan

    fasilitas sistem e-Learning yang ada.

    Memang pembelajaran dengan internet terdapat beberapa kelebihannya. Seperti

    yang diungkapkan Saputra dalam proyek penelitiannya website multimedia

    pembelajaran bahasa Inggris menggunakan konsep jejaring sosial ini menjadi solusi

    untuk mereka yang ingin belajar bahasa Inggris tanpa terikat waktu, tempat dan biaya

    yang mahal karena hanya membutuhkan koneksi internet untuk mengaksesnya

    (Saputra, 2011). Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Kudwadi dan Suryadi

    (2007) pengembangan program pembelajaran dengan menggunakan fasilitas internet

    mempunyai kelebihan biayanya sangat murah dibanding yang lain.

    Meskipun internet (jejaring sosial) memiliki manfaat yang baik dalam

    pendidikan, namun hal tersebut tidak lepas dari motif awal pengguna internet

    menggunakan jejaring sosial. Menurut jurnal yang ditulis oleh Utomo (2013) yang

    menyatakan Pada jurnal International Journal of Research in Economics & Social

    Science yang diteliti pada tahun 2013, oleh Isha Budhiraja dan Anuradha Khatri dari

    Guru Gobhin Singh Inderprastha University, India, yang meneliti tentang A Study On

    Motives Behind The Use Of Social Networking Site menemukan ada 4 kegunaan

    jejaring sosial, yaitu (1) Entertaiment, (2) Berelasi dengan pelanggan, (3) Memasarkan

    product (marketing) (4) Membentuk grup di dalam jejaring social.

  • 6

    Namun, setiap hal pastinya memiliki kekurangan. Menurut Hasibuan dan

    Santoso (2007) mengatakan bahwa salah satu kekurangan dari fasilitas forum diskusi

    yang selama ini ada adalah fasilitas ini hanya menyediakan kemampuan untuk menulis

    dan menanggapi pendapat siswa atau pengajar. Dan juga menurut Abdullah

    mengatakan bahwa Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah

    dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga

    terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi

    pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin

    adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang

    memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh (Abdullah, 2011, p.6). Sejalan

    dengan pendapat Yazdi (2012) mengatakan bahwa ada beberapa kekurangan dalam

    bebagai aspek, yaitu kurangnya interaksi antara siswa dan guru, pengabaian aspek

    social dan akademik, lebih cenderung kea rah pelatihan, berubahnya peran guru,

    kurangnya motivasi, akses internet, tenaga terampil internet dan penguasaan bahasa

    computer.

    2.1. Pengertian Situs Jaringan Sosial

    Menurut Lenhart dan Madden (2007) mengatakan bahwa situs jaringan sosial

    merupakan tempat di dunia maya dimana pengguna dapat membuat sebuah profil dan

    membangun hubungan antara pengguna yang satu dengan pegguna yang lainnya.

    Senada dengan yang dikatakan oleh Tufekci bahwa sebuah situs jaringan social adalah

    suatu kategori website dengan profil, komentar public yang semi presisten dan terbuka

    untuk public yang ditampilkan relasinya dengan profil (Tufekci, 2008).

    Dari pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa setiap orang memungkinkan

    membuat satu atau beberapa pencerminan dirinya sendiri di dunia maya dalam sebuah

  • 7

    atau beberapa akun. Dengan adanya akun tersebut memungkinkan sesorang

    berkomunikasi dengan orang lain selayaknya dalam kehidupan sehari-hari.

    2.2. Pengertian Belajar

    Dhias Anggarefni Nurmihasti (2012, p.12) mengatakan bahwa belajar

    merupakan proses perubahan menurut kondisi lingkungan. Seperti halnya yang

    diungkapkan Muhibbin Syah (2009:68) bahwa belajar merupakan tahapan perubahan

    tingkah laku seseorang yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi

    dengan lingkungan yang melibatkan proeses kognitif. Jadi seseorang dapat dikatakan

    mengalami proses belajar jika telah mengalami kecakapan baru sebagai akibat dari

    perbuatan yang disengaja dan kecakapan baru tersebut bersifat relatif menetap.

    Sejalan dengan pengertian yang dikatakan oleh Sutikno dan Sobri (2007) dalam

    tulisannya yang yang juga mengutip dari pernyataan H. Abdurahman, menuliskan

    bahwa:

    H. Abdurrahman mengemukakan bahwa :

    Belajar adalah semua upaya manusia atau individu memobilisasikan

    (menggerakkan, mengerahkan dan mengarahkan semua sumber daya manusia yang

    dimilikinya (fisik, mental, Intelektual, Emosional dan Social) untuk memberikan

    jawaban (respons) yang tepat terhadap problema yang dihadapinya.

    Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu

    proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan

    tingkah lakunya dapat mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penampilan,

    ilmu pengetahuan atau kemahiran yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan

    kesemuanya dapat diraih hanya dengan membaca.

    2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar

  • 8

    Dalam proses belajar tentu saja ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

    proses belajar sesorang. Menurut Hidayat dan Madya (1993) faktor yang

    mempengaruhi proses belajar, prestasi atau hasil belajar, secara garis besar

    dikelompokkan dalam 3 masalah :

    2.3.1. Faktor intern.

    Yang dimaksudkan disini adalah semua faktor yang ada pada pribadi peserta

    didik baik jasmaniah (fisik) maupun rohaniah (psihkis). Aspek psikhis yang meliputi

    IQ (tinggi kecerdasan, pembawaan, keadaan emosi, kemauan, daya fantasi, logika.

    Sedangkan aspek fisik meliputi keadaan alat indera, keadaan kesehatan jasmani,

    keadaan anggota tubuh. Untuk dapat belajar dengan baik, sehingga prestasi belajar kita

    tinggi, maka semua bagian dari kedua aspek tersebut harus dalam kondisi baik

    dan prima.

    2.3.2. Faktor Ekstern.

    Yang dimaksudkan disini adalah semua faktor, keadaan, kondisi, situasi diluar

    diri pribadi peserta didik, antara lain cahaya atau penerangan, suara atau bunyi-

    bunyian, temperatur atau iklim, situasi atau kondisi, tempat peserta didik belajar, bau-

    bauan, orang orang atau benda benda disekeliling kita, situasi dan kondisi sekitar.

    Kalau bagian faktor ekstern tersebut tidak berada dalam kondisi yang menunjang

    belajar, maka pastilah hasil belajar tidak akan baik, karena konsentrasi pikiran peserta

    didik tidak ditunjang oleh situasi dan kondisi yang baik.

    2.3.3. Faktor tehnik atau pendekatan belajar.

    Yang dimaksudkan disini adalah menggunakan tehnik tehnik, metode belajar

    yang tepat, seperti metode bagian, metode keseluruhan, batu loncatan, menggunakan

    sistem belajar sistimatis. Metode bagian yaitu bahan pelajaran dipelajari bagian demi

    bagian. Metode keseluruhan yang berarti dipelajari secara keseluruhan. Metode

    gabungan yaitu menggabungkan metode bagian dan keselu ruhan. Metode batu

  • 9

    loncatan merupakan suatu tehnik untuk memudahkan meng hafalkan sesuatu. Adapun

    yang dimaksudkan dengan sitim belajar yang sistematis seperti yang dianjurkan oleh

    Jost mengatakan bahwa dalam mempelajari sesuatu hendaklah dipelajari dengan

    mencicil dan teratur ssetiap hari. Dengan tehnik ini, akan lebih berhasil dari pada

    mempelajari dalam waktu satu atau dua hari saja. Dalam kamus belajar dikatakan

    bahwa 2 x 5 lebih baik daripada 5 x 2 walaupun hasil sama sama sepuluh (10).

    Maksudnya belajar selama 5 hari dengan menggunakan waktu 2 jam setiap hari, akan

    lebih berhasil daripada menggunakan waktu dua hari dengan waktu 5 jam setiap hari.

    Olah karena itu alangkah baiknya jika mencoba memperbaiki cara cara belajar dengan

    menggunakan tehnik tehnik belajar tersebut di atas (Hidayat dan Madya, 1993).

    Hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Hidayat dan Madya, Aritonang

    (2008) yang mengutip tulisan Suryabrata mengatakan bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi tiga, yaitu: faktor dari dalam, faktor

    dari luar, dan faktor instrumen.Faktor dari dalam yaitu faktor yang berasal dari siswa

    yang sedang belajar yang meliputi minat dan motivasi belajar. Faktor dari luar

    merupakan faktor yang berasal dari luar siswa yang meliputi lingkungan sosial. Faktor

    instrumen yaitu faktor yang berhubungan dengan perangkat pembelajaran seperti

    kurikulum, struktur program, sarana dan prasarana pembelajaran (media

    pembelajaran), serta guru sebagai perancang pembelajaran (Aritonang, 2008).

    Namun, menurut Widoyoko (2009) yang mengutip dari pendapat Cruickshank

    pengelompokannya agak berbeda. Ia menyatakan bahwa Menurut Cruickshank (1990:

    10-11) factor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah sebagai berikut:

    1. Teacher variables

    2. Context variables

    3. Process variables

    4. Product variables .

    Menurut Budiman (1999) mengatakan bahwa sistem pendukung perkuliahan

    jarak jauh berbasiskan web Internet yang akan melayani proses belajar mengajar antara

  • 10

    siswa dan instruktur melalui media web dari Internet yang mana lebih murah dan cepat.

    Sistem ini menggunakan jaringan Internet dan fasilitas World Wide Web. Siswa dapat

    melakukan proses belajar mengajar seperti pada situasi sesungguhnya, seperti

    pendaftaran siswa, mengambil materi kuliah, melihat silabus, mengambil dan

    meletakkan tugas, melihat nilai, diskusi kelas lewat web dan melakukan test pilihan

    ganda secara online. Siswa dapat juga bekerja sama dengan memberikan pendapat,

    masukan dan ringkasan dari topik tertentu yang dapat dibagikan ke seluruh kelompok

    belajar. Oleh sebab itu, sistem ini akan membangun sebuah lingkungan belajar yang

    kolaboratif dimana instruktur bersama dengan siswa membuat database pengetahuan

    yang terkonstruksi untuk seluruh kelompok belajar.

    Pembelajaran melalui web menuntut bukan saja ketrampilan peserta didik

    seperti terampil mengoperasikan komputer, membaca dan menulis tapi juga menuntut

    perilaku pribadi yang terbuka, disiplin dan mandiri. Skenario mengajar dan belajar

    perlu disiapkan secara matang dalam sebuah kurikulum pembelajaran yang memang

    dirancang berbasis web. Mengimplementasikan pembelajaran berbasis web bukan

    berarti sekedar meletakkan materi ajar pada web. Selain materi ajar, skenario

    pembelajaran perlu disiapkan dengan matang untuk mengundang keterlibatan peserta

    didik secara aktif dan konstruktif dapat proses belajar mereka. Mengkombinasikan

    antara pertemuan secara tatap muka dengan pembelajaran berbasis web dapat

    meningkatkan kontribusi dan interaktifitas antar peserta didik. Melalui tatap muka

    peserta didik dapat mengenal sesama peserta didik dan guru pendampingnya.

    Keakraban ini sangat menunjang kerja kolaborasi mereka secara virtual(Lawanto,

    2000).

    Berdasarkan data yang diambil oleh Patria dan Yulianto (2010) dari Effective

    Measure, sebanyak 61,88 persen dari pengguna Internet Indonesia mengakses melalui

    ponsel (data tersebut penulis kutip dari situs VIVAnews). Dari sumber yang sama

    didapatkan informasi bahwa pengguna internet di Indonesia di tahun 2011 mencapai

    39.100.000 orang (peringkat ke-8 di dunia). Jika mengacu pada data tersebut, maka

    pengguna internet mobile di Indonesia adalah sekitar 24.195.080 orang.

  • 11

    Memperhatikan data-data diatas, tentu mudah untuk dipahami jika ke depannya

    harus dikembangkan sebuah KBM khususnya tutorial online berbasis internet yang

    mudah dipergunakan dan dapat diakses melalui ponsel. Salah satu pilihan yang tersedia

    adalah memanfaatkan sistem media sosial berbasis internet yang banyak dipergunakan

    saat ini. Salah satu media sosial yang cukup populer di dunia adalah Facebook. Sesuai

    data statistik yang dikeluarkan oleh facebook saat ini terdapat 750 juta pengguna yang

    tersebar di seluruh dunia dan secara aktif mengakses server facebook.

    2.4. Strategi Pembangunan Pendidikan

    Sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional

    disebutkan strategi pembangunan pendidikan nasional yaitu:

    1. pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia;

    2. pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi;

    3. proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis;

    4. evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan;

    5. peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan;

    6. penyediaan sarana belajar yang mendidik;

    7. pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan

    berkeadilan;

    8. penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata;

    9. pelaksanaan wajib belajar;

    10. pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan;

    11. pemberdayaan peran masyarakat;

    12. pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat; dan

    13. pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.

  • 12

    BAB III STUDI PUSTAKA

    Online social networking atau situs jejaring social merupakan situs yang di

    bangun dengan memberikan fasilitas teknologi agar pengguna dapet bersosialisasi di

    internet atau bisa di sebut dunia maya. Dengan adanya situs semacam ini, kita bisa

    mencari teman, berkirim pesan, menyimpan foto, dan sebagainya (Bharata & Kalam,

    2008).

    Situs jejaring sosial seperti seperti Friendster, CyWorld, dan MySpace

    memungkinkan individu untuk menampilkan diri, mengartikulasikan jaringan sosial

    mereka, dan membangun atau mempertahankan hubungan dengan orang lain (Ellison

    et al., 2007). Namun seiring dengan berjalannya waktu, situs-situs tersebut sudah mulai

    tidak populer lagi, dan dapat digantikan oleh Facebook dan juga Google Plus.

    Facebook (atau facebook) adalah sebuah layanan jejaring social dan situs web

    yang di luncurkan pada Februari 2004 yang di operasikan dan dimiliki oleh Facebook,

    Inc. Facebook di dirikan oleh Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya dan

    sesame mahasiswa ilmu computer Eduardo Saverin, Dustin Moskovitz dan Christ

    Hughes (Patria & Yulianto, 2010). Selain itu menurut Diina(2013) yang di kutip dari

    (Kapang, 2009) berpendapat bahwa, Facebook merupakan salah satu jejaring social

    yang memungkinkan para penggunanya untuk berinteraksi dengan orang lain di

    seluruh dunia.

    Facebook adalah salah satu sosial media yang paling populer untuk mahasiswa

    dan sejauh ini satu-satunya website yang membuat social media menjadi budaya

    mainstream (Boyd & Ellison, 2008). Pada awal kehidupan mereka sebagai mahasiswa,

    mereka menggunakan Facebook untuk bergabung dengan grup di universitas,

    merencanakan kegiatan sosial dan berkomunikasi dengan teman-teman online baru di

    universitas (Madge et al., 2009). Berdasarkan tulisan Sattu (2012) situs jaringan sosial

    Facebook dirilis pertama kali pada 4 Februari 2004 oleh CEO Mark Zuckerberg sebagai

    media interaksi di antara para mahasiswa Universitas Harvard, yang merupakan

    kampus Mark Zuckerberg (Sattu, 2012).

  • 13

    Menurut Hidayanti(2010), Facebook di akses oleh 29 persen pengguna internet

    secara global, di ikuti dengan 22,4 persen untuk MySpace. Facebook juga mengalami

    peningkatan 566 persen untuk waktu yang di habiskan user di situs tersebut oleh

    pengguna di seluruh dunia.

    Dengan demikian Facebook dapat juga menjadi sarana pembelajaran yang

    efektif bagi pelajar atau mahasiswa dalam menunjang kegiatan pembelajaran di

    kampus. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan

    pesan pembelajaran (Bovee, 1997).

    Pengguna social media tidak hanya merambah di kalangan mahasiswa saja.

    Mazer, Murphy dan Simonds (2007) menyatakan bahwa facebook tidak hanya

    berkembang penggunanya di kalangan mahasiswa tetapi juga digunakan oleh staff

    fakultas. Berdasarkan keterangan yang dirilis facebook, sekitar 297.000 pengguna

    facebook mempunyai identitas sebagai staf fakultas. Hal ini mempunyai keuntungan

    maupun konsekuensi.

    Dari survey yang dilakukan oleh Tiryakioglu dan Erzurum (2011) di

    Universitas Anadolu, Turki, diperoleh bahwa sebagian besar responden setuju bahwa

    Facebook dapat digunakan sebagai sarana pengumuman dan pembagian tugas. Selain

    itu Facebook juga memfasilitasi grup dengan minat tertentu untuk berkomunikasi dan

    berbagi ilmu.

    Menurut Munoz dan Towner (2009), Facebook menyediakan fitur-fitur

    tambahan seperti bulletin board, instant messaging, email, dan memperbolehkan

    pengguna mengunggah video and gambar. Fitur-fitur tersebut berguna bagi para

    pengajar untuk membantu para peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu,

    menurut Hidayat (2009), Facebook memiliki layanan One Stop Service, yakni

    menyediakan fitur gabungan Antara aplikasi social networking, chatting, blogging,

    multimedia, photo sharing dan bahkan email.

    Menurut Zaenal(2009), Saat ini, Facebook justru menjadi situs jaringan social

    untuk siapa saja yang mempunyai latar belakang dan tempat pendidikan sama.

    Tujuannya jelas, agar dapat kontak dengan teman-teman sesama almamater dan

  • 14

    alumni. Seiring dengan tambahan fitur grup dan member, pengguna facebook bisa

    membuat komunitas sendiri selain komunitas pendidikan. Contohnya, komunitas

    pecinta music, film, dan hobi.

    Facebook dapat digunakan oleh para pengajar untuk membuat grup khusus

    mata pelajaran tertentu. Dalam grup tersebut, pengajar dapat membagikan materi-

    materi dan memberikan tugas-tugas bagi para siswa. Pengajar juga dapat memberikan

    informasi-informasi terkait mata pelajaran tersebut, seperti adanya kuis yang akan

    dilaksanakan, nilai-nilai tugas yang sudah dikumpulkan, dan sebagainya (Couillard,

    2009).

    Selain facebook, ada juga sosial media yang dibuat oleh raksasa IT lain, yaitu

    Google+ yang dikelola oleh Google. Untuk berkompetisi dalam platorm sosial

    network, Google merilis layanan sosial network milik mereka pada Juni 2011 yang

    disebut Google+. Platform ini diluncurkan sebagai generasi baru dari sosial network

    dan memiliki beberapa fitur baru, seperti circles yang memfasilitasi user untuk berbagi

    konten yang berbeda dengan orang-orang yang berbeda. Dan hangouts yang

    memperbolehkan user untuk melakukan video chatting dan mengundang sampai

    sembilan orang dari circles mereka. (Magno, et al., 2012)

    Salah satu andalan Google+ yang dapat digunakan oleh mahasiswa maupun

    pelajar dalam pembelajaran adalah Google+ video chat atau lebih dikenal sebagai

    hangouts. Google+ Hangouts memungkinkan pembelajaran melalui percakapan video.

    Google+ Hangouts juga memiliki kemungkinan untuk dikembangkan sebagai sarana

    edukasi belajar dengan menyediakan screen-sharing, Google Docs, dan sarana

    kolaborasi lainnya (Watters, 2011).

    Google+ video calls, baik dua pihak maupun banyak pihak yang terlibat,

    selalu menggunakan topologi server sentris. Setiap user akan mengirimkan suara dan

    videonya ke dedicated proxy server, dan juga sekaligus menerima suara dan video

    user lain dari melalui server tersebut. Tidak ada transmisi data langsung antar user.

    (Xu et al., 2012)

  • 15

    Google+ juga menyediakan fitur Circle yang mengelompokkan teman sesuai

    dengan circle yang sudah dibuat. Hal ini memudahkan menjaga privasi apabila

    pengajar ingin membagi informasi bagi kelompok tertentu. Selain itu fitur Cross

    Posting memudahkan untuk membagi informasi ke jejaring sosial lain seperti

    Facebook, Twitter atau LinkedIn (Miller, 2014).

    Selain itu fitur Google+ Community memungkinkan pengajar dan para peserta

    didiknya untuk masuk dalam komunitas dengan minat yang sama dari seluruh penjuru

    dunia. Google+ Community dapat menggunakan fitur-fitur Google+ sebagai sarana

    berbagi informasi (Curts, 2013).

    Dengan menggunakan media komputer khususnya internet, pembelajaran yang

    dilakukan oleh mahasiswa maupun pelajar dapat dilakukan dengan efektif. Dan hal ini

    bukanlah hal yang baru karena komputer sudah sejak lama diperkenalkan juga sebagai

    media pembelajaran. Komputer telah mulai diterapkan dalam pembelajaran bahasa

    mulai 1960 (Lee, 1996).

    Karlin (2007) melaporkan bahwa hampir 60% pelajar yang menggunakan

    social network membicarakan tentang pembelajaran online, dan lebih dari 50%

    membicarakan tentang tugas sekolah yang spesifik.

  • 16

    BAB IV METODE PENELITIAN

    4.1. Studi Literatur

    Pada tahap ini, penelitian dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang

    facebook dan google plus. Cara penggunaan untuk media pembelajaran jarak jauh.

    4.2. Analisis

    Di dalam tahap ini, akan dilakukan pengumpulan komponen komponen

    yang dibutuhkan untuk ujicoba pembelajaran jarak jauh dengan facebook dan google

    plus.

    4.3. Implementasi

    4.3.1. Ujicoba

    Di tahap ini, akan dilakukan uji coba penggunaan fitur-fitur facebook dan

    google plus, dengan target mahasiswa sampai anak sekolah.

    4.3.2. Interview

    Pada tahap ini, penelitian dilakukan secara observasi dan interview kepada

    user yang telah mencoba penggunaan fitur-fitur facebook dan google plus untuk

    media pembelajaran jarak jauh.

    4.3.3. Penyebaran kuesioner

    Di tahap ini, penelitian melakukan kegiatan mencari data primer dari user

    melalui kuesioner yang telah dibuat sebelumnya.

    4.4. Pengujian data dan penarikan kesimpulan

    Dalam tahap ini, penelitian akan dilakukan untuk menganalisis data yang

    diperoleh dari user. Data di amati dan ditarik kesimpulan.

  • 17

    BAB V JADWAL PENELITIAN

    Kegiatan Mei Juni Juli

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    Studi Literatur

    Analisis

    Implementasi

    Pengujian data dan kesimpulan

    Penulisan laporan

    Table 5.1 Jadwal Penelitian

  • 18

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdullah, D, 2011, Potensi Teknologi informasi Dan Komunikasi Dalam Peningkatan

    Mutu Pembelajaran Di Kelas.

    Amy J. A., 2012, Pemanfaatan Situs Jejaring Sosial Facebook Sebagai Media

    Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

    Bagi Siswa kelas XI SMA N 1 Depok Sleman Yogyakarta, Disertasi, Program

    Pasca Sarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

    Aritonang, K. T., 2008, Minat dan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa,

    Jurnal pendidikan penabur, 7(10), 11-21.

    Bharata, A., & Kalam, A., 2008, Ayo Buat Facebook-mu Menarik!, Elex Media

    Komputindo.

    Budi dan Nurjayanti, B., 2012, Pengembangan Metode Pembelajaran Online Berbasis

    E-Learning, J. Sains Terapan, 2, 1 , 103-113.

    Budiarto, I., 2013, Pengaruh Perbedaan Individu Dan Lingkungan Sosio-Budaya

    Terhadap Behavioral Intention Google Plus : Survei Terhadap Pengguna Google

    Plus Di Indonesia, Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

    Burcher, N., 2009, Facebook usage statistics Top 20 fastest growing countries by

    users.Nick Burcher [Online] Available at

    [Accessed 25 Mei 2014].

    Budiman, A., 1999, Sistem pendukung perkuliahan jarak jauh berbasiskan web

    internet, Disertasi, Program Pasca Sarjana, Petra Christian University, [Online]

    Tersedia di , [Diakses pada 25 Mei 2014].

    Boyd, D. M., Ellison, N. B.,2008, Social network sites: Definition, history, and

    scholarship. Journal of Computer-Mediated Communication.

  • 19

    Bovee, Courland., 1997, Business Communication Today, Prentice Hall: New York.

    Couillard, Claire., 2009, Facebook: The Pros and Cons of use in Education, Research

    paper, University of Wisconsin-Stout.

    Curts, E., 2013, Google+ for Schools. Available at

    , [Retrieved on 9 April 2014].

    Diina, N., 2013, Persepsi Remaja Dan Orang Tua Terhadap Penggunaan Facebook.

    Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1).

    Ellison, N. B., Steinfield, C. And Lampe, C., 2007, The Benefits of Facebook

    Friends: Social Capital and College Students Use of Online Social Network

    Sites, [Online] Available at , [Accessed on 3 April 2014].

    Ewolf Community, 2012, Panduan Internet Paling Gampang, Cakrawala, Yogyakarta.

    Hasibuan, Z. A., & Santosa, H. B., 2007, Analisis dan Perancangan Modul

    Representasi Knowledge Building dalam Student Centered E-Learning

    Environment. Makalah Simposium Nasional 2007.

    Hidayat, T., 2009, Lebih Dekat Dengan Facebook, Elex Media Komputindo.

    Hidayanti, A., 2010, Motivasi Dan Kepuasan Menggunakan Jejaring Sosial Facebook

    (Studi Korelasi Antara Motivasi, Penggunaan Dan Kepuasan Menggunakan

    Jejaring Sosial Facebook Dalam Menjalin Komunikasi Interpersonal Pada

    Mahasiswa Ilmu Komunikasi Swadana Transfer Angkatan 2008 Fisip Uns),

    Disertasi, Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

    Indonesia, P. R., 2003, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

    Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional Negeri

    Republik Indonesia: Jakarta.

    Kapang, F. Y., 2009, Planet facebook: 6 jurus menguasai facebook, Cemerlang

    Publishing, Yogyakarta.

  • 20

    Karlin, S., 2007, Examining how youths interactonline. School Board News, 73 (4) pp.

    69.

    Karrer, T., 2007, Facebook as a learning platform: eLearning technology, [Online]

    Terapat di , [Diakses 19 April 2009].

    Krismanto, A., 2003, Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran

    Matematika. Makalah. Disampaikan dalam rangka pelatihan pengembangan

    SMU, 20.

    Kudwadi, B., & Suryadi, D.,2007, Pengembangan Kerangka Model E-Learning Dalam

    Pembelajaran Teknologi Dan Kejuruan.

    Lawanto, O., 2000, Pembelajaran Berbasis Web Sebagai Metoda Komplemen Kegiatan

    Pendidikan Dan Pelatihan*, Unitas, 9(1).

    Lee, Kwuang-wu, 2000, English Teachers Barriers to the Use of Computer-assisted

    Language Learning, The Internet TESL Journal, Vol. VI, No. 12.

    Lenhart, A., Simon, M., & Graziano, M., 2001, The Internet and Education: Findings

    of the Pew Internet & American Life Project.

    Lenhart, A., & Madden, M., 2007, Social networking websites and teens: An overview

    (p. 10). Pew/Internet.

    Madge, C., Meek, J., Wellens, J. and Hooley, T., 2009, Learning, Media and

    Technology.

    Magno, G., Comarela, G., Saez-Trumper, D., Cha M. and Almeida, V., 2012, New Kid

    on The Block : Exploring the Google+ Social Graph.

    Miller, D., 2014, 7 Tips to Using Google+ as an Educational Tool. [Online] Available

    at ,

    [Retrieved in 9 April 2014].

  • 21

    Moore, M., 1973, Toward A Theory Of Independent Learning And Teaching, Journal

    of Higher Education , 44, 12, 661-79.

    Munoz, C. L., & Towner, T. L., 2009, Opening Facebook: How to Use Facebook in

    the College Classroom.

    Ni'am, M. K., & Kustijono, R., 2013, Pengembangan Pembelajaran Smp Melalui

    Facebook Pada Materi Alat Optik, Inovasi Pendidikan Fisika, 2(3).

    Patria, L., & Yulianto, K., 2010, Pemanfaatan Facebook untuk Menunjang Kegiatan

    Belajar Mengajar Online Secara Mandiri. Makalah tidak diterbitkan.

    Pendidikan, L. P. P., 1993, Psikology Pendidikan.

    Santoso, H. B., 2008, e-Learning: Belajar Kapan Saja, Dimana Saja.

    Saputra, I., & Indonesia, J. U. K., 2011, Multimedia Pembelajaran Bahasa Inggris

    Menggunakan Konsep Jejaring Sosial Berbasis Web.

    Sattu, N. C., 2012, Situs Facebook Dikalangan Mahasiswa (Studi Kasus Perubahan

    Pola Interaksi Mahasiswa FisipUnhas), Disertasi, Program Pasca Sarjana,

    Universitas Hassanudin, Makassar.

    Setyani, N. I., 2013, Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana Komunikasi Bagi

    Komunitas, J. Komunikasi , 2, 1-17.

    Sudrajat, A., 2008, Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah.

    Sutikno, M. Sobry, 2007, Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa,

    [online] Terdapat di ,

    [Diakses pada 25 Mei 2014].

    Tiryakioglu, F., & Erzurum, F. (2011) Use of Social Networks as an Education Tool.

    CONTEMPORARY EDUCATIONAL TECHNOLOGY, 2011, 2(2), 135-150.

    Tufekci, Z., 2008, Can you see me now? Audience and disclosure regulation in online

    social network sites. Bulletin of Science, Technology & Society, 28(1), 20-36.

  • 22

    Utomo, D. A., 2013, Motif Pengguna Jejaring Sosial Google+ Di Indonesia, Jurnal e-

    Komunikasi, 1(3).

    Widoyoko, E. P, 2009, Evaluasi program pembelajaran. Panduan Praktis Bagi

    Pendidik dan Calo Pendidik,, Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

    Watters, A., 2011, Google Plus: Is This the Social Tool Schools Have Been Waiting

    For? [online] Terdapat di

    [diakses pada 9 April

    2014].

    Wijaya, M., 2007, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam

    Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur, No.8.

    Xu, Y., Yu, C., Li, J. and Liu, Y., 2012, Video Telephony for End-consumers:

    Measurement Study of Google+, iChat, and Skype.

    Yazdi, M., 2012, E-Learning Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Berbasis

    Teknologi Informasi. Foristek, 2(1).

    Zaenal, A., 2009, Add Me on Facebook!. GagasMedia.