5mk555555
-
Upload
ryzaamirethasani -
Category
Documents
-
view
218 -
download
4
description
Transcript of 5mk555555
PERAN KEPEMIMPINAN PETUGAS PENGAMANAN PINTU UTAMA (P2U) DALAM
PENCEGAHAN KONFLIK SOSIAL NARAPIDANA GUNA PEMELIHARAAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN PADA
LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KELAS 2A BANDAR LAMPUNG
Nama : Riki Eka Ariesta S.IP
NIP : 198511242008011001
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas 2A
Bandar Lampung
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT Sang Maha Pengasih dan Penyayang
yang telah melimpahkan segala karunia, keberkahan, rahmat dan hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikam makalah yang berjudul “Peran Kepemimpinan Petugas
Keamanan Pintu Utama (P2U) Dalam Pencegahan Konflik Sosial Narapidana Dalam
Rangka Pemeliharaan Keamanan Dan Ketertiban Pada Lembaga Pemasyarakatan
Wanita Kelas 2A Bandar Lampung”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada sang
inspirator perubah peradaban, Rasulullah Muhammad SAW.
Dengan selesainya penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan
dalam pembuatan makalah ini. Semoga segala perhatian, kebaikan serta keikhlasan yang
telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semoga makalah yang masih jauh dari
sempurna ini bisa memberikan manfaat. Amiin Allahumma Amiin.
Bandar Lampung, 28 September 2015
Riki Eka Ariesta S.IP
DAFTAR ISI
BAB I
P E N D A H U L U A N
a. Latar Belakang
Secara psikologis keberadaan narapidana di dalam Lapas adalah upaya pengekangan
kebebasan seseorang narapidana dalam memenuhi segala kebutuhannya. Keadaan ini
mengakibatkan penghuni mengalami kesakitan yang diakibatkan kehilangan-kehilangan.
Baik kehilangan kemerdekaan bergerak (lose of liberty) kehilangan rasa aman (lose of
security), kehilangan relasi seksual (lose of heterosexual relationship), kehilangan otonomi
(lose of outonomi), maupun kehilangan kekuasaan atas barang-barang yang dimilikinya (lose
of good and services).
Pengekangan kebebasan dalam suatu pemenjaraan, akan berdampak kepada hubungan
sosiologis antara petugas (yang powerful) dan narapidana (yang powerless) yang tidak
seimbang. Hubungan kekuasaan itu menjadi potensi konflik sosial dalam sistem interaksi
sosial narapidana di dalam lapas. Hal tersebut memerlukan peran kepemimpinan di lapas
dalam rangka membangun strategi pembinaan narapidana dan penciptaan kondisi keamanan
dan ketertiban yang kondusif, dengan memberdayakan seluruh komponen potensi yang ada di
dalam lapas.
Peranan kepemimpinan juga diharapkan mampu mengakomodasikan kepentingan petugas,
narapidana dan masyarakat dalam upaya meredam konflik. Fungsi lembaga pemasyarakatan
dapat diharapkan sebagai tempat untuk mengubah tingkah laku penghuninya dari yang tidak
baik menjadi perilaku yang terpuji dengan harapan konflik dapat diredam, dan sistem
interaksi sosial lapas akan mengalami keseimbangan.
Sistem pengamanan lembaga pemasyarakatan umumnya dan khususnya lingkungan pintu
utama lembaga pemasyarakatan berperan penting dalam menjaga stabilisasi keamanan dan
ketertiban suatu lembaga pemasyarakatan namun realitanya terkadang system pengamanan
terkadang dinilai masih lemah, sehingga bisa ditembus oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab guna mengganggu ketentraman dan keamanan serta ketertiban di dalam
Lembaga Pemasyarakatan.
Mengantisipasi lemahnya system pengamanan lingkungan maka dibutuhkan Petugas
Pengamanan Pintu Utama (P2U) di seluruh Lapas di Indonesia yang bekerja berdasarkan
ketentuan Standard Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku dalam rangka memberikan
pelayanan masyarakat yang berkualitas dengan memperhatikan aspek keamanan dan
ketertiban lingkungan Lapas.
b. Permasalahan
Berdasarkan identifikasi masalah dari latar belakang dimuka maka masalah pokok yang
diambil adalah bagaimana kepemimpinan Petugas Pengamanan Pintu Utama (P2U) mampu
berperan dalam pencegahan konflik sosial narapidana guna memelihara keamanan dan
ketertiban di Lembaga Pemasyarakatan, sedangkan ada beberapa hal yang menjadi masalah
yang berpengaruh dalam kinerja Petugas Pengamanan Pintu Utama (P2U) antara lain:
1. Kekurangcermatan Pengamanan Pintu Utama (P2U) dari masuk dan keluarnya orang,
barang dan kendaraan, sehingga berpotensi timbulnya gangguan keamanan &
ketertiban di dalam Lapas;
2. Pencatatan buku laporan tugas Pengamanan Pintu Utama (P2U) kurang tertib;
3. Rendahnya manajemen dokumentasi administrasi pemeriksaan dan penggeledahan
terhadap orang, barang dan kendaraan yang masuk ke dalam Lapas;
4. Padatnya lalu lintas keluar masuk lingkungan pintu utama terhadap orang-orang yang
sering melakukan kunjungan terhadap penghuni, secara rutin menimbulkan
kekurangcermatan dalam laporan dan penggeledahan.
5. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung petugas keamanan dalam
menjalankan tugasnya.
6. Kurangnya jumlah petugas Pengamanan Pintu Utama (P2U).
c. Metode Penulisan
Dalam hal ini analisa data yang digunakan adalah bersifat analisa kualitatif
empiris. Analisa kualitatif empiris ditunjukkan terhadap data-data yang sifatnya
berdasarkan kualitas, mutu dan sifatnya secara nyata dan berlaku dimasyarakat.
Dengan bentuk analisa ini, data-data yang diperoleh akan dibahas dan diuraikan
untuk memahami masalah.
BAB II
ISI
Petugas Pengamanan Pintu Utama (P2U) Satuan Petugas Pengaman Pintu Utama mempunyai
tugas :
1.Mencegah dan mengamankan pintu utama dari masuk ataupun keluarnya orang dan barang
secaratidaksyah.2.Memeriksa dan menggeledah setiap orang tanpa terkecuali termasuk
pejabat,petugas,pengunjung,danpihak-pihaklain.
3.Memeriksa dan menggeledah setiap barang dan kendaraan yang masuk atau keluar Rumah
TahananNegara Jepara.
4.Menerima dan mengeluarkan penghuni berdasarkan surat-surat yang sah, memeriksa secara
cermat identitas dan mencatat dalam buku laporan tugas pintu utama.
5.Meneliti dan memeriksa secara cermat identitas tamu, menanyakan keperluannya, serta
mencatat dalam buku tamu.
6.Mengamankan senjata api, alat-alat keamanan dan barang inventaris lainnya dalam
lingkungan pintu utama serta menggunakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
LeRumah Tahanan Negara Klas IIB Jepara adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan di bidang Pemasyarakatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia Jawa Tengah yang mempunyai tugas dan Fungsi melaksanakan
Pemasyarakatan Narapidana/Anak didik. Struktur organisasinya terdiri dari Kepala Kesatuan
Pengamanan, Kepala Sub Seksi Pelayanan dan Kepala Sub Seksi Pengelolaan.
VISI :
Menjadi lembaga yang akuntabel, transparan dan profesional dengan didukung petugas yang
memiliki kompentensi tinggi untuk mewujudkan tertib pemasyarakatan
MISI :
Membangun pelayanan terbaik bagi tahanan, WBP, dan masyarakat dengan didasarkan pada
penghormatan terhadap hukum dan hak asasi manusia dalam rangka memulihkan hubungan
hidup, kehidupan, dan penghidupan WBP
Adapun Fungsi Pemasyarakatan menurut KepMen No NOMOR : M.01.PR.07.03 tahun 1985
Pasal 2 seperti :
a. Melakukan pembinaan narapidana/anak didik.
b. Memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja;
c. Melakukan bimbingan sosial/kerokhaniaan narapidana/anak didik
d. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib LAPAS
e. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga
KESATUAN PENGAMANAN RUTAN
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.: M.04-PR.07.03 Tahun
1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan
Benda Sitaan Negara, Kesatuan Pengamanan RUTAN mempunyai tugas melakukan
pemeliharaan keamanan dan ketertiban RUTAN.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut pada Pasal 14, Kesatuan Pengamanan RUTAN
mempunyai fungsi :
a. Melakukan administrasi keamanan dan ketertiban RUTAN;
b. Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap tahanan;
c. Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban RUTAN;
d. Melakukan penerimaan, penempatan dan pengeluaran tahanan serta memonitor keamanan
dan tata tertib tahanan pada tingkat pemeriksaan.
e. Membuat laporan dan berita acara pelaksanaan pengamanan dan ketertiban
SEKSI KEAMANAN DAN KETERTIBAN RUTAN
I. Staf Kesatuan Pengamanan Rutan
Seksi Keamanan dan Ketertiban Rutan mempunyai tugas:
a. Mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan. b.
Menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan.
c. Menyusun laporan berkala dibidang keamanan dan ketertiban.
II. Petugas Pengamanan Pintu Utama (P2U)
Satuan Petugas Pengaman Pintu Utama mempunyai tugas :
1.Mencegah dan mengamankan pintu utama dari masuk ataupun keluarnya orang dan barang
secara tidak syah.
2.Memeriksa dan menggeledah setiap orang tanpa terkecuali termasuk pejabat, petugas,
pengunjung, dan pihak-pihak lain.
3.Memeriksa dan menggeledah setiap barang dan kendaraan yang masuk atau keluar Rumah
Tahanan Negara Jepara.
4.Menerima dan mengeluarkan penghuni berdasarkan surat-surat yang sah, memeriksa secara
cermat identitas dan mencatat dalam buku laporan tugas pintu utama.
5.Meneliti dan memeriksa secara cermat identitas tamu, menanyakan keperluannya, serta
mencatat dalam buku tamu.
6.Mengamankan senjata api, alat-alat keamanan dan barang inventaris lainnya dalam
lingkungan pintu utama serta menggunakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
II. Kesatuan Pengamanan Rutan
Kesatuan Pengamanan Lapas mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban Lapas.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Kesatuan Pengamanan Lapas mempunyai fungsi:
a. Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap Narapidana/ Anak Didik;
b.Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban;
c. Melakukan pengawalan, penerimaan, penempatan dan pengeluaran narapidana/anak didik;
d.Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan;
e.Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan pengamanan. Divisi Pemasyarakatan
mempunyai tugas membantu Kepala Kantor Wilayah dalam melaksanakan sebagian tugas
Kantor Wilayah dibidang Pemasyarakatan berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi
Pemasyarakatan melaksanakan fungsi : a. pembinaan dan bimbingan teknis dibidang
pemasyarakatan; b. pengkoordinasian pelaksanaan teknis dibidang pemasyarakatan; c.
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan teknis dibidang pemasyarakatan. Sebagaimana
yang telah dikemukakan dimuka bahwa dalam upaya pengoptimalan kinerja petugas P2U di
dalam Lapas guna mendapatkan kondisi pelayanan masyarakat dan pemeliharaan keamanan
dan ketertiban di lingkungan pintu utama, maka kondisi yg diinginkan adalah:
1. Tingginya tingkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Petugas P2U;
2. Sosialisasi SOP meningkat;
3. Meningkatnya anggaran;
4. Kecermatan penggeledahan dan laporan yg tinggi;
5. Tingginya partisipasi Petugas Pemasyarakatan (GasPas); dan
6. Optimalnya koordinasi dg stake holder terkait.
Adapun secara faktual di dalam Lapas, situasi pelaksanaan tugas P2U saat ini, diwarnai
dengan kondisi yang ada, yaitu :
1. Rendahnya kualitas SDM P2U;
2. Rendahnya sosialisasi SOP;
3. Rendahnya anggaran;
4. Rendahnya tingkat kecermatan penggeledahan dan laporan;
5. Rendahnya partisipasi GasPas; dan
6. Belum optimal koordinasi dg stake holder terkait.
Selanjutnya berdasarkan kondisi yang diinginkan dengan melihat kondisi keadaan sekarang
maka ditemukan adanya gab sebagai suatu kondisi alternatif, yang harus dilakukan
pemecahan masalahnya sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas SDM petugas P2U;
2. Penyelenggarakan pembimbingan & simulasi SOP terhadap petugas P2U secara bertahap;
3. Pemanfaatan anggaran berdasarkan skala prioritas;
4. Pembiasaan kegiatan penggeledahan dan laporan, setiap lalu lintas orang, barang &
kendaraan secara cermat dan teliti dilakukan oleh petugas P2U;
5. Penyelenggarakan pembinaan disiplin GasPas;
6. Peningkatan jalinan komunikasi dan informasi aktif dan efektif dengan stake holder terkait.
Belum optimalnya pelayanan masyarakat dan pemeliharaan keamanan dan ketertiban
lingkungan pintu utama oleh Petugas Pengamanan Pintu Utama (P2U) di Lembaga
Pemasyarakatan, dapat digambarkan dengan situasi masalah dan data sebagai berikut:
pelayanan publik yang dilakukan petugas P2U berdasarkan data lalu lintas keluar masuk
orang, barang dan kendaraan, sebagai berikut:
ü Petugas Pemasyarakatan (GasPas) sebanyak jumlah pegawai yang ada di Lapas;
ü Stake holder terkait, seperti petugas POLRI, Kejaksaan, Petugas Pembimbing
Kemasyarakatan (PK) Balai Pemasyarakatan (Bapas), kesehatan;
ü Penghuni (tahanan & narapidana), yang melaksanakan asimilasi dan proses sidang
pengadilan;
ü Tamu dan keluarga pengunjung, yang melaksanakan kunjungan/besukan keluarga;
ü Kendaraan-kendaraan yang memuat bahan makanan dan bahan atau hasil ketrampilan.
Jumlah keseluruhan petugas P2U di dalam Lapas pada umumnya belum pernah mengikuti
pendidikan dan latihan maupun bimbingan teknis di bidang tugasnya.
2. Meta Masalah
Berdasarkan uraian situasi masalah tentang peranan petugas P2U lapas dalam rangka kepentingan pelayanan masyarakat dan pemeliharaan keamanan dan ketertiban di dalam lapas sesuai dengan tugas pokoknya, maka meta masalah dan pendefinisiannya, adalah :
1. Rendahnya kualitas SDM petugas P2U.
Kualitas SDM petugas pengamanan pintu utama (P2U) yang rendah ditandai dengan belum diberikannya pendidikan dan latihan tehnis atau bimbingan tehnis petugas dibidang tugasnya.
2. Kurangnya dukungan sarana komputer.
Petugas P2U tidak dilengkapi dukungan sarana komputer, dimana merupakan kebutuhan fital dalam era informasi dan tehnologi pada Lembaga Pemasyarakatan yang akan lebih mempermudah pekerjaan, mempercepat, meminimalisir kesalahan dan mendokumentasikan laporan lebih baik.
3. Rendahnya tingkat kecermatan laporan.
Pembuatan laporan tugas P2U wajib dibuat berdasarkan seluruh aktifitas yang terjadi dilingkungan pintu utama dari lalu lintas orang, barang, kendaraan dan sebagainya, dimana dalam hal kegiatan yang terjadi secara bersamaan, laporan tidak terdokumentasi dengan baik, karena masih bersifat manual.
4. Rendahnya dukungan anggaran.
Anggaran dalam hal mendukung pelaksanaan tugas P2U tidak tersedia secara optimal.
5. Rendahnya tingkat kecermatan penggeledahan.
Tingkat kecermatan penggeledahan oleh petugas P2U belum optimal, dimana penggeledahan tidak dilakukan secara cermat dan teliti dari seluruh lalulintas orang, barang dan kendaraan yang melintasi pintu utama, sehingga potensi menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban Lapas.
6. Kurangnya partisipasi petugas pemasyarakatan (GasPas).
Partisipasi GasPas sangat rendah dalam rangka mendukung tugas P2U dimana GasPas harus menjadi garda terdepan dalam memberikan contoh untuk siap dilakukan penggeledahan saat keluar masuk Lapas.
7. Tingginya tingkat kepadatan pengunjung.
Tingginya tingkat kunjungan keluarga/masyarakat masuk Lapas ditandai dengan banyaknya nomor antrian kunjungan yang diambil dan digunakan sebagai alat tanda masuk Lapas dimana sebagaian besar pengunjung datang dengan membawa kerabat yang lain.
8. Belum optimalnya koordinasi stake holder terkait.
Bahwa koordinasi dan kerja sama dengan Polri dalam rangka menjadikan Lapas sebagai titik sambang dalam setiap patroli polisi belum terlaksana secara maksimal.
9. Kurangnya kesejahteraan pegawai
Pelaksanaan tugas P2U yang setiap saat berhadapan dengan narapidana dan masyarakat berpotensi adanya ancaman resiko perlawanan fisik dan psikis yang senantiasa mengancam jiwanya, dimanaa tidak disertai dengan kesejahteraan pegawai yang memadai.
10. Kurangnya Pembinaan petugas.
Rutinitas pekerjaan yang saling melengkapi diantara petugas pengamanan, petugas pembinaan dan petugas administrasi selalu dikonsolidasikan melalui pembinaan petugas melalui pertemuan/ brefing secara bersamaan dan khusus. Kurangnya pembinaan yang disebabkan tidak lengkapnya petugas karena melaksanakan tugas yang tidak dapat ditinggalkan dan pembinaan melalui reward dan punishmen yang kurang berjalan secara efektif.
11. Kurangnya sosialisasi SOP.
Kurangnya sosialisasi SOP dapat membawa pengaruh petugas P2U tidak melaksanakan tugas sebagaimana yang ditetapkan.
12. Peraturan Perundanga-Undangan belum mendukung.
Belum adanya Peraturan khusus yang mengatur tugas di pengamanan Lapas membawa pengaruh terhadap rendahnya pelaksanaan tugas P2U.
3. Masalah Substantif
Tabel 1
Masalah Substantif
MASALAH SUBSTANTIF
VARIABEL
1. SOSIAL BUDAYA
1. Rendahnya kualitas SDM petugas P2U.
2. Kurangnya partisipasi petugas pemasyarakatan (GasPas)
3. Tingginya tingkat kepadatan pengunjung
4. Kurangnya Pembinaan petugas
1. HUKUM 1. Kurangnya sosialisasi SOP
2. Peraturan Perundanga-Undangan belum mendukung
3. Belum optimalnya koordinasi stake holder terkait
1. EKONOMI 1. Rendahnya dukungan anggaran
2. Kurangnya kesejahteraan pegawai
1. TEHNIK 1. Rendahnya tingkat kecermatan penggeledahan
2. Kurangnya dukungan sarana komputer
3. Rendahnya tingkat kecermatan laporan.
4. Masalah Formal
1. Rendahnya kualitas SDM Petugas P2U;
2. Kurangnya sosialisasi SOP;
3. Rendahnya dukungan anggaran; dan
4. Rendahnya tingkat kecermatan penggeledahan.
5. Alternatif Kebijakan
1. Rendahnya kualitas SDM Petugas P2U, alternatif kebijakan yang dirumuskan adalah :
a. Ditetapkan kepanitiaan penyelenggaraan bimbingan teknis (bimtek) operasional aplikasi program paperless office dan penggunaan operasionalisasinya bagi petugas P2U.
b. Ditetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pemasyarakatan tentang Standar Operasional Prosedur penggunaan program paperless office bagi petugas P2U;
2. Kurangnya sosialisasi SOP, alternatif kebijakan yang dirumuskan adalah :
a. Ditetapkan Tim sosialisasi tentang SOP Pengamanan;
b. Ditetapkan kegiatan penyelenggara sosialisasi SOP pengamanan bagi petugas P2U;
3. Rendahnya dukungan anggaran, alternatif kebijakan yang dirumuskan adalah :
a. Ditetapkan DIPA Satuan Kerja Lembaga Pemasyarakatan berdasarkan kebutuhan program kegiatan secara proporsional;
b. Ditetapkan MOU dengan stake holder terkait dalam rangka peningkatan keamanan dan ketertiban Lembaga Pemasyarakatan;
4. Rendahnya tingkat kecermatan penggeledahan, alternatif kebijakan yang dirumuskan adalah :
a. Ditetapkan Kepanitiaan penyelenggaraan bimbingan teknis penggeledahan bagi petugas P2U;
b. Ditetapkan jadwal pembinaan petugas P2U secara rutin dan berkesinambungan; dan
c. Ditetapkan petugas pengawasan internal dalam pelaksanaan penggeledahan oleh petugas P2U.
6. Pemilihan Alternatif Kebijakan
1. KEBIJAKAN A : Ditetapkan kepanitiaan penyelenggaraan bimbingan teknis (bimtek) operasional aplikasi program paperless office dan penggunaan operasionalisasinya bagi petugas P2U.
2. KEBIJAKAN B : Ditetapkan Tim sosialisasi tentang SOP Pengamanan;
3. KEBIJAKAN C : Ditetapkan DIPA Satuan Kerja Lembaga Pemasyarakatan berdasarkan kebutuhan program kegiatan secara proporsional;
4. KEBIJAKAN D : Ditetapkan Kepanitiaan penyelenggaraan bimbingan teknis penggeledahan bagi petugas P2U.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa dalam rangka menciptakan pelaksanaan tugas Pengamanan Pintu Utama (P2U) Lapas, yang mengutamakan kepentingan pelayanan masyarakat dan pemeliharaan keamanan dan ketertiban Lembaga Pemasyarakatan, sangat dibutuhkan adanya peningkatan kualitas SDM Petugas P2U yang profesional.
B. Rekomendasi Kebijakan
Strategi Lembaga Pemasyarakatan dalam rangka menciptakan pelaksanaan tugas Pengamanan Pintu Utama (P2U) Lapas yang profesional, maka direkomendasikan :
1. Ditetapkan kepanitiaan penyelenggaraan bimbingan teknis (bimtek) operasional aplikasi program paperless office dan penggunaan operasionalisasinya bagi petugas P2U.
2. Ditetapkan Tim sosialisasi tentang SOP Pengamanan bagi Petugas P2U;
3. Ditetapkan Kepanitiaan penyelenggaraan bimbingan teknis penggeledahan bagi petugas P2U.