59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN...

23
59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Data yang diperoleh berasal dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest, postest, dan gain ternormalisasi, sedangkan data kualitatif diperoleh dari lembar observasi dan hasil angket siswa,. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0 for windows dan Microsoft Excel 2007. A. Analisis Data Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan model ”SAVI”. Dalam penelitian ini, dipilih dua kelas untuk dijadikan sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model ”SAVI” dan kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran kooperatif. Data yang disajikan merupakan data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen yang terdiri dari 20 siswa dan kelas kontrol terdiri dari 29 siswa. Data tersebut diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir yang diberikan pada masing-masing kelompok dengan skor maksimal 50. 59

Transcript of 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN...

Page 1: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

59

BAB IV

ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

dari setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Data yang diperoleh berasal

dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil

pretest, postest, dan gain ternormalisasi, sedangkan data kualitatif diperoleh dari

lembar observasi dan hasil angket siswa,. Pengolahan data kuantitatif dilakukan

dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0 for windows dan

Microsoft Excel 2007.

A. Analisis Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan model ”SAVI”.

Dalam penelitian ini, dipilih dua kelas untuk dijadikan sebagai kelas

eksperimen yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan

menggunakan model ”SAVI” dan kelas kontrol yang mendapatkan

pembelajaran kooperatif.

Data yang disajikan merupakan data kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa kelas eksperimen yang terdiri dari 20 siswa dan kelas kontrol

terdiri dari 29 siswa. Data tersebut diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir

yang diberikan pada masing-masing kelompok dengan skor maksimal 50.

59

Page 2: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

60

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dan disajikan pada Tabel

4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Besaran

Eksperimen Kontrol

Pretes Postes Gain

Ternormalisasi

Pretes Postes Gain

Ternormalisasi

Jumlah 368 610 8,38 422 600 4,99 Rata-rata 18,40 30,50 0,42 14,55 20,69 0,17 Varians 162,04 144,68 0,07 26,97 54,22 0,03 Standar Deviasi

12,73 12,03 0,26 5,19 7,36 0,17

Skor Terkecil 1 10 0,04 6 8 0 Skor Terbesar 38 50 1 26 32 0,55 SMI (Skor Maksimum Ideal)=50

Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.1 dan D.2.

1. Analisis data pretes (tes awal)

Berikut ini adalah Tabel 4.2 yang menyajikan statistik deskriptif

nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Besaran Pretes

Eksperimen Kontrol Jumlah 368 422

Rata-rata 18,40 14,55 Skor Terkecil 1 6 Skor Terbesar 38 26

SMI (Skor Maksimum Ideal)=50

Page 3: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

61

Terlihat pada Tabel 4.2 bahwa rata-rata skor pretes yang diperoleh

kelas eksperimen hanya 3,85 lebih besar dari rata-rata skor pretes yang

diperoleh kelas kontrol. Nampak bahwa kemampuan awal antara kelas

eksperimen dengan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan yang begitu

jauh. Akan tetapi, hal ini belum cukup berarti untuk melihat apakah

terdapat perbedaan kemampuan awal atau tidak. Untuk menjawab itu

semua, maka digunakan uji statistik sebagai berikut.

a. Uji normalitas

Setelah diketahui gambaran statistik deskriptif skor pretes dari

kelas eksperimen maupun kelas kontrol, langkah selanjutnya adalah

melakukan uji normalitas terhadap skor pretes kedua kelas tersebut.

Untuk menguji normalitas skor pretes pada penelitian ini,

digunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi

(α) sebesar 0,05. Perumusan hipotesis pengujian normalitas skor pretes

adalah sebagai berikut:

H0: Data sampel berdistribusi normal

H1: Data sampel tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujiannya, adalah:

1) terima H0 jika α ≥ 0,05, dan

2) tolak H0 jika α < 0,05.

Output dari analisis uji normalitas Kolmogorov-Smirnov disajikan

pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Page 4: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

62

Tabel 4.3 Output Tests of Normality Pretes

Kelas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Pretes Eksperimen .219 20 .013

kontrol .137 29 .177

Berdasarkan Tabel 4.3 dan kriteria pengujian di atas, terlihat

bahwa nilai signifikansi atau probabilitas dari kelas eksperimen adalah

sebesar 0,013, sedangkan kelas kontrol adalah sebesar 0,177. Karena

nilai signifikansi pada kelas eksperimen lebih kecil dari 0,05, ini berarti

H0 ditolak atau data sampel tidak berdistribusi normal.

Karena data pretes salah satu kelas tidak berdistribusi normal,

maka tidak dilakukan uji homogenitas varians. Akan tetapi, untuk

menguji apakah terdapat perbedaan antara kemampuan awal siswa kelas

eksperimen dengan kemampuan awal siswa kelas kontrol dalam

pemecahan masalah matematis, dilakukan uji statistik non-parametrik

dengan menggunakan uji Mann-Whitney.

b. Uji perbedaan dua rata-rata

Setelah dilakukan uji normalitas data hasil pretes diketahui bahwa

penyebaran skor pretes salah satu sampel tidak berdistribusi normal,

maka untuk menguji perbedaan dua rata-rata pretes digunakan statistik

uji non-parametrik, yaitu dengan uji Mann-Whitney.

Page 5: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

63

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah sebagai

berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kemampuan awal

pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

H1 : Terdapat perbedaan rata-rata antara kemampuan awal pemecahan

masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk

hipotesis statistik adalah sebagai berikut:

H0 : µ E = µ K

H1 : µ E ≠ µ K

Keterangan:

µ E : rata-rata kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa

kelas eksperimen

µ K : rata-rata kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa

kelas kontrol

Uji statistik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney (2-tailed)

dengan mengambil taraf signifikansi (α) sebesar 0,025.

Kriteria pengujiannya, adalah:

1) terima H0 jika α ≥ 0,025, dan

2) tolak H0 jika α < 0,025.

Output dari analisis uji Mann-Whitney disajikan pada Tabel 4.4 di

bawah ini.

Page 6: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

64

Tabel 4.4 Output Uji Mann-Whitney Pretes

Pretes

Mann-Whitney U 266.000

Wilcoxon W 701.000

Z -.490

Asymp. Sig. (2-tailed) .624

Berdasarkan Tabel 4.4 dan kriteria pengujian di atas, terlihat

bahwa nilai signifikansi (2-tailed) adalah sebesar 0,624. Karena 0,624

lebih besar dari 0,025, ini berarti H0 diterima atau kemampuan awal

kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran D.4.

2. Analisis data postes (tes akhir)

Berikut ini adalah Tabel 4.5 yang menyajikan statistik deskriptif

nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Besaran Postes

Eksperimen Kontrol Jumlah 610 600

Rata-rata 30,50 20,69 Skor Terkecil 10 8 Skor Terbesar 50 32

SMI (Skor Maksimum Ideal)=50

Page 7: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

65

Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa rata-rata skor kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa kelas eksperimen relatif lebih tinggi daripada

rata-rata kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kelas yang

mendapatkan pembelajaran matematika dengan model ”SAVI” memiliki

rata-rata kemampuan akhir pemecahan masalah matematis yang lebih baik

daripada kelas yang mendapatkan pembelajaran kooperatif. Namun hasil

tersebut belum pasti dapat menjawab hipotesis penelitian ini. Oleh karena

itu, dilakukan pengolahan data skor postes berikut ini.

a. Uji normalitas

Untuk menguji normalitas skor postes pada penelitian ini,

digunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi

(α) sebesar 0,05. Perumusan hipotesis pengujian normalitas skor postes

adalah sebagai berikut:

H0: Data sampel berdistribusi normal

H1: Data sampel tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujiannya, adalah:

a) terima H0 jika α ≥ 0,05, dan

b) tolak H0 jika α < 0,05.

Output dari analisis uji normalitas Kolmogorov-Smirnov disajikan

pada Tabel 4.6 di bawah ini.

Page 8: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

66

Tabel 4.6 Output Tests of Normality Postes

Kelas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Postes Eksperimen .135 20 .200*

kontrol .138 29 .165

Berdasarkan Tabel 4.6 dan kriteria pengujian di atas, terlihat

bahwa nilai signifikansi atau probabilitas dari kelas eksperimen adalah

sebesar 0,200, sedangkan kelas kontrol memiliki signifikansi sebesar

0,165. Karena nilai signifikansi pada kedua kelas lebih besar dari 0,05,

ini berarti H0 diterima atau kedua kelas berdistribusi normal.

b. Uji homogenitas

Setelah dilakukan uji normalitas kedua data hasil postes yang

ternyata berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji

homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah

masing-masing data yang diperoleh dari kedua kelas sampel memiliki

varians populasi yang sama atau berbeda. Uji statistik yang akan

digunakan adalah uji Levene dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05.

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah:

H0 : Data postes berasal dari varians yang homogen

H1 : Data postes berasal dari varians yang tidak homogen

Kriteria pengujiannya, yaitu:

1) terima H0 jika α ≥ 0,05, dan

Page 9: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

67

2) tolak H0 jika α < 0,05.

Output dari analisis uji homogenitas disajikan pada Tabel 4.7 di

bawah ini.

Tabel 4.7 Output Tests of Homogenity of Variances Postes

Berdasarkan Tabel 4.7 dan kriteria pengujian di atas, terlihat

bahwa nilai signifikansi sebesar 0,008. Karena nilai signifikansi uji

homogenitas postes kurang dar dari 0,05, ini berarti H0 ditolak atau data

postes berasal dari varians yang tidak homogen. Karena data postes

berasal varians yang tidak homogen, maka langkah selanjutnya untuk

melihat kelas mana yang mengalami peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematis yang lebih baik adalah dengan

melakukan uji t′.

c. Uji t ′

Data postes yang telah diuji kenormalannya, ternyata berasal dari

varians yang tidak homogen. Oleh karena itu, langkah selanjutnya

adalah melakukan uji t′ (satu pihak).

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah:

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kemampuan akhir

Levene Statistic df1 df2 Sig.

7.570 1 47 .008

Page 10: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

68

pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dengan

kelas kontrol.

H1 : Rata-rata kemampuan akhir pemecahan masalah matematis siswa

kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk

hipotesis statistik adalah sebagai berikut:

H0 : µ 1 = µ 2

H1 : µ 1 > µ 2

Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika �′ ≥�1�1+�2�2

�1+�2 dan H0

diterima untuk harga-harga �′ lainnya.

Berdasarkan perhitungan manual diperoleh bahwa �′ ≈ 3,25 dan

�1�1+�2�2

�1+�2≈ 1,72 (perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran

D.7), maka kriteria pengujiannya adalah: tolak H0 jika �′ ≥ 1,72.

Karena �′ ≈ 3,25 dan 3,25 > 1,72, maka H0 ditolak atau rata-rata

kemampuan akhir pemecahan masalah matematis siswa kelas yang

mengikuti pembelajaran matematika dengan model “SAVI” ( Somatic,

Auditory, Visual, Intellectual) lebih baik daripada siswa yang mengikuti

pembelajaran matematika dengan pembelajaran kooperatif.

3. Analisis data hasil angket

Page 11: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

69

Setelah pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model

”SAVI” selesai, semua siswa pada kelas eksperimen diminta pendapatnya

mengenai respons mereka terhadap pembelajaran matematika yang telah

mereka alami dengan cara mengisi angket. Angket ini terdiri dari 27

pernyataan yang memuat sikap siswa terhadap matematika, sikap siswa

terhadap model ”SAVI” dan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa. Secara lengkap frekuensi, persentase dan skor penyebaran hasil

respons siswa terhadap matematika disajikan pada tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8 Respons Siswa Terhadap Matematika

Indikator Nomor & Sifat

Frekuensi & Persentase (%)

Skor Kelas

Kriteria

SS S TS STS

Minat/motivasi siswa terhadap

pelajaran matematika

1 Negatif

0 1 16 3

3,8 Baik

0 5 80 15

3 Negatif

0 2 8 10 0 10 40 50

5 Negatif

0 2 14 4 0 10 70 20

7 Negatif

0 2 12 6 0 10 60 30

9 Negatif

2 9 9 0 10 45 45 0

2 Positif

2 15 3 0 10 75 15 0

Manfaat pembelajaran matematika

4 Negatif

0 2 12 6

4,0 Baik

0 10 60 30

10 Negatif

0 4 12 4 0 20 60 20

6 Positif

2 18 0 0 10 90 0 0

8 Positif

7 10 2 1 35 50 10 5

Page 12: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

70

Minat/motivasi siswa terhadap pembelajaran

model ”SAVI”

11 Negatif

0 0 15 5

4,2 Baik

0 0 75 25

12 Negatif

0 1 19 0 0 5 95 0

13 Negatif

0 0 15 5 0 0 75 25

19 Negatif

0 0 17 3 0 0 85 15

14 Positif

9 11 0 0 45 55 0 0

27 Positif

4 16 0 0 20 80 0 0

Manfaat pembelajaran

model ”SAVI”

15 Positif

4 16 0 0

4,1 Baik

20 80 0 0

16 Positif

5 13 2 0 25 65 10 0

17 Positif

3 17 0 0 15 85 0 0

20 Positif

7 10 3 0

35 50 15 0

21 Positif

6 12 2 0 30 60 10 0

18 Negatif

0 3 10 7 0 15 50 35

Menunjukkan sikap setuju terhadap pembelajaran dengan model ”SAVI” untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematis

22 Positif

4 14 1 0

3,9 Baik

20 70 5 0

23 Positif

3 11 6 0 15 55 30 0

24 Positif

2 17 0 1 10 85 0 5

25 Positif

3 16 0 1 15 80 0 5

26 Positif

4 14 2 0 20 70 10 0

Tabel 4.8 di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar siswa

(61,67%) memiliki minat/motivasi terhadap pelajaran matematika,

Page 13: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

71

meskipun ada sebagian kecil dari siswa (15,83%) yang tidak menyukai

matematika. Tetapi rata-rata siswa memiliki respons yang positif (3,8)

terhadap matematika. Bahkan sebagian besar siswa (64%) menyatakan

setuju akan adanya manfaat pembelajaran matematika untuk kehidupan

mereka. Kemudian setelah mengalami pembelajaran matematika dengan

model “SAVI”, ternyata hampir seluruh siswa (78,33%) berminat terhadap

pembelajaran seperti ini dan sebagian besar siswa (65%) merasakan

manfaatnya. Selanjutnya, hampir seluruh siswa (88%) menyatakan sikap

setuju terhadap pembelajaran dengan model ”SAVI” untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis mereka, bahkan hampir

seluruh siswa (80%) juga berharap agar topik lain diajarkan dengan

pembelajaran “SAVI”.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dan persentase pada tabel

4.8, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa (80,19%) pada kelas

eksperimen memberikan respons yang positif terhadap pembelajaran

matematika dengan menggunakan model “SAVI”. Data selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran E.7.

4. Analisis data hasil observasi

Selama proses pembelajaran matematika dengan menggunakan

model “SAVI” (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual), observer

mengamati kegiatan siswa dan guru. Secara keseluruhan pelaksanaan

model pembelajaran “SAVI” berjalan dengan baik. Setiap kegiatan diikuti

Page 14: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

72

oleh siswa, mulai dari kegiatan Somatic, Auditory, Visual maupun

Intellectual. Berikut hasil kegiatan guru dan siswa yang diobservasi.

Tabel 4.9 Data Observasi Proses Pembelajaran

No. Hal yang diamati Pertemuan 1 2 3

Aktivitas Guru 1 Mengondisikan dan mengecek kehadiran siswa. √ √ √ 2 Menyampaikan inti tujuan pembelajaran. √ √ √ 3 Mengarahkan siswa untuk berkelompok. √ √ √ 4 Menyiapkan materi dan bahan ajar (LKS). √ √ √ 5 Memberitahukan prosedur pembelajaran. √ √ √ 6 Mengamati dan membimbing kegiatan siswa. √ √ √ 7 Memberikan waktu yang cukup untuk

menyelesaikan masalah/LKS. √ √ √

8 Membimbing diskusi kelas. √ - √ 9 Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan. √ √ √ 10 Memberikan tugas dan memberitahukan materi

untuk pertemuan berikutnya. √ √ √

11 Menutup pembelajaran. √ √ √ Aktivitas Siswa 12 Memperhatikan penjelasan guru. √ √ √ 13 Mempelajari dan mengerjakan bahan ajar/LKS. √ √ √ 14 Berdiskusi dalam kelompok. √ √ √ 15 Memeragakan konsep sambil mempelajarinya

langkah demi langkah. √ √ √

16 Melihat, mengamati, dan mendemonstrasikan alat peraga. √ √ √

17 Memahami permasalahan yang disajikan dalam LKS.

- √ √

18 Mengajukan dan menjawab pertanyaan. √ √ √ 19 Siswa dari perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil diskusi. √ - √

20 Lancar dalam mengungkapkan pendapat. - - √ 21 Mencoba menyimpulkan materi pembelajaran. - √ √

Keterangan: √ = aspek yang diperhatikan muncul - = aspek yang diperhatikan tidak muncul

Berdasarkan Tabel 4.9, peneliti/guru telah melaksanakan fungsinya

dengan baik yaitu menjadi fasilitator yang mengarahkan siswa, mengamati

Page 15: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

73

serta membimbing kegiatan siswa, baik ketika berdiskusi kelompok

maupun diskusi kelas (Auditory), melakukan kegiatan Somatic, Visual dan

Intellectual.

Pada pertemuan pertama, tidak semua siswa memperhatikan

penjelasan guru karena jam pelajaran yang kurang tepat, yaitu pukul 15.35

– 16.55. Hal ini merupakan kebijakan dari sekolah akan adanya jam pagi

dan jam siang. Pikiran siswa pasti sudah tidak fokus dan hanya

memikirkan kapan bel tanda berakhir pelajaran berbunyi. Selain itu,

dalam memeragakan konsep untuk mengontruksi konsep persegi panjang

(Somatic), siswa masih harus mendapatkan bimbingan karena merasa

bingung dengan petunjuk dan masalah yang dipaparkan dalam LKS.

Kemudian dalam diskusi kelas, siswa masih belum lancar dalam

mengungkapkan pendapat dan kesimpulan dari pembelajaran. Hal ini

disebabkan siswa tidak terbiasa belajar berkelompok dan mengerjakan

LKS.

Pada pertemuan kedua, diskusi kelas (Auditory) tidak dapat

dilaksanakan karena waktu yang tersedia tidak mencukupi serta kesalahan

informasi mengenai jadwal pelajaran matematika dan peneliti juga harus

mengajar di kelas kontrol pada jam pelajaran sebelumnya, sehingga proses

pembelajaran di kelas eksperimen menjadi kurang maksimal.

Berdasarkan hasil pengamatan observer, dapat disimpulkan bahwa

aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung sudah berjalan baik

Page 16: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

74

meskipun pada pertemuan pertama dan kedua tidak terlalu maksimal.

Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F.4.

B. Pembahasan

1. Kemampuan pemecahan masalah matematis

Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa, model “SAVI” (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) dalam

pembelajaran matematika merupakan salah satu alternatif yang dapat

diterapkan dalam proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini diperoleh

temuan-temuan yang didasarkan rumusan masalah yaitu penggunaan

model “SAVI” dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis.

Setelah dilakukan pembelajaran di kedua kelas selama tiga kali

pertemuan, terlihat bahwa kemampuan akhir pemecahan masalah

matematis siswa yang mendapat model pembelajaran “SAVI” lebih baik

daripada kemampuan akhir pemecahan masalah matematis siswa yang

mendapat pembelajaran kooperatif. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan rata-

rata hasil postes dengan skor maksimum ideal (SMI) sebesar 50, yaitu:

kelas eksperimen mengalami kenaikan sebesar 12,10 dan kelas kontrol

mengalami kenaikan sebesar 6,14. Dari hasil pretes dan postes

menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

kedua kelompok secara umum mengalami peningkatan, walaupun ada

Page 17: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

75

beberapa siswa kelas kontrol yang tidak mengalami peningkatan skor (gain

nol).

Jika dilihat dari hasil pretes dan postes, maka kualitas peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat model

pembelajaran “SAVI” lebih baik daripada kualitas peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat

pembelajaran kooperatif. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil pretes dan

postes kedua kelompok. Rata-rata hasil pretes dan postes kelas eksperimen

adalah 18.40 dan 30,50, sedangkan rata-rata pretes dan postes kelas

kontrol adalah 14,55 dan 20,69.

Untuk melihat seberapa besar peningkatan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa yang mendapat model pembelajaran “SAVI” dan

siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif dapat dilihat dari rata-rata

gain ternormalisasi. Rata-rata gain ternormalisasi kelas eksperimen adalah

0,42 dengan kriteria sedang dan rata-rata kelas kontrol adalah 0,17 dengan

kriteria rendah. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen lebih baik jika

dibandingkan dengan kelas kontrol.

Dari pembahasan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran matematika dengan model “SAVI” ( Somatic,

Auditory, Visual, Intellectual) lebih baik daripada siswa yang memperoleh

Page 18: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

76

pembelajaran kooperatif. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

D.

2. Respons Siswa terhadap Model ”SAVI”

Secara umum respons siswa terhadap matematika menunjukkan

sikap yang positif. Hal ini dapat dilihat dari minat/motivasi siswa terhadap

matematika dan siswa menganggap bahwa matematika bermanfaat dan

sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan dengan belajar

matematika, mereka berlatih untuk memecahkan masalah.

Selanjutnya respons yang ditunjukkan siswa terhadap pembelajaran

dengan menggunakan model “SAVI” adalah positif. Hal ini dikarenakan

hampir seluruh siswa berpendapat bahwa pembelajaran matematika

dengan model “SAVI” yang telah mereka ikuti menarik dan tidak

membosankan, berbeda dengan pembelajaran yang lain. Mereka juga

merasa senang karena terdapat diskusi kelompok yang menyebabkan

belajar lebih efektif dan memudahkan mereka dalam memahami konsep

matematika yang sedang dipelajari. Selain itu, sebagian besar siswa

berharap agar topik lain selain persegi panjang dan persegi diajarkan

dengan model ”SAVI”. Sehingga, secara umum respons siswa terhadap

pembelajaran dengan menggunakan model ”SAVI” adalah positif.

Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E.7.

Page 19: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

77

3. Deskripsi Pelaksanaan Model ”SAVI”

Berdasarkan data yang diperoleh dari observer, pelaksanaan

pembelajaran matematika dengan menggunakan model ”SAVI” berjalan

dengan baik dan cukup lancar. Walaupun banyak kendala yang dihadapi

oleh peneliti baik dalam penyusunan bahan ajar maupun dalam mengelola

kondisi kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Meskipun pada

pertemuan pertama siswa terlihat bingung dengan apa yang harus mereka

kerjakan, tetapi pada pertemuan selanjutnya siswa mulai memahami teknis

pembelajaran yang dilaksanakan. Adapun deskripsi dari setiap kegiatan

yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Somatic

Kegiatan Somatic dilakukan dengan cara siswa memeragakan

konsep sambil mempelajarinya langkah demi langkah. Siswa dituntut

untuk mengerjakan tugas individual untuk mengonstruksi konsep

matematika. Pada setiap pertemuan, siswa diminta untuk membawa alat

tulis pribadi khususnya penggaris. Namun, pada kenyataannya pada

setiap pertemuan masih saja ada beberapa siswa yang tidak membawa

peralatan tersebut, sehingga menghambat proses pembelajaran.

Pada pertemuan pertama, siswa secara berkelompok mengerjakan

LKS untuk mengontruksi konsep persegi panjang. Karena belum

terbiasa dan kondisi pengetahuan awal mereka kurang, maka pada

Page 20: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

pertemuan pertama siswa masih bingung dan hasil pekerjaannya masih

banyak yang kurang maksimal.

Aktivitas siswa pada saat melakukan kegiatan

dilihat pada

b. Auditory

Kegiatan

kelompok, mereka mengajukan dan menjawab pertanyaan

pada pertemuan pertama

pendapat ketika diskusi kelas

pembelajaran seperti ini

Aktivitas

pertemuan pertama siswa masih bingung dan hasil pekerjaannya masih

banyak yang kurang maksimal.

ktivitas siswa pada saat melakukan kegiatan

dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini:

Kegiatan auditory dilakukan dengan cara siswa berdiskusi dalam

kelompok, mereka mengajukan dan menjawab pertanyaan

pada pertemuan pertama mereka belum lancar dalam mengungkapkan

pendapat ketika diskusi kelas karena belum terbiasa dengan

pembelajaran seperti ini. Namun pada umumnya semua siswa aktif

Gambar 4.1 Aktivitas Siswa pada saat melakukan kegiatan

78

pertemuan pertama siswa masih bingung dan hasil pekerjaannya masih

ktivitas siswa pada saat melakukan kegiatan somatic dapat

dilakukan dengan cara siswa berdiskusi dalam

kelompok, mereka mengajukan dan menjawab pertanyaan. Akan tetapi,

lancar dalam mengungkapkan

karena belum terbiasa dengan

pada umumnya semua siswa aktif

iswa pada saat melakukan kegiatan Somatic

Page 21: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

karena kelompok terbaik mendapatkan

mengakibatkan antusias

Aktivitas siswa pada saat melakukan kegiatan

dilihat pada

c. Visual

Kegiatan

menggambar, mengamati dan mendemontrasikan alat peraga.

pertemuan pertama, siswa

yang harus mereka gunakan untuk mengerjakan LKS sehingga guru

dalam hal ini peneliti

Pada pertemuan ketiga, antusiasme siswa lebih tinggi

mereka dapat

menghitung luas serta menghitung keliling gambar berbentuk persegi

panjang dengan benang kasur

Contoh alat peraga

dilihat pada

Aktivitas

karena kelompok terbaik mendapatkan reward,

kibatkan antusiasme siswa dalam berdiskusi cukup tinggi.

Aktivitas siswa pada saat melakukan kegiatan

dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini:

Kegiatan visual dilakukan dengan cara siswa melihat,

menggambar, mengamati dan mendemontrasikan alat peraga.

pertemuan pertama, siswa masih merasa bingung dengan alat peraga

yang harus mereka gunakan untuk mengerjakan LKS sehingga guru

dalam hal ini peneliti, harus membimbing mereka dengan sepenuh hati.

Pada pertemuan ketiga, antusiasme siswa lebih tinggi

mereka dapat memasang puzzle persegi panjang dan persegi

menghitung luas serta menghitung keliling gambar berbentuk persegi

panjang dengan benang kasur.

ontoh alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini

dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini:

Gambar 4.2 Aktivitas Siswa pada saat melakukan kegiatan

79

reward, sehingga

siswa dalam berdiskusi cukup tinggi.

Aktivitas siswa pada saat melakukan kegiatan Auditory dapat

dilakukan dengan cara siswa melihat,

menggambar, mengamati dan mendemontrasikan alat peraga. Pada

merasa bingung dengan alat peraga

yang harus mereka gunakan untuk mengerjakan LKS sehingga guru,

membimbing mereka dengan sepenuh hati.

Pada pertemuan ketiga, antusiasme siswa lebih tinggi karena

persegi panjang dan persegi untuk

menghitung luas serta menghitung keliling gambar berbentuk persegi

yang digunakan dalam penelitian ini dapat

iswa pada saat melakukan kegiatan Auditory

Page 22: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

80

d. Intellectual

Kegiatan Intellectual dilakukan dengan cara siswa mengerjakan

latihan soal yang diberikan secara individu. Soal-soal yang diberikan

merupakan soal-soal kontekstual yang tidak rutin.

Secara umum, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan model ”SAVI” adalah alokasi

waktu yang kurang mencukupi khususnya pada kegiatan Somatic dan

Intellectual karena pada kegiatan ini masing-masing siswa dituntut

untuk mengerjakan sendiri dan memerlukan kondisi yang tenang untuk

lebih berkonsentrasi.

4. Deskripsi pelaksanaan pembelajaran kooperatif

Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif, guru melakukan

pembelajaran dengan langkah-langkah mirip seperti pada model ”SAVI”

tetapi alat peraga dan diskusi kelas ditiadakan.

Gambar 4.3 Alat Peraga

Page 23: 59 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASANa-research.upi.edu/operator/upload/chapter4(13).pdf · A. Analisis Data Penelitian ... Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen

81

Jika dibandingkan dengan pembelajaran model ”SAVI”, aktivitas

siswa cenderung pasif karena siswa tidak menggunakan alat peraga dalam

mengontruksi materi. Tetapi di sini justru diharapkan timbul kreativitas

siswa agar mereka dapat menyelesaian LKS dengan lebih mudah.

Kemudian, diskusi kelas juga ditiadakan, sehingga pembelajaran tidak

maksimal. Hal ini yang menyebabkan pembelajaran matematika dengan

model ”SAVI” lebih baik daripada pembelajaran kooperatif.