58-115-2-PB

8
PENURUNAN STRES FISIK DAN PSIKOSOSIAL MELALUI MEDITASI PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI PRIMER Harmilah 1,2 *, Elly Nurachmah 3 , Dewi Gayatri 3 1. Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Sleman 55293, Indonesia 2. Program Studi Magister Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 164242, Indonesia 3. Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia *Email: [email protected] Abstrak Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menyebabkan kematian. Tindakan keperawatan pada klien hipertensi primer salah satunya adalah meditasi. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi penurunan rerata stres fisik dan psikososial lansia dengan hipertensi primer setelah melakukan meditasi di Panti Sosial Tresna Werdha A dan B, Yogyakarta. Penelitian dengan desain kuasi eksperimen dengan kontrol ini melibatkan 22 sampel untuk masing-masing kelompok. Kelompok intervensi melakukan meditasi sehari sekali selama empat minggu. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Dengan uji t, hasilnya menunjukkan penurunan rerata stres fisik dan psikososial setelah meditasi pada kelompok intervensi lebih banyak dibanding dengan kelompok kontrol. Meditasi dapat menurunkan stres fisik dan psikososial pada lansia dengan hipertensi primer secara signifikan. Disarankan agar meditasi diterapkan dalam rangka pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi primer minimal sehari sekali selama 30 menit. Kata kunci: hipertensi primer, lansia, meditasi, stres Abstract Hypertension is one of cardiovascular diseases causing of death. Meditation is one of nursing interventions for patients with primary hypertension. This research was a quasi experimental using control group design. The purpose of the research was to identify the decreased of physical and psychosocial stress on primary hypertension of elderly after meditation at Panti Sosial Tresna Werdha A and B, Yogyakarta. The size of samples were 44 respondents, consisted of 22 subjects who were trained on meditation therapy, one time daily for thirty minutes for four weeks and the other respondents were as the control group. The purposive sampling was used as the sampling method. A T-test was employed to examine the differences of the mean of physical and psychosocial stress between the intervention and the control groups. The result showed that there is a decrease of the mean physical and psychosocial stress after meditation between the two groups. The meditation can decrease physical and psychosocial stress on elderly with primary hypertension significantly. Recommended that meditation be applied within order to award the nursing care to patients with primary hypertension at least once a day for 30 minutes. Keywords: primary hypertension, elderly, meditation, stress Pendahuluan Latihan meditasi dapat menduplikasi perubahan fisiologis. Meditasi telah berhasil digunakan dalam perawatan dan pencegahan tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung, dan stroke. Telah ter- bukti pula bahwa meditasi dapat mengurangi pikir- an yang obsesif, kecemasan (stres), depresi dan per- musuhan. O’Hara (2006) telah melakukan penelitian tentang relaksasi: meditasi dalam rangka untuk menurunkan tekanan darah. Hasilnya adalah signifikan dan dapat menurunkan tekanan darah dengan cepat dalam waktu 4 – 6 minggu. Akan tetapi, di Indonesia meditasi belum banyak digunakan di area kesehatan oleh tenaga ke- sehatan. Penggunaan meditasi pada kasus hipertensi belum banyak ditemukan data maupun penelitiannya. Salah satu studi tentang meditasi yang dilakukan oleh Susana, Hendarsih, dan Majid (2003), yang telah meneliti tentang teknik meditasi sebagai asuh- an keperawatan penurun stres bagi usia produktif dalam rangka pencegahan penyakit kardiovaskuler,

description

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

Transcript of 58-115-2-PB

Page 1: 58-115-2-PB

PENURUNAN STRES FISIK DAN PSIKOSOSIALMELALUI MEDITASI PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI PRIMER

Harmilah1,2*, Elly Nurachmah3, Dewi Gayatri3

1. Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Sleman 55293, Indonesia2. Program Studi Magister Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 164242, Indonesia

3. Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

*Email: [email protected]

Abstrak

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menyebabkan kematian. Tindakan keperawatan pada klienhipertensi primer salah satunya adalah meditasi. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi penurunan rerata stres fisik dan psikososiallansia dengan hipertensi primer setelah melakukan meditasi di Panti Sosial Tresna Werdha A dan B, Yogyakarta. Penelitiandengan desain kuasi eksperimen dengan kontrol ini melibatkan 22 sampel untuk masing-masing kelompok. Kelompok intervensimelakukan meditasi sehari sekali selama empat minggu. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Dengan uji t,hasilnya menunjukkan penurunan rerata stres fisik dan psikososial setelah meditasi pada kelompok intervensi lebih banyakdibanding dengan kelompok kontrol. Meditasi dapat menurunkan stres fisik dan psikososial pada lansia dengan hipertensiprimer secara signifikan. Disarankan agar meditasi diterapkan dalam rangka pemberian asuhan keperawatan pada pasien denganhipertensi primer minimal sehari sekali selama 30 menit.

Kata kunci: hipertensi primer, lansia, meditasi, stres

Abstract

Hypertension is one of cardiovascular diseases causing of death. Meditation is one of nursing interventions for patients withprimary hypertension. This research was a quasi experimental using control group design. The purpose of the research wasto identify the decreased of physical and psychosocial stress on primary hypertension of elderly after meditation at PantiSosial Tresna Werdha A and B, Yogyakarta. The size of samples were 44 respondents, consisted of 22 subjects who weretrained on meditation therapy, one time daily for thirty minutes for four weeks and the other respondents were as the controlgroup. The purposive sampling was used as the sampling method. A T-test was employed to examine the differences ofthe mean of physical and psychosocial stress between the intervention and the control groups. The result showed that thereis a decrease of the mean physical and psychosocial stress after meditation between the two groups. The meditationcan decrease physical and psychosocial stress on elderly with primary hypertension significantly. Recommended thatmeditation be applied within order to award the nursing care to patients with primary hypertension at least once a day for30 minutes.

Keywords: primary hypertension, elderly, meditation, stress

Pendahuluan

Latihan meditasi dapat menduplikasi perubahanfisiologis. Meditasi telah berhasil digunakan dalamperawatan dan pencegahan tekanan darah tinggi(hipertensi), penyakit jantung, dan stroke. Telah ter-bukti pula bahwa meditasi dapat mengurangi pikir-an yang obsesif, kecemasan (stres), depresi dan per-musuhan.

O’Hara (2006) telah melakukan penelitian tentangrelaksasi: meditasi dalam rangka untuk menurunkan

tekanan darah. Hasilnya adalah signifikan dan dapatmenurunkan tekanan darah dengan cepat dalam waktu4 – 6 minggu. Akan tetapi, di Indonesia meditasi belumbanyak digunakan di area kesehatan oleh tenaga ke-sehatan. Penggunaan meditasi pada kasus hipertensibelum banyak ditemukan data maupun penelitiannya.

Salah satu studi tentang meditasi yang dilakukanoleh Susana, Hendarsih, dan Majid (2003), yangtelah meneliti tentang teknik meditasi sebagai asuh-an keperawatan penurun stres bagi usia produktifdalam rangka pencegahan penyakit kardiovaskuler,

Page 2: 58-115-2-PB

dengan 59 responden. Kelompok intervensi yangmelakukan meditasi satu kali dalam sepekan se-lama empat minggu mengalami penurunan tekanandarah sistolik sebesar 4 mmHg. Penelitian tersebutmenyarankan bahwa teknik meditasi dapat untukpencegahan penyakit kardiovaskuler (hipertensi)karena dapat menurunkan tekanan sistolik.

Pengobatan hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha(PSTW) A dan B Yogyakarta masih mengacu padastandar pelayanan yang dibuat dan ditetapkan olehdokter setempat dengan pengobatan secara far-makologis. Berdasarkan wawancara dengan petugasdari PSTW tersebut bahwa lansia yang mengalamihipertensi dan telah mendapat pengobatan secarafarmakologis, namun masih mengalami tekanan darahyang naik turun.

Penggunaan terapi nonfarmakologis atau terapikomplementer: meditasi pada perawatan lansiahipertensi belum dilakukan. Bagaimanapun terapifarmakologis yang terus menerus akan berdampakmerugikan bagi kesehatan lansia yang sudah rentan.Oleh karena itu, perlu ditemukan metode non farma-kologis untuk membantu menurunkan hipertensi.

Penelitian ini mengacu pada pertanyaan, yaitu“Bagaimanakah pengaruh meditasi terhadap pe-nurunan stres fisik dan psikososial pada lansiadengan Hipertensi primer?” Tujuan penelitian iniadalah mengidentifikasi penurunan rerata stres fisikdan psikososial lansia dengan hipertensi primersetelah melakukan meditasi di Panti Sosial TresnaWerdha (PSTW) A dan B, Yogyakarta.

Metode

Desain penelitian kuasi eksperimen with pre-post testcontrol group. Kelompok intervensi pada penelitianini adalah lansia dengan hipertensi primer yangmemperoleh terapi kombinasi anti hipertensi danmeditasi yang tinggal di PSTW B Yogyakarta.

Meditasi dilakukan setiap hari selama 30 menit antarapukul 14.00-16.00 WIB selama 4 (empat) minggu.Sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok

lansia dengan hipertensi primer yang hanya mem-peroleh terapi anti hipertensi yang tinggal di PSTWA Yogyakarta.Penentuan sampel diambil secarapurposive sampling di dua panti werdha, yaitu:PSTW A dan PSTW B Yogyakarta.

Kriteria inklusi responden, yaitu lansia yang memili-ki riwayat keluarga hipertensi; didiagnosa hiperten-si (tekanan darah sistolik> 140 mmHg dan atau te-kanan darah diastolik> 90 mmHg) dan memper-oleh terapi farmakologis; mampu melakukan akti-fitas sedang seperti mandi, mencuci pakaian sendiri,piring, gelas dan senam lansia.

Kriteria eksklusif yaitu lansia hipertensi dengan pe-nyakit penyerta (DM, stroke, gagal ginjal); bed-rest; crisis hypertension (tekanan sistolik> 180 mmHgdan atau tekanan diastolik> 120 mmHg), frekuensinadi < 60 x/ menit dan atau > 100 x/ menit.

Setelah ditentukan kelompok intervensi dan kelom-pok kontrol, kemudian dilakukan pengukuran skalastres psikososial pada kelompok intervensi padahari pertama sebelum responden melakukan meditasidan setelah meditasi hari ke 29. Sedangkan padakelompok kontrol pengukuran skala stres psikososialdilakukan hari pertama dan hari ke-29.

Parameter stres psikososial menggunakan skor stresGregson (2007) yang dimodifikasi. Sebelum diguna-kan kuesioner parameter stres psikososial terlebihdahulu dilakukan uji coba pada kelompok lansia diPSTW C Yogyakarta, uji validitas menggunakanPearson dan uji reabilitas menggunakan Alpha –Cronbach didapatkan semua item pertanyaan valid.Uji reliabilitas didapatkan bahwa semua itempertanyaan reliabel.

Pengukuran stres fisik meliputi pengukuran tekan-an darah sistolik dan diastolik, frekuensi denyutnadi, dan frekuensi pernafasan. Pengukuran stres fisikpada kelompok intervensi dilakukan setiap hari,15 menit sebelum meditasi dan 30 menit setelahmeditasi selama empat minggu, sedangkan padakelompok kontrol pengukuran dilakukan setiapSenin, Rabu, dan Jumat selama empat minggu.

58 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 1, Maret 2011; hal 57 - 64

Page 3: 58-115-2-PB

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan analisis.Analisis antara kelompok intervensi dan kelompokkontrol dilakukan dengan uji statistik t.

Hasil

Kelompok intervensi adalah lansia yang dinyatakanmenderita hipertensi primer dan tinggal di PSTWBudi Luhur Yogyakarta yang berjumlah 24 lansia.Dua responden dikeluarkan dari kegiatan peneliti-an karena tidak bersedia melakukan meditasi. Ke-lompok kontrol adalah 22 lansia yang dinyatakanmenderita hipertensi primer dan yang tinggal diPSTW Abiyoso Yogyakarta.

Baik kelompok intervensi maupun kelompok kontroldidapatkan umur terbanyak di atas 70 tahun. Padakelompok intervensi sebagian besar (65,2 %) berumurdi atas 70 tahun. Sedangkan, kelompok kontrol lebihdari separoh (52,2 %) berumur di atas 70 tahun,seperti pada grafik 1.

Dilihat dari distribusi jenis kelamin, baik kelompokintervensi maupun kelompok kontrol lebih banyakperempuan (63,6 %), seperti pada grafik 2.

Pada grafik 3 menunjukkan bahwa sebagian besar(86,36%) tidak merokok baik pada kelompokintervensi maupun pada kelompok kontrol. Sedang-kan grafik 4 menunjukkan sebagian besar (95,5%)tidak mengalami obesitas baik pada kelompokintervensi maupun pada kelompok kontrol.

Tabel 1 memperlihatkan bahwa setelah meditasiselama empat minggu, baik stres fisik maupun strespsikososial mengalami penurunan rerata aspek stres.Meskipun pada kelompok kontrol juga mengalamipenurunan satu aspek yaitu frekuensi nadi, dan strespsikososial. Hasil berdasarkan uji-T yaitu adaperbedaan yang bermakna, baik stres fisik maupunstres psikososial sebelum dan setelah meditasi antarakelompok yang melakukan meditasi dan kelompokyang tidak melakukan (p= 0,00, α= 0,05).

PembahasanKarakteristik Responden

Jenis Kelamin kedua kelompok sebagian besar pe-rempuan. Temuan ini sejalan hasil penelitian olehHasurungan (2002), menemukan bahwa dari 310 oranglansia hipertensi 181 perempuan dan 129 laki-laki.

Penurunan stres fisik dan psikososial melalui meditasi pada lansia hipertensi primer (Harmilah, Elly Nurachmah, Dewi Gayatri) 59

0

2

4

6

8

10

12

14

16

60 -70 tahun > 70 tahun

7

15

10

12

Interven si Kontrol

Grafik 1. Distribusi Umur pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Page 4: 58-115-2-PB

Hipertensi pada lansia lebih banyak terjadi padaperempuan, hal ini terjadi karena adanya tingkat ke-matian awal lebih tinggi pada pria. Selain itu, akibatmenopause perempuan cenderung mengalami te-kanan darah karena menurunnya hormon estrogen(Darmojo, dalam Armilawaty, 2007; Potter & Perry,2000/2005).

Perbedaan Rerata Stres Fisik yang MeliputiTekanan Darah Sistolik dan Diastolik, FrekuensiNadi, dan Frekuensi Pernafasan

Rerata penurunan tekanan darah sistolik dan dias-tolik setelah meditasi berbeda secara signifikan antarakelompok yang melakukan meditasi dengan yangtidak Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa medi-tasi bagi lansia dengan hipertensi primer dapat me-nurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 25 mmHg.

Penelitian ini sejalan Susana, Hendarsih, dan Majid(2003) yang melaporkan meditasi sebagai alter-natif asuhan keperawatan penurun stres bagi usia pro-duktif dalam rangka pencegahan penyakit kardio-vaskuler, ada signifikan bahwa meditasi dapat me-nurunkan tekanan darah sistolik sebesar 4 mmHg.

Penelitian ini secara signifikan menunjukkan bahwatekanan darah diastolik lansia yang melakukan me-ditasi menurun lebih banyak (8,64 mmHg) diban-dingkan dengan yang tidak melakukan meditasi.Penelitian ini sejalan dengan penelitian O’Hara(2006), yang menerangkan bahwa relaksasi medi-tasi secara signifikan dapat menurunkan tekanandarah dengan cepat dalam waktu empat sampai enamminggu.

Rerata penurunan frekuensi nadi setelah meditasiberbeda secara signifikan antara kelompok yangmelakukan meditasi dengan kelompok yang tidakmelakukan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pe-nurunan setelah meditasi baik pada kelompokintervensi maupun kelompok kontrol. Namun, selisihpenurunan nadi secara satistik menunjukkan adaperbedaan yang signifikan antara kelompok inter-vensi dan kelompok kontrol setelah meditasi, reratapenurunan frekuensi nadi pada kelompok intervensisebesar 8,364 kali per menit.

Penelitian lain yang sesuai dengan penelitian iniyaitu penelitian yang dilakukan oleh Benson padatahun 1968 bersama dengan teman sejawatnya,

60 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 1, Maret 2011; hal 57 - 64

Grafik 2.Distribusi Jenis Kelamin Distribusi Umur pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

0

2

4

6

8

10

12

14

Laki-laki Perempuan

8

14

8

14

Intervensi Kontrol

Page 5: 58-115-2-PB

bahwa meditasi mampu melawan dampak fisiologisdari stress (Vaidyanathan, 2005). Meditasi merupa-kan salah satu terapi pilihan yang digunakan untukmengontrol tekanan darah tinggi (Vaidyanathan, 2005).

Tekanan nadi merefleksikan pulsasi alamiah alirandarah arteri. Tekanan nadi menurun sebagai dampakdari penurunan isi sekuncup dan sebaliknya tekan-an sistolik meningkat saat tahanan perifer meningkat(Smeltzer et al, 2008).

Rerata penurunan frekuensi pernafasan setelah me-ditasi berbeda secara signifikan antara kelompokyang melakukan meditasi dengan kelompok yangtidak melakukan. Penelitian ini secara signifikanmenunjukkan bahwa responden yang melakukanmeditasi frekuensi pernafasannya menurun. Penurun-an rerata frekuensi pernafasan pada kelompok inter-vensi sebesar 4,364 kali per menit.

Temuan tersebut sejalan dengan penelitian Susana,Hendarsih, dan Majid (2003), yang menerangkanbahwa meditasi dapat menurunkan frekuensi per-nafasan sebesar 1,5 kali per menit. Penelitian ini di-perkuat oleh pendapat Elliot dan Izzo (2006), yangmenjelaskan bahwa meditasi akan menstimulasi me-kanoreseptor pulmoner, sehingga tidal volume me-

ningkat. Tidal volume meningkat akan diikuti denganpernafasan lambat dan akan mempengaruhi baro-reseptor kardiopulmoner untuk menghambat kerjasistem saraf simpatis.

Perbedaan Rerata Stres Psikososial SetelahMeditasi pada Kelompok Intervensi danKelompok Kontrol

Rerata skor stres psikososial setelah meditasi ber-beda secara signifikan antara kelompok yangmelakukan meditas dengan kelompok yang tidakmelakukan. Penurunan rerata skor stres psikoso-sial setelah meditasi pada kelompok yang melaku-kan meditasi sebanyak 6,36.

Sedangkan penurunan stres psikososial pada ke-lompok kontrol rerata sebesar 0,6818. Hal tersebutmenunjukkan bahwa adanya penurunan skor strespsikososial pada kelompok yang melakukan medi-tasi tersebut. Arti nya, meditasi terbukti bergunauntuk menurunkan stres psikososial, khususnyapada lansia dengan hipertensi primer. Apabila me-rujuk skor stres psikososial menurut Gregson (2007),bahwa memang setelah melakukan meditasi ke-lompok intervensi berada pada keadaan tidak stres(eustress).

Penurunan stres fisik dan psikososial melalui meditasi pada lansia hipertensi primer (Harmilah, Elly Nurachmah, Dewi Gayatri) 61

Grafik 3. Distribusi Berdasarkan Status Perokok Distribusi Umur pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

02468

101214161820

M erokok T idak merokok

3

19

3

1 9

Interven si Kon trol

Page 6: 58-115-2-PB

Namun, apabila tidak melakukan meditasi ke-mungkinan kelompok intervensi dapat kembali kekeadaan stres (skor stres psikososial lebih dari 30)dan dapat berlanjut ke stress yang kronis. Hal ituakan berkontribusi terjadinya peningkatan tekanandarah, apalagi pada lansia yang sudah menderitahipertensi. Ini diperparah bila ada faktor lain sepertiperasaan terisolisir dari keluarga, kesepian, dan se-bagainya.

Fakta ini didukung penelitian Hasurungan (2002),yang menemukan bahwa responden yang stres tinggiberpeluang mengalami hipertensi 3,02 kali diban-dingkan dengan derajat stres rendah. Sedangkan res-ponden dengan derajat stres sedang berpeluang me-ngalami hipertensi 2,47 kali dibandingkan denganyang derajat stres rendah.

Menurut Gregson (2007), Hawari (2001), dan Potterdan Perry (2000/2005), bahwa stres mengakibatkanpengeluaran epinefrin dan nor epinefrin berlebihan.Hal tersebut menstimulasi sistem saraf simpatis me-rangsang pembuluh darah sebagai respons rang-sang emosi, kemudian kelenjar adrenal juga te-

rangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas vaso-kontriksi yang mempengaruhi respon pembuluhdarah terhadap rangsang vasokonstriksi. Indiv-idu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap nor-epinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelasmekanisme tersebut. Hal ini akan memicu pening-katan tekanan darah yang tidak terkendali (Vita-health, 2007).

Asuhan keperawatan pada klien hipertensi primerberfokus pada menurunkan dan mengontrol tekan-an darah tanpa efek samping dan tanpa menambahbiaya. Perawat perlu menekankan konsep bahwamengontrol hipertensi lebih baik dari pada meng-obati. Meditasi bisa mengurangi stres mental danjuga secara teratur bisa membantu mengendalikanhipertensi. Metode ini bisa meningkatkan tolerasiterhadap stres psikologis. Efek meditasi bisa dilihatsetelah deapan minggu mempraktekkannya secarateratur (Ramaiah, 2007).

Penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan skorstres psikososial secara signifikan pada lansia yangmelakukan meditasi dibanding dengan yang tidak.

62 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 1, Maret 2011; hal 57 - 64

0

5

10

15

20

25

Obesitas Tidak Obesitas

1

21

1

21

Intervensi Kontrol

Grafik 4. Distribusi Berdasarkan Status Obesitas Distribusi Umur pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Page 7: 58-115-2-PB

Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yangmenyatakan bahwa meditasi bisa mengurangi stresmental dan membantu mengendalikan hipertensi.Metode ini bisa meningkatkan toleransi terhadapstres psikologis.

Meditasi diketahui dapat membantu menurunkantekanan darah, stres, depresi, kecemasan pada klienyang mengalami hipertensi dan klien yang meng-alami stres. Hal ini karena meditasi dapat menekanpengeluaran hormon yang dapat meningkatkan te-kanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan, yaituepinefrin, kortisol, steroid dan aldosteron (Ramaiah,2007).

Penelitian ini juga sesuai pendapat Dorbyk (2007),bahwa meditasi bisa menenangkan otak danmemperbaiki atau memulihkan tubuh. Meditasi se-cara terartur dapat menurunkan stress dan depresi.Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian danrekomendasi dari Bonadonna (2008) yang telahmeneliti tentang dampak meditasi pada penyakitkronis pada pasien kanker, fibromyalgia, hipertensi,dan psoriasi. Hasilnya menunjukkan bahwa adanyapenurunan gejala dan tanda fisik dan psikologis,meliputi penurunan kecemasan, nyeri, depresi danstres. Penelitian ini menyarankan meditasi bagi kliendengan penyakit kronis.

Teknik meditasi merupakan metoda utama yang di-gunakan untuk mengurangi stres. Meditasi merupa-

kan suatu kondisi yang rileks untuk konsentrasipada kejadian realitas yang sedang berlangsung, atausuatu kondisi yang pikiran bebas dari segala macampikiran, atau suatu kondisi yang bebas dari semuayang melelahkan dan berfokus pada Tuhan atausuatu konsentrasi yang tinggi (Vitahealth, 2006).Hal ini ditunjukkan oleh kenyataan bahwa selamaperiode stres, tubuh melepaskan hormon epinefrin(adrenalin) dan kortisol, yang bisa meningkatkantekanan darah (hipertensi) karena terjadi penyem-pitan pembuluh darah dan meningkatnya denyutjantung (Sheps, 2002).

Stres berkepanjangan menyebabkan resistensi dankepayahan, untuk itu salah satu upaya untuk mem-pertahankan tekanan darah tetap terkontrol adalahdengan mengelola stres (Gregson, 2007; NationalSafety Council, 2004). Stres kronis ini dapatmeningkatkan tekanan darah (Whitaker, 2000).

Penelitian ini sesuai penelitian Dhar (2008) padaindividu yang secara rutin melakukan meditasimenunjukkan adanya penurunan frekuensi nadi,tekanan darah, pernafasan dan berat badan. Padapemeriksaan darah didapatkan penurunan guladarah dan serum kolesterol dan meningkatkan ka-dar protein darah. Setelah sepuluh hari melakukanmeditasi dapat meningkatkan neurohumours danenzim seperti asetikolin, katekolamin, kolinesterase,dan monoamin oksidase dengan cara menurunkankortisol dalam plasma.

Penurunan stres fisik dan psikososial melalui meditasi pada lansia hipertensi primer (Harmilah, Elly Nurachmah, Dewi Gayatri) 63

Tabel 1. Rerata Penurunan Stres Fisik dan Stres Psikososial pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

*Bermakna / signifikan pada α < 0,05

Variabel Kelompok Rerata SD T p

Stres Fisik - TD Sistolik Intervensi 25,00 14,392 - 4,944 0,000* Kontrol - 0,45 19,390 - TD Diastol Intervensi 8,64 10,372 -3,248 0,002* Kontrol - 1,82 10,970 - Nadi Intervensi 8,36 8,786 -2,795 0,008* Kontrol 2,18 5,517 - Pernafasan Intervensi 4,364 2,441 -8,287 0,000* Kontrol -1,636 0,503 Stres Psikososia l Intervensi 6,364 5,251 - 4,270 0,000* Kontrol 0,682 3,372

Page 8: 58-115-2-PB

Kesimpulan

Penelitian ini telah mengidentifikasi penurunan stresfisik dan psikososial pada kelompok yang melaku-kan meditasi dibanding dengan yang tidak melaku-kan meditasi. Hasil penelitian ini merekomendasikanagar perawat lebih memahami berbagai terapi kom-plementer termasuk meditasi. Terapi komplemen-ter ini akan mengoptimalkan hasil dari terapi kon-vensional tanpa menimbulkan efek yang merugikan,khususnya pada kelompok lansia yang rentan meng-alami masalah kesehatan. Pengelola panti werdhajuga sebaiknya memahami tentang meditasi sehing-ga dapat memfasilitasi lansia dengan hipertensiprimer untuk melakukannya secara teratur (TG,ENT, INR).

ReferensiArmilawaty, Amalia, H., & Amiruddin, R. (2007).

Hipertensi dan faktor resikonya dalam kajianepidemiologi . Diperoleh dari http://ridwana mir uddin . wordp r es s . com/ 2 0 0 7 / 12 / 0 8 /hipertensidan-faktor-resikonya-dalam-kajian-epidemiologi.

Bonadonna, R. (2003). Meditation’s impact onchronic illness. Holistic nursing practice, 17(6), 309-319.

Dhar, H.L. (2008). Meditation as Medicine. BombayHospital Journal, 50 (4), 620-624.

Dorbyk A. A., (2007). Meditation to relieve stress:The connection between mindand body.Diperoleh dari http://www.selfgrowth.com/articles/Dorbyk4.html.

Elliott, W.J., & Izzo, J.L., (2006). Device-guidedbreathing to lower blood pressure: Case reportandclinical overview. Medscape General Medicine,8 (3), 23. (PMCID: PMC1781326).

Gregson, T. (2007). Life without stress mengajaridiri Anda sendiri mengelola stres (Pener-jemah Eriawan Ahada). Jakarta: PT PrestasiPustakakaraya.

Hawari, D. (2001). Manajemen stres, cemas dandepresi. Jakarta: Balai Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia.

Hasurungan, S.J. (2002). Faktor-faktor yangberhubungan dengan hipertensi pada lansiadi Kota Depok tahun 2002 (Tesis master, tidakdipublikasikan). Universitas Indonesia, Jakarta.

Vaidyanathan, K. (2005). Yoga as a moderatoron the effects of stress on hypertension.Undergraduate Research Journal for theHuman Sciences, 4. (ISBN 1-929083-13-0).Diperoleh dari http://www.kon.org.html.

National Safety Council. (2004). Manajemen stres(stress management). National Safety Council.(Alih Bahasa P. Widyastuti). Jakarta: EGC.

O’Hara, D. (2006). Just breathe easy: How slowbreathing lowers blood pressure and relieves,anxiety and anger disorders.Diperoleh darihttp://EzineArticles.com/?expert=David_O'Hara.

Potter P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku SakuKetrampilan dan Prosedur Dasar (edisi 3).Jakarta: EGC (Buku asli diterbitkan 2000).

Ramaiah, S. (2007). All you wanted to know abouthypertension: Metode praktis untuk meng-hadapi hipertensi dengan perpaduan ilmuBarat dan Timur. Jakarta: PT Bhuana Ilmu PopulerKelompok Gramedia.

Sheps, S.G. (2002). Mayo Clinic on high bloodpressure: Taking charge of your hypertension.(2nd Ed.). Rochester : Mayo Clinic HealthInformation.

Smeltzer, S.C., Bare., B.G.., Hinkle, J.L. & Cheever,K.H. (2008). Textbook of medical-surgicalnursing Brunner & Suddarth’s (11th Ed.).Philadhelpia: Lippincott Williams & Wilkins,a Wolter Kluwer bussiness.

Susana S.A., Hendarsih, S., Majid, A. (2003).Teknik meditasi sebagai alternatif asuhankeperawatan penurun stress bagi usia produk-tif dalam rangka pencegahan penyakitkardiovaskuler di Poltekkes Yogyakarta(Laporan Penelitian, tidak dipublikasikan).Poltekkes Yogyakarta, Jawa Tengah.

Vitahealth. (2006). Hipertensi. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.

Whitaker, J. (2000). Reversing Hypertension. NewYork, NY: Warner Books, Inc.

64 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 1, Maret 2011; hal 57 - 64