??

13
I. Penyimpangan Demokrasi yang Berjalan di Indonesia Unggul ZR Wicaksono 1. Demokrasi Perlementer (Liberal) Demokrasi Perlementer di pemerintahan kita telah dipraktekkan pada masa berlakunya UUD 1945 periode pertama (1945- 1949) kemudian dilanjutkan pada masa berlakunya Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949 dan UUDS 1950. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer tersebut secara yuridis resmi berakhir pada tanggal 5 juli 1959 bersamaan dengan pemberlakuan kembali UUD 1945. Pada masa berlakunya Demokrasi Parlementer (1945-1959), kehidupan politik dan pemerintahan tidak stabil,sehingga program pembangunan dari suatu pemerintahan tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan berkeseimbangan. Salah satu penyebab ketidakstabilan tersebut adalah sering bergantinya pemerintahan yang bertugas sebagai pelaksana pemerintahan. Suatu pertanyaan Mengapa dalam sistem pemerintahan parlementer, pemerintahan sering diganti ? Hal ini terjadi karena dalam negara demokrasi dengan sistem pemerintahan parlementer,kedudukan negara berada di bawah DPR dan keberadaanya sangat tergantung pada dukungan DPR,dan pemerintahan lain adalah timbulnya perbedaan pendapat yang sangat mendasar di antara partai politik yang ada saat itu. Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan : Dominannya partai politik Landasan sosial ekonomi yang masih lemah

description

??

Transcript of ??

Page 1: ??

I. Penyimpangan Demokrasi yang Berjalan di Indonesia

Unggul ZR Wicaksono

1. Demokrasi Perlementer (Liberal)

Demokrasi Perlementer di pemerintahan kita telah dipraktekkan pada

masa berlakunya UUD 1945 periode pertama (1945-1949) kemudian

dilanjutkan pada masa berlakunya Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949 dan

UUDS 1950. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer tersebut secara yuridis

resmi berakhir pada tanggal 5 juli 1959 bersamaan dengan pemberlakuan

kembali UUD 1945.

Pada masa berlakunya Demokrasi Parlementer (1945-1959),

kehidupan politik dan pemerintahan tidak stabil,sehingga program

pembangunan dari suatu pemerintahan tidak dapat dilaksanakan dengan

baik dan berkeseimbangan. Salah satu penyebab ketidakstabilan tersebut

adalah sering bergantinya pemerintahan yang bertugas sebagai pelaksana

pemerintahan. Suatu pertanyaan Mengapa dalam sistem pemerintahan

parlementer, pemerintahan sering diganti ? Hal ini terjadi karena dalam

negara demokrasi dengan sistem pemerintahan parlementer,kedudukan

negara berada di bawah DPR dan keberadaanya sangat tergantung pada

dukungan DPR,dan pemerintahan lain adalah timbulnya perbedaan pendapat

yang sangat mendasar di antara partai politik yang ada saat itu.

Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal

disebabkan :

Dominannya partai politik

Landasan sosial ekonomi yang masih lemah

Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti

UUDS 1950

atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan

Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Bubarkan konstituante

Page 2: ??

Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950

Pembentukan MPRS dan DPAS

2. Demokrasi Terpimpin

Kegagalan konstituante dalam menetapkan UUD baru, yang diikuti

suhu dan situasi politik yang memanas dan membahayakan keselamatan

bangsa dan Negara,maka pada tanggal 5 juli 1959 Presiden Soekarno

mengeluarkan Dekrit Presiden.Dekrit Presiden dipandang sebagai usaha

untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik melalui pembentukan

kepemimpinan yang kuat. Untuk mencapai hal tersebut, di Negara kita saat

itu digunakan Demokrasi Terpimpin.

Mengapa lahir Demokrasi Terpimpin? Demokrasi Terpimpin lahir dari

keinsyafan, kesadaran, dan keyakinan terhadap keburukan yang diakibatkan

oleh praktik Demokrasi Parlementer (liberal) yang melahirkan terpecahnya

masyarakat, baik dalam kehidupan politik maupun dalam tatanan kehidupan

ekonomi.

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:

Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak

yang dipenjarakan

Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh

presiden dan presiden membentuk DPRGR

Jaminan HAM lemah

Terjadi sentralisasi kekuasaan

Terbatasnya peranan pers

Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok

Timur)

Terjadinya peristiwa pemberontakan G 30 September 1965

oleh PKI.

Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di

bawah MPR. Akan tetapi, kenyataannya bertentangan

dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk kepada Presiden.

Page 3: ??

Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan

Presiden No. 2 Tahun 1959. Tindakan tersebut

bertentangan dengan UUD 1945 karena Berdasarkan UUD

1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga

tertinggi negara harus melalui pemilihan umum sehingga

partai-partai yang terpilih oleh rakyat memiliki anggota-

anggota yang duduk di MPR.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955

dibubarkan karena DPR menolak RAPBN tahun 1960 yang

diajukan pemerintah. Presiden selanjutnya menyatakan

pembubaran DPR dan sebagai gantinya presiden

membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong

(DPR-GR).

Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk

berdasarkan Penetapan Presiden No.3 tahun 1959.

Lembaga ini diketuai oleh Presiden sendiri. Keanggotaan

DPAS terdiri atas satu orang wakil ketua, 12 orang wakil

partai politik, 8 orang utusan daerah, dan 24 orang wakil

golongan. Tugas DPAS adalah memberi jawaban atas

pertanyaan presiden dan mengajukan usul kepada

pemerintah.

Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden

No.13 Tahun 1959. Front Nasional merupakan sebuah

organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita

proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD

1945.

Tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk kabinet Kerja.

Sebagai wakil presiden diangkatlah Ir. Juanda. Hingga

tahun 1964 Kabinet Kerja mengalami tiga kali perombakan

(reshuffle).

Page 4: ??

Perbedaan ideologi dari partai-partai yang berkembang masa

demokrasi parlementer menimbulkan perbedaan

pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan

bernegara yang berdampak pada terancamnya persatuan

di Indonesia.

Adanya ajaran RESOPIM. Tujuan adanya ajaran RESOPIM

(Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan Pimpinan Nasional)

adalah untuk memperkuat kedudukan Presiden Sukarno.

Ajaran Resopim diumumkan pada peringatan Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia ke-16.

3. Demokrasi Pancasila pada Era Orde Baru

Latar belakang munculnya Demokrasi Pancasila adalah adanya

berbagai penyelewengan dan permasalahan yang dialami bangsa Indonesia

pada masa berlakunya Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Terpimpin.

Kedua jenis demokrasi tersebut tidak cocok diterapkan di Indonesia yang

bernapaskan kekeluargaan dan gotong royong. Sejak lahirnya Orde Baru,

diberlakukan Demokrasi Pancasila, sampai saat ini. Secara konseptual,

Demokrasi Pancasila masih dianggap dan dirasakan paling cocok diterapkan

di Indonesia. Demokrasi Pancasila bersumberkan pada pola pikir dan tata

nilai sosial budaya bangsa Indonesia, dan menghargai hak individu yang

tidak terlepas dari kepentingan sosial.

Demokrasi Pancasila mengandung arti bahwa dalam menggunakan

hak-hak demokrasi haruslah di sertai rasa tanggung jawab kepada Tuhan

Yang Maha Esa menurut agama dan kepercayaan masing-masing,

menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan martabat dan

harkat manusia, haruslah menjamin persatuan dan kesatuan bangsa, dan

harus dimanfaatkan untuk mewujudkan keadilan sosial. Jadi, Demokrasi

Pancasila berpangkal dari kekeluargaan dan gotong royong. Semangat

kekeluargaan itu sendiri sudah lama dianut dan berkembang dalam

masyarakat Indonesia, khususnya di masyarakat pedesaan.

Page 5: ??

Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini

dianggap gagal sebab:

Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada

Rekrutmen politik yang tertutup

Pemilu yang jauh dari semangat demokratis

Pengakuan HAM yang terbatas

Tumbuhnya KKN yang merajalela

Pada tahun 1960 presiden membubarkan DPR hasil pemilu,

sedangkan dalam penjelasan UUD ditentukan bahwa

presiden tidak mempunyai wewenanguntuk membubarkan

DPR

Penyelenggaraan pemilu yang tidak jujur dan tidak adil.

Pengekangan kebebasan berpolitik bagi pegawai Negeri Sipil

(PNS) kekuasaan kehakiman (yudikatif) yang tidak

mandiri / tidak independen karena para hakim adalah

anggota PNS Departemen Kehakiman

Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat.

Sistem kepartaian yang tidak otonomi dan berat sebelah.

Maraknya praktik kolusi ,korupsi dan nepotisme diberbagai

bidang

Menteri-menteri dan Gubernur diangkat menjadi anggota

MPR

Organisasi sosial dipegang/dipangku oleh para pejabat

birokrasi.

4. Demokrasi Pada Era Reformasi

Reformasi suatu orde untuk melakukan perubahan untuk

demokratisasi dalam segala bidang kehidupan, diantara bidang kehidupan

yang menjadi sorotan utama adalah dibidang Politik, Ekonomi, Hukum.

Perubahan yang terjadi pada era orde reformasi ini adalah dilakukakan

Page 6: ??

secara bertahap, oleh karena konsep reformasi tidak sama dengan konsep

revulosi yang berkonotasi suatu perubahan total dan mendasar pada semua

sektor atau komponen dalam suatu sistem politik yang mengarah kepada

sistem kekerasan.

Menurut Hutington bahwa reformasi mengandung suatu arti

“perubahan yang mengarah pada persamaan politik Negara,ekonomi lebih

merata,perluasan basis partisipasi politik rakyat”Reformasi yang

dilaksanakan di Negara kita Indonesia sasaran utamanya adalah suatu upaya

meningkatkan partisipasi politik rakyat dalam kehidupan bermasyarakat

berbangsa dan bernegara.

Masalah pada saat demokrasi reformasi sangat beragam, atara lain :

Institusi-institusi demokrasi telah dikuasai (kembali) oleh

kalangan elite; sementara para aktivis pro-demokrasi yang

dulu merebutnya dari Orde Baru tetap berada pada posisi

marginal. Demokrasi liberal ternyata hanya menguntungkan

kalangan elite, dan menjadi suatu bentuk demokrasi elitis –

untuk tidak menyebutnya oligarki liberal;

Korupsi terus tidak tertanggulangi, bahkan makin merajalela

sampai ke tingkat lokal. Sementara desentralisasi berpotensi

menyebabkan munculnya kekuasaan bos-lokal yang pada

gilirannya berpotensi menjadi kaki-tangan berbagai kekuatan

sentralistis yang berada di Jakarta, Tokyo, New York, London

dan pusat-pusat kekuasaan ekonomi politik.

Depolitisasi masyarakat sipil masih terus berlangsung dengan

menguatnya suasana anti-politik yang terus meluas.

Partisipasi memang tumbuh subur, tetapi perluasan

partisipasi tampaknya tidak berbanding lurus dengan

perubahan hubungan-hubungan kekuasaan yang

Page 7: ??

memungkinkan rakyat banyak menikmati sumber-sumber

daya politik dan ekonomi.

II. Kasus-Kasus Penyimpangan dan Kegagalan Demokrasi Di

Indonesia.

Indonesia tengah dilanda berbagai masalah yang kompleks. Sistem

demokrasi yang seyogyanya menghasilkan masyarakat yang bebas dan

sejahtera, tidak terlihat hasilnya, malah kenyataannya bertolak belakang.

Berikut ini adalah beberapa fenomena kegagalan demokrasi di Indonesia.

A. Pertama, Presiden tidak cukup kuat untuk menjalankan

kebijakannya.

Presiden dipilih langsung oleh rakyat. Ini membuat posisi

presiden presiden kuat dalam ati sulit untuk digulingkan. Namun, di

parlemen tidak terdapat partai yang dominan, termasuk partai yang

mengusung pemerintah. Ditambah lagi peran lagislatif yang besar

pasca reformasi ini dalam menentukan banyak kebijakan presiden.

Dalam memberhentikan menteri misalnya, presiden sulit untuk

memberhentikan menteri karena partai yang “mengutus” menteri

tersebut akan menarik dukungannya dari pemerintah dan tentunya

akan semakin memperlemah pemerintah. Hal ini membuat presiden

sulit mengambil langkah kebijakannya dan mudah di-“setir” oleh

partai.

B. Kedua, rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat justru di

tengah kebebasan demokrasi.

Tingkat kesejahteraan menurun setelah reformasi, yang justru

saat itulah dimulainya kebebasan berekspresi, berpendapat, dll. Ini

aneh mengingat sebenarnya tujuan dari politik adalah kesejahteraan.

Demokrasi atau sistem politik lainnya hanyalah sebuah alat. Begitu

Page 8: ??

pula dengan kebebasan dalam alam demokrasi, hanyalah alat untuk

mencapai kesejahteraan.

C. Ketiga, tidak berjalannya fungsi partai politik.

Fungsi partai politik paling tidak ada tiga: penyalur aspirasi

rakyat, pemusatan kepentingan-kepentingan yang sama, dan sarana

pendidikan politik masyarakat. Selama ini dapat dikatakan ketiganya

tidak berjalan. Partai politik lebih mementingkan kekuasaan daripada

aspirasi rakyat.Fungsi partai politik sebagai pemusatan kepentingan-

kepentingan yang sama pun tidak berjalan mengingat tidak adanya

partai politik yang konsisten dengan ideologinya.

Partai politik sebagai sarana pendidikan politik masyarakat lebih

parah. Kita melihat partai mengambil suara dari masyarakat bukan

dengan pencerdasan terhadap visi, program partai, atau kaderisasi.

Melainkan dengan uang, artis, kaos, yang sama sekali tidak

mencerdaskan malah membodohi masyarakat.

D. Keempat, ketidakstabilan kepemimpinan nasional.

Jika kita cermati, semua pemimpin bangsa ini mualai dari

Soekarno sampai Gus Dur, tidak ada yang kepemimpinannya berakhir

dengan bahagia. Semua berakhir tragis alias diturunkan. Ini

sebenarnya merupakan dampak dari tidak adanya pendidikan politik

bagi masyarakat. Budaya masyarakat Indonesia tentang pemimpinnya

adalah mengharapkan hadirnya “Ratu Adil” yang akan menyelesaikan

semua masalah mereka. Ini bodoh. Masyarakat tidak diajari bagaimana

merasionalisasikan harapan-harapan mereka. Mereka tidak diajarkan

tentang proses dalam merealisasikan harapan dan tujuan nasional.

Hal ini diperburuk dengan sistem pemilihan pemimpin yang ada

sekarang (setelah otonomi), termasuk pemilihan kepala daerah yang

Page 9: ??

menghabiskan biaya yang mahal. Calon pemimpin yang berkualitas

namun tidak berduit akan kalah populer dengan calon yang tidak

berkualitas namun memiliki uang yang cukup untuk kampanye besar-

besaran, memasang foto wajah mereka besar-besar di setiap

perempatan. Masyarakat yang tidak terdidik tidak dapat memilih

pemimpin berdasarkan value.

E. Kelima, birokrasi yang politis, KKN, dan berbelit-belit.

Birokrasi semasa orde baru sangat politis. Setiap PNS itu Korpri

dan wadah Korpri adalah Golkar. Jadi sama saja dengan PNS itu Golkar.

Ini berbahaya karena birokrasi merupakan wilayah eksekusi kebijakan.

Jika birokrasi tidak netral, maka jika suatu saat partai lain yang

memegang pucuk kebijakan, maka dia akan sulit dalam menjalankan

kebijakannya karena birokrasi yang seharusnya menjalankan kebijakan

tersebut memihak pada partai lain. Aknibatnya kebijakan tinggal

kebijakan dan tidak terlaksana. Leibih parahnya, ini dapat memicu

reformasi birokrasi besar-besaran setiap kali ada pergantian

kepemimpinan dan tentunya ini bukanlah hal yang baik untuk

stabilitas pemerintahan. Maka seharusnya birokrasi itu netral.

Banyak sekali kasus KKN dalam birokrasi. Contoh kecil adalah

pungli, suap, dll. Ini menjadi bahaya laten karena menimbulkan

ketidakpercayaan yang akut dari masyarakat kepada pemerintah.

Selain itu berdampak pula pada iklim investasi. Investor tidak berminat

untuk berinvestasi karena adanya kapitalisasi birokrasi.

Hal di atas mendorong pada birokrasi yang tidak rasional. Kinerja

menjadi tidak professional, urusan dipersulit, dsb. Prinsip yang

digunakan adalah “jika bisa dipersulit, buat apa dipermudah”.

F. Keenam, banyaknya ancaman separatisme.

Page 10: ??

Misalnya Aceh, Papua, RMS, dll. Ini merupakan dampak dari

dianaktirikannya daerah-daerah tersebut semasa orde baru, yang

tentunya adalah kesalahan pemerintah dalam “mengurus anak”.

Tentunya ini membuat ketahanan nasional Indonesia menjadi lemah,

mudah diadu domba, terkurasnya energi bangsa ini, dan mudah

dipengaruhi kepentingan asing.

Page 11: ??

Sumber Referensi :

Asri, Tapa M, 2009.Perjalanan Demokrasi di Indonesia. Makassar:

Universitas Veteran Republik Indone