55b71bfebb61eb3e448b4586

download 55b71bfebb61eb3e448b4586

of 3

description

tralalalalalalalaalalalala

Transcript of 55b71bfebb61eb3e448b4586

  • SINTESIS 1-BROMOBUTANA

    PEMBAHASAN

    Pada percobaan ini akan dilakukan sintesis 1-bromobutana yang berasal dari 1-butanol

    dan natrium bromida dalam kondisi asam. Reaksi sintesis 1-bromobutana ini menggunakan

    reaksi substitusi nukleofilik SN2, di mana gugus OH pada alkohol digantikan dengan suatu ion

    halide (Br-).

    NaBr yang berbentuk serbuk perlu dilarutkan terlebih dahulu dengan akuades. Hal ini

    bertujuan agar saat direaksikan dengan 1-butanol dapat lebih cepat. Reaksi yang terjadi dalam

    sintesis 1-bromobutana ini berlangsung dalam kondisi asam, sehingga perlu ditambahkan asam

    sulfat pekat untuk menciptakan suasana asam dalam larutan. namun, larutan perlu didinginkan

    terlebih dahulu untuk menurunkan suhunya. Pendinginan larutan ini bertujuan agar

    menghindari peningkatan suhu yang terlalu tinggi akibat penambahan asam sulfat pekat karena

    reaksi berjalan secara eksoterm. Hal itu dikarenakan asam sulfat pekat merupakan senyawa

    pengoksidasi yang dapat terjadi pada suhu yang tinggi. Sehingga saat penambahannya

    memungkinkan suhu akan meningkat. Selain itu, pendinginan ini dimaksudkan untuk

    mengurangi hasil samping yang dapat terjadi.

    Larutan asam sulfat pekat ditambahkan jika suhu larutan sekitar 5:C. Penambahan

    dilakukan sambil larutan terus diaduk dengan pengaduk magnet agar larutan cepat tercampur.

    Selain itu, penambahannya juga harus perlahan-lahan (tetes per tetes) untuk menstabilkan

    suhu larutan tidak meningkat secara drastis (agar labu tidak meledak karena suhu meningkat

    terlalu tinggi) karena reaksi yang terjadi dengan adanya asam sulfat merupakan reaksi

    eksotermis (suhu dijaga di bawah 15:C). Labu alas bulat juga harus ditutup saat penambahan

    asam sulfat karena asam sulfat bersifat volatil, sehingga untuk menghindari terbuangnya asam

    sulfat yang menguap.

    Proses reaksi antara NaBr dengan 1-butanol dalam kondisi asam tersebut dilakukan

    dengan refluks karena campuran tersebut berupa campuran senyawa organik di mana pada

    umumnya reaksi-reaksi senyawa organik berjalan begitu lambat pada suhu ruang, sehingga agar

    campuran tersebut bereaksi lebih cepat maka dilakukan pemanasan pada suhu tinggi

    (eksotermis). Selain itu, senyawa yang digunakan bersifat volatil, sehingga jika menggunakan

    pemanasan biasa dapat menyebabkan pembentukan uap yang akan mengurangi hasil

    kuantitatif reaksi tersebut. Oleh karena itu, pemanasan digunakan refluks agar uap

    yang terbentuk dapat dikondensasi kembali menjadi larutan. Refluks dapat

    mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan tetapi tidak mengurangi jumlah zat yang ada.

    Selain itu, penggunaan refluks juga untuk menyempurnakan reaksi yang terjadi.

    Saat proses refluks, larutan tetap diaduk menggunakan pengaduk magnet. Selain untuk

    menjadikan larutan homogen, pengaduk magnet juga digunakan untuk meratakan panas

  • sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan. Panas larutan yang tidak

    merata dapat menyebabkan superheated pada bagian tertentu yang berdampak ledakan

    (bumping).

    Persamaan reaksi dan mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

    Pada percobaan ini menggunakan reaksi substitusi nukleofilik SN2. Gugus pergi pada

    reaksi substitusi harus berupa basa yang cukup lemah. Sebagai reaktan utama, gugus OH pada

    alcohol jika dalam kondisi netral atau basa merupakan gugus pergi yang jelek karena

    merupakan basa yang kuat. Oleh sebab itu, agar reaksi substitusi SN2 dapat terjadi, maka harus

    berlangsung dalam kondisi asam. Dalam larutan asam, alcohol diprotonkan di mana reaksi

    merupakan reaksi kesetimbangan asam basa dengan alcohol yang bertindak sebagai basa,

    sehingga terbentuk suatu ion oksonium. Ion oksinium tersebut mengandung OH2+ yang

    merupakan gugus pergi yang baik karena gugus tersebut dapat dilepas sebagai air (suatu basa

    sangat lemah). Dengan demikian, Br- yang bertindak sebagai nukleofil dapat menggantikan

    molekul air untuk menghasilkan 1-bromobutana.

    Proses refluks akan menjadikan senyawa bereaksi yang kemudian menghasilkan larutan

    dengan dua fase. Larutan tersebut kemudian ditambahkan dengan akuades untuk memisahkan

    larutan organic yang terbentuk dari lapisan airnya. Larutan dipisahkan menggunakan corong

    pisah, di mana pada corong pisah terbentuk dua lapis larutan. lapisan atas merupakan lapisan

    air berwarna kuning (mengandung air dan hasil samping lainnya), sedangkan lapisan bawah

    merupakan lapisan organiknya yang berwarna bening. Lapisan organic berada di bawah karena

    senyawa 1-bromobutana yang berada dalam lapisan organic memiliki berat jenis lebih besar

    dibandingkan air (berat jenis 1-bromobutana 1,276 g/ml, sedangkan berat jenis air 0,99 g/ml).

    Lapisan bawah yang diperoleh masih belum mengandung 1-bromobutana saja,

    melainkan masih mengandung senyawa yang lainnya. Sehingga, untuk memperoleh 1-

    bromobutana yang merupakan produk utama dari reaksi tersebut maka perlu dilakukan proses

    distilasi. Saat proses distilasi berlangsung, larutan tersebut dipanaskan di mana suhu

  • pemanasan larutan harus selalu dijaga agar suhu berada diantara 97 - 98:C. Suhu tersebut

    merupakan suhu yang mendekati titik didih dari 1-bromobutana (101,4:C). Saat suhu telah

    mencapai 97 - 98:C, senyawa 1-bromobutana akan menguap dan uapnya akan terkondensasi

    pada pendingin Liebig, sehingga akan keluar kembali sebagai cairan yang ditampung pada gelas

    Erlenmeyer. Distilat yang keluar pada suhu tersebut telah spesifik senyawa 1-bromobutana.

    Larutan distilat yang diperoleh kemudian ditambahkan NaSO anhidrat. NaSO

    anhidrat merupakan serbuk putih, yang bertujuan untuk mengikat sisa-sisa air dalam senyawa

    1-bromobutana, sehingga hasil yang diperoleh diharapkan merupakan 1-bromobutana yang

    sudah tidak mengandung air. Hal tersebut dapat terjadi karena sifat NaSO anhidrat yang

    higroskopis dan berfungsi sebagai pengering. Adanya proses pengikatan air oleh Na2SO4

    ditandai dengan adanya gumpalan putih yang berada di dasar gelas, sampai NaSO anhidrat

    tidak larut. Setelah itu, larutan disaring untuk memisahkan larutan 1-bromobutana dengan

    NaSO anhidrat.

    Berdasarkan hasil percobaan diperoleh larutan cair senyawa 1-bromobutana berwarna

    bening dengan massa 5,23 gram dan volume 4,8 ml. Sehingga, dapat diperoleh massa jenisnya

    1,09 g/ml dan rendemennya 29,152%. Sementara itu, uji kemurnian 1-bromobutana dilakukan

    dengan melakukan uji indeks bias, di mana diperoleh indeks biasnya 1,3554 pada suhu 31:C.

    Data teoritis dari 1-bromobutana yakni berat jenisnya 1,276 g/ml dan indeks biasnya 1,439

    pada suhu 20:C. Sehingga, senyawa 1-bromobutana yang diperoleh sudah hampir mendekati

    dengan data teoritisnya.