53929772-fffffffff

48
MAKALAH MALPRAKTEK “ Kebocoran Usus Akibat Operasi” Disusun Guna Memenuhi Tugas Mid Semester II Mata Kuliah Etika Keperawatan PEMBIMBING: SITI LESTARI, MN DISUSUN OLEH : Betti Sari Nastiti P 27220010 048 KEMENTRIAN KESEHATAN

Transcript of 53929772-fffffffff

Page 1: 53929772-fffffffff

MAKALAH

MALPRAKTEK

“ Kebocoran Usus Akibat Operasi”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mid Semester II

Mata Kuliah Etika Keperawatan

PEMBIMBING: SITI LESTARI, MN

DISUSUN OLEH :

Betti Sari Nastiti

P 27220010 048

KEMENTRIAN KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

D3 KEPERAWATAN

2011

i

4

23

510

Page 2: 53929772-fffffffff

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah dengan Judul” Malpraktek : Usus Bocor akibat Operasi” telah diperiksa dan

disetujui oleh Tim Pembimbing Jurusan DIII Kementrian Kesehatan Politeknik

Kesehatan Surakarta pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Surakarta, April 2011

Mengetahui,

Pembimbing,

Siti Lestari, MN.

NIP. 196805071990032001

ii

Page 3: 53929772-fffffffff

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………..

B. Tujuan………………………………………………………....

C. Manfaat………………………………………………………..

BAB II KONSEP

A. Pengertian Malpraktek………………………………………...

B. Unsur-unsur Malpraktek……………………………………..

C. Penanganan Kasus Malpraktek………………………………..

D. Upaya Menghadapi Tuntutan Hukum………………………...

E. Pencegahan Tindakan Malpraktek……………………………

F. Malpraktek Ditinjau Segi Agama…………………………….

G. Malpraktek Ditinjau Segi Hukum…………………………….

H. Malpraktek Ditinjau dari Norma Masyarakat…………………

I. Malpraktek Ditinjau dari Segi Etika Keperawatan…………...

BAB III ARTIKEL

Kasus I…………………………………………………………

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus ………………………………………………….

B. Pembahasan ……………………………………………………

BAB V PENUTUP

iii

Page 4: 53929772-fffffffff

A. Kesimpulan ……………………………………………………

B. Saran …………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….

Lampiran : -

iv

Page 5: 53929772-fffffffff

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya merupakan salah satu

indikator positif meningkatnya kesadaran hukum dalam masyarakat. Sisi

negatifnya adalah adanya kecenderungan meningkatnya kasus tenaga kesehatan

ataupun rumah sakit di somasi, diadukan atau bahkan dituntut pasien yang

akibatnya seringkali membekas bahkan mencekam para tenaga kesehatan yang

pada gilirannya akan mempengaruhi proses pelayanan kesehatan tenaga kesehatan

dibelakang hari. Secara psikologis hal ini patut dipahami mengingat berabad-abad

tenaga kesehatan telah menikmati kebebasan otonomi paternalistik yang asimitris

kedudukannya dan secara tiba-tiba didudukkan dalam kesejajaran. Masalahnya

tidak setiap upaya pelayanan kesehatan hasilnya selalu memuaskan semua pihak

terutama pasien, yang pada gilirannya dengan mudah menimpakan beban kepada

pasien bahwa telah terjadi malpraktek.

Akhir-akhir ini kasus malpraktek banyak terjadi. Tentunya hal ini tidak

diharapkan oleh berbagai pihak terutama pasien yang menginginkan

kesembuhannya dan tenaga medis yang ingin memberikan pelayanan yang terbaik

bagi pasiennya. Tindakan malpraktek ini tentunya merugikan berbagai pihak

Bahkan dapat membahayakan nyawa pasien.

Oleh karena itu disini penulis akan mengangkat tema mengenai malpraktek

dalam pembuatan makalah . Penulis ingin mengetahui secara lebih mendalam

mengenai apa itu malpraktek

1

Page 6: 53929772-fffffffff

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui masalah malpraktek yang telah terjadi di Indonesia dengan

dilema etik.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian malpraktek

b. Mengetahui Unsur-unsur Malpraktek

c. Mengetahui bagaimana Penanganan Malpraktek

d. Mengetahui Upaya untuk menghadapi tuntutan hokum

e. Mengetahui cara untuk mencegah kejadian malpraktek terjadi

f. Mengetahui malpraktek ditinjau dari aspek agama

g. Mengetahui malpraktek ditinjau dari aspek hokum

h. Mengetahui malpraktek ditinjau dari aspek masyarakat

i. Mengetahui malpraktek ditinjau dari aspek etika keperawatan

C. Manfaat

Makalah malpraktek ini dibuat untuk meberikan informasi kepada para

pembaca tentang kasus malpraktek dan bagaimana cara pencegahannya.

Terutama bagi tenaga medis setidaknya kita dapat meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan kita mengenai tindakan keperawatan akgar tidak terjadi kasus

malpraktek kembali.

2

Page 7: 53929772-fffffffff

BAB II

KONSEP

A. Pengertian

Malpraktek berasal dari kata 'malpractice' dalam bahasa Inggris . Secara

harfiah, 'mal' berarti 'salah', dan 'practice' berarti 'pelaksanaan' atau 'tindakan',

sehingga malpraktek berarti 'pelaksanaan atau tindakan yang salah. Jadi,

malpraktek adalah tindakan yang salah dalam pelaksanaan suatu profesi. Istilah

ini bisa dipakai dalam berbagai bidang, namun lebih sering dipakai dalam dunia

kedokteran dan kesehatan (Burhanuddin, 2010).

Malpraktek “adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk

mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan

merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang

terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama”. (Valentin v. La Society de

Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956). Dari definisi tersebut

malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar telah terjadi kelalaian tenaga

kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang

ukurannya adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut. Andaikata akibat yang

tidak diinginkan tersebut terjadi apakah bukan merupakan resiko yang melekat

terhadap suatu tindakan medis tersebut (risk of treatment) karena perikatan dalam

transaksi teraputik antara tenagakesehatan dengan pasien adalah

perikatan/perjanjian jenis daya upaya (inspaning verbintenis) dan bukan

perjanjian/perjanjian akan hasil (resultaa verbintenis) (Rakhmawan, 2009).

B. Unsur-unsur Malpraktek

Menurut Hubert W. Smith unsure-unsur tindakan malpraktek meliputi 4D,

yaitu (a) duty, (b) adanya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas (dereliction),

3

Page 8: 53929772-fffffffff

(c) penyimpangan akan mengakibatkan kerusakan (direct caution), (d) sang

dokter akan menyebabkan kerusakan (damage).

1. Duty (kewajiban)

Tidak ada kelalaian jika tidak ada kewajiban untuk mengobati. Hal ini

berarti bahwa harus ada hubungan hukum antara pasien dan dokter/rumah

sakit. Dengan adanya hubungan hukum, maka implikasinya adalah bahwa

sikap tindak dokter/perawat rumah sakit itu harus sesuai dengan standar

pelayanan medik agar pasien jangan sampai menderita cedera karenanya.

Dalam hubungan perjanjian dokter dengan pasien, dokter haruslah

bertindak berdasarkan:

1) Adanya indikasi medis

2) Bertindak secara hati-hati dan teliti

3) Bekerja sesuai standar profesi

4) Sudah ada informed consent.

Keempat tindakan di atas adalah sesuai dengan Undang-Undang Praktek

Kedokteran No. 29 tahun 2004 Bab IV tentang Penyelenggaraan Praktik

Kedokteran, yang menyebutkan pada bagian kesatu pasal 36,37 dan 38 bahwa

sorang dokter harus memiliki surat izin praktek, dan bagian kedua tentang

pelaksanaan praktek yang diatur dalam pasal 39-43. Pada bagian ketiga

menegaskan tentang pemberian pelayanan, dimana paragraf 1 membahas

tentang standar pelayanan yang diatur dengan Peraturan Menteri. Standar

Pelayanan adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi

dalam menyelenggarakan praktik kedokteran.

Standar Profesi Kedokteran adalah batasan kemampuan (knowledge,

skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang

dokter atau dokter gigi untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada

masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi. Standar profesi

yang dimaksud adalah yang tercantum dalam KODEKI Pasal 2 dimana Setiap

4

Page 9: 53929772-fffffffff

dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan

standar profesi yang tertinggi, dimana tolak ukuran tertinggi adalah yang

sesuai dengan perkembangan IPTEK Kedokteran, etika umum, etika

kedokteran, hukum dan agama, sesuai tingkat/ jenjang pelayanan kesehatan

dan situasi setempat.

Sesuai dengan Undang-Undang Praktek Kedokteran Pasal 45 ayat (1)

menyebutkan bahwa setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang

akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat

persetujuan. Sebelum memberikan persetujuan pasien harus diberi penjelasan

yang lengkap akan tindakan yang akan dilakukan oleh dokter. Di mana

penjelasan itu mencakup sekurang-kurangnya :

a. diagnosis dan tata cara tindakan medis

b. tindakan medis yang dilakukan

c. alternative tindakan lain dan resikonya

d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

Yang harus ditekankan lagi oleh seorang dokter adalah ketika dia

menjalankan praktik kedokteran wajib untuk membuat rekam medis, yang

sudah diatur dalam undang-undang parktek kedokteran pasal 46. Rekam

medis harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan

kesehatan dan harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang

memberikan pelayanan atau tindakan.

2. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)

Apabila sudah ada kewajiban (duty), maka sang dokter atau perawat

rumah sakit harus bertindak sesuai dengan standar profesi yang berlaku. Jika

seorang dokter melakukan penyimpangan dari apa yang seharusnya atau tidak

melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka

dokter tersebut dapat dipersalahkan. Bukti adanya suatu penyimpangan dapat

5

Page 10: 53929772-fffffffff

diberikan melalui saksi ahli, catatan-catatan pada rekam medik, kesaksian

perawat dan bukti-bukti lainnya. Apabila kesalahan atau kelalaian itu

sedemikian jelasnya, sehingga tidak diperlukan kesaksian ahli lagi, maka

hakim dapat menerapkan doktrin “ Res ipsa Loquitur”. Tolak ukur yang

dipakai secara umum adalah sikap-tindak seorang dokter yang wajar dan

setingkat didalam situasi dan keadaan yang sama.

3. Direct Causation (penyebab langsung)

Penyebab langsung yang dimaksudkan dimana suatu tindakan langsung

yang terjadi, yang mengakibatkan kecacatan pada pasien akibat kealpaan

seorang dokter pada diagnosis dan perawatan terhadap pasien. Secara hukum

harus dapat dibuktikan secara medis yang menjadi bukti penyebab langsung

terjadinya malpraktik dalam kasus manapun.

Untuk berhasilnya suatu gugatan ganti-rugi berdasarkan malpraktek

medik, maka harus ada hubungan kausal yang wajar antara sikap-tindak

tergugat (dokter) dengan kerugian (damage) yang menjadi diderita oleh pasien

sebagai akibatnya. Tindakan dokter itu harus merupakan penyebab langsung.

Hanya atas dasar penyimpangan saja, belumlah cuklup untuk mengajukan

tutunyutan ganti-kerugian. Kecuali jika sifat penyimpangan itu sedemikian

tidak wajar sehingga sampai mencederai pasien. Namun apabila pasien

tersebut sudah diperiksa oleh dokter secara edekuat, maka hanya atas dasar

suatu kekeliruan dalam menegakkan diagnosis saja, tidaklah cukup kuat untuk

meminta pertanggungjawaban hukumannya.

4. Damage (kerugian)

Damage yang dimaksud adalah cedera atau kerugian yang diakibatkan

kepada pasien. Walaupun seorang dokter atau rumah sakit dituduh telah

berlaku lalai, tetapi jika tidak sampai menimbulkan luka/cedera/kerugian

(damage, injury, harm) kepada pasien, maka ia tidak dapat dituntut ganti-

6

8

Page 11: 53929772-fffffffff

kerugian. Istilah luka (injury) tidak saja dala bentuk fisik, namun kadangkala

juga termasuk dalam arti ini gangguan mental yang hebat (mental anguish).

Juga apabila tejadi pelanggaran terhadap hak privasi orang lain.

C. Penanganan Malpraktek

Walaupun dalam KODEKI telah tercantum tindakan-tindakan yang selayaknya

tidak dilakukan oleh seorang dokter dalam menjalankan profesinya akan tetapi

sanksi bila terjadi pelanggaran etik tidak dapat diterapkan dengan seksama.

Dalam etik sebenarnya tidak ada batas-batas yang jelas antara boleh atau tidak

boleh karena itu kadang-kadang sulit memberikan sanksinya.

Di negara-negara maju terdapat suatu dewan Medis yang bertugas melakukan

pembinaan etik profesi dan menanggulangi pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan terhadap etik kedokteran. Di Negara kita IDI telah mempunyai Majelis

Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK). Oleh karena itu fungsi MKEK ini belum

memuaskan, maka pada tahun 1982 Departemen Kesehatan membentuk panitia

Pertimbangan dan Pembinaan Etik Kedokteran (P3EK) yang terdapat pula di

pusat dan di tingkat provinsi.

Tugas P3EK ialah menangani kasus-kasus malpraktek etik yang tidak dapat

ditanggulangi oleh MKEK, dan memberi pertimbangan serta usul-usul kepada

pejabat yang berwenang. Jadi instansi pertama yang akan menangani kasus-kasus

malpraktek etik ialah MKEK Cabang atau Wilayah. Masalah yang tidak dapat

diselesaikan oleh MKEK dirujuk ke P3EK Propinsi dan jika P3EK Propinsi tidak

mampu menanganinya maka kasu tersebut diteruskan ke P3EK Pusat.

Begitu pula kasus-kasus malpraktek etik yang dilaporkan kepada polisi,

diharapkan dapat diteruskan lebih dahulu ke MKEK Cabang atau Wilayah.

Dengan demikian diharapkan bahwa semua kasus pelanggaran etik dapat

diselesaikan secara tuntas.

7

Page 12: 53929772-fffffffff

Tentulah jika sesuatu pelanggaran merupakan malpraktek hukum pidana atau

perdata, maka kasusnya diteruskan kepada pengadilan. Dalam hal ini perlu

dicegah bahwa oleh karena kurangnya pengetahuan pihak penegak hukum

tentang ilmudan teknologi kedokteran menyebabkan dokter yang ditindak

menerima hukuman yang dianggap tidak adil.(Hanafiah, 1999)

D. Upaya menghadapi tuntutan hukum

Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan

sehingga perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga kesehatan

seharusnyalah bersifat pasif dan pasien atau keluarganyalah yang aktif

membuktikan kelalaian tenaga kesehatan.

Apabila tuduhan kepada kesehatan merupakan criminal malpractice, maka

tenaga kesehatan dapat melakukan (Rakhmawan, 2009) :

a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal

bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada

doktrin-doktrin yang ada, misalnya perawat mengajukan bukti bahwa yang

terjadi bukan disengaja, akan tetapi merupakan risiko medik (risk of

treatment), atau mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap

batin (men rea) sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik yang

dituduhkan.

b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau

menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan

dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung jawaban atau melakukan

pembelaan untuk membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan

mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya

paksa.Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya perawat menggunakan

jasa penasehat hukum, sehingga yang sifatnya teknis pembelaan diserahkan

kepadanya. Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana

perawat digugat membayar ganti rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah

8

10

Page 13: 53929772-fffffffff

mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam peradilan perdata, pihak

yang mendalilkan harus membuktikan di pengadilan, dengan perkataan lain

pasien atau pengacaranya harus membuktikan  dalil sebagai dasar gugatan

bahwa tergugat (perawat) bertanggung jawab atas derita (damage) yang

dialami penggugat. Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah

mudah, utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara sendiri

(res ipsa loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya tindakan

menterlantarkan kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan

langsung antara menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya

kesehatan (damage), sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-

orang awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan tenaga

perawatan.

E. Upaya Pencegahan Malpraktek

Terdapat pencegahan-pencegahan tertentu yang dapat dilakukan secara rutin

sehingga tuduhan malpraktek dapat dielakkan, antara lain (Mubarak, 2009):

1. Mempekerjakan dan melatih asisten dengan arahan langsung sampai

asisten tersebut dapat memenuhi standar kualifikasi yang ada.

2. Mengambil langkah hati-hati untuk menghilangkan faktor resiko di tempat

praktik.

3. Memeriksa secara periodik peralatan yang tersedia di tempat praktik.

4. Menghindari dalam meletakkan literatur medis di tempat yang mudah

diakses oleh pasien. Kesalahpahaman dapat mudah terjadi jika pasien

membaca dan menyalah artikan literatur yang ada.

5. Menghindari menyebut diagnosis lewat telepon.

6. Jangan meresepkan obat tanpa memeriksa pasien terlebih dahulu.

7. Jangan memberikan resep obat lewat telepon.

9

Page 14: 53929772-fffffffff

8. Jangan menjamin keberhasilan pengobatan atau prosedur operasi yang

ada.

9.Rahasiakanlah sesuatu yang seharusnya menjadi rahasia. Jangan

membocorkan informasi yang ada kepada siapapun. Rahasia ini hanya

diketahui oleh dokter dan pasien.

10. Simpanlah rekam medis secara lengkap, jangan menghapus atau

mengubah isi yang ada.

11. Jangan menggunakan singkatan-singakatan atau simbol-simbol tertentu

di rekam medis.

12. Gunakan formulir persetujuan yang sah dan sesuai Docu-books adalah

alat bantu yang penting dalam menyimpan surat persetujuan yang telah

dibuat.

13. Jangan mengabaikan pasienmu.

14. Pada tiap kali pertemuan, gunakanlah bahasa yang dapat dimengerti oleh

pasien. Jangan pernah menduga jika pasien mengerti apa yang kita

ucapkan.

15. Jalinlah empati untuk setiap masalah yang dialami pasien, dengan ini tata

laksana akan menjadi komprehensif.

16. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya,

karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan

perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis).

17.Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.

18. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.

19. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.

20 Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala

kebutuhannya

21. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat

sekitarnya.

10

13

Page 15: 53929772-fffffffff

F. Malpraktek Ditinjau dari Aspek Agama

1) Malpraktek Menurut Syariat Islam

Perlu diketahui bahwa kesalahan dokter atau profesional lain di dunia kedokteran dan

kesehatan- kadang berhubungan dengan etika/akhlak. Misalnya, mengatakan bahwa

pasien harus dioperasi, padahal tidak demikian. Jika kesalahan ini terbukti dan

membahayakan pasien, dokter harus mempertanggungjawabkannya secara etika.

Hukumannya bisa berupa ta'zîr [2], ganti rugi, diyat, hingga qishash .

Malpraktek yang menjadi penyebab dokter bertanggung-jawab secara profesi

bisa digolongkan sebagai berikut (Burhanuddin, 2010):

1. Tidak Punya Keahlian (Jahil)

Yang dimaksudkan di sini adalah melakukan praktek pelayanan kesehatan

tanpa memiliki keahlian, atau memiliki sebagian keahlian tapi bertindak di

luar keahliannya.,pendapat ini telah disinggung oleh Nabi Shallallahu 'alaihi

wa sallam dalam sabda beliau:

ض�ام�ن� ف�هو� ، �ك� ذ�ل �ل� ق�ب ط�ب� �ه م�ن �م� ع�ل ي �م� و�ل �ب� �ط�ب ت م�ن�

"Barang siapa yang praktek menjadi dokter dan sebelumnya tidak diketahui

memiliki keahlian, maka ia bertanggung-jawab"

2. Menyalahi Prinsip-Prinsip Ilmiah (Mukhâlafatul Ushûl Al-'Ilmiyyah)

Yang dimaksud dengan pinsip ilmiah adalah dasar-dasar dan kaidah-kaidah

yang telah baku dan biasa dipakai oleh para dokter, baik secara teori maupun

praktek, dan harus dikuasai oleh dokter saat menjalani profesi kedokteran

[5]..

3. Ketidaksengajaan (Khatha')

Ketidaksengajaan adalah suatu kejadian (tindakan) yang orang tidak

memiliki maksud di dalamnya. Misalnya, tangan dokter bedah terpeleset

sehingga ada anggota tubuh pasien yang terluka. Bentuk malpraktek ini tidak

membuat pelakunya berdosa, tapi ia harus bertanggungjawab terhadap akibat

11

Page 16: 53929772-fffffffff

yang ditimbulkan sesuai dengan yang telah digariskan Islam dalam bab

jinayat

4. Sengaja Menimbulkan Bahaya (I'tidâ')

Maksudnya adalah membahayakan pasien dengan sengaja. Ini adalah bentuk

malpraktek yang paling buruk. Biasanya ini dilakukan karena factor

kesengajaan.

2) Pembuktian Kasus Malpraktek

Agama Islam mengajarkan bahwa tuduhan harus dibuktikan. Demikian pula,

tuduhan malparaktek harus diiringi dengan bukti, dan jika terbukti harus ada

pertanggungjawaban dari pelakunya. Ini adalah salah satu wujud keadilan dan

kemuliaan ajaran Islam. Berikut ini macam-macam bukti yang diperlukan :

1. Pengakuan Pelaku Malpraktek (Iqrâr ).

Iqrar adalah bukti yang paling kuat, karena merupakan persaksian atas diri

sendiri, dan ia lebih mengetahuinya.

2. Kesaksian (Syahâdah).

Untuk pertanggungjawaban berupa qishash dan ta'zîr, dibutuhkan kesaksian

dua pria yang adil. Jika kesaksian akan mengakibatkan tanggung jawab

materiil, seperti ganti rugi, dibolehkan kesaksian satu pria ditambah dua

wanita. Adapun kesaksian dalam hal-hal yang tidak bisa disaksikan selain

oleh wanita, seperti persalinan, dibolehkan persaksian empat wanita tanpa

pria.

3.Catatan Medis.

Yaitu catatan yang dibuat oleh dokter dan paramedic, karena catatan tersebut

dibuat agar bias menjadi referensi saat dibutuhkan

3) Bentuk Tanggung Jawab Malpraktek

Jika tuduhan malpraktek telah dibuktikan, ada beberapa bentuk tanggung jawab

yang dipikul pelakunya. Bentuk-bentuk tanggung jawab tersebut adalah sebagai

12

Page 17: 53929772-fffffffff

berikut:

1. Qishash

Qishash ditegakkan jika terbukti bahwa dokter melakukan tindak malpraktek

sengaja untuk menimbulkan bahaya (i'tida'), dengan membunuh pasien atau

merusak anggota tubuhnya, dan memanfaatkan profesinya sebagai

pembungkus tindak kriminal yang dilakukannya.

2. Dhamân (Tanggung Jawab Materiil Berupa Ganti Rugi Atau Diyat)

Bentuk tanggung-jawab ini berlaku untuk bentuk malpraktek berikut:

a. Pelaku malpraktek tidak memiliki keahlian, tapi pasien tidak

mengetahuinya, dan tidak ada kesengajaan dalam menimbulkan bahaya.

b. Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.

c. Pelaku memiliki keahlian, mengikuti prinsip-prinsip ilmiah, tapi terjadi

kesalahan tidak disengaja.

d. Pelaku memiliki keahlian, mengikuti prinsip-prinsip ilmiah, tapi tidak

mendapat ijin dari pasien, wali pasien atau pemerintah, kecuali dalam

keadaan darurat.

3. Ta'zîr berupa hukuman penjara, cambuk, atau yang lain. Ta'zîr berlaku

untuk dua bentuk malpraktek:

a. Pelaku malpraktek tidak memiliki keahlian, tapi pasien tidak

mengetahuinya, dan tidak ada kesengajaan dalam menimbulkan bahaya.

b. Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.

G. Malpraktek Ditinjau dari Aspek Hukum

Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori

sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil

malpractice dan Administrative malpractice (kurniawan, 2010).

13

Page 18: 53929772-fffffffff

1. Criminal malpractice

Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal

malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana

yakni :

a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan

perbuatan tercela.

b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa

kesengajaan (intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan

(negligence).

Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya

melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal

332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan

aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).

Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya

melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien. Criminal malpractice

yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan

luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien

saat melakukan operasi.

2. Civil malpractice

Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila

tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya

sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji).

Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara

lain:

a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.

b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi

terlambat melakukannya.

c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak

sempurna.

14

Page 19: 53929772-fffffffff

d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.

Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau

korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of

vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan

dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya

(tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka

melaksanakan tugas kewajibannya.

3. Administrative malpractice

Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan administrative malpractice

manakala tenaga perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi.

Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintah

mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan,

misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan

profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta

kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga

kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum

administrasi.

Apabila seorang dokter telah terbukti dan dinyatakan telah melakukan

tindakan malpraktek maka dia akan dikenai sanksi hukum sesuai dengan UU

No. 23 1992 tentang kesehatan. Dan UU Praktek kedokteran dalam BAB X

Ketentuan Pidana Pasal 75 ayat (1) yang berbunyi Setiap dokter atau dokter

gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat

tanda registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Sehubungan dengan hasil keputusan

Mahkama Konstitusi pasal tersebut telah mengalami revisi, dimana salah satu

keputusan dari Mahkama Konstitusi adalah ketentuan ancaman pidana penjara

kurungan badan yang tercantum dalam pasal 75, 76, 79, huruf a dan c

dihapuskan. Namun mengenai sanksi pidana denda tetap diberlakukan.

15

19

Page 20: 53929772-fffffffff

Ayat (2) berbunyi Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang

dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda

registrasi sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Surat tanda registrasi sementara dapat

diberikan kepada dokter dan dokter gigi warga negara asing yang melakukan

kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan

di bidang kedokteran atau kedokteran gigi yang bersifat sementara di

Indonesia

Ayat (3) berbunyi Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang

dengan sengaja. Surat tanda registrasi yang dimaksud adalah melakukan

praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi bersyarat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana

penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Selain pasal 75, masih ada beberapa pasal yang akan menjerat dokter apabila

melakukan kesalahan yaitu diantaranya Pasal 76, 77, 78, dan 79.

H. Malpraktek Menurut Masyarakat

Maraknya malpraktek di Indonesia membuat masyarakat berkurang rasa

kepercayaannya pada pelayanan kesehatan di Indonesia.Yang lebih parah lagi,

para tenaga kesehatan takut apabila para tenaga medis tidak berani melakukan

tindakan medis lagi karena takut terjerat hukum. Lagi-lagi hal ini disebabkan

karena kurangnya komunikasi yang baik antara tenaga medis dan pasien. Tidak

jarang seorang tenaga medis tidak memberitahukan sebab dan akibat suatu

tindakan medis. Pasien pun enggan berkomunikasi dengan tenaga medis

mengenai penyakitnya. Oleh karena itu, Departemen Kesehatan perlu

16

Page 21: 53929772-fffffffff

mengadakan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana

kinerja seorang tenaga medis.

Sekarang ini tuntutan professional terhadap profesi ini makin tinggi. Berita

yang menyudutkan serta tudingan bahwa dokter telah melakukan kesalahan

dibidang medis bermunculan. Di Negara-negara maju yang lebih dulu mengenal

istilah makpraktek medis ini ternyata tuntutan terhadap tenaga medis yang

melakukan ketidaklayakan dalam praktek juga tidak surut. Biasanya yang

menjadi sasaran terbesar adalah dokter spesialis bedah (ortopedi, plastic dan

syaraf), spesialis anestesi serta spesialis kebidanan dan penyakit kandungan.

I. Malpraktek Ditinjau dari Etika Keperawatan

Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna

yang berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian

formal tentang moralitas. Moralitas adalah ha-hal yang menyangkut moral, dan

moral adalah sistem tentang motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang

dianggap baik atau buruk.

Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari

lingkungan budaya tertentu. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga

kesehatan lainnya etika berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi

harapan (ekspekatasi) profesi dan amsyarakat, serta bertindak dengan cara-cara

yang profesional, etika adalah salah satu kaidah yang menjaga terjalinnya

interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil,

profesional dan terhormat.

Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan

tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan

staff, terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemrintah dan pada tingkat akhir

walaupun tidak langsung terhadap masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil,

profesional dan terhormat tentu berlaku juga untuk eksekutif lain di rumah sakit.

17

Page 22: 53929772-fffffffff

Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman untuk

diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan

buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.

Malpraktek meliputi pelanggaran kontrak ( breach of contract), perbuatan yang

disengaja (intentional tort), dan kelalaian (negligence). Kelalaian lebih mengarah

pada ketidaksengajaan (culpa), sembrono dan kurang teliti. Kelalaian bukanlah

suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, selama tidak sampai membawa

kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya.

Page 23: 53929772-fffffffff

BAB III

ARTIKEL

Lubang sebesar bola tenis berada tepat di atas pusar Sisi Chalik. Tampak tersembul

gumpalan usus. Berwarna merah, dan memekar saat dia “buang air besar”. Kotoran

itu keluar bukan dari jalan lazim. Tapi dari liang di atas pusar. Setiap hari, lebih dari

sekali, dia harus mengganti perban penutup ususnya.

Kerepotan itu sudah dijalaninya sembilan tahun. "Mana ada orang menerima keadaan

tak normal begini," kata perempuan 47 tahun ini kepada VIVAnews di Jakarta, Jumat

27 Februari 2009. Sisi normal sejak lahir. Sampai petaka itu menimpanya 16 Mei

2000.

Waktu itu, dokter di Rumah Sakit Budhi Jaya, Jalan Saharjo, Jakarta Selatan,

menemukan myoma (tumor) dalam rahimnya. Dia lalu digiring ke meja operasi. Aksi

bedah itu memang selesai. Tapi lima hari berselang, perutnya malah bengkak.

Nafasnya sesak.

Dia lalu kembali ke meja operasi di rumah sakit sama. "Ternyata ditemukan

kebocoran usus," ujar Sisi. Dia marah. Ditepisnya tawaran operasi gratis dari rumah

sakit itu. Sejak itulah perutnya terus berlubang. Ususnya tampak menyembul.

Perut bocor itu rupanya membuat hidupnya makin pelik. Dia dicerai suaminya, dan

dijauhi kerabat. Dia bahkan tak diterima oleh keluarga besarnya lagi. "Karena itu,

saya menggugat dokter," katanya. Hidupnya jadi nestapa. Tapi Sisi tetap tabah.

Dia lalu memulai perjuangannya menghadapi dunia medis. Langkah pertama, dia

18

Page 24: 53929772-fffffffff

membawa kasus ini ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Tapi

Majelis rupanya punya penilaian berbeda. Dokter dan rumah sakit, kata putusan

Majelis itu, tak melakukan kesalahan. Tuntutan Sisi pun kandas.

Sisi kemudian mencoba cara lain. Dia menempuh peradilan konvensional. Mulanya,

dia menggugat perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sisi minta ganti rugi Rp

3 miliar. "Saya butuh untuk operasi di RS Mount Elisabeth Singapore," katanya.

Di meja hijau, kasus itu sempat menggantung sembilan tahun. Kuasa hukum RS

Budhi Jaya, Iswahjudi Karim, mengatakan kliennya tak salah. "Justru dia tak mau

menjalani operasi akhir untuk penyambungan usus," kata Iswahjudi. "Ingin

disembuhkan tidak mau."

19

Page 25: 53929772-fffffffff

BAB IV

PEMBAHASAN

A.Analisa Kasus

Pada kasus malpraktek tersebut menceritakan tentang seorang wanita yang

bernama Sisi Chalik yang merupakan korban aksi malpraktek yang dilakukan oleh

seorang dokter bedah.

Dalam permasalahan ini korban malpraktek, Sisi adalah seorang ibu yang berusia

47 tahun. Dia menjadi korban malpraktek saat dirinya menjalani operasi myoma

(tumor) dalam rahimnya di di Rumah Sakit Budhi Jaya, Jalan Saharjo, Jakarta

Selatan.

Ternyata operasi yang dijalaninya tersebut menimbulkan masalah baru. Lima

hari setelah menjalani operasi, perutnya malah membengkak dan terjadi sesak nafas.

Akhirnya terjadi kebocoran usus, ususnya menyembul. Sejak itulah perut Sisi terus

berlubang.

A. Pembahasan

Dalam permasalahan ini, factor penyebab Sisi menjadi korban malpraktek adalah

kelalaian dokter bedah yang menangani operasinya. Sisi melakukan operasi setelah

dirinya dinyatakan menderita myoma (tumor) rahim. Seminggu Setelah melakukan

operasi, Dan dari kasus tersebut, factor pencetus terjadinya malpraktek ialah tenaga

kesehatan yang kurang keahlian ataupun kelalaian para tenaga medis.

Dalam agama Islam malpraktek, merupakan suatu tindakan yang menyalahi etika

dan membahayakan nyawa seorang pasien. Oleh karena itu apabila terjadi kasus

malpraktek perlu dibuktikan kebenaranya agar kedua belah pihak baik dokter ataupun

20

25

21

Page 26: 53929772-fffffffff

pasien tidak merasa terdzalimi dan juga tidak terjadi fitnah, Apabila tindakan

malpraktek memeng benar terjadi, maka pelaku harus mempertanggungjawabkan

perbuatannya tersebut.

Malpraktek dalam hokum dibagi menjadi 3 bagian yaitu Criminal malpractice,

Civil malpractice dan Administrative malpractice. Dalam masyarakat banyaknya

kasus malpraktek membuat berkurangnya kepercayaan masyarakat pada tenaga

medis. Dalam etika keperawatan tindakan malpraktek merupakan tindakan yang telah

menyalahi etika dan hak-hak pasien.

Tindakan malpraktek telah membuat masyarakat berkurang rasa kepercayaannya

terhadap tindakan yang dilakukan para tenaga medis. Hal ini tentu saja mendatangkan

kekhawatiran bagi tenaga kesehatan, mereka takut apabila para tenaga medis tidak

berani melakukan tindakan keperawatan lagi, karena takut terkena hukuman.

Page 27: 53929772-fffffffff

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Malpraktek merupakan kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk

mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan

merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka

menurut ukuran dilingkungan yang sama”. (Valentin v. La Society de Bienfaisance

Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).

Dari kasus diatas, merupakan jenis malpraktek.Unsur-unsur malpraktek ada empat

yaitu duty (kewajiban), dereliction of duty (penyimpangan dari kewajiban), direct

causation (penyebab langsung) dan damage (kerugian). Untuk menangani kasus

malpraktek telah dibentuk dewan-dewan KODEKI, Majelis Kehormatan Etik

Kedokteran (MKEK), Pembinaan Etik Kedokteran (P3EK).

Dari hasil pembahasan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa memang benar kasus

malpraktek murni bukan seperti pembadahan ostomi. Pembedahan ostomi yaitu

• Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen

untuk mengeluarkan feces (M. Bouwhuizen, 1991)

• Pembuatan lubang sementara atau permanan dari usus besar melalui dinding perut

untuk mengeluarkan feces (Randy, 1987)

• Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke kolon iliaka untuk mengeluarkan

feces.

Memang dalam kasus ini perut pasien berlubang dan ususnya keluar seperti pada

operasi ostomi yang biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami

Page 28: 53929772-fffffffff

divertikular, dan trauma pada usus. Ostomi biasanya dibuat melalui pembedahan

dengan membuat lubang (stoma) melaui dinding abdomen dengan menggunakan

segmen proksimal dari usus. Feses kemudian dikeluarkan melalui stoma.

Dalam kasus ini pihak dokter atau pihak rumah sakit dinyatakan tidak bersalah oleh

majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Namun dalam kasus ini pihak

dokter atau pihak rumah sakit tidak menjelaskan pada pasien apakah ini merupakan

ostomi buatan atau memang karena kesalahan prosedur pembedahan yang dilakukan

oleh dokter bedah. Mereka hanya menyatakan bahwa telah terjadi kebocoran usus

lima hari setelah operasi dilakukan. Dan pihak rumah sakit kemudian menawarkan

operasi gratis untuk penyambungan usus Sisi. Hal ini tentu saja membuat Sisi geram

dan ditepisnya tawaran operasi gratisnya itu.

Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga

perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga kesehatan seharusnyalah bersifat

pasif dan pasien atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian tenaga

kesehatan. Dalam agama Islam malpraktek, merupakan suatu tindakan yang

menyalahi etika dan membahayakan nyawa seorang pasien. Oleh karena itu apabila

malpraktek memeng benar terjadi, maka pelaku harus mempertanggungjawabkan

perbuatannya tersebut.

. Saran

1. Para tenaga kesehatan supaya mempertahankan dan meningkatkan kompetensi

dalam menangani pasien dan bekerja secara professional

2. Bagi tenaga medis baru, apabila mempunyai kendala dalam menangani pasien

sebaiknya segera lapor kepada para senior atau meminta penjelasan bagaimana

cara menangani penyakit tersebut agar tidak terjadi kekeliruan prosedur tindakan

keperawatan dan membahayakan pasien.

Page 29: 53929772-fffffffff

3. Bagi tenaga kesehatan sebaiknya bekerja sesuai dengan prosedur yang benar yang

ada dalam Standar Operasional Prosedur

4.

23

Page 30: 53929772-fffffffff

DAFTAR PUSTAKA

Rakmawan,Agung.2009.MalpraktekdalamPelayananKesehatan.http://agungrakhmawan.wordpress.com/2009/06/20/malpraktek-dalam-pelayanan-kesehatan/, diakses tanggal 31 Maret 2011, jam 11.00

Fery,Midwi.2009.MalpraktekditinjaudariSegiEtikadanHukum.http://midwiferyeducator.wordpress.com/2009/12/09/malpraktek-ditinjau-dari-segi-etika-dan-hukum, (diakses tanggal 31 Maret 2011, jam 1100)/,diakses tanggal 31 Maret 2011 jam 11.30

http://assunah.1 bigtree.com/content/2836/slash/0.htmlSemogaAllah melindungi umatIslam daribmarabahayadan mel berbagai keburukan.com

Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir.1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta : Penerbitan Buku Kedokteran EGC.

Kurniawan,Erlangga.2010.TinjauanHukumAtasMalpraktekMedik.http://bsba.facebook.com/topic.php?uid=95182762229&topic=10458 diakses tanggal 31 Maret 2011

Burhanuddin,Anas.MalpraktekMenurutSyariatIslam.http://thakis.blogspot.com/2009/12/malpraktek-ditinjau-dari-segi-etika-dan html.,diakses tanggal 31 Maret 2011

Page 31: 53929772-fffffffff

“Kebocoran Usus akibat Operasi”

VIVAnews - LUBANG sebesar bola tenis berada tepat di atas pusar Sisi Chalik.

Tampak tersembul gumpalan usus. Berwarna merah, dan memekar saat dia “buang air

besar”. Kotoran itu keluar bukan dari jalan lazim. Tapi dari liang di atas pusar. Setiap

hari, lebih dari sekali, dia harus mengganti perban penutup ususnya.

Kerepotan itu sudah dijalaninya sembilan tahun. "Mana ada orang menerima keadaan

tak normal begini," kata perempuan 47 tahun ini kepada VIVAnews di Jakarta, Jumat

27 Februari 2009. Sisi normal sejak lahir. Sampai petaka itu menimpanya 16 Mei

2000.

Waktu itu, dokter di Rumah Sakit Budhi Jaya, Jalan Saharjo, Jakarta Selatan,

menemukan myoma (tumor) dalam rahimnya. Dia lalu digiring ke meja operasi. Aksi

bedah itu memang selesai. Tapi lima hari berselang, perutnya malah bengkak.

Nafasnya sesak.

Dia lalu kembali ke meja operasi di rumah sakit sama. "Ternyata ditemukan

kebocoran usus," ujar Sisi. Dia marah. Ditepisnya tawaran operasi gratis dari rumah

sakit itu. Sejak itulah perutnya terus berlubang. Ususnya tampak menyembul.

Perut bocor itu rupanya membuat hidupnya makin pelik. Dia dicerai suaminya, dan

dijauhi kerabat. Dia bahkan tak diterima oleh keluarga besarnya lagi. "Karena itu,

saya menggugat dokter," katanya. Hidupnya jadi nestapa. Tapi Sisi tetap tabah.

Dia lalu memulai perjuangannya menghadapi dunia medis. Langkah pertama, dia

membawa kasus ini ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Tapi

Majelis rupanya punya penilaian berbeda. Dokter dan rumah sakit, kata putusan

Page 32: 53929772-fffffffff

Majelis itu, tak melakukan kesalahan. Tuntutan Sisi pun kandas.

Sisi kemudian mencoba cara lain. Dia menempuh peradilan konvensional. Mulanya,

dia menggugat perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sisi minta ganti rugi Rp

3 miliar. "Saya butuh untuk operasi di RS Mount Elisabeth Singapore," katanya.

Di meja hijau, kasus itu sempat menggantung sembilan tahun. Kuasa hukum RS

Budhi Jaya, Iswahjudi Karim, mengatakan kliennya tak salah. "Justru dia tak mau

menjalani operasi akhir untuk penyambungan usus," kata Iswahjudi. "Ingin

disembuhkan tidak mau."

Pengadilan akan memutuskan kasus itu pada Senin 3 Maret 2009 ini.

Sumber: VIVAnews