53417549-BAB-I
Click here to load reader
-
Upload
istianah-es -
Category
Documents
-
view
18 -
download
0
Transcript of 53417549-BAB-I
![Page 1: 53417549-BAB-I](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/5572132b497959fc0b91c134/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama
haid terakhir. Kehamilan aterm adalah usia kehamilan antara 38-42 minggu dan ini
merupakan periode terjadinya persalinan normal. Namun,sekitar 3,4 – 14% atau rata-rata
10% kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Di samping itu sebanyak 10 %
para ibu lupa akan tanggal haid terakhir di samping sukar menentukan secara tepat saat
ovulasi. Perhitungan usia kehamilan umumnya memakai rumus Naegele,tetapi selain faktor
di atas masih ada faktor siklus haid dan kesalahan perhitungan. Sebaliknya Boyce
mengatakan dapat terjadi kehamilan lewat waktu yang tidak di ketahui akibat masa
proliferasi yang pendek.
Kehamilan postterm terutama berpengaruh terhadap janin,meskipun hal ini masih banyak
diperdebatkan dan sampai sekarang masih belum ada persesuaian paham. Dalam
kenyataannya kehamilan postterm mempunyai pengaruh terhadap perkembangan janin
sampai kematian janin. Ada janin yang dalam masa kehamilan 42 minggu atau lebih berat
badannya meningkat terus,ada yang tidak bertambah,ada yang lahir dengan berat badan
kurang dari semestinya,atau meninggal dalam kandungan karena kekurangan zat makanan
dan oksigen. Kehamilan postterm mempunyai hubungan erat dengan mortalitas, morbiditas
perinatal ataupun makrosomia. Sementara itu,resiko bagi ibu dengan kehamilan postterm
dapat berupa perdarahan pasca persalinan ataupun tindakan obstetrik yang meningkat.
Berbeda dengan angka kematian ibu yang cenderung menurun, kematian perinatal
tampaknya masih menunjukkan angka yang cukup tinggi,sehingga pemahaman dan
penatalaksanaan yang tepat terhadap kehamilan postterm akan memberikan sumbangan besar
dalam upaya menurunkan angka kematian,terutama kematian perinatal. Resiko kematian
perinatal lewat waktu dapat menjadi 3 kali di bandingkan kehamilan aterm. Di samping itu
ada pula komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti : letak defleksi,posisi oksiput
posterior,distosia bahu dan perdarahan postpartum.
1
![Page 2: 53417549-BAB-I](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/5572132b497959fc0b91c134/html5/thumbnails/2.jpg)
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kehamilan postterm atau kehamilan serotinus
2. Bagaimana diagnosis kehamilan postterm
3. Apa yang menyebabkan terjadinya kehamilan postterm
4. Permasalahan apa yang terjadi pada kehamilan postterm
5. Bagaimana pengelolaan kehamilan postterm
6. Bagaimana pencegahan kehamilan postterm
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu kehamilan postterm
2. Untuk menegetahui diagnosis kehamilan postterm
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kehamilan postterm
4. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada kehamilan postterm
5. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan kehamilan postterm
6. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah kehamilan postterm
2
![Page 3: 53417549-BAB-I](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/5572132b497959fc0b91c134/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KEHAMILAN POSTTERM
Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus,kehamilan lewat waktu, kehamilan
lewat bulan, prolonged pregnancy, extented pregnancy, postdate/post datisme atau
pascamasturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, di
hitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28
hari. Kehamilan serotinus lebih sering terjadi pada primigravida muda dan primigravida tua atau
pada grandemultiparitas. Sebagian kehamilan serotinus akan menghasilkan keadaan neonatus
dengan dysmaturitas. Kematian perinatalnya 2-3 kali lebih besar dari bayi yang cukup bulan.
2.2 DIAGNOSIS
Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus Naegele setelah
mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka pengukuran tinggi
fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan informasi mengenai usia gestasi lebih
tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah air ketuban yang berkurang dan gerakan
janin yang jarang.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis kehamilan lewat waktu,
antara lain:
1. HPHT jelas.
2. Dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan 16-18 minggu.
3. Terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu dengan Doppler, dan 19-20
minggu dengan fetoskop).
3
![Page 4: 53417549-BAB-I](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/5572132b497959fc0b91c134/html5/thumbnails/4.jpg)
4. Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur kehamilan kurang
dari atau sama dengan 20 minggu.
5. Tes kehamilan (urin) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.
Bila telah dilakukan pemeriksaan USG serial terutama sejak trimester pertama, maka
hamper dapat dipastikan usia kehamilan. Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat setelah trimester
III sukar untuk memastikan usia kehamilan. Diagnosis juga dapat dilakukan dengan penilaian
biometric janin pada trimester I kehamilan dengan USG. Penyimpangan pada tes biometri kini
hanya lebih atau kurang satu minggu.Pemeriksaan sitologi vagina (indekskariopiknotik>20%)
mempunyai sensitifitas 75% dan tes tanpa tekanan dengan KTG mempunyai spesifisitas 100%
dalam menentukan adanya disfungsi janin plasenta atau postterm. Kematangan serviks tidak bias
dipakai untuk menentukan usia kehamilan.
Tanda kehamilan lewat waktu yang dijumpai pada bayi dibagi atas tiga Stadium:
1. Stadium I. Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi
Berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
2. Stadium II. Gejala stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan)
Pada kulit.
3. Stadium III. Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali
pusat.
Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan keadaan
janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Penentuan keadaan
janin dapat dilakukan:
1.Tes tanpa tekanan (non stress test). Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan
tes tekanan oksitosin.Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukkan
kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang positif, meskipun
sensitifitas relative rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan keadaan postmatur.
4
![Page 5: 53417549-BAB-I](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/5572132b497959fc0b91c134/html5/thumbnails/5.jpg)
2.Gerakan janin. Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/ 20
menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/ 20 menit), dapat juga
ditentukan dengan USG.Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatif dengan USG (normal
>1 cm/ bidang) memberikan gambaran banyaknya air ketuban, bila ternyata oligohidramnion
maka kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu.
3.Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih
baik.Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekoniumakan mengalami resiko 33%
asfiksia.
2.3 PENYEBAB KEHAMILAN POSTTERM
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya
kehamilan postterm belum jelas. Beberapa teori yang di ajukan pada umumnya menyatakan
bahwa terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan.
Beberapa teori di ajukan antara lain sebagai berikut :
1. Pengaruh progesteron
Penurunan hormone progesteron dalam kehamilan di percaya merupakan kejadian
perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan
dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis
menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya
pengaruh progesterone.
2. Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm member kesan
atau di percaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam
menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang
kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu factor penyebab kehamiulan
postterm.
5
![Page 6: 53417549-BAB-I](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/5572132b497959fc0b91c134/html5/thumbnails/6.jpg)
3. Teori Kortisol/ACTH janin
Dalam teori ini di ajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk di mulainya persalinan
adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol
janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesterone berkurang dan
memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
protasglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan
tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
4. Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan
kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada
kelainan letak, tali pusat pendek da bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga
sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.
5. Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan postterm
mempunyai kecendrungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya.
Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu
mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan,maka besar
kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan postterm.
Penyebab kehamilan serotinus atau postterm merupakan kombinasi dari factor ibu dan
anak. Factor-faktor yang mempengaruhi kehamilan serotinus yaitu :
1. Faktor potensial : adanya defisiensi hormone adrenokortikotropik (ACTH). Pada fetus
atau defisiensi enzim vulvatase plasenta.kelainan system syaraf pusat pada janin
sangat berperan,misalnya pada keadaan anensefal.
2. Semua faktor yang mengganggu mulainya persalinan baik factor ibu,plasenta,maupun
anak.Kehamilan terlama adalah 1 tahun 24 hari yang terjadi pada bayi dengan
anensefal.
6
![Page 7: 53417549-BAB-I](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/5572132b497959fc0b91c134/html5/thumbnails/7.jpg)
Selain factor-faktor diatas yang mempengaruhi kehamilan serotinus ada penyebab yang
paling utama yang menyebabkan kehamilan serotinus yaitu :
1. Tidak pasti mengetahui tanggal haid terakhir.
2. Terdapat kelainan congenital anensefalus.
3. Terdapat hipoflasi kelenjar adrenal.
Gambaran Klinis :
Serotinitas atau postdatism adalah istilah yang menggambarkan sindrom dismaturitas
yang dapat terjadi pada kehamilan serotinus. Keadaan ini terjadi pada 30% kehamilan serotinus
dan 3% kehamilan aterm.
Tanda-tanda serotinitas :
1. Menghilangnya lemak subkutan
2. Kulit kering,keriput,atau retak-retak.
3. Pewarnaan mekonium pada kulit,umbilikus, dan selaput ketuban.
4. Kuku dan rambut panjang.
5. Bayi malas.
2.4 PERMASALAHAN DALAM KEHAMILAN POSTTERM
Kehamilan postterm mempunyai resiko lebih tinggi daripada kehamilan aterm, terutama
terhahap kematian perinatal (antepartum, intrapartum dan postpartum) berkaitan dengan aspirasi
mekonium dan asfiksia. Pengaruh kehamilan postterm antaralain sebagai berikut :
1. Perubahan pada plasenta
Disfungsi plasenta merupakan factor penyebab terjadinya komplikasi kehamilan postterm
dan meningkatnya resiko pada janin. Penurunan fungsi plasenta dapat di buktikan dengan
penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Perubahan yang terjadi pada plasenta
sebagai berikut :
1) Penimbunan kalsium. Pada kehamilan postterm terjadi peningkatan
penimbunan kalsium pada plasenta. Hal ini dapat menyebabkan gawat
janin intrauterine yang dapat meningkat sampai 2-4 kali lipat. Timbunan
7
![Page 8: 53417549-BAB-I](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/5572132b497959fc0b91c134/html5/thumbnails/8.jpg)
kalsium plasenta meningkat sesuai dengan progresivitas degenerasi
plasenta. Namun,beberapa vili mungkin mengalami degenerasi tanpa
mengalami kalsifikasi.
2) Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang.
Keadaan ini dapat menurunkan mekanisme transpor plasenta.
3) Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan
fibrinoid, fibrosis, thrombosis intervili, dan infark vili.
4) Perubahan biokimia. Adanya insufisiensi plasenta menyebabkan protein
plasenta dan kadar DNA di bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA
meningkat. Transport kalsium tidak terganggu, aliran natrium, kalium, dan
glukosa menurun. Pengangkutan bahan dengan berat molekul tinggi
seperti asam amino, lemak, dan gama globulin biasanya mengalami
gangguan sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin
intrauterine.
2. Pengaruh janin
Pengaruh kehamilan postterm terhadap terhadap janin sampai saat ini masih di
perdebatkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa kehamilan postterm menambah bahaya
pada janin,sedangkan beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa bahaya kehamilan
postterm terhadap janin terlalu di lebihkan. Kiranya kebenaran terletak di antara kedunya.
Fungsi plasenta mencapai puncak pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat di buktikan dengan penurunan kadar
estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan
kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali. Akibat dari proses penuaan plasenta,
pemasokan makanan dan oksigen akan menurun di samping adanya spasme arteri
spiralis. Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang dengan 50% menjadi hanya
250ml/menit. Beberapa pengaruh kehamilan postterm terhadap janin antara lain sebagai
berikut
1. Berat janin. Bila terjadi perubahan anatomic yang besar pada plasenta,maka
terjadi penurunan berat janin. Dari penelitian Vorherr tampak bahwa sesudah
umur kehamilan 36 minggu grafik rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan
8
![Page 9: 53417549-BAB-I](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/5572132b497959fc0b91c134/html5/thumbnails/9.jpg)
tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun,seringkali pula
plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah
terus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwn dererdling
menyatakan bahwa rata-rata berat janin lebih dari 3.600 gram sebesar 44,5%
pada kehamilan postterm, sedangkan pada kehamilan genap bulan sebesar
30,6%. Resiko persalinan bayi dengan berat lebih dari 4.000 gram pada
kehamilan postterm meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term.
2. Sindroma postmaturitas. Dapat di kenali pada neonatus dengan di
temukannya beberapa tanda seperti gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit
kering, keriput seperti kertas (hilangnya lemak subkutan), kuku tangan dan
kaki panjang, tukang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan
lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha dan genital luar, warna
coklat kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, muka tampak
menderita, dan rambut kepala banyak atau tebal. Tidak seluruh neonatus
kehamilan postterm menunjukkan tanda postmaturitas tergantung fungsi
plasenta. Umumnya didapat sekitar 12-20% neonatus dengan tanda
postmaturitas pada kehamilan postterm.
3. Gawat janin atau kematian perinatal menunjukkan angka meningkat
setelah kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian besar terjadi intrapartum.
Umumnya di sebabkan oleh :
- Makrosomia yang dapat menyebabkan terjadinya distosia pada
persalinan,fraktur klavikula, palsi Erb-Duchene, sampai kematian bayi.
- Insufisiensi plasenta yang berakibat :
-pertumbuhan janin terhambat
-oligohidramnion: terjadi kompresi tali pusat, keluar mekonium
yang kental, perubahan abnormal jantung janin.
-keluarnya mekonium yang berakibat dapat terjadi aspirasi
mekonium pada janin.
- cacat bawaan : terutama akibat hipoplasia adrenal dan anensefalus.
9
![Page 10: 53417549-BAB-I](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/5572132b497959fc0b91c134/html5/thumbnails/10.jpg)
Kematian janin akibat kehamilan postterm terjadi pada 30% sebelum
persalinan, 55 % dalam persalinan dan 15 % pascanatal. Komplikasi yang
dapat di alami oleh bayi baru lahir ialah suhu yang tak stabil, hipoglikemi,
polisitemi, dan kelainan neurologic.
3.Pengaruh pada ibu
1. Morbiditas/mortalitas ibu : dapat meningkat sebagai akibat dari makrosomia janin dan
tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadi distosia persalinan,incoordinate
uterine action,partus lama,meningkatkan tindakan obstetric dan persalinan traumatis/perdarahan
postpartum akibat bayi besar.
2. Aspek emosi : ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus berlangsung
akibat melewati taksiran persalinan. Komentar tetangga atau teman seperti “belum lahir juga?”
akan menambah frustasi ibu.
4.Aspek mediko legal
Dapat terjadi sengketa atau masalah dalam kedudukannya sebagai seorang ayah
sehubungan dengan umur kehamilan.
2.5 PENGELOLAAN KEHAMILAN POSTTERM
Ekspektatif :
Oleh karena indukasi persalinan berkaitan dengan kejadian inersia uteri, partus
lama,trauma serviks, persalinan buatan, dan operasi sesar, pada beberapa kasus terutama dengan
serviks yang belum matang perlu dilakukan perawatan ekspektatif asalkan keadaan janin baik.
Hal ini berdasarkan :
10
![Page 11: 53417549-BAB-I](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/5572132b497959fc0b91c134/html5/thumbnails/11.jpg)
a. Enam puluh persen kehamilan akan berakhir dengan persalinan spontan pada
usia kehamilan 40-41 minggu dan 80% pada kehamilan 43 minggu.
b. Dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran untuk pemantauan
kesejahteraan janin, janin masih dapat dipertahankan dalam rahim selama
keadaannya masih baik.
Harus diingat bahwa tidak ada cara pemantauan kesejahteraan janin yang paling
ideal sehingga harus dilakukan kombinasi dari berbagai cara .
Aktif :
Tanpa melihat keadaan serviks induksi harus dilakukan pada fetus yang
mempunyai resiko untuk mengalami dismaturitas, atau bila kehamilan mencapai umur 44
minggu. Kejadian partus lama, inersia uteri hipotonik dan gawat janin selama persalinan akan
meningkat sehingga pada induksi kehamilan serotinus,pengawasan intrapartum harus lebih ketat.
Induksi dapat dilakukan dengan tetesan oksitosin per infus atau dengan pemakaian preparat
prostaglandin.
2.6 PENCEGAHAN KEHAMILAN POSTTERM
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang
teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1
kali pada trimester kedua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di
atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali
sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada
bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan,
dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.
11
![Page 12: 53417549-BAB-I](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/5572132b497959fc0b91c134/html5/thumbnails/12.jpg)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil diskusi kelompok kami dapat di simpulkan bahwa Kehamilan postterm
disebut juga kehamilan serotinus,kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat bulan,
prolonged pregnancy, extented pregnancy, postdate/post datisme atau pascamasturitas
adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, di hitung
dari hari pertama haid terakhir. Banyak factor yang menjadi penyebab terjadinya
kehamilan postterm ini diantaranya tidak pasti mengetahui tanggal haid terakhir,
terdapat kelainan congenital anensefalus, terdapat hipoflasi kelenjar adrenal.
3.2 SARAN
Melalui makalah ini penulis menyarankan kepada pembaca semua,kita sebagai calon
bidan nantinya agar dapat mengurangi angka kehamilan postterm pada ibu hamil. Ada
banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi angka kehamilan postterm
misalnya dengan cara member tahu ibu hamil untuk selalu mengontrol
kehamilannya,melakukan pemantauan yang baik terhadap ibu.
12
![Page 13: 53417549-BAB-I](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/5572132b497959fc0b91c134/html5/thumbnails/13.jpg)
Daftar pustaka
Beck,William. Obstetrics and gynecology. Ed 3:Harwal Publ. sPhiladelphia. 49-54.1993
Cunningham,FG,McDonald PC,Grant NF,Leveno KJ,Gilstraf III LC,Hankins GDV,Clark
SL. Williams Obstetrics. Ed. 20: Prentice-Hall International Inc. USA. 579-605,1997.
Danforth,David N. Obstetrics and Gynecology. Ed.4: Harper & Row. Philadelphia. 478-
479, 1977.
Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kebidanan. Ed. 3.1999.
Manuaba,Gde,Ida Bagus.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB.2001.
Prawirihardjo.Sarwono. Ilmu Kebidanan.Ed. 4. 685-695.2008
13