51290434 Virus Hepatitis C HCV
-
Upload
erlangga-wibawa -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of 51290434 Virus Hepatitis C HCV
-
7/27/2019 51290434 Virus Hepatitis C HCV
1/13
HEPATITIS VIRUS C (HVC)
Oleh :
Chairunas
MSQ 04003
Pembimbing :
Dr. Hj. Sunaryati Sudigdo Adi, dr.,Sp.MK
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS BEDAH MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN/
PERJAN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
BANDUNG
-
7/27/2019 51290434 Virus Hepatitis C HCV
2/13
2005
HEPATITIS VIRUS C (HVC)
1. Pendahuluan
Hepatitis virus C (HVC) adalah penyakit sistemik yang disebabkan
virus terutama menyerang hati (Brooks et al, 2005, Gehrig P. 2005). Kebanyakan
kasus-kasus Hepatitis virus akut pada anak dan dewasa disebabkan oleh salah satu
agennya yaitu Virus Hepatitis C. Virus Hepatitis menimbulkan peradangan akut pada
hati dan menimbulkan penyakit klinis yang ditandai oleh demam, gejala gastro
intestinal seperti mual dan muntah serta ikterik (Brooks et al, 2005).
Virus hepatitis C (VHC) telah diidentifikasi sebagai penyebab utama hepatitis
non A, non B (Hepatitis NANB) yang terutama ditularkan secara perenteral /
transfusi, disamping sebagai penyebab hepatitis NANB yang sporadik. Pada saat ini
diperkirakan terdapat 500 juta orang telah terinfeksi dengan VHC diseluruh dunia.
Meskipun prevalensi infeksi VHC lebih kecil dibandingkan infeksi virus hepatitis B(VHB), jumlah kasus sirosis dan kanker hati yang ditimbulkan lebih besar (Putra ST.
1999). Dari infeksi VHC akut, kira-kira 85% akan berlanjut menjadi Hepatitis kronis,
selanjutnya kira-kira 20% berakhir dengan Sirosis dan Karsinoma Hepatoseluler
(KHS) setelah dekade ke-3, karena progresifitas infeksi VHC lebih lambat dari pada
infeksi VHB (Zulkarnain dkk. 2000).
Mekanisme VHC untuk dapat menyebabkan penyakit hati, hingga kini masih
belum jelas betul, diduga VHC bersifat sitopatik infiltrasi limfosit pada daerah
dimana terjadi kerusakan hepatosit (Putra ST. 1999).
Pada umumnya infeksi VHC bersifat asimtomatik termasuk pada anak,
karena tak ada gejala yang jelas pada infeksi VHC tersebut maka diagnosis infeksi
VHC hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan awal laboratorium (Enzim
2
-
7/27/2019 51290434 Virus Hepatitis C HCV
3/13
Transaminase) dan uji Serologi, dan bila perlu dengan uji Molekuler, pada pasien-
pasien dengan resiko tinggi yaitu yang mendapat transfusi berulang (Zulkarnain dkk.
2000).
Pengobatannya yakni dengan mengkonsumsi dua macam obat yang telah
terbukti agak efektif dalam melenyapkan virus dari dalam tubuh. Namun kedua obat
tersebut yakni interferon dan ribaviron, dapat menimbulkan efek samping. Kita
memang dapat saja menerapkan strategi "lihat dan tunggu" tadi, tapi masalahnya
begitu gangguan hati mulai berkembang, tidak ada yang bisa mencegah pasien untuk
terus mengalami kerusakan hati yang lebih parah (www.iptek.net.id. 2002)
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Virus Hepatitis C (VHC)
Virus hepatitis C (VHC) telah diidentifikasi sebagai penyebab utama hepatitis
non A, non B (Hepatitis NANB) yang terutama ditularkan secara perenteral /
transfusi. VHC ditemukan pada 1989 oleh Choo dkk. VHC termasuk famili
Flaviviridae. Pada tabel dibawah ini dijelaskan tentang sifat-sifat Virus hepatitis C.
No Sifat Virus Hepatitis C1. Famili Flaviviridae
2. Genus Hepacivirus
3. Virion 60 nm, bulat
4. Amplop Ada
5. Genom ssRNA
6. Ukuran Genom 9,4 kb
7. Stabilitas Peka thd ether dan asam
8. Penularan Parenteral
9. Prevalensi Sedang
10. Penyakit fulminan Jarang
11. Penyakit kronis Sering
12. Onkogenik Ya
3
-
7/27/2019 51290434 Virus Hepatitis C HCV
4/13
Tabel 1. Sifat-sifat Virus Hepatitis C (Brooks et al, 2005)
2.2. Struktur dan virologi molekuler
Struktur genom VHC terdiri dari untaian RNA tunggal dengan diameter 30
60 nm dan panjang genom 10 kb yang terdiri dari 3011 asam amino dengan 9033
nukleotida.
Struktur genom VHC terdiri dari satu open reading frame (ORF) yang
memberi kode pada polipeptida yang termasuk komponen struktural terdiri dari
nukleokapsid (inti / core / C ), protein selubung / envelope (E1 dan E2) serta bagian
non struktural (NS) yang dibagi menjadi NS2, NS3, NS4a, NS4b, NS5a dan NS5b.
Pada kedua ujung terdapat area non coding (NC) yang pendek yaitu daerah 51 dan 31
terminal.
Gambar 1. Genom Virus Hepatitis C (VHC).
Area 51 NC dan 31 NC terminal ini merupakan bagian VHC yang sangat stabil
serta berperan pada replikasi RNA dan Translasi RNA. Oleh sebab itu sekuens
nukleotida di daerah ini digunakan untuk mendeteksi VHC pada pemeriksaanmolekuler dengan polymerase chain reaction (PCR).
Bagian genom VHC yang paling stabil adalah nukleokapsid atau protein inti
(core / C), dan dipakai untuk deteksi antibodi dalam serum pasien. Protein envelope
merupakan bagian VHC yang sangat heterogen, dan yang paling tinggi
4
-
7/27/2019 51290434 Virus Hepatitis C HCV
5/13
variabilitasnya adalah pada E2 dekat E1, sehingga daerah disebut sebagai
hipervariable region 1 (HVR1)
2.3. Epidemiologi
Transfusi berulang darah atau produk darah merupakan faktor resiko
tinggi hepatitis virus C. Sejumlah 85 90% hepatitis pasca transfusi disebabkan oleh
VHC. Prevalens infeksi VHC pada multi transfusi kira-kira 59-80%, sedangkan pada
hemofilia lebih tinggi lagi, yaitu 83 100%.
Sebelum dilakukan uji tapis terhadap darah donor, anti VHC terdapat pada
80 90% pasien hepatitis pasca transfusi. Perjalanan hepatitis C yang cenderung
menjadi sirosis dan karsinoma hepato seluler (KHS) membuat uji tapis darah donor
sangat berarti, karena dapat menurunkan kejadian hepatitis C 50 80%. Sejumlah
85% pasien dengan infeksi VHC akut akan mengalami infeksi kronis
2.4. Cara Penularan
Virus Hepatitis C (VHC) dapat ditularkan melalui beberapa cara antara lain
melalui parenteral, kontak personal (intra familial), transmisi seksual dan transmisi
perinatal (vertikal). Penularan secara parenteral, kecuali melalui transfusi, dapat
terjadi melalui jarum suntik pada pengguna obat-obatan dan petugas kesehatan.
Penularan secara parenteral merupakan penularan yang utama, 80% pasien dengan
hepatitis kronis pasca transfusi penyebabnya adalah hepatitis C.
2.5. Imunopatogenesis
Pada penelitian tahun 1994 oleh Gonzales, tampaknya kerusakan hepatosit
pada infeksi VHC diperkirakan bukan hanya karena sifat sitopatik virus, tetapi juga
disebabkan karena interaksi virus dngan respons imun penderita. Ada 2 mekanisme
respons imun pada infeksi VHC, yaitu non spesifik dan spesifik. Pada non spesifik
yaitu produksi interferon (IFN) dan aktivasi sel Natural Killer (NK), sedangkan yang
spesifik respon imun humoral dan seluler. Pada VHC yang dominan adalah respon
5
-
7/27/2019 51290434 Virus Hepatitis C HCV
6/13
imun seluler, sayangnya pola aktivasi menuju ke aktivasi Th2 hal ini menyebabkan
proses eliminasi virus tidak efektif seperti kalau yang teraktivasi Th1.
Pada infeksi VHC akut, yang berperan adalah respon humoral dengan
terbentuknya Antibodi terhadap protein genom virus struktural dan non struktural,
namun bagaimana peran antibodi terhadap infeksi masih belum diketahui.
Respons imun seluler dihasilkan oleh sel CD4+ dan CD8+ terhadap adanya
antigen VHC. Sitokin yang dilepaskan oleh CD4+ dan CD8+ secara langsung
menghambat replikasi virus. Dibandingkan dengan hepatitis B, hepatitis C resisten
terhadap efek hambatan sitokin tersebut, sehingga peran sitokin lainnya lebih nyata
yaitu menyebabkan kerusakan sel hati.
Gambar 2. Peran sel sitokin pada respons imun pejamu terhadap infeksi VHC
APC : Antigen Presenting Cell. (Zulkarnain dkk. 2000).
Respons imun seluler terbagi menjadi tipe 1 dan tipe 2 sel T helper (Th1 dan
Th2). Sel Th1 memproduksi sitokin interleukin (IL-2) dan interferon gamma (IFN-)
yang diperlukan untuk meningkatkan respons imun seluler pejamu untuk membunuh
virus, termasuk juga aktivasi limfosit T sitotoksik (CTL) dan sel NK.Sedangkan sel
Th2 memproduksi IL-4 dan IL-10 yang berfungsi meningkatkan produksi Antibodi
untuk imunitas humoral, tetapi juga menghambat respon Th1 terutama interferon.
Ketidakseimbangan antara produksi sitoin Th1 dan Th2 berdampak pada berlanjutnya
6
-
7/27/2019 51290434 Virus Hepatitis C HCV
7/13
penyakit atau infeksi tidak sembuh. Timbulnya VHC kronis bukan semata-mata
disebabkan oleh ketidakseimbangan sitokin, tetapi juga oleh mekanisme lain,
termasukescape mutants, karena tingginya kecepatan mutasi VHC.
Pasien yang dapat sembuh dari infeksi VHC akut dan tidak menjadi kronis
mempunyai respons Th1 yang kuat dan tidak ada atau lemahnya respons Th2,
sebaliknya pada pasien-pasien yang infeksinya menjadi kronis, mempunyai respons
Th1 yang kurang dan semua pasien tersebut menunjukkan respons Th2 yang tinggi.
2.6. Manifestasi klinis dan perjalanan penyakit
Sekitar 20% hepatitis akut dan 70% hepatitis kronis
penyebabnya adalah VHC. Infeksi VHC akut menjadi kronis pada 85% kasus,
sedangkan yang 15% mengalami penyembuhan. Komplikasi yang utama hepatitis C
kronis adalah sirosis yang pada umumnya dengan perjalanan penyakit lebih lama dari
pada hepatitis B kronis. Manifestasi klinis hepatitis C sangat bervariasi dan tidak
spesifik. Pada anak umumnya hepatitis C bersifat asimtomatik dan sebagian kecil
mengalami ikterus.
Gejala hepatitis C menjadi lebih berat bila ada ko-infeksi dengan VHB (Virus
Hepatitis B). Gangguan fungsi hati pada anak dengan talasemia yang terinfeksi VHC
bukan semata-mata disebabkan oleh VHC saja tetapi juga oleh penumpukan zat besi
di hati. Demikian pula halnya pada anak dengan leukemia yang mendapat
khemoterapi.
Infeksi VHC akut
85% 15%
Infeksi VHC kronik Sembuh
berat sedang ringan
Sirosis Hepatitis Kronis
7
-
7/27/2019 51290434 Virus Hepatitis C HCV
8/13
KHS Stadium akhir
penyakit hati
Gambar 3. Manifestasi klinis hepatitis C. (Zulkarnain dkk. 2000).
2.6.1. Hepatitis C Akut
Masa inkubasi VHC sekitar 7 minggu (3 20 minggu). Manifestasi yang
tidak spesifik menyebabkan diagnostik VHC akut sulit ditegakkan tanpa pemeriksaan
serologis. 4 12% dengan gejala klinis beerupa malaise, nausea, nyeri perut kwadran
kanan atas yang diikuti dengan urin berwarna tua dan ikterus. Gambaran
histopatologi VHC akut yaitu adanya pembengkakan atau nekrosis sel hati, infiltrasi
sel mononuklear atau terjadinya kolestasis.
Setelah beberapa minggu kadar serum alanin amino transferase (ALT)
meningkat diikuti dengan timbulnya gejala klinis. Hampir semua pasien (lebih dari
80%) terjadi peningkatan sementara ALT dengan puncaknya lebih besar dari 10 kali
normal, tetapi hanya 1/3 nya yang terdapat gejala klinis atau ikterus, sedangkan
sisanya tanpa ikterus dan gejala subklinis. Lamanya sakit berlangsung 2-12 minggu,
bila sembuh maka RNA VHC tidak ditemukan lagi dalam beberapa minggu dan nilai
ALT akan kembali normal.
Gambar 4. Hepatitis C akut menurut waktu timbulnya gejala klinis,
RNA VHC, nilai ALT dan anti VHC. (Zulkarnain dkk. 2000).
2.6.2. Hepatitits C kronis
Manifestasi klinis Hepatitis C kronis tidak spesifik dan sering bersifat
asimtomatik, sehingga sering tidak terdeteksi. Gejala klinis yang paling sering
ditemuklan adalah rasa lelah. Gejalaklinis seperti anoreksia, nausea, nyeri perut
8
-
7/27/2019 51290434 Virus Hepatitis C HCV
9/13
daerah kuadran atas kanan, urine warna tua dan gatal-gatal juga dapat ditemukan
terutama pada kasus-kasus yang berat.
Manifestasi klinis fase akut akan menghilang, tetapi kadar ALT tetap tinggi
atau berfluktuasi dan RNA VHC masih dapat ditemukan. Sedangkan anti VHC yang
positif dapat terjadi baik pada infeksi akut maupun kronis. Telah dilaporkan adanya
anti VHC yang persisten selama lebih dari 10 tahun, setelah RNA VHC tidak
ditemukan lagi dalam serum penderita.
Gambar 5. Hepatitis C kronis, waktu ditemukan RNA VHC,
Anti-VHC dan nilai ALT.(Zulkarnain dkk. 2000).
Pada hepatitis C kronis terdapat 3 bentuk kelainan histopatologis yaitu,
Hepatitis kronis aktif, hepatitis kronis persisten dan hepatitis kronis lobuler.
Ditemukannya nekrosis piecemeal dan nekrosis lobuler merupakan faktor prediksi
progresifitas dan derajat beratnya penyakit.
2.6.3. Hepatitis Fulminan
Hepatitis C akut dapat berlanjut menjadi hepatitis fulminan walaupun sangat
jarang. Terjadinya hepatitis fulminan karena respons CD4+ CTL terhadap hepatosit
yang terinfeksi VHC menyebabkan lisis hepatosit dan pengeluaran enzim
transaminase yang masif.
2.6.4. Karsinoma Hepatoseluler
9
-
7/27/2019 51290434 Virus Hepatitis C HCV
10/13
Infeksi VHC yang bersifat kronis merupakan resiko utama untuk terjadinya
karsinoma hepatoseluler (KHS). Sebagian pasien KHS dengan anti VHC positif
dalam serum dapat ditemukan pula RNA VHC dalam serum, hati dan jaringan tumor.
Mekanisme pasti terjadinya KHS pada hepatitis C kronis tidak diketahui.
Sirosis hati dapat timbul mendahului KHS pada 10 15% kasus. Resiko timbulnya
KHS lebih tinggi pada sirosis karena infeksi VHC dibandingkan sirosis karena
penyakit Wilson atau sirosis bilier primer. Hal ini menunjukkan bahwa VHC
mempunyai efek karsinogenik langsung. Hepatitis C dengan ko-infeksi VHB
mempunyai resiko terjadinya KHS lebih tinggi dibandingkan bila hanya infeksi VHC.
3. Diagnosis
Diagnosis hepatits C pada umumnya ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan
laboratorium. Manifestasi klinis hepatitis C yang tidak spesifik dan seringkali
asimtomatik, mengakibatkan infeksi VHC sulit untuk dideteksi.
Uji diagnosis Hepatitis C secara umum dibagi 2 yaitu :
a. Uji Serologi
Bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap VHC. Untuk
menunjukkan adanya infeksi yang terjadi baik pada waktu yang lampau maupun pada
saat sekarang yaitu dengan menentukan antibodi terhadap VHC, dengan cara enzyme
imuno-assay (EIA) dan sebagai tes konfirmasi dipakai cara recombinant immunoblot
assay (RIBA). Setelah terpapar VHC terdapat periode yang belum terjadi reaksi
serologi, disebut sebagai window period..
b. Uji molekuler
Bertujuan untuk mendeteksi adanya genom RNA VHC. Amplifikasi deretan
(sekuens) asam nukleotida VHC dengan cara polymerase chain reaction (PCR)
merupakan cara untuk mendeteksi adanya virus. PCR dapat mendeteksi adanya RNA
VHC pada 1 3 minggu setelah inokulasi virus, merupakan cara terbaik untuk
diagnosis infeksi VHC. Hilangnya RNA VHC dari serum berhubungan dengan
sembuhnya penyakit, sedangkan adanya viremia yang persisten menunjukkan
10
-
7/27/2019 51290434 Virus Hepatitis C HCV
11/13
perjalanan penyakit yang kronik. Pemeriksaan PCR juga dapat dipakai untuk melihat
respons terapi anti-virus.
4. Pencegahan dan Pengendalian
Tidak ada vaksin untuk Hepatitis C, pengukuran pengendalian tertuju pada
aktivifitas pencegahan yang menurunkan resiko untuk tertular oleh HCV. Ini
termasuk skrining dan tes darah, plasma, organ, jaringan dan semen donor. Inaktivasi
virus dari produk-produk yang berasal dari plasma. Konseling orang-orang dengan
kebiasaan seksual atau pengguna obat beresiko tinggi. Implementasi pelaksanaan
pengendalian infeksi dalam perawatan kesehatan dan tempat kejadian lain. Serta
edukasi profesional dan masyarakat.
4.1. Tindakan pencegahan standar
Prosedur lingkungan yang sederhana dapat membatasi resiko infeksi pada
pekerja kesehatan, petugas laboratorium, dan lain-lain. Dengan pendekatan ini, semua
darah dan cairan tubuh serta bahan-bahan yang terkontaminasi oleh mereka
diperlakukan seolah-olah infeksius oleh HCV, dan patogen yang berasal dari darah
lainnya. Banyak metode yang disarankan untuk mencegah kontak dengan sampel-
sampel diatas, antara lain (Brooks et al, 2005) :
Pemakaian sarung tangan ketika menangani semua bahan yang berpotensi
infeksi
Pakaian pelindung sebaiknya dipakai dan dilepas sebelum meninggalkan
tempat kerja
Masker dan pelindung mata harus digunakan untuk melindungi dari percikan
droplet bahan infeksius beresiko
Hanya memakai jarum sekali pakai
Jarum-jarum sebaiknya dibuang langsung kedalam wadah khusus dan ditutup
kembali
Permukaan tubuh pekerja sebaiknya didekontaminasi menggunakan larutan
pemutih (pakaian)
11
-
7/27/2019 51290434 Virus Hepatitis C HCV
12/13
Petugas laboratorium sebaiknya tidak menyedot pipet dengan mulut
Makan, minum dan merokok ditempat kerja
Benda dan alat dari logam dapt didesinfeksi dengan autoklaf atau melalui
paparan terhadap gas ethylene oksida.
5. Kesimpulan
Hepaitis C merupakan penyakit dengan manifestasi klinis sangat bervariasi
dan tidak spesifik, cenderung menyebabkan hepatitis kronis, sirosis, gagal hati dan
karsinoma hepatoseluler (KHS). 85% hepaitits C akut akan menjadi kronis.
Virus Hepatitis C (VHC) dapat ditularkan melalui beberapa cara antara lain
melalui parenteral, kontak personal (intra familial), transmisi seksual dan transmisi
perinatal (vertikal). Penularan secara parenteral, kecuali melalui transfusi, dapat
terjadi melalui jarum suntik pada pengguna obat-obatan dan petugas kesehatan.
Penularan secara parenteral merupakan penularan yang utama, 80% pasien dengan
hepatitis kronis pasca transfusi penyebabnya adalah hepatitis C.
Bila ada ko-infeksi dengan VHB atau VHA, gejala hepatitis C menjadi lebih
berat, maka dianjurkan pemberian vaksinasi hepatitis A dan hepatits B pada pasien-
pasien dengan infeksi VHC
6. Daftar Pustaka
Brooks GF, Butel JS, Morse SA. 2005. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA.
Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology). Editor Sjabana DD.
Buku 2. Edisi pertama. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Gehrig P.2005. Hepatitis C. http://www.indoindians.Com/hepatitisc.Htm# could%20
Putra ST. 1999. Biologi Molekuler Kedokteran. Edisi Pertama. Surabaya. Airlangga
University Press
Zulkarnain Z, Bisanto J, Pujiarto PS, Oswari H. 2000. Tinjauan Komprehensif
Hepatitis Virus pada Anak. Jakarta. FK-UI.
12
http://www.indoindians/http://www.indoindians/ -
7/27/2019 51290434 Virus Hepatitis C HCV
13/13
www.dmacgroup.com/hepatitis.htm - 59k. 2005
www.iptek.net.id/ind/cakrawala_idx.php?id=penyakit7.htm. 2002
13
http://www.dmacgroup.com/hepatitis.htm%20-%2059http://www.dmacgroup.com/hepatitis.htm%20-%2059http://www.dmacgroup.com/hepatitis.htm%20-%2059http://www.iptek.net.id/ind/cakrawala_idx.php?id=penyakit7.htmhttp://www.dmacgroup.com/hepatitis.htm%20-%2059http://www.iptek.net.id/ind/cakrawala_idx.php?id=penyakit7.htm