5 Wirausahawan Sukses Indonesia

18
5 Wirausahawan Sukses Indonesia 1. Bob Sadino Bob Sadino (Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed. Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob

Transcript of 5 Wirausahawan Sukses Indonesia

Page 1: 5 Wirausahawan Sukses Indonesia

5 Wirausahawan Sukses Indonesia

1.                Bob Sadino

Bob Sadino (Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah

seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah

pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering

terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya.

Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari

lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun

mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah

dianggap hidup mapan.

Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia.

Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di

sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika

tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.

Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2

Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang

tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama

tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia

memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.

Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah

menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun

sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah.

Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu.

Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup

yang dialaminya.

Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan

depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi

berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham,

ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.

Page 2: 5 Wirausahawan Sukses Indonesia

Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa

kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan,

terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di

kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.

Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun.

Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun

terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob

yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks.

Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.

Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis,

khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di

Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.

Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi

kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir

balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani

mencari dan menangkap peluang.

Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus

selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah

ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga

ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.

Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung

terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses

keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik,

lalu menjadi trampil dan profesional.

Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak

serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.

Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran

dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu

menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri

sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.

Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota

keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya

fungsi dan kekuatan.

Anak Guru

Page 3: 5 Wirausahawan Sukses Indonesia

Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan

pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak

bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria

Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob

berusia 19.

Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an.

Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan

Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan,

Bob sendiri sopirnya.

Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi

berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob.

Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia

mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa

menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus

mencari nafkah.”

Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari

kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik

tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem

Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M,

Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan

Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton

sayuran segar.

”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya.

Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp

1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata

Bob.

Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar

bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya.

Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam.

Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan jazz.

Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.

Profil dan Biodata Bob Sadino

Nama :

Page 4: 5 Wirausahawan Sukses Indonesia

Bob SadinoLahir :Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933Agama :Islam

Pendidikan :-SD, Yogyakarta (1947)-SMP, Jakarta (1950)-SMA, Jakarta (1953)

Karir :-Karyawan Unilever (1954-1955)-Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)-Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)-Dirut PT Boga Catur Rata-PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)-PT Kem Farms (kebun sayur)

Alamat Rumah:Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp: 793981

2.                Meity AmeliaBerawal dari hobi, Meity Amelia sukses sebagai pengusaha bakery dan cake.

Ikuti perjalanan hidupnya.

Meity Amelia lahir di kota kecil di Gorontalo, 50 tahun lalu. Waktu itu daerahnya sepi dan

tidak banyak orang yang menjual makanan. Setiap sore, Sang Mama selalu membut kue-kue

untuk kedua anaknya. Awalnya ia hanya bisa melihat dan membantu mengambilkan alat atau

bahannya saja. Tapi lama-kelamaan, ia ikut mengaduk adonan, mencetak dan membakar atau

menggorengnya.

Karena seringnya membantu, sejak masuk sekolah dasar (SD), ia sudah bisa

membuat puding dan roti goreng sendiri. “Rasanya puas bisa membuat roti goreng sendiri

dan dinikmati sendiri,” jelas Meity. Jadi ketika teman-teman sebayanya senang bermain-main

di luar rumah, ia berada di dapur membantu mamanya memasak atau membuat kue sendiri.

Selain belajar membuat aneka cake dan masakan, ia juga sudah diajari bisnis

oleh orang tuanya. Ketika menginjak kelas 3 SD, ia sudah berani menjual permen dari gula

merah di sekolahnya. Karena rasanya enak dan murah, dagangannya selalu habis dibeli

teman-temannya. ”Permen gula merah saya buat sendiri, jadi keuntungannya jadi lebih

besar,” jelas ibu 6 anak ini.

Page 5: 5 Wirausahawan Sukses Indonesia

Keahlian membuat cake makin bertambah ketika ia menginjak sekolah

menengah pertama (SMP). Ia suka membeli majalah atau buku tentang resep dan masakan.

Tidak hanya dibaca saja, tetapi ia juga senang mempraktikannya di rumah. Hasilnya, ia sering

sekali menghadiahi teman-teman atau ponakan dengan tart. ”Kalau pas ada perayaan atau ada

teman atau keponakan ulang tahun, saya sering memberi hadiah kue atau tart buatan sendiri,”

jelas istri Suryo Hadisantoso ini. Ia juga pernah membantu usaha kakak iparnya membuat kue

kering.

Proses belajar yang panjang, serta pengalaman yang banyak membuat kue dan

cake, ternyata sangat berguna ketika ia menjalankan bisnis cake di Jakarta. Tahun 1993, ia

membuka Grandville Island, Bakery dan Cake Shop di komplek pertokoan Greenville,

Jakarta Barat. Waktu itu modalnya hanya 1 mikser kecil, 1 oven biasa, 1 meja dan 1 lemari

pendingin. Perlahan tapi pasti, ia mulai mendapatkan pelanggan. ”Motto kami adalah kualitas

di atas kuantitas,” jelasnya. Untuk itu ia benar-benar memperhatikan kualitas bahan,

penampilan, dan rasa.

Kelebihan dari cake atau kue buatannya adalah ia selalu memperhatian detail

dan membuatnya lebih artistis. Kalau pelukis menuangkan ide atau gagasannya melalui kain

atau kertas, Meity menuangkannya lewat cake atau kue yang ia buat. ”Saya selalu berusaha

membuat cake atau kue menjadi lebih cantik dan indah,” jelas Meity yang memang jago

menghias cake ini.

Karena makin lama pesanan makin banyak, ia mengambil karyawan untuk

membantunya. Sekarang ini ia dibantu 13 karyawan. ”Tapi kalau mendekati Lebaran, Natal

atau hari raya lainnya, saya bisa dibantu 30 karyawan,” jelas Meity yang sampai sekarang

masih rajin ikut kursus membuat cake dan kue. Baginya, belajar merupakan keharusan jika

ingin produknya terus didatangi pelanggan.

Selain kue kering, ia juga menerima pesanan aneka tart untuk segala

keperluan, aneka snack, dan roti. Lebih dari 60 jenis cake yang ia produksi antara lain:

blackforest, tiramisu, havana cake, sultana butter, caramel nut, cruncy drop’s dan masih

banyak lagi. Beberapa pejabat dan artis pernah merasakan kelezatan cake buatannya. ”Taufik

Hidayat pernah pesan tart untuk ulang tahun anaknya,” jelas Bendahara Asosiasi Bakery

Indonesia ini.

Ada beberapa tips untuk mereka yang ingin memulai usaha makanan. Pertama, kerjakan

dengan kesungguhan hati dan ikhlas. Jangan pernah menggerutu dengan apa yang ia

Page 6: 5 Wirausahawan Sukses Indonesia

kerjakan. Kedua, jangan malas belajar entah dengan mengikuti kursus atau membaca buku.

”Ketiga, terus jaga kualitas dan selalu buat inovasi baru,” tegas Meity.

3.                Dahlan IskanDahlan Iskan (lahir di Magetan, Jawa Timur, 17 Agustus 1951; umur 61

tahun), adalah CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Group, yang bermarkas di Surabaya.

Ia juga adalah Direktur Utama PLN sejak 23 Desember 2009. Pada tanggal 19 Oktober 2011,

berkaitan dengan reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, Dahlan Iskan diangkat sebagai

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara menggantikan Mustafa Abubakar.

KarierKarier Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda,

Kalimantan Timur pada tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo.

Sejak tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang.

Jawa PosDahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan

oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000

eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu

jaringan surat kabar terbesar di Indonesia yang memiliki 134 surat kabar, tabloid, dan

majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997 ia berhasil mendirikan

Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di

Jakarta. Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang

kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru.

Fangbian Iskan Corporindo (FIC)Sejak awal 2009, Dahlan adalah sebagai Komisaris PT Fangbian Iskan Corporindo (FIC)

yang akan memulai pembangunan Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL) pertengahan

tahun ini. SKKL ini akan menghubungkan Surabaya di Indonesia dan Hong Kong, dengan

panjang serat optik 4.300 kilometer.

Perusahaaan Listrik Negara (PLN)Sejak akhir 2009, Dahlan diangkat menjadi direktur utama PLN menggantikan Fahmi

Page 7: 5 Wirausahawan Sukses Indonesia

Mochtar yang dikritik karena selama kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu di daerah

Jakarta. Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan diantaranya bebas

byar pet se Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Dahlan juga

berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011. Sebelumnya, tahun 2010 PLN

telah berhasil membangun PLTS di 5 pulau di Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Banda,

Bunaken Manado, Derawan Kalimantan Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan

Citrawangan.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (Menteri BUMN)Pada tanggal 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pengganti Menteri BUMN

yang menderita sakit. Ia terisak dan terharu begitu dirinya dipanggil menjadi menteri BUMN

karena ia berat meninggalkan PLN yang menurutnya sedang pada puncak semangat untuk

melakukan reformasi PLN.

Dahlan melaksanakan beberapa program yang akan dijalankan dalam pengelolaan BUMN.

Program utama itu adalah restrukturisasi aset dan downsizing (penyusutan jumlah) sejumlah

badan usaha. Ihwal restrukturisasi masih menunggu persetujuan Menteri Keuangan.

Beberapa kinerjanya disorot. Dahlan gagal membawa lima perusahaan BUMN untuk melepas

saham perdana (initial public offering/IPO) di lantai bursa. Adapun, berkat

kepemimpinannya, BUMN dinilai bersih dari korupsi oleh masyarakat juga merupakan

kinerja dan keberhasilannya membangun BUMN.

Kehidupan pribadiDahlan Iskan dibesarkan di lingkungan pedesaan dangan kondisi serba kekurangan.

Orangtuanya tidak ingat tanggal berapa Dahlan dilahirkan. Dahlan akhirnya memilih tanggal

17 Agustus dengan alasan mudah diingat karena bertepatan dengan peringatan kemerdekaan

Republik Indonesia.

Dahlan Iskan pernah menulis buku berjudul Ganti Hati pada tahun 2008. Buku ini berisi

tentang pengalaman Dahlan Iskan dalam melakukan operasi cangkok hati di Cina.

Selain sebagai pemimpin Grup Jawa Pos, Dahlan juga merupakan presiden direktur dari dua

Page 8: 5 Wirausahawan Sukses Indonesia

perusahaan pembangkit listrik swasta: PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT

Prima Electric Power di Surabaya.

4.                Sukyatno (Hoo Tjioe)Siapa yang tak kenal dengan produk es teller 77, ratusan gerainya sudah

tersebar di seluruh nusantara. Tidak puas dengan mempertahankan pasar dalam  negeri, kini

produk es teller 77 merupakan salah satu bisnis franchise makanan yang berhasil merambah

pasar internasional. Produknya sudah menjangkau pasar luar negeri seperti Malaysia,

Singapura, Australia, serta masih akan terus dikembangkan untuk membuka gerai berikutnya

di India, Jeddah dan Arab Saudi.

Terinspirasi dari sang mertua (Ibu Murniati Widjaja) yang menang lomba

membuat es teler, Sukyatno yang dulunya bernama Hoo Tjioe Kiat mencoba menjual es teler

di emperan toko dengan menggunakan tenda – tenda. Usaha yang dimulainya pada tanggal 7

Juli 1982 ini, ternyata bukan peluang bisnis yang pertama kali Ia coba. Berbagai peluang

bisnis seperti  menjadi salesman, tengkulak jual beli tanah, makelar pengurusan SIM, menjadi

pemborong bangunan, sampai mencoba bisnis salon pernah Ia geluti dan semuanya gagal

ditengah jalan.

Tak ingin mengulangi kegagalan bisnis seperti sebelumnya, Sukyatno mulai

menekuni bisnis es telernya yang diberi nama es teler 77. Angka 77 digunakan sebagai merek

es telernya, karena angka tersebut mudah diingat dan diharapkan menjadi angka hoki bagi

pemilik bisnis ini. Keyakinan Sukyatno pun tepat, merek es teler 77 mulai dikenal

masyarakat dan menjadi salah satu produk unggulan dari dulu sampai sekarang.

Dari sebuah warung tenda yang dulunya berada di emperan toko, Sukyatno

berinisiatif untuk mengembangkannya menjadi bisnis waralaba. Setelah 5 tahun

mempertahankan bisnisnya, tepat pada tahun 1987 untuk pertama kalinya dibuka gerai es

teler 77 di Solo dengan sistem franchise. Semenjak itu perkembangan bisnisnya pun sangat

pesat, dengan keuletan dan kerja keras yang dimiliki Sukyatno kini es teller 77 telah memiliki

lebih dari 180 gerai yang tersebar di berbagai pusat perbelanjaan dan pertokoan yang ada di

Indonesia bahkan hingga mancanegara.

Kunci sukses es teller 77

Page 9: 5 Wirausahawan Sukses Indonesia

Bersamaan dengan perkembangan bisnisnya, pada tahun 2007 Sukyatno kembali ke hadapan

Yang Maha Esa. Kesederhanaan dan kerjakerasnya dalam mengembangkan usaha, kini

dilanjutkan oleh salah satu anaknya yaitu Andrew Nugroho selaku direktur PT. Top Food

Indonesia. Berkat komitmen para pengelola bisnis ini, sekalipun menghadapi persaingan

dagang yang cukup ketat dengan bisnis franchise makanan asing maupun franchise lokal

yang saat ini banyak bermunculan. Es teller 77 terus berusaha untuk memberikan pelayanan

yang terbaik bagi para konsumennya. Ini dibuktikan dengan adanya inovasi baru dari es teler

77 yang mengenalkan menu makanan terbarunya antara lain gado – gado, rujak buah, mie

kangkung, dan nasi goreng buntut. Andrew sengaja mempertahankan menu tradisional yang

tidak asing bagi lidah orang Indonesia, agar masyarakat yang masuk pertokoan masih bisa

menemukan menu tradisional yang mereka gemari.

Disamping itu untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap es teler 77,

Andrew juga memberikan fasilitas kartu member bagi para pelanggannya. Dengan kartu klub

juara yang diluncurkannya, pelanggan berhak memperoleh diskon makanan dan minuman

yang ada di seluruh gerai es teler 77.

Atas kerjakeras dan perjuangan keluarga Sukyatno dalam mengembangkan

bisnisnya, berbagai penghargaan pun pernah diterimanya. Kesuksesan es teller 77 dalam

mengembangkan bisnis franchisenya, menjadi motivasi besar bagi semua orang.

5.                Gigin Mardiansyah

Kehadiran seorang wirausaha muda bernama Gigin Mardiansyah bisa disebut

tergolong unik pada tataran usaha di Indonesia. Ketika masih berstatus mahasiswa di Institut

Pertanian Bogor, alur pendidikannya jelas tidak terlepas dari manajerial pertanian, peternakan

dan perkebunan.

Namun siapa menyangka jika saat ini disiplin ilmu tersebut ditanggalkannya untuk

berkonsentrasi menjalankan bisnis industri boneka di bawah bendera usaha Rumah Boneka

Horta. Horta adalah singkatan dari Holtikultura, sesuai program studi holrikultura yang

diambil Gigin.

Aktivitas Gigin menjadi intensif di kewirausahaan diawali ketika dia bersama enam

mahasiswa IPB lainnya sebagai kerabat dekatnya, mengikuti kontestan lomba

kewirausahaan.  Dan Gigin bersama rekannya menemukan ide untuk menciptakan boneka

berdasarkan kreativitas salah satu dosen.

Boneka yang diciptakan bukan sekedar boneka biasa, karena dia dan rekannya mampu

Page 10: 5 Wirausahawan Sukses Indonesia

menjadikan mainan tersebut sebagai alat edukasi untuk anak-anak. Karena sasarannya anak-

anak, maka yang diciptakan adalah boneka-boneka hewan.

Awalnya, boneka-boneka dilengkapi secara unik oleh tanaman padi-padian di atas kepalanya,

apabila boneka direncam di dalam air. Sebab, di kepala boneka sudah dilengkapi bibit

tumbuhan. Akan tetapi, modifikasi terhadap penampilan boneka terus disempurnakan,

sehingga fokusnya lebih ke boneka konvensional.

Target dari penciptaan boneka itu tentus saja agar anak-anak sejak dini bisa

mengenal berbagai jenis hewan yang hidup di Indonesia maupun hewan-hewan di manca

negara. Selain boneka hewan, kelompok itu juga menciptakan tokoh legenda seperti dokter,

guru serta tokoh yang menjadi popular di masyarakat.

”Adapun bonekanya secara umum tidak terlalu besar, karena tingginya mulai dari 5 cm-20

cm,” kata Gigin Mardiansyah menjelaskan kepada Bisnis. Seiring perjalanan waktu, ketujuh

mahasiswa yang mulai memiliki jiwa kewirausahaan kental tersebut akhirnya berpisah

setelah dimulai dari satu ajang lomba pada 2004. Gigin lalu malanjutkan usahanya melalui

bendera Rumah Boneka Horta, dan dikembangkan secara profesional dan komersial. Yang

membuat produk Rumah Boneka mamu Horta terus bertahan, karena bahan dasarnya

memang berbeda dibandingkan dengan produk boneka lainnya. Gigin mengutamakan bahan

baku serbuk gergaji yang dimasukkan ke dalam stoking serta dibentuk sesuai dengan model

yang diinginkan.

Pembentukan model atau karakteristik boneka hewan dilaksanakan dengan bantuan benang

yang diikat dan dijahit. Sampai saat ini, menurut pengakuan Gigin, produksi Rumah Boneka

Horta terus meningkat, sehingga makin optimistis bisa dikembangkan lagi.

”Sebelumnya pemasaran kami lakukan terbatas pada dunia pendidikan saja. Namun, karena

respons masyarakat secara umum juga besar, saya lalu membuka pasar lebih luas sekaligus

meningkatkan produksi,” papar ayah dari seorang anak ini.

Kapasitasnya saat ini bisa mencapai 10.000 hingga 15.000 boneka per bulan, atau sekitar

1.000 setiap hari. Jika permintaan menurun, minimal produksi yang dipertahankan sekitar

10.000. Apabila order meningkat, jumlahnya bisa mencapai 18.000 boneka per bulan.

Dari ajang lomba wajib tersebut tingkat almamater tersebut, Gigin akhirnya menjadikannya

sebagai  tumpuan utama, dan saat ini setidaknya dia berhasil merekrut sekitar  30 tenaga kerja

profesional sebagai pendukung roda bisnisnya yang kian berkembang.

Tenaga kerja atau perajin yang direkrut merupakan tenaga istimewa, karena mayoritas adalah

kaum ibu-ibu yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan tetap. Gigin berhasil

Page 11: 5 Wirausahawan Sukses Indonesia

mengoptimalkan kemampuan mereka menjadi tenaga trampil yang ke depan berpotensi

menjadi wirausaha. Meski kategori usahanya home industry, namun kemampan produksinya

tidak meragukan, karena pasokan lebih dominan ke distributor ketimbang di pasarkan secara

ritel. Kondisi itu akhirnya menempatkan tenaga kerja menjadi lebih piawai.

Meski dari tujuh kerabat saat ini sudah berpencar, namun Gigin memantapkan diri

menjadikan Bogor sebagai base usahanya. Tepatnya di kawasan Kampus IPB Darmaga,

sedangkan mitranya sudah ada yang membuka bisnis sama di Bandung dan kota-kota lainnya.

Menurut dia, secara konsep produksi, dia maupun rekan-rekannya tetap menganut prinsip

yang sama. Hanya saja dipastikan berbeda konsep manajemen, terutama untuk

mengembangkan pasar sebagai target akhir dari setiap poroduksi.

Itu sebabnya, ketika Gigin menyelesaikan studinya di IPB pada 2007, konsentrasinya tidak

terpecah untuk tetap meneruskan bisnisnya di sektor boneka. Disiplin ilmu boleh berbeda,

akan tetapi tuntutan jiwa kewirausahaannya lebih kental menjadikan dia sebagai pengusaha

potensial.

Sukses membangun bisnis boneka, tidak membuat kreativitas Gigin terkubur. Ayah dari

seorang putra yang baru berusia 10 bulan ini, ternyata sangat inovatif untuk mengejar asanya.

Gigin pada 2007, atau selepas dari pendidikan kampus, membangun usaha lain di bidang

lembaga keuangan mikro.

Bisnis tersebut adalah lembaga keuangan mikro (LKM) berbasis koperasi serta didirikan

dengan modal awal Rp2 juta. Secara khusus melayani keperluan pelaku usaha mikro dan

kecil di sekitar kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor.

Namun dari bisnis keuangan ini ternyata dia mampu meraup sukses lain yang sebenarnya

tidak pernah dibayangkan Gigin, sama halnya ketika dia memulai bisnis boneka horta melalui

kompetisi kewirausahaan di internal IPB.

”Saat ini LKM El Uma, nama yang kami pilih, memiliki omzet Rp2 miliar lebih. Saya tidak

mempunyai basic keuangan, akan tetapi melalui paket learning by doing, bisnis di sektor

keuangan memberi keberhasilan seperti saat ini,” papar Gigin yang bangga atas

kesuksesannya.

Dengan keberhasilan dari sektor jasa keuangan mikro, Gigin mampu meningkatkan

pendapatan pundi-pundinya. Sebab, dari produksi Rumah Boneka Horta saja, omzetnya per

bulan secara rata-rata antara Rp80 juta—Rp100 juta.

Page 12: 5 Wirausahawan Sukses Indonesia

Angka yang sangat fantastis bagi penghasilan seorang wirausaha muda yang secara inovatif

mengembangkan dua sektor bisnis berbeda sekaligus. Meski demikian, kesuksesan tidak

membuat Gigin menjadi tinggi hati.

Penampilan dan tutur bahasanya tetap seperti seorang terdidik, namun dibalik dari

kesederhanaan itu tersimpan potensi besar untuk menjadikan kelompok usahanya terus

bergeliat. Apalagi usianya masih tergolong sangat muda, sehingga potensi menjadi pelaku

usaha mapan terbayang jelas.