5-Permudaan Hutan

66
PERMUDAAN TEGAKAN HUTAN

Transcript of 5-Permudaan Hutan

Page 1: 5-Permudaan Hutan

PERMUDAAN TEGAKAN HUTAN

Page 2: 5-Permudaan Hutan

Permudaan (Regenerasi) :

“Kegiatan memperbaharui pohon melalui pembentukan pohon muda secara alamiah atau secara buatan”

Page 3: 5-Permudaan Hutan

Silvikultur adalah : Suatu proses dimana pohon-pohon di dalam hutan ditebang,

dan diganti dengan pohon baru yang akan menghasilkan bentuk tegakan baru yang berbeda dengan tegakan sebelumnya (Matthews, 1989).

Rangkaian kegiatan berencana mengenai pengelolaan hutan yang meliputi; Penebangan, Peremajaan dan Pemeliharaan tegakan hutan guna menjamin kelestarian produksi kayu atau hasil hutan lainnya (Departemen Kehutanan, 1990)

Sistem Silvikultur mengandung tiga ide utama (Matthews, 1989).:

1. Metoda regenerasi individu pohon dalam hutan2. Bentuk tegakan yang dihasilkan3. Susunan/komposisi tegakan di dalam hutan secara

keseluruhan dengan melihat pertimbangan pada silvikulturnya, perlindungannya dan efisiensi pemanenannya.

Page 4: 5-Permudaan Hutan

METODE-METODE PERMUDAAN HUTAN

1. Permudaan Alam (Natural regeneration)

2. Permudaan Buatan (Artificial regneration)

Page 5: 5-Permudaan Hutan

Permudaan Secara Alam :

1. Permudaan Alam dari biji

2. Permudaan Alam dari bagian vegetatif

Permudaan Buatan :

1. Penanaman Bibit (planting seedling)

2. Sebar Benih Langsung (direct seeding)

Page 6: 5-Permudaan Hutan

1. Permudaan dari biji : Apabila permudaan diperoleh dari benih membentuk suatu tanaman maka

disebut tanaman bibit. Apabila telah tumbuh maka akan membentuk Hutan Tinggi (high Forest) Permudaan alami melalui biji tergantung pada :a. Produksi biji : jumlah dan viabilitas biji, dimana tergantung pada : spesies,

umur pohon, ukuran tajuk, ikllim dan faktor eksternal lainnyab. Penyebaran biji : ditentukan oleh agen pembawa biji yaitu angin, air,

burung, mamalia, dan dllc. Perkecambahan biji : ditentukan oleh faktor internal biji (permeabilitas

terhadap air dan oksigen, perkembangan embrio, kemampuan berkecambah, ukuran biji dan viabilitas biji

d. Pembentukan bibit : dipengaruhi oleh perkembangan kar, kondisi tanah (kadar air, aerasi, hara), cahaya, curah hujan, erosi, gulma, kebakaran, pengembalaan dan kompetisi tanaman

PERMUDAAN SECARA ALAM

Page 7: 5-Permudaan Hutan

2. Permudaan dari bagian vegetatif : Apabila permudaan diperoleh dari benih membentuk suatu tanaman maka

disebut trubusan (coppice). Apabila telah tumbuh maka akan membentuk Hutan rendah (Low Forest) Permudaan alami melalui coppice dapat dilakukan dengan cara :a. Seedling coppice : tunas muncul dari pangkal bibit yang telah dipotong

atau yang terkena apib. Stool coppice : tunah berasal dari stump pohon hidup yaitu tunas berasal

dari kuncup adventif dari pohon yang ditebang Reproduksi vegetatif dapat diperoleh melalui beberapa cara :a. Coppice : reproduksi vegetatif dimana pohon, tanaman atau bibit dari

suatu spesies ketika dipotong dekat permukaan tanah memproduksi tunas.

b. Root sucker : reproduksi vegetatif dimana suatu akar secara parsial atau keseluruhan dipotong untuk menghasilkan tunas.

c. Stek : reproduksi vegetatif dimana bagian batang, cabang atau akar ditanam dalam tanah atau medium agar berkembang menjadi suatu tanaman

Page 8: 5-Permudaan Hutan

CARA PERMUDAAN ALAM

SeedsSprouts Suckers Layering

Page 9: 5-Permudaan Hutan

Coppice System

Page 10: 5-Permudaan Hutan

PERMUDAAN BUATAN

1. Penanaman bibit (Planting Seedlings) Metode regenerasi yang paling disukai Keberhasilan pertanaman mensyaratkan : a. Bibit yang sehat dan beradaptasi terhadap iklim dan tempat tumbuhb. Bibit yang mendapatkan penanganan, disimpan dan ditanam

dengan benarc. Tidak ada atau sedikit persaingan dengan vegetasi lainnya selama

awal pertumbuhan Penyiapan bibit biasanya melalui persemaian

Page 11: 5-Permudaan Hutan

2. Sebar benih langsung (direct seeding) Penyebaran benih secara langsung di lapangan dengan menggunakan

mesin sebar Merupakan metode regenerasi yang murah dan efektif untuk membangun

tegakan pohon dan semak pada skala besar Sekarang ini metode sebar benih langsung cenderung digunakan secara

luas Percobaan Knight (1993) dan Dalton (unpublished), pada percobaan

pendahuluan mengusulkan bahwa untuk memperbaiki survival bibit perlu :a. Merobek tanah untuk memperbaiki penetrasi air dan memecahkan lapisan

keras agar survival tanaman meningkatb. Menggunakan pisau bertingkat untuk membuang sebagian topsoil basah

dan bedeng bebas gulmac. Waktu penyebaran menentukan waktu sebar optimumd. Menggunakan mulsa bitumen and polyvinyl alcohol (PVA) untuk

menstabilkan tanahe. Mengunakan pupuk untuk mempercepat pertumbuhan bibit Pada benih yang berukuran kecil, pasir dapat digunakan sebagai media

pembawa benih atau humus (microsite)

Page 12: 5-Permudaan Hutan

Keuntungan metode direct seeding:

1. Mudah dan murah

2. Merupakan alat yang fleksibel untuk menciptakan jarak tanam yang berbeda

3. Memungkinkan untuk menciptakan tegakan yang sangat rapat dengan kondisi yang sesuai dengan bentuk pohon dan sifat-sifat kayu yang diinginkan

4. Mengurangi resiko perubahan bentuk akar dan batang dan masalah stabilitas bibit

Kerugian metode direct seeding :

1. Kemunculan, survival, dan petumbuhan bibit tidak konsisten

2. Jumlah benih yang disebar meningkat

Page 13: 5-Permudaan Hutan

TEKNIK PERMUDAAN HUTAN

Page 14: 5-Permudaan Hutan

1. Tebang Habis (Clearcutting)

Sistem silvikultur tebang habis digunakan pada tegakan pohon intoleran naungan. Semua atau sangat banyak pohon hilang dalam satu kali penebangan. Ukuran, bentuk dan pola penebangan pada seluruh bentang alam menyerupai pengaruh gangguan alam yang besar seperti kebakaran..

Areal tebangan dapat ditanami atau ditinggalkan untuk berregenerasi secara alami dengan spesies-spesies intoleran naungan. Tegakan pohon individual adalah tegakan seumur.

Spesies-spesies pohon intoleran naungan adalah pohon yang membutuhkan cahaya penuh tumbuh subur. Spesies ini kadang-kadang disebut spesies pioner karena yang pertama kali terbentuk pada tempat-tempat terganggu, terbauka dan dalam jumlah besar,

Tegakan pohon-pohon ini cenderung “berumur sama”, yang bahwa semua pohon menjadi terbentuk pada waktu yang sama, biasanya setelah gangguan utama seperti kebakaran.

Page 15: 5-Permudaan Hutan

Jadi Sistem Silvikultur Tebang Habis adalah :

Menghabiskan seluruh tegakan hutan Mengurangi kompetisi Menghasilkan tegakan seumur (even-aged stand) Menguntungkan secara ekonomi Metode yang ditolak oleh publik Memberikan pengaruh tepi

Page 16: 5-Permudaan Hutan

Clearcut System

Page 17: 5-Permudaan Hutan

2. Seleksi Pohon-Tunggal (Single –Tree Selection)

Metode panen yang sangat cocok pada tegakan tidak seumur (uneven-aged stand) apabila regenerasi spesies toleran naungan yang diinginkan

Menjadi khas untuk spesimen besar dan bernilai dari overstory yang dihilangkan untuk menciptakan ruang (gap) dalam tajuk yang mensimulasikan kematian suatu pohon tua.

Dapat sangat sulit dalam pelaksanaannya pada tegakan yang rapat dan terjadi kerusakan pada tegakan sisa (residual stand).

Page 18: 5-Permudaan Hutan

3. Seleksi Kelompok (Group Selection)

Metode regenerasi pada tegakan tidak seumur (uneven-aged stand) apabila regenerasi spesies intoleran naungan yang diinginkan

Masih dapat mengakibatkan kerusakan pada tegakan sisa pada tegakan rapat, karena arah tebangan dapat meminimalkan kerusakan.

Rimbawan dapat melakukan lintas seleksi pada kisaran kelas diameter di dalam tegakan dan mempertahankan kelas diameter dan umur tertentu

Page 19: 5-Permudaan Hutan

Selection System

Page 20: 5-Permudaan Hutan

Group Selection based on openings Group Selection based on openings up to 1.0 haup to 1.0 ha(Adreas et al., 2007)(Adreas et al., 2007)

Page 21: 5-Permudaan Hutan

4. Metode Pohon Induk (Seed-Tree Method)

Metode regenerasi pada tegakan seumur (even-aged stand), yang menyisakan ruang yang lebar pada pohon sisa agar menyediakan benih yang seragam lintas areal panen. 1. 2-12 pohon benih/ha (5-30/ha ) adalah tegakan

tinggal agar mergenerasi hutan.2. Menahannya hingga regenerasi menjadi terbentuk

pada titik dimana sudah memungkinkan dipanen.3. Tidak selamanya secara ekonomi dapat berjalan

atau secara biologi ingin memasukkan kembali tegakan untuk membuang pohon-pohon benih yang tersisa.

Page 22: 5-Permudaan Hutan

3. Pohon induk yang ditebang juga dapat diperiksa ulang sebagai tebang habis dengan permudaan alam dan semua masalah terkait dengan tebang habis

4. Metode ini sangat cocok untuk spesies-spesies membutuhkan cahaya untuk membentuk biji dan tidak mudah roboh akibat terpaan angin.

Page 23: 5-Permudaan Hutan

Seed-Tree Method

Page 24: 5-Permudaan Hutan

A slash pine stand, with half the original stand still intact (right side) and the other half following the seed-tree cut (left side).

Page 25: 5-Permudaan Hutan

Scarification can be done by disking to expose bear mineral soil, as in this ponderosa pine stand in the Pike National Forest of

Colorado

Page 26: 5-Permudaan Hutan

5. Pohon Pelindung (Shelterwood)

Suatu sistem silvikultur dimana kayu dihilangkan secara bertahap dalam dua atau lebih penebangan tergantung pada perkembangan regenerasi.

Tujuan utamanya adalah untuk melindungi dan perlindungan perkembangan permudaan

Pohon-pohon yang tumbuh vigor dipertahankan untuk menyediakan perlindungan, sumber benih; peningkatan diameter cepat dan bernilai serta melindungi kerusakan tempat tumbuh

Kriteria pohon yang ditinggalkan sebagai pelindung adalah berukuran besar, pohon dominan, pohon tahan terpaan angin, spesies dengan sifat-sifat fisik yang diinginkan. 

Page 27: 5-Permudaan Hutan

Metode regerasi dengan menghilangkan pohon dalam tiga kali seri panen :

1. Tebang persiapan (Preparatory cut)

2. Tebang Pembentukan (Establishment cut)

3. Tebang buang (Removal cut). Tujuan metode ini adalah membentuk reproduksi

hutan baru dibawah naungan dari pohon sisa. Tidak seperti metode pohon induk, pohon-pohon

sisa mengubah kondisi lingkungan tumbuhan bawah (seperti : cahaya, suhu dan kelembaban) yang mempengaruhi pertumbuhan bibit pohon.

Page 28: 5-Permudaan Hutan

Shelter wood system

Page 29: 5-Permudaan Hutan

Keuntungan :Penandaan dan penebangan pohon-pohon lebih sederhana dari pada sistem seleksiTanah tidak benar-benar gundul sehingga resiko kerusakan tanah dan erosi kecilPelaksanaan permudaan dilakukan dibawah perlindungan tanaman lebih tua, sehingga bahaya invasi oleh gulma dan rerumputan kecilTanaman muda dilindungi dari faktor lingkungan merugikan seperti dingin, beku dsbUntuk permudaan diperoleh dari biji yang didapatkan dari pohon terseleksi baik , tanaman baru akan superior.Sistem ini cocok untuk permudaan spesies yang membutuhkan cahaya dan pembawa naungan.Pengawasan dan kontrol berbagai kegiatan mudah dilakukanDari segi estetika, sistem ini merupakan sistem ini lebih ungu=gul dari pada sistem tebang habis

Page 30: 5-Permudaan Hutan

Kerugian :Karena banyak kayu dihilangkan dalam lebih dari satu kali kegiatan maka menyebabkan banyak kerusakan pada tanaman mudaPembawa benih terisolasi sehingga rentan terhadap kerusakan anginSetelah pohon benih ditebang, terjadi invasi gulma dan dapat mempengaruhi tanaman permudaan Pengendalian gula dan pembersihan dapat dilakukan pada periode yang lama dan permudaan alami menjadi sangat mahal

Page 31: 5-Permudaan Hutan

Pola Penebangan:

1. Tebang persiapan (Preparatory cut)Penebangan dibuat pada sistem Hutan Tinggi, biasanya mengarah

pada rotasi akhir, dengan obyek yang menciptakan kondisi yang sesuai untuk produksi benih dan permudaan alami • Menciptakan ruang (gap) dalam tajuk• Menciptakan kondisi yang sesuai pada lantai hutan2. Tebang Permudaan (Regeneration cut)

Penebangan dibuat dengan suatu tinjauan untuk mengundang atau membantu permudaan pada sistem pohon pelindung, yang meliputi : tebang perbenihan (seeding felling), tebang sekunder (secondary felling) dan tebang akhir (final felling).

Page 32: 5-Permudaan Hutan

1. Tebang Perbenihan : membuka tajuk dari suatu tegakan dewasa agar menyediakan kondisi untuk mengamankan regenerasi dari pohon benih yang disisakan untuk tujuan ini. Ini adalah tahap pertama regenerasi.

2. Tebang sekunder : suatu tebang permudaan yang dilakukan antara tebang perbenihan dan tebang alhir pada sistem pohon pelindung agar membuang pelindung secara bertahap dan memberikan tempat terhadap peningkatan cahaya untuk tanaman regenerasi. Pembuangan pohon dalam tebang sekunder tergantung pada perkembangan permudaan dan persyaratan cahayanya. Ini juga membantu dalam memanipulasi tanaman campuran

3. Tebang akhir : membuang pohon pelindung dan pohon benih setelah permudaan terpengaruh oleh pohon pelindung. Tahap akhir dalam tebang permudaan ketika areal benar-benar telah terbentuk permudaan.

Page 33: 5-Permudaan Hutan

Tahapan Penebangan Dalam Permudaan Sistem Sheter

Page 34: 5-Permudaan Hutan

Siklus Tahapan Penebangan Dalam Permudaan Sistem Shelter

Page 35: 5-Permudaan Hutan

MACAM-MACAM SISTEM POHON PELINDUNG (SHELTERWOOD)

1. Uniform shelter wood system (Uniform System): Tajuk terbuka secara seragam meliputi seluruh ruang-ruang areal

untuk mendapatkan regenerasi yang seragam dibawah perlindungan pohon tua yang tersisa

2. Strip shelter wood system: Tebang permudaan dalam bentuk jalur (strip) secara berturut-turut dari

satu sisi ruang (compartemen), terus kearah berlawanan dengan arah angin. Lebar strip bervariasi menurut kondisi lokasi

3. Group shelter wood system:Suatu sistem silvikultur yang mana tebang permudaan yang dilakukan

secara seragam ke seluruh kompartemen (ruang), yang dilakukan dalam kelompok yang terpencar dengan fokus pada regenerasi dapat diperbesar secara sentrifugal yang pada akhirnya bergabung dengan lainnya. Kemajuan pertumbuhan merupakan sumber regenerasi.

Page 36: 5-Permudaan Hutan

4. One cut shelter wood system: Dalam sistem ini, tebang regenerasi dilakukan dalam satu kali

pelaksanaan. Dipakai hanya jika regenerasi berkembang dengan baik

5. Indian Irregular shelter wood System: Sistem silvikultur dimana tanaman dewasa dengan regenerasi

rekalsitran mempunyai jumlah dan perkembangan pertumbuhan yang pesat dari berbagai umur dan ukuran termasuk ukuran tiang dan pohon berdiameter 40 cm, yang mana disisakan sebagian untuk tanaman berikutnya. Tanaman yang diregenerasi dibuka secara tidak teratur sehingga menhasilkan tegakan tidak seumur. Sistem ini dilaksanakan pada hutan evergreen di India.

6. Irregular shelter wood system: Tebang permudaan pada pola sistem kelompok tetapi sebagai periode

regenerasi yang lama, tanaman yang diproduksi adalah tegakan tidak seumur atau irreguler. Ini adalah gabungan antara sistem seleksi dan sistem pohon pelindung kelompok/group.

Page 37: 5-Permudaan Hutan

Uniform shelter wood system(Adreas et al., 2007)(Adreas et al., 2007)

Page 38: 5-Permudaan Hutan

Strip shelter wood system

Page 39: 5-Permudaan Hutan

Group shelter wood system

Page 40: 5-Permudaan Hutan

One cut shelter wood system

Page 41: 5-Permudaan Hutan

Irregular shelter wood system

Page 42: 5-Permudaan Hutan

Perlakuan-perlakuan Lanjutan (Intermediate Treatments)

1. Terjadi antara periode pembentukan dan pemanenan tegakan

2. Memperbaiki komposisi spesies, laju pertumbuhan dan kualitas pohon

3. Dapat atau tidak dapat menghasilkan generasi4. Perawatan dilakukan bukan untuk menghilangkan

semua spesies yang tidak diinginkan

Page 43: 5-Permudaan Hutan

1. Perlakuan Pembebasan (Release Treatments)

• Pohon-pohon muda• Pohon-pohon yang diinginkan bebas dari pohon

pesaing yang tidak diinginkan• Umumnya menggunakan herbisida• Dilakukan untuk membantu pembentukan tegakan

hutan

Page 44: 5-Permudaan Hutan

Ide ini memungkinkan

pohon lebih berkualitas, lebih banyak ruang untuk tajuk, yang

mana mengubah

pertumbuhan diameter lebih

cepat

Sesudah

Sebelum

Tampak Atas Tampak Samping

Page 45: 5-Permudaan Hutan

2. Pengendalian Gulma (Weeding)

Suatu perlakuan yang dilaksanakan selama tegakan pada tingkat bibit yaitu menghilangkan atau mengurangi tumbuhan herba atau tumbuhan rumput berkayu sebagai pesaing

Page 46: 5-Permudaan Hutan

3. Pembebasan (Cleaning)

Pembebasan sapling terpilih dari pesaing oleh pohon-pohon yang mempunyai tajuk rindang pada umur yang sebanding.

Perlakuan cocok pada pohon-pohon dari spesies yang diharapkan dengan batang berkualitas

Page 47: 5-Permudaan Hutan

4. Tebang Pembebasan (Liberation Cutting)

Suatu perlakuan dengan membebaskan bibit pohon atau sapling dengan cara membuang pohon-pohon yang lebih tua yang terlalu tinggi (overtopping)

Page 48: 5-Permudaan Hutan

5. Tebang Pemeliharaan (Improvement Cuts)

Membuang pohon-pohon yang jelek bentuknya, terserang penyakit dan cacat

Biasanya dilakukan pada tegakan yang lebih tua dengan perlakuan pembebasan

Perlu untuk membiarkan beberapa pohon liar Pohon-pohon sisa biasanya akan tumbuh lebih baik

Page 49: 5-Permudaan Hutan

6. Penjarangan (Thinnings)

Dilakukan untuk mengurangi kerapatan tegakan Membuang spesies sama dari pohon tinggal Tidak selamanya meningkatkan produksi kayu Pohon-pohon sasa mendapatkan lebih banyak cahaya,

air dan unsur hara. Mendapatkan beberapa hasil dari hutan

Page 50: 5-Permudaan Hutan

Tipe-tipe penjarangan :1) Penjarangan rendah (Low Thinning) : Penjarangan

dari bawah, membuang pohon-pohon dari kelas tajuk lebih rendah atau tengah, biasanya pohon-pohon intermediat atan tertekan.

2) Penjarangan Tinggi (high Thinning) : menciptakan ruang (gap) dalam tajuk yang memungkinkan pohon tinggal (dibiarkan) untuk tumbuh besar, membuang pohon intermedia atau kodominan, pohon tertekan juga dapat dibuang

3) Penjarangan mekanis (Mechanical thinning) : pohon-pohon dibuang dalam bentuk baris atau strips tanpa memperhatikan kelas pertumbuhan

Page 51: 5-Permudaan Hutan
Page 52: 5-Permudaan Hutan

7. Pemupukan (Fertilization)

Dapat secara nyata meningkatkan hasil Biasanya bermafaat jika diketahui jelas adanya

defisiensi unsur hara Biasanya hanya respon sementara terhadap

peningkatan produktivitas

Page 53: 5-Permudaan Hutan

Perlakuan-Pemupukan

Page 54: 5-Permudaan Hutan

8. Pemangkasan (Pruning)

Membuang cabang-cabang yang lebih rendah Menghasilkan kayu yang bebas mata kayu Log lebih bernilai Membutuhkan banyak waktu dan mahal Perlu dilakukan beberapa kali

Page 55: 5-Permudaan Hutan

Teknik Pemangkasan Yang Benar

Page 56: 5-Permudaan Hutan

Pemangkasan (Pruning)

Page 57: 5-Permudaan Hutan

Pemangkasan (Pruning)

Page 58: 5-Permudaan Hutan

9. Pembakaran (Burning)

Pembakaran secara berkala dapat mengurangi kompetisi oleh gulma yang tidak diinginkan di sebagian tempat

Umumnya bertujuan untuk :1. Mengurangi hutan untuk kayu bakar2. Mengontrol vegetasi kompetitor3. Persiapan bedeng semai4. Memelihara suatu tingatan suksesi5. Memelihara habitat untuk spesies satwaliar tertentu

Page 59: 5-Permudaan Hutan

Pembakaran

Page 60: 5-Permudaan Hutan

10. Tebang Penyelamatan (Salvage Cuts)

Membuang pohon yang lemah akibat kebakaran atau serangan serangga

Membuang pohon-pohon saat kayu masih berharga

Biasanya tanpa batasan ukuran pohon

Page 61: 5-Permudaan Hutan

I. Tebang Bahaya (Hazard Cuts)

Membuang pohon-pohon yang berpotensi menimbulkan kerusakan barang-barang atau tempat tinggal

Menghalangi jalan, areal publik dan pemukiman Berharga bagi pemilik lahan Mungkin memerlukan peralatan dan penanganan

khusus

Page 62: 5-Permudaan Hutan

J. Tebang Selektif (Selective Cutting)

Menyeleksi pohon-pohon tertentu untuk ditebang Mempertahankan suatu tegakan pada berbagai

umur pohon Menyediakan untuk pemanenan setiap 15 – 20

tahun Lebih diterima oleh publik

Page 63: 5-Permudaan Hutan

1. Selective cutting: Individu pohon yang akan ditebang ditandai Biasanya pohon yang lebih kecil dan jelek. Kadang-kadang pohon dari spesies spesifik

2. Shelterwood cutting: Pohon yang tidak diinginkan atau mati Daun-daun lambat dewasa.3. Seed- tree cutting: Membuang semua pohon kecuali pohon untuk benih

(pohon dewasa dengan sifat genetik baik) untuk regenerasi hutan.

Page 64: 5-Permudaan Hutan

K. Pencadangan (Re-stocking)

1. Pembiakan secara vegetatif :a. Penumbuhan tunas pada pucuk dorman dari

batangb. Hanya spesies tertentu yang bertunasc. Pada awalnya tumbuh cepat karena akard. Dapat dibuat Stek dan dipindahkane. Sumber makanan yang baik untuk satwaliar

Page 65: 5-Permudaan Hutan

L. Tebang Pemeliharaan (Sanitation Cutting)

Membuang pohon-pohon rusak atau terserang penyakit

Page 66: 5-Permudaan Hutan

M. Tebang Penyelamatan (Salvage Cutting)